PENDAHULUAN
2
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
Bangsa dan Negara. Kenyataan di lapangan dalam
proses belajar sering timbul berbagai permasalahan,
seperti prestasi siswa yang kurang memuaskan,
kurangnya keaktifan dan rendahnya minat siswa dalam
pelajaran, cenderung tergantung pada orang lain,
misalnya saat mengerjakan tes selalu meminta bantuan
orang lain, kebiasaan siswa mencontek, kurangnya
mengendalikan sikap marah.
Dalam pandangan Darajat (1995), bahwa orang
yang sehat mentalnya akan dapat menunda buat
sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat
mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang bisa
menyebabkan hal-hal yang merugikan. Dalam
pengertian yang umum pengendalian diri lebih
menekankan pada pilihan tindakan yang akan
memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas,
tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan
dirinya di masa kini maupun masa yang akan datang
dengan cara menunda kepuasan sesaat.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 1997 : 316),
definisi kontrol diri atau self control adalah
kemampuan individu untuk mengarahkan perilakunya
sendiri dan kemampuan untuk menekan atau
menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan
Merbaum (Muharsih, 2008 : 16) mendefinisikan kontrol
3
diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk
perilaku yang dapat membawa individu kearah
konsekuensi positif. Kontrol diri merupakan satu
potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan
individu selama proses-proses dalam kehidupan,
termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat
dilingkungan yang berada disekitarnya, para ahli
berpendapat bahwa kontrol diri dapat digunakan
sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain
dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatife dari
stressor lingkungan. Di samping itu kontrol diri
memiliki makna sebagai suatu kecakapan individu
dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol
dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam
melakukan sosialisasi, Calhoun dan Acocela (dalam
Ghufron, 2010:21).
Studi pendahuluan penelitian di SMA N 3
Demak, diperoleh informasi bahwa masih ada peserta
didik kelas XI IIS SMA N 3 Demak yang menunjukkan
kontrol dirinya rendah. Gejala tersebut nampak pada
perilaku seperti emosi yang tidak terkontrol, berkelahi
dengan teman, melanggar aturan sekolah, membantah
guru, bahkan ada kasus mencuri helm temannya.
Kurang kontrol diri merupakan gejala yang masih
dirasakan sebagai masalah serius di SMA N 3 Demak,
terutama bagi peserta didik kelas XI IIS, yang
menunjukkan masih adanya perilaku yang
4
menyimpang dan tidak terkendali, dan pada kelas XI
merupakan tahap perkembangan dan fase yang sangat
rawan serta perlu banyak bimbingan dari orang tua
dan guru.
Tabel 1.1 Peserta didik kelas XI IIS yang
mempunyai kontrol diri rendah.
No Kategori f %
2 Rendah 6 3,3
3 Sedang 28 15,6
6
mengungkapkan masalah, bagaimana cara
mengendalikan diri baik dalam menanggapi masalah
sesama anggota maupun mengungkapkan masalahnya
sendiri. Melalui wahana kelompok, siswa dapat berlatih
mengendalikan diri (Mugiarso : 95)
Menurut Romlah (2006 : 03) bimbingan
kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam situasi kelompok yang
ditujukan untuk membantu timbulnya suatu masalah
pada peserta didik dan mengembangkan potensi
peserta didik serta pengelolaannya dilakukan dalam
situasi kelompok. Layanan bimbingan kelompok
merupakan media dalam membimbing individu dengan
memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Jadi bimbingan kelompok merupakan
layanan yang tepat untuk memberikan kontribusi pada
peserta didik dalam memberikan informasi dan
bantuan yang berkaitan dengan rendahnya
pengendalian diri karena masalah tersebut harus
secepatnya ditangani agar tidak menghambat peserta
didik dalam proses sosial di sekolah. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajar Galih
(2013), tentang meningkatkan pengendalian diri
penerima manfaat melalui bimbingan kelompok,
merupakan penelitian eksperimen desain pre test dan
post test dengan menggunakan skala pengendalian diri.
Hasil pre test tingkat pengendalian diri 50% kategori
rendah dan setelah diberikan layanan bimbingan
kelompok sebanyak 8 kali kemudian diberi post test
7
dengan hasil tingkat pengendalian diri 73% kategori
tinggi, jadi ada peningkatan yang signifikan.
Berkaitan dengan masalah tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti “ Bimbingan Kelompok untuk
meningkatkan Kontrol Diri peserta didik kelas XI IIS di
SMA Negeri 3 Demak”.
9
Bab V dalam bab ini berisi tentang kesimpulan
dan saran dari penelitian.
10