Anda di halaman 1dari 135

SKRIPSI

PERAN KEPALA KELUARGA DALAM MENANAMKAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEPADA KELUARGA
DI KAMPUNG BUMI SENTOSA KECAMATAN
RAWAJITU TIMUR KABUPATEN
TULANG BAWANG

OLEH :

LENY ANGGI ANTIKA


NPM. 13105355

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


METRO LAMPUNG
1439 H / 2018 M
SKRIPSI

PERAN KEPALA KELUARGA DALAM MENANAMKAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEPADA KELUARGA
DI KAMPUNG BUMI SENTOSA KECAMATAN
RAWAJITU TIMUR KABUPATEN
TULANG BAWANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh


Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd)

Oleh :

LENY ANGGI ANTIKA


NPM : 13105355

Pembimbing I : Dra. Isti Fatonah, MA


Pembimbing II : Nurul Afifah, M.Pd.I

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


METRO LAMPUNG
1439 H/2018 M
iii
iv
v
ABSTRAK
PERAN KEPALA KELUARGA DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM KEPADA KELUARGA DI KAMPUNG BUMI
SENTOSA KECAMATAN RAWAJITU TIMUR
KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh :
LENY ANGGI ANTIKA
NPM. 13105355

Berdasarkan yang peneliti lakukan melalui wawancara dengan Kepala RT


Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang yang
memberikan contoh salah satu warganya yaitu Bapak Sutrisno yang mana bapak
Sutrisno seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi dalam keluarganya. Menurut
Kepala RT, dalam keluarga bapak Sutrisno, tentang pendidikan Islam dalam
keluarga sangat kurang ditekankan. Hal ini terlihat dari kebiasaan istri dan
anaknya yang sering meninggalkan shalat dan akhlak mereka yang tidak terpuji.
Bapak Sutrisno pun tidak memberikan contoh yang baik bagi istri dan anaknya
selaku pemimpin di dalam keluarga.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang mana dalam penelitian
ini memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci
mengenai latar belakang keadaan yang dipermasalahkan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peran kepala keluarga dalam menanamkan pendidikan agama
Islam kepada Keluarga di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur
Kabupaten Tulang Bawang. Dalam proses pengumpulan data, peneliti
menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Semua data yang
terkumpul tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan
pendekatan induktif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwaperan kepala keluarga dalam
menanamkan pendidikan agama Islam di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan
Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang sebenarnya sudah dilakukan.
Pendidikan agama Islam khususnya ibadah shalat dalam keluarga di Kampung
Bumi Sentosa diberikan melalui nasehat-nasehat, cerita-cerita teladan maupun
praktek langsung. Namun, ada beberapa orang tua yang belum berperan aktif
dalam memberikan contoh dan membiasakan praktik shalat kepada keluarganya.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan agama dan kesibukan dalam
pekerjaannya.

vi
vii
MOTTO

ُ‫َّاس َوا ْْلِ َج َارة‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ود‬ ‫ق‬
ُ‫و‬ ً‫ا‬
‫ر‬ ‫ا‬َ‫ن‬ ‫م‬ ‫ك‬ُ ‫ي‬ِ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا قُوا أَن ُفس ُكم وأَهل‬
ُ َ ُ َ ْ َْْ َ َ َ َ َ
‫صو َن اللَّهَ َما أ ََمَرُه ْم َويَ ْف َعلُو َن َما‬ ِ ِ ِ
ُ ‫َعلَْي َها َم ََلئ َكةٌ غ ََل ٌظ ش َد ٌاد ََل يَ ْع‬
﴾٦﴿ ‫يُ ْؤَمُرو َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahanbakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. 1 (Q.S. At-
Tahrim: 6)

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, CV. Diponegoro, Bandung, 2005, h.448

viii
PERSEMBAHAN

Hasil study ini dipersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Ibu Ratna Sari dan bapak Jajak Indrawan)

yang senantiasa mendidik dan membimbingku serta mendoakanku yang

tak henti-hentinya demi keberhasilanku dan segala yang terbaik untukku.

2. Kakak tersayang (Asep Prasethyo, S.Pi), kakek dan nenek (pakwo

Turmudi dan makwo Wasri), yang selalu memberi perhatian demi

keberhasilanku.

3. Pendamping hidup tercinta (Sarly Sofyan) yang sudah setia menunggu

demi keberhasilanku dengan penuh pehatian dan kesabaran.

4. Teman-teman seperjuanganku yang aku sayangi (Dewi, Rini, Nova, Intan)

yang selalu memberikan semangat serta motivasi

5. Almamaterku Institut Agama Islam Negeri Metro yang aku banggakan

serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

ix
KATA PENGANTAR

‫ِب ْس ِبهللا هللا َّرال ْس ِب هللا َّرال ِب ْسِبهللا‬


Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis hanturkan kehadirat
Allah SWT, atas taufiq dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Peran Kepala Keluarga Dalam Menanamkan Pendidikan
Agama Islam Kepada Keluarga Di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu
Timur Kabupaten Tulang Bawang”.
Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, penulis telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Prof. Dr. Hj Enizar., M.Ag sebagai Rektor Institut Agama Islam
Negeri Metro.
2. Ibu Dr. Hj. Akla, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Nurul Afifah, M.Pd.I sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, serta sebagai dosen pembimbing 2 yang telah banyak
memberi pengarahan, motivasi, dan kesabarannya dalam membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Isti Fatonah, MA sebagai dosen pembimbing 1 yang telah banyak
memberi pengarahan, motivasi, dan kesabarannya dalam membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Yasmin sebagai kepala kampung Bumi Sentosa, yang telah
memberikan izin untuk mengadakan suatu penelitian serta turut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Jajak Indrawan selaku sekretaris kampung serta masyarakat
kampung Bumi Sentosa yang telah memberikan bantuan dan bimbingan
saat pelaksanaan penelitian kepada penulis.

x
7. Semua dosen Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan yang telah
membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalankan
masaperkuliahan.
8. Ayahanda Jajak Indrawan dan Ibunda Ratna Sari tercinta yang selalu
memberikan semangat, kasih saying dan selalu berjuang serta mendoakan
untuk keberhasilanku.

Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi


semua pihak khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Metro. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan koreksi serta pendapat yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa mendatang. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bebrguna bagi
semua pihak pada umumnya. Akhirul kalam semoga skripsi ini dapat dijadikan
sebagai sumber referensi ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

Desember 2017
Penulis

LENY ANGGI ANTIKA


NPM : 13105355

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i


HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN NOTA DINAS ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
HALAMAN ORISINLITAS PENELITIAN ............................................... vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. ix
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................ x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
D. Penelitian Relevan ....................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI


A. Keluarga ..................................................................................... 9
1. Pengertian Keluarga ............................................................... 9
2. Keluarga dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama .................. 10
B. Kepala Keluarga ......................................................................... 14
1. Pengertian Kepala Keluarga ................................................... 14
2. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Keluarga ........................ 15

xii
C. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga .................................. 17
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga ............ 17
2. Dasar Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga .................... 20
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga .................. 22
4. Metode Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga ................. 23
D. Ibadah Shalat Lima Waktu (Wajib) .............................................. 28
1. Pengertian Ibadah Shalat Lima Waktu ................................... 28
2. Dasar dan Tujuan Pelaksanaan Ibadah Shalat Lima Waktu ..... 29
3. Pokok-Pokok dalam Ibadah Shalat Lima Waktu ..................... 31

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Sifat Penelitian ............................................................ 34
1. Jenis Penelitian ....................................................................... 34
2. Sifat Penelitian........................................................................ 34
B. Sumber Data ............................................................................... 36
1. Sumber Data Primer................................................................ 36
2. Sumber Data Sekunder ........................................................... 37
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 37
1. Observasi ................................................................................ 37
2. Wawancara ............................................................................. 38
3. Dokumentasi........................................................................... 39
D. Teknik Analisis Data .................................................................. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .......................................... 41
1. Sejarah Singkat Berdirinya Kampung Bumi Sentosa .............. 41
2. Letak Geografis Kampung Bumi Sentosa ............................... 43
3. Data Penduduk Kampung Bumi Sentosa ................................ 43
4. Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................... 46
5. Struktur Organisasi Kampung Bumi Sentosa .......................... 46
6. Denah Lokasi Kampung Bumi Sentosa .................................. 47

xiii
B. Peran Kepala Keluarga dalam Menanamkan Pendidikan Agama
Islam Kepada Keluarga di Kampung Bumi Sentosa .................... 48
C. Analisis terhadap Peran Kepala Keluarga dalam Menanamkan
Pendidikan Agama Islam Kepada Keluarga di Kampung Bumi
Sentosa ....................................................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.............................................................................. 65
B. Saran ....................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data jumlah Penduduk Kampung Bumi Sentosa

Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang

Perdusun ........................................................................................... 43

Tabel 2 Data jumlah Orang Tua yang Mempunyai Anak Usia 7-12

Kampung Bumi Sentosa .................................................................... 44

Tabel 3 Data keadaan Penduduk Menurut tingkat pendidikan

Kampung Bumi Sentosa .................................................................... 44

Tabel 4 Data keadaan penduduk menurut agama

Kampung Bumi Sentosa .................................................................. 45

Tabel 5 Data keadaan pendudukmenurut mata pencaharian

Kampung Bumi Sentosa .................................................................. 45

Tabel 6 Data keadaan sarana dan prasarana tempat ibadah

Kampung Bumi Sentosa .................................................................. 46

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur organisasi Kampung Bumi Sentosa ................................... 46

Gambar 2 Peta Kampung Bumi Sentosa ........................................................ 47

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. APD (Alat Pengumpul Data) ............................................................. 70

2. Hasil wawancara ............................................................................... 72

3. Foto Dokumentasi ............................................................................ 98

4. Surat Izin Pra-Survey ........................................................................ 102

5. Surat Keterangan Penelitian .............................................................. 103

6. SK Pembimbing ............................................................................... 104

7. Surat Izin Research ........................................................................... 105

8. Surat Tugas ...................................................................................... 106

9. Surat Keterangan Research ................................................................ 107

10. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi ................................................. 108

11. Surat bebas pustaka ........................................................................... 116

12. Daftar Riwayat Hidup ....................................................................... 117

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan keluarga tidaklah semata-mata tergantung pada keluarga

itu sendiri, oleh karena suatu keluarga tertentu hidup berdampingan dengan

keluarga-keluarga lain. Pengaruh keluarga-keluarga lainnya tidaklah boleh

dikesampingkan, demikian pula halnya dengan unsur-unsur lainnya dalam

masyarakat, yang kesemuanya lazim disebut sebagai lingkungan sosial. 2

Dalam lingkup kecil hidup berumah tangga, manusia mempunyai

tanggung jawab mendidik, membimbing dan mengarahkan keluarganya dalam

rangka menyelamatkan keluarga dalam hal yang menyalahi syari'at-syari'at

yang ada dalam Islam atau menyelamatkan dari ancaman api neraka. Allah

SWT berfirman:

ُ‫اْلِ َج َارة‬
ْ ‫َّاس َو‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ود‬ ‫ق‬
ُ ‫و‬ ً‫ا‬
‫ر‬ ‫ا‬‫ن‬
َ ‫م‬ ‫ك‬ُ ‫ي‬ِ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنوا قُوا أَن ُفس ُكم وأَهل‬
ُ َ ُ َ ْ َْْ َ َُ َ َ َ
‫صو َن اللَّ َه َما أ ََمَرُه ْم َويَ ْف َعلُو َن َما يُ ْؤَم ُرو َن‬ ِ ِ ِ
ُ ‫َعلَْي َها َم ََلئ َكةٌ غ ََل ٌظ ش َد ٌاد ََل يَ ْع‬
﴾٦﴿
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahanbakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. 3 (Q.S. At-
Tahrim: 6)

2
Soerjono Soekanto, Apa & Bagaimana Mengatasi Problema Keluarga, (Jakarta: Pustaka
Antara, 1996), h. 56-57
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, CV. Diponegoro, Bandung, 2005, h.448
2

Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap

orangtua, anak juga buah hati, anak juga cahaya mata, tumpuan harapan serta

kebanggaan keluarga. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa

kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.

Ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga bukanlah suatu hal yang

mudah. Sebab semua itu berkaitan dengan amanat dan tanggung jawab yang

nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT. Ayah

menjadi pemimpin terhadap anak-anaknya. Karena itu bertanggung jawab

terhadap anak beserta keluarga untuk menjadi orang yang baik (sholeh) dan

mempunyai akhlakul karimah.

Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Yayat dkk., bahwa secara

Islam ayah memiliki tanggung jawab sebagai pembentuk generasi Islam yang

saleh. Hal ini dimulai sejak pemilihan istri yang baik dan sesuai, memberinya

mas kawin (shidaq) dan nafkah yang cukup setelah pernikahan itu akan datang

tugas baru yaitu mendidik anak sejak lahir mulai dari mengadzani di telinga

kanan dan mengqamatinya di telinga kiri pada saat anak baru dilahirkan,

merawat, mengakikahi, memberi nama yang baik, dan mendidiknya dengan

baik. 4

Dalam Islam orangtua bertanggung jawab untuk memberikan

pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu keimanan kepada Allah Swt. Fitrah

ini merupakan kerangka dasar operasional dari proses penciptaan manusia. Di

dalamnya terkandung kekuatan potensial untuk tumbuh dan berkembang


4
Yayat Hidayatulloh dkk.,Implikasi Peran Kepala Keluarga Berdasarkan QS. At Tahrim
Ayat 6 dan Q.S. Luqman Ayat 13—19 Terhadap Pendidikan dalam keluarga, (Bandung: Jurnal
Fakultas Dakwah Unisba, Prosiding PAI, 2015), h. 27
3

secara maksimal dan mengarahkannya untuk mencapai tujuan penciptaannya.

Konsep dasar keimanan ini telah digambarkan dalam Al-Qur’an ketika

Luqmanul Hakim memberikan pendidikan dasar terhadap anaknya.

Keluarga merupakan sarana pendidikan dan kepemimpinan yang

pertama dan utama bagi anak. Kepemimpinan ayah terkadang tidak

sepenuhnya bisa diterima oleh anak- anak dan juga belum tentu akan

berpengaruh baik terhadap jiwa dan tingkah laku anak-anaknya, tinggal

melihat bagaimana pola kepemimpinan tersebut. Satu segi anak tidak

menerima, karena kepemimpinan ayah bersifat otoriter, satu segi senang atau

tidak senang menerima sebab ayah terlalu membiarkan (liberal). Namun satu

segi yang lain menerima sepenuhnya karena ayahnya bersifat demokrasi

dalam arti penuh kasih sayang dan tanggung jawab.

Kehidupan keluarga, apabila diibaratkan sebagai suatu bangunan, demi

terpelihara bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka

bangunan itu harus didirikan di atas pondasi yang kuat dengan bahan

bangunan yang kokoh serta diimbangi dengan jaringan perekat yang lengket.

Pondasi kehidupan dalam kekeluargaan adalah pendidikan, ajaran agama,

disertai dengan kesiapan yang baik antara fisik dan mental bagi calon ayah

dan ibu. Kesiapan lain adalah kesiapan materi, agar dalam membina rumah

tangga itu dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan harapan untuk mencapai

kebahagiaan, sebagai tujuan hidup berumah tangga.

Kedudukan suami atau ayah sebagai pemimpin keluarga bukan

semata-mata berkewajiban mencari dan menyediakan nafkah, tetapi


4

bagaimana dia mampu mengendalikan rumah tangga, sehingga setiap

anggota keluarga dapat menikmati makna keluarga, agar setiap anggota

keluarga dapat secara terus menerus meningkatkan kualitas pribadinya

dalam berbagai segi kehidupan misalnya dalam segi beribadah kepada Allah,

sesama manusia, peningkatan dan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan

nilai.

Orangtua sebagai penanggung jawab keluarga harus mengajarkan

anak-anaknya tentang shalat sedini mungkin. Nabi SAW bersabda:

‫الصَلََة اِبْ َن َسْب َع َسنَ ِة‬ َّ ‫قَا َل َر ُس ْو ُل اهللِ صلى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َعلَّ ُم ْوا‬
َّ ِ‫الص‬
َّ ‫ِب‬
‫اا ِربُ ْوُ َعلَْي َها اِبْ َن َع َ َر‬
ْ ‫َو‬
Artinya : “Ajarkanlah shalat pada anak-anak jika berusia tujuh tahun, dan

pukullah jika meninggalkan shalat pada usia sepuluh tahun.” (HR.

Turmudzi) 5

Hal yang perlu dilakukan oleh orang tua khususnya seorang ayah

untuk membiasakan anak mengerjakan shalat adalah jangan menunggu sampai

anak itu telah hafal bacaan shalat, tetapi hendaklah anak-anak diajak

mengerjakan shalat walaupun belum tahu apa yang dibaca, sehingga terdorong

untuk belajar.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas,figure ayah merupakan

pemimpin rumah tangga dituntut untuk menunjukkan dirinya sebagai seorang

lelaki yang bertanggungjawab, berwibawa, bersikap demokratis, bijaksana,

adil dan sebagai motivator bagi anggota keluarganya. Seorang ayah harus

5
H. Salim Bahreisy, Riyadus Sholihin, JJilid I, Al-Ma;arif Bandung, 1987, hlm.228
5

menyadari bahwa setiap ucapan dan tindakannya akan selalu berpengaruh

terhadap pertumbuhan perkembangan anak.

Pada realitanya di lapangan hasil temuan di Kampung Bumi Sentosa

Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang, bahwa anggota

masyarakat berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dan beragama

mayoritas Islam. Pada saat ini masyarakat muslim di Kampung Bumi Sentosa

Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang dihadapkan pada

permasalahan pendidikan dan keluarga yang mengancam kelangsungan

kebahagiaan. Banyak di kalangan suami atau ayah tidak melaksanakan

perannya dengan baik sebagai kepala keluarga, di samping itu juga ada kepala

keluarga belum memahami mengenai pendidikan agama Islam. 6

Berdasarkan hasil prasurvey yang peneliti lakukan melalui wawancara

dengan Kepala RT Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten

Tulang Bawang yang memberikan contoh salah satu warganya yaitu Bapak

Sutrisno yang mana bapak Sutrisno seperti tidak peduli dengan apa yang

terjadi dalam keluarganya. Menurut Kepala RT, dalam keluarga bapak

Sutrisno, mengenai pendidikan Islam dalam keluarga sangat kurang

ditekankan. Hal ini terlihat dari kebiasaan istri dan anaknya yang sering

meninggalkan shalat dan akhlak mereka yang tidak terpuji. Bapak Sutrisno

pun tidak memberikan contoh yang baik bagi istri dan anaknya selaku

pemimpin di dalam keluarga.7

6
Observasi di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang
Bawang pada Tanggal 03 Juni 2017
7
Wawancara dengan Bapak Kukuh selaku Kepala RT Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu
Timur Kabupaten Tulang Bawang padaTanggal 05 Juni 2017
6

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penelitian ini

memberikan penekanan terutama pada aspek-aspek yang berkaitan dengan

sistem pendidikan seorang ayah sebagai pemimpin rumah tangga. Sebagai

kepala keluarga muslim, bagaimana cara mereka melaksanakan perannya

ditinjau dari aspek-aspek pendidikan ibadah shalat istri dan anak yang

mendukung ke arah terbentuknya keluarga muslim yang unggul.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “Peran Kepala Keluarga

Dalam Menanamkan Pendidikan Agama Islam tentang Shalat Kepada

Keluarga di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten

Tulang Bawang”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang

akan dibahas adalah “Bagaimanakah Peran Kepala Keluarga Dalam

Menanamkan Pendidikan Agama Islam tentang Shalat Kepada Keluarga di

Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang

Bawang?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Kepala Keluarga

dalam Menanamkan Pendidikan Agama Islam Kepada Keluarga tentang

Shalat di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten

Tulang Bawang.
7

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran kepada masyarakat luas tentang Peran Kepala

Keluarga dalam Menanamkan Pendidikan Agama Islam Kepada Keluarga

di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang

Bawang.

2. Secara teoritis bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

D. Penelitian Relevan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa skripsi yang

dapat dijadikan kajian terdahulu bagi penulis diantaranya sebagai berikut:

1. Osa Juarsa, 2011, Pengembangan Model Pola Asuh Orang tua dalam

Mengkomunikasikan Nilai Moral Kepada Anak (Studi Kasus tentang

Keluarga Wanita Karier yang Berprofesi sebagai PNS di Kota

Bandung). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya wanita yang

sudah berkeluarga memiliki peran ganda di samping sebagai ibu rumah

tangga juga bekerja di luar rumah.

Hasil penelitian ini bahwa: Pelaksanaan model pola asuh orangtua dalam

mengkomunikasikan nilai moral pada anak di lingkungan keluarga wanita

karir /PNS di kota Bandung sebagian besar telah mengacu pada

konsep-konsep pendidikan nilai dan pendidikan secara umum (misi,

visi, moral, media dan metode), kendala yang dihadapi masih ada
8

orangtua yang merasa tidak mampu menempatkan keimanan, keyakinan

pada prioritas utama, nilai moral dan budaya sehingga menyerahkan

kepada lembaga pendidikan. 8

2. Sulthoni, 2010, Pendidikan Budi Pekerti dalam Keluarga, Sekolah dan

Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Model Pendidikan Budi

Pekerti Terintegrasi pada Sekolah Dasar di Kota Malang). Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus yang ada seperti perkelahian masal,

perilaku moral dan tata kehidupan lainnya yang belum mencerminkan

nilai-nilai budaya dan norma-norma yang berlaku. Maraknya perilaku

menyimpang itu umumnya menunjuk pada kesadaran akhlak dan moral

yang merosot, untuk itu pendidikan dalam keluarga, sekolah dan

masyarakat dituntut ikut bertanggung jawab terhadap kemunduran

moral tersebut. Pendidikan budi pekerti merupakan tugas keluarga,

sekolah dan masyarakat.9

Adapun persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama membahas tentang pendidikan

dalam keluarga. Sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian terdahulu

hanya terfokus pada pendidikan moral dan budi pekerti. Sedangkan penelitian

yang peneliti lakukan terfokus pada pendidikan agama Islam secara

keseluruhan.

8
Osa Juarsa, “Pengembangan Model PolaAsuh Orangtua dalam Mengkomunikasikan Nilai
Moral Kepada Anak (StudiKasus tentang Keluarga Wanita Karier yang Berprofesi sebagai PNS di
Kota Bandung)”, Disertasi (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2011), hal. iii
9
Sulthoni, “Pendidikan Budi Pekerti dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Studi
Kasus Pengembangan Model Pendidikan Budi Pekerti Terintegrasi pada Sekolah Dasar di Kota
Malang)”, Disertasi (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), hal. iii.
9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Kata keluarga berarti “(pertama) ibu dan bapak beserta anak-

anaknya; seisi rumah, (kedua) orang seisi rumah yang menjadi

tanggungan, (ketiga) sanak saudara; kaum kerabat, (keempat) satuan

kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat”. 10

Keluarga merupakan basis pertama dan utama dalam berbagai

rangkaian proses interaksi sosial yang dialami oleh seseorang dalam

hidupnya terutama anak-anak. Menurut Sudarjdja Adiwirkata dan

Sigelman dan Shaffer berpendapat bahwa “Keluarga merupakan unit sosial

terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di

dunia (universe) atau suatu sistem sosial yang lebih besar”. 11

Berdasarkan pengertian di atas dapat penulis pahami bahwa

keluarga itu adalah unit terkecil dan institusi pertama dalam masyarakat di

mana hubungan-hubungan yang terdapat didalamnya, sebagian besarnya

bersifat hubungan-hubungan langsung. Disitulah berkembang individu dan

disitulah terbentuknya tahap-tahap awal proses permasyarakatan.

Sedangkan menurut Hasan Langgulung memberikan pengertian

keluarga dalam arti sempit merupakan suatu unit sosial terkecil yang

10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hal. 536
11
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 36
10

terdiri dari seorang suami dan seorang isteri atau dengan kata lain,

merupakan perkumpulan yang halal antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan yang bersifat terus menerus, dimana yang satu merasa tentram

dengan yang lainnya sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan

masyarakat.12

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keluarga

merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat, sekurang-kurangnya

terdiri dari suami dan istri sebagai anggota inti yang telah diikat oleh tali

pernikahan. Dengan demikian keluarga atau orangtua memiliki peranan

yang sangat penting dalam membina anak-anaknya untuk mencapai

ketentraman dan kebahagiaan.

2. Keluarga dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama

Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan

perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama, seia sekara,

seiring, dan setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga untuk

mencapai keluarga sakinah dalam lindungan dan ridha Allah SWT. 13

Menurut Zakiah Daradjat, tanggungjawab orangtua khususnya

seorang ayah kepada anaknya di antaranya:

a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling


sederhana dari tanggung jawab setiap orangtua dan merupakan
dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohaniah,
dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan

12
Hasan Langgulung, Manusiadan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Al-Husna Ziksa, 1995), hal. 346.
13
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua dan Anak Dalam Keluarga Sebuah
Persepektif Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 28
11

dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang
di anut nya.
c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh
peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan
setinggi mungkin yang dapat di capainya.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan
pandangan dan tujuan hidup muslim. 14

Keteladanan dan kebiasaan yang orangtua tampilkan dalam

bersikap dan berperilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan

anak. Meniru kebiasaan hidup orangtua adalah suatu hal yang sering anak

lakukan, karena memang pada masa perkembangannya, anak akan selalu

ingin menuruti apa-apa yang orangtua lakukan”.15

Selajutnya dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 9 dijelaskan

sebagai berikut:

ِ ِ ِ ِ َّ‫ولْيخش ال‬
َ‫ين لَ ْو تََرُكواْ م ْن َخ ْلف ِه ْم ذُِّريَّةً ا َعافاً َخافُواْ َعلَْي ِه ْم فَ ْليَتَّ ُقوا اللّه‬‫ذ‬
َ َ ْ ََ
﴾٩ ﴿ ً‫َولْيَ ُقولُواْ قَ ْوَلً َس ِديدا‬

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar.”16

Berdasarkan ayat tersebut di atas dapat dipahami dengan jelas

bahwa orangtua memiliki kewajiban untuk memelihara anak-anaknya agar

tidak menjadi orang yang lemah dan menjaga mereka agar tidak

terjerumus ke dalam jurang neraka. Orangtua berkewajiban membekali

14
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 2011), h. 38.
15
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi., hal. 25
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2008), hal.
101
12

mereka dengan iman dan taqwa. Ini adalah konsep dasar keimanan yang

harus diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Oleh karenanya hal ini

sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan agama Islam.

Islam telah memberikan penetapan bahwa anak merupakan amanat

dari Allah SWT yang dititipkan kepada kedua orangtuanya. Dengan

amanat tersebut orangtua akan mempertanggungjawabkan atas beban yang

telah dipikulnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

‫ك َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن ِدينَا ٍر َع ْن َعْب ِد‬ ٍ ِ‫حدَّثَنَا َعب ُد اللَّ ِه بن مسلَمةَ َعن مال‬
َ ْ َ ْ َ ُْ ْ َ
‫ال أَََل ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬
ِ
ُ َ َّ ‫اللَّه بْ ِن ُع َمَر أ‬
‫َّاس َر ٍاع َعلَْي ِه ْم َوُه َو‬ ِ ‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه فَ ْاْل َِمريُ الَّ ِذي َعلَى الن‬ ٌ ُ‫َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ‬
ِ ‫ول عْن هم والْمرأَةُ ر‬ ِِ
ٌ‫اعيَة‬ َ ْ َ َ ْ ُ َ ٌ ُ‫الر ُج ُل َر ٍاع َعلَى أ َْه ِل بَْيته َوُه َو َم ْسئ‬ َّ ‫ول َعْن ُه ْم َو‬
ٌ ُ‫َم ْسئ‬
ِ ‫ت ب علِها وولَ ِد ِ وِهي مسئولَةٌ عْن هم والْعب ُد ر ٍاع علَى م ِال سيِّ ِد‬ ِ
َ َ َ َ َْ َ ْ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ‫َعلَى بَْي‬
‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
ٌ ُ‫ول َعْنهُ فَ ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ‬ٌ ُ‫َوُه َو َم ْسئ‬
Artinya: Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw
bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala
negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang
dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang
dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga
suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya.
Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas
memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal
yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan
ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang
dipimpinnya. (H.R. Bukhori & Muslim). 17

17
Pompy Syaiful Rizal, 40 Hadits tentang Pemimpin dan Penjelasannya, Share the
Knowledge, tt., hal. 1
13

Memahami hadits ini dapat tergambar dengan jelas bahwa di dalam

keluarga suami bertanggung jawab mutlak terhadap keluarganya.

Bimbingan orangtua terhadap anak-anak akan mempengaruhi pola pikir

dan perilakunya. Disinilah peran dan kewajiban orangtua dalam mendidik

dan membina akhlak anak. Oleh karena itu Allah SWT membebankan

tanggung jawab ini kepada orangtuanya, agar benar-benar amanah yang

dipikulnya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

Orangtua sebaiknya mengajarkan kebajikan kepada anaknya

dengan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

Serta membangkitkan kreatifitas anak sehingga anak menjadi matang,

bertanggung jawab, dan menjadi individu yang kreatif. Allah SWT

berfirman :

ِ ‫اْل ِري ويأْمرو َن بِالْمعر‬


‫وف َويَْن َه ْو َن َع ِن‬ ِ
ُْ َ ُ ُ َ َ َْْ ‫َولْتَ ُكن ِّمن ُك ْم أ َُّمةٌ يَ ْد ُعو َن إ ََل‬
﴾ٔٓ٤ ﴿ ‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬ َ ِ‫الْ ُمن َك ِر َوأ ُْولَئ‬
Artinya: “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan

mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang

beruntung.”18 (Q.S. Ali Imron: 104).

Berdasarkan pendapat di atas, salah satu kewajiban seorang ayah

adalah memberikan pendidikan dengan cara yang baik, pendidikan yang

menjadi tanggung jawab seorang ayah yang wajib di ajarkan kepada anak-

anaknya adalah akhlakul karimah. Untuk memiliki pengetahuan serta

18
QS. Al-Imron (3) : 104
14

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat seorang anak harus

memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, baik ilmu pengetahuan yang

bersifat umum maupun khusus, seperti pendidikan keagamaan (akhlakul

karimah) sehingga anak memiliki kepribadian yang baik yang akan

membawanya pada kehidupan yang bahagia di dunia maupun akhirat.

B. Kepala Keluarga

1. Pengertian Kepala Keluarga

Ayah mempunyai keistimewaan sebagai pemimpin rumah tangga.

Pendidikan dalam keluarga merupakan tanggung jawab penuh yang

dibebankan kepada kepala keluarga (ayah) di hadapan Allah SWT yaitu

dengan memberikan pengajaran dan penanaman kepada anak-anaknya

untuk menjaga keimanan kepada Allah SWT.

Kata kepala keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah orang yang bertanggung jawab terhadap suatu keluarga (biasanya

bapak). 19

Kepala keluarga adalah orang yang “mengurusi urusan-urusan

besar dalam rumah tangga, sampai dengan dalam pencarian nafkah,

penjagaan hubungan rumah tangga dengan masyarakat, dan urusan-urusan

lain yang melibatkan rumah tangga dengan kehidupan sosial”. 20

19
Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008),
hal. 546
20
Yayat Hidayatulloh, dkk., Implikasi Peran Kepala Keluarga Berdasarkan Q.S. At-
Tahrim Ayat 6 dan Q.S. Luqman Ayat 13-19 Terhadap Pendidikan dalam Keluarga, Bandung:
Jurnal Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung, Vol. 2, 2014-2015, hal. 29
15

Suami sebagai kepala keluarga berkewajiban menjaga, melindungi

dan mempertahankan istri dan keluarganya dari madarat yang akan

menimpanya. Menjaga harga diri, melindungi kehormatannya, memberi

pengayoman untuk menciptakan rasa aman serta berkewajiban untuk

memberi kasih sayang dan bersikap adil. Begitu pula Alaihim nafakah

yaitu berkewajiban memberi nafkah kepada istri dan keluarganya baik

nafkah lahir maupun nafkah batin.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Keluarga

Keluarga merupakan salah satu faktor ekstern yang mampu

mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa. Keluarga merupakan

lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Dalam sebuah

keluarga ayah memiliki tugas sebagai kepala keluarga danpencari nafkah,

sedangkan seorang istri bertugas melahirkan, mengasuh, dan mendidik

anak.

Kepala keluarga merupakan pemimpin atas keluarga yang

dipimpinnya. Dalam hal ini, biasanya yang menjadi pemimpin dalam suatu

keluarga adalah seorang laki-laki yang berperan sebagai suami bagi

istrinya dan ayah bagi anak-anaknya. Sebelum membahas tentang tugas

dan tanggung jawab seorang kepala keluarga, terlebih dahulu di sini akan

dibahas mengenai arti kepemimpinan.

“Kepemimpinan adalah seni mengelola dan memberdaya

sekelompok orang atas dasar kekuatan kepribadian untuk mendapatkan

suatu sinerja dan kinerja yang optimal dan memiliki nilai tambah bagi
16

kelompok tersebut”.21 Jadi pemimpin pada hakikatnya adalah orang yang

memegang peranan menentukan, mempunyai posisi dominan dan

pengaruh untuk menggerakkan dan mengarahkan orang-orang dan fasilitas

dalam rangka pencapaian tujuan kelompok atau organisasinya. Karena itu,

setiap pemimpin memerlukan kepemimpinan atau kemampuan untuk

membimbing dan menuntun.

Pradifta berpendapat mengenai tugas kepemimpinan keluarga

sebagai berikut:

Kepemimpinan kepala keluarga adalah suatu tindakan atau


kemampuan yang dimiliki seorang kepala keluarga atau suami
untuk memimpin anggota keluarga yang terdiri dari istri dan anak
yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama dalam sebuah keluarga. Kepala keluarga mempunyai tugas
sebagai pelindung, pencari nafkah, serta sebagai pendidik. Sebagai
seorang yang memimpin keluarga ayah memiliki tugas juga dalam
mendidik serta memberi perhatian pada anak. 22

Menurut Adnan Hasan Shalih Baharits, sebagaimana dikutip oleh

Yayat Hidayatulloh dkk., bahwa:

Dalam rumah tangga, secara Islam ayah memiliki tanggung jawab


sebagai pembentuk generasi Islam yang saleh. Hal ini dimulai sejak
pemilihan istri yang baik dan sesuai, memberinya mas kawin
(shidaq) dan nafkah yang cukup. Setelah pernikahan itu akan
datang tugas baru yaitu mendidik anak sejak lahir mulai dari
mengadzani di telinga kanan dan mengqamatinya di telinga kiri
pada saat anak baru dilahirkan, merawat, mengakikahi, memberi
nama yang baik, dan mendidiknya dengan baik. 23

21
Gatot Iswantoro, Kepemimpinan dengan Hati Nurani, (Jakarta Selatan: Tugu Publisher,
2013), hal. 25
22
PradiftaYuyun Setyaningrum, Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Keluarga dan
Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Teras Boyolali
Tahun Pelajaran 2012/2013, Surakarta: Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas 11 Maret 2013, hal. 7
23
Yayat Hidayatulloh, dkk.,Implikasi Peran Kepala Keluarga., hal. 27
17

Salah satu tugas seorang ayah terhadap anak-anaknya adalah

memberi nafkah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Sa’id sebagai

berikut:

Bila si anak mencapai usia dewasa dalam kondisi miskin atau tidak
mampu mencari penghasilan; bila anaknya laki-laki, maka ayah
tidak wajib memberinya nafkah, kecuali bila ia tidak mampu
mencari penghasilan karena sakit atau faktor lain. Bila ia mampu
mencari penghasilan namun tidak mencukupi kebutuhannya, maka
menjadi kewajiban ayah untuk menggenapinya.
Adapun bila perempuan, maka ayah wajib memberinya nafkah
hingga ia menikah, meskipun ia mampu mencari penghasilan.
Ayah tidak boleh mendorongnya untuk bekerja, atau
mempekerjakannya dengan imbalan upah. Tindakan ini berarti
menyodorkan si perempuan kepada fitnah dan penyimpangan.
Akan tetapi jika ia mempunyai penghasilan dari pekerjaan yang
terjamin keamanannya, misalnya bekerja dan mendapat
penghasilan di rumah, sedangkan si ayah fakir, maka ayah tidak
wajib memberinya nafkah. Jika penghasilannya tidak mencukupi
kebutuhannya, maka ayah wajib menggenapinya. 24

Dengan adanya kepemimpinan kepala keluarga yang baik maka

secara tidak langsung akan meningkatkan pendidikan dan pengetahuan

serta sikap istri dan anaknya. Dengan adanya dorongan dari kepala

keluarga pada keluarganya maka secara tidak langsung hal tersebut akan

mampu membantu tumbuhnya rasa segan, menghormati dan respon baik

dari anggota keluarganya.

C. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga merupakan penanaman

dasar-dasar keislaman yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya,


24
Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Tarbiyatul Aulad, ter. Muhammad Muhtadi, (Solo:
Zamzam, 2015), hal. 162-163
18

dengan harapan bahwa Pendidikan Agama Islam yang diberikan dapat

membentuk kepribadian yang utama menurut ukuran Islam sebagaimana

diungkapkan oleh Ahmad Tafsir bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

“Bimbingan jasmani dan rohani yang berdasarkan landasan hukum agama

Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam”. 25

Berdasarkan pendapat di atas bahwa Pendidikan Agama Islam

merupakan proses bimbingan yang dilakukan oleh pendidik yaitu orangtua

kepada anaknya dengan tujuan untuk membentuk kepribadian yang utama,

sehingga anak dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran

Islam.

Keluarga merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-

anaknya, karena dari orangtualah anak mula-mula mendapatkan

pendidikan khususnya pendidikan agama Islam tentang ibadah shalat.

Orangtua adalah cerminan bagi anak-anaknya jika orangtua selalu rajin

menjalankan ibadah shalat, maka anak akan meniru untuk menjalankan

ibadah shalat dengan rajin. Namun dalam hal ini perlu didukung adanya

pendidikan dari orangtua tentang ibadah shalat.

Tatkala orangtuanya shalat, anak kecil itu diajak shalat sekalipun

mereka belum mengetahui cara dan bacaannya. Agar ketika anak dewasa

ia sudah terbiasa melakanakan ibadah shalat.

Menurut Omar Muhammad Al-Taumi Al-Seimbang menjelaskan


bahwa : “ orangtua harus memperkenalkan kepada anak-anak akan akidah
Islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadah dan cara melaksanakannya dengan
betul dan dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah
Islam dan memperkenalkan asal usul ibadah shalat dan cara

25
Syamsu Nizar Filsaf Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan atPraktis,
(Jakarta; Ciputat Pers, 2003), hal.32
19

melaksanakannya setelah anak menjadi dewasa anak akan terbiasa dan


menjadikan ibadah shalat sebagai bagian hidupnya”.26

Penjelasan di atas menyebutkan orangtua mempunyai kewajiban

untuk memperkenalkan kepada anak-anaknya akan dasar-dasar akidah

Islam, asal usul ibadah shalat dan cara melaksanakannya agar setelah anak

menjadi dewasa anak akan terbiasa dan menjadikan ibadah shalat sebagai

bagian hidupnya.

Setelah anak diperkenalkan oleh orangtua tentang dasar dasar

akidah Islam, asal usul ibadah shalat, dan cara melaksanakan ibadah

shalat, maka hal selanjutnya adalah orangtua harus mulai mengajarkan

ibadah shalat pada anak-anaknya, teknis yang dilakukan orangtua dalam

mengajarkan ibadah shalat pada anak, dapat dilakukan dengan beberapa

cara :

a. Langsung Memerintahkan Shalat.


Kedua orangtua bisa mulai membimbing anak untuk mengerjakan
shalat dengan cara mengajak melakukan shalat disampingnya.
b. Mengajari shalat, orangtua mulai mengajarkan rukun-rukun shalat,
kewajiban-kewajiban dalam mengajarkan shalat serta hal-hal yang bisa
membatalkan shalat.
c. Memukul anak jika enggan shalat, dimulai ketika anak berumur
sepuluh tahun, jika anak mengabaikan ibadah shalat.
d. Mendidik anak agar menghadiri shalat berjamaah. 27

Dari pendapat di atas memberikan gambaran dalam mendidik

anak-anaknya mau belajar dan mengamalkan ibadah shalat, orangtua harus

melatihnya sedini mungkin, yakni diawali dengan anak turut serta dalam

ibadah shalat bersama orangtua, kemudian mengajari bacaan-bacaan

26
Omar Mohammad Al Toumi Al-Syaibang, Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, 1997, h. 423
27
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak bersama Nabi, CV. Arafah Group, Solo, 2004, h.
175-182
20

shalat, setelah anak ada beberapa yang hafal, anak diajari gerakan shalat,

selain tugas tersebut memantau dan mengingatkan anak shalat adalah hal

penting bagi orangtua. Serta mendidik anak agar menghadiri shalat secara

berjamaah baik dirumah ataupun dimasjid.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Dasar Pendidikan Agama Islam dalam keluarga adalah bersumber

dari Al-Qur’an dan Hadits, adalah firman Allah SWT yang diwahyukan

kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril dan

didalamnya terkandung ajaran yang benar dan sebagai sumber yang benar.

Dengan kebenaran tersebut maka Pendidikan Agama Islam bersumber

dari:

a. Al-Qur’an sebagai firman Allah, surat At-Tahrim ayat 6 yaitu sebagai

berikut :

ُ‫اْلِ َج َارة‬
ْ ‫َّاس َو‬ ِ ِ َّ
ُ ‫ود َها الن‬ ُ ُ‫ين َآمنُوا قُوا أَن ُف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم نَاراً َوق‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
‫صو َن اللَّهَ َما أ ََمَرُه ْم َويَ ْف َعلُو َن َمايُ ْؤَمُرو َن‬ ِ ِ ِ
ُ ‫َعلَْي َها َم ََلئ َكةٌ غ ََل ٌظ ش َد ٌاد ََل يَ ْع‬
﴾٦﴿
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-
Tahrim : 6)28

Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa tugs

yang diberikan kepada orangtua sangatlah besar, tidak hanya

28
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2005, h.
448
21

memberikan makanan dan minum saja, tetapi juga memberikan bekal

Pendidikan Agama Islam, untuk keselamatan di dunia dan akhirat.

Dengan demikian setiap keluarga merupakan kesatuan hidup

yang kecil dimasyarakat mempunyai tanggung jawab untuk

memberikan Pendidikan Agama Islam kepada anak khususnya

pendidikan ibadah shalat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

dalam lingkungan keluarga dan menjadikan ibadah shalat sebagai

bagian dari hidupnya.

b. Hadits atau sunnah adalah perkataan, perbuatan atau taqrir Rasulullah

SAW menegaskan bahwa :

‫من َم ْولُْوٍد‬ ِ
ْ ِ‫صلَّى اهلل َعلَْيه َو َسلَّ َم َما‬ َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ‫ق‬:‫ال‬ َ َ‫َع ْن أَِ ْ ُهَريَْرةَ ق‬
)‫صَرانِِه(روا البخارى و مسلم‬ ِّ َ‫اَِّلَ يُ ْولَ ُد َعلَى اْ ِلف َْرةِ فَاَبَ َوُ يُ َه ِّوَدانِِه اَْويُن‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah saw bersabda

“setiap anak dilahirkan menurut fitrah (ciptaan asli). Kedua ibu

bapaknya yang menyebabkan anak itu beragama Yahudi dan

Nasrani”.(HR. Bukhori dan Muslim )” 29

Berdasarkan hadis di atas, bahwa orangtua (keluarga) sangat

berperan aktif dalam membimbing kehidupan anaknya, karena baik

dan buruknya seorang anak tergantung dari pendidikan yang diberikan

orangtua (keluarga), jika anak sejak kecil sudah ditanamkan

pendidikan tentang ibadah shalat dan dibiasakan untuk mengamalkan

ibadah shalat maka anak akan terbiasa mengamalkan ibadah shalat

dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Sebaliknya jika dalam diri

anak tidak pernah ditanamkan pendidikan ibadah shalat maka anak

29
Zainuddin Hamidy, et.el, Shahih Bukhori, JilidIV, cet. ke-2, Jakarta, 1983, h. 82
22

akan sulit untuk mengamalkan ibadah shalat dalam kehidupan sehari-

hari dengan baik.

Dengan demikian jelaslah bahwa sebagian dasar dalam

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah berasal dari Al-Qur’an

dah Hadis, dimana keduanya adalah merupakan pedoman, pegangan

hidup bagi umat Islam dalam kehidupan di dunia dan akhirat.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Segala sesuatu harus mempunyai tujuan, karena tanpa tujuan tidak

akan berarti apa-apa dan akan sia-sia. Begitu pula dengan pendidikan

agama Islam pada dasarnya bertujuan merealisasikan manusia agar

mentaati perintah Allah SWT.

Sementara itu Abdurrahman An-Nahlawi menjelaskan bahwa

tujuan Pendidikan Agama Islam adalah “merealisasikan penghambaan

kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun

secara sosial”. 30

Menurut Ahmad Tafsir tujuan Pendidikan Agama Islam dalam

rumah tangga ialah “agar anak itu menjadi anak yang soleh”. 31

Adapun berdasarkan beberapa pendapat diatas, bahwa tujuan

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga adalah agar terciptanya manusia

yang beriman, bertaqwa kepada Allah dan menjadi anak yang sholeh,

yaitu dengan mengamalkan ibadah shalat lima waktu dan menjadikan

ibadah shalat sebagai bagian dari hidupnya.

30
Abdurrahman an-Nawawi, Pendidikan Islam dirumah, Sekolah dan Masyarakat, Gema
Insani Press, Jakarta, 1995, h. 117
31
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Cet ke-2, PT. Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung, 1994, h. 163
23

4. Metode Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga

Abdullah Nashih Ulwan mengungkapkan bahwa ada beberapa

metode yang lebih efektif apabila digunakan orangtua (keluarga) dalam

memberikan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga yang menyangkut

hal pengamalan ibadah shalat lima waktu anak yaitu dengan:

pendidikan dengan ketauladanan, pendidikan dengan kebiasaan,

pendidikan dengan nasihat, pendidikan dengan memberi perhatian,

pendidikan dengan hukuman’. 32

a) Pendidikan dengan Ketauladanan

Ketauladanan merupakan metode pendidikan yang banyak

dicontohkan oleh Rasulullah dan telah diakui keberhasilannya oleh

banyak ahli pendidikan. Oleh karena itu usaha-usaha orangtua dalam

menanamkan pendidikan tentang ibadah shalat kepada anaknya

melalui ketauladanan akan mempengaruhi pengamalan ibadah shalat

anak. Sebagaimana dikemukakan oleh Charles Shafer bahwa:


“Ketauladanan adalah kita menyuruh anak-anak kita mengajarkan
shalat, menyuruh mengerjakan shalat, diri kita selaku orangtua dari
anak harus lebih dahulu mengerjakannya, akhirnya apa yang dilakukan
oleh (orangtua) harus sesuai dengan perbuatannya karena kita
menyuruh anak-anak mengajarkan shalat tetapi kita tidak shalat maka
perintah itu merupakan perintah yang hampa”. 33

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa tauladan dari orangtua

berpengaruh besar dalam memberikan pendidikan ibadah shalat kepada

anak, karena anak suka meniru orang disekitarnya, atau yang ada

didekatnya dan orang yang paling dekat dengannya adalah orangtua.

Jadi apabila orangtua menyuruh anak untuk mengamalkan ibadah

shalat lima waktu dan orangtua juga melaksanakan ibadah shalat lima

32
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam Jilid I, Alih Bahasa
oleh Saifullah Komalie dan Hery Noer, Asyifa, Jakarta, h1995, h. 1
33
Charles Shaefer, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Tulus Jaya, Jakarta, 1990, h. 16
24

waktu, sebaliknya jika orangtua hanya menyuruh anak untuk

melaksanakan ibadah shalat lima waktu dan orangtua tidak

melaksanakannya maka anak akan meniru orangtuanya malas untuk

melaksanakan ibadah shalat. Oleh karena itu ketauladanan orangtua

dapat mempengaruhi pengamalan ibadah shalat lima waktu anak.

b) Pendidikan dengan Kebiasaan

Mendidik anak mengenai pengamalan ibadah shalat harus

dilakukan dengan membiasakannya untuk selalu menunaikannya

dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan adanya pembiasaan

kepada anak sejak kecil untuk selalu mengamalkan ibadah shalat

diharapkan ketika dewasa ia sudah terbiasa melaksanakan ibadah

shalat.

Menurut Zakiah Darajat “jika anak-anak telah terbiasa shalat

dalam keluarga maka kebiasaan tersebut akan terbawa sampai ia

dewasa, bahkan tua, dikemudian hari”. 34

Selain suritauladan yang dicontohkan orangtua pada anak,

pendidikan tentang ibadah shalat melalui pembiasaan juga harus

dilakukan. Jelaslah bahwa untuk menjadikan anak seorang anak yang

berkepribadian baik maka pembiasaan tentang ajaran agama harus

diberikan sejak kecil karena adab dan kebiasaan yang diulang-ulang

melalui latihan-latihan secara terus menerus dilakukan, lama kelamaan

akan menjadikan kebiasaan yang baik pada anak yaitu anak akan selalu

melaksanakan ibadah shalat lima waktu; apabila anak sudah terbiasa


34
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, CV. Ruhana,
Bandung, 1995, h. 62
25

sejak kecil melaksanakan ibadah shalat maka ketika dewasa ia pun

akan terbiasa mengamalkan ibadah shalat lima waktu dalam kehidupan

sehari-harinya.

c) Pendidikan dengan Nasehat

Bila orangtua telah memberikan tauladan yang baik,

pembiasaan yang baik dalam melaksanakan ibadah shalat maka hal

selanjutnya yang harus dilakukan orangtua dalam membimbing anak-

anaknya untuk selalu melaksanakan ibadah shalat adalah dengan

nasehat. Nasehat merupakan metode yang paling mudah membekas

dalma jiwa anak.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Quthb bahwa :

“Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata


yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karena
itu kata-kata harus diulang-ulang. Nasihat yang berpengaruh membuka
jalannya kedalam jiwa secara langsung melalui perasaan. Ia
menggerakkannya dan menggoncangkan isinya selama waktu
tertentu”.35

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa metode

pendidikan nasihat mampu menggerakkan jiwa anak dalam waktu

tertentu. Orangtua dalam hal ini harus selalu memberikan nasehatnya

kepada anak untuk selalu melaksanakan ibadah shalat lima waktu

karena pengamalan ibadah shalat lima waktu merupakan kewajiban

bagi setiap muslim, dengan nasehat yang berulang ulang akan sangat

berpengaruh terhadap pengamalan ibadah shalt anak, dimana anak

35
M. Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Alih Bahasa Satman Harun, PT. Al-Ma’arif,
Bandung, 1993, h. 334
26

yang awalnya bermalas-malasan untuk melaksanakan ibadah shalat,

setelah mendapatkan nasihat dari orangtuanya anak tersebut semakin

rajin untuk melaksanakan ibadah shalat lima waktunya.

d) Pendidikan dengan Perhatian

Orangtua selain membiasakan anak untuk melaksanakan

ibadah shalat dan menasehati anak untuk selalu melaksanakan ibadah

shalat lima waktu. Orangtua juga harus memberikan perhatiannya

kepada anak dalam mengamalkan ibadah shalat lima waktu dengan

perhatian tersebut akan lebih memacu anak untuk lebih bersemangat

dalam melaksanakan ibadah shalatnya, dimana ketika anak sedang

asyik bermain orangtua harus menanyakan apakah anak sudah

melaksanakan ibadaha shalat atau belum, memperhatikan gerakan dan

bacaan shalat anak, agar anak lebih merasa diperhatikan oleh

orangtuanya ketika sedang menjalankan ibadah shalat. Sebagaimana

telah dikemukakan oleh Abdullah Nashih Ulwan bahwa :

“Perhatian adalah mencurahkan perhatian dan senantiasa mengikuti

perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan

spritual dan sosial disamping selalu bertanya situasi jasmani dan

keterampilan ilmiahnya”.36

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa orangtua

mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memperhatikan dan

senantiasa mengawasi anak-anaknya dalam segala hal dikehidupan nya

36
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam Jilid 2, Pustaka
Amani, Jakarta, 1995, h.129
27

dan mendorong anak untuk menunaikan tanggung jawab serta

kewajiban secara sempurna dalam rangka terciptanya muslim hakiki.

Dalam hal ini orangtua mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk

memperhatikan pelaksanaan ibadah shalat anak, mengawasi bacaan

dan gerakan shalatnya apabila ada kesalahan yang dilakukan secara

sengaja atau tidak sengaja oleh anak. Dengan perhatian orangtua

kepada anak diharapkan anak lebih terpacu dan bersemangat untuk

mengamalkan ibdah shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-

harinya.

e) Pendidikan dengan Hukuman

Pendidikan dengan hukuman apabila metode-metode yang

telah disebutkan di atas tadi tidak mampu lagi untuk memerintahkan

anak mengamalkan ibadah shalat lima waktu. Sebagaimana dikatakan

oleh M. Quthb bahwa : “Bila teladan tidak mampu, dan begitu juga

dengan nasehat, maka waktu itu harus diadakan tindakan yang tegas

yang dapat meletakkan persoalan pada tempat yang benar. Tindakan

ini adalah hukuman”.37 Sedangkan menurut Abdullah Nashih Ulwan

hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita secara sadar dan sengaja

menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik dari segi kerohanian

orang lain itu mempunyai kelemahan bila dibandingkan dengan diri

37
M. Quthb, ibid, h. 347
28

kita, dan oleh karena itu maka kita mempunyai tanggung jawab untuk

membimbingnya dan melindunginya”. 38

Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa

hukuman adalah suatu metode pendidikan yang digunakan oleh

orangtua untuk membuat anaknya merasa jera atau sadar akan

kesalahan yang ia lakukan yaitu kesalahan karena telah melalaikan

ibadah shalat lima waktu. Hukuman yang diberikan orangtua tidak

perlu terlalu keras akan tetapi diharapkan hukuman yang diberikan

orang tua kepada anaknya dapat membuat anak sadar dan berjanji tidak

akan mengulangi kesalahannya.

D. Ibadah Shalat Lima Waktu

1. Pengertian Ibadah Shalat Lima Waktu

Ibadah shalat adalah “menghadapkan hati, jiwa dan raga

kepada Allah SWT sebagai amal yang paling baik berupa kelakuan dan

beberapa macam ucapan tertentu yang diawali dengan takbir dan

diakhiri dengan ucapan salam menurut syarat-syarat hukum syara’ atau

hukum fiqh.39 Sementara Hasby Ash Shidiqiey berpendapat bahwa

“ibadah shalat fardu adalah suatu rangkaian ibadah yang diawali

dengan takbir dan diakhiri dengan salam”. 40

Pengertian di atas dapat dipahami bahwa ibadah shalat fardu

adalah suatu kegiatan menghadapkan hati, jiwa, dan raga kepada Allah

SWT yang dilaksanakan dalam rangka mengikuti perintah Allah SWT


38
Abdullah Nasih Ulwan, ibid, h. 150
39
Alaydrus, Risalah Bimbingan Shalat Lengkap, Jaya, ttp, tt, h. 30
40
Hasby Ash Shidiqiey, Tuntunan Shalat, Cet. XX, Bulan Bintang, Jakarta, 1992 h. 30
29

yaitu mendirikan ibadah shalat yang lima waktu dikerjakan oleh setiap

muslim yang telah baligh.

Adapun yang penulis maksud ibadah shalat disini adalah shalat

lima waktu yaitu shalat wajib yang dikerjakan sebanyak lima kali

sehari semalam.

2. Dasar dan Tujuan Pelaksanaan Ibadah Shalat Lima Waktu

Dasar dan tujuan ibadah shalat telah ditetapkan oleh Allah swt

dalam al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45 sebagai berikut :

َّ ‫الصَلََة اِ َّن‬
‫الصَلََة تَْن َهى َع ِن الْ َف ْح َ ِاء َوالْ ُمْن َك ِر‬ َّ ‫َوأَقِ ِم‬
Artinya : “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar”(QS.Al-
Ankabut : 45)41

Ayat diatas menyebutkan dasar hukum pelaksanaan ibadah

shalat adalah al-Qur’an yaitu mengajarkan kita untuk melaksanakan

ibadah shalat karena ibadah shalat akan mencegah dari perbuatan keji

dan munkar.

Tujuan dari shalat itu bagi seorang muslim maupun masyarakat

luas antara lain adalah :

a. Sebagai tanda syukur dan terima kasih manusia kepada Allah swt

atas segala nikmat dan karunianya yang telah diberikannya.

b. Dengan shalat manusia akan ingat kepada Allah, dengan demikian

semua tindakan dan perbuatan sehingga terhindar dari perbuatan

yang keji dan mungkar.

41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, CV. Diponegoro, Bandung, 2005, h.
321
30

c. Mendidik dan membiasakan manusia untuk hidup teratur dan

menghargai waktu.

d. Dengan diharuskannya bersuci bagi setiap orang yang hendak

shalat baik badan, pakaian, maupun tempat, maka ia akan terdidik

bersih menjadi pokok pangkal kesehatan.

e. Menanamkan rasa persamaan dan persatuan dalam melaksanakan

shalat selalu memohon petunjuk dan perlindungan serta

bertawakal, menyerahkan diri kepada Allah swt, maka akan lega

dan aman tenteram pikirannya serta akan hilang kebingungan atau

kegelisahan.

f. Sewaktu manusia melaksanakan shalat selalu memohon petunjuk

dan perlindungan serta bertawakal, menyerahkan diri kepada Allah

swt, maka akan lega dan aman tentram pikirannya serta akan hilang

kebingungan atau kegelisahan. 42

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan

dari ibadah shalat adalah dapat mencegah manusia dari perbuatan-

perbuatan keji dan mungkar serta perbuatan-perbuatan yang dilarang

oleh Allah swt dan juga dapat menentramkan fikiran bagi orang yang

melaksanakannya.

42
Haya binti Mubarok al-Barik, Ensiklopodi Wanita Muslimah, Ahli Bahasa Amir
Hamzah, Darul Falah, Jakarta, 1999, h. 353
31

3. Pokok-Pokok Dalam Ibadah Shalat Lima Waktu

Pokok-pokok apa saja yang ada dalam ibadah shalat. Pokok-

pokok ibadah shalat lima waktu yaitu meliputi, syarat-syarat, rukun

shalat dan hal-hal yang membatalkan shalat.

a. Syarat Shalat

Menurut Muhammad Rifai adalah “suatu pekerjaan yang

disuruh mengerjakan sebelum mengerjakan perkara yang lain dan

pekerjaan itu tidak diterima kalau tidak ada yang pertama”. 43 Jadi

dapat penulis pahami bahwa syarat merupakan suatu perkara yang

harus terlebih dahulu dikerjakan sebelum mengerjakan pekerjaan

yang lain. Dalam hal ini syarat shalat terbagi menjadi dua macam

yaitu syarat wajib mengerjakan dan syarat syah shalat.

 Syarat wajib mengerjakan shalat

Menurut Muhammad Rifa’i dalam buku Mutiara Fiqih

mengungkapkan bahwa syarat wajib mengerjakan shalat itu ada

6 perkara yaitu ; (1) Islam; (2) Suci dari haid dan nifas; (3)

sampai dakwah kepadanya;(4) berakal; (5) baligh; (6) ada

pendengaran”.44

 Syarat sah mengerjakan shalat

Sulaiman Rasyid mengungkapkan bahwa syarat syah shalat itu

ada 5 yaitu :

1) Suci dari hadas besar dan hadas kecil

43
Muhammad Rifa’i, Mutiara Fiqih, jilid I, CV. Wicaksana, Semarang, 1998, h. 11
44
Ibid, h. 191
32

2) Badan, pakaian, tempat dari najis


3) Menutup aurat
4) Mengetahui masuk waktu shalat
5) Menghadap kiblat (ka’bah).”45

b. Rukun shalat

1. Niat
2. Berdiri bagi yang kuasa
3. Takbiratul ikhram (membaca “Allahu Akbar”)
4. Membaca surat Fatihah
5. Rukuk serta tuma’ninah (diam sebentar)
6. I’tidal serta tuma’ninah
7. Sujud dua kali serta tuma’ninah
8. Duduk diantara dua sujud serta tuma’ninah
9. Duduk akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
12. Memberi salam yang pertama (kekanan)
13. Menertibkan rukun.46

c. Hal-hal yang membatalkan shalat

Muhammad Rifa’i mengungkapkan bahwa hal-hal yang

membatalkan shalat itu sebagai berikut :

1) Berhadas kecil maupun besar


2) Terkena najis yang tidak dimaafkan
3) Berkata-kata dengan sengaja selain bacaan shalat, walaupun
dengan satu huruf yang memberikan suatu pengertian
4) Sengaja meninggalkan sesautu rukun, syarat shalat tanpa uzur
yang misalnya terbuka auratnya, membelakangi kiblat.
5) Tertawa terbahak-bahak
6) Bergerak-gerak berturut-turut
7) Makan dan minum
8) Mendahului imam dan rukun
9) Murtad yakni keluar dari Islam”. 47

45
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algan Sindo, Bandung, cet. ke-7. 2004, h.
68-70
46
Ibid, h. 75-87
47
Muhammad Rifa’i, Ibid, 207-210
33

d. Bacaan-Bacaan dalam Shalat

1. Cara mengerjakan shalat


a) Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat
b) Lalu mengangkat kedua belah tangan serta membaca
Allahu Akbar.
c) Setelah takbiratul ihram kedua belah tangan disedekapkan
pada dada, kemudian membaca doa iftitah
2. Bacaan doa iftitah
3. Surat fatihah
4. Rukuk
5. I’tidal
6. Sujud
7. Duduk antara dua sujud
8. Sujud kedua
9. Duduk tasyahud/tahiyat awal
10. Tasyahud akhir
11. Salam. 48

48
Muhammad Rifai, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, PT. Karya Toha Putra,
Semarang, 2003, h. 37-47
34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang “memusatkan

perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar

belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan”. 49

Penelitian lapangan atau penelitian kasus bertujuan untuk

mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan

interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau

masyarakat.50 Adapun tempat penelitian yang akan dilakukan adalah

Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang

Bawang yang dalam hal ini adalah tempat peneliti mengadakan penelitian.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. “Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi

atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam

bentuk laporan penelitian”. 51

49
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 9
50
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
hal. 46
51
Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitian: SuatuPendekatanPraktik, (Jakarta: RinekaCipta,
2010), hal. 3
35

Dengan demikian maka penulis mendeskripsikan atau menguraikan

data-data yang berkaitan dengan peran kepala keluarga dalam

menanamkan pendidikan agama Islam kepada keluarga di Kampung Bumi

Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang, kemudian

penulis menganalisanya guna untuk mendapatkan suatu pandangan atau

kesimpulan berupa kata-kata yang relevan pada saat ini.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penelitian

berupa pengungkapan fakta yang ada yaitu suatu penelitian yang terfokus

pada usaha yang mengungkap suatu masalah dan keadaan sebagaimana

adanya dan dipelajari sebagai suatu yang utuh.

Penelitian deskriptif kualitatif ialah penelitian yang digunakan

untuk mencari informasi atau mengetahui bagaimanakah situasi atau

kondisi dan kejadian yang terjadi dalam rangka untuk mendapatkan data

dan fakta dalam persoalan yang sebenarnya.

Penelitian yang akan penulis laksanakan merupakan penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang mengungkapkan gejala-gejala

yang tampak dan mencari fakta-fakta khususnya mengenai masalah yang

akan penulis teliti dalam penelitian ini yaitu mengenai peran kepala

keluarga dalam menanamkan pendidikan agama Islam kepada keluarga di

Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang

Bawang.
36

B. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung

memberikan data kepada pengumpul data52. Artinya sumber data yang

diperoleh langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini yang menjadi

sumber data primer adalah informan di antaranya:

a. Tokoh Agama : Bapak Hamidin

b. Tokoh Masyarakat : Bapak Mahmudin

c. Kepala Keluarga : 1) Bapak Agus

2) Bapak Frenky

3) Bapak Hamidin

4) Bapak Sutrisno

5) Bapak Amrin

d. Istri : 1) Ibu Umi Istri Bapak Agus

2) Ibu Maryati Istri Bapak Frenky

3) Ibu Nurlaila Istri Bapak Hamidin

4) Ibu Sarinem Istri Bapak Sutrisno

5) Ibu Siti Khoiriyah Istri Bapak Amrin

e. Anak : 1) Saudari Ita Putri Bapak Agus

2) Saudari Citra Putri Bapak Frenky

3) Saudari Putri, Putri Bapak Hamidin

4) Saudara Firman Putra Bapak Sutrisno

52
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2011),
Cet. Ke-12, hal. 225
37

5) Saudari Zahra Putri Bapak Amrin

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah “data yang diperoleh dari kepala

kampung, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala keluarga, foto-foto,

rekaman video, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer”.

“Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data misalnya, lewat orang lain atau

lewat dokumen”.53 Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam,

dari surat kabar, surat pribadi kitab harian, notula rapat perkumpulan,

sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang

dimaksud dengan sumber data sekunder adalah sumber data kedua yaitu

sumber data yang diperoleh dari sumber lain yang tidak berkaitan secara

langsung dengan penelitian ini, seperti data yang diperoleh dari

perpustakaan antara lain buku-buku yang membahas tentang peran kepala

keluarga dalam menanamkan pendidikan agama Islam kepada keluarga.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Metode observasi merupakan “suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

53
Ibid.,hal. 225
38

responden yang diamati tidak terlalu besar”. 54 Metode ini digunakan

langsunguntuk mengamati keluarga yang menjadi sasaran objek penelitian

seperti jumlah KK dan sistem pendidikan dalam keluarga tersebut. Melalui

pengamatan atau observasi peneliti juga dapat mengamati hubungan

manusia serta kegiatan yang dilakukan.

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah “sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara”.55 Selanjutnya, Margono berpendapat sebagai berikut:

“Interview adalah alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan

pula. Ciri utama interview adalah kontak langsung dengan tatap muka

antara mencari informasi (interviewer) dan sumber informasi

(interviewee)”.56 Dengan demikian penelitian ini menggunakan

wawancara campuran yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara

dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Adapun

pihak-pihak yang diwawancarai adalah tokoh agama dan tokoh masyarakat

Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang

Bawang.

54
Sugiyono, ibid, hal. 145
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., hal. 198
56
S. Margono, MetodologiPenelitian., hal. 165
39

3. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto “Metode dokumentasi yaitu mencari

data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. 57

Dokumentasi adalah “pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.58

Teknik dokumenter merupakan cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian. 59

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data sejarah

berdirinya, data penduduk, sarana dan prasarana, struktur organisasi, dan

denah lokasi Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur

Kabupaten Tulang Bawang. Selain itu, peneliti mengumpulkan data-data

dalam buku-buku yang membahas tentang peran kepala keluaga dalam

menanamkan Pendidikan agama Islam kepada keluarga.

D. Teknik Analisis Data

Selanjutnya analisis dalam penelitian merupakan bagian dari proses

penelitian yang sangat penting, karena dengan analisis inilah data yang akan

nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan


57
Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitian., hal. 201
58
Sugiyono, MetodePenelitian…., hal. 240
59
S. Margono, MetodologiPenelitian.,hal. 181
40

mencapai tujuan akhir penelitian. Bentuk analisis ini dilakukan dengan

penjelasan-penjelasan, bukan berupa bentuk angka-angka statistik atau bentuk

angka lainnya.

Setelah data diperoleh, maka keseluruhan data tersebut dianalisa dengan

analisa deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang

sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan

penelitian. 60

Selanjutnya, untuk metode pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode berfikir induktif yaitu suatu

penelitian di mana orang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-

peristiwa yang konkrit itu ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Berkaitan dengan skripsi ini, metode induktif digunakan untuk

menganalisa atau menggali data-data yang berupa teori ataupun pendapat dan

sebagainya yang bersifat khusus, yang berkaitan dengan peran kepala keluarga

dalam menanamkan pendidikan agama Islam kepada keluarga, seperti dengan

menganalisa hasil data yang telah didapat kemudian ditarik suatu kesimpulan.

s
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hal.3
41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Kampung Bumi Sentosa

Berdasarkan hasil interview dengan bapak Yasmin selaku

Kepala Kampung Bumi Sentosa pada tanggal 09 November 2017diketahui

bahwa diawali bulan Juni 1995 ditempatkan 100 KK/petambak plasma

oleh PT. DCD dengan nama wilayah Blok 01 Delta. Dua bulan berikutnya

ditempatkan lagi 100 KK dengan nama wilayah 01 Cerly. Dua bulan

berikutnya ditempatkan lagi 100 KK dengan nama wilayah 01 Bravo dan

dua bulan berikutnya ditempatkan lagi 100 KK dengan nama wilayah 01

Alfa. Dalam waktu kurang dari satu tahun 400 KK telah penuh menempati

400 Lot Tambak yang selanjutnya dinamai Blok 01.61

Pada tahun 1996 PT. DCD menempatkan lagi 195 KK/

petambak plasma dengan nama wilayah Blok 00, dan Blok 01 kemudian

diberi nama Kampung Bumi Dipasena Expansi, yang merupakan perluasan

Kampung Bumi Dipasena Utama. Melalui rapat kampung yang diadakan

pada tgl 19 September 2002, nama Kampung Bumi Dipasena Expansi

diganti dengan Kampung Bumi Sentosa dengan status “Pra Persiapan”.

Peresmian nama kampung tersebut dilaksanakan pada tgl 10 Oktober 2002

yang dihadiri 7 Kepala Kampung Tetangga, Kapolsek dan Danramil

61
Wawancara dengan bapak Yasmin selaku Kepala Kampung Bumi Sentosa pada tanggal
09 November 2017
42

Rawajitu Selatan, dan seluruh masyarakat serta tokoh-tokoh Bumi

Sentosa. Dengan diresmikannya nama kampung sekaligus ditingkatkan

status kampung dari “Pra Persiapan” menjadi Persiapan.

Dengan izin ALLAH Swt dan usaha seluruh masyarakat

akhirnya tgl 26 September 2002 Kampung Bumi Sentosa resmi menjadi

Kampung Definitif. Setelah di definitifkan menjadi kampung Bumi

Sentosa masyarakat mulai ingin mempunyai kepala kampung agar

kampung ini bisa lebih tertata baik dari segi pembangunan ataupun

kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2003 terpilih kepala kampungnya

yang bernama Bapak Sarifudin yang menjabat dari tahun 2003-2004.

Kemudian diadakan pemilihan kepala kampung yang kedua terpilihlah

Bapak Agus Yuhani yang menjabat sebagai kepala kampung pada tahun

2004-2005. Pada tahun 2005 diadakan pemilihan kampung yang ketiga

dengan beberapa calon dan terpilih Bapak Suyono yang menjabat dari

tahun 2005-2011.

Setelah itu pada tahun 2011 diadakan kembali pemilihan kepala

kampung yang keempat dan terpilihlah Bapak Salamudin Yulianto dari

tahun 2011-2012. Kemudian diadakan pemilihan kepala kampung yang

kelima terpilihlah Bapak Samsuri dari tahun 2012-2014. Kemudian pada

tahun 2014 diadakan pemilihan kepala kampung dengan beberapa calon


43

yang dimenangkan oleh Bapak Yasmin dari tahun 2014 sampai dengan

sekarang.62

2. Letak Geografis Kampung Bumi Sentosa

Kampung Bumi Sentosa mempunyai luas 3176 ha . Dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Bumi Dipasena Utama

b. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Way Tulang Bawang

d. Sebelah barat berbatasan dengan Bumi Dipasena Agung

3. Data Penduduk Kampung Bumi Sentosa

Berdasarkan dokumentasi yang penulis catat pada tanggal 09

November 2017 dapat diketahui jumlah penduduk Kampung Bumi

Sentosa sampai dengan saat penelitian ini dilaksanakan adalah 1.318 jiwa.

Untuk selengkapnya keadaan penduduk Kampung Bumi Sentosa penulis

sajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1
Jumlah Penduduk kampung Bumi Sentosa
Kabupaten Tulang Bawang dihitung per dusun

Jumlah penduduk menurut


Jumlah
No Dusun jenis kelamin
Laki-laki perempuan
1 I 88 80 168
2 II 118 100 218
3 III 110 96 206

62
Dokumentasi Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2017
44

4 IV 154 150 304


5 V 118 90 208
6 VI 117 97 214
Jumlah 705 613 1.318
Sumber : Hasil dokumentasi tanggal 09 November 2017 Kampung Bumi
Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulamg Bawang

Tabel 2
Jumlah Orang Tua Yang Mempunyai Anak Usia 7-12 Tahun
Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur
Kabupaten Tulang Bawang

Jumlah Anak Menurut


Jumlah
No Dusun KK Jenis Kelamin
Anak
Laki-laki Perempuan
1 I 60 36 25 61
2 II 65 22 20 42
3 III 65 25 30 55
4 IV 60 30 35 65
5 V 75 37 42 79
6 VI 42 28 28 56
Jumlah 367 178 180 414
Sumber : Hasil dokumentasi tanggal 09 November 2017 Kampung
Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulamg Bawang

Tabel 3
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur
Kabupaten Tulang Bawang

No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang


1 Belum sekolah 80
2 Tidak tamat SD 79
3 Tamat SD 423
4 Tamat SLTP/SMP 415
5 Tamat SLTA/SMA 253
6 Tamat Akademi 10
7 Tamat Sarjana 58
Sumber : Dokumentasi keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan
di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten
Tulamg Bawang tanggal 09 November 2017
45

Sedangkan dari segi agama penduduk Kampung Bumi Sentosa

mempunyai penduduk yang berbeda agama, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4
Keadaan Penduduk Menurut Agama Kampung Bumi Sentosa
Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang

NO Agama Jumlah
1 Islam 1220
2 Kristen 58
3 Katholik 16
4 Hindu 24
Jumlah 1.318 Jiwa
Sumber : Dokumentasi keadaan penduduk menurut agama di Kampung
Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulamg Bawang
tanggal 09 November 2017

Adapun dari segi mata pencaharian penduduk Kampung Bumi

Sentosa sebagai berikut :

Tabel 5
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur
Kabupaten Tulang Bawang

NO Mata Pencaharian Jumlah


1 Petambak 376
2 Pedagang 20
3 Guru 25
4 PNS 8
Sumber : Dokumentasi keadaan penduduk menurut Mata Pencaharian
di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten
Tulamg Bawang tanggal 09 November 2017
46

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Tempat Ibadah di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu

Timur Kabupaten Tulang Bawang sebagai berikut :

Tabel 6
Keadaan Sarana dan Prasarana Tempat Ibadah Kampung Bumi
Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang

No Jenis Bangunan Jumlah


1 Masjid 2
2 Musholla 6
Jumlah 8
Sumber : Dokumentasi sarana dan prasarana tempat ibadah Kampung
Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang
tanggal 09 November 2017

5. Struktur Organisasi Kampung Bumi Sentosa


47

6. Denah Lokasi Kampung Bumi Sentosa


48

B. Peran Kepala Keluarga dalam Menanamkan Pendidikan Agama Islam

Kepada Keluarga di Kampung Bumi Sentosa

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di Kampung Bumi

Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang yang

bersumber dari wawancara serta pengamatan langsung diketahui bahwa

kesadaran kepala keluarga sebagai pendidik pertama dan utama dalam

menanamkan pendidikan agama Islam seperti menanamkan ajaran agama,

memberikan nasehat yang kepada istri dan anak-anaknya, mengajarkan tata

cara shalat, melatih untuk membiasakan menjalankan ibadah, menegur

anggota keluarga apabila lalai menjalankan ibadah bisa dibilang masih perlu

ditingkatkan.

Berdasarkan wawancara dengan bapak Hamidin selaku tokoh agama

Kampung Bumi Sentosa diketahui bahwa kepala

keluarga di Kampung Bumi Sentosa ada yang sudah

menanamkan pendidikan agama dalam keluarganya

dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari,

ada yang jarang-jarang melaksanakannya dan ada juga yang belum

melaksanakannya. Namun dari kesekian warga Kampung Bumi Sentosa sudah

banyak kepala keluarga yang menanamkan pendidikan agama dalam keluarga

mereka. Menurut penuturan beliau, kehidupan keluarga di Kampung Bumi

Sentosa sudah bisa dibilang bernuansakan Islami. Banyak dari para kepala

keluarga telah menerapkan, menanamkan serta membiasakan nilai-nilai dan

pendidikan agama dalam keluarga mereka. Hal ini terbukti dengan banyaknya
49

warga yang mendatangi masjid untuk shalat berjamaah serta anak-anak

mereka yang dimasukkan dalam kegiatan pendidikan TPA. Selain itu, para

kepala keluarga juga memberikan contoh kepada istri dan anak-anaknya

dengan menerapkan kedisiplinan dan ketekunan dalam menjalankan perintah

agama. Namun di samping itu, ada beberapa kepala keluarga yang bisa

dibilang masing jarang-jarang bahkan ada yang belum sama sekali

menanamkan dan membiasakan pendidikan agama dalam keluarga mereka.

Hal ini dikarenakan faktor pengetahuan agama yang dimiliki dan faktor

pekerjaan yang akhirnya mengakibatkan penanaman pendidikan agama dalam

keluarga belum terlaksana sepenuhnya. 63

Selanjutnya, berdasarkan wawancara dengan bapak Mahmudin selaku

tokoh masyarakat menyatakan bahwa jika dilihat dari kesehariannya,

Kampung Bumi Sentosa memang terlihat Islami dan asri. Akan tetapi yang

sebenarnya, dalam suasana yang Islam tersebut terdapat beberapa keluarga

yang tidak melaksanakan kegiatan agama sama sekali seperti shalat, berpuasa

dan lain sebagainya. Hal ini, menurut beliau, diakibatkan faktor ekonomi dan

pendidikan yang terbatas. Sebenarnya, bapak Mahmudin selaku tokoh

masyarakat setempat ingin menegur keluarga tersebut, namun yang ditakutkan

akan membuat keluarga tersebut tersinggung dan dianggap melewati batas

privasi seseorang.64

63
Wawancara dengan Bapak Hamidin selaku Tokoh Agama Kampung Bumi Sentosa pada
tanggal 12 November 2017
64
Wawancara dengan Bapak Mahmudin selaku Tokoh Masyarakat Kampung Bumi Sentosa
pada Tanggal 12 November 2017
50

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Agus

yang merupakan salah satu kepala keluarga Kampung Bumi Sentosa mengenai

peran kepala keluarga dalam menanamkan

pendidikan agama Islam dalam keluarga, beliau

mengatakan bahwa kebiasaan dalam keluarganya

ketika mendengar adzan yang dikumandangkan di

Masjid Nurul Huda Kampung Bumi Sentosa, semua anggota keluarganya

selalu bersiap-siap untuk pergi ke masjid guna melaksanakan shalat

berjama’ah. Sebagai kepala keluarga, Bapak Agus pun berangkat ke Masjid

sebagai wujud pemberian contoh kepada anggota keluarganya. Kebiasaan

melaksanakan shalat tersebut diajarkan dan ditanamkan kepada anak-anaknya

sejak masih kecil sebagai bentuk kesadaran akan kewajiban seorang muslim

untuk melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Apabila ada halangan untuk

melaksanakan shalat berjamaah di masjid, seperti cuaca hujan atau ada

anggota keluarga yang sakit, Bapak Agus mengajak istri dan anak-anaknya

melaksanakan shalat berjamaah di rumah.

Menurut pernyataan Bapak Agus, beliau selalu memberikan contoh

kepada istri dan anak-anaknya supaya tidak meninggalkan shalat lima waktu,

karena menurut beliau amal ibadah seseorang yang pertama kali ditimbang

dan dihisab esok adalah ibadah shalatnya. Beliau mengajarkan kepada istri dan

anak-anaknya untuk shalat tepat waktu, karena menurut beliau shalat di awal

waktu adalah lebih utama.


51

Selanjutnya, beliau menambahkan bahwa apabila terdapat hal yang

kurang pas yang dilakukan oleh anggota keluarganya mengenai ibadah shalat

seperti menonton televisi ketika waktu shalat sudah masuk, anak tidak mau

untuk shalat terlebih sampai meninggalkan shalat, hal yang dilakukan oleh

Bapak Agus adalah memberikan nasihat kepada istri dan anak-anaknya dan

menjelaskan betapa pentingnya keutamaan shalat bagi orang Islam. 65

Kemudian, peneliti melakukan wawancara dengan ibu Umi selaku

istri Bapak Agus. Menurut beliau, ketika adzan di masjid sudah terdengar, ia

dan anak-anaknya segera bersiap-siap untuk pergi ke masjid melaksanakan

shalat berjamaah, karena apabila tidak segera bersiap-siap, suaminya akan

menegur mereka untuk segera berangkat ke masjid. Hal ini dilakukan oleh

suaminya agar semua anggota keluarga terbiasa shalat berjamaah dan shalat

tepat pada waktunya. Suaminya tidak henti-hentinya selalu memperingatkan

untuk melaksanakan shalat tepat waktu. Ketika suaminya mengajarkan shalat

dalam keluarga, terkadang ibu Umi membantu mengajarkannya kepada anak-

anaknya. Selanjutnya, beliau menambahkan bahwa suaminya selalu menyakan

apakah ia sudah melaksanakan shalat atau belum. Karena suaminya tidak mau

anggota keluarganya ada yang meninggalkan shalat, begitu pun ibu Umi

sendiri tidak pernah tahu suaminya meninggalkan shalat walaupun sekali. 66

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan Ita selaku putri

dari Bapak Agus dan Ibu Umi. Menurut Ita, kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh setiap orang Islam di antaranya adalah shalat, puasa.


65
Wawancara dengan Bapak Agus selaku Kepala Keluarga Kampung Bumi Sentosa pada
tanggal 14 November 2017
66
Wawancara dengan Ibu Umi selaku istri bapak Agus pada tanggal 14 November 2017
52

Menurut pernyataannya, shalat tepat waktu merupakan kebiasaan dalam

keluarganya. Dalam keluarganya ibadah shalat biasa dilakukan secara

berjamaah baik dilaksanakan di masjid maupun di rumah. Ayahnya sudah

mengajarkan tentang tata cara dan pentingnya ibadah shalat sejak ia berumur 8

tahun. Untuk saat sekarang ini, dalam pelaksanaan ibadah shalat, Ita sudah

tidak pernah lagi diperintah karena ia selalu tepat waktu dalam mengerjakan

shalat. Selain itu, apabila ia dan adik-adiknya tidak melaksanakan shalat tepat

waktu, ayah dan ibunya akan memarahi mereka. 67

Berbeda dengan suasana pendidikan agama Islam dalam keluarga

Bapak Agus, dalam keluarga Bapak Frenky Harianto penanaman pendidikan

agama Islam sebenarnya juga sudah diterapkan sejak dini. Menurut beliau

kebiasaan dalam keluarganya ketika mendengar

adzan adalah sebatas mendengarkan saja, itu pun

kalau tidak sedang sibuk bekerja. Bapak Frenky

sendiri berangkat ke Masjid biasanya hanya ketika akan melaksanakan shalat

Jum’at. Dalam menanamkan kebiasaan shalat dalam keluarga bapak Frenky,

yang sangat berperan adalah istrinya. Hal tersebut, menurut bapak Frenky

dikarenakan pekerjaan yang menumpuk dan harus diselesaikan. Anak-anaknya

pun apabila melaksanakan shalat adalah dengan istrinya dan istrinyalah yang

selalu memberikan contoh bagaimana tata cara shalat, memerintahkan untuk

shalat tepat waktu dan pentingnya ibadah shalat tersebut.

67
Wawancara dengan Ita selaku putri Bapak Agus dan Ibu Umi pada tanggal 14 November
2017
53

Menurut beliau apabila terdapat hal yang kurang pas yang dilakukan

oleh anggota keluarganya terutama anaknya mengenai ibadah shalat seperti

menonton televisi ketika waktu shalat sudah masuk, anak tidak mau untuk

shalat terlebih sampai meninggalkan shalat, orang yang selalu menasihati dan

menegur adalah istrinya. Beliau mengatakan, apabila hal tersebut diketahui

oleh beliau maka beliau sendiri yang menasehati. 68

Kemudian, setelah wawancara dengan bapak Frenky selesai, peneliti

melakukan wawancara dengan ibu Maryati selaku istri Bapak Frenky.

Menurut ibu Maryati, keluarganya kurang memperhatikan suara adzan.

Apabila terdengar pun, keluarganya tidak lekas-lekas bersiap-siap untuk

shalat, apalagi ketika sedang sibuk, shalat selalu ditunda dan dilaksanakan

setelah pekerjaan selesai. Suaminya pun tidak pernah memperingatkan untuk

melaksanakan shalat tepat waktu. Karena ia sendiri kurang disiplin dalam

melaksanakan shalat tepat waktu. Dalam mendidik anak-anaknya tentang

shalat, suaminya tidak pernah mengajarkannya secara langsung, selalu beliau

yang mengajarkan shalat kepada anak-anaknya. Menurut beliau, suaminya

tidak pernah menanyakan apakah ia dan anak-anaknya sudah melaksanakan

shalat atau belum. Karena suaminya terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri

dan mengandalkannya dalam mengatur anak-anaknya. 69

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan Citra selaku putri

dari Bapak Frenky dan Ibu Maryati. Menurut Citra, kewajiban yang harus

68
Wawancara dengan Bapak Frenky Harianto selaku Kepala Keluarga Kampung Bumi
Sentosa pada Tanggal 13 November 2017
69
Wawancara dengan Ibu Maryati selaku istri Bapak Frenky pada tanggal 13 November
2017
54

dilaksanakan oleh setiap orang Islam salah satunya adalah shalat. Menurutnya

keluarganya jarang sekali melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Dalam

keluarganya ibadah shalat biasanya dilakukan setelah pekerjaan selesai,

makanya anggota keluarga di rumahnya tidak pernah shalat berjamaah di

masjid. Ayahnya sendiri tidak begitu mementingkan shalat berjamaah.

Sebenarnya, ayahnya sudah mengajarkan tentang tata cara dan pentingnya

ibadah shalat sejak ia berumur 6 tahun. Namun dalam praktik sehari-hari

kurang memperhatikan apakah anggota keluarganya sudah melaksanakan

shalat atau belum. Dalam melaksanakan shalat, Citra biasanya menunggu

perintah dari ayah atau ibunya. Kalau tidak ada perintah biasanya Citra juga

tidak shalat yang ujungnya ia ditegur oleh ayah dan ibunya. 70

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Hamidin

yang merupakan salah satu kepala keluarga dan juga tokoh agama Kampung

Bumi Sentosa mengenai peran beliau selaku

kepala keluarga dalam menanamkan pendidikan

agama Islam dalam keluarga, beliau mengatakan

bahwa beliau dan keluaganya telah terbiasa shalat berjama’ah setiap kali

adzan telah dikumandangkan. Semua anggota keluarganya selalu bersiap-siap

untuk pergi ke masjid guna melaksanakan shalat berjama’ah. Namun apabila

ada keadaan yang memaksa, beliau dan keluarganya melaksanakan shalat

berjama’ah di rumah. Sebagai kepala keluarga, Bapak Hamidin memberikan

contoh dan memberikan perintah untuk selalu menaati perintah agama kepada

70
Wawancara dengan Citra selaku putri dari Bapak Frenky dan Ibu Maryati pada tanggal
13 November 2017
55

anggota keluarganya. Kebiasaan melaksanakan shalat tersebut diajarkan dan

ditanamkan kepada anak-anaknya sejak masih kecil agar kelak anaknya

mempunyai pondasi agama yang kuat. Mengenai pelaksanaan shalat, beliau

dan anggota keluarganya melaksanakan tepat waktu tanpa ditunda-tunda.71

Kemudian, peneliti melakukan wawancara dengan ibu Nurlaila selaku

istri Bapak Hamidin. Menurut beliau, dalam masalah shalat dan ibadah yang

lain, keluarganya tidak pernah menunda-nundanya. Setiap terdengar adzan,

keluarganya bergegas untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Suaminya pun

selalu memperingatkan untuk melaksanakan shalat tepat waktu. Suaminya

telah mengajarkan shalat kepada anak-anaknya sejak mereka masih kecil.

Selanjutnya, beliau menambahkan bahwa suaminya selalu menyakan apakah

ia sudah melaksanakan shalat atau belum. Karena suaminya tidak mau anggota

keluarganya ada yang meninggalkan shalat, begitu pun ibu Nurlaila sendiri

tidak pernah tahu suaminya meninggalkan shalat.72

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan Putri selaku putri

dari Bapak Hamidin dan Ibu Nurlaila. Menurut Putri, kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh setiap orang Islam bukan hanya shalat, melainkan masih

banyak yang lain seperti puasa, zakat haji dan lain sebagainya. Menurut

pernyataannya, shalat tepat waktu merupakan kebiasaan dalam keluarganya

secara berjama’ah. Ayahnya sudah mengajarkan tentang shalat kepadanya

71
Wawancara dengan Bapak Hamidin selaku Kepala Keluarga Kampung Bumi Sentosa
pada Tanggal 12 November 2017
72
Wawancara dengan Ibu Nurlaila selaku istri bapak Hamidin pada tanggal 12 November
2017
56

sejak ia memasuki bangku Sekolah Dasar. Sampai sekarang, ia dan

keluarganya selalu tepat waktu dalam mengerjakan shalat.73

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan bapak Sutrisno

tentang penanaman pendidikan agama Islam dalam keluarganya. Menurut

beliau, sebenarnya beliau sudah memerintahkan istri dan anaknya untuk

melaksanakan shalat. Namun menurut beliau, karena

beliau sendiri tidak melaksanakan shalat, ketika istri

dan anaknya tidak shalat beliau juga menganggap hal tersebut hal yang wajar

karena beliau sendiri selaku kepala keluarga juga tidak shalat. Beliau dan

keluarganya biasanya melaksanakan shalat hanya ketika shalat idul fitri dan

idul adha saja. Untuk sehari-harinya beliau dan keluarganya tidak pernah

melaksanakan shalat dengan alasan sibuk. 74

Kemudian, setelah wawancara dengan bapak Sutrisno, peneliti

melakukan wawancara dengan ibu Sarinem selaku istri Bapak Sutrisno.

Menurut ibu Sarinem, keluarganya tidak pernah memperhatikan suara adzan.

Ketika sedang sibuk dengan pekerjaan dan suara adzan terdengar, ia dan

suaminya tetap melanjutkan pekerjaan yang sedang dikerjakaannya. Mengenai

ibadah shalat lima waktu, keluarganya tidak pernah melaksanakannya apalagi

shalat berjamaah di masjid. Suaminya pun tidak pernah memperingatkan

untuk melaksanakan shalat karena suaminya dan ia sendiri selalu sibuk dengan

pekerjaannya. Sebenarnya suaminya dan beliau memerintahkan anaknya untuk

73
Wawancara dengan Putri selaku putra Bapak Hamidin dan Ibu Nurlaila pada tanggal 12
November 2017
74
Wawancara dengan Bapak Sutrisno selaku Kepala Keluarga Kampung Bumi Sentosa
pada Tanggal 13 November 2017
57

melaksanakan shalat, namun setahu beliau, anaknya tidak pernah

melaksanakan shalat. Hal tersebut akhirnya menjadi kebiasaan keluarganya

meninggalkan shalat.75

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan Firman selaku

putra dari Bapak Sutrisno dan Ibu Sarinem. Menurutnya, kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh setiap muslim di antaranya adalah shalat dan puasa.

Menurutnya keluarganya tidak pernah melaksanakan shalat, karena ayahnya

sendiri tidak melaksanakan shalat. Dalam keluarganya ibadah shalat

dilaksanakan hanya ketika lebaran saja. Sebenarnya, ayah dan ibunya sudah

memerintahkan untuk melaksanakan shalat. Namun karena ayah dan ibunya

tidak melaksanakan shalat, ia pun ikut-ikutan tidak shalat.76

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan bapak Amrin

prihal penanaman pendidikan agama Islam dalam keluarganya. Menurut

beliau, mengenai shalat keluarganya tidak pernah

melaksanakannya. Beliau melaksanakan shalat

hanya pada hari Jum’at dan lebaran saja. Menurut

beliau, beliau sendiri merasa prihatin dengan

keadaan agama dalam keluarganya yang tidak melaksanakan shalat. Beliau

juga mengatakan tidak ada waktu untuk mengajarkan kepada anaknya tentang

shalat dengan alasan sibuk.77

75
Wawancara dengan Ibu Sarinem selaku istri Bapak Sutrisno pada tanggal 13 November
2017
76
Wawancara dengan Firman selaku putra dari Bapak Sutrisno dan Ibu Sarinem pada
tanggal 13 November 2017
77
Wawancara dengan Bapak Amrin selaku Kepala Keluarga Kampung Bumi Sentosa pada
Tanggal 15 November 2017
58

Kemudian, setelah wawancara dengan bapak Amrin, peneliti

melakukan wawancara dengan ibu Siti Khoiriyah selaku istri Bapak Amrin.

Menurut ibu Siti Khoiriyah, keluarganya tidak pernah melaksanakan ibadah

shalat dan puasa di bulan Ramadhan. Ia dan suaminya terlalu sibuk dengan

pekerjaan yang akhirnya waktu shalat pun terlupakan. Mengenai ibadah shalat

lima waktu, ia dan suaminya melaksanakan shalat hanya ketika hari raya Idul

Fitri dan Idul Adha. Dalam kesehariannya, suaminya tidak pernah

memperingatkan untuk melaksanakan shalat karena suaminya dan ia sendiri

selalu sibuk dengan pekerjaannya. Sebenarnya suaminya dan beliau

memerintahkan anaknya untuk melaksanakan shalat, namun anaknya tidak

pernah melaksanakan shalat. Hal tersebut menurut beliau wajar karena ayah

dan ibunya juga tidak shalat.78

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan Zahra selaku putri

dari Bapak Amrin dan Ibu Siti Khoiriyah. Menurutnya, kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh setiap muslim di antaranya adalah shalat, puasa dan lain

sebagainya. Menurutnya keluarganya tidak pernah melaksanakan shalat.

Dalam keluarganya ibadah shalat dilaksanakan hanya ketika lebaran saja.

Karena melihat ayah dan ibunya tidak shalat, Zahra pun enggan dan malas-

malasan melaksanakan shalat.79

78
Wawancara dengan Ibu Siti Khoiriyah selaku istri Bapak Amrin pada tanggal 15
November 2017
79
Wawancara dengan Zahra selaku putri dari Bapak Amrin dan Ibu Siti Khoiriyah pada
tanggal 15 November 2017
59

C. Analisis terhadap Peran Kepala Keluarga dalam Menanamkan

Pendidikan Agama Islam Kepada Keluarga di Kampung Bumi Sentosa

Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan

adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak muda dan

remaja dalam masa pertumbuhannya. Pengalaman dalam kehidupan

menunjukkan bahwa membangun keluarga itu mudah, namun memelihara dan

membina keluarga hingga mencapai taraf kebahagiaan dan kesejahteraan yang

selalu didambakan oleh setiap pasangan suami-istri sangatlah sulit. Nah,

keluarga yang bisa mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan inilah yang

disebut dengan keluarga sakinah.

Kata sakinah itu sendiri berarti “bahagia, tentram, damai”. 80 Dengan

demikian, keluarga sakinah berarti keluarga yang tenang atau keluarga yang

tenteram. Sebuah keluarga bahagia, sejahtera lahir dan batin, hidup cinta-

mencintai dan kasih-mengasihi, di mana suami bisa membahagiakan istri,

sebaliknya, istri bisa membahagiakan suami, dan keduanya mampu mendidik

anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, yaitu anak-anak

yang berbakti kepada orang tua, kepada agama, masyarakat, dan bangsanya.

Selain itu, keluarga sakinah juga mampu menjalin persaudaraan yang

harmonis dengan sanak famili dan hidup rukun dalam bertetangga,

bermasyarakat dan bernegara.

Itulah suatu wujud keluarga sakinah yang diamanatkan oleh Allah swt

kepada hamba-Nya, sebagaimana yang difirmankannya di dalam kitabullah:

80
MDJ. Al-Barry & Sofyan Hadi, Kamus Ilmiah Kontemporer, Bandung: Pustaka Setia,
2010, hal. 269
60

‫َوِم ْن آيَاتِِه أَ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِّم ْن أَن ُف ِس ُك ْم أ َْزَواجاً لِّتَ ْس ُكنُوا إِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُكم‬
﴾ٕٔ ﴿ ‫ات لَِّق ْوٍم يَتَ َف َّكُرو َن‬ ٍ ‫ك ََلي‬ ِ ِ
َ َ ‫َّم َوَّد ًة َوَر ْْحَةً إ َّن ِِف َذل‬
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. 81 (Q.S.
Ar-Rum: 21)

Menurut ajaran Islam mencapai ketenangan hati dan kehidupan yang

aman damai adalah hakekat perkawinan muslim yang disebut sakinah. Untuk

hidup bahagia dan sejahtera manusia membutuhkan ketenangan hati dan jiwa

yang aman damai. Tanpa ketenangan dan keamanan hati, banyak masalah tak

terpecahkan. Apalagi kehidupan keluarga yang anggotanya adalah manusia-

manusia hidup dengan segala cita dan citranya.

Pendidikan keluarga tidaklah semata-mata tergantung pada keluarga

itu sendiri, oleh karena suatu keluarga tertentu hidup berdampingan dengan

keluarga-keluarga lain. Pengaruh keluarga-keluarga lainnya tidaklah boleh

dikesampingkan, demikian pula halnya dengan unsur-unsur lainnya dalam

masyarakat, yang kesemuanya lazim disebut sebagai lingkungan sosial.

Dalam kehidupanan berumah tangga, manusia mempunyai tanggung

jawab mendidik, membimbing dan mengarahkan keluarganya dalam rangka

menyelamatkan keluarga dalam hal yang menyalahi syari'at-syari'at yang ada

dalam Islam. Seperti dalam firman Allah Swt surat At-Tahrim ayat 6 :

81
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, (Semarang: As-Syifa, 2001), hal. 1086
61

ُ‫اْلِ َج َارة‬
ْ ‫َّاس َو‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ود‬ ‫ق‬
ُ ‫و‬ ً‫ا‬
‫ر‬ ‫ا‬‫ن‬
َ ‫م‬ ‫ك‬ُ ‫ي‬ِ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنوا قُوا أَن ُفس ُكم وأَهل‬
ُ َ َ ْ َْْ َ
ُ َُ َ َ َ
‫صو َن اللَّ َه َما أ ََمَرُه ْم َويَ ْف َعلُو َن َما يُ ْؤَم ُرو َن‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫َل‬
َ ‫اد‬
ٌ ‫د‬
َ ِ ‫علَي ها م ََلئِ َكةٌ ِغ ََل ٌظ‬
‫ش‬
ُ َ ْ َ َْ َ
﴾٦﴿
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. 82 (QS. At-Tahrim: 6)

Mengerjakan ibadah merupakan kewajiban setiap muslim. Bahkan

Allah SWT telah menegaskan tempat bagi manusia yang taat adalah surga

dengan segala kenikmatan di dalamnya, sedangkan bagi orang yang lalai dan

tidak mengerjakan apa yang telah diperintahkan maka bagi mereka siksa yang

sangat pedih yaitu neraka.

Pendidikan agama sejak masa kanak-kanak sangat penting, jangan

sampai orangtua khususnya kepala keluarga melalaikan pendidikan

anaknya.Kabanyakan anak jatuh dalam kerusakan disebabkan kesalahan

orangtuanya yang tidak atau kurang memberikan perhatian untuk

mendidikanaknya dengan ajaran-ajaran agama semenjak kecil, sehingga anak

tidakdapat memberikan manfaat kepada diri sendiri, keluarga dan

masyarakat.Oleh karena itu seorang kepala keluarga harus benar-benar

memperhatikan masalahpendidikan istri dan anak-anaknya terutama

pendidikan agama Islam kepada istri dan anak-anaknya.

Bagi anak usia sekolah dasar untuk memahami hal-hal tersebut

sangatlah sulit karena mereka masih dalam keadaan yang belum matang dalam
82
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2008, h.
448
62

berpikir. Sehingga harus senantiasa dibimbing dan diarahkan agar dapat

melekat pada jati diri mereka tentang sikap dan pemahaman agama yang

benar.

Melihat perkembangan kemajuan zaman sekarang ini, banyaknya

acara hiburan yang terkadang tanpa disadari dapat menghilangkan nilai-nilai

keagamaan bagi anggota keluarga terutama anak, tentu akan membuat sikap

keberagamaan semakin menjauh. Terlebih dengan keadaan lingkungan yang

tidak mendukung untuk terciptanya nuansa Islami akibat pengaruh tekhnologi

yang merebak hingga ke pelosok desa. Untuk itu peran aktif orang tua

khususnya kepala keluarga sangat diperlukan dalam penanaman pendidikan

agama Islam dalam suatu keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan sebenarnya

orangtua sudah berperan besar dalam menanamkan pendidikan agama kepada

anaknya, namun ada beberapa kepala keluarga yang masih belum menyadari

betapa pentingnya penanaman pendidikan agama Islam dalam keluarga yaitu

istri dan anak-anaknya. Adapun penyebanya adalah faktor ekonomi dan faktor

pengetahuan agama yang dimiliki oleh kepala keluarga. Kepala keluarga tidak

menyadari akan manfaat dan pentingnya menanamkan pendidikan agama

Islam dalam keluarga. Di samping itu, faktor yang tidak kalah penting yaitu

keteladanan dan contoh yang diberikan kepala keluarga kepada anggota

keluarganya terutama aspek ibadah shalat.

Dalam keluarga wargaKampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu

Timur Kabupaten Tulang Bawang hal-halsebagaimana disebutkan di atas,


63

mengacu pada ajaran agama Islam. Oleh karena itu, penanaman nilai-

nilaipendidikan Islam sudah mulaidikenalkan kepada anak-anaksejak dari usia

dini. Dengan demikian, peran orangtua sangatpenting dalam mendidik,

membimbing dan mengarahkananak supaya dapat memilikikepribadian yang

baik sampaidewasa nanti sesuai dengantuntunan ajaran Islam. Walaupun

dalam kenyataannya, terdapat keluarga yang belum melaksanakan ajaran

agama dengan baik.

Setiap orangtua di Kampung Bumi Sentosa Kecamatan Rawajitu

Timur Kabupaten Tulang Bawang menyadari bahwa sebagai orangtua

mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya mengenai ajaran-ajaran

Islam. Hal ini dikarenakan pendidikan Islam perlu untuk ditanamkan kepada

anak secara dini dalam keluarga.

Namun, hal ini terkadang tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh

orangtua karena beberapa faktor, antara lain: karena orangtua terlalu sibuk

pada pekerjaannya sehingga tidak memiliki waktu mendidik anak-anaknya

atau mungkin karena orangtua tidak memiliki pengetahuan yang cukup

tentang agama maupun cara-cara mendidik anak.

Adapun konsep dalam menyikapi kehidupan terdapat dalam firman

Allah dalam surat Al-Jumu’ah ayat 9-10 :

            

            
64

           


Artinya : “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui (9). Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”(10).83
(QS. Al-Jumu’ah : 9-10)

Seruan untuk shalat yang dimaksud diatas ialah yang mengharuskan

dihentikannya segala kegiatan. Dalam surat ini kita diperbolehkan mencari

dan mengejar kenikmatan dunia untuk memenuhi kebutuhan duniawi asalkan

tidak berlebihan dan tidak melalaikan kewajiban sebagai seorang manusia

yaitu beribadah kepada Allah Swt. Agar kita tidak terjerumus ke jalan orang-

orang yang sesat dan tidak dimurkai Allah karena melalaikan kewajiban demi

mengejar gemirlapnya dunia.

83
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahanya, (Bandung: Dipenogoro, 2008)
hal 554
65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan penjelasan yang peneliti paparkan di atas,

dapat disimpulkan bahwa kepala keluarga telah berperan besar dalam

menanamkan pendidikan agama Islam tentang shalat di Kampung Bumi

Sentosa Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang. Terbukti

dengan banyaknya kepala keluarga yang memberikan pendidikan kepada

anaknya melalui nasehat-nasehat, cerita-cerita teladan maupun praktek

langsung. Sebagian kepala keluarga di Kampung Bumi Sentosa juga

memberikan contoh secara langsung kepada anaknya agar terbiasa dalam

melaksanakan shalat. Ada beberapa orang tua yang belum berperan aktif

dalam memberikan contoh dan membiasakan praktik shalat kepada

keluarganya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan agama dan

kesibukan dalam pekerjaannya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, ada beberapa hal

yang perlu disarankan untuk lebih meningkatkan perhatian orangtua

khususnya kepala keluarga dalam menanamkan pendidikan agama Islam

sebagai berikut:

a. Bagi kepala keluarga agar lebih meningkatkan lagi dalam menanamkan

pendidikan agama Islam khususnya ibadah shalat agar anaknya


66

mempunyai pedoman yang benar sesuai ajaran agama Islam. Hal tersebut

bisa dilakukan sejak anak masih kanak-kanak agar mereka terbiasa dalam

melaksanakan semua yang diperintahkan oleh agama.

b. Bagi kepala keluarga agar melakukan kerjasama dengan tokoh agama dan

tokoh masyarakat dalam memperhatikan pendidikan agama Islam

khususnya ibadah shalat bagi anak-anak yang masih kecil. Namun semua

itu, peran kepala keluargalah yang sangat penting dalam penanaman

pendidikan agama Islam.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam Jilid I, Alih
Bahasa oleh Saifullah Komalie dan Hery Noer, Asyifa, Jakarta, 1995

Abdurrahman an-Nawawi, Pendidikan Islam dirumah, Sekolah dan Masyarakat,


Gema Insani Press, Jakarta, 1995

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Cet ke-2, PT. Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung, 1994

Alaydrus, Risalah Bimbingan Shalat Lengkap, Jaya, ttp, tt

Charles Shaefer, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Tulus Jaya, Jakarta, 1990

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,
2013

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung, CV. Diponegoro,


2005

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka, 2008

Gatot Iswantoro, Kepemimpinan dengan Hati Nurani, Jakarta Selatan: Tugu


Publisher, 2013
Hasan Langgulung, Manusiadan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan
Pendidikan, Jakarta: PT. Al-Husna Ziksa, 1995

Hasby Ash Shidiqiey, Tuntunan Shalat, Cet. XX, Bulan Bintang, Jakarta. 1992

Haya binti Mubarok al-Barik, Ensiklopodi Wanita Muslimah, Ahli Bahasa Amir
Hamzah, Darul Falah, Jakarta, 1999

M. Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Alih Bahasa Satman Harun, PT. Al-Ma’arif,
Bandung, 1993

Muhammad Rifa’i, Mutiara Fiqih, jilid I, CV. Wicaksana, Semarang, 1998


_ _ _ _ _ _ _, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, PT. Karya Toha Putra,
Semarang, 2003
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak bersama Nabi, CV. Arafah Group, Solo,
2004

Omar Mohammad Al Toumi Al-Syaibang, Filsafat Pendidikan Islam, Bulan


Bintang, Jakarta, 1997

Osa Juarsa, “Pengembangan Model PolaAsuh Orangtua dalam


Mengkomunikasikan Nilai Moral Kepada Anak (Studi Kasus tentang
Keluarga Wanita Karier yang Berprofesi sebagai PNS di Kota
Bandung)”, Disertasi Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2011

Pompy Syaiful Rizal, 40 Hadits tentang Pemimpin dan Penjelasannya, Share the
Knowledge, tt

PradiftaYuyun Setyaningrum, Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Keluarga


dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI
IPS SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013,
Surakarta: Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
11 Maret 2013

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Tarbiyatul Aulad, ter. Muhammad Muhtadi,
Solo: Zamzam, 2015

Soerjono Soekanto, Apa& Bagaimana Mengatasi Problema Keluarga, Jakarta:


Pustaka Antara, 1996

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. Ke-12,


Bandung:Alfabeta, 2011

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:


RinekaCipta, 2010

Sulthoni, “Pendidikan Budi Pekerti dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat


(Studi Kasus Pengembangan Model Pendidikan Budi Pekerti
Terintegrasi pada Sekolah Dasar di Kota Malang)”, Disertasi
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua dan Anak Dalam Keluarga
Sebuah Persepektif Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Syamsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan


Praktis, Ciputat Pers, Jakarta, 2003

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, Remaja


Rosdakarya, 2004

Yayat Hidayatulloh dkk Implikasi Peran Kepala Keluarga Berdasarkan Q.S. At-
Tahrim Ayat 6 dan Q.S. Luqman Ayat 13-19 Terhadap Pendidikan
dalam Keluarga, Bandung: Jurnal Fakultas Dakwah Universitas Islam
Bandung, Vol. 2, 2014-2015

Zainuddin Hamidy, et.el, Shahih Bukhori, JilidIV, cet. ke-2, Jakarta, 1983
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 2011

_ _ _ _ _ _, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, CV. Ruhana,


Bandung, 1995
LAMPIRAN-LAMPIRAN
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98

LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak Agus selaku kepala keluarga

Wawancara dengan Ibu Umi selaku istri dari Bapak Agus

Wawancara dengan Ita selaku anak dari Bapak Agus dan Ibu Umi
99

Wawancara dengan bapak Frenky selaku kepala keluarga

Wawancara dengan Ibu Maryati istri dari bapak Frenky

Wawancara dengan Citra selaku anak dari bapak Frenky dan Ibu Maryati
100

Wawancara dengan Bapak Sutrisno sekalu Kepala Keluarga

Wawancara dengan Ibu Sarinem sekalu istri dari bapak Sutrisno

Wawancara dengan Firman sekalu anak dari bapak Sutrisno dan Ibu Sarinem
101

Wawancara dengan bapak Amrin sebagai kepala keluarga

Wawancara dengan Ibu Siti Khoiriyah istri dari bapak Amrin

Wawancara dengan Zahra sekalu anak dari bapak Amrin dan Ibu Siti Khoiriyah
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Banjar Sakti pada

tanggal 25 Mei 1995, anak kedua dari dua bersaudara

pasangan Bapak Jajak Indrawan dan Ibu Ratna Sari.

Pendidikan dasar penulis ditempuh di TK Dharma

Wanita Bumi Sentosa pada tahun 1999-2001. Kemudian melanjutkan pendidikan

di SDN 01 Bumi Sentosa pada tahun 2001-2007. Kemudian melanjutkan di

Madrasah Tsanawiyah Futuhiyyah 1 Bukit Kemuning dari tahun 2007-2010.

Kemudian melanjutkan Pendidikan Menengah Atas pada Madrasah Aliyah

Negeri 1 Metro Lampung Timur pada tahun 2010-2013. Kemudian melanjutkan

ke jenjang perguruan tinggi di Institut Agama Islam Negeri Metro Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, dimulai pada semester I TA 2013/2014.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Banjar Sakti pada

tanggal 25 Mei 1995, anak kedua dari dua bersaudara

pasangan Bapak Jajak Indrawan dan Ibu Ratna Sari.

Pendidikan dasar penulis ditempuh di TK Dharma

Wanita Bumi Sentosa pada tahun 1999-2001. Kemudian melanjutkan pendidikan

di SDN 01 Bumi Sentosa pada tahun 2001-2007. Kemudian melanjutkan di

Madrasah Tsanawiyah Futuhiyyah 1 Bukit Kemuning dari tahun 2007-2010.

Kemudian melanjutkan Pendidikan Menengah Atas pada Madrasah Aliyah

Negeri 1 Metro Lampung Timur pada tahun 2010-2013. Kemudian melanjutkan

ke jenjang perguruan tinggi di Institut Agama Islam Negeri Metro Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, dimulai pada semester I TA 2013/2014.

Anda mungkin juga menyukai