Anda di halaman 1dari 20

MENYIBAK TABIR PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTAN: STUDI

FENOMENOLOFI SHCUTZ

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

Nama : Meliana Nur Fitriani

NIM : 2018320179

Peminatan : AUDIT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Riset Akuntansi


Dosen Pembimbing : Dr. M. Irfan Tarmizi SE., Ak. MBA. CA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntan publik merupakan profesi yang memberikan jasanya kepada
masyarakat umum dalam mengaudit atau memeriksa kewajaran atas laporan keuangan
suatu entitas yang dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggung jawaban
kepada para pemegang saham atau pihak berkepentingan mengenai kinerja
perusahaan dalam suatu periode tertentu (Cresensia, Abdul; 2016).
Audit atas laporan keuangan dilakukan dalam rangka memeriksa dan menilai
dalam bentuk opini audit berdasarkan kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku (Oon, Susilawati, Dadang: 2017).
Opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang bebas dari salah saji material
merupakan tanggung jawab profesi seorang akuntan publik (Devina dan Putri: 2020).
Opini audit yang diberikan harus sesuai dengan keadaan sebenarnya karena akuntan
publik bekerja untuk kepentingan umum (Aprillia: 2017). Berdasarkan Standar
Profesional Akuntan (PSA 29 SAK Seksi 508) opini audit terdiri dari 5 jenis yaitu
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), Opini Wajar Tanpa
Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified  Opinion  With Explanatory
Language), Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion), Opini Tidak
Wajar (Adverse Opinion) dan Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
(Disclaimer Opinion). Opini audit dihasilkan melewati prosedur audit dan
pengevaluasian bukti yang berkompenten yang dihubungkan dengan asersi
manajemen dalam laporan keuangan (Angga dan Rosita: 2020).
Dalam proses audit akuntan publik harus berhati-hati dengan terus
mempertanyakan keadaan yang dianggapnya berpeluang mengalami salah saji akibat
kecurangan maupun kesalahan yang dilakukan oleh manajemen, dengan tidak
langsung berkeyakinan bahwa manajemen tidak jujur dan selalu mempertanyakan
serta mengevaluasi secara kritis terhadap bukti-bukti audit yang diperoleh sehingga
opini yang akan diberikan sesuai (Iwan; 2019).
Seorang auditor harus memberikan opini audit yang sesuai karena hasil
laporan keuangan yang telah diaudit digunakan oleh banyak pihak berkepentingan
sehingga jangan sampai informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan dapat
menyesatkan dan menimbulkan kerugian (Allesandro; 2017). Kinerja auditor dalam
ketepatan pemberian opini audit dipengaruhi oleh etika profesi (A.A Sayu dan I
Dewa; 2018). Profesi yang menyangkut kepentingan publik dituntut untuk tanggung
jawab oleh karena itu akuntan publik memiliki etika profesi sebagai acuan dalam
prosedur audit yang dilakukan dengan tanggung jawab dan objektif sehingga opini
audit yang diberikan tepat karena memenuhi standar mutu tinggi melalui penerapan
etika profesi yang sesuai (Oon, Susilawati, Dadang: 2017). Etika profesi akuntan
publik penentu keputusan berperilaku etis (La dan Syarifudin; 2019). Etika profesi
yang dibuat oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) memiliki beberapa aspek di
antaranya Objektivitas, Integritas, Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-
Hatian Profesional (Professional Competence and Due Care), Kerahasian, Perilaku
Profesional, standar teknis, kepentingan publik, dan tanggung jawab profesi.
Dalam kenyataannya masih sering terjadi beberapa fenomena terkait kasus
yang melibatkan para auditor dari berbagai Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam
ketidak tepatan pemberian opini audit, hal ini juga yang menurunkan kepercayaan
publik kepada profesi akuntan publik. Pada 2019, AP Kanser Sirumapea dari KAP
Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) yang
melakukan audit laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. terbukti
melakukan kesalahan atas pemberian opini wajar tanpa pengecualian di mana yang
bersangkutan salah menilai atas pengakuan sejumlah piutang yang belum diterima
berdasarkan dengan bukti audit yang tidak memadai untuk melakukan penilaian atas
transaksi tersebut sehingga melanggar SA 500 (cnnindonesia.com).
Kasus lain berkaitan dengan ketidak tepatan pemberian opini yaitu pada kasus
PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP), oleh AP Marlina dan AP Merliyana
Syamsul dari KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan yang memberikan opini wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan yang telah salah disajikan oleh pihak manajemen.
Pemberian opini diberikan tanpa didukung oleh bukti yang cukup kuat dan tepat
terkait data nasabah dan akurasi jurnal piutang pembiayaan selain itu juga terdapat
kedekatan antara manajer tim audit PT SNP dengan para akuntan publik yang
melakukan proses audit sehingga berkurangnya skeptisme profesional akuntan dalam
pemberian opini audit (cnnindonesia.com).
Kasus-kasus tersebut terjadi karena semakin berkurangnya nilai etika pada diri
seorang akuntan publik. Tidak patuhnya penerapan etika profesi akuntan terjadi pada
opini audit yang diberikan, di mana dalam kasus di jabarkan sebelumnya baik
Akuntan Publik (AP) Kanser Sirumapea dari KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) yang mengaudit laporan
keuangan PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. dan Akuntan Publik (AP) Marlina dan
AP Merliyana Syamsul dari KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan yang mengaudit
laporan keuangan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP) dengan jelas keduanya
tidak menerapkan etika profesi Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-
Hatian Profesional (Professional Competence and Due Care) dengan memberikan
opini wajar tanpa pengecualian dengan tidak didukung bukti tepat dan memadai
terkait transaksi yang diaudit. Untuk mempertahankan nilai etika dan kesesuaian opini
yang dihasilkan mengingat opini audit akan mempengaruhi pihak berkepentingan
dalam mengambil keputusan berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit, maka
untuk menjaga nilai etika yang mempengaruhi kinerja akuntan publik dalam
pemberian opini maka diperlukan kepatuhan dan diterapkannya etika profesi akuntan
publik dalam setiap perikatan yang terjalin.
Auditor yang melaksanakan setiap pemeriksaan dengan berpedoman pada
etika profesi akuntan akan menghasilkan laporan audit yang dapat dipercaya oleh
masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan (I Made Arya, I Dewa Nyoman; 2017).
Akuntan publik terikat oleh etika profesinya, di mana melihat dari kasus-kasus
audit ketidak sesuaian opini yang diberikan. Hal tersebut menjelaskan bahwa etika
profesi belum diterapkan dengan baik oleh setiap akuntan publik dalam pemberian
opini. (Putu, Gede; 2014) Penelitiannya membuktikan bahwa etika profesi
berpengaruh positif terhadap kualitas audit, kualitas audit yang baik dapat dinilai dari
ketepatan pemberian opini audit yang sesuai dengan penyajian laporan keuangan
suatu entitas. Etika profesi dimaksudkan mencegah adanya tindak kecurangan yang
akan dilakukan para akuntan publik dalam pelaksanaan tanggung jawab profesinya,
semakin tinggi etika profesi maka akan semakin sesuai opini audit yang diberikan.
Saat opini yang diberikan tidak sesuai sudah jelas adanya indikasi tidak dipatuhinya
etika profesi akuntan yang menjadi pengikat para akuntan publik dalam melaksanakan
proses audit.
(Ni Nengah, Ni Made dan Ni Putu; 2019) Dalam hasil penelitiannya
membuktikan bahwa etika profesi memiliki pengaruh positif terhadap pemberian
opini, di mana akuntan publik yang beretika baik sesuai kode etik akuntan maka
secara langsung akan memberikan opini yang tepat dengan kondisi perusahaan yang
diaudit karena tanggung jawab atas profesinya. Etika profesi berpengaruh signifikan
terhadap ketepatan pemberian opini audit, tepatnya opini audit selaras dengan etika
profesi berdasarkan kode etik akuntan yang diterapkan dalam melaksanakan
tanggung jawab profesional akuntan publik (Musdalifah; 2018). Tingginya etika
profesi yang diterapkan oleh akuntan publik maka akan semakin tinngi pula ketepatan
pemberian opini audit yang diberikan oleh akuntan publik (Irdianty, Marwah; 2020).
Hal tersebut sesuai dengan pendekatan fenomenologi yang menjelaskan
kesadaran dalam kejadian yang di alami manusia (Menurut Cresswel; 1998 disitasi
Annisaa dan Titik; 2020). Pendekan fenomenologi khususnya berdasarkan pemikiran
Schutz akan menjelaskan kejadian nyata oleh dirinya sendiri secara alami. Etika
profesi akuntan publik merupakan kewajiban yang harus diterapkan dalam proses
audit termasuk dalam pemberian opini audit, tetapi ketika memutuskan untuk
memberikan opini sesuai temuan hasil audit yang berarti etika profesi diterapkan di
dalamnya atau mengabaikan etika profesi dengan tetap memberikan opini WTP
dengan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Dalam prakteknya seorang
akuntan publik dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya terikat dengan
kode etik profesi akuntan seperti salah satunya yaitu, integritas. Integritas diartikan
seorang akuntan publik harus bersikap jujur, lugas, berterus terang dalam semua yang
terhubung dalam tanggung jawab profesionalnya. Kasus Garuda Indonesia di mana
opini atas laporan keuangan yang diberikan oleh akuntan publik tidak sesuai, hal
tersebut memberikan gambaran bahwa akuntan publik tidak bekerja dengan integritas.
Opini yang diberikan tidak sesuai keadaan yang sebenarnya dengan itu mengabaikan
nilai integritas yang menuntut berterus terang atau jujur dalam pemberian opini,
dalam opini yang diberikan seorang akuntan terkait dengan hubungan klien serta
kantor di mana dirinya bernaung keterlibatan atasan dalam pemberian opini juga
menjadi pertimbangan seorang akuntan publik. Hal tersebut kembali kepada
keputusan pribadi dari seorang akuntan publik dan pengaruh dari pihak lain sebagai
tindakan sosial.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini
berjudul: “MENYIBAK TABIR PELANGGARAN ETIKA PROFESI
AKUNTAN: STUDI FENOMENOLOFI SHCUTZ”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah membuka temuan adanya
pelanggaran di mana tidak diterapkan dengan baik etika profesi akuntan oleh para
akuntan publik di balik pemberian opini audit berdasarkan pemikiran Schutz?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui dampak dari kepatuhan dan penerapan etika profesi akuntan
publik dalam ketepatan pemberitan opini audit yang diberikan berdasarkan hasil audit
yang telah dilakukakan melalui pelaksanaan prosedur audit.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan wawasan tentang bagaimana seharusnya etika profesi diterapkan dan
dipatuhi dalam pemberian opini audit yang dilihat dari aspek studi
fenomenologi pemikiran Schutz.
2. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan oleh akuntan publik
dasar pengetahuan penerapan serta kepatuhan terhadap etika profesi dalam
pemberian opini audit yang mematuhi etika profesi yang berlaku.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Teori Fenomenologi Schutz
Menurut Cresswell (1998: 40) dalam (Annisaa, Titik; 2020) fenomenologi
menjelaskan pola kesadaran dalam kejadian atau perilaku yang dilakukan oleh setiap
manusia. Melalui pendekatan ini setiap realitas yang terjadi menjelaskan diri
pelakunya. Dalam penelitian kualitatif teori fenomenologi merupakan pandangan
berfikir segala yang terjadi termasuk bentuk perilaku seseorang dalam keseharian
merupakan bentuk nyata dari apa yang tidak terungkap di “kepala” sang pelaku
(Irfansyah, Fadillah, Asriani; 2017). Maka fenomenologi merupakan sebuah ilmu
pengetahuan mengenai kesadaran dalam berperilaku.
Fenomenologi yang disusun oleh Schutz berguna untuk mengambil gejala atau
kejadian dalam dunia sosial secara sistematis, komprehensif dan praktis (Stefanus;
2005). Fenomenologi menurut Alfred Schutz (Kuswarno; 2009: 2 dalam Luqman dan
Gumgum; 2018) adalah penjelasan bagaimana seseorang membentuk arti dan
pemahaman mengenai kerangka intersubjektivitas. Kerangka intersubjektivas artinya
manusia di kehidupan sosial saling berhubungan. Maka, fenomenologi berdasarkan
pemikiran Schutz segala gejala atau kejadian yang timbul terbentuk akibat adanya
kesadaran yang memiliki arah tujuannya serta terbentuk dengan pertimbangan yang
didukung oleh usulan pihak luar (Heddy; 2012). (Muhammad; 2012) menyimpulkan
fenomenologi menurut pemikiran Schutz berfokus pada tindakan dan perbuatan
seseorang didasarkan oleh kesadaran mengetahui tujuan yang dilakukan dengan
sangat baik.

B. Etika Profesi
Akuntan publik merupakan profesi yang memberikan jasa dalam memeriksa
kewajaran penyajian laporan keuangan suatu entitas dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang berlaku umum dan dilakukan secara independen (Cresensia;
2016).
Akuntan publik memberikan jasa kepada masyarakat umum sehingga dalam
melaksanakan tanggung jawabnya diatur oleh etika profesi akuntan yang harus
diterapkan dalam menjalin hubungan dengan klien, antara akuntan publik dan juga
masyarakat sehingga terbentuk kepercayaan atas profesi akuntan publik (Anggie;
2019).
Di Indonesia terdapat etika profesi akuntan yang di jadikan sebuah pedoman
dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya bagi setiap akuntan yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (Irma, Risha; 2017). (Standar
Profesional Akuntan Publik, 2001: 001.14) Prinsip-prinsip etika yang tercantum
dalam kode etik akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesinonal, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya karena anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa professional mereka.
2. Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukan komitmen atas profesionalisme. kepentingan publik ini diartikan
bahwa kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat
pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat
prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk
mencapai tingkat prestasi tersebut.
3. Integritas
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan
dan kepercayaan public tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Objektivitas
Objektivitas mengharuskan seseorang bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa professionalnya dengan berhati-
hati,ckompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa professional dan Teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman
yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian
dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan
dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai
apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai
untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan
informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa
professional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan
setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku professional
Berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar professional yang relevan. Standar teknis dan
standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota
adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional
Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-
undangan yang relevan.

Seorang akutan publik dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya


akan menghasilkan opini audit yang harus mencerminkan keadaan suatu entitas yang
dilakukan pemeriksaan. Opini audit adalah hasil atas pemeriksaan dan prosedur audit
yang dilakukan atas penilaian kewajaran laporan keuangan auditee (Ni Made, Ida, I
made; 2020).
Pemberian opini adalah kegiatan penilaian mengenai asersi manajemen yang
terurai dalam laporan keuangan yang diaudit dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang terkait dan disesuaikan dengan standar kriteria yang berlaku
untuk kemudian akan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan pihak yang
berkepentingan (Devina dan Putri; 2020). Opini audit merupakan penilaian atas hasil
pemeriksaan kewajaran laporan keuangan yang disajikan suatu entitas berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (Ni Made, Ida, I Made; 2020). Opini yang
diberikan harus tepat di mana menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya
agar informasi yang digunakan oleh pihak-pihak berkepentingan tidak menyesatkan
(Allesandro; 2017). Sesuai SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) terdapat 5
jenis opini audit, diantaranya:
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat ini berdasarkan kewajaran penyajian laporan keuangan dalam
hal material, hasil usaha, posisi keuangan, dan arus kas entitas yang sesuai
dengan prinsip standar akuntansi keuangan yang secara umum berlaku di
Indonesia. Berikut kriteria pendapat wajar tanpa pengecualian, antara lain:
a. Laporan keuangan lengkap dan standar umum terpenuhi dalam
penyajian laporan keuangan.
b. Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa 3
standar lapangan telah dipenuhi.
c. Laporan keuangan telah disajikan sesuai GAAP (Generally Accepted
Accounting Principle)
d. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah
paragraf penjelas atau modifikasi laporan..
2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (Modified
Unqualified Opinion)
Laporan audit yang mengharuskan adanya paragraf penjelasan. Berikut
kriteria opini ini, antara lain:
a. Kurang konsistennya penyajian laporan keuangan dalam menerapkan
GAAP.
b. Keraguan besar akan konsep going concern auditor ingin menekankan
suatu hal.
3. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Opini ini diberikan pada saat auditor yakin bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan telah disajikan secara wajar tetapi ada pembatasan ruang
lingkup audit atau data keuangan menunjukkan kelalaian dalam mengikuti
GAAP/PSAK.
4. Opini tidak Wajar (Adverse Opinion)
Opini ini diberikan apabila laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar dan mengandung salah saji material sehingga menyesatkan pengguna
laporan keuangan.
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat yang menyatakan bahwa
auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini ini
dikeluarkan saat auditor merasa tidak puas dengan seluruh laporan keuangan
yang disajikan. Suatu laporan audit yang tidak diberikan pendapat yaitu
apabila auditor tidak dapat meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan telah disajikan secara wajar atau auditor merasa tidak
independen.
Hal ini dapat dilakukan oleh auditor jika saat pada tahapan awal
persiapan audit, perusahaan yang akan diaudit tersebut memiliki integritas
yang kurang dan/atau setelah mengobservasi terlebih dahulu melalui tim
pengendalian internal perusahaan yang diaudit ternyata pengendalian internal
nya sudah ketahuan buruk. Maka auditor boleh untuk tidak memberikan
pendapat.

Dalam penelitian ini peneliti melihat adanya hubungan adanya pelanggaran


etika profesi akuntan dibalik pemberian opini audit yang diberikan oleh seorang
akuntan publik. Oleh karena opini yang diberikan akuntan publik atas hasil
pemeriksaannya akan lebih dipercayai para pengguna laporan keuangan dalam
mengambil keputusan penting. Opini audit yang diberikan merupakan bagian
tanggung jawab profesional seorang auditor, ketepatan atas opini yang diberikan akan
membentuk kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik. Profesi yang
bekerja untuk kepentingan publik memiliki pedoman yang mengaturnya dalam
menjalankan segala urusan yang berkaitan dengan profesinnya. Dalam melaksanakan
tanggung jawab profesionalnya tersebut di Indonesia terdapat etika profesi akuntan
yang dijadikan sebagai pedoman setiap akuntan di mana dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) (Irma, Risha; 2017). Oleh sebab itu akuntan publik memiliki
etika profesi yang mengikatnya dalam menjalankan profesinya.
Tetapi melihat fenomena sosial yang masih terjadi di mana menyeret para
akuntan publik dari berbagai Kantor Akuntan Publik (KAP) terkemuka atas ketidak
sesuaian opini audit yang diberikan merupakan sebuah implementasi sosial dari tidak
dijalankannya etika profesi seorang akuntan dengan benar. Pelanggaran etika profesi
akuntan sangat tergambar jelas pada kasus PT Sunprima Nusantara Pembiayaan
(SNP), oleh AP Marlina dan AP Merliyana Syamsul dari KAP Satrio, Bing, Eny dan
Rekan yang memberikan opini wajar tanpa pengecualian tanpa didukung oleh bukti
yang cukup kuat dan tepat terkait data nasabah dan akurasi jurnal piutang
pembiayaan. Hal tersebut membuktikan bahwa opini audit yang diberikan tidak sesuai
dengan kriteria dapat diberikannya Opini Wajar Tanpa Pengecualian sesuai dengan
SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) dan akuntan publik memiliki kedekatan
dengan manajer tim audit PT SNP, kedua hal tersebut dengan jelas melanggar etika
profesi akuntan kode integritas, kompetensi & kehati-hatian, objektivitas, dan juga
profesionalitas. Hal tersebut selaras dengan studi fenomenologi perspektif Schutz
bahwa segala kejadian sosial terjadi akibat kesadaran serta didukung dengan
pertimbangan dari pihak luar dengan memiliki tujuan khusus di mana dari kasus PT
SNP tersebut para auditor akibat adanya hubungan khusus yang dimiliki dengan
manajer tim audit PT SNP maka ia akan terpengaruh keputusannya dalam
memberikan opini audit dengan berkurangnya skeptisme sehingga bukti audit yang
diperoleh tidak cukup kuat, karena adanya pertimbangan akibat kedekatan yang di
miliki dengan manajer tim audit PT SNP tetap diberikannya Opini Wajar Tanpa
Pengecualian dengan maksud memberikan penilaian yang baik terhadap laporan
keuangan PT SNP. Studi fenomenologi Schutz ini mampu membuka dan menjelaskan
pola kesadaran dari kejadian atas ketidak tepatan pemberian opini audit akibat adanya
pelanggaran etika profesi yang tidak diterapkan dengan baik dalam tanggung jawab
profesionalnya.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretative. Menurut Cresswell
(1994: 40) dalam (Annisaa, Titik; 2020) fenomenologi menguraikan tatanan
kesadaran dalam diri seseorang. Pendeketan ini mencoba membiarkan suatu kejadian
atau fakta mengungkapkan pribadi pelakunya secara natural. Fenomenologi sosial
Schutz. Fenomenologi Schutz merupakan aspek baru dalam kajian penilitian dan
pengungkapan atas arti dari fenomena atau kejadian dari kehidupan sehari-hari
(Nindito; 2005).
Karena paradigma interpretative berkeyakinan bahwa setiap individu
melakukan interpretasi aktif dan fenomenologi juga berkeyakinan hal itu ditunjukan
melalui pemikiran Schutz bahwa kejadian dalam kehidupan sosial berdasarkan
kesadaran setiap individu.
Sehingga dalam penelitian ini paradigma interpretative menjelaskan gejala
sosial atas tindakan ketidak tepatan pemberian opini oleh akuntan publik (informan)
di mana terjadi atas kesadaran yang timbul akibat pemikiran pengetahuan serta
pengalaman yang di dapat dari masukan-masukan pihak luar yang.

B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan penelitian Fenomenologi Schutz . Menurut Moleong (2011: 6)
bahwa: Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian ini mengenai menyibak tabir pelanggaran etika profesi akuntan
dalam pemberian opini audit melihat terus terjadinya ketidak sesuaian opini audit
yang diberikan dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya, dengan maksud
membuka adanya temuan pelanggaran kode etik dari setiap fenomena pelanggaran
yang menyeret para akuntan publik dalam pemberian opini yang tidak tepat.
Penelitian ini mencoba mencari tahu kondisi seorang auditor yang menghadapi
konflik terhadap klien yang berdampak akan memutuskan hubungan kontrak yang
telah dibuat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
tentang masalah-masalah yang terjadi khususnya terkait tidak diterapkannya kode etik
akuntan sehingga akuntan publik menjalankan tanggung jawab profesinya dengan
tidak terikat dengan etika profesi yang harus dipatuhi dan menyebabkan pemberian
opini audit yang tidak memcerminkan keadaan perusahaan yang melatarbelakangi hal
tersebut masih terus terjadi.
C. Situs Penelitian dan Unit Analisis
Informan atau objek dalam penelitian ini adalah Akuntan Publik yang menjadi
bagian dari KAP Drs. Heroe, Pramono & Rekan dan KAP Rama Wendra dengan 5
informan yang dianggap sesuai dengan kebutuhan penelitian. Peneliti
mengkategorikan 2 kriteria dari 5 akuntan publik yang akan dijadikan informan dalam
penelitian ini. Kriteria pertama informan kunci yaitu auditor senior yang sudah
berbagai case audit yang ditangani dan memahami penerapan etika profesi dalam
proses pelaksanaan tanggung jawab profesinya dan kriteria kedua informan
pendukung yaitu auditor junior dengan minimal 1 tahun kerja. Unit analisis yang
dipakai adalah Studi Kasus Fenomenologi Perspektif Schutz.

D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer, data yang di peroleh
secara langsung dengan melakukan observasi dan wawancara pada Akuntan Publik.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data dengan
observasi langsung (Sugiyono, 2014 : 224).
(Jogianto; 2008) selain itu digunakan data sekunder didapat melalui studi
literatur, wawasan atau pendapat atas fokus permasalahan yang sama dengan
penelitian, sehingga data sekunder dapat menjadi pendukung data primer yang
diperoleh oleh peneliti. Pemilihan sampel atau informan dilakukan secara sengaja
dengan kriteria tertentu. Di mana data dikumpulkan dengan memilih 5 auditor sebagai
sampel dan informan. Penelitian ini mengkategorikan auditor yang menjadi sampel
dan informan hanya auditor eksternal dengan dua klasifikasi yaitu auditor senior dan
auditor junior dengan minimal 1 tahun pengalaman kerja dalam bidang audit
khususnya dalam proses pemberian opini kewajaran atas laporan keuangan suatu
perusahaan.

E. Metode Pengumpulan Data


(Bloor & Wood, 2006: 128) Metode pengumpulan data, peneliti fenomenologi
menjadi seorang mediator antara pendapat dan pengalaman informan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan data berupa
observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi, observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatat dengan
sistematik gejala-gejala yang timbul pada objek yang diteliti. Teknik observasi
mengamati segala tindakan yang dilakukan oleh informan yang dapat dilihat
dan diamati dan kemudian disusun dalam sebuah format yang berisikan segala
gejala yang diperoleh semalam observasi baik tingkah laku maupun kejadian-
kejadian selama observasi berlangsung berkaitan dengan informan yang
diteliti. Observasi dilakukan langsung pada saat dilakukan wawancara
mendalam bersama informan. Adanya observasi peneliti dapat mengetahui
kegiatan akuntan publik sebagai informan, dalam kesehariannya melakukan
tanggungn jawab profesionalnya baik interaksi dengan klien atau saat interaksi
dengan tim audit perikatan. Berdasarkan hal tersebut ditarik kesimpulan
bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil
yang maksimal.
2. Wawancara mendalam (in-depth interview), peneliti menggali informasi
secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan
dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan
sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali.
3. Dokumentasi dalam bentuk transkip wawancara dan foto. Dokumen-dokumen
yang dikumpulkan oleh peneliti dipilih yang paling sesuai dengan fokus
penelitian sehingga menjadi data pendukung. Hasil tersebut akan membuat
penelitian lebih dapat dipertanggung jawabkan keakuratan dan keilmiahannya.

Dari observasi, wawancara dan dokumentasi ini peneliti mengharapkan


mendapatkan hasil yang sesuai untuk penelitian dan menganalisis hasil yang terjadi
dilapangan untuk mendapatkan kesimpulan.

F. Analisis Data
Alfred Shuctz tidak memiliki teknik khusus untuk menganalisis penelitian dengan
pendekatan fenomenologi dalam perspektifnya, maka peneliti memakai teknik analisis
data milik Miles Huberman. Miles Huberman (1992) menyatakan teknik analisis data
kualitatif dilakukan dengan interaktif dan dilakukan dengan terus menerus sampai
selesai sehingga datanya sudah jenuh. Berikut tahap teknik, di antaranya:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Dalam tahap ini dilakukan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal penting, dicari tema dan polanya.
2. Data Display (Penyajian Data)
Tahap ini melakukan penyajian data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang sudah dipahami (Sugiyono; 2016 dalam Annisaa, Titik; 2020).
3. Conclution (Kesimpulan)
Dalam tahap ini Miles Huberman (1992; 19) menyatakan bahwa selain
menarik kesimpulan diperlukan konfirmasi yaitu dengan melakukan tinjauan
ulang pada hasil wawancara atau tukar pikiran antara sesama peneliti untuk
mengembangkan “kesepakatan intersubjektif”. Di mana makna-makna yang
muncul diuji kebenarannya.

G. Tahapan Penilitian
Berikut tahapan penelitian yang akan di lakukan peniliti dalam penilitian ini:
Tahapan Penelitian

Auditor Eksternal

Auditor Senior Auditor Junior

Auditor yang mampu melaksanakan


tanggung jawab profesionalnya dalam
pemeriksaan laporan keuangan berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan dan Penelitian lapangan:

menghasilkan ketepatan opini audit - Wawancara


- Dokumentasi
berpedoman & patuh pada etika profesi
akuntan

Pengumupulan Data: Tujuan untuk menelusuri pemaknaan dan


pengukuran penerapan etika profesi oleh akuntan publik dalam tanggung
jawab profesionalnya. (Melalui wawancara mendalam, obsservasi
lapangan dan dokumentasi)

Analisis Data
Studi fenomenologi pemikiran Schutz

Hasil Penelitian

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Wicaksono. (2018, Oktober). Kemenkeu Duga Audit Keuangan Garuda Tak Sesuai
Standar. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181001190810-
78-334751/ojk-depak-auditor-snp-finance-dari-daftar-akuntan-publik/
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2012. “Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi untuk
Memahami Agama”. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Alfarisi, Luqman dan Gumgum Gumilar. 2018. “Konstruksi Realitas Wartawan Kantor Berita
atas Kesejahteraan Jurnalis”. Kajuan Jurnalisma. ISSN 2549-0559. Volume 02 Nomor
01 Tahun 2018.

Anggela, Merici Cresensia. 2016. "Pengaruh Skeptisisme Profesional, Pengalaman Audit,


Keahlian Audit, Independensi, Dan Kompetensi Terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Auditor Pada Kap Kota Malang" Journal Riset Mahasiswa Akuntansi (Jrma). Issn:
2337-56Xx.Volume: Xx, Nomor: Xx.

Arisang, Irdianty, Marwah Yusuf, Faisol. 2020. “Analisis Skeptisme Profesional Auditor,
Etika Profesi, Keahlian Auditor dan Pengalaman Auditor Terhadap Pemberian Opini
Auditor”. Jurnal Akuntansi & Ekonomi FE UN PGRI Kediri. Vol 5 N0 2, Juli 2020.
P-ISSN 2721-9313 E-ISSN 2541-0180.

Arren Whiteside. (2019, Juni). Kemenkeu Duga Audit Keuangan Garuda Tak Sesuai Standar.
CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190628111556-92-
407268/isu-laporan-keuangan-izin-auditor-garuda-dibekukan-1-tahun
Budiman, Allesandro. 2017. “Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman, Keahlian Auditor,
dan Risiko Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit”.

Bharata, I Made Arya Putra, I Dewa Nyoman Wiratmaja. 2017. “Pertimbangan Materialitas
sebagai Variabel Pemoderasi Pengaruh Etika Profesi dan Kompetensi terhadap
Ketepatan Pemberian Opini Auditor”. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana.Vol.20.2 Agustus (2017): 1280-1390. ISSN; 2302-8556.
Dwitantiningrum, Anggie. 2019. “Pengaruh Penerapan Undang-Undang Akuntan Publik dan
Prinsip Etika Profesi Akuntan Publik terhadap Pilihan Karir Calon Lulusan Sebagai
Akuntan Publik di Kota Medan”. Jurnal Pembangunan Perkotaan, Vol 7 No. 1.

Fahmi, Irfansyah, Fadillah Nasaruddin dan Asriani Djunaid. 2017. “Studi Fenomenologi:
Ketepatan Pemberian Opini oleh Kantor Akuntan Publik di Makasar”. Universitas
Muslim Indonesia.

Fadlilah, Noeroel. 2016. “Pengaruh Skeptisisme Profesional, Pengalaman, Situasi Audit,


Keahlian dan Beban Kerja terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor (Studi pada
KAP Yogyakarta)” Universitas Islam Indonesia.

Feriyanto, Oon, Susilawati dan Dadang. 2017. “Pengaruh Profesionalisme Auditor dan
Pertimbangan Tingkat Materialitas Terhadap Ketepatan Pemberian Opini”. STAR –
Study & Accounting Research. Vol XIV No. 1. ISSN: 1693-4482.
Futri, Putu Septiani, Gede Juliarsa. 2014. Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat
Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman, dan Kepuasan Kinerja Auditor terhadap
Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. ISSN; 2302-8556.
Iwan. 2019. "Pengaruh Keahlian, Pengalaman Audit, Dan Pengetahuan Akuntansi Dan
Auditing Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit "Jurnal Pasar Modal Dan
Bisnis, Vol 2, No.2.
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan  Analisis  Investasi.  Edisi Kelima.Yogyakarta: BPFE
UGM.
Mahmuda,Deviana Dan Nurmala,Putri. 2020. "Pengaruh Keahlian, Pengalaman Audit, Dan
Pengetahuan Akuntansi Dan Auditing Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit
"Jurnal Pasar Modal Dan Bisnis, Vol 2, No.2.
Moleong Lexy J. 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mursidi, La Ode Kamaluddin dan Syarifuddin. 2019. “Locus of Control, Komitmen dan Etika
Audit Internal Pemerintah Kota Baubau”. Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya.
ISSN (Cetak): 2657-0505, ISSN (Elektronik): 2715-6184.

Musdalifah. 2018. “Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor, Etika Profesi, Keahlian dan
Pengalaman Terhadap Ketepatan Pemberian Opini (Studi Emoiris Pada Kantor
Akuntan Publik Di Makasar)” Jurnal Economix Volume 6 Nomor 2 Desember 2018.

Roosaningrum, Annisaa Safitri dan Titik Agus Setiyaningsih. 2020. “Menggali Peran Auditor
Perempuan dalam Audit Judgment”. Prosiding Koferensi Nasional Ekonomi
Manajemen dan Akuntansi (KNEMA). ISSN: 2776-1177 (Media Online).

Sari, Aprillia Ratna. 2017. “Pengaruh Independensi dan Situasi Audit terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Audit dengan Fee Audit sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus
pada KAP di Jakarta Timur)”. Jurnal Akuntansi Manajerial, Vol 2, No. 1, ISSN (E):
2502-6704.
Sofia, Irma Paramita dan Risha Trisntya Damayanti. 2017. “Pengaruh Pengalaman,
Profesionalisme, dan Etika Profesi Auditor terhadap Penentuan Tingkat Materialitas”.
Widyakala Volume 4 No. 2 September 2017. ISSN 2337-7313 e-ISSN 2597-8624.

Sumarsih, Ni Made, Ida Ayu Yuliastusi dan I Made Suartawan. 2020. “Ketepatan Pemberian
Opini Auditor oleh Akuntan Publik Provinsi Bali”. Jurnal Revenue, Vol. 01, No. 02,
Desember 2020, p-ISSN :2723-6498 e-ISSN: 2723-6501.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2014, Cet.
Ke 8, h. 224.

Supraja, Muhammad. 2012. “Alfred Shcutz: Rekontruksi Teori Tindakan Max Weber”.
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2.

Wulandari, A.A Sayu Gita dan I Dewa Gde Dharma Suputra. 2018. “Pengaruh
Profesionalisme Auditor, Komitmen Organisasi dan Etika Profesi pada Kinerja
Auditor KAP Provinsi Bali”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.22.1.
Januari (2018): 273-300. ISSN: 2302-8556.

Anda mungkin juga menyukai