Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro Semarang Jalan Hayam Wuruk, Pleburan, Semarang,
Jawa Tengah
Email: fabiobolandas97@gmail.com, indira_ppa@yahoo.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengalaman auditor, pelatihan audit, dan risiko audit
berpengaruh terhadap tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kecurangan. Populasi dalam penelitian ini adalah
auditor Kantor Akuntan Publik. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling
dan jumlah sampel sebanyak 94 responden. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Penelitian ini menggunakan
kuesioner dalam pengumpulan datanya. Teknik uji yang dipakai adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan
analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan software SPSS versi 21. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel pengalaman auditor dan pelatihan audit memiliki pengaruh terhadap tanggung
jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan. Namun, variabel risiko audit tidak memiliki pengaruh terhadap tanggung
jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Kata Kunci: Pengalaman Auditor, Pelatihan Audit, Risiko Audit, dan Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi
Kecurangan.
Abstract: This study aims to determine whether the auditor’s experience, audit training, and audit risk affect the
auditor’s responsibility in detecting fraud. The population in this study is the auditor of the Public Accounting Firm.
Sampling was carried out using the purposive sampling method and the number of samples was 94 respondents. The
type of data used is primary data. This study uses a questionnaire in data collection. The test technique used is
validity test, reliability test, classical assumption test includes normality test, multicollinearity test, and
heteroscedasticity test. Hypothesis testing in this study used multiple linear regression analysis and hypothesis
testing in this study using SPSS version 21 software. The results showed that the auditor’s experience and audit
training variables had an influence on the auditor’s responsibility in detecting fraud. However, the audit risk
variable has no effect on the auditor’s responsibility in detecting fraud.
Keywords: Auditor Experience, Audit Training, Audit Risk, and Auditor Responsibilities in Detecting Fraud.
dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan melanggar undang-undang pasar modal dan kode etik
(SAK) yang disahkan Ikatan Akuntan Indonesia profesi akuntan publik. Pelanggaran tersebut terkait
(IAPI, 2020). IAPI telah menetapkan Standar Audit penggelembungan (over statement) pendapatan
(SA) untuk auditor sebagai acuan melaksanakan senilai Rp 613 miliar untuk laporan keuangan tahunan
tugasnya memeriksa laporan keuangan klien. Hal (LKT) periode 2016 pada PT Hanson International
tersebut untuk menunjang kapasitas Tbk. Akibat dari kecurangan yang dilakukan oleh
profesionalismenya, karena tidak semua auditor dapat Akuntan Publik tersebut, pihak OJK memberikan
melaksanakan tanggung jawabnya (Alqudah et al., sanksi pembekuan izin selama 1 tahun. Kasus serupa
2019; Sania et al., 2019). juga menimpa Akuntan Publik (AP) Merliyana
Syamsul dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio,
Dalam menjalankan tugasnya memeriksa Bing, Eny dan Rekan yang merupakan salah satu
laporan keuangan klien, auditor dituntut untuk KAP di bawah Deloitte Indonesia.
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik
terutama ketika mendeteksi kecurangan di Laporan Keuangan Tahunan PT SNP Fi-
perusahaan klien seperti yang tertera pada Standar nance, perusahaan pembiayaan, telah diaudit AP dari
Audit 200 dan Standar Audit 240 (IICPA, 2014 & KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan dan mendapatkan
IICPA, 2016). opini Wajar Tanpa Pengecualian. Namun,
berdasarkan hasil pemeriksaan OJK, SNP Finance
Tanggung jawab auditor dalam yang masuk Grup Columbia, terindikasi telah
melaksanakan audit yaitu dengan memeriksa laporan menyajikan laporan keuangan yang secara signifikan
keuangan dan memberikan opini atas kewajaran tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang
laporan keuangan tersebut (Sandari, 2019). Jika sebenarnya sehingga menyebabkan kerugian banyak
auditor menemukan laporan keuangan yang tidak pihak (Ayuningtyas, 2019).
disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima secara umum atau menemukan adanya Berdasarkan fenomena tersebut yang
kecurangan dalam laporan keuangan maka auditor melibatkan akuntan publik mengindikasikan bahwa
bertanggung jawab untuk melaporkan temuan belum optimalnya tanggungjawab auditor dalam
tersebut (Dandi et al., 2017; Zager et al., 2016). menjalankan tugasnya. Hal tersebut tentunya dapat
merusak reputasi mereka sebagai auditor dan Kantor
Tanggung jawab pendeteksian kecurangan Akuntan Publik terkait di kalangan masyarakat
(fraud detection) akan mendukung terwujudnya (Dasila & Hajering, 2019).
penerapan standar yang memadai untuk menunjang
tanggung jawab pendeteksian kecurangan, membantu Pendeteksian mengenai kecurangan
terwujudnya lingkungan kerja audit, metode dan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang
prosedur audit yang cukup efektif untuk tanggung auditor dan sudah menjadi tanggungjawabnya untuk
jawab pendeteksian kecurangan sehingga tidak terjadi meminimalisir adanya kecurangan (Hussin et al.,
kegagalan audit (Afiani & Latifah, 2019). 2017).
Meskipun sudah ada standar yang mengatur Maka dari itu, seorang auditor perlu
terkait tanggungjawab auditor dalam mendeteksi mengevaluasi dan meningkatkan tanggungjawab
kecurangan, hal tersebut tidak menjamin bahwa mereka dalam menjalankan tugasnya sehingga kasus
kinerja auditor dapat konsisten, bahkan auditor juga kecurangan dapat diminimalisir. Dalam meningkatkan
dapat terlibat dalam praktik kecurangan (Putri et al., tanggungjawabnya, auditor harus memiliki
2020). Seperti kasus yang terjadi pada Akuntan Publik pengalaman, pelatihan, dan memperhatikan risiko-
Sherly Jakom dari KAP Purwanto, Sungkoro dan risiko yang bisa menghambat proses pengauditan
Surja (member Ernst & Young) yang terbukti terhadap deteksi kecurangan (Ningtyas et al., 2019).
Pengalaman audit yang dimiliki oleh seorang dan Dandi et al. (2017) yang menyatakan bahwa
auditor akan semakin meningkatkan pelatihan audit berpengaruh posisitif terhadap
tanggungjawabnya dalam melaksanakan tanggungjawab auditor dalam mendeteksi
pemeriksaan (Atmaja, 2016; Drogalas et al., 2017). kecurangan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
Pengalaman auditor dapat dikatakan sebagai banyak pelatihan audit kecurangan yang diikuti oleh
pembelajaran yang didapatkan oleh auditor dari auditor, maka dapat meningkatkan tanggungjawabnya
pendidikan formal yang dijalaninya dan sudah dalam mendeteksi kecurangan. Namun, hasil
didapatkan selama penugasan (Dwita, 2019). penelitian tersebut berkontradiksi dengan temuan
Swastyami (2016) menyebutkan pengalaman kerja Jeppesen (2019), Hayati et al. (2020), dan Sanjaya
dapat memperdalam dan memperluas kemampuan (2019) yang menyatakan bahwa pelatihan audit tidak
kerja auditor. Penelitian terkait pengalaman auditor berpengaruh terhadap tanggungjawab auditor dalam
terhadap tanggung jawab dalam mendeteksi mendeteksi kecurangan.
kecurangan sudah diteliti oleh Alqudah et al. (2019),
Sania et al. (2019), Primasari (2020), Atmaja (2016), Seorang auditor selain memiliki pengalaman
(Hafizhah & Abdurahim, 2017), dan Zager et al. dan pelatihan yang memadai, mereka juga perlu untuk
(2016) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor memperhatikan faktor-faktor terkait risiko dalam
berpengaruh positif terhadap tanggungjawab dalam pengauditan. Penilaian terhadap resiko audit juga
mendeteksi kecurangan. sangat dibutuhkan untuk menghindari kesalahan
material yang tidak terdeteksi (Prakoso & Zulfikar,
Hal tersebut mengindikasikan bahwa 2018). Menurut Standar Profesional Akuntan Publik,
semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh SA seksi 316 auditor secara khusus harus dapat
seorang auditor, maka akan meningkatkan menaksir resiko salah saji material dalam laporan
tanggungjawabnya dalam mendeteksi praktik keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan
kecurangan. Namun, temuan tersebut berkontradiksi memperhatikan taksiran resiko ini dan mendesain
dengan temuan dari Afiani & Latifah (2019) dan prosedur audit yang dilaksanakan sehingga dapat
Prakoso & Zulfikar (2018) yang menyatakan bahwa meningkatkan tanggung jawabnya dalam mendeteksi
pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap kecurangan (Publik Indonesia, 2017).
tanggung jawab auditor dalam mendeteksi
kecurangan. Penelitian mengenai risiko audit terhadap
tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kecurangan
Pengalaman yang dimiliki oleh seorang sudah diteliti oleh Sanjaya (2019), Sandari (2019), dan
auditor harus diimbangi dengan pelatihan audit untuk Hussin et al. (2017) yang menyatakan bahwa risiko
meningkatkan keahlian seorang auditor dalam audit berpengaruh posisitif terhadap tanggungjawab
mendeteksi kecurangan (Primasari, 2020). Ergin auditor dalam mendeteksi kecurangan. Hal ini
(2019) menyimpulkan bahwa saat ini auditor sering mengindikasikan bahwa semakin tinggi risiko audit
mengalami kegagalan dalam mendeteksi kecurangan yang dialami oleh auditor, maka akan membuat
dikarenakan tidak semua auditor pernah mengalami auditor lebih teliti ketika melakukan pengauditan
kasus terjadinya tindak kecurangan, sehingga sehingga dapat meningkatkan tanggung jawabnya
pengalaman auditor berkaitan dengan kecurangan dalam mendeteksi kecurangan.
masih terbatas, maka dari itu pelatihan audit
kecurangan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan Namun, hasil penelitian tersebut
tanggungjawab auditor dalam memahami gejala- berkontradiksi dengan temuan Hafizhah &
gejala yang berkaitan dengan tindak kecurangan. Abdurahim (2017), Sania et al. (2019), dan Bice et
al. (2017) yang menyatakan bahwa risiko audit tidak
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan berpengaruh terhadap tanggungjawab auditor dalam
oleh Putri et al. (2017), DeZoort & Harrison (2018), mendeteksi kecurangan.
Penelitian ini merujuk pada hasil temuan yang Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui
dilakukan oleh Afiani & Latifah (2019), dimana pada pengaruh pengalaman auditor, pelatihan audit, dan
penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa risiko audit terhadap tanggungjawab auditor dalam
pengalaman dan pelatihan yang dimiliki oleh seorang mendeteksi kecurangan.
auditor tidak berpengaruh terhadap tanggungjawab
auditor dalam mendeteksi kecurangan. hal ini Tanggung jawab dalam mendeteksi
mengindikasikan bahwa belum semua auditor kacurangan merupakan faktor internal yang harus
memiliki pengalaman dan pelatihan yang memadai dimiliki oleh seorang auditor (Jeppesen, 2019). Hal
terkait dengan deteksi audit kecurangan, sehingga tersebut sesuai dengan tinjauan dari teori atribusi yang
tidak dapat mempengaruhi tanggungjawab auditor. menjelaskan perilaku seseorang ditentukan oleh
kombinasi antara kekuatan internal (internal forces),
Pembaharuan yang dilakukan dalam yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
penelitian ini terhadap jurnal acuan dari Afiani & seseorang, seperti kemampuan atau usaha, sifat,
Latifah (2019), peneliti akan menambahkan variabel karakter, dan sikap (Heider, 1958; DeZoort &
independen yaitu risiko audit dan menambahkan teori Harrison, 2018).
atribusi sebagai landasan untuk menjelaskan hipotesis
karena pada penelitian sebelumnya tidak Tanggung jawab auditor dalam melaksanakan
menggunakan teori. audit yaitu dengan memeriksa laporan keuangan dan
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan
Teori atribusi merupakan teori yang tersebut. Jika auditor menemukan laporan keuangan
menjelaskan tentang perilaku seseorang mengenai yang tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip
apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal, akuntansi yang diterima secara umum atau
misalnya sifat, karakter, dan sikap atau disebabkan menemukan adanya kecurangan dalam laporan
oleh faktor eksternal misalnya situasi atau keadaan keuangan, maka auditor bertanggung jawab untuk
tertentu yang memaksa seseorang melakukan melaporkan temuan tersebut (Alias et al., 2019).
perbuatan tertentu (Heider 1958; DeZoort &
Harrison, 2018). Penelitan ini juga menggunakan Dalam menjalankan tugasnya, seorang
objek yang berbeda, yaitu Kantor Akuntan Publik. auditor juga bertanggung jawab untuk merencanakan
Pada penelitian sebelumnya menggunakan objek dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan
Inspektorat Kota dan Kabupaten Jawa Tengah. memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah oleh kekeliruan atau kecurangan (Sania et al.,
mengenai tanggungjawab dari seorang auditor yang 2019).
seharusnya dapat menjadi kepercayaan masyarakat
dalam menyajikan laporan audit yang jujur. Tanggungjawab tersebut tentunya dalam
Kepercayaan masyarakat tersebut berangkat dari rangka untuk menilai kewajaran laporan keuangan
karakteristik yang dimiliki oleh auditor meliputi dari salah saji secara material yang sesuai dengan
pengalaman, pelatihan, risiko yang dimiliki auditor prinsip akuntansi yang berterima umum, standar au-
serta tanggungjawab dalam menjalankan tugas diting dan kode etik akuntan. Apabila terjadi
termasuk mendeteksi dan melaporkan adanya praktik pelanggaran atau penyimpangan terhadap etika
kecurangan. Meskipun sudah ada standar yang profesi seperti yang diisyaratkan dalam standar au-
mengatur terkait tanggungjawab auditor dalam diting dan kode etik akuntan berarti auditor kurang
mendeteksi kecurangan, hal tersebut tidak menjamin menunjukkan atau tidak memiliki idealisme yaitu
bahwa kinerja auditor dapat konsisten, bahkan sebagai sikap yang dependen dan tidak
auditor juga dapat terlibat dalam praktik menghindarkan terjadi berbagai kepentingan (Hussin
kecurangan. et al., 2017).
Menurut Sania et al. (2019) pengalaman sehingga kemampuan auditor dalam mendeteksi
adalah pengetahuan atau keahlian yang diperoleh dari kecurangan perlu untuk terus ditingkatkan (Afiani &
suatu peristiwa melalui pengamatan langsung maupun Latifah, 2019).
berpartisipasi dalam peristiwa tersebut. Pengalaman
audit merupakan faktor internal yang harus dimiliki Alias et al. (2019) menyatakan bahwa
oleh seorang auditor yang digunakan untuk pelatihan audit kecurangan dilaksanakan supaya
meningkatkan tanggungjawab mereka dalam auditor dapat memahami, menjelaskan, menguraikan,
mendeteksi kecurangan (Alias et al., 2019). Hal ini menjabarkan, dan mengimplementasikan teknik dan
sesuai dengan teori atribusi yang menjelaskan bahwa metode investigatif secara menyeluruh. Selain itu,
perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara pelatihan diberikan untuk meningkatkan
kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor- tanggungjawab auditor dalam melaksanakan tugasnya
faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti mendeteksi kecurangan (Hussin et al., 2017). Audit
kemampuan atau usaha, sifat, karakter, dan sikap harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang
(Heider, 1958; DeZoort & Harrison, 2018). memiliki kelebihan dan pelatihan teknis yang memadai
(Sania et al., 2019). Melalui pelatihan teknis audit
Auditor yang berpengalaman adalah auditor kecurangan, auditor akan mempelajari, dan
yang mampu mendeteksi, memahami dan bahkan memahami ketentuan baru, metodologi baru, teknik
mencari penyebab dari munculnya kecurangan- audit investigatif yang baru dalam mengungkapkan
kecurangan tersebut. Hafizhah & Abdurahim (2017) kasus kecurangan (Primasari, 2020; Sanjaya, 2019).
menyebutkan bahwa auditor yang berpengalaman
akan memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan Menurut SA Seksi 312, definisi risiko audit
kecurangan yang lebih banyak sehingga akan adalah sebagai berikut : “Risiko audit adalah risiko
meningkatkan tanggung jawab auditor dalam yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari tidak
mendeteksi kasus-kasus kecurangan dibandingkan memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
dengan auditor yang tidak berpengalaman. atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah
saji material.”(SPAP : 2011). Jenis Risiko Audit.
Pelatihan auditor merupakan salah satu usaha
untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam Menurut Arens, et al, (2009) : “Risiko audit
bidang pengetahuan, kemampuan, keahlian, dan sikap dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis:
(Alqudah et al., 2019; Dandi et al., 2017). Pelatihan 1) Risiko Audit yang Direncanakan (Planned
audit tersebut sesuai dengan penjelasan dari teori Detection Risk) merupakan risiko di mana bukti
atribusi yang menyatakan bahwa perilaku seseorang audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal salah saji yang melebihi salah saji yang dapat
(internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal diterima.
dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau
usaha, sifat, karakter, dan sikap (Heider, 1958; 2) Risiko Bawaan (Inherent Risk) mengukur
DeZoort & Harrison, 2018). penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya
salah saji material (baik kecurangan maupun
Pelatihan yang sistematis dan berjenjang kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan
sesuai dengan tingkatan auditor, maka akan sebelum mempertimbangkan efektivitas
mempermudah untuk melengkapi kekurangan pengendalian internal klien. Jika auditor
auditor dan memberikan penekanan pada praktik menyimpulkan bahwa kemungkinan salah saji
audit dan standar akuntansi bagi auditor (Putri et al., tinggi, tanpa mempertimbangkan pengendalian
2020). Kecurangan atau fraud semakin marak terjadi internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko
dengan berbagai cara yang terus berkembang bawaannya adalah tinggi.
3) Risiko Pengendalian (Control Risk) Mengukur auditor, maka akan mempermudah untuk melengkapi
penilaian auditor mengenai apakah salah saji kekurangan auditor dan memberikan penekanan pada
melebihi jumlah yang dapat diterima di suatu bagian praktik audit dan standar akuntansi bagi auditor
pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi (Jeppesen, 2019).
tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
Pelatihan auditor mengenai deteksi
4) Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable kecurangan merupakan hal yang sangat dibutuhkan,
Audit Risk) Mengukur tingkat kesediaan auditor karena dengan mengikuti pelatihan tersebut auditor
untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dapat mengikuti perubahan teknis bagaimana
dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai kecurangan itu dilakukan dan dapat meningkatkan
dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian tanggungjawab serta peran auditor dalam mendeteksi
telah diterbitkan.” kecurangan (DeZoort & Harrison, 2018). Hal ini
didukung penelitian dari Dandi et al. (2017) dan Putri
Menurut Primasari (2020) pengalaman et al. (2020) menyatakan bahwa pelatihan auditor
auditor berpengaruh positif pada pendeteksian berpengaruh positif terhadap tanggung jawab auditor
kecurangan, yang berarti semakin tinggi pengalaman dalam mendeteksi kecurangan.
auditor maka kemampuan auditor dalam mendeteksi
adanya kecurangan cenderung semakin tinggi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis
Penelitian tersebut didukung penelitian yang dilakukan kedua dalam penelitian ini adalah:
oleh penelitian yang dilakukan Hafizhah & Abdurahim : Pelatihan Audit berpengaruh Positif terhadap
(2017) yang menyetakan bahwa pengalaman Tanggung jawab dalam Mendeteksi
berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan pada Kecurangan
laporan keuangan.
Berdasarkan teori atribusi yang
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis mendeskripsikan bahwa perilaku seseorang
pertama dalam penelitian ini adalah: ditentukan oleh kekuatan eksternal (external forces),
: Pengalaman Auditor berpengaruh Positif yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar misalnya
terhadap Tanggung jawab dalam Mendeteksi tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan
Kecurangan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu
(Heider, 1958; DeZoort & Harrison, 2018).
Berdasarkan teori atribusi yang
mendeskripsikan bahwa perilaku seseorang Risiko audit merupakan faktor eksternal yang
ditentukan oleh kekuatan internal (internal forces), harus diperhatikan oleh seorang auditor dalam
yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri menjalankan tugasnya. Resiko audit yaitu resiko
seseorang, seperti kemampuan atau usaha, sifat, bahwa auditor secara tidak sadar gagal untuk
karakter, sikap (Heider, 1958; DeZoort & Harrison, menyesuaikan opininya atas laporan keuangan yang
2018). salah saji secara material (IAPI, 2016). Penilaian atas
resiko audit perlu dilakukan untuk menghindari
Pelatihan audit merupakan faktor internal kemungkinan resiko salah saji yang bersifat material
yang harus dimiliki oleh seorang auditor untuk yang bisa saja tidak terdeteksi (Zager et al., 2016).
meningkatkan tanggungjawabnya dalam mendeteksi
kecurangan. Menurut Sanjaya (2019) pelatihan Semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh au-
audit adalah salah satu usaha untuk mengembangkan ditor dalam mendeteksi adanya salah saji material
sumber daya manusia dalam bidang pengetahuan, maka menuntut ketelitian auditor dalam memeriksa
kemampuan, keahlian, dan sikap. Pelatihan yang dan mengevaluasi bukti-bukti audit, dengan demikian
sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan maka dapat meminimalisir resiko audit yang ada
sehingga dalam melakukan penugasan audit dengan bahwa resiko audit berpengaruh positif terhadap
baik termasuk dalam meningkatkan tanggung jawab tangung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan.
auditor dalam mendeteksi kecurangan (Alias et al.,
2019). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis
kedua dalam penelitian ini adalah:
Hussin et al. (2017) menyatakan bahwa : Risiko Audit berpengaruh Positif terhadap
resiko audit berpengaruh positif terhadap tanggung Tanggung jawab Auditor dalam Mendeteksi
jawab audior dalam mendeteksi kecurangan. Hal ini Kecurangan.
juga didukung dalam Sandari (2019) menyatakan
bahwa resiko audit berpengaruh positif terhadap Kerangka pemikiran pada penelitian ini
tanggung jawab auditor dalam mendeteksi digambarkan pada Gambar 1.
kecurangan. Demikian juga dalam Sanjaya (2019)
untuk mengetahui tanggungjawab auditor dalam 2. Uji Kualitas Data yang terdiri dari uji validitas dan
mendeteksi kecurangan, sehingga responden dalam uji reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk
penelitian ini adalah auditor yang mempunyai jabatan mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner
struktural pada KAP Surakarta & Yogyakarta yang (Bice et al., 2017). Uji reliabilitas digunakan untuk
berjumlah 54 auditor. mengetahui apakah jawaban dari responden atas
pertanyaan tersebut bisa diandalkan atau reliabel
2.3 Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan (Hafizhah & Abdurahim, 2017).
Data
3. Uji asumsi klasik yang terdiri atas beberapa
Data yang diperoleh berupa jawaban pengujian, yaitu uji normalitas, uji
responden atas kuesioner dari kelima variabel dalam heterokedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji
penelitian ini. Instrumen yang digunakan untuk linearitas (Primasari, 2020).
mengumpulkan data berupa kuesioner dengan skala
likert. Responden akan memilih tingkat kesetujuannya 4. Uji hipotesis yaitu dengan regresi linear
dan ketidaksetuannya terhadap pertanyaan tertentu. sederhana untuk H1, H2, H3, dan H4 serta
Skala likert yang digunakan memiliki rentang nilai satu regresi liniear berganda untuk H5 dengan tujuan
sampai dengan empat dengan asumsi untuk untuk mengetahui apakah ada pengaruh atau
pertanyaan positif jawaban “Sangat Tidak Setuju” tidaknya hubungan antara variabel independen
diberi skor 1, jawaban “Tidak Setuju” diberi skor 2, terhadap variabel dependen (Sanjaya, 2019;
jawaban “Netral” diberi skor 3, jawaban “setuju” Zager et al., 2019).
diberi skor 4, dan jawaban “Sangat Setuju” diberi skor
5 (Hussin et al., 2017).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4 Teknik Analisis Data
3.1 Deskripsi data responden
Teknik analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah: 1. Gender
1. Statistik deskriptif untuk memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel Berikut karakteristik responden berdasarkan
atau populasi dan untuk melihat kecenderungan jenis kelamin dalam penelitian ini:
variabel (Alias et al., 2019).
Menurut Sania et al. (2019) uji validitas Adapun hasil uji validitas dalam penelitian ini,
berfungsi untuk mengungkapkan apakah pertanyaan yaitu:
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Instrumen
Dari tabel 6 dapat diambil kesimpulan bahwa Menurut Alias et al. (2019) pengukuran data
nilai r hitung pada setiap item pertanyaan lebih besar memberikan hasil relatif konsisten jika diukur ulang
dari (>) r table (0,2787) dan semuanya bernilai positif. pada subjek yang sama, sehingga diketahui konsisten
Maka, item pertanyaan dinyatakan valid. kuesionernya. Seuatu variabel dikatakan reliable jika
nilai cronbach alpha > 0,60. Adapun hasil uji
3.2.1.2 Uji Reliabel reliabilitas dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa titik-titik grafik plot memeiliki kelemahan yang cukup
menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun signifikan, karena jumlah pengamatan mempengaruhi
di bawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar tersebut hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan
menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik plot.
pada model regresi, sehingga model ini dapat dipakai. Maka dari itu, diperlukan uji statistik yang lebih dapat
Menurut Ghozali (2013:141) analisis menggunakan menjamin keakuratan hasil.
Tabel 9. Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser Pengaruh
Total RA, Total PT, dan Total PA terhadap Total TAMK
Berdasarkan hasil uji glejser pada tabel 9 dilakukan sebagai penguji apakah variabel
dapat dilihat nilai koefisien parameter variabel independen dan variabel dependen dalam regresi
independen tidak ada yang signifikan karena lebih memiliki distribusi normal atau tidak. Pada penelitian
dari 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ini penulis menggunakan analisis grafik yaitu
model regresi tidak memiliki masalah menggunakan cara melihat histogram yang melihat
heterokedastisitas, maka untuk asumsi perbandingan data observasi dengan distribusi yang
homoskedastisitas tersebut tidak dapat ditolak. mendekati norma dan normal probability plot yang
dibandingkan distribusi yang menggambarkan data
3.2.3Uji Normalitas sesungguhnya akan mndekati garis normal. Di bawah
ini adalah gambar grafik histogram dan normal
Menurut Sania et al. 2019) uji normalitas probability plot:
a) Pada gambar histogram di atas, digambarkan normal, sehingga dapat disimpulkan model regresi
perbandingan antara data observasi dengan memenuhi asumsi normalitas.
distribusi yang menjadikan distribus tersebut
Dari tabel 10 hasil uji normalitas Menurut Putri et al. (2020) pada koefisien
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov determinasi ini menunjukkan sejauhmana hubungan
didapatkan hasil signifikansi dari uji normalitas sebesar antara variabel dependen dengan variabel independen
0,362 dimana hasil tersebut lebih besar 0,05 yang atau dapat juga melihat sejauh mana kontribusi
berarti data residual terdistribusi normal. variabel independen mempengaruhi variabel
dependen.
3.4 Uji Hipotesis
Uji R 2 dapat dilihat pada tabel model
2
3.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R ) summary, sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Uji Statistik Koefisien Determinasi (R2) Total RA,
Total PT, dan Total PA Terhadap Total TAMK
Dari tabel uji ANOVA di atas dapat dilihat Menurut Hussin et al. (2017) uji ini digunakan
untuk hasil nilai Ftest tabel sebesar 0.756 dengan nilai untuk melihat seberapa jauh pengaruh variabel
signifikan sebesar 0,525. Nilai signifikan menunjukkan independen mempengaruhi variabel dependen secara
jika nilainya lebih besar dari 0,05, Hasil ini individual. Tingkat signifikan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel independen secara adalah 5%.
simultan tidak mempunyai pengaruh terhadap
tanggung jawab auditor dalam mendeteksi Menurut Ghozali (2018:97) Dimana angka
kecurangan. probabilitas signifikansi > 5% maka H0 ditolak, jika
angka probabilitas signifikansi < 5% maka HO
3.4.3 Uji Ttest ( Uji Pengaruh Parsial) diterima.
Tabel 13. Hasil Uji Statistik Pengaruh Parsial (Ttest) Total RA,
Total PT, dan Total PA Terhadap Total TAMK
Dari tabel 13 didapat hasil output sebagai berikut: berpengalaman apabila ia telah lama bekerja
sebagai auditor dan semakin banyak penugasan
1) Tabel tersebut menunjukkan nilai signifikansi yang ditangani, sehingga auditor akan mempunyai
variabel PA (X1) sebesar 0,027 yang mana nilai banyak pengetahuan yang dapat meningkatkan
tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka dapat diartikan kepekaan dan kesadarannya apabila terjadi
terdapat pengaruh yang signifikan antara kecurangan (Sanjaya, 2019).
Pengalaman Auditor terhadap Tanggung Jawab
Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Hal ini Pengalaman yang auditor miliki akan
dapat terjadi karena auditor yang mempunyai meningkatkan pemahamannya terhadap penyebab
banyak pengalaman dalam kegiatan auditnya akan kecurangan, sehingga akan dapat memudahkan
memiliki banyak hal yang bisa meningkatkan auditor dalam mendeteksi kecurangan (Alias et
kemampuan, pengetahuan, dan tanggung al., 2019). Hal ini menunjukkan bahwa
jawabnya dalam mendeteksi kecurangan apabila pengalaman kerja dapat menjadi faktor yang
dibandingkan dengan auditor yang kurang atau mempengaruhi tanggung jawab auditor dalam
sedikit mempunyai pengalaman (Sania et al., mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini
2019). konsisten dengan kajian empiris DeZoort &
Harrison (2018), Hafizhah & Abdurahim (2017),
Semakin berpengalaman auditor, kemampuan dan Sandari (2019) bahwa pengalaman
auditor tersebut juga akan semakin tinggi atau baik berpengaruh secara signifikan terhadap
dalam melakukan pendeteksian kecurangan kemampuan auditor dalam mendeteksi
(Jeppesen, 2019). Seorang auditor dapat dikatakan kecurangan.
Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan kajian audit tidak berpengaruh terhadap kemampuan
empiris Alias et al. (2019) dan Sanjaya (2019) auditor mendeteksi kecurangan.
bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. 3) Nilai signifikansi variabel RA (X3) sebesar
0,243 yang mana nilai tersebut lebih besar dari
1) Nilai signifikansi variabel PT (X2) sebesar 0,05. Maka dapat diartikan tidak ada pengaruh
0,006 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari yang signifikan antara Risiko Audit terhadap
0,05. Maka dapat diartikan terdapat pengaruh Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi
yang signifikan antara Pelatihan Audit terhadap Kecurangan. Hal ini menunjukkan bahwa
Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi dengan melakukan penilaian risiko audit dan
Kecurangan. Hal ini memiliki arti bahwa fraud perencanaan audit bukan menjadi jaminan dapat
audit trainingmemiliki pengaruh positif pada membantu seorang auditor untuk menghindari
tanggung jawab auditor dalam pendeteksian kesalahan material yang tidak terdeteksi
kecurangan, dan dengan demikian maka (DeZoort & Harrison, 2018; Putri et al., 2020).
hipotesis kedua penelitian ini diterima. Semakin
banyak seorang auditor mengikuti pelatihan Hal-hal semacam itu menjadikan tanggung
maka semakin tinggi kemampuan auditor jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan
tersebut dalam mendeteksi kecurangan. juga akan menurun (Dwita, 2019). Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
Keahlian profesional yang dimiliki melalui dilakukan oleh Alqudah et al. (2019), Noviana
pelatihan memungkinkan auditor merumuskan & Rahmawati (2018) dan Swastyami (2016)
pendapatnya dengan baik dan mampu mendeteksi yang menyatakan bahwa variabel risiko audit
kecurangan yang mungkin. Hasil penelitian ini tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab
sesuai dengan teori atribusi, dimana dikatakan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Tetapi
keahlian profesional yang dimiliki melalui pelatihan, penelitian ini tidak sejalan dengan kajian empiris
auditor harus dapat merumuskan pendapatnya Ergin (2019) dan Prakoso & Zulfikar (2018)
dengan baik dan mampu mendeteksi kecurangan bahwa risiko audit berpengaruh terhadap
yang mungkin terjadi (Alias et al., 2019 & Zager kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
et al., 2019).
[2] Alqudah, H. M., Amran, N. A., & Hassan, H. [7] DeZoort, F. T., & Harrison, P. D. 2018,
2019, Factors Affecting The Internal Auditors’ Understanding Auditors’ Sense of
Effectiveness In The Jordanian Public Responsibility for Detecting Fraud Within
Sector: The Moderating Effect Of Task Organizations, Journal of Business Ethics,
[21] Prakoso, R. T., & Zulfikar. 2018, Pengaruh Ekonomi Akuntansi, 4(02), 107–114. https://
Skeptisisme Profesional, Pengalaman, doi.org/10.30996/jea17.v4i02.3306
Kompetensi, Profesionalisme dan Tekanan
Waktu Terhadap Kemampuan Auditor [28] Sania, A., Widaryanti, & Sukanto, E. 2019,
Mendeteksi Kecurangan (Studi pada Kantor Skeptisme Profesional, Independensi,
Badan Pengawas Keuangan dan Tekanan Waktu, Pengalaman Audit dan
Pembangunan Yogyakarta). Publikasi Ilmiah, Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi
1–10. Kecurangan Professional, Prosiding
Mahasiswa Seminar Nasional Unimus, 2,
[22] Primasari, N. H. 2020, Jurnal Akuntansi dan 549–557.
Keuangan FEB Universitas Budi Luhur. 9(1),
16–31. [29] Sanjaya, A. 2019, Pengaruh Skeptisisme
Profesional, Independensi, Kompetensi,
[23] Publik Indonesia, I. A. 2001, SA Seksi 316 Pelatihan Auditor, dan Resiko Audit
Pertimbangan Atas Kecurangan Dalam Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam
Audit Laporan Keuangan, Standar Mendeteksi Kecurangan, Jurnal Akuntansi
Profesional Akuntan Publik, 312(70). Bisnis, 15(1), 41–55. http://103.243.177.137/
index.php/jab/article/view/1350
[24] Putri, K. M. D., Wirama, D. G., & Sudana, I. P.
2017, Pengaruh Fraud Audit Training, [30] Sayed Hussin, S. A. H., Iskandar, T. M., Saleh,
Skeptisisme Profesional, dan Audit Tenure N. M., & Jaffar, R. 2017, Professional
pada Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Skepticism and Auditors’ Assessment of
Kecurangan, E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Misstatement Risks: The Moderating Effect
Universitas Udayana, 11, 3795. https://doi.org/ of Experience and Time Budget Pressure,
10.24843/eeb.2017.v06.i11.p03 Economics and Sociology, 10(4), 225–250.
https://doi.org/10.14254/2071-789X.2017/10-4/
[25] Putri, R. A., Saebani, A., & Adriyanto, W. A. 17
2020, Pengaruh Skeptisme Profesional,
Independensi, dan Tekanan Waktu Terhadap [31] Swastyami, A. P. 2016, Karakteristik Auditor,
Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Risiko Audit, dan Tanggung Jawab Dalam
Kecurangan, Jurnal Syntax Transformation, Mendeteksi Kecurangan, Jurnal Akuntansi
1(10), 688–695. http:// Bisnis, XV (29), 93–103.
jurnal.syntaxtransformation.co.id/index.php/jst/
article/view/122 [32] Zager, L., Malis, S. S., & Novak, A. 2016, The
Role and Responsibility of Auditors in
[26] Rifai, M. H., & Mardijuwono, A. W. 2020, Prevention and Detection of Fraudulent
`Relationship Between Auditor Integrity and Financial Reporting, Procedia Economics
Organizational Commitment To Fraud and Finance, 39 (November 2015), 693–700.
Prevention, Asian Journal of Accounting https://doi.org/10.1016/s2212-5671(16)30291-x
Research, 5(2), 315–325. https://doi.org/10.1108/
ajar-02-2020-0011 [33] Zager, L., Malis, S. S., Novak, A., Jeppesen, K.
K., Petraºcu, D., Tieanu, A., Hjerm, M., Alqudah,
[27] Sandari, T. E. 2019, Pengaruh Risiko Audit, H. M., Amran, N. A., Hassan, H., Rustiarini, N.
Teknik-teknik Audit Investigatif Terhadap W., Yuesti, A., Gama, A. W. S., Adnyani, N.,
Pendeteksian Kecurangan dan Atmadja, A. T., Herawati, N. T., Prakoso, R.
Profesionalisme Auditor, JEA17: Jurnal T., Zulfikar, Putri, R. A., … Harrison, P. D. 2019.