Anda di halaman 1dari 36

BAB II

LANDASAN TEORI
GARDU DISTRIBUSI DAN PERALATAN PADA GARDU
DISTRIBUSI

2.1 Distribusi Tenaga Listrik


Proses pendistribusian tenaga listrik dari sumber daya besar sampai ke
pemakai, terlebih dahulu tegangan diturunkan pada transformator tenaga "step-
down” di Gardu Induk dari tegangan tinggi 70 atau 150 kV menjadi tegangan
menengah 20 kV.

Dari Gardu Induk, tenaga listrik didistribusikan ke pusat-pusat beban atau


Gardu Distribusi melalui suatu Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 kV
yang biasa disebut ”Sistem Distribusi Primer”. Selanjutnya pada Gardu Distribusi
melalui transformator tenaga "step-down” tegangan diturunkan kembali dari
tegangan menengah 20 kV pada menjadi tegangan rendah 220/380 Volt.
Kemudian tenaga listrik tersebut didistribusikan ke pemakai melalui Jaringan
Distribusi Tegangan Rendah 220/380 Volt yang biasa disebut ”Sistem Distribusi
Sekunder”.

Agar tenaga listrik yang disalurkan dari Gardu Induk sampai kepada
pemakai berkualitas baik, maka harus didukung dengan keandalan yang tinggi
dari saluran sistem distribusi tersebut, berupa material dan peralatan terpasang,
sistem konstruksi dan pengerjaanya dan yang cukup penting ialah sistem relai dan
proteksi terhadap gangguan dari dalam maupun gangguan dari luar.

Gambar 2.1. menggambarkan diagram satu garis Pendistribusian Tenaga Listrik dari
Gardu Induk sampai dengan pengguna tenaga listrik tegangan rendah. Gambar 2.2
menggambarkan diagram satu garis sistem saluran distribusi dari Gardu Induk
sampai dengan pengguna tenaga listrik tegangan rendah dengan pembagian
jurusan pada lemari bagi.

9
10

1 3
2 4

Gambar 2.1. Pendistribusian tenaga listrik


.

Keterangan gambar :

1. Gardu Induk 150/20 kV.


2. Jaringan Tegangan Menengah 20 kV (Saluran Distribusi Primer).
3. Gardu Distribusi 20 kV/ 380 V.
4. Jaringan Tegangan Rendah 220/380 V (Saluran Distribusi Sekunder).
5. Pengguna tenaga listrik tegangan rendah (Rumah tangga, Industri kecil, Kantor
dan lain-lain)

NH FUSE JTR 220/380 V


FUSE
CUT OUT
PMT CB

JTM 20 KV
TRAFO
GD 20KV/
220/380 V
PMT CB LEMARI BAGI TR 4 JUR. 500 A

TRAFO GI NH FUSE
150/20 KV JTR 220/380 V
FUSE
CUT OUT
PMT CB

JTM 20 KV
TRAFO
GD 20KV/
220/380 V
LEMARI BAGI TR 4 JUR. 500 A

Gambar 2.2. Diagram garis tunggal sistem distribusi dari Gardu Induk
sampai dengan Jaringan Tegangan Rendah
11

2.2 Fungsi Gardu Distribusi


Gardu Distribusi merupakan bagian dari Sistem Saluran Distribusi. Gardu
distribusi terletak diantara Jaringan Tegangan Menengah atau biasa disebut
“Saluran Distribusi Primer” dan Jaringan Tegangan Rendah yang biasa disebut
“Saluran Distribusi Sekunder”, sesuai gambar 2.1 dan 2.2.

Secara umum gardu distribusi berfungsi untuk mengubah suatu besaran


tegangan menjadi besaran tegangan yang lain. Akan tetapi dalam sistem distribusi,
gardu distribusi berfungsi :

a. Menurunkan tegangan menengah 20 kV menjadi tegangan rendah 220/380


Volt.
b. Sebagai terminal hubung bagi tegangan menengah ke gardu distribusi yang lain
(khusus gardu tembok dengan sistem SKTM).
c. Sebagai pusat beban untuk sistem distribusi sekunder.
d. Sebagai terminal hubung bagi tegangan rendah menjadi beberapa jurusan ke
pengguna energi tegangan rendah.
e. Penempatan beberapa alat ukur besaran listrik seperti : kWh MDI, Ampere
meter, Volt meter.

2.3 Jenis Gardu Distribusi


Dilihat dari konstruksinya, ada beberapa jenis gardu distribusi :

a. Gardu Distribusi Tembok


b. Gardu Distribusi Kios
c. Gardu Distribusi Tiang Portal
d. Gardu Distribusi Tiang Cantol
Gambar 2.3. dapat dilihat skematik penempatan gardu distribusi dari semua jenis
pada suatu penyulang tegangan menengah sistem radial.

GD

GD
GD
GD

GI GD
GD GD GD

SUTM
GD

GD

12
GD

GD

Gambar 2.3. Skematik penempatan gardu distribusi pada penyulang.

Keterangan gambar 2.3 : 

Simbol gardu distribusi tembok

Simbol gardu distribusi kios

Simbol gardu distribusi tiang cantol

Simbol gardu distribusi tiang portal

2.3.1 Gardu Beton


Gardu distribusi jenis beton dibangun permanen pada lokasi yang telah
ditentukan. Umumnya gardu beton dibangun untuk konsumen khusus atau daerah
perkotaan yang sudah mantap planaloginya. Seluruh komponen utama instalasi
yaitu transformator dan peralatan switching atau proteksi, terangkai didalam
bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi
pasangan batu dan beton (masonrywall building). Konstruksi ini dimaksudkan
untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.
13

Gambar 2.4 Gardu Beton

2.3.2 Gardu Kios


Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja,
fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana
pembangunan gardu distribusi. Pada mulanya gardu kios ini dibuat dengan cara
menutup semua peralatan gardu seperti trafo, alat pemisah, pemutus dan
perlengkapan TM/TR lainnya dalam kios metal sehingga gardu ini juga dinamai
dengan gardu metal enclosed. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu kios
kompak, kios modular dan kios bertingkat. Gardu ini dibangun pada tempat-
tempat yang tidak diperbolehkan membangun gardu beton. Karena sifat
mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang terpasang terbatas.
Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan tegangan rendah.

Gambar 2.5 Denah Gardu Kios


2.3.3 Gardu Portal
14

Gardu portal adalah gardu trafo yang secara keseluruhan instalasinya


dipasang pada 2 buah tiang atau lebih. Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang
dicatu dari SUTM adalah T section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur
Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen
pelebur (pengaman lebur link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA)
sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir,
peralatan listrik ; FCO, Trafo Distribusi dan PHB-TR di letakan di kerangka baja
yang terpasang pada dua tiang.

a. G

Gambar 2.6 Gardu Portal dan Bagan Satu Garis

2.3.4 Gardu Cantol


Pada gardu distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator
terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu
peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki
transformator. Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan penghantar pembumiannya yang dihubung
langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan, peralatan litrik : FCO, Trafo distribusi
dan PHB-TR dipasang dengan di cantolkan pada sebatang tiang.
15

Gambar 2.7.  Gardu Tipe Cantol.

2.3.4.1 Material Gardu Cantol


Tabel dibawah ini memperlihatkan material- material yang harus terdapat
pada gardu cantol:

Tabel 2.1. Material trafo cantol

N SATUA JUMLA
NAMA MATERIAL
O N H
1 Paralel groove/ live line connector Set 3
2 jumper A3C 35 mm² M  
3 Bimetal AL-CU joint Bh 3
4 Fused cut out Bh 3
5 Lightning arrester Bh 3
6 Transformator anchor Bh 2
7 Terminal lug Bh 3
8 Transformator Bh  
9 LV Cable jumper( NYY) M  
kabel penyulang TR + Bimetal AL- CU
10    
joint
11 Pipa saluran Ø 4 inchi M  
12 PHB- TR 2 jurusan Bh 1
13 Pipa saluran Ø 4 inchi M  
14 Pelat tanda bahaya Bh 1
15 Grounding terminal joint Bh 1
16 Elektroda bumi Bh 2
17 Ranjau Panjat Bh 1
16

2.3.4.2 Bangunan fisik Gardu tipe Cantol

Gardu cantol adalah type.gardu listrik dengan transformator yang


dicantolkan pada tiang listrik besamya kekuatan tiang minimal 500 daN. Instalasi
gardu dapat berupa :

􀁸 1 Cut out fused

􀁸 1 lighting arrester.

􀁸 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau transformator CSP

2.3.4.3 Sambungan Gardu Tiang Tipe Cantol

Gardu cantol 1 fasa dengan transformator CSP (completely self protected)


untuk pelayanan satu fasa. Sedangkan ntuk pelayanan sistem 3 fasa memakai 3
buah trafo 1 fasa dengan titik netral di gabungkan dari tiap-tiap transformator
menjadi satu.

Instalasi dalam PHB terbagi atas 6 bagian utama.

o Instalasi switch gear tegangan menengah


o Instalasi switch gear tegangan rendah
o Instalasi transformator
o Instalasi kabel tenaga dan kabel kontrol
o Instalasi pembumian
o Bangunan fisik gardu.
17

Gambar 2.7. Diagram satu garis gardu tiang tipe cantol

Gambar 2.8. Gardu tiang tiga phasa tipe cantol

Instalasi pembumian pada gardu berdasarkan ketentuan yang diberlakukan


setempat. Tujuan utamanya adalah mendapatkan nilai pentanahan elektroda
maksimum 1 Ohm

Gambar 2.9 Elektrode pentanahan


18

Contoh: Instalasi pembumian di PT. PLN Distribusi Jakarta Raya & Tangerang
kabel 1 x 50 mm2 Cu digelar dibawah fondasi melingkar tertutup. Pada
beberapa titik tiap-tiap 1 meter dikeluarkan sebagai terminal pembumian.
Kabel ini berfungsi juga sebagai ikatan penyama potensial.

Gambar 2.10 Pemasangan electrode pentanahan

Contoh penggunaan elektroda batang pada gardu distribusi:

- Memakai elektroda dengan kedalaman 3-6 meter.


- Jarak tanam minimal 2 meter atau sejarak 1 x panjang elektroda.
- Terminal keluar diberi bak kontrol untuk melakukan pengukuran tahanan
tanah.

2.3.4.4 Ikatan Pembumian pada Gardu Cantol

Ketentuan- ketentuan ikatan pembumian pada gardu Cantol:

o Semua bagian-bagian konduktif terbuka clan bagian konduktif extra


pada gardu dihubungkan dengan penghantar ke ikatan penyama
potensial pembumian.
o Titik netral sistem tegangan rendah pada terminal netral transformator,
pada Rak PNB-TR dibumikan, dihubungkan pada elektroda
pembumian.
o Klem pengikat harus terbuat dari bahan tahan korosi minimal memakai
baut ukuran 10 mm2.
19

Gambar 2.11 Diagram instalasi pembumian gardu distribusi

Keterangan

• Elektroda pembumian grid CU 1 x 50 mm2 digelar di bawah ponclasi


gardu.

• Pada titik-titik tertentu dikeluarkan setinggi 30 cm untuk terminal


pembumian.

• Penghantar terminal memakai CU 1 x 16 mm2 untuk BKT. CU 1 x 50


mm2 untuk Netral Transformator BKT, Transformator dan Rak TR.

2.4 Komponen Utama Gardu Distribusi


2.4.1 Transformator Distribusi
2.4.1.1. Teori Dasar Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi listrik dari suatu rangkain listrik ke
rangkaian listrik yang lain melalui suatu gendengan/kopling magnit dan
berdasarkan perinsip elektromagnit.
20

Gambar 2.12. Transformator.

Transformator terdiri dari beberapa jenis yaitu transformator


tegangan, transformator arus, transformator distribusi, dan transformator
daya. transformator tegangan dan arus bisanya digunakan sebagai alat
bantu pengukuran dan sebagai alat bantu proteksi, yang penggunaanya
bersama-sama. sedangkan untuk pasokan beban menggunakan
transformator distribusi dan transformator daya.

2.4.1.2 Prinsip Kerja Transformator Distribusi


Transformator merupakan suatu alat listrik atau mesin listrik statis
yang di gunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik arus
bolak balik dari tegangan menengah ke tegangan rendah atau sebaliknya
pada frekuensi yang sama melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi elektromagnet.
Prinsip kerja Transformator adalah berdasarkan hukum ampere dan
hukum faraday yaitu arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan
sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik, jika pada salah
satu kumparan pada Transformator diberi arus bolak balik maka jumlah
garis gaya magnet berubah – ubah akibatnya pada sisi primer terjadi
induksi, sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang
jumlahnya berubah ubah pula, maka disisi sekunder juga timbul induksi,
akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan.
Transformator daya berfungsi untuk menyalurkan energi listrik
sekaligus menaikan atau menurunkan tegangan. Misalnya transformator
pada system pembangkit tenaga listrik adalah untuk menaikan tegangan
keluaran generator. Selanjutnya energi listrik tersebut disalurkan melalui
sistem transmisi ke gardu induk. Pada transformator di gardu induk,
21

tegangan tinggi di turunkan ke tegangan menengah yang kemudian


disalurkan ke gardu distribusi. Sedangkan di gardu distribusi transformator
berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan menengah 20 kV ke
NO Vektor Group Daya (kVA) Keterangan
tegangan rendah 380/220 V, sehingga
50 bisa dipergunakan oleh konsumen
1 Yzn5 100 Untuk sistem 3 kawat
tegangan rendah.
160
200
250
2.4.1.3 Transformator
2 Dyn5 Distribusi 3315
Fasa Untuk sistem 3 kawat
400
Untuk transformator fase tiga , merujuk pada SPLN, ada tiga tipe
500
vektor grup yang digunakan 630 oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0.
50
Titik netral langsung dihubungkan
100 dengan tanah. Untuk konstruksi,
160
peralatan transformator distribusi sepenuhnya harus merujuk pada SPLN
3 Ynyn0 200 Untuk sistem 4 kawat
D3.002-1: 2007. Transformator 250gardu pasangan luar dilengkapi bushing
315
Tegangan Menengah isolator 400 keramik. Transformator gardu pasangan
500
dalam dilengkapi bushing tegangan
630 menengah isolator keramik atau
menggunakan isolator plug-in premoulded
Berikut ini merupakan tabel vektor group dan daya pada pada
transformator:

Tabel 2.2. Vektor Group dan Daya Transformator


22

2.4.1.3.1 Hubungan kumparan transformator tiga fasa


Setiap kumparan sisi primer atau kumparan sisi sekunder transformator
tiga fasa dapat dihubungkan dengan tiga cara, yaitu hubungan delta, hubungan
bintang dan hubungan zig-zag.

1. Hubungan delta () [9]


Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan
delta, yaitu VAB , VBC dan VCA , masing-masing berbeda fasa 1200. Untuk beban
yang seimbang :

VAB + VBC + VCA = 0 (2.2)

IA = IAB - ICA = √3 . IAB (2.3)

IB = IBC – IAB = √3 . IBC (2.4)

IC = ICA – IBC = √3 . ICA (2.5)

Gambar 2.13. Hubungan delta () [9].

Dari gambar 2.13.(b) arus IA, IB dan IC adalah arus jala-jala dan IAB, IBC
dan ICA adalah arus fasa.
23

VL = VF (2.6)

Daya S = 3 . VL . (IL/√3) = √3 .VL . IL (2.7)

2. Hubungan bintang ()


Arus transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara
bintang yaitu, IA , IB dan IC , masing-masing berbeda fasa 1200.

Gambar 2.14. Hubungan bintang () [9].

Untuk beban yang seimbang :

IN = I A + IB + IC = 0 (2.8)

VAB = VAN + VBN = VAN – VBN (2.9)

VBC = VBN – VCN (2.10)

VCA = VCN – VAN (2.11)

Dari gambar 2.14. (a) dan (b) diketahui bahwa untuk hubungan bintang
berlaku :

VAB = √3 . VAN atau VL = √3 . VF (2.12)

IF = IL (2.13)

Daya S= 3. VF . IF (2.14)
24

3. Hubungan zig-zag (Z) [5]


Pada umumnya trafo distribusi kumparan sisi sekunder menggunakan
hubugan bintang Supaya transformator dapat bekerja dengan baik, maka salah
satu syarat yang diperlukan adalah setiap fasa seharusnya bebannya sama, akan
tetapi hal ini seringkali sulit dipenuhi. Untuk itu kumparan sisi sekunder dibuat
dalam hubungan interconnected (zig-zag).

A B C N
VC
N
VC
VB VA
Ns2
Ns2 Ns2
ar VA
VA ar ar
ny N
Ns2 ny
VC ny
a
ar aNs2 a
te
ny te
ar te
ga
a ga
VB ny ga
ng
te ng
Ns2 a ng
an VB
ga ar an
te an
fas N
ng fas
ny ga fas
a
an a a
Besarnya tegangan fasa yang dikeluarkan
ya adalah : a ng
ya ya
ng fas te an
a ng
fas ng
Gambar 2.15. Hubungan
dik zig-zag (Z)
ga
VAN = (½ . VBN) + (½ . VANelu ) → ya penjumlahan
ng adik vektordik (2.15)
ng elu
an ya elu
ar
dik fas ar
ng ark
ka
VBN = (½ . VCN) + (½ . VBNn) → penjumlahan
elu a ka dik vektoran (2.16)
ark ya nelu ad
ad
an ng adar ala
ala
VCN = (½ . VAN) + (½ . VCNh): → ad penjumlahan
ala
dik ka vektorh: (2.17)
ala elu hn : sal
sal
h: ar sal
ad ah
2.4.1.3.2 Kelompok hubungan ah
sal ah sat
sat ka ala
ah sat u
Vektor tegangan primer dan sekunder u suatu
sat
transformator
n h:
u
dapat
sy dibuat
sy ad sal
u sy ar
searah atau berlawanan dengan mengubah ar cara melilit
ala ah kumparan.
at
Untuk
at sy h : ar
sat
ya
transformator 3 fasa, arah tegangan akan menimbulkan
ya ar perbedaan
sal at
u fasa. Arah dan
at ah ya
sy ng
ng
besar sudut perberdaan fasa tersebut mengakibatkan
di ya adanyaar berbagai
sat ng dip kelompok
ng u atdi er
pe
hubungan pada transformator. Gambarru,2.19 dip perbedaanpe
sy ya fasa transformator
u,
er ar ru,
ng N
N
mempunyai kelompok hubungan Dy11. Pada tabel u, 2.1. N
at di dapat dilihat beberapa
N ya pe
kelompok hubungan transformator, pada kolom ng “kelompok ru, hubungan”
di N
menggunakan garis tebal, yang banyak digunakan untuk trafo distribusi oleh
pe
PLN. ru,
N
25

Hubungan delta (TT)


(primer)

Hubungan bintang (TR)


(sekunder)

Gambar 2.16. Kelompok hubungan transformator Dy11


[9].

Notasi untuk hubungan delta, bintang dan zig-zag masing-masing adalah


D, Y, Z untuk sisi tegangan tinggi (primer) dan d, y, z untuk sisi tegangan
rendah (sekunder). Untuk urutan fasa menggunakan notasi U, V, W untuk
tegangan tinggi dan u, v, w untuk tegangan rendah. Angka jam menyatakan
bagaimana letak sisi kumparan tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah.
Arah jarum jam panjang dibuat selalu menunjuk angka 12 dan berhimpit dengan
vektor fasa VL (tegangan tinggi line to line). Arah jarum jam pendek adalah letak
vektor fasa vℓ (tegangan rendah line to line). Sudut antara jarum jam panjang dan
pendek adalah pergeseran antara vektor fasa V dan v.

Tabel 2.3. Kelompok hubungan transformator


[9]

Angka Kelompo TT TR Hubunga Hubunga Perbandinga


Jam k Teganga Teganga n n n
Hubunga n n Lilitan Lilitan Lilitan
n Tinggi Rendah TT TR a
26

2.4.1.3.3 Efisiensi dan pembebanan trafo [9]


Nilai efisiensi pada trafo tergantung dari :

a. Rugi tembaga (Pcu).


b. Rugi Besi (Pi).
c. Faktor beban.
Pembebanan trafo yang baik, yang mempunyai nilai efisiensi tinggi
(sesuai hasil perhitungan) berkisar pada pembebanan antara 60 % sampai dengan
80 % dari kapasitas trafo. Besar kecilnya rugi-rugi trafo tergantung bahan inti
trafo atau kern, semakin padat inti besi trafo maka semakin kecil rugi-rugi trafo
dan semakin tinggi kerapatan fluks ditimbulkan dari proses induksi
elektromagnetik trafo. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.17.

% garis linier

100

90
Pembebanan / Efisiensi

saat jenuh
80

70
rugi trafo
60

50

40

30

20

10

0
Gambar 2.17. Grafik efisiensi trafo [9]

27

Data spesifikasi teknik secara umum untuk tranformator tenaga dapat


dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Data teknik transformator secara umum

SPESIFIKASI TYPE PASANGAN


URAIAN SAT.
LUAR

Kapasitas daya kVA 100 160 200 250

Jumlah fasa Fasa 3 3 3 3

Tegangan primer kV 20 20 20 20

Tegangan skunder kV 0,4 0,4 0,4 0,4

Arus primer A 2,89 4.5 5,8 7,22

Arus skunder A 144 231 289 365

Frekuensi Hz 50 50 50 50

Kelompok vektor - Yzn5 Yzn5 Yzn5 Dyn5

Impedansi % 4 4 4 4

Merk trafo - Unindo Unindo Unindo Toshiba

Standard - IEC 76 - IEC 76 - IEC 76 - IEC 75-


28

SPLN50 SPLN50 SPLN50 1976

Tegangan uji
kV 125 125 125 125
impuls

Tegangan uji
kV 50 50 50 50
terapan

Kelas isolasi kV 24 24 24 24

Jenis minyak - DIALA DIALA DIALA DIALA

Cara pendinginan - ONAN ONAN ONAN ONAN

Berat minyak Kg 140 180 233 210

Berat total Kg 605 930 975 1100

Penyadapan primer TC 3/5 3/5 3/5 3/5

2.4.1.4. Transformators Completely Self Protected


(CSP)
adalah transformator distribusi yang sudah dilengkapi dengan Pengaman
Lebur (fuse) pada sisi primer dan LBS (Load Break Switch) pada sisi sekunder.
Spesifikasi teknis transformator ini merujuk pada SPLN No 95:1994 dan SPLN
D3.002-1: 2007.

Gambar 2.18 Transformator CSP

2.4.2 PHB sisi Tegangan Menengah (PHB-TM)


Berikut ini adalah Komponen Utama PHB-TM yang sudah
terpasang/terangkai secara lengkap yang lazim disebut dengan Kubikel-TM, yaitu:
29

a. Pemisah – Disconnecting Switch (DS)


Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah
hanya dapat dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban.
b. Pemutus beban – Load Break Switch (LBS)
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus
beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban dan terpasang pada kabel
masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar
pembumian yang bekerja secara interlock dengan LBS. Untuk pengoperasian
jarak jauh (remote control), Remote Terminal Unit (RTU) harus dilengkapi
catu daya penggerak.
c. Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB)
Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam
keadaan normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan Pemutus Tenaga
(PMT) ini sudah dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current
Relay) dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas beban. Komponen utama
PHB-TM tersebut diatas sudah terakit dalam kompartemen kompak (lengkap),
yang sering disebut Kubikel Pembatas Beban Pelanggan.
d. LBS - TP (Transformer Protection)
Transformator distribusi dengan daya ≤ 630 kVA pada sisi primer dilindungi
pembatas arus dengan pengaman lebur jenis HRC (High Rupturing Capacity).
Peralatan kubikel proteksi transformator, dilengkapi dengan LBS yang
dipasang sebelum pengaman lebur.
Untuk gardu kompak, komponen proteksi dan LBS dapat saja sudah terangkai
sebagai satu kesatuan, dan disebut Ring Main Unit (RMU).

Gambar 2.19 Kubikel Ring Main Unit (RMU)


30

2.4.3 PHB sisi Tegangan Rendah (PHB-TR)


PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur,
pengaman dan kendali yang saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit
lengkap dengan sistem pengawatan dan mekanis pada bagian-bagian
penyangganya.
Secara umum PHB TR sesuai SPLN 118-3-1–1996,untuk pasangan
dalam adalah jenis terbuka. Rak TR pasangan dalam untuk gardu distribusi
beton. PHB jenis terbuka adalah suatu rakitan PHB yang terdiri dari susunan
penyangga peralatan proteksi dan peralatan Hubung Bagi dengan seluruh
bagian-bagian yang bertegangan, terpasang tanpa isolasi.
Jumlah jurusan per transformator atau gardu distribusi sebanyak-
banyaknya 8 jurusan, disesuaikan dengan besar daya transformator dan
Kemampuan Hantar Arus ( KHA ) Penghantar JTR yang digunakan. Pada
PHB-TR harus dicantumkan diagram satu garis, arus pengenal gawai
proteksi dan kendali serta nama jurusan JTR. Sebagai peralatan sakelar
utama saluran masuk PHB-TR, dipasangkan Pemutus Beban (LBS) atau
NFB (No Fused Breaker). Pengaman arus lebih (Over Current) jurusan
disisi Tegangan Rendah pada PHB-TR dibedakan atas :
a. No Fused Breaker (NFB)
No Fused Breaker adalah breaker/pemutus dengan sensor arus, apabila ada
arus yang melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas breaker, maka
sistem magnetik dan bimetalic pada peralatan tersebut akan bekerja dan
memerintahkan breaker melepas beban.
b. Pengaman Lebur (Sekering)
Pengaman lebur adalah suatu alat pemutus yang dengan meleburnya
bagian dari komponennya yang telah dirancang dan disesuaikan ukurannya
untuk membuka rangkaian dimana sekering tersebut dipasang dan
31

memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam
jangka waktu yang cukup (SPLN 64:1985:1). Fungsi pengaman lebur
dalam suatu rangkaian listrik adalah untuk setiap saat menjaga atau
mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang
tersambung dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya (SPLN
64:1985:24).
Berdasarkan konstruksinya Pengaman Lebur untuk Tegangan
Rendah dapat digolongkan menjadi :
 Pelebur Tabung Semi Terbuka
Pelebur ini mempunyai harga nominal sampai 1000 Ampere.
Penggunaannya sebagai pengaman pada saluran induk Jaringan
Tegangan Rendah, saluran induk Instalasi Penerangan maupun Instalasi
Tenaga. Apabila elemen lebur dari pelebur ini putus dapat dengan
mudah diganti.
 Pelebur Tabung Tertutup (tipe NH atau NT)
Jenis pengaman lebur ini paling banyak digunakan. Pemilihan
besar rating pengaman pelebur sesuai dengan kapasitas transformator
dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. Tabel 2.5 Spesifikasi Teknis PHB-TR Spesifikasi


Uraian pemisah
1. Arus pengenal saklar Sekurang-kurangnya 115 % IN
2. KHA rel PHB Sekurang-kurangnya 125 % arus pengenal
3. Arus pengenal pengaman lebur Tidak melebihi KHA penghantar sirkit
4. Short breaking current (Rms) Fungsi dari kapasitas Transformator dan
5. Short making current (peak) tegangan
Tidak melebihi 2,5 x short breaking
6. Impulse voltage 20 kV
current
7. Indeks proteksi – IP Disesuaikan dengan kebutuhan, namun
(International sekurang-
32

2.4.4 Peralatan Pengukur


1. Transformator Tegangan - Potential Transformator (PT)
Fungsinya adalah mentransformasikan besaran Tegangan Tinggi ke
besaran Tegangan Rendah guna pengukuran atau proteksi dan sebagai
isolasi antara sisi tegangan yang diukur atau diproteksikan dengan alat
ukurnya / proteksinya. Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan
transformator tegangan adalah batas kesalahan transformasi dan
pergeseran sesuai tabel dibawah ini :

Tabel 2.6 Batas Kesalahan Transformasi Trafo Tegangan


KELAS % KESALAHAN RASIO TEGANGAN (+/-) PERGESERAN SUDUT
+/- (MENIT)
0,5 0,5 20
1,0 1,0 40

Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT),


dalam hal ini sangat terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk
instalasi pasangan dalam; lazimnya transformator tegangan sudah
terpasang pada kubikel pengukuran.
2. Transformator Arus - Current Transformator (CT)
Transformator arus (Current Transformer- CT) adalah salah satu
peralatan di Gardu Distribusi, fungsinya untuk mengkonversi besaran
arus besar ke arus kecil guna pengukuran sesuai batasan alat ukur, juga
sebagai proteksi serta isolasi sirkit sekunder dari sisi primernya.
33

Gambar 2.20 Transformator Arus.


Faktor yang harus diperhatikan pada instalasi transformator arus
adalah Beban (Burden) Pengenal dan Kelas ketelilitian CT. Disarankan
menggunakan jenis CT yang mempunyai tingkat ketelitian yang sama
untuk beban 20% - 120% arus nominal.
Nilai burden, kelas ketelitian untuk proteksi dan pengukuran harus
merujuk pada ketentuan/ persyaratan yang berlaku. Konstruksi
transformator arus dapat terdiri lebih dari 1 kumparan primer (double
primer). Untuk konstruksinya sama halnya dengan transformator
tegangan, transformator arus pasangan luar memiliki konstruksi lebih
besar/kokoh dibandingkan konstruksi pasangan dalam yang umumnya
built in (atau akan dipasangkan) dalam kubikel pengukuran.

2.5 Pengaman transformator distribusi Gardu Cantol


Dalam distribusi tenaga listrik pada umumnya gangguan tersebut merupakan
gangguan hubung singkat, baik hubung singkat antar fasa atau fasa dengan tanah
atau keduanya. Gangguan itu menimbulkan arus yang besar yang dapat merusak
peralatan sehingga diperlukan pengaman untuk mengamankan peralatan dan
sistem yang ada.
Beberapa pengaman yang sering digunakan antara lain :
 Fuse Cut out.
 Arrester.
 NH Fuse

2.5.1 Fuse Cut Out


Fungsi umum pelebur dalam suatu rangkaian listrik adalah setiap saat
menjaga atau mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang
tersambung padanya dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya.
Kesempurnaan kerja pelebur tidak hanya tergantung ketelitian pembuatnya,
tetapi juga pada ketepatan penggunaannya dan perhatian atau perawatan yang
34

diberikan padanya setelah dilakukan pemasangan. Jika pelebur tidak secara tepat
digunakan dan dipelihara, dapat menimbulkan kerusakan berarti pada peralatan
yang dilindungi.
Pengaman ini banyak digunakan pada sistem jaringan distribusi 20 kV, karena
disamping harganya murah juga mudah diinstalasikan maupun dioperasikan.
Kelemahan dari fuse ialah penggunaannya terbatas pada daya yang kecil.
Fuse tidak dilengkapi pemadam busur api, sehingga bila digunakan untuk daya
yang besar, fuse tidak mampu meredam busur api yang timbul pada saat terjadi
gangguan.

Gambar 2.21 Kondisi fisik Fuse cut Out

2.5.1.1 Macam-macam Fuse


Pengaman yang digunakan untuk tegangan diatas 600 Volt digolongkan
dalam “Distribution Cut Out” atau “Power Fuse”
Berdasarkan cara kerjanya fuse dibedakan menjadi :
 Current Zero Awaiting Type, contohnya Expultion Fuse
 Current Zero Shifting Type, contohnya Current Limiting
Sedang berdasarkan bentuk dan fisiknya fuse dapat dibedakan menjadi:
 Enclosed (tertutup)
 Open (terbuka)
 Open Link (elemen terbuka)
35

2.5.1.2 Pemasangan fuse


Fuse harus dipasang seseuai dengan petunjuk pembuatnya. Bagi fuse yang
berkutub ganda (tiga fasa), maka jarak antar kutub tidak boleh dipasang kurang
dari ketentuan pembuatnya. Bila ada pengaruh lingkungan, maka jarak bebas yang
aman perlu diatur sesuai ketentuan pembuatnya.

2.5.1.3 Pemilihan Arus Pengenal Fuse


Arus pengenal anak pelebur harus dipilih berdasarkan parameter-
parameter sebagai berikut;
a. Arus Nominal dan kemungkinan beban lebih dari rangkaian (sirkit), termasuk
arus harmonisa
b. Gejala transient di rangkaian karena pengaruh pemutusan atau penghubungan
peralatan seperti transformator, motor, atau kapasitor.
c. Koordinasi dengan alat pengaman lain, bila ada.
Arus pengenal pelebur biasanya lebih besar daripada beban nominal.
Rekomendasi pemeliharaannya biasanya diberikan oleh pembuatnya. Arus
pengenal ditentukan berdasarkan kenaikan suhu anak pelebur yang diuji di udara
terbuka atau dalam minyak. Bila pelebur digunakan/dipasang dalam selungkup,
maka arus pengenalnya harus diturunkan nilainya agar dapat tetap sesuai dengan
kebutuhan kenaikan suhunya, oleh karena itu anak pelebur dapat mempunyai arus
pengenal yang berlainan tergantung macam selungkupnya.
Anak pelebur yang dibebani arus melebihi kemampuan arus terus
menerusnya, terutama apabila beban lebih yang terjadi berulang kali, dapat
meyebabkan kerusakan/penuaan yang dapat merusak karakteristik waktu arusnya.
Untuk pelebur jenis pembatas arus, bila arus lebih ini nilainya kurang dari arus
pemutus minimumnya, dan menyebabkan elemen peleburnya meleleh, maka
kemungkinan anak pelebur meleleh.dan gagal memutus arus tersebut.
36

2.5.1.4 Pemilihan Kelas Pelebur


 Pemilihan kelas pelebur jenis pelebur pembatas arus.
Sesuai dengan tujuan penggunaanya apakah sebagai satu-satunya pengaman
atau digunakan bersama alat pengaman yang lain. Pelebur jenis pembatas arus
dibagi dalam kelas serba guna dan kelas “back Up”.
 Pemilihan kelas pelebur jenis Letupan
Di dalam jenis letupan ini, pelebur terbagi menjadi 2 kelas, antara lain :
- Kelas 1 :Pelebur ini biasanya digunakan untuk mengamankan bangku
(bank) transformator besar, trafo tegangan dan kapasitor bank untuk
perbaikan faktor daya pada sistem yang penting.
- Kelas 2: Pelebur ini digunakan untuk mengamankan transformator-
transformator kecil dan bank kapasitor untuk perbaikan faktor daya
pada daya yang kecil, atau untuk mengamankan saluran cabang dari
saluran udara pada sistem distribusi.
2.5.1.5 Pemilihan Tegangan Pengenal Anak pelebur
 Pelebur Jenis Pembatas Arus
Tegangan anak pelebur harus dipilih berdasakan hal-hal sebagai berikut :
a. Bila digunakan dalam sistem 3 fasa dengan pentanahan langsung atau
melalui impedansi, maka besarnya tegangan pengenal anak pelebur harus
paling sedikit sama dengan tegangan antar fasa yang tertinggi (yaitu 24 kV
untuk sistem 20 kV)
b. Bila digunakan dalam sisitem fasa tunggal, tegangan angka pelebur harus
paling sedikit sama dengan 115% dari tegangan saluran fasa tunggal yang
tertinggi (yaitu 15 kV untuk sistem 20 kV)
c. Bila digunakan pada sistem 3 fasa yang tidak ditanahkan, maka
kemungkinan terjadinya gangguan fasa tanah ganda, dengan satu
gangguan di sisi suplai dan satu gangguan di sisi beban dari pelebur fasa
harus diperhitungkan.
37

 Pelebur Jenis Letupan


Tegangan anak pelebur harus dipilih berdasakan hal-hal sebagai berikut :
a. Bila digunakan dalam sistem 3 fasa maka besarnya tegangan pengenal
anak pelebur harus paling sedikit sama dengan tegangan antar fasa yang
tertinggi (yaitu 24 kV untuk sistem 20 kV)
b. Bila digunakan dalam sisitem fasa tunggal, tegangan angka pelebur harus
paling sedikit sama dengan tegangan saluran fasa tunggal yang tertinggi
(yaitu 15 kV untuk sistem 20 kV)

2.5.1.6 Lokasi Pemasangan dari Masing-masing Jenis Pelebur


Sesuai dengan sifat dan penampilannya, maka pada umumnya pelebur
jenis letupan disarankan utuk digunakan untuk pasangan luar sebagai pengaman
trafo distribusi tiang maupun cabang saluran udara dan jenis pembatas arus untuk
pasangan dalam di dalam bangunan gardu atau dalam lemari hubung (Cubicle)
sebagai pengaman Trafo distribusi maupun kabel pelayanan.
 Pelebur Sebagai Pengaman Saluran Cabang
Pemilihan pelebur sebagai pengaman saluran distribusi tegangan menengah
harus didasarkan atasa faktor-faktor sebagai berikut :
 Kemampuan pelebur terhadap arus beban maksimum yang terus
menerus, yang mencakup arus beban nominal, beban lebih,
harmonisa, dan perakiraan cadangan untuk pertumbuhan beban yang
akan datang.
 Koordinasi yang sebaik-baiknya dengan alat pengaman yang lain
(PMT, Recloser, dan Pelebur), baik yang berada disisi hulu (sumber)
maupun disisi hilir (bebannya).
 Kemampuan pemutusan dari pelebur, khususnya bagi pelebur jenis
letupan yang dipasang dekat G.I/ Sumber daya.
 Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.
38

Jadi, pelebur yang dipilih haruslah sekaligus tahan terhadap arus beban, dapat
dikoordinasikan secara baik dengan alat pengaman yang lain, mempunyai
kemampuan pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi
setempat dan dapat melindungi penghantar yang diamankan akibat arus lebih.

2.5.2 Arrester
Arrester ialah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih,
yang disebabkan oleh surja petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini
bersifat sebagai by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah
dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan
lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik.
Jadi, pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul
tegangan surja, alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah.
Sehingga dapat melewatkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang,
arrester harus cepat kembali menjadi isolator.

Gambar 2.22 Kondisi fisik Arrester

2.5.2.1 Macam – macam Arrester


39

Lightning arrester terdiri dari dua jenis yaitu jenis Ekspulasi dan jenis
Tahanan Tak Linear.
1. Expulsion Type Lightning Arrester (Protector Tube)
Arrester ini merupakan tabung yang terdiri dari :
 Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah menghasilkan gas jika
dilalui arus (bahan fiber).
 Sela batang (external series) yang biasanya diletakkan pada isolator
porselin, untuk mencegah arus mengalir dan membakar fiber pada tegangan
jala-jala setelah gangguan diatasi.
 Sela pemutus bunga api diletakkan didalam tabung salah satu elektroda
dihubungkan ketanah.

Gambar 2.23.  Elemen-elemen Lightning Arrester Jenis Ekspulsi

Setiap kawat phasa mempunyai tabung pelindung. Pada waktu tegangan terpa
melalui sela batang dan sela bunga api maka impedansi tabung akan menjadi
rendah sehingga arus terpa dan arus sistem mengalir ketanah. Tegangan diantara
saluran dengan tanah turun setelah tembus terjadi.
Bagaimanapun arus yang mengalir akan membakar fiber dan menghasilkan
gas yang bergerak cepat kearah lubang pembuangan dibagian bawah
arrester.Tekanan gas ini akan mematikan bunga api pada saat arus melalui titik nol
40

pertamanya. Waktu pemadaman busur api ini hanya setengah atau satu siklus
sehingga RRV (Rate of Recovering Voltage) lebih lambat dari rate of
rise kekuatan dielektrik isolasi. Beda waktu ini cukup pendek untuk dapat dibaca
oleh rele pelindung sehingga CB (Circuit Breaker) tetap bekerja (tertutup) dan
pelayanan daya tidak terganggu. Segera setelah gas ditekan keluar dan api
menjadi padam sistem dapat bekerja kembali dengan normal.
Pemakaian lightning arrester jenis Expulsi:
 Umumnya dipakai untuk melindungi isolator transmisi. V-T
karakteristik  dari arrester ini lebih datar daripada isolator sehingga dapat
mudah dikoordinasikan untuk melindungi isolator dari tembus permukaan.
 Dipakai pada tiang transmisi sebelum memasuki peralatan untuk memotong
arus terpa yang datang sehingga berfungsi mengurangi kerja dari arrester di
gardu.
 Pada trafo-trafo kecil di pedesaan dimana pemotong petir tipe tahanan tak
linear sangat mahal dan pemakaian sela batang akan memberikan
perlindungan yang cukup.
 Pada tiang transmisi tertentu yang sangat tinggi (misalnya penyeberangan
sungai) dimana kemungkinan disambar petir cukup tinggi.
Jenis-jenis lightning arrester type expulsi:
 Jenis Transmisi digunakan pada jaringan transmisi untuk melindungi
isolator
 Jenis Distribusi digunakan untuk melindungi trafo pada jaringan-jaringan
distribusi dan peralatan-peralatan distribusi.

2. Non Linear Type Lightning Arrester  (Arrester Tipe Tahanan Tak


Linear).
a. Jenis Silicon Carbide ( SiC)
41

Arrester ini terdiri dari beberapa sela yang tersusun seri dengan piringan-
piringan tahanan, dimana tahanan ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
harga tahanannya turun dengan cepat pada saat arus terpa mengalir sehingga
tegangan antara terminal arrester tidak terlalu besar dan harga tahanan naik
kembali jika arus terpa sudah lewat sehingga memotong arus ikutan pada titik nol
pertamanya. Sela api (sparks gap) dan tahanan disusun secara seri dan
ditempatkan didalam rumah porselen kedap air sehingga terlindung dari
kelembapan, pengotoran dan hujan.
Distribusi tegangan yang tidak merata diantara celah sela api (sparks gap)
menimbulkan masalah.Untuk mengatasi ini dipasang kapasitor dan tahanan non
linear paralel dengan sela api.Pada daerah tegangan yang lebih tinggi kapasitor
dan tahanan linear dihubungkan dengan paralel dengan badan celah. Bila tegangan
lebih menyebabkan loncatan bunga api pada celah-celah yang diserikan, arus akan
sangat tinggi untuk mempercepat redanya tegangan lebih.
Tegangan tertinggi yang akan muncul pada penangkal petir adalah
tegangan loncatan atau tegangan yang terjadi pada tahanan tak linear pada saat
lonjakan arus mengalir. Tegangan loncatan bunga api terendah dari penangkal
disebut tegangan loncatan pulsa bunga api seratus persen (Maximum 100%
Impulse Spark Over Voltage). Tegangan yang dibangkitkan tahanan non linear
pada saat arus loncatan mengalir disebut tegangan residu. Semakin rendah harga-
harga ini semakin baik tingkat perlindungan pada peralatan.
Arus bocor yang mengalir melalui tahanan dalam dalam keadaan operasi
normal dari sistem tidak melebihi 0,1 mA. Arus ini sudah cukup untuk
mempertahankan temperature dibagian dalam arrester lima derajat lebih tinggi
dari temperature sekeliling sehingga mencegah masuknya uap air kebagian dalam
arrester.
42

Gambar 2.24.  Elemen-elemen Lightning Arrester Jenis Silicon Carbide (SIC).

b. Jenis Metal Oxide ( MOV)


Arrester jenis Metal Oxide hanya terdiri dari unit-unit tahanan tak linear
yang terhubung satu sama lainnya tanpa memakai sela percik pada setiap unit.
Untuk arrester jenis Metal Oxide material tahanan tak linear pada dasarnya
keramik yang dibentuk dari oksida seng ( ZnO) dengan penambahan oksida
lain. Bahan ini telah banyak dipakai untuk perlindungan rangkaian-rangkaian
yang bekerja pada beberapa kV sampai dengan tegangan transmisi. Karena
derajad ketidak linearan yang tinggi, bahan ini memungkinkan
penyederhanaan dalam desain dan dapat memperbaiki penampilan dalam
lingkungan tertentu.

Gambar 2.25.  Elemen-elemen Lightning Arrester Jenis Metal Oxide (MOV)

c. Jenis-jenis lightning arrester tipe tahanan tak linear


43

Gambar 2.26.  Elemen-elemen Lightning Arrester Jenis Tahanan Tak Linear

 Jenis Gardu (Station Type) , jenis ini merupakan penangkap petir paling
efisien dan mahal yang umumnya digunakan untuk melindungi peralatan-
peralatan penting pada gardu-gardu besar ( sistem dengan tegangan diatas
70 kV).
 Jenis Hantaran (Line Type) , jenis ini lebih murah dan digunakan untuk
melindungi gardu dengan tegangan kerja dibawah 70 kV.
 Penangkap petir jenis gardu untuk melindungi motor/generator, digunakan
untuk sistem dengan tegangan 2,2  kV sampai 15 kV.
 Penangkap petir sekunder (Secondary Arrester) berguna untuk melindungi
peralatan-peralatan tegangan rendah dengan tegangan kerja sistem antara
120 V sampai 750 V

2.5.2.2 Dasar Pemilihan Arrester


Dalam memilih arrester yang sesuai untuk keperluan tertentu, beberapa
factor harus diperhatikan, yaitu :
a) Kebutuhan perlindungan : ini berhubungan dengan kekuatan isolasi dari
alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls dari arrester.
b) Tegangan system : ialah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada
jepitan arrester
44

c) Arus hubung singkat system : ini hanya diperlukan pada arrester jenis
ekspulsi.
d) Jenis arrester : apakah arrester jenis gardu, jenis saluran, atau jenis
distribusi.
e) Faktor kondisi luar : apakah normal atau tidak normal (2000 meter atau
lebih di atas permukaan laut), temperatur  dan kelembaban yang tinggi
serta pengotoran.
f) Faktor ekonomi : faktor ekonomi ialah perbandingan antara ongkos
pemeliharaan dan kerusakan bila tidak ada arrester, atau dipasang arrester
yang lebih rendah mutunya.
Untuk tegangan 69 kV dan lebih tinggi dipakai jenis gardu, sedangkan
untuk tegangan 23 kV sampai 69 kV salah satu jenis di atas dapat dipakai,
tergantung pada segi ekonomisnya.

Anda mungkin juga menyukai