Anda di halaman 1dari 104

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM BUKU ‫خطب الرسول اهلل‬

‫صلى اهلل عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama/
KARYA MUHAMMAD KHALIL AL-KHATIB

SKRIPSI SARJANA

OLEH

DWI APRICO IMAM RAHMADI


150704055

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM BUKU ‫خطب الرسول اهلل‬

‫صلى اهلل عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama/
KARYA MUHAMMAD KHALIL AL-KHATIB

SKRIPSI SARJANA

OLEH

DWI APRICO IMAM RAHMADI


150704055

Pembimbing

Prof. Dr. Khairina Nasution, M.S


NIP. . 196211041987032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian


Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA LINGUISTIK
Dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Januari 2020

DWI APRICO IMAM RAHMADI


NIM. 150704055

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti sampaikan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala,


Tuhan yang telah mengajarkan kalam-Nya kepada manusia dan memberikan
petunjuk untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Tuhan yang telah memberi
fitrah dalam diri manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk.
Shalawat dan salam juga peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
„alaihi wa Sallam, seorang panutan dan suri tauladan, yang telah membawa umat
manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang dengan
ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya peneliti


dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Analisis Tindak Tutur ilokusi
dalam buku ‫ خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla>
alla>hu ‘alaihi wa sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-Khatīb. Penelitian ini
dituangkan ke dalam karya ilmiah dalam bentuk skripsi sebagai salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Arab Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyampaikan laporan penelitin ini ke


dalam bentuk skripsi tentu masih ada terdapat kekurangan disebabkan oleh
pengetahuan dan kemampuan serta pemahaman peneliti yang masih terbatas.
Untuk itu, dengan kerendahan hati, penulis senantiasa menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya


dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami
ilmu bahasa Arab.

Medan,
Peneliti,

Dwi Aprico Imam Rahmadi


15070405

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Assalāmuʻalaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya


sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga kita semua mendapatkan rahmat
dan karunia Allah SWT baik di dunia maupun diakhirat. Peneliti menyadari
terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi berbagai pihak.
Oleh sebab itu dengan segala, kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan
terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara yang telah menerima peneliti untuk menuntut ilmu di USU.
2. Bapak Dr. Budi Agustono M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof Drs. Mauly Purba, M.A, Ph.D selaku
Wakil Dekan I, ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, bapak
Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara dan kepada sivitas akademika yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan fasilitas kepada
peneliti dalam mengikuti perkuliahan dari semester 1 hingga semester 8.
3. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nasution, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Program Studi
Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.
Bahrum Shaleh, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof.Dr. Khairina Nasution,M.S. selaku dosen pembimbing skripsi dan Ibu
Dra. Nursukma Suri M.Ag selaku dosen pembimbing akademik yang dengan
penuh perhatian memberikan waktu, tenaga, ilmu, nasehat, bimbingan, dan
memberikan inspirasi serta motivasi dalam menyelesaikan studi dengan baik
dan juga dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat
peneliti rampungkan dengan baik.
5. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nasution, M.Hum., Ph.D dan Ibu Dra. Murniati,
M.Hum selaku dosen penguji proposal dan skripsi saya yang telah memberikan

ii

Universitas Sumatera Utara


perhatian, masukan ketika ujian proposal untuk kesempurnaan penelitian saya
yang akan disampaikan dalam skripsi.
6. Seluruh Staf Pengajar di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara, yang telah mengajarkan banyak ilmunya semenjak
penulis terdaftar menjadi mahasiswa Sastra Arab FIB USU hingga
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula untuk kak Fitri selaku Staf
Administrasi Program Studi Sastra Arab yang telah banyak membantu penulis
dalam hal administrasi.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yakni Ayahanda tercinta Iswan
(Alm.) dan Ibunda Leginem yang telah menjadi orang tua terbaik, yang selalu
memberikan motivasi, nasihat, cinta, perhatian, kasih sayang serta do‟a yang
tentu takkan bisa penulis balas. Serta kepada kakak kandungku Winda Bagus
Pratiwi dan Adik Kandungku Trio Alwi Gigi Rakasiwi yang telah menjadi
motivasi bagi saya dalam menyelesaikan studi ini. Serta keluarga besar tercinta
yang berada di Aekloba dan Medan, terima kasih yang tak terhingga atas
segala bantuan secara materi dan moral. Semoga Allah senantiasa
mencurahkan rahmat dan ridha-Nya untuk kita semua.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan di Sastra Arab USU 2015 : Nina, Ade, farah,
Popi, Dedek, Lisa, Rauda, Shakila, Saila, Suwardini, Nur Fadilah, Puja, Jannah,
Rani, Nurul, Khair, Dimas, Sangkot, Yaqin, Fadlan, Rijal, Kholiq, arham, Iqbal,
Yusuf, nauval,nazir, irham dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Semoga Allah memudahkan urusan kita semua dan menjaga
persaudaraan kita.
9. Seluruh mahasiswa Sastra Arab USU khususnya seluruh elemen Ikatan
Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) FIB USU : Bang Zulfan, Bang Supri, Bang
Fadda, Bang Nuriza, Bang Maulana, Bang Faris, Bang Hilmi, Bang Febri, Bang
Wira, Bang Ilyas, Bang Iril, Bang Iyan, Bang Ridwan, Bang Reza, Bang Annas,
Kak Weny, Kak Nindi, Kak Ade, Kak Gea, Kak Mega, Kak Henny, Kak Reni,
Kak Nurul, Kak Maya, Kak Mawaddah, Kak Yuni serta adik-adik, Yuli, Lily,
Bila, Dila, Dian, Dedek, Vira, Vhia, ika, Syasya, mila, Tanti, Lili, Saudi,
Hariyati, Lian, Faris, Ahmad, Fachry, Zai, El, Fatih, Munir, Sahrul, Afdhal,

iii

Universitas Sumatera Utara


Sugandi, Habib, Wira, Winda, Royhan, Rafi, Rajab, Dzikwan, Hafiz, Zaini,
Asmina, Vivi, Sariani, Putri, Hani, Raudha, Widya, Sri, Fitri, Marlina, Maoedy,
Egi, Ega, Dita, Rinda, Ayu, Husna, Mita, Dhea, Nadya, Nadin, Eca, Putri Ayu,
Atik, Umi, Taya, Dinda, Deby, Shopi, Lalita, Windy, Laras, Lilis, Sukma,
Faras, Kautsar, Reyndra, Yudi, Budi, Jabbar, dan lainnya yang tidak bisa
dituliskan satu persatu. Syukron katsiran atas rasa kekeluargaan yang erat dan
ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis serta dukungan
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh keluarga besar Pemerintahan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara
Kabinet Sinergitas Paripurna Periode 2017-2018: Bang Wira, Bang Hendra,
Bang Rozi, Bang Nazri, Bang Nauval, Bang Bima, Bang Bowo, Kak Wahyu,
kak Widya, Kak Beby, Nurul, Novi, Ami, Rahmad, Rizky, Danu, Hanif dan
teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah
menjaga kita semua melalui syafaat KalamNya.
11. Semua pihak yang telah memberikan dorongan moril pada penulis yang tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu. Jazākumullāhu khairan.

Terimakasih banyak untuk semuanya, semoga bantuannya menjadi amalan yang


diridhai Allah SWT.

Medan, Januari 2020

Penulis,
Dwi Aprico Imam Rahmadi

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................. vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………..4

1.5 Metode Penelitian..................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6

2.1 Kajian Terdahulu...................................................................................... 6

2.2 Pragmatik ................................................................................................. 7

2.3 Tindak Tutur............................................................................................. 8

2.4 Tindak Tutur Ilokusi ............................................................................. 10

2.5 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi..............................................................11

2.6 Khutbah............................................................................................13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 14

3.1 Hasil ....................................................................................................... 14

3.2 Pembahasan ............................................................................................ 14

BAB IV PENUTUP .................................................................................... 58

4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 58

Universitas Sumatera Utara


4.2 Saran....................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 59

vi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Dwi Aprico Imam Rahmadi (150704055) 2020. Analisis Tindak Tutur ilokusi
dalam buku ‫ خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬/khutabu al-rasulu allahi salla allahu
‘alaihi wa sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-Khatīb. Penelitian ini
membahas Tindak Tutur Ilokusi dalam buku ‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و‬
‫سلم‬/khutabu al-rasulu allahi salla allahu ‘alaihi wa sallama/ karya Muhammad
Khalīl Al-Khatīb. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana tindak tutur
ilokusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan fungsi
tindak tutur ilokusi dalam buku ‫خطة انزسول هللا صهى هللا ػهٍه و سهى‬/ khutabu al-
rasulu allahi salla allahu ‘alaihi wa sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-
Khatīb. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Learch (2015).
Penelitian ini menggunakan metode simak dan pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara menyimak dan mencatat tuturan-tuturan ilokusi
dalam teks khutbah tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ditemukan jenis tindak tutur ilokusi dari 5 jenis yaitu: asertif 15, komisif 4,
direktif 13, dan deklaratif 1. Sedangkan fungsi tindak tutur ilokusi
ditemukan 2 dari 4 fungsi yaitu: konvivial 6 dan kolaboratif 27.

vii

Universitas Sumatera Utara


‫صورج تجزٌذٌح‬

‫دوي افزٌق اياو رحًادي (‪ . ٠٠٠٠ )٥١٠٤٠٧٠١١‬تحهٍم انفؼم انكاليً ‪ ilokusi‬فً‬


‫انكتاب خطة انزسول هللا صهى ػهٍه و سهى اختزاع يٍ يحًذ خهٍم خطٍة‪ .‬هذا انثحث ٌثحث ػٍ‬
‫انفؼم انكالي ًّ ‪ ilokusi‬فً انكتاب خطة انزسول هللا صهى ػهٍه و سهى اختزاع يٍ يحًذ خهٍم خطٍة‪.‬‬
‫يشكالخ انثحث هً جُس و وظٍفح انفؼم انكاليً ‪ . ilokusi‬هذفه نٍؼزف انجُس و انوظٍفح فؼم انكاليً‬
‫يٍ ‪ ilokusi‬فً انكتاب خطة انزسول هللا صهى ػهٍه و سهى اختزاع يٍ يحًذ خهٍم خطٍة‪ٌ .‬ستغذو‬
‫َظزٌح ‪ . )5102(leach‬هذا انثحث يٍ انثحث انًكتثح‪ٌ .‬ستخذو فٍه طزٌقح انسًؼٍح و جًغ انثٍاَته يٍ‬
‫انسًاػً و انكتاتً ػٍ انكالو ‪ ilokusi‬فً انكتاب خطة انزسول هللا صهى ػهٍه و سهى اختزاع يٍ‬
‫يحًذ خهٍم خطٍة ‪َ .‬تائج انثحث ٌذل اٌ ٌجذ ‪ ٧‬فؼم انكاليً ‪ ilokusi‬يٍ‪ ١‬اجسُايى ‪ ,‬و هً ‪, :‬‬
‫‪ . asertif 15 deklaratif 1, direktif 13, komersif 4,‬ثى وظٍفح فؼم انكاليً ‪ٌ ilokusi‬وجذ‬
‫‪ ٠‬يٍ ‪ ٧‬وظٍفح و هً ‪ kolaboratif 28 :‬و ‪. konvivial 5‬‬

‫‪viii‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-
Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
‫ا‬ Alif - tidak dilambangkan

‫ة‬ Bā` b -

‫د‬ Tā` t -

‫س‬ ṡā` ṡ es (dengan titik di


atas)
‫ط‬ Jīm j -

‫ػ‬ ḥā` ḥ ha (dengan titik di


bawah)
‫ؿ‬ Khā` kh -

‫د‬ Dāl d -

‫ر‬ Żāl ż zet (dengan titik di


atas)
‫س‬ Rā` r -

‫ص‬ Zai z -

‫ط‬ Sīn s -

‫ػ‬ Syīn sy -

‫ؿ‬ ṡad ṣ es (dengan titik di


bawah)
‫ك‬ ḍad ḍ de (dengan titik di
bawah)
‫ه‬ ṭā` ṭ t (dengan titik di
bawah)

ix

Universitas Sumatera Utara


‫ظ‬ ẓa ẓ zet (dengan titik di
bawah)
‫ع‬ ʻAin „ koma terbalik (di
atas)
‫ؽ‬ Gain g -

‫ف‬ Fā` f -

‫ق‬ Qāf q -

‫ن‬ kāf` k -

‫ي‬ Lām l -

َ Mīm m -

ْ Nūn n -

ٚ Wāwu w -

ٖ Hā` h -

‫ء‬ Hamzah ` Apostrof

ٞ Yā` y -

B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
Contoh :
‫خ‬٠‫أؽّذ‬ ditulis Aḥmadiyyah
C. Tā` marbutāh di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah
terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan
sebagainya.
Contoh:‫ عّبػخ‬ditulis jamāʻah
Bila dihidupkan ditulis t
Contoh: ‫بء‬١ٌٚ‫ وشاِخ األ‬ditulis karāmatul auliyā`

Universitas Sumatera Utara


D. Vokal pendek
Fathah ditulis “a” contoh: ‫ وٕظ‬ditulis kanasa

Kasrah ditulis “i” contoh: ‫ فشػ‬ditulis fariḥa

Dhammah ditulis “u” contoh:‫ وزت‬ditulis kutubun

E. Vokal Panjang
a panjang ditulis “ā”: contoh: َ‫ ٔب‬ditulis nāma

i panjang ditulis “ī”: contoh: ‫ت‬٠‫ لش‬ditulis qarībun

u panjang ditulis “ū”: contoh: ‫س‬ٛ‫ فط‬ditulis fuṭūrun

F. Vokal Rangkap
Vokal rangkap ٞ (fathah dan ya`) ditulis “ai”.

Contoh: ٓ١‫ ث‬ditulis baina

Vokal Rangkap ٚ (fathah dan waw) ditulis “au”.

Contoh:َٛ‫ ف‬ditulis ṣaumun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata


Dipisahkan dengan apostrof (`)
Contoh: ُ‫ أأٔز‬ditulis a`antum
H. Kata Sandang Alif + Lām
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
Contoh : ْ‫ أٌمشا‬ditulis Al- Qur`ān
2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah
yang mengikutinya.
Contoh: ‫ اٌؾّظ‬ditulis asy-syamsu

xi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia.


Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat
berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, ataupun emosi secara langsung.
Menurut pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul dalam bentuk tindakan atau
tingkah tutur individual, karena tiap telaah struktur bahasa harus dimulai dari
pengkajian tindak tutur.Tindak tutur merupakan perwujudan konkrit fungsi-fungsi
bahasa, yang merupakan pijakan analisis pragmatik (Rahardi, 2005).
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau
penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi
ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan
orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau
frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri (Yule, 2006:3). Dalam usaha untuk
mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang
mengandung kata-kata dan struktur-struktur grammatikal saja, tetapi mereka juga
memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan-tuturan itu (Yule, 2006:81).
Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur
(Yule, 2006:82).
Tindak tutur adalah teori yang mencoba mengkaji makna bahasa yang
didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh
penuturnya (Rusminto, 2015: 66).Tindak tutur atau tindak ujar (speech
act)merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatic sehingga bersifat
pokok dalam pragmatik.Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada
saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu.Pernyataan
tersebut kemudian mendasari lahirnya teori tindak tutur.Yule (1996)
mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran.
Selain itu, menurut Al-Khuli (1982: 263) tindak tutur adalah:
َ‫خ اٌىال‬١ٍّ‫بَ ثؼ‬١‫ اٌم‬ٛ٘ ٟ
ّ ٍّ‫فؼً و‬

Universitas Sumatera Utara


/fi’lun kalāmiyyun huwa al-qiyāmu bi ‘amaliyyati al-kalāmi/ „Tindak tutur
adalah tindakan yang dilakukan melalui proses pembicaraan‟.
Austin dalam Rusminto (2015: 67) mengklasifikasikan tindak tutur atas 3
klasifikasi, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur
perlokusi.
Alasan peneliti memilih judul tentang analisis tindak tutur ilokusi dalam
sebuah khutbah Rasulullah, karena peneliti tertarik untuk meneliti kajian
pragmatik, yang memfokuskan pembahasan pada tindak tutur ilokusi. selain itu
juga, tindak tutur ilokusi sering kali ditemukan dalam tuturan sehari-hari ataupun
kegiatan ceramah atau khutbah. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang
mengandung daya untuk melakukan tindakan tertentu dalam hubungannya dengan
mengatakan sesuatu (an act of doing somethings in saying somethings). Tindakan
tersebut seperti janji, tawaran, atau pertanyaan yang terungkap dalam tuturan
(Rusminto, 2015: 67). Dalam hal ini peneliti mengkaji tuturan yang berupa
khutbah nabi yang telah dituliskan dalam sebuah teks pidato. Dan yang ingin
dikaji adalah tuturan yang ada di dalam teks, apakah tuturan tersebut berbentuk
asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Sebab bentuk tuturan tersebut
mengandung makna yang bermacam-macam antara lain seperti : mengusulkan,
memerintah, menjanjikan, menawarkan atau memberi maaf.
Salah satu contoh tindak tutur ilokusi yang peneliti temukan pada buku

‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi
wa sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-Khatīb, yaitu:
ٌٗ ٞ‫نًٍ فال ٘بد‬٠ ِٓ ٚ ،ٌٗ ً‫ذ هللا فال ِن‬ٙ٠ ِٓ
/man yahdi Allāhu falā muḍilla lahu, wa man yuḍlil falā hādiya
lahu/„Barangsiapa diberi hidayah oleh Allah maka tidak ada seorang pun yang
dapat menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan oleh-Nya maka tidak akan ada
seorang pun yang dapat memberikan hidayah kepadanya‟ (Al-Khatīb: 1)

Dalam khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa janji yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya berupa hidayah kepada siapa yang
kehendakinya. Tindak tutur ilokusi tersebut berbentuk komisif, ikokusi ini
berfungsi kolaboratif (kerja sama ) yang memberi informasi kepada mitra tutrnya.

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah nabi muhammad yang berbentuk teks
pidato dalam khutbah berupa hadits nabi. Melalui tindak tutur ilokusi ini ,
sesorang disuruh untuk mencari hidayah dalam kehidupan.

Kemudian, peneliti menjadikan buku ‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و‬

‫سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama/ karya Muhammad

Khalīl Al-Khatīb (2009) ini menjadi sumber data bagi peneliti karena buku ini
merupakan khazana khutbah rasulullah terlengkap yang berisi 574 materi khutbah
terdiri dari masing masing bab yaitu: Khutbah rasulullah s.a.w. yang membahas
tentang jihad dan beberapa hal yang terkait dengannya berjumlah enam belas (66)
khutbah; khutbah rasulullah s.a.w. yang membahas tentang shalat berjumlah dua
puluh sembilan (29) khutbah; yang membahas tentang zakat berjumlah tujuh (7)
khutbah; yang membahas tentang membahas tentang ramadhan berjumlah tujuh
(7) khutbah; yang membahas tentang haji berjumlah tujuh (7) khutbah; yang
membahas tentang ikhlas berjumlah enam belas (16) khutbah; yang membahas
tentang al-qur‟an,ilmu, dan zikir berjumlah empat puluh tiga (43) khutbah; yang
membahas tentang takwa, silaturahmi dan sedekah berjumlah tujuh belas (17)
khutbah; yang membahas tentang peringatan keras beliau untuk menjauhi bid‟ah
berjumlah tiga (3) khutbah; yang membahas tentang dunia, wanita, dan berjumlah
empat puluh tiga (43) khutbah; yang bersifat umum berjumlah dua ratus lima
(205) khutbah yang membahas keutamaan bershalawat atas diri beliau,
keistimewaan keluarga beliau dan para sahabat beliau yang mulia-mulia
berjumlah tujuh puluh dua (72) khutbah; yang membahas kiamat dan peristiwa
setelahnya, berjumlah tiga puluh empat (34) khutbah, lalu khutab khutab beliau
s.a.w. ketika beliau menderita sakit yang menghantarkan Rasullullah s.a.w.
kembali ke haribaaan Allah s.w.t. berjumlah sepuluh (10) khutbah. Dan (yang
terakhir) adalah khutbah beliau tentang balasan yang akan di terima para pengikut
beliau.
Dalam penelitian ini, peneliti mengkhususkan pada bab Jihad yang terdiri dari
66 judul. Namun peneliti hanya mengambil 20 judul dari 66 judul dalam bab jihad

Universitas Sumatera Utara


ini, kedua puluh judul tersebut membahas tentang peperangan pada masa
rasulullah. Alasan peneliti mengkhususkan bab jihad dan mengambil pembahasan
peperangan karena dapat menimbulkan semangat yang kuat untuk berdakwah
kemudian peneliti banyak menemukan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada bab
jihad ini.
1.2 Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok pembahasan, maka
peneliti memberikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Klasifikasi tindak tutur ilokusi apa saja yang terdapat dalam ‫خطب الرسول‬

‫اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa

sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-Khatīb?

2. Fungsi tindak tutur ilokusi apa saja yang di temukan dalam ‫خطب الرسول‬

‫اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa

sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-Khatīb?


1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui klasifikasi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam

‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu
‘alaihi wa sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-Khatīb.

2. Untuk mengatahui fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam ‫خطب‬

‫الرسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi
wa sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-Khatīb.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

Universitas Sumatera Utara


1. Memberikan penambahan pengetahuan dan wawasan tentang tindak tutur

ilokusi, khususnya dalam buku ‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و‬

‫سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama/ karya

Muhammad Khalīl Al-Khatīb.


2. Penelitian ini dapat menambah bahan rujukan ilmiah bagi akademisi
khususnya di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara,
1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang


menghimpun data-data naratif dengan kata-kata (bukan angka-angka) untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dan termasuk kepada
penelitian kepustakaan (Library Research) (Chang 2014 : 30).
Penelitian ini juga menggunakan metode simak yaitu metode yang
digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa baik secara lisan maupun tulisan (Mahsun 2005: 92). Penelitian ini
menggunakan teknik simak bebas libat cakap, yaitu teknik pengumpulan data
dengan cara peneliti menyadap perilaku berbahasa di dalam suatu peristiwa tutur
tanpa keterlibatannya dalam peristiwa tutur tersebut (Mahsun 2005: 242).
Selanjutnya, peneliti menggunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan, yaitu
teknik mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan
bahasa secara tertulis tersebut. (Mahsun 2005 : 133)

Sumber data diambil dari Buku ‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و‬

‫سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama/ karya Muhammad

Khalīl Al-Khatīb tahun 2009 cetakan ke-2 tahun 2011 dengan jumlah 574
khutbah.

Universitas Sumatera Utara


Dalam memindahkan tulisan Arab ke tulisan latin, digunakan pedoman
berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987.
Adapun tahapan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Mengumpulkan data dari referensi dan buku-buku yang berkaitan dengan
judul penelitian,
2. Mengklasifikasikan dan menganalisis data yang telah dikumpulkan,
3. Menyusun hasil penelitian secara sistematis dalam bentuk laporan awal,
4. Menyusun laporan akhir.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Terdahulu


Penelitian tentang tindak tutur sudah pernah dilakukan oleh
penelitipeneliti sebelumnya, yaitu:
2.1.1 Muti‟ah (2018) meneliti analisis tindak tutur ekspresif dalam film animasi
‫ٓ فالػ‬٠‫ اٌذ‬:ً‫سح اٌٍجط‬ٛ‫ األعط‬/Ṣalāḥuddīn: al-baṭalu al-usṭūratu/ episode
1-3 karya steve bristow. Berdasarkan hasil penelitianya di temukan jenis
tindak tutur langsung dan tidak langsung. Adapun jenis tindak tutur
langsung berfungsi untuk mengucapkan terima kasih, meminta maaf,
pujian, dan menyalahkan. Sedangkan jenis tindak tutur tidak langsung
berfungsin untuk meminta maaf dan menyalahkan. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu sama-sama meneliti tindak tutur
ilokusi, sedangkan sumber data dan teorinya berbeda. Penelitian ini

mengambil data dari buku ‫سلم‬ ‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و‬/khut}abu al-
rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama/ karya Muhammad Khalīl Al-
Khatīb, dan menggunakan teori Leech (1993). Sedangkan penelitian
sebelumnya mengambil data dari film menggunakan ٓ٠‫ اٌذ‬:ً‫سح اٌٍجط‬ٛ‫األعط‬

‫ فالػ‬/Ṣalāḥuddīn: al-baṭalu al-usṭūratu/ episode episode 1-3 karya


steve bristow, menggunakan teori Yule, Searle, dan Hymes. Dan
menggunakan metode simak.
2.1.2 Cahyani (2015) meneliti analisis tindak tutur ilokusi dalam bahasa Jepang.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam film Great Teacher
Onizuka Special Graduation mengandung tindak tutur tidak langsung
ilokusi dengan menggunakan teori wijana dan rohmadi. Berdasarkan hasil
dari analisis yang telah dilakukan dari 21 data bahwa tindak tutur tidak
langsung ilokusi memiliki empat jenis yaitu tindak tutur direktif, tindak
tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklaratif. Tujuan
dari penggunaan tindak tutur direktif yaitu menyuruh, meminta, dan
mengajak. Tujuan penggunaan tindak tutur ekspresif yaitu untuk memuji.

Universitas Sumatera Utara


Tujuan penggunaan tindak tutur komisif yaitu berjanji dan mengancam.
Tujuan penggunaan tindak tutur deklaratif yaitu untuk melarang.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu sama-sama
meneliti tindak tutur ilokusi, sedangkan sumber data dan teorinya berbeda.

Penelitian ini mengambil data dari buku ‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و‬

‫سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama/ karya

Muhammad Khalīl Al-Khatīb, dan menggunakan teori Leech (1993).


Sedangkan penelitian sebelumnya mengambil data dari film Great
Teacher Onizuka Special Graduation, menggunakan teori wijana dan
rohmadi dengan metode simak.

2.2 Pragmatik

Istilah Pragmatik, sebenarnya sudah dikenal sejak masa hidupnya seorang


filsuf terkenal bernama Charles Moris dalam memunculkan istilah pragmatika.
Moris mendasarkan pemikirannya pada gagasan filsuf-filsuf pendahulunya,
seperti Charles Sanders Pierce dan John Locke yang banyak menggeluti ilmu
tanda dan ilmu lambang semasa hidupnya. Dengan mendasar pada pada gagasan
filsuf itu, Charles Morris membagi ilmu tanda dan ilmu lambang itu kedalam tiga
cabang ilmu, yakni sintaksis, semantic, dan pragmatik. Berawal dari gagasan
filsuf ternama inilah kemudian sosok pragmatik dapat dikatakan terlahir dan mulai
bertengger diatas bumi linguistik (Rahardi, 2008 : 47).

Pragmatik sebagai sebuah studi tentang penggunaan bahasa dan arti


ungkapan berdasarkan situasi yang melatarbelakanginya telah menjadi sebuah
cabang linguistik yang semakin penting dalam studi bahasa (Rusminto, 2015:
57).Menurut Al-„Itabi (2010: 19) pragmatic adalah:
ٍُ‫مقذٖ اٌّزى‬٠ ٟ‫ اٌز‬ٕٝ‫ دساعخ اٌّؼ‬ٟ٘ ‫خ‬١ٌٚ‫اٌزذا‬
/at-tadāwuliyyatu hiya dirāsatu al-ma’na al-lati yuqṣidahu al-mutakllimu/
„pragmatik adalah studi tentang makna yang dimaksud oleh penutur‟.

Universitas Sumatera Utara


Moore dalam Rusminto (2015: 58) mengemukakan bahwa pragmatik
adalah sebuah cara yang sistematis untuk menjelaskan penggunaan bahasa yang
terjadi dalam konteks tertentu. Pragmatik mencoba menjelaskan aspek-aspek
makna dalam kaitan dengan konteks yang tidak dapat ditemukan dalam pengertian
kata atau struktur seperti yang dijelaskan oleh kajian semantik.
Leech (1993) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna
dalam kaitannya dengan situasi tutur. Oleh karena itu, untuk melakukan analisis
pragmatik terhadap tuturan diperlukan situasi tutur yang mendukung keberadaan
tuturan yang dimaksudkan. Wijana dalam Rahardi (2008 : 50) menyatakan bahwa
konteks situasi tutur menurutnya mencakup aspek-aspek berikut:
1. Penutur dan lawan tutur
2. Konteks tuturan
3. Tujuan tuturan
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas
5. Tuturan sebagai produk tindak verbal
2.3 Tindak Tutur
Teori tindak tutur berawal dengan kerja Austin. Austin adalah seorang
guru besar di Universitas Harvard. Teori ini berasal dari perkuliahan yang
kemudian dibukukan oleh Urmson (1965) dengan judul “How to do thing with
Words?”. Namun, teori ini baru berkembang dan dikenal dalam dunia linguistik
setelah Searle (1969) menerbitkan sebuah buku dengan judul “Speech Act: An
Essay in the Philosophy of Language”.Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan
hanya lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk
atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur
(the performance of speech acts) (Aslianda dan Leni, 2007: 33).
Austin dalam Rusminto (2015: 66) mengemukakan bahwa aktivitas
bertutur tidak hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan
sesuatu atas dasar tuturan itu.
Selanjutnya Searle (Rusminto, 2015: 66) mengemukakan bahwa tindak
tutur adalah teori yang mencoba mengakji makna bahasa yang didasarkan pada
hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penuturnya.

Universitas Sumatera Utara


Pengertian tindak tutur menurut Messaud (2005: 10) adalah:

ٖ‫ٕغض‬٠ ٞ‫ اٌز‬ٟ‫ اٌّئعّغبر‬ٚ‫ ا‬ٟ‫ اٌؼًّ!) االعزّبػ‬ٚ‫ اٌزقشّف (أ‬ٟٕ‫ؼ‬٠ ِٟ‫اٌفؼً اٌىال‬
َ‫االءٔغبْ ثبٌىال‬

/al-fi’lu al-kalāmiyyu ya’nī at-taṣarrafu (au al-‘amalu!) al-ijtimā’iyyu au al-


muassasātiyyu al-lażī yunjizahu al-insāna bi al-kalāmi/ „tindak tutur adalah suatu
tindakan atau perbuatan social atau kelembagaan yang dilakukan manusia melalui
tuturan‟.

Selanjutnya, menurut Chaer (2010: 50) dan Suwito (dalam Rohmadi,


2010: 32) tindak tutur (speech act) lebih cenderung dikategorikan sebagai gejala
individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu.Lebih lanjut dapat
dikatakan dalam tindak tutur, makna atau arti tindakan dalam sebuah
tuturansangat diperhatikan daripada tujuan peristiwanya.
Searle (1969: 23-24) mengemukakan bahwa ada tiga jenis bentuk tindakan
bahasa yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, tindak
ilokusi, dan tindak perlokusi.
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu.Tindak tutur
ini merupakan tindakan yang paling mudah untuk diidentifikasi karena dalam
pengidentifikasiannya tanpa memperhitungkan konteks tuturannya. Tindak lokusi
sering disebut sebagai The Act of Saying Something (Rohmadi, 2010: 33),contoh
dapat dilihat pada tuturan berikut:”Ali bermain piano” (Rohmadi, 2010: 33)
Tuturan tersebut diutarakan oleh penutur semata-mata hanya untuk
menginformasikan sesuatu bahwa Ali sedang bermain piano, tuturan tersebut
tidak ada tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi mitra
tuturnya.
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang selain berfungsi untuk mengatakan
atau menginformasikan sesuatu, tetapi juga dipergunakan untuk melakukan
sesuatu. Tindak tutur ini sangat sulit untuk diidentifikasi karena terlebih dahulu
harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya.Tindak ilokusi sering

10

Universitas Sumatera Utara


disebut sebagai The Act of Doing Something (Rohmadi, 2010: 33). Sebagai
contoh dapat dilihat pada tuturan berikut:“Yuli sudah seminar proposal skripsi
kemarin” (Rohmadi, 2010: 33). Tuturan tersebut apabi la diucapkan oleh seorang
dosen pembimbing kepada seorang mahasiswa semester XII, bukan hanya sekadar
memberikan informasi tetapi juga melakukan sesuatu, yaitu memberikan
dorongan agar mahasiswa semester XII yang diberikan informasi tentang proposal
skripsi Yuli segera mengerjakan skripsinya.
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan
untuk mempengaruhi mitra tuturnya.Tindak perlokusi juga sulit diidentifikasi
karena harus melibatkan konteks tuturan.Tindak tutur ini sering sering disebut
sebagai The Act of Affecting Someone.Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang
sering kali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang
mendengarnya.Efek yang timbul ini bisa sengaja maupun tidak sengaja (Rohmadi,
2010: 34). Sebagai contoh dapat dilihat tuturan sebagai berikut:
A : Kemarin kok tidak ada ? Kemana ?
B : Maaf, kemarin ibuku sakit, aku harus mengantarnya ke dokter.
Tuturan (B) jika diucapkan seseorang yang tidak dapat menghadiri undangan
temannya, tindak ilokusinya adalah untuk meminta maaf dan tindak perlokusi
yang diharapkan adalah agar orang yang mengundangnya (A) memaklumi karena
dirinya tidak bisa datang sebab ibunya sedang sakit dan harus mengantar untuk
berobat ke dokter.
Namun, pada penelitian kali ini peneliti memfokuskan pada tindak tutur
ilokusi saja.

2.4 Tindak Tutur Ilokusi


Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya untuk
melakukan tindakan tertentu dalam hubungannya dengan mengatakan sesuatu (an
act of doing somethings in saying somethings). Tindakan tersebut seperti janji,
tawaran, atau pertanyaan yang terungkap dalam tuturan. Moore dalam Rusminto
(2008:67) menyatakan bahwa tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang

11

Universitas Sumatera Utara


sesungguhnya atau yang nyata yang diperformansikan oleh tuturan, seperti janji,
sambutan, dan peringatan
Verba-verba ilokusi yaitu report (melapor), announce (mengumumkan),
predict (meramalkan), admit (mengakui), opine (berpendapat), ask (meminta),
reprimand (menegur), request (memohon), suggest (menganjurkan), order
(menyuruh), propose (mengusulkan), express (mengungkapkan), congratulate
(mengucapkan selamat(, promise (berjanji), thank (mengucapkan terima kasih),
exchort (mendesak) (Leech: 322).
Searle dalam Leech (1993) mengklasifikasikan tindak ilokusi menjadi 5
macam, yaitu:
1. Asertif
Asertif yakni ilokusi dimana penutur terikat pada kebenaran preposisi
yang diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh,
mengemukakan pendapat, dan melaporkan.
2. Direktif
Direktif yakni ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa
tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, seperti memesan, memerintah, meminta,
merekomendasikan, dan memberi nasihat.
3. Komisif
Komisif yakni ilokusi dimana penutur terikat pada suatu tindakan di masa
depan, misalnya menjanjikan, menawarkan, dan berkaaul.
4. Ekspresif
Ekspresif yakni ilokusi yang berfungsi untuk mengungkapkan sikap
psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya
mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, dan
berbela sungkawa.
5. Deklaratif
Deklaratif yakni ilokusi yang digunakan untuk memastikan kesesuaian
antara isi, proposisi dengan kenyataan, misalnya membaptis, memecat, memberi
nama, menjatuhkan hukuman, dan mengangkat.

12

Universitas Sumatera Utara


2.5 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam fungsi tindak tutur
ilokusi yang dipraktikkan dalam berkomunikasi. Leech (1983: 104-105)
menyatakan bahwa fungsi ilokusi dapat dikategorikan dalam empat jenis
berdasarkan bagaimana hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan sosial
dalam memelihara dan mempertahankan sikap hormat. Keempat jenis fungsi
ilokusi tersebut antara lain kompetitif, konvivial, kolaboratif, dan konfliktif.
Berikut akan dipaparkan masing-masing fungsi tindak tutur ilokusi.
1. Kompetitif (Bersaing)
Fungsi kompetitif menurut Leech (dalam Oka,1993:162), tuturan yang
termasuk dalam fungsi kompetitif adalah tuturan yang tidak sopan (discourteous).
Suatu tuturan dapat dikatakan tidak sopan apabila tuturan tersebut dapat
merepotkan, menyusahkan, dan merugikan mitra tutur.Tujuan fungsi ilokusi
kompetitif bersaing dengan tujuan sosial, misalnya memerintah, meminta,
menuntut, mengemis.
2. Konvivial (Menyenangkan)
Fungsi konvivial adalah tuturan yang sopan atau lebih bertatakrama
(courteous).Kesopansantunan di sini mempunyai bentuk yang lebih positif dalam
mencari berbagai kesempatan untuk bersikap hormat. Tujuan fungsi ilokusi
konvivial sejalan dengan tujuan sosial, misalnya menawarkan, mengundang,
menyambut, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat
(Tarigan, 2009: 40). Kesopansantunan yang positif mengandung makna
menghormati atau menjalankan prinsip-prinsip sopan santun.Sebagai contoh jika
kita mempunyai kesempatan untuk mengucapkan selamat kepada seseorang atas
ulang tahunnya yang ke-90, maka seharusnya kita mengucapkan selamat ulang
tahun kepadanya. (Tarigan, 2009: 41-42).

3. Kolaboratif (Kerja sama)


Fungsi kolaboratif menurut Leech (dalam Oka, 1993: 162), tujuan ilokusi
pada fungsi kolaboratif bersifat netral atau tidak menghiraukan atau biasa-biasa
saja terhadap tujuan sosial. Penutur dalam mengutarakan tuturan ditujukan untuk

13

Universitas Sumatera Utara


menyatakan, melapor, mengumumkan, dan mengajarkan suatu informasi kepada
mitra tutur.
4. Konfliktif
Fungsi konfliktif direncanakan untuk menimbulkan atau menyebabkan
pelanggaran karena pada dasarnya tujuan fungsi konfliktif bertentangan dengan
tujuan sosial, misalnya mengancam, menuduh, mengutuk, menyumpahi, menegur,
mencerca, dan mengomeli (Tarigan, 2009: 41)
2.6 Khutbah

Kata khutbah berasal dari bahasa arab artinya pidato (Munawir,


1997:349). Khutbah adalah seni pembicaraan kepada khalayak yang didalamnya
terdapat suatu pesan (Soleh dan Ahmad, 141 H : 70). Hakikat khutbah itu sendiri
adalah wasiat kepada khalayak untuk bertakwa baik bentuknya janji kesenangan
maupun ancaman kesengsaraan (Sabiq, t.t : 29).

14

Universitas Sumatera Utara


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari buku ‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل‬

‫عليه و سلم‬/khut}abu al-rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama/ karya

Muhammad Khalil Khatib, yang berisi 20 khutbah Rasulullah Saw tentang


peperangan pada pada masa Rasulullah, peneliti menemukan 4 mcam tindak tutur
ilokusi yaitu:1) asertif, 2) direktif, 3) deklaratif, 4) komisif. Sementara fungsi
tindak tutur ilokusi yang peneliti temukan yaitu: kolaboratif dan konvivial.

3 .2 Pembahasan

Adapun bentuk dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam 20
Khutbah Rasulullah Saw tentang peperangan pada bab jihad seperti berikut ini:

1. Khutbah Rasulullah Saw. yang menganjurkan ikhlas dan sabar dalam


perang badar.
ٍٝ‫ اؽضىُ ػ‬ٝٔ‫ أِب ثؼذ فب‬: ‫ٗ صُ لبي‬١ٍ‫ ػ‬ٕٝ‫أص‬ٚ ‫ فؾّذ هللا‬,‫َ ثذس‬ٛ٠ ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫خطت ف‬

,‫ؾت اٌقذلخ‬٠ٚ ,‫ؤِش ثبٌؾك‬٠ ,ٗٔ‫ُ ؽؤ‬١‫ فبْ هللا ػظ‬,ٕٗ‫بوُ ػ‬ٙٔ ‫ب وُ ػّب‬ٙٔ‫أ‬ٚ ٗ١ٍ‫ِبؽضىُ هللا ػ‬

ُ‫أىُ لذ افجؾز‬ٚ ,ٍْٛ‫زفبم‬٠ ٗ‫ث‬ٚ ,ْٚ‫زوش‬٠ ٗ‫ ث‬,ٖ‫ُ ػٕذ‬ٌٙ‫ ِٕبص‬ٍٝ‫ش أٍ٘ٗ ػ‬١‫ اٌخ‬ٍٝ‫ ػ‬ٝ‫ؼط‬٠ٚ

‫اهٓ اٌجؤط ِّب‬ِٛ ٝ‫ اْ اٌقجش ف‬ٚ ,ٗ‫ع‬ٚ ٗ‫ ث‬ٝ‫ٗ ِٓ أؽذ اال ِب اثزغ‬١‫مجً هللا ف‬٠ ‫ثّٕضي اٌؾك ال‬

,ُ‫ؤِشو‬٠ٚ ُ‫ؾزسو‬٠ ‫ هللا‬ٝ‫ىُ ٔج‬١‫ ف‬,‫ االخشح‬ٝ‫ْ إٌغبح ف‬ٛ‫رذسو‬ٚ ,ُ‫ ثٗ ِٓ اٌغ‬ٝ‫ٕغ‬٠ٚ ,ٌُٙ‫فشط ثٗ ا‬٠

‫ (ٌّمذ‬:‫ي‬ٛ‫م‬٠ ‫ فبْ هللا‬,ٗ١ٍ‫ّمزىُ ػ‬٠ ُ‫ ؽئ ِٓ أِشو‬ٍٝ‫عً ػ‬ٚ ‫طٍغ هللا ػض‬٠ ْ‫َ أ‬ٛ١ٌ‫ا ا‬ٛ١‫فبعزؾ‬

‫أػض وُ ثٗ ثؼذ‬ٚ ،ٗ‫بر‬٠‫أسوُ ِٓ آ‬ٚ ,ٗ‫ أِشوُ ثٗ ِٓ وزبث‬ٜ‫ا اٌز‬ٚ‫هللا أوجش ِٓ ِمزىُ أٔفغىُ) أظش‬

ٜ‫ا اٌز‬ٛ‫عج‬ٛ‫اهٓ أِشأ رغز‬ٌّٛ‫ ٘زٖ ا‬ٟ‫ا سثىُ ف‬ٍٛ‫ أث‬،ُ‫ ثٗ سثىُ ػٕى‬ٝ‫شم‬٠ ٗ‫ا ث‬ٛ‫ فبعزّغى‬،‫رٌخ‬

‫أٔزُ ثب‬ٚ ‫أّب أٔب‬ٚ ،‫ذ‬٠‫ػمبثٗ ؽذ‬ٚ ،‫ٌٗ فذق‬ٛ‫ل‬ٚ ،‫ػذٖ ؽك‬ٚ ْ‫ فب‬،ٗ‫ِغفشر‬ٚ ٗ‫ػذوُ ثٗ ِٓ سؽّز‬ٚ

15

Universitas Sumatera Utara


ٌٝ ‫غفش هللا‬٠ .‫ش‬١‫ٗ اٌّق‬١ٌ‫ا‬ٚ ،‫وٍٕب‬ٛ‫ٗ ر‬١ٍ‫ػ‬ٚ ،‫ثٗ اػزقّٕب‬ٚ ،‫سٔب‬ٛٙ‫ٗ اٌغؤٔب ظ‬١ٌ‫ ا‬،َٛ١‫ اٌم‬ٝ‫هللا اٌؾ‬

ٓ١ٍّ‫ٌٍّغ‬ٚ

/khut{abu s}alla> alla>hu ‘alaihi wasallam yaumun badarun, fah{amdu alla>hu wa us|na>
‘alaihi s|umma qa>la: amma> ba’du fa inni> ah}s|akum ‘ala> ma> ah}s|akum alla<hu ‘alaihi
wa annaha> kum ‘amma> naha>kum ‘anhu, fa inna alla>ha ‘az}i>mun sya`nuhu,
ya`muru bi al-h}aqqu, wayuh}ibbu al-s}adaqu, wayu’t}i> ‘ala> al-khairi ahluhu ‘ala>
mana>ziluhum ‘indahu, bihi yaz|kuru>na, wabihi yatafa>da} lu>na, wa innakum qad
as}bah}tum bimanzili al-h}aqqu la> yuqbalu alla>hu fi>hi min ah}adin illa> ma> abtagi> bihi
wajhahu, wainna al-s}abra fi> mawa>t}ini al-ba`si mimma> yafraju bihi al-hammi,
wayanja> bihi mina al-gami, watadraku>na al-naja>ta fi> al-a>khirati, fi>kum nabiya
alla>hu yah}z|arukum wa ya`murukum, fa astah}yu> al-yaumu anna yut}la’u alla>ha
‘azza wajalla ‘ala> syai`in min amrikum yumamiqtukum ‘alaihi, fa inna alla>ha
yaqu<lu: (limaqta alla>hi akbaru min maqtikum anfusakum) unz}uru> al-laz|i>
amarakum bihi min kita>bihi, waara>kum min a>ya>tihi, wa a’azzakum bihi z|illah,
fastamsiku> bihi yard}a> bihi rabbukum ‘ankum, wa ablu> rabbakum fi> ha>z|ihi al-
mawa>t}ini amran tastaujibu> al-laz|i> wa’adakum bihi min rah}matihi wamagfiratihi,
fainna wa’adahu h}aqqun, waqauluhu s}adaqun, wa’aqa>bahu syadi>dun, wainnama>
ana> wa antum billa>hi al-h}ayyu al-qayyu>mu, ilaihi al-jaana> z}ahu>rana>, wa bihi
a’tas}imna>, wa ‘alaihi tawakkalna>, wailaihi al-mas}i>ru. Yagfiru alla>hu li>
walilmuslimi>na/‛ Pada saat perang badar terjadi, rasulullah s.a.w. berkhutbah :
Beliau membaca hamdalah dan memanjatkan puji kepada Allah, lalu
bersabda,”amma ba‟du. Sesungguhnya diriku menganjurkan kalian atas sesuatu
yang telah dianjurkan oleh Allah dan melarang kalian dari sesuatu yang telah
dilarang oleh-Nya, karena sesungguhnya Allah itu maha agung kekuasaan-Nya.
Dia senantiasa memerintahkan yang benar, menyukai benar, memberikan
kebaikan ahlinya sesuai dengan derajat di sisi-Nya. Dengan nama-Nya mereka
berzikir, dan dengan nama-Nya pula mereka berlomba lomba. Sesungguhnya
kesabaran di medan perang itu termasuk sesuatu yang akan menghilangkan
kecemasan dan akan menyalamatkan dari kesedihan, kemudian kalian akan
mendapatkan keselamatan di akhirat. Ini, di tengah-tengah kalian ada Nabi yang
senantiasa memberi peringatan dan memerintahkan kalian (untuk berbuat baik).
Maka kalian harus malu kalau hari ini Allah s.w.t. sampai mendapati kalian
melakukan sesuatu yang akan membuat dia membenci kalian karena dari kitab-
Nya, karena dia telah memperlihatkan kepada kalian sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan-Nya, dan telah memberikan kemenangan kepada kalian setelah kalian
mengalami kehinaan. Maka berpegangteguhlah dengan kitab-Nya itu maka tuhan
kalian akan meridhai kalian. Bersabarlah barang sebentar untuk mengemban
perintah tuhan kalian di medan peperangan ini, maka kalian akan memperoleh apa
yang telah dijanjikan oleh tuhan kalian dalam bentuk rahmat dan ampunan dari-
Nya. Karena janji-Nya pasti benar, firman-Nya pasti benar, dan siksa-Nya amatlah
pedih. Dan sesungguhnya diriku dan kalian itu hanyalah bergantung kepada Allah
yang maha hidup lagi maha berdiri sendiri. Hanya kepada dia kita beserah diri,

16

Universitas Sumatera Utara


memohon keselamatan, bertawakal, dan kelak kita akan kembali. Semoga Allah
mengampuniku dan semua umat islam.‟‟

ٗٔ‫ُ ؽؤ‬١‫ فبْ هللا ػظ‬,ٕٗ‫بوُ ػ‬ٙٔ ‫ب وُ ػّب‬ٙٔ‫أ‬ٚ ٗ١ٍ‫ ِبؽضىُ هللا ػ‬ٍٝ‫ اؽضىُ ػ‬ٝٔ‫ فب‬.١

/fa inni> ah}s|akum ‘ala> ma> ah}s|akum alla<hu ‘a’laihi wa annaha> kum ‘amma>
naha>kum ‘anhu, fa inna alla>ha ‘az}i>mun sya`nuhu,/ ‚Sesungguhnya diriku
menganjurkan kalian atas sesuatu yang telah dianjurkan oleh Allah dan melarang
kalian dari sesuatu yang telah dilarang oleh-Nya, karena sesungguhnya Allah itu
maha agung kekuasaan-Nya.”

Dalam potongan khutbah di atas, terdapat tindak tutur ilokusi, berupa:


asertif, yaitu pernyataan yang disampaikan Nabi Muhammad pada umatnya untuk
mengikuti anjuran yang di perintahkan Allah dan menghindari larangan yang telah
dilarang oleh Allah. Tindak tutur ini berfungsi konvivial (menyenangkan) yaitu
tuturan yang disampaikan Nabi berupa pernyataan yang menyenangkan umatnya
bahwa jika seseorang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangannya akan
memperoleh pahala yang besar dari Allah.

ْٛ‫رذسو‬ٚ ,ُ‫ ثٗ ِٓ اٌغ‬ٝ‫ٕغ‬٠ٚ ,ٌُٙ‫فشط ثٗ ا‬٠ ‫اهٓ اٌجؤط ِّب‬ِٛ ٝ‫ اْ اٌقجش ف‬.٢

‫ االخشح‬ٝ‫ٌٕغبح ف‬

/wainna al-s}abra fi> mawa>t}ini al-ba`si mimma> yafraju bihi al-hammi, wayanja> bihi
mina al-gami, watadraku>na al-naja>ta fi> al-a>khirati/ ‚Sesungguhnya kesabaran di
medan perang itu termasuk sesuatu yang akan menghilangkan kecemasan dan
akan menyalamatkan dari kesedihan, kemudian kalian akan mendapatkan
keselamatan di akhirat.”

Dalam potongan khutbah di atas, terdapat tindak tutur ilokusi, berupa:


Komisif, yaitu janji Allah yang disampaikan Nabi kepada umatnya untuk bersabar
di medan perang. Tindak tutur ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yaitu tuturan
yang disampaikan Nabi untuk mengajarkan sesuatu informasi kepada mitra tutur

17

Universitas Sumatera Utara


berisi kabar gembira kepada umatnya tentang balasan bagi seseorang yang
bersabar di medan perang akan mendapatkan keselamatan di akhirat.

ٗ‫ِغفشر‬ٚ ٗ‫ػذوُ ثٗ ِٓ سؽّز‬ٚ ٜ‫ا اٌز‬ٛ‫عج‬ٛ‫اهٓ أِشأ رغز‬ٌّٛ‫ ٘زٖ ا‬ٟ‫ا سثىُ ف‬ٍٛ‫ أث‬.٣

/ablu> rabbakum fi> ha>z|ihi al-mawa>t}ini amran tastaujibu> al-laz|i> wa’adakum bihi
min rah}matihi wamagfiratihi/ ‚ Bersabarlah barang sebentar untuk mengemban
perintah tuhan kalian di medan peperangan ini, maka kalian akan memperoleh apa
yang telah dijanjikan oleh tuhan kalian dalam bentuk rahmat dan ampunan dari-
Nya.”

Dalam potongan khutbah di atas, terdapat tindak tutur ilokusi, berupa:


Direktif, yaitu perintah Nabi kepada umatnya untuk bersabar dalam mengemban
perintah tuhan di medan peperangan. Tindak tutur ini berfungsi kolaboratif (kerja
sama) yaitu tuturannya ditujukan untuk menyatakan informasi kepada mitra
tuturnya berupa rahmat dan ampunan bagi orang yang bersabar di medan
peperangan. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad, tuturan
berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

2. Khutbah Rasulullah Saw. tentang para perwira yang akan menjadi

panglima dalam perang mu‟tah

‫ هللا‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ ثؼش سع‬:‫عٍُ لبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ فبسط سع‬ٜ‫ لزبدح األٔقبس‬ٝ‫ػٓ اث‬

،‫ هبٌت‬ٝ‫ذ فغؼفش ثٓ أث‬٠‫ت ص‬١‫ذ ثٓ ؽبسصخ فبْ أف‬٠‫ىُ ص‬١ٍ‫ (ػ‬:‫ فمبي‬،‫ؼ األِشأ‬١‫عٍُ ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ػ‬

‫ي هللا ِب‬ٛ‫ب سع‬٠ ِٝ‫أ‬ٚ ٝ‫ ثؤث‬:‫صت عؼفش فمبي‬ٛ‫) ف‬ٜ‫اؽخ األٔقبس‬ٚ‫ت فؼجذ هللا ثٓ س‬١‫فؤْ أف‬

‫ا ِب‬ٛ‫ا فٍجض‬ٛ‫ش) فبٔطٍم‬١‫ رٌه خ‬ٜ‫ أ‬ٜ‫ (اِل فبٔه الرذس‬:‫ لبي‬.‫ذا‬٠‫ ص‬ٍٝ‫وٕذ أس٘ت أْ رغزؼًّ ػ‬

,‫ ثبٌقالح عبِؼخ‬ٜ‫ٕبد‬٠ ْ‫ أِش أ‬ٚ ‫عٍُ فؼذ إٌّجش‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ صُ اْ سع‬.‫ؽبءهللا‬

18

Universitas Sumatera Utara


‫ ؽه ػجذ‬.)‫شا‬١‫ صبة خ‬ٚ‫شا أ‬١‫ ثبد خ‬ٚ‫شا أ‬١‫ (ٔبة خ‬:ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫فمبي سع‬

.‫ذا‬١ٙ‫ذ ؽ‬٠‫ت ص‬١‫ فؤف‬،ٚ‫ا اٌؼذ‬ٛ‫ا فٍم‬ٛ‫ُ أطٍم‬ٙٔ‫؟ ا‬ٜ‫ؾىُ ٘زا اٌغبص‬١‫اٌشؽّٓ اال أخجشوُ ػٓ ع‬

ٝ‫َ ؽز‬ٛ‫ اٌم‬ٍٝ‫ فؾذ ػ‬،‫ هبٌت‬ٝ‫اء عؼفش ثٓ أث‬ٌٍٛ‫ صُ أخز ا‬.‫ا ٌٗ فبعزغفش ٌٗ إٌبط‬ٚ‫فبعزغفش‬

ٝ‫ٗ ؽز‬١ِ‫ فؤصجذ لذ‬،‫اؽخ‬ٚ‫اء ػجذ هللا اثٓ س‬ٌٍٛ‫ صُ أخز ا‬.ٌٗ ‫ا‬ٚ‫بدح فبعزغفش‬ٙ‫ذ ٌٗ ثباٌؾ‬ٙ‫ أؽ‬.‫ذ‬ٙ‫اعزؾ‬

ُ‫ ص‬،ٗ‫ أِش ٔفغ‬ٛ٘ .‫ىٓ ِٓ األِشاء‬٠ ٌُٚ ،‫ذ‬١ٌٌٛ‫اء خبٌذ ثٓ ا‬ٌٍٛ‫ ص ُ أخز ا‬.ٌٗ ‫ا‬ٚ‫ فبعزغفش‬.‫ذا‬١ٙ‫لزً ؽ‬

ّٓ‫فه فؤٔقشٖ) ف‬ٛ١‫ف ِٓ ع‬١‫ُ أٗ ع‬ٌٍٙ‫ (ا‬:‫عٍُ افجؼٗ فمبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫سفغ سع‬

‫ذ‬٠‫ ؽش ؽذ‬ٝ‫ فٕفش إٌبط ف‬:‫أىُ) لبي‬ٛ‫ا اخ‬ٚ‫ا فؤِذ‬ٚ‫ (أفش‬:‫ صُ لبي‬.‫ف هللا‬١‫ خبٌذ ع‬ّٝ‫ِئز ع‬ٛ٠

.‫سوجٕب‬ٚ ‫ِؾبح‬

/’an abi> qata>dah al-ans}a>ri fa>risun rasu>l alla>hi s}alla alla>hu ‘alaihi wasallam qa>la:
ba’as|a rasu>l alla>hi s}alla alla>hu ‘alaihi wasallam jaisyun al-amara>u, faqa>la:
(‘alaikum zaid bin h}ar> is|ah fa inna us}i>bu zaid faja’far bin abi> t}a>libi, fainna us}i>bu
fa’abdu alla>ha bin rawa>h}ah al-ans}a>ri>) fawas|abu ja’far faqa>la: biabi> waummi> ya>
rasu>l alla>hi ma> kuntu arhabun an tasta’milu ‘ala> zaidan. Qa>la: (amad}a fainnaka la>
tadra> ai z|a>lika khirun) fant}alaqu> falabis|u> ma>sya> alla>hu. S|umma inna rasu>l alla>hi
s}alla alla>hi ‘alaihi wasallam s}a’ada al-manabiru wa amru an yuna>da> bis}s}ala>ti
ja>mi’ati, faqa>la rasu>l alla>hi s}alla alla>hi ‘alaihi wasallam: (na>ba khairan au ba>ta
khairan au s|a>ba khairan). Syakkun ‘abdu al-rah}ma>ni alla> akhbarakum ‘an
jaisyakum ha>z|a> al-ga>za>? Innahum int}alaqu> falaqu> al-‘aduwwu, fa as}i>bu zaidun
syahi>dan. Fastagfiru> lahu al-na>su. S|umma akhaz|a al-lawa>u ja’far bin abi> t}a>libi,
fasyadda ‘ala> al-qaumi h}atta istisyhadu. Asyhadu lahu bi al-syaha>dati fastagfiru>
lahu. S|umma akhaz|a al-lawa>u ‘abdu alla>hi ibnu rawa>h}ah, faas|bata qadi>mihi h}atta
qatala syahi>dan. Fastagfiru> lahu. S|umma akhaz|a allawa>u khalid bin al-wali>di, wa
lam yakun min al-amra>i. Huwa amarra nafsahu, s|umma rafa’a rasu>l alla>hi s}alla
alla>hu ‘alaihi wasallam is}ba’ahu faqa>la: (alla>humma innahu saifun min sayyuafiki
faans}a>ruhu) faman yaumaiz|in samma> khalid saifun alla>hi. S|umma qa>la: (infiru>
famaddu> ikhwa>nukum) qa>la: fanafara al-na>su fi> h}arrin syadi>din masya>tin wa
rakiba>nan/ “Dari abu qatadah al-anshari, yaitu salah satu prajurit berkuda pasukan
rasulullah s.a.w., ia berkata, Ketika rasulullah s.a.w. memberangkatkan para
perwira, beliau bersabda, “ kalian akan dipimpin oleh zaid ibn zaid ibn haristsah.
Jika zaid gugur maka kalian akan dipimpin oleh ja‟far ibn Abi Thalib. Dan jika
ja‟far gugur maka abdullah ibn rawahah al-anshari akan menjadi penggantinya.”
Tiba-tiba majulah ja‟far seraya berkata,”demi ayah dan ibuku, wahai rasulullah,
aku tidak takut apabila engkau mengutamakan zaid dari pada diriku.” Beliau
bersabda,”lakukanlah, karena kau belum tahu manakah yang lebih baik.‟‟ Mereka

19

Universitas Sumatera Utara


pun semuanya berangkat dan pasti akan menemukan apa yang dihendaki Allah.
Kemudian rasulullah s.a.w. naik ke mimbar dan memerintahkan agar shalat
berjamaah segera dilaksanakan, kemudian rasulullah s.a.w. bersabda, “kebaikan
telah diturunkan/kebaikan telah datang kebaikan telah dihimpun.” (perawi hadis
ini, abdurrahman, ragu kalimat mana dalam sabda rasulullah di atas yang
diucapkan rasulullah s.a.w.). Rasulullah melanjutkan sabda beliau,”bukanlah aku
telah memberi tahu kepada kalian tentang si ja‟far ini?” Mereka pun berangkat
lalu bertemu musuh, kemudian gugurlah zaid sebagai syahid, lantas ,mereka pun
mendoakan supaya diampuni dosanya, begitu juga orang-orang lain turut
mendoakanya. Kemudian diambillah benderanya oleh ja‟far ibn rawahah,
abdullah pun memantapkan langkahnya sampai akhirnya gugur dalam keadaan
syahid. Maka doakanlah dia agar diampuni dosanya. Kemudian benderanya di
pegang oleh khalid ibn walid, padahal dia tidak pernah di tunjuk untuk memimpin
pasukan. Dia dialah yang mengangkat dirinya sendiri menjadi panglima . lalu
rasulullah s.a.w. mengangkat jarinya seraya bersabda.”berangkatlah kalian (untuk
bertempur) dan bantulah sudara-saudara kalian.” Abu qatadah mengatakan,”pada
saat itu, pasukan muslim berangkat di siang hari yang amat panas dengan berjalan
kaki dan dengan berkendaraan.”

‫ت‬١‫ذ ثٓ ؽبسصخ فبْ أف‬٠‫ىُ ص‬١ٍ‫ (ػ‬:‫ فمبي‬،‫ؼ األِشأ‬١‫عٍُ ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ ثؼش سع‬.١
‫صت عؼفش‬ٛ‫) ف‬ٜ‫اؽخ األٔقبس‬ٚ‫ت فؼجذ هللا ثٓ س‬١‫ فؤْ أف‬،‫ هبٌت‬ٝ‫ذ فغؼفش ثٓ أث‬٠‫ص‬
/ba’as|a rasu>l alla>hi s}alla alla>hu ‘alaihi wasallam jaisyun al-amara>u, faqa>la:
(‘alaikum zaid bin h}ar> is|ah fa inna us}i>bu zaid faja’far bin abi> t}a>libi, fainna us}i>bu
fa’abdu alla>ha bin rawa>h}ah al-ans}a>ri>) fawas|abu ja’far/ ‚ Ketika rasulullah s.a.w.
memberangkatkan para perwira, beliau bersabda, “ kalian akan dipimpin oleh zaid
ibn zaid ibn haristsah. Jika zaid gugur maka kalian akan dipimpin oleh ja‟far ibn
Abi Thalib. Dan jika ja‟far gugur maka abdullah ibn rawahah al-anshari akan
menjadi penggantinya.”

Dalam potongan khutbah di atas, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


deklaratif, yaitu deklrasi yang disampaikan oleh Rasulullah kepada pasukan
perang mu‟tah bahwasannya ja‟far akan diangkat sebagai panglima perang apabila
zaid gugur dalam peperangan, ilokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang
memberi informasi kepada mitra tuturnya tentang pergantian pemimpin perang
dalam perang mu‟tah.

ُ‫أى‬ٛ‫ا اخ‬ٚ‫ا فؤِذ‬ٚ‫ أفش‬.٢

/infiru> famaddu> ikhwa>nukum/ ‚berangkatlah kalian (untuk bertempur) dan


bantulah sudara-saudara kalian.”

20

Universitas Sumatera Utara


Dalam potongan khutbah di atas, terdapat tindak tutur ilokusi berupa: direktif,
yaitu perintah Nabi kepada kaum muslimin untuk berangkat dan membantu
saudara-saudara mereka dalam peperangan. Tindak tutur ini berfungsi kolaboratif
(kerja sama) yaitu tuturan yang ditujukan untuk mengumumkan informasi kepada
mitra tuturnya tentang seruan berangkat dan bertempur dalam medan peperangan.
Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad, tuturan berbentuk
teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

3. Khutbah Rasulullah Saw. ketika memasuki mekkah pada tahun


penakulukan mekkah.

ٝ‫عٍُ ِىخ ػبَ اٌفزؼ لبَ ف‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ ٌّب دخً سع‬:‫ لبي‬ٚ‫ػٓ ػجذ هللا ثٓ ػّش‬

‫ضدٖ اال‬٠ ٌُ َ‫خ فبْ اإلعال‬١ٍ٘‫ اٌغب‬ٝ‫ب إٌبط أٗ ِب وبْ ِٓ ؽٍف ف‬ٙ٠‫ب أ‬٠( :‫جب فمبي‬١‫إٌبط خط‬

ُٙ١ٍ‫ش ػ‬١‫غ‬٠ ،ُ٘‫ رزىبفؤ دِبإ‬،ُ٘‫ا‬ٛ‫ ِٓ ع‬ٍٝ‫ذ ػ‬٠ ٍّْٛ‫اٌّغ‬ٚ ،َ‫ اإلعال‬ٝ‫ال ؽٍف ف‬ٚ ،‫ؽذ‬

‫خ اٌىبفش‬٠‫ د‬.‫مزً ِئِٓ ثىبفش‬٠ ‫ ال‬،ُ٘‫ لؼذ‬ٍٝ‫بُ٘ ػ‬٠‫ رشد عشا‬،ُ٘‫ُ ألقب‬ٙ١ٍ‫شد ػ‬٠ٚ ،ُ٘‫أدٔب‬

‫ال‬ٚ( :ٖ‫ ثؼذ‬ٜٚ‫ش‬٠ٚ )ُ٘‫بس‬٠‫ د‬ٝ‫ُ اال ف‬ٙ‫ال رئخز فذلبر‬ٚ ،‫ال عٕت‬ٚ ‫ ال عٍت‬،ٍُ‫خ اٌّغ‬٠‫ٔقف د‬

)‫ال ٘غشح ثؼذ اٌفزؼ‬ٚ َ‫ اإلعال‬ٝ‫ؽغبس ف‬

/’an ‘abdi alla>hi bin ‘umaru> qa>la: lamma> dakhala rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi
wa sallam makkatun ‘ammu al-fath}i qa>ma fi al-na>si khati>ban faqa>la: (ya> ayyuha>
al-na>su innahu ma> ka>na min h}alafin fi al-ja>hiliyyati fa inna al-isla>ma lam yazidhu
illa> syad, wa la> h}alafin fi al-isla>mi, wa al-muslimu>na yadun ‘ala> min sawahim,
tataka>faa da>uhum, yaji>ru ‘alaihim adna>hum, wa yaruddu ‘alaihim aqs}a>hum,
tarddu sara>yahum ‘ala> qa’adahum, la> yaqtulu mu`minun bika>firin. Diyatu al-
ka>firi nis}fuhu diyatu al-muslimi, la> jalaba wa la> janiba, wa la> tuakhiz| s}adaqa>tihim
illa> fi > diya>rihim( wa yura> ba’dahu: (wa la> syaga>ru fi> al-isla>mi wa la> hijratu ba’da
al-fath}hu)/ “Dari abdullah ibn amr, ia berkata,Tatkala rasulullah s.a.w. masuk
mekkah pada tahun dibebaskannya mekkah, beliau berdiri untuk berkhutbah di
depan masyarakat,dan kemudian bersabda,”wahai kalian manusia, sesungguhnya
semua sumpah yang pernah dibuat pada masa jahiliyah, tidak akan diubah oleh
islam melainkan justru akan semakin dikukuhkan. Meskipun tidak ada sumpah
dalam islam, karena kaum muslimin harus selalu menolong sesama muslim

21

Universitas Sumatera Utara


lainya. Mereka selalu saling melindungi darah mereka satu sama lain, melindungi
yang di bawah, membela yang di atas, dan tawanan mereka selalu dikembalikan
kepada keluarganya yang tidak ikut perang. Orang mukmin tidak boleh
membunuh orang kafir (karena kekafirannya ). Diyat yang harus dibayarkan oleh
seorang kafir adalah separuh dari diyat yang harus dibayarkan oleh seorang
muslim. Tidak diwajibkan zakat dari ternak yang belim menghasilkan susu dan
tidak pula diwajibkan zakat dari ternak yang tidak dibiarkan liar, dan zakat pun
tidak boleh diambil kecuali di wilayah mereka sendiri.” Dan setelah hadis
tersebut, diriwayatkan pula kelanjutannya yang berbunyi,”di dalam islam, tidak
boleh ada pernikahan yang dilakukan tanpa maskawin, dan tidak akan ada hijrah
lagi setelah mekkah ditaklukkan.”

‫ضدٖ اال ؽذ‬٠ ٌُ َ‫خ فبْ اإلعال‬١ٍ٘‫ اٌغب‬ٝ‫ب إٌبط أٗ ِب وبْ ِٓ ؽٍف ف‬ٙ٠‫ب أ‬٠ .١
/ya> ayyuha> al-na>su innahu ma> ka>na min h}alafin fi al-ja>hiliyyati fa inna al-isla>ma
lam yazidhu illa> syad/ ‚Wahai kalian manusia, sesungguhnya semua sumpah yang
pernah dibuat pada masa jahiliyah, tidak akan diubah oleh islam melainkan justru
akan semakin dikukuhkan.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


Asertif, yaitu pernyataan yang disampaikan Rasulullah kepada umatnya
bahwasannya semua sumpah yang dibuat pada masa jahiliyah tidak diubah oleh
islam melainkan justru akan semakin dikukuhkan. ilokusi ini berfungsi kolaboratif
(kerja sama) yang mengumumkan informasi kepada mitra tutrnya tentang sumpah
yang dibuat pada masa jahiliyah. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

‫ال ٘غشح ثؼذ اٌفزؼ‬ٚ َ‫ اإلعال‬ٝ‫ال ؽغبس ف‬ٚ .٢

/ wa la> syaga>ru fi> al-isla>mi wa la> hijratu ba’da al-fath}hu)/ ‚di dalam islam, tidak
boleh ada pernikahan yang dilakukan tanpa maskawin, dan tidak akan ada hijrah
lagi setelah mekkah ditaklukkan.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


Asertif, yaitu pernyataan yang disampaiakn Nabi kepada umatnya bahwa di dalam
Islam tidak boleh ada pernikahan tanpa maskawin dan tidak ada hijrah setelah
Mekah ditaklukan. Tindak tutur ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang

22

Universitas Sumatera Utara


‫‪mengumumkan larangan dalam pernikahan. Dalam hal ini yang menjadi penutur‬‬
‫‪adalah nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa‬‬
‫‪hadits Nabi.‬‬

‫‪4. Khutbah Rasulullah Saw. pada perang hunain‬‬

‫ػٓ ػّش‪ ٚ‬ثٓ ؽؼ‪١‬ت ػٓ أث‪ ٗ١‬ػٓ عذٖ لبي‪ :‬ؽ‪ٙ‬ذد سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ‪ َٛ٠‬ؽٕ‪،ٓ١‬‬

‫‪ٚ‬عؤرٗ ‪ٚ‬ف‪ٛ‬د ٘‪ٛ‬اصْ‪ ،‬فمبي‪٠ :‬ب ِؾّذ‪ ،‬أب أفً ‪ٚ‬ػؾ‪١‬شح‪ ،‬فّٓ ػٍ‪ٕ١‬ب ِٓ هللا ػٍ‪١‬ه‪ ،‬فبٔٗ لذ ٔضي‬

‫ثٕب ِٓ اٌجالء ِب ال ‪٠‬خف‪ ٝ‬ػٍ‪١‬ه‪ .‬فمبي‪( :‬اخزبس‪ٚ‬ا ث‪ٔ ٓ١‬غبئىُ ‪ٚ‬أِ‪ٛ‬اٌىُ ‪ٚ‬أثٕبئىُ) لبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬خ‪١‬شرٕب‬

‫ث‪ ٓ١‬أؽغبثٕب ‪ٚ‬أِ‪ٛ‬إٌب‪ٔ ،‬خزبس أثٕبءٔب‪ ،‬فمبي‪( :‬أِب ِب وبْ ٌ‪ٌٚ ٝ‬جٕ‪ ٝ‬ػجذ اٌّطٍت ف‪ٌ ٛٙ‬ىُ) ‪ٚ‬لبي‬

‫اٌّ‪ٙ‬بعش‪ِ :ْٚ‬ب وبْ ٌٕب ف‪ٌ ٛٙ‬شع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ‪ٚ‬لبي األٔقبس ِضً رٌه‪ٚ .‬لبي‬

‫ػ‪ٕ١‬خ ثٓ ثذس‪ :‬أِب ِب وبْ ٌ‪ٌٚ ٝ‬جٕ‪ ٝ‬فضاسح فال‪ٚ .‬لبي األلشاع ثٓ عبثظ‪ :‬أِب أٔب ‪ٚ‬ثٕ‪ ٛ‬رّ‪ ُ١‬فالص‪،‬‬

‫‪ٚ‬لبي ػجبط ثٓ ِشادط‪ :‬أِب أٔب ‪ٚ‬ثٕ‪ ٛ‬عٍ‪ ُ١‬فال‪ ،‬فمبٌذ ٌؾ‪١‬بْ‪ :‬وزثذ ثً ٘‪ٌ ٛ‬شع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ٝ‬‬

‫هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ فمبي سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط سد‪ٚ‬ا ػٍ‪ٔ ُٙ١‬غبءُ٘‬

‫‪ٚ‬أثٕبءُ٘‪ ،‬فّٓ رّغه ثؾئ ِٓ اٌفئ فٍٗ ػٍ‪ٕ١‬ب عذ فشائل ِٓ أ‪ٚ‬ي ؽئ ‪٠‬ف‪١‬ئٗ هللا ػٍ‪ٕ١‬ب) صُ‬

‫سوت ساؽٍزٗ‪ٚ ،‬رؼٍك ثٗ إٌبط ‪٠‬م‪ :ٌْٛٛ‬لغُ ػٍ‪ٕ١‬ب ف‪١‬ئٕب ث‪ٕٕ١‬ب‪ ،‬ؽز‪ ٝ‬اٌغئ‪ ٖٛ‬اٌ‪ ٝ‬عّشح فخطفذ‬

‫سداءٖ‪ ،‬فمبي‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط سد‪ٚ‬ا ػٍ‪ ٝ‬سدائ‪ ٝ‬ف‪ ٛ‬هللا ٌ‪ ٛ‬وبْ ٌىُ ثؼذد ؽغش ر‪ٙ‬بِخ ٔؼُ ٌمغّزٗ‬

‫فٍٗ ػٍ‪ٕ١‬ب عذ فشائل ِٓ أ‪ٚ‬ي ؽئ ‪٠‬ف‪١‬ئٗ هللا ػٍ‪ٕ١‬ب) صُ سوت ساؽٍزٗ‪ٚ ،‬رؼٍك ثٗ إٌبط ‪٠‬م‪:ٌْٛٛ‬‬

‫لغُ ػٍ‪ٕ١‬ب ف‪١‬ئٕب ث‪ٕٕ١‬ب‪ ،‬ؽز‪ ٝ‬اٌغئ‪ ٖٛ‬اٌ‪ ٝ‬عّشح فخطفذ سداءٖ‪ ،‬فمبي‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط سد‪ٚ‬ا ػٍ‪ٝ‬‬

‫سدائ‪ ٝ‬ف‪ ٛ‬هللا ٌ‪ ٛ‬وبْ ٌىُ ثؼذد ؽغش ر‪ٙ‬بِخ ٔؼُ ٌمغّزٗ ث‪ٕ١‬ىُ‪ ،‬صُ ال رٍم‪ ٝٔٛ‬ثخ‪١‬ال ‪ٚ‬ال عجبٔب ‪ٚ‬ال‬

‫وز‪ٚ‬ثب) صُ دٔب ِٓ ثؼ‪١‬شٖ فؤخز ‪ٚ‬ثشح ِٓ عٕبِٗ فغؼٍ‪ٙ‬ب ث‪ ٓ١‬أفبثؼ‪ٙ‬ب اٌغجبثخ ‪ٚ‬اٌ‪ٛ‬عط‪ ٝ‬صُ سفؼ‪ٙ‬ب‬

‫فمبي‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط ٌ‪١‬ظ ٌ‪٘ ِٓ ٝ‬زا اٌفئ‪-‬ف‪٘ ٝ‬ئالء‪-‬اال خّظ‪ٚ .‬اٌخّظ ِشد‪ٚ‬د ػٍ‪١‬ىُ ‪.‬‬

‫فشد‪ٚ‬ا اٌخ‪١‬و ‪ٚ‬اٌّخ‪١‬و‪ ،‬فبْ اٌغٍ‪ٛ‬ي ‪٠‬ى‪ ْٛ‬ػٍ‪ ٝ‬أٍ٘ٗ ‪ َٛ٠‬اٌم‪١‬بِخ‪ .‬ػبسا ‪ٔٚ‬بسا ‪ٚ‬ؽٕبسا فمبَ سعً‬

‫‪23‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


ٌٝ ْ‫ (أِب ِب وب‬:‫ لبي‬،‫ دثش‬ٌٝ ‫ش‬١‫ب ثشرػخ ثؼ‬ٙ‫ أخزد ٘زٖ أفٍؼ ث‬ٝٔ‫ ا‬:‫ فمبي‬،‫ِؼٗ وجخ ِٓ ؽؼش‬

.‫ب‬ٙ‫ ث‬ٌٝ ‫ فال أسة‬،ٜ‫ا هللا أِب ارا ثٍغذ ِب اس‬ٛ‫ب سع‬٠ :ً‫ فمبي اٌشع‬،‫ ٌه‬ٛٙ‫ ػجذ اٌّطٍت ف‬ٕٝ‫ٌج‬ٚ

.)ٖ‫ء ٘ئالء ٘ز‬ٟ‫ ِٓ ٘زا اٌف‬ٌٝ ‫ظ‬١ٌ( :ً‫ األف‬ٝ‫ ٘ىزا وبٔذ ف‬.‫ٔجز٘ب‬ٚ

/’an ‘amru> ibnu syu’aibu ‘an abi<hi ‘an jaddihi qa>la: syahitu rasul alla<hi s}alla
alla>hu ‘alaih wa sallam yaumun h}unainin, waja>athu wafu>du hawa>zinun, faqa>la: ya>
Muh}ammad, inna> as}ala wa’asyi>ratun, famunna ‘alaina> manna alla>hu ‘alaika,
fainnahu qad nazala bina> wa al-bala>i ma> la> yakhfa> ‘alaika. Faqa>la: (amma> ma>
ka>na li> walabani> ‘abdu al-mut}alib fahuwa lakum) wa qa>la al-muha>jiru>na: ma> ka>na
lana> fahuwa lirasu>li alla>hi s}alla allahu>hu ‘alaihi wa sallam waqa>la al-ans}a>ru mis|lu
z|a>lik. Waqa>la ‘ainatu bin badri: amma> ma> ka>na li>walibani faza>ratun fala>. Waqa>la
al-aqra’u bin h}abis: amma> ana> wabanu> tami>mun fala>, waqa>la ‘abba<sun bin
marda>s: amma> ana> wabanu> Sualim fala>, faqa>lat lah}yan: kaz|ibta bal huwa lirasu>li
alla>hi s}alla alla>hu ‘alaihi wa sallam faqa>la rasulu alla>hi s}alla alla>hu ‘alaihi wa
sallam: (ya> ayyuha al-na>su raddu> ‘alaihim nisa>uhum wa abna>uhum, faman
tamsiku bisyai`in min al-fai falahu ‘alaina> sittun fara>id} min awwali syai`in
yafi>ahu alla>hu ‘alaina>) s|umma rakiba ra>h}latuhu, wata’allaqu bihi al-na>si
yaqu>lu>na: qasamun ‘alaina> fi>anan bainana>, h}atta al-ja`u>hu ila> samaratin
fakhat}afta rad>uhu, faqa>la: ( ya> ayyuha> al-na>su raddu> ‘ala> raddi> fawalla<hu lau ka>na
lakum bi’adadin syajarin taha>matun ni’ma laqasamtahu bainakum, s|umma la>
talqu>ni> bakhi>lan wa la> jaba>nan wa la> kaz|u>ban) s|umma duna> min ba’i>rihi faakhaz|a
wabaratun min sana>mihi faja’alaha> baina as}a>bi’uhu al-saba>batu wa al-wust}a>
s|umma rafa’aha> faqa>la: (ya> ayyuha> al-na>su laisa li min ha>z|a al-fa>i- fi ha>ula>i- illa
al-khamisi. Wa al-khamisu mardu>du ‘alaikum faraddu> al-khait}u wa al-muh}i>t}u,
fainna al-galu>lu yaku>nu ‘ala> ahlihi yaumi al-qiya>mati. ‘a>ran wa na>ran
wasyina>ran) faqa>ma rajulun ma’ahu kabbatun min syi’rin, faqa>la: inni> akhaz|tu
ha>z|ihi as}luhu biha> barz|a’ati bi’airi li> dabbiri, qa>la: ( amma> ma> ka>na li> walibani>
‘abdu al-mut}alib fahuwa laka) faqa>la al-rajulu: ya> rasu>lu alla>hi amma> iz| balagta
ma> ara>, fala> arba li> biha>. Wa nabaz|aha>. Ha>kaz|a> ka>nat fi> al-as}li: (laisa li> min ha>z|a
al-fa>i ha>ula>i ha>z|ihi)/ “Dari amr ibn syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya, ia
berkata, Aku menyaksikan rasulullah s.a.w. ketika perang hunain, lalu datanglah
beberapa orang utusan hawazin untuk menghadapi beliau. Para utusan itu berkata,
“ wahai muhammad, sesungguhnya kami adalah utusan yang dikirim atas nama
pribadi keluarga, maka bantylah kami dan semoga Allah membantumu! Karena
kami telah terkena bencana yang telah kau ketahui.” Rasulullah s.a.w. menjawab
“pilihlah salah satu di antara tiga : istri-istri kalian, harta kalian, atau anak anak
kalian ?” Para utusan itu lalu menjawab,”jika engkau menyuruh kami untuk
memilih antara kemuliaan leluhur kami dengan harta kami maka kami akan
memiliki anak-anak kami,” Maka rasulullah s.a.w. bersabda,”apa yang telah
menjadi miliku dan milik abdul muththalib adalah juga menjadi milik kalian
semua.” Maka orang-orang muhajirin pun berkata bahwa semua yang telah milik
mereka adalah juga milikmu rasulullah s.a.w. dan golongan anshar pun

24

Universitas Sumatera Utara


mengatakan hal yang sama. Uyainah ibn badr lalu berkata,”tetapi,apa yang telah
menjadi milikku dan milik bani fazarah bukanlah milik rasulullah.” Lalu aqra ibn
habis berkata,”begitu pula apa yang menjadi milikku dan bani tamim adalah
bukan milikkmu!” Dan abbas ibn mardas lalu berkata,”begitu pula diriku dan bani
sulaim, juga tidak (menganggap milik kami sebagai milikmu),” Maka berkata
lahyan,”dustalah kau! Karena itu semua adalah milik rasulullah s.a.w.!” Maka
rasulullah s.a.w. pun bersabda,”wahai sekalian manusia! Kembalikanlah istri-istri
dan anak-anak mereka itu kepada mereka. Barang siapa ingin mengembaliharta
rampasan perang mereka baginya enam bagian saja,(seperti yang telah di
tetapkan)sejak pertama kali di syariatkannya aturan pembagian ghanimah oleh
Allah atas kita.” Setelah berkata begitu, rasulullah s.a.w. lalu menaiki
kendarannya, sementara orang-orang membututinya sambil terus berkata kepada
beliau,”bagikanlah rampasan perang ini kepada kami!” Sampai akhirnya orang-
orang itu mendorong tubuh rasulullah s.a.w. ke sebuah pohon dan kemudian
diambillah seelendang beliau. Maka beliau bersabda ,”hai orang-orang,
kembalikan selendangku! Demi Allah,seandainya kalian memiliki hak sebanyak
pepohoan yang ada di tihamah, pastilah aku bagikan itu kepada kalian, sehingga
kalian tidak menuduhku sebagai orang yang bakhil, pengecut,dan pembohong.”
Setelah berkata begitu, rasulullah s.a.w. mendekat dengan untanya lalu mencabut
sehelai bulu punduk unta itu dan kemudian meletakkannya di tengah-tengah
antara jari telunjuk dan jari tengah. Rasulullah s.a.w. lalu mengangkat bulu itu
seraya bersabda,”hai orang-orang, bagiku tidak mempunyai hak terhadap
ghanimah ini dalam kaitannya dengan mereka itu-kecuali seperlima. Sedangkan
yang seperlima lagi pasti akan dikembalikan kepada kalian, maka kembalikanlah
setiap lembar benang dan barang jahitan, karena sesungguhnya sebuah yang
tercela,terbakar, dan penuh aib.” Maka seseorang pun sontak berdiri dengan
membawa segulung kulit binatang sambil berkata,”sesungguhnya diriku
menggambil segulung kulit ini adalah sekedar untuk memperbaiki alas pelana
utaku yang bagian bawah.” Maka rasulullah s.a.w. lalu bersabda,‟‟apa saja yang
suda menjadi milikku dan milik abdul muththalib adalah untukmu.” Orang itu
berkata,”wahai rasulullah, seandainya engkau telah menyampaikan keterangan
tentang apa yang aku lihat, pastilah aku tidak akan mengambilnya.” Lantas orang
itu mencampakkan gulungan kulit yang dipegangnya. Demikianlah, meskipun
lafal aslinya berbunyi,”diriku tidak mempunyai wewenang terhadap harta
ghanimah ini (untuk dibagikan kepada ) mereka ini.”

‫ٕب عذ‬١ٍ‫ فّٓ رّغه ثؾئ ِٓ اٌفئ فٍٗ ػ‬،ُ٘‫أثٕبء‬ٚ ُ٘‫ُ ٔغبء‬ٙ١ٍ‫ا ػ‬ٚ‫ب إٌبط سد‬ٙ٠‫ب أ‬٠ .١
‫ٕب‬١ٍ‫ئٗ هللا ػ‬١‫ف‬٠ ‫ي ؽئ‬ٚ‫فشائل ِٓ أ‬
/ya> ayyuha al-na>su raddu> ‘alaihim nisa>uhum wa abna>uhum, faman tamsiku
bisyai`in min al-fai falahu ‘alaina> sittun fara>id} min awwali syai`in yafi>ahu alla>hu
‘alaina>/ ‚wahai sekalian manusia! Kembalikanlah istri-istri dan anak-anak mereka
itu kepada mereka. Barang siapa ingin mengembaliharta rampasan perang mereka
baginya enam bagian saja,(seperti yang telah di tetapkan)sejak pertama kali di
syariatkannya aturan pembagian ghanimah oleh Allah atas kita.”

25

Universitas Sumatera Utara


Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:
Direktif, yaitu perintah yang disampaikan Rasulullah kepada umatnya bahwa istri-
istri dan anak-anak tawanan perang dikembalikan kepada mereka dan
memerintahkan untuk mengambil 6 bagian saja dari harta rampasan perang.
Ikokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang memberi informasi kepada
mitra tuturnya tentang ketetapan pembagian harta rampasan perang.

ٗ‫بِخ ٔؼُ ٌمغّز‬ٙ‫ وبْ ٌىُ ثؼذد ؽغش ر‬ٌٛ ‫ هللا‬ٛ‫ ف‬ٝ‫ سدائ‬ٍٝ‫ا ػ‬ٚ‫ب إٌبط سد‬ٙ٠‫ب أ‬٠.٢

‫ثب‬ٚ‫ال وز‬ٚ ‫ال عجبٔب‬ٚ ‫ال‬١‫ ثخ‬ٝٔٛ‫ صُ ال رٍم‬،ُ‫ٕى‬١‫ث‬

/ya> ayyuha> al-na>su raddu> ‘ala> raddi> fawalla<hu lau ka>na lakum bi’adadin syajarin
taha>matun ni’ma laqasamtahu bainakum, s|umma la> talqu>ni> bakhi>lan wa la>
jaba>nan wa la> kaz|u>ban/ ‚hai orang-orang, kembalikan selendangku! Demi
Allah,seandainya kalian memiliki hak sebanyak pepohoan yang ada di tihamah,
pastilah aku bagikan itu kepada kalian, sehingga kalian tidak menuduhku sebagai
orang yang bakhil,pengecut,dan pembohong.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


Direktif, yaitu permintaan Rasulullah kepada orang-orang yang mengambil
selendangnya untuk dikembalikan karena itu bukanlah hak mereka. Ilokusi ini
berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang menyatakan bahwa selendang itu
bukanlah hak orang tersebut. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

. ُ‫ى‬١ٍ‫د ػ‬ٚ‫اٌخّظ ِشد‬ٚ .‫اال خّظ‬-‫ ٘ئالء‬ٝ‫ف‬-‫ ِٓ ٘زا اٌفئ‬ٌٝ ‫ظ‬١ٌ ‫ب إٌبط‬ٙ٠‫ب أ‬٠ .٣
‫ؽٕبسا‬ٚ ‫ٔبسا‬ٚ ‫ ػبسا‬.‫بِخ‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ٍٗ٘‫ أ‬ٍٝ‫ْ ػ‬ٛ‫ى‬٠ ‫ي‬ٍٛ‫ فبْ اٌغ‬،‫و‬١‫اٌّخ‬ٚ ‫و‬١‫ا اٌخ‬ٚ‫فشد‬

/ya> ayyuha> al-na>su laisa li min ha>z|a al-fa>i- fi ha>ula>i- illa al-khamisi. Wa al-
khamisu mardu>du ‘alaikum faraddu> al-khait}u wa al-muh}i>t}u, fainna al-galu>lu
yaku>nu ‘ala> ahlihi yaumi al-qiya>mati ‘a>ran wa na>ran wasyina>ran/" hai orang-
orang, bagiku tidak mempunyai hak terhadap ghanimah ini dalam kaitannya
dengan mereka itu kecuali seperlima. Sedangkan yang seperlima lagi pasti akan

26

Universitas Sumatera Utara


dikembalikan kepada kalian, maka kembalikanlah setiap lembar benang dan
barang jahitan, karena sesungguhnya sebuah yang tercela,terbakar, dan penuh
aib.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


Direktif, yaitu perintah Rasulullah untuk mengembalikan ghanimah yang bukan
menjadi hak kita kecuali seperlima dari itu. Ilokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja
sama) yang mengumumkan bagian dari ghanimah yang didapat agar terhindar dari
perbuatan tercela, terbakar, dan penuh aib. Dalam hal ini yang menjadi penutur
adalah Nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa
hadits Nabi.

5. Khutbah Rasulullah Saw. ketika menaklukan hunain yang berisi larangan


untuk menggunakan harta rampasan perang sebelum dilakukan pembagian

َ‫ فمب‬،‫ٕب‬١ٕ‫ٓ افززؼ ؽ‬١‫عٍُ ؽ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٟ‫ وٕذ ِغ إٌج‬:‫ لبي‬ٜ‫فغ ثٓ صبثذ األٔقبس‬٠ٚ‫ػٓ س‬

ْ‫ال ا‬ٚ ٖ‫ش‬١‫ ِبءٖ صسع غ‬ٝ‫غم‬٠ ْ‫خش أ‬٢‫َ ا‬ٛ١ٌ‫ا‬ٚ ‫ئِٓ ثبهللا‬٠ ،‫ء‬ٜ‫ؾً الِش‬٠ ‫ (ال‬:‫جب فمبي‬١‫ٕب خط‬١‫ف‬

‫شوت‬٠ ‫ال‬ٚ ،ٗ١‫ ارا أخٍمٗ سدٖ ف‬ٝ‫ٓ ؽز‬١ٍّ‫ء اٌّغ‬ٝ‫ثب ِٓ ف‬ٛ‫ٍجظ ص‬٠ ْ‫ال ا‬ٚ ،ُ‫مغ‬٠ ٝ‫زبع ِغّٕب ؽز‬٠

.)ٗ١‫ب سد٘ب ف‬ٙ‫ ارا أػغف‬ٝ‫ٓ ؽز‬١ٍّ‫ء اٌّغ‬ٝ‫داثخ ِٓ ف‬

/’an ruwaifi’ bin s|a>bit al-ans}a>ri qa>la: kuntu ma’a al-nabiyyu s}alla alla>hu ‘alaihi
wa sallam h}i>na iftatah}a h}unainan, faqa>ma fi>nan khat}i>ban faqa>la: (la> yah}illu la>
mara>i, yu`minu>na bi alla>hi wa al-yaumi al-a>khiri an yasqa> ma>uhu zara’a gairuhu
wa la> an yata>’u mugniman h}atta> yaqsimu, wa la> an yalbasu s|auban min fi>i al-
muslimi>na h}atta> iz|a> khalaqahu radduhu fi>hi, wa la> yarkabu da>bbatan min fi>i al-
muslimi>na h}atta> iz|a> a’jafaha> raddaha> fi>hi)/ “Dari ruwaif‟ ibn tsabit al-anshari, ia
berkata, Aku pernah bersama-sama dengan nabi s.a.w. pada saat penaklukan
hunain. Pada saat itu, rasulullah s.a.w. berkhutbah di tengah-tengah
kami,”tidaklah halal bagi sesorang yang bermain kepada Allah dan hari akhir
menyiramkan air tanaman orang lain. Tidak halal pula baginya membeli harta
ghanimah sebelum dilakukan pembagian. Tidak halal pula baginya memakai
pakaian ghanimah kaum muslimin (sebelum pembagian) sehingga apabila ia
mebuatnya robek, maka ia harus mengembalikannya (menggantinya). Dan tidak
halal pula bagi mereka menaiki kendaraan ghanimah kaum muslimin (sebelum
pembagian), sehingga apabila ia membuatnya kurus dan lemah, maka dia harus
mengembalikannya (menggantinya).”

27

Universitas Sumatera Utara


‫زبع‬٠ ْ‫ال ا‬ٚ ٖ‫ش‬١‫ ِبءٖ صسع غ‬ٝ‫غم‬٠ ْ‫خش أ‬٢‫َ ا‬ٛ١ٌ‫ا‬ٚ ‫ئِٓ ثبهللا‬٠ ،‫ء‬ٜ‫ؾً الِش‬٠ ‫ال‬
‫شوت داثخ‬٠ ‫ال‬ٚ ،ٗ١‫ ارا أخٍمٗ سدٖ ف‬ٝ‫ٓ ؽز‬١ٍّ‫ء اٌّغ‬ٝ‫ثب ِٓ ف‬ٛ‫ٍجظ ص‬٠ ْ‫ال ا‬ٚ ،ُ‫مغ‬٠ ٝ‫ِغّٕب ؽز‬
ٗ١‫ب سد٘ب ف‬ٙ‫ ارا أػغف‬ٝ‫ٓ ؽز‬١ٍّ‫ء اٌّغ‬ٝ‫ِٓ ف‬

/la> yah}illu la> mara>i, yu`minu>na bi alla>hi wa al-yaumi al-a>khiri an yasqa> ma>uhu
zara’a gairuhu wa la> an yata>’u mugniman h}atta> yaqsimu, wa la> an yalbasu s|auban
min fi>i al-muslimi>na h}atta> iz|a> khalaqahu radduhu fi>hi, wa la> yarkabu da>bbatan
min fi>i al-muslimi>na h}atta> iz|a> a’jafaha> raddaha> fi>hi/ ‚tidaklah halal bagi sesorang
yang bermain kepada Allah dan hari akhir menyiramkan air tanaman orang lain.
Tidak halal pula baginya membeli harta ghanimah sebelum dilakukan pembagian.
Tidak halal pula baginya memakai pakaian ghanimah kaum muslimin (sebelum
pembagian) sehingga apabila ia mebuatnya robek, maka ia harus
mengembalikannya (menggantinya). Dan tidak halal pula bagi mereka menaiki
kendaraan ghanimah kaum muslimin (sebelum pembagian), sehingga apabila ia
membuatnya kurus dan lemah, maka dia harus mengembalikannya
(menggantinya).”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi asertif


yaitu pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya berupa
pernyataan agar tidak menggunakan harta rampasan perang sebelum dilakukan
pembagian. Ikokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang memberi
informasi kepada mitra tuturnya tentang pernyataan Rasulullah terhadap harta
rampasan perang. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad,
tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

6. Khutbah Rasulullah Saw. yang meminta para sahabat agar membebaskan


tawanan dan menyerahkannya kepada hawazin.

ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫س ثٓ ِخشِخ أخجشاٖ أْ سع‬ٛ‫اٌّغ‬ٚ ْ‫ا‬ٚ‫ش أْ ِش‬١‫ح ثٓ اٌضث‬ٚ‫ػٓ ػش‬

ٌُٙ ‫ فمبي‬،ُٙ١‫عج‬ٚ ٌُٙ‫ا‬ِٛ‫ُ أ‬ٙ١ٌ‫شد ا‬٠ ْ‫ا أ‬ٌٛ‫ فغؤ‬،ٓ١ٍّ‫اصْ ِغ‬ٛ٘ ‫فذ‬ٚ ٖ‫ٓ عبء‬١‫عٍُ لبَ ؽ‬ٚ

ٜ‫ا اؽذ‬ٚ‫ فبخزبس‬،ٗ‫ أفذل‬ٌٝ‫ش ا‬٠‫أؽت اٌؾذ‬ٚ ،ْٚ‫ ِٓ رش‬ٝ‫ (ِؼ‬:ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫سع‬

28

Universitas Sumatera Utara


‫ هللا‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫وبْ أٔظشُ٘ سع‬ٚ )ُ‫ذ ثى‬١ٔ‫لذ وٕذ اعزؤ‬ٚ ،‫اِب اٌّبي‬ٚ ٝ‫ٓ اِب اٌغج‬١‫اٌطبئفز‬

ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ُ أْ سع‬ٌٙ ٓ١‫ فٍّب رج‬،‫ٓ فمً ِٓ اٌطبئف‬١‫ٍخ ؽ‬١ٌ ‫عٍُ ثنغ ػؾشح‬ٚ ٗ١ٍ‫ػ‬

‫ هللا‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ فمبَ سع‬،‫ٕب‬١‫ فبٔب ٔخزبس عج‬:‫ا‬ٌٛ‫ لب‬،ٓ١‫ اٌطبئفز‬ٜ‫ُ اال اؽذ‬ٙ١ٌ‫ش ساد ا‬١‫عٍُ غ‬ٚ

‫أىُ لذ‬ٛ‫ (أِب ثؼذ فبْ اخ‬:‫ أٍ٘ٗ صُ لبي‬ٛ٘ ‫عً ثّب‬ٚ ‫ هللا ػض‬ٍٝ‫ ػ‬ٕٝ‫ٓ فؤص‬١ٍّ‫ اٌّ غ‬ٝ‫عٍُ ف‬ٚ ٗ١ٍ‫ػ‬

ِٓٚ ،ً‫فؼ‬١ٍ‫ت رٌه ف‬١‫ط‬٠ ْ‫ فّٓ أؽت ِٕىُ أ‬،ُٙ١‫ُ عج‬ٙ١ٌ‫ أسد ا‬،‫ذ أ‬١‫ لذ سأث‬ٝٔ‫ا‬ٚ ،ٓ١‫ا رؤث‬ٚ‫عبء‬

)ً‫فؼ‬١ٍ‫ٕب ف‬١ٍ‫عً ػ‬ٚ ‫فئ هللا ػض‬٠ ‫ي ِب‬ٚ‫بٖ ِٓ أ‬٠‫ٗ ا‬١‫ ٔؼط‬ٝ‫ ؽظٗ ؽز‬ٍٝ‫ْ ػ‬ٛ‫ى‬٠ ْ‫أؽت ِٕىُ أ‬

ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ُ سع‬ٌٙ ‫عٍُ فمبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫جٕب رٌه ٌشع‬١‫ لذ ه‬:‫فمبي إٌبط‬

ُ‫ٕب ػشفبإو‬١ٌ‫شفغ ا‬٠ ٝ‫ا ؽز‬ٛ‫ فبسعؼ‬،ْ‫ؤر‬٠ ٌُ ِّٓ ‫ رٌه‬ٝ‫ ِٓ أرْ ِٕىُ ف‬ٜ‫ (أب ال ٔذس‬:ٍُ‫ع‬ٚ

ٖٚ‫عٍُ فؤخجش‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ سع‬ٌٝ‫ا ا‬ٛ‫ صُ سعؼ‬،ُ٘‫ُ ػشفبإ‬ٍّٙ‫أِشوُ) فغّغ إٌبط فى‬

.ْ‫اص‬ٛ٘ ٝ‫ ػٓ عج‬ٕٝ‫ ثٍغ‬ٜ‫ ٘زا اٌز‬.‫ا‬ٛٔ‫أر‬ٚ ‫ا‬ٛ‫ج‬١‫ُ لذ ه‬ٙٔ‫أ‬

anna rasulu alla>hi s}alla> alla>hi alaihi wa sallam qa>ma h}i>na ja>uhu wa fadda
hawa>zinun muslimi>na, fas`alu> anna yaruddu ilaihim amwa>luhum wasabbi>him,
faqa>la lahum rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallam: (ma’i> min taru>>ni, wa
ah}abba al-h}adi>s|u ilayya as}diquhu, fakhta>ru> ih}da> al-t}a>ifataini imma> al-sabba> wa
imma> al-ma>lu, wa qad kuntu asta`ni>ta bikum) wa ka>na anz}uruhum rasu>lu alla<hi
‘alaihi wa sallam bid}a’i ‘asyratin lailatin h}i>na qafala min al-t}a>if, falamma>
tabyyan lahum anna rasu>la alla>hi s}alla> ‘alaihi wa sallam fi> al-muslimi>na fa us|na>
‘ala> alla>hi ‘azza wa jalla bima> huwa ahluhu s|umma qa>la: (amma> ba’du fainna
ikhwa>nikum qad ja>u> ta>ibi>na, wainni> qad raaita an aradda ilaihim sabbi>him, fa
man ah}abba minkum an yat}i>ba z|a>lika falyaf’al, wa man ah}abba minkum an
yaku>na ‘ala> h}az}z}ihi h}atta> nu’t}i>hi iyya>hu min awwali ma> yafiu alla>hu ‘azza
wajalla ‘alaina> falyaf’al) faqa>la al-na>su: qad t}ayyibana> z|a>lika lirasu>li alla>hi s}alla>
alla>hu ‘alaihi wa sallam fa qa>la lahum rasu>lu alla>hi s}alla> ‘alaihi wa sallam : (inna>
la> nadra> min az|ana minkum fi> z|a>lika mimman lam ya`z|an, farji’u> h}atta> yarfa’u
ilaina> ‘arafa>ukum amrakum) fajama’a al-na>su fakallamahum ‘arafa>uhum, s|umma
raja’u> ila> rasu>li alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa salllam fa akhbaru>hu annahum qad
t}ayyibu> wa az|anu>. Ha>z|a> al-laz|i> balagna> ‘an sabba> hawa>zini/ “Dari urwah ibn
zubair, bahwa marwan dan masrur ibn makhramah memberitakan kepadanya
bahwasanya rasulullah s.a.w. berdiri pada saat kedatangan utusan dari hawazin
yang hendak masuk islam. Mereka memohon agar beliau berkenan
mengembalikan harta dan tawanan kepada mereka. Pada saat itu, rasulullah s.a.w.
bersabda kepada mereka,”aku adalah sama dengan pendapat kalian. Ucapan yang

29

Universitas Sumatera Utara


paling aku sukai adalah ucapan yang paling benar. Oleh sebab itu, piihan antara
dua:tawanan dan harta. Karena diriku sudah sangat bersikap lembut kepada
kalian.” Rasulullah s.a.w. lalu memberi tanggal waktu kepada utusan itu hingga
belasan malam sampai beliau kembali dari thaif. Dan tatkala sudah jelas menurut
mereka bahwasannya rasulullah s.a.w. tidak akan mengembailkan kepada mereka
kecuali hanya salah satu dari dua pilihan (yang telah beliau tawarkan), maka
mereka pun berkata, “kami memilih tawanan kami (untuk dibebaskan).” Maka
rasulullah s.a.w. pun berdiri untuk berkhutbah di hadapan kaum muslimin. Beliau
memuji Allah seperti yang biasanya beliau lakukan, dan kemudian bersabda,”
amma ba‟du. Sesungguhnya saudra-saudara kalian benar-benar telah datang untuk
bertobat, dan aku memutuskan untuk mengembalikan tawnan kepada mereka.
Maka barangsiapa di anatara kalian dengan sukarela bersedia melakukan hal itu
maka aku persilakan untuk melakukannya. Dan barangsiapa di antara kalian ingin
tetap mempertahankan bagiannya sesuai dengan keyika pertama kali aturan harta
rempasan perang disyarakannya oleh Allah s.w.t. kepada kita maka kupersilahkan
baginya (untuk berbuat itu).” Maka, kaum muslimin pun berkata,”kami tentu
menganggap tawaran rasulullah s.a.w. tadi adalah yang terbaik.” Kemudian
rasulullah s.a.w. bersabda kepada orang-orang hawazin,”sesungguhnya kami
belum tahu siapakah di antara kalian yang sudah mengizinkan hal itu dan siapa
yang belum. Maka pulanglah kalian sampai para pemimpin kalian melaporkan
persoalan kalian kepada kami.” Kemudian orang-orang itu berkumpul dan
membecirakannya dengan para pemimpin mereka, lalu mereka, lalu mereka
kembali lagi ke rasulullah s.a.w. lantas mereka menyampaikan kepada beliau
bahwa para pemimpin mereka telah menerima tawaran itu dengan baik dan
mengizinkannya. Inilah yang sampai kepadaku tentang berita seputar para
tawanan dan hawazin.”

‫اِب‬ٚ ٝ‫ٓ اِب اٌغج‬١‫ اٌطبئفز‬ٜ‫ا اؽذ‬ٚ‫ فبخزبس‬،ٗ‫ أفذل‬ٌٝ‫ش ا‬٠‫أؽت اٌؾذ‬ٚ ،ْٚ‫ ِٓ رش‬ٝ‫ ِؼ‬.١
ُ‫ذ ثى‬١ٔ‫لذ وٕذ اعزؤ‬ٚ ،‫اٌّبي‬
/ma’i> min taru>>ni, wa ah}abba al-h}adi>s|u ilayya as}diquhu, fakhta>ru> ih}da> al-t}a>ifataini
imma> al-sabba> wa imma> al-ma>lu, wa qad kuntu asta`ni>ta bikum/ ‚aku adalah
sama dengan pendapat kalian. Ucapan yang paling aku sukai adalah ucapan yang
paling benar. Oleh sebab itu, piihan antara dua:tawanan dan harta. Karena diriku
sudah sangat bersikap lembut kepada kalian.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


komisif yaitu tawaran yang disampaikan oleh Rasulullah kepada kaum muslimin
untuk membebaskan tawanan perang dan menyerahkan kepada Hawazin. Ilokusi
ini berfungsi konvivial (menyenangkan) yaitu Rasulullah menawarkan secara
lembut dan sopan kepada kaum muslimin mengenai tawanan perang Hawazin.
Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah nabi Muhammad, tuturan berbentuk
teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

30

Universitas Sumatera Utara


ُ‫ٕب ػشفبإوُ أِشو‬١ٌ‫شفغ ا‬٠ ٝ‫ا ؽز‬ٛ‫ فبسعؼ‬.٢

/farji’u> h}atta> yarfa’u ilaina> ‘arafa>ukum amrakum/ ‚Maka pulanglah kalian sampai
para pemimpin kalian melaporkan persoalan kalian kepada kami.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


Direktif, yaitu perintah Rasulullah kepada kaum Hawazin untuk pulang dan
melapor kepada pemimpin mereka. Ilokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama)
yang menyatakan tentang pernyataan tawaran Rasulullah. Dalam hal ini yang
menjadi penutur adalah Nabi Muhammad, tutran berbentuk teks pidato dalam
khutbah berupa hadits Nabi.

7. Khutbah Rasulullah Saw. pada perang tabuk

ً‫ إٌبط ِضً سع‬ٝ‫ ( ِب ف‬:‫ن فمبي‬ٛ‫َ رج‬ٛ٠ ‫عٍُ خطت‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫ػٓ اثٓ ػجبط أْ إٌج‬

ٜ‫مش‬٠ ّٕٗ‫ غ‬ٝ‫ِضً سعً ثبد ف‬ٚ ،‫س إٌبط‬ٚ‫غزٕت ؽش‬٠ٚ ،‫ً هللا‬١‫ عج‬ٟ‫غب٘ذ ف‬١‫آخز ثؼٕبْ فشعٗ ف‬

.)ٗ‫ ؽم‬ٜ‫ئد‬٠ٚ ٗ‫ف‬١‫م‬

tabu>kin fa qa>la: (ma> fi> al-na>si mis|li rijalin a>khaz|a ba’na>nun farasihi fayuja>hidu fi>
sabi>li alla>hi, wa yajtanibu syaru>ru al-na>si, wa mis|lu rijalun ba>dun fi> ganimihi
yaqra> d}aifuhu wayaudda> h}aqquhu)/ “Dari ibnu abbas r.a., bahwa sesungguhnya
nabi s.a.w. menyampaikan khutbah pada saat perang tabuk dimana beliau
bersabda,”tidak ada manusia (yang pahalanya)seperti seseorang yang sedang
memegang kendali kudanya lalu berjihad di jalan Allah, dan menjahui berbagi
bentuk kejahatan terhadap orang lain. Atau seperti seorang badui yang dengan
kambing yang dimilikinya ia sanggup memuliakannya dan memenuhi semua hak
tamunya,”

‫س‬ٚ‫غزٕت ؽش‬٠ٚ ،‫ً هللا‬١‫ عج‬ٟ‫غب٘ذ ف‬١‫ إٌبط ِضً سعً آخز ثؼٕبْ فشعٗ ف‬ٝ‫ِب ف‬
ٗ‫ ؽم‬ٜ‫ئد‬٠ٚ ٗ‫ف‬١‫ م‬ٜ‫مش‬٠ ّٕٗ‫ غ‬ٝ‫ِضً سعً ثبد ف‬ٚ ،‫إٌبط‬

/ma> fi> al-na>si mis|li rijalin a>khaz|a ba’na>nun farasihi fayuja>hidu fi> sabi>li alla>hi, wa
yajtanibu syaru>ru al-na>si, wa mis|lu rijalun ba>dun fi> ganimihi yaqra> d}aifuhu
wayaudda> h}aqquhu/ ‚tidak ada manusia (yang pahalanya)seperti seseorang yang
sedang memegang kendali kudanya lalu berjihad di jalan Allah, dan menjahui
berbagi bentuk kejahatan terhadap orang lain. Atau seperti seorang badui yang

31

Universitas Sumatera Utara


dengan kambing yang dimilikinya ia sanggup memuliakannya dan memenuhi
semua hak tamunya,”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi asertif


yaitu pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya berupa
pernyataan bahwa tidak ada pahala yang lebih baik selain berjihad di jalan Allah.
Ikokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang memberi informasi kepada
mitra tuturnya tentang pernyataan pahala yang terbaik di sisi Allah. Dalam hal ini
yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad, tutran berbentuk teks pidato
dalam khutbah berupa hadits Nabi.

8. Khutbah Rasulullah Saw. tentang jihad

‫ ثؼل‬ٝ‫عٍُ ف‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ّب أْ سع‬ٕٙ‫ هللا ػ‬ٝ‫ سم‬ٝ‫ أف‬ٝ‫ُ ػجذٖ ثٓ أث‬١٘‫ػٓ اثشا‬

‫ب إٌبط ال‬ٙ٠‫ب أ‬٠( :‫ُ فمبي‬ٙ١‫لبَ ف‬ٚ ‫ ارا ِبٌذ اٌؾّظ‬ٝ‫ أزظش ؽز‬،ٚ‫ب اٌؼذ‬ٙ١‫ ف‬ٝ‫ ٌم‬ٝ‫بِٗ اٌز‬٠‫أ‬

‫ا أْ اٌغٕخ رؾذ ظالي‬ٍّٛ‫اػ‬ٚ ،‫ا‬ٚ‫ُ فبفجش‬ّٙ‫ز‬١‫ فبرا ٌم‬،‫خ‬١‫ا هللا اٌؼبف‬ٌٛ‫اعؤ‬ٚ ،ٚ‫ا ٌمبء اٌؼذ‬ّٕٛ‫رز‬

َ‫٘بص‬ٚ ،‫ اٌغؾبة‬ٜ‫ِغش‬ٚ ،‫ُ ِٕضي اٌىزبة‬ٌٍٙ‫ ( ا‬:ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫ف) صُ لبي إٌج‬ٛ١‫اٌغ‬

.)ُٙ١ٍ‫أقشٔب ػ‬ٚ ،ُِٙ‫ ا٘ضا‬،‫األؽضاة‬

/’an ibra>hi>mu ‘abduhu bin abi> aufi rad}iya alla>hu ‘anhuma> anna rasu>lu alla>hi s}alla>
alla>hu ‘alaihi wa sallama fi> ba’d}in ayya>mihi al-lati> laqi> fi>ha> al-‘aduwwu, intaz}ara
h}atta> iz|a> ma>lat al-syamsu wa qa>ma fi>him fa qa>la: (ya> ayyuha> al-na>su la>
tatamannau liqa>i al-‘aduwwu, was`alu> alla>hu al-‘a>fiyatu, faiz|a> laqi>tumu>hum
fas}biru>, wa’lamu> anna al-jannata tah}ta z}ila>lu al-suyu>fi) s|umma qa>la al-nabiyyu
s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallam: (alla>humma manzilu al-kita>bi, wa majra> al-sih}ab> i,
wa hazimu al-ah}za>bi, ahza>muhum, wan s}urna> ‘alaihim)/ “Dari ibrahim abduh ibn
aufa r.a. bahwa rasulullah s.a.w., ketika sedang berada di dalam salah satu
peperangan yang beliau jalani, rasulullah s.a.w. menunggu hingga matahari
tergelincir ke arah barat, lalu beliau berdiri (untuk menyampaikan khutbah) di
tengah-tengah para sahabat yang ikut berperang,”hai sekalian umatku, janganlah
kalian mengharap bertemu musuh, dan mintalah keselamatan kepada Allah.
Tetapi apabila kalian bertemu dengan mereka maka bersabarlah (untuk
menghadapi mereka )dan ketahuilah bahwa surga itu berada di bawah bayangan
pedang !” Kemudian nabi s.a.w. menmanjatkan doa,”wahai Allah yang
menurunkan al-quran, yang maha menjalakan awan, dam maha menghancurkan
musuh, kalahkan mereka, dan berilah kami kemenangan atas mereka.”

32

Universitas Sumatera Utara


ْ‫ا أ‬ٍّٛ‫اػ‬ٚ ،‫ا‬ٚ‫ُ فبفجش‬ّٙ‫ز‬١‫ فبرا ٌم‬،‫خ‬١‫ا هللا اٌؼبف‬ٌٛ‫اعؤ‬ٚ ،ٚ‫ا ٌمبء اٌؼذ‬ّٕٛ‫ب إٌبط ال رز‬ٙ٠‫ب أ‬٠
‫ف‬ٛ١‫اٌغٕخ رؾذ ظالي اٌغ‬
/ya> ayyuha> al-na>su la> tatamannau liqa>i al-‘aduwwu, was`alu> alla>hu al-‘a>fiyatu,
faiz|a> laqi>tumu>hum fas}biru>, wa’lamu> anna al-jannata tah}ta z}ila>lu al-suyu>fi/ ‚”hai
sekalian umatku, janganlah kalian mengharap bertemu musuh, dan mintalah
keselamatan kepada Allah. Tetapi apabila kalian bertemu dengan mereka maka
bersabarlah (untuk menghadapi mereka )dan ketahuilah bahwa surga itu berada di
bawah bayangan pedang !”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi direktif,


yaitu nasihat yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya berupa
kesabaran ketika mengadapi musuh dalam peperangan. ikokusi ini berfungsi
kolaboratif (kerja sama) yang menyatakan kepada umatnya dalam mengadapi
musuh dalam peperangan. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits nabi.

9. Khutbah Rasulullah Saw. yang mnerangkan bahwa peperangan di jalan


Allah akan menghapus seluruh dosa kecuali hutang

َ‫عٍُ أٔٗ لب‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ ػٓ سع‬،ٕٗ‫ هللا ػ‬ٝ‫ سم‬ٝ‫ لزبدح اٌؾبسس ثٓ سثؼ‬ٝ‫ػٓ أث‬ٚ

‫ب‬٠ : ‫ فمبَ سعً فمبي‬.‫ّبْ ثبهلل أفنً األػّبي‬٠‫اإل‬ٚ ،‫ً هللا‬١‫ عج‬ٝ‫بد ف‬ٙ‫ُ أْ اٌغ‬ٌٙ ‫ُ فزوش‬ٙ١‫ف‬

ٌٗ ‫؟ فمبي‬ٜ‫ب‬٠‫ خطب‬ٕٝ‫ً هللا أرىفش ػ‬١‫ عج‬ٝ‫ذ اْ لزٍذ ف‬٠‫عٍُ أسأ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫سع‬

‫ش‬١‫أٔذ فبثش ِؾزغت ِمجً غ‬ٚ ،‫ً هللا‬١‫ عج‬ٝ‫ (ٔؼُ اْ لزٍذ ف‬:ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫سع‬

‫ً هللا‬١‫ عج‬ٝ‫ذ اْ لزٍذ ف‬٠‫ أسأ‬:‫ف لٍذ؟ لبي‬١‫ و‬:ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ِذثش) صُ لبي سع‬

ً‫ أٔذ فبثش ِؾزغت ِمج‬ٚ ،ُ‫ (ٔؼ‬:ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ب؟ فمبي سع‬٠‫ خطب‬ٕٝ‫أرىفش ػ‬

)‫ رٌه‬ٌٝ ‫ً لبي‬٠‫ٓ فبْ عجش‬٠‫ش ِذثش اال اٌ ذ‬١‫غ‬

/wa ‘an abi> qata>dah al-h}a>ris|ubin rab’i> rad}ya alla>hu ‘anhu, ‘an rasu>lu alla>hi s}alla>
‘alaihi wa sallam annahu qa>ma fi>him faz|akara lahum anna al-jiha>da fi> sabi>li
alla>hi, wa al-i>ma>ni bi alla>hi afd}alu al-a’ma>lu. Faqa>ma rajulun faqa>la: ya> rasu>lu
alla>hi ara`aita in qatalta fi> sabi>li alla>hi atakfuru ‘anni> khat}a>ya? Faqa>la lahu rasu>lu
alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallam: (na’am in qatalta fi> sabi>li alla>hi, wa anta
alla>hu ‘alaihi wa sallam: kaifa qulta? Qa>la: ara`aita in qatalta fi> sabi>li alla>hi
atakfuru ‘anni> khat}a>ya>? Faqa>la rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hi ‘alaihi wa sallam:

33

Universitas Sumatera Utara


(na’am, wa anta s}a>birun muh}tasibun muqabbala gairu mudabbira illa> al-di>ni
fainna jibri>la qa>la li> z|a>lika)/ “Dari abu qaatadah al-harits ibn rab‟ir.a., dari
rasulullah s.a.w. bahwasannya beliau berdiri untuk menyampaikan khutbah di
tengah-tengah mereka lalu mengingatkan kepada mereka bahwa fi sabilillah, dan
juga beriman kepada Allah itu adalah sebaik-baik amal. Maka seseorang bangkit
dari duduknya dan bertanya,”wahai rasulullah, bagaimana menurut engkau
apabila diriku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku terhapus?‟‟ Maka
bersabda rasulullah s.a.w. kepada orang itu,‟‟ya, itu kamu terbunuh di jalan Allah,
sementara dirimu tetap dalam keadaan sabar, hanya mengharap pahala kepada
Allah di akhirat dan terus maju menerjang musuh.” Kemudian rasulullah
bertanya,”bagaimana tanggapanmu?” Orang itu bertanya lagi, “bagaimana
menurut engkau apabila engkau apabila diriku terbunuh di jalan Allah, apakah
dosa-dosaku terhapus?” Rasulullah s.a.w. menjawab,”ya, asalkan kamu tetap
sabar, hanya mengharap pahala kepada Allah di akhirat dan terus maju pantang
mundur, kecuali (jika kau mempunyai) hutang, karena jibril mengatakan yg
seperti itu kepadaku."

ً‫ّبْ ثبهلل أفن‬٠‫اإل‬ٚ ،‫ً هللا‬١‫ عج‬ٝ‫بد ف‬ٙ‫ُ أْ اٌغ‬ٌٙ ‫ فزوش‬.١

/ faz|akara lahum anna al-jiha>da fi> sabi>li alla>hi, wa al-i>ma>ni bi alla>hi afd}alu al-
a’ma>lu./ ‚lalu mengingatkan kepada mereka bahwa fi sabilillah, dan juga beriman
kepada Allah itu adalah sebaik-baik amal”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


Direktif, yaitu nasihat yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya bahwa
sebaik-baik amal adalah beriman kepada Allah serta jihad fii sabilillah. Tindak
tutur ikokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) bahwa Rasulullah
mengumumkan sebuah nasihat kepada umatnya tentang sebaik-baik amal. Dalam
hal ini yang menjadi penutur adalah nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks
pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

‫ش ِذثش‬١‫أٔذ فبثش ِؾزغت ِمجً غ‬ٚ ،‫ً هللا‬١‫ عج‬ٝ‫ اْ لزٍذ ف‬.٢

/na’am in qatalta fi> sabi>li alla>hi, wa anta s}a>birun muh}tasibun muqabbala gairu
mudabbira/ ‚‟‟ya, itu kamu terbunuh di jalan Allah, sementara dirimu tetap dalam
keadaan sabar, hanya mengharap pahala kepada Allah di akhirat dan terus maju
menerjang musuh.”

34

Universitas Sumatera Utara


Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:
Asertif, yaitu pendapat Rasulullah kepada sesorang yang bertanya kepadanya
tentang penghapusan dosa ketika gugur dalam peperangan. Tindak tutur ilokusi
ini berfungi konvivial (menyenangkan) bahwa rasulullah menyambut dengan baik
ketika umatnya bertanya kepadanya. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah
nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits
Nabi.

‫ رٌه‬ٌٝ ‫ً لبي‬٠‫ٓ فبْ عجش‬٠‫ش ِذثش اال اٌذ‬١‫ أٔذ فبثش ِؾزغت ِمجً غ‬ٚ ،ُ‫ ٔؼ‬.٣

/na’am, wa anta s}a>birun muh}tasibun muqabbala gairu mudabbira illa> al-di>ni


fainna jibri>la qa>la li> z|a>lika/ ‚ya, asalkan kamu tetap sabar, hanya mengharap
pahala kepada Allah di akhirat dan terus maju pantang mundur, kecuali (jika kau
mempunyai) hutang, karena jibril mengatakan yg seperti itu kepadaku."

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


asertif, yaitu pendapat rasulullah yang menerangkan bahwa peperangan di jalan
Allah akan menghapus seluruh dosa kecuali hutang. Tidak tutur ilokusi ini
berfungsi kolaboratif (kerja sama) bahwa Rasulullah menyatakan kepada
seseorang yang bertanya kepadanya tentang penghapusan dosa kecuali hutang
ketika gugur dalam peperangan. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

10. Khutbah Rasulullah Saw. tentang keutamaan jihad

‫ هللا‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ خطجٕب سع‬:‫ٌٗ فؼٍٗ لبي‬ٛ‫قذق ل‬٠ ِّٓ ْ‫وب‬ٚ ،‫ذ ثٓ ؽغشح‬٠‫ض‬٠ ٓ‫ػٓ ِغب٘ذ ث‬

ٓ١‫ ِٓ ث‬ٜ‫ رش‬،ُ‫ى‬١ٍ‫ىُ ِب أؽغٓ ٔؼّخ هللا ػ‬١ٍ‫ا ٔؼّخ هللا ػ‬ٚ‫ب إٌبط اروش‬ٙ٠‫ب أ‬٠( :‫عٍُ فمبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ػ‬

‫ا‬ٛ‫فف‬ٚ ‫ (ارا فف إٌبط ٌٍقالح‬:‫ي‬ٛ‫م‬٠ ْ‫وب‬ٚ )‫ب‬ٙ١‫ اٌشعً ِب ف‬ٝ‫ف‬ٚ .‫ أففش‬ٚ ‫ أخنش‬ٚ ‫أؽّش‬

‫اهٍؼٓ فبرا‬ٚ ،ٓ١‫س اٌؼ‬ٛ‫ٓ اٌؾ‬٠‫ص‬ٚ ‫اة إٌبس‬ٛ‫أث‬ٚ ،‫اة اٌغٕخ‬ٛ‫أث‬ٚ ،‫اة ااٌغّبء‬ٛ‫ ف زؾذ أث‬،‫ٌٍمزبي‬

ٖٛ‫ع‬ٚ ‫ا‬ٛ‫ى‬ٙٔ‫ فؤ‬.ٌٗ ‫ُ اغفش‬ٌٍٙ‫ ا‬:ٍٓ‫ل‬ٚ ،ِٕٗ ٓ‫ارا أدثش اؽزغج‬ٚ ،ٖ‫ُ أقش‬ٌٍٙ‫ ا‬:ٍٓ‫ألجً اٌشعً ل‬

35

Universitas Sumatera Utara


‫ي لطشح رٕنظ رىفش ػٕٗ وً ؽئ‬ٚ‫ٓ فبْ أ‬١‫اس اٌؼ‬ٛ‫ا اٌؾ‬ٚ‫ال رخض‬ٚ ،ِٝ‫ أ‬ٚ ٝ‫ ٌىُ أث‬ٜ‫َ فذ‬ٛ‫اٌم‬

ٝ‫ لذ أر‬:‫ي‬ٛ‫م‬٠ٚ ،‫ ٌه‬ٝ‫ لذ أر‬:ْ‫ال‬ٛ‫م‬٠ٚ ٗٙ‫ع‬ٚ ْ‫ّغؾب‬٠ ‫اس‬ٛ‫عزبْ ِٓ اٌؾ‬ٚ‫ٗ ص‬١ٌ‫رٕضي ا‬ٚ ،ٍّٗ‫ػ‬

ٓ١‫ٓ افجؼ‬١‫مؼٓ ث‬ٚ ٌٛ ‫ٌىٓ ِٓ ٔجذ اٌغٕخ‬ٚ ،َ‫ آد‬ٕٝ‫غذ ِٓ ٔغظ ث‬١ٌ ‫ ِبئخ ؽٍخ‬ٝ‫ىغ‬٠ ُ‫ ص‬.‫ٌىّب‬

)‫ؼ اٌغٕخ‬١‫ف ِفبر‬ٛ١‫ (ٔجئذ اْ اٌغ‬: ‫ي‬ٛ‫م‬٠ ْ‫وب‬ٚ )ٓٙ‫ عؼ‬ٌٛ

/’an muja>hidi bin yazi>d bin syajarati, wa ka>na mimman yas}diqu qauluhu fa’aluhu
qa>la: khut}bana> rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallam faqa>la: (ya> ayyuha> al-
na>su uz|kuru> ni’mata alla>hi ‘alaikum ma> ah}sana ni’mata alla>hi ‘alaikum, tara> min
baini ah}maru wa akhd}aru wa as}faru. Wa fi> al-rajuli ma> fi>ha>) wa ka>na yaqu>lu: (iz|a>
s}affa al-na>su lis} -s}ala>ti wa s}affu> lilqita>li, fatah}ta abwa>bu al-sama>i, wa abwa>bu al-
jannati, wa abwa>bu al-na>ri wa zi>nu al-h}u>ri al-‘aini, wait}la’na faiz|a> aqbalu al-
rijalu qulna: alla>humma ns}uruhu, wa iz|a> adbaru ih}tajabanna minhu, waqulna:
allahuma gfirlahu. Fa anhiku> wuju>hu al-qaumi fada> lakum abi> wa ummi>, wa la>
takhzu> al-h}u>ri al-‘aini fa inna awwala qit}ratan tand}ajun takfuru ‘anhu kulli
syai`in ‘amalihi, watanzilu ilaihi zaujata>ni min al-h}uri yamsah}an> a wajhuhu wa
yaqu>la>ni: qad ata> laka, wayaqu>lu qad ata> lakuma>. S|umma yaksa> mi`atun h}illah
laisat min nasaji bani> a>dama, walakinna min nabatin al-jannati lau wud}i’na baina
is}bi’i>na lau si’hunna) wa ka>na yaqu>lu: (naba`at anna al-syu>fa mafa>ti>h}u al-
jannati)/ “Dari Mujahid ibn Yazid ibn Syajarah, dan dia adalah termasuk orang
yang ucapannya selalu sesuai dengan perbuatannya. Ia berkata, Rasulullah s.a.w.
menyampaikan khutbah kepada kami dengan bersabda,‟hai sekalian Umat
Muslimin, ingatlah nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian, betapa indah
nikmat Allah atas kalian itu. Bayangkan, nikmat itu ada yang merah, ada yang
hujau, dan ada yang kuning. Dan pada kaum laki-laki pun juga ada nikmat itu.
Kemudian beliau bersabda : „apabila orang-orang berbaris rapi untuk
melaksanakan shalat berjama‟ah dan untuk berperang maka dibukalah pintu-pintu
langit, pintu-pintu surga, dan pintu-pintu neraka, dan juga dipercantiklah para
bidadari lalu kemudian mereka menampakkan diri. Apabila seseorang sudah siap
siaga untuk bertempur maka para bidadari itu akan berdo‟a,‟ ya Allah, berilah
berilah orang itu kemenangan‟. Tetapi apabila seseorang itu mundur (dari
pertempuran) maka bidadari itu akan pergi sambil berdo‟a „ya Allah, ampunilah
dosanya.‟ Maka kalahkanlah musuh-musuh kalian itu. Demi ayah dan ibuku
sebagai jaminan kalian, janganlah kalian merasa malu dengan bidadari tersebut,
karena tetesan darah yang pertama (dalam jihad) pahalanya akan menghapus
seluruh dosa yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang bersangkutan, dan
akan turunlah kepadanya dua istri dari bidadari yang akan membersihkan
wajahnya seraya berkata,‟sesungguhnya kemenangan telah dekat denganmu.‟
Orang itu menyahut, „begitu pula dengan kalian berdua, (aku juga) sudah dekat.‟
Kemudian orang itu akan diberi seratus pakaian yang bukan buatan manusia, dan
terbuat dari tetumbuhan surga, yang seandainya pakaian-pakain itu diletakkan
diantara dua jari, niscaya akan pas (karena saking tipisnya serta halusnya).‟

36

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya beliau bersabda, „aku benar-benar memberitakan bahwa pedang-
pedang itu merupakan kunci-kunci surga.”

ٚ ‫ٓ أؽّش‬١‫ ِٓ ث‬ٜ‫ رش‬،ُ‫ى‬١ٍ‫ىُ ِب أؽغٓ ٔؼّخ هللا ػ‬١ٍ‫ا ٔؼّخ هللا ػ‬ٚ‫ب إٌبط اروش‬ٙ٠‫ب أ‬٠ .١
‫ب‬ٙ١‫ اٌشعً ِب ف‬ٝ‫ف‬ٚ .‫ أففش‬ٚ ‫أخنش‬
/ya> ayyuha> al-na>su uz|kuru> ni’mata alla>hi ‘alaikum ma> ah}sana ni’mata alla>hi
‘alaikum, tara> min baini ah}maru wa akhd}aru wa as}faru. Wa fi> al-rajuli ma> fi>ha>/
‚‟hai sekalian Umat Muslimin, ingatlah nikmat Allah yang dilimpahkan kepada
kalian, betapa indah nikmat Allah atas kalian itu. Bayangkan, nikmat itu ada yang
merah, ada yang hujau, dan ada yang kuning. Dan pada kaum laki-laki pun juga
ada nikmat itu.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


direktif, yaitu perintah yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya berupa
perintah mengingat nikmat Allah yang dilimpahkan kepada uamat manusia.
Tindak tutur ikokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang menyatakan
tentang nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia.memberi informasi
kepada mitra tuturnya. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

‫اة إٌبس‬ٛ‫أث‬ٚ ،‫اة اٌغٕخ‬ٛ‫أث‬ٚ ،‫اة ااٌغّبء‬ٛ‫ فزؾذ أث‬،‫ا ٌٍمزبي‬ٛ‫فف‬ٚ ‫ ارا فف إٌبط ٌٍقالح‬.٢

ٓ‫اهٍؼ‬ٚ ،ٓ١‫س اٌؼ‬ٛ‫ٓ اٌؾ‬٠‫ص‬ٚ

/iz|a> s}affa al-na>su lis} -s}ala>ti wa s}affu> lilqita>li, fatah}ta abwa>bu al-sama>i, waabwa>bu
al-jannati, wa abwa>bu al-na>ri wa zi>nu al-h}u>ri al-‘aini, wait}la’na/ ‚„apabila orang-
orang berbaris rapi untuk melaksanakan shalat berjama‟ah dan untuk berperang
maka dibukalah pintu-pintu langit, pintu-pintu surga, dan pintu-pintu neraka, dan
juga dipercantiklah para bidadari lalu kemudian mereka menampakkan diri.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


asertif, yaitu pernyataan Rasulullah tentang kenikmatan yang diterima bagi
orang-orang yang melaksanakan sholat berjamaah serta berbaris rapih untuk
berperang. Tindak tutur ilokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang

37

Universitas Sumatera Utara


mengumumkan tentang keutamaan bagi yang berjihad di jalan Allah. Dalam hal
ini yang menjadi penutur adalah nabi muhammad, tuturan berbentuk teks pidato
dalam khutbah berupa hadits Nabi.

11. Berbagai tingkatan para mujahid

َ‫ألب‬ٚ ،ٌٗٛ‫سع‬ٚ ‫ ( ِٓ آِٓ ثبهلل‬:‫عٍُ لبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫شح ػٓ إٌج‬٠‫ ٘ش‬ٝ‫ػٓ أث‬

ٗ‫ أسم‬ٟ‫عٍظ ف‬ٚ‫ً هللا ا‬١‫ عج‬ٟ‫ذخٍٗ اٌغٕخعب٘ذ ف‬٠ ْ‫ هللا أ‬ٍٝ‫وبٔؾمبػ‬.ْ‫فبَ سِنب‬ٚ،‫اٌقالح‬

‫ اٌغٕخ ِبئخ دسعخ أػذ٘ب هللا‬ٝ‫ (اْ ف‬:‫ي هللا أفال ٔجؾش إٌبط؟ لبي‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫ا‬ٌٛ‫ب) فمب‬ٙ١‫ٌذ ف‬ٚ ٝ‫اٌز‬

ٌٖٛ‫ فبرا عؤٌزُ هللا فبعؤ‬،‫ األسك‬ٚ ‫ٓ اٌغّبء‬١‫ٓ وّب ث‬١‫ٓ اٌذسعز‬١‫ً هللا ِب ث‬١‫ عج‬ٝ‫ٓ ف‬٠‫ٌٍّغب٘ذ‬

‫بس‬ٙٔ‫ِٕٗ رفغش أ‬ٚ ،ّٓ‫لٗ ػشػ اٌشؽ‬ٛ‫ف‬ٚ( :‫ اٌغٕخ ) أساٖ لبي‬ٍٝ‫أػ‬ٚ ‫عو اٌغٕخ‬ٚ‫ط فبٔٗ أ‬ٚ‫اٌفشد‬

)‫اٌغٕخ‬

/’an abi> hurairatu ‘an al-nabiyyi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallam qa>la: (man a>mana
bi alla>hi wa rasu>lihi, wa aqa>mu al-s}ala>ti, wa s}a>ma ramad}an> a. Ka>na h}aqqan ‘ala>
alla>hi an yadkhuluhu al-jannata ja>hidan fi> sabi>li alla>hi au jalasa fi> ard}ihi al-lati>
wulida fi>ha>) faqa>la: ya> rasu>lu alla>hi afala> nabsyiru al-na>sa? Qa>la: (inna fi> al-
jannati miatin darajatin a’daha> alla>hu lil muja>hidi>na fi> sabi>li alla>hi ma> baina al-
darajataini kama> baina al-sama>i wa al-ard}i, faiz|a> sa`altumu alla>hu fas`alu>hu al-
firdausi fainnahu ausasat}u al-jannati wa a’la> al-jannati) ara>hu qa>la: (wafauquhu
‘arasyu al-rah}mani, wa minhu tafajjaru anha>ru al-jannati)/ “Dari Abu Hurairah,
dari Nabi Saw. Beliau bersabda: barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya, mendirikan shalat (lima waktu), dan melaksanakan puasa Ramadan maka
Allah berhak memasukkannya ke dalam surga, baik dia berjihad fi sabilillah
maupun tetap berada di kampung halaman tempat dia dilahirkan. Mereka
bertanya: Wahai Rasulullah, tidak bolehkah kami menyampaikan kabar gembira
kepada umat? Beliau menjawab: sesungguhnya di surga itu ada seratus
derajat/tingkatan yang sudah Allah sediakan untuk para pejuang fi sabilillah,
dimana jarak antara dua tingkatannya adalah seperti jarak anatara langit dan bumi,
maka apabila kalian memohon kepada Allah maka mohonlah Surga Firdaus
kepada-Nya, karena dialah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Aku
mengira beliau bersabda, diats surga Firdaus itulah terletak Arsy Allah, dan dari
situlah memancar semua sungai-sungai yang mengaliri surga.”

‫ذخٍٗ اٌغٕخعب٘ذ‬٠ ْ‫ هللا أ‬ٍٝ‫وبٔؾمبػ‬.ْ‫فبَ سِنب‬ٚ،‫ألبَ اٌقالح‬ٚ ،ٌٗٛ‫سع‬ٚ ‫ ِٓ آِٓ ثبهلل‬.١


‫ب‬ٙ١‫ٌذ ف‬ٚ ٝ‫ أسمٗ اٌز‬ٟ‫عٍظ ف‬ٚ‫ً هللا ا‬١‫ عج‬ٟ‫ف‬

38

Universitas Sumatera Utara


/ man a>mana bi alla>hi wa rasu>lihi, wa aqa>mu al-s}ala>ti, wa s}a>ma ramad}an> a. Ka>na
h}aqqan ‘ala> alla>hi an yadkhuluhu al-jannata ja>hidan fi> sabi>li alla>hi au jalasa fi>
ard}ihi al-lati> wulida fi>ha>/ ‚barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
mendirika shalat (lima waktu), dan melaksanakan puasa Ramadan maka Allah
berhak memasukkannya ke dalam surga, baik dia berjihad fi sabilillah maupun
tetap berada di kampung halaman tempat dia dilahirkan.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi


berupa: komisif, yaitu janji yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya
berupa jaminan surga kepada orang yang beriman kepada allah dan rasulnya dan
melaksankan puasa ramadhan dan berjihad fii sabilillah. Tindak tutur ilokusi ini
berfungsi kolaboratif (kerja sama) yang mengumumkan tentang balasan ketika
mengikuti perintah-perintah Allah. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah
nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits
Nabi.

‫ٓ اٌغّبء‬١‫ٓ وّب ث‬١‫ٓ اٌذسعز‬١‫ً هللا ِب ث‬١‫ عج‬ٝ‫ٓ ف‬٠‫ اٌغٕخ ِبئخ دسعخ أػذ٘ب هللا ٌٍّغب٘ذ‬ٝ‫ اْ ف‬.٢
‫ اٌغٕخ‬ٍٝ‫أػ‬ٚ ‫عو اٌغٕخ‬ٚ‫ط فبٔٗ أ‬ٚ‫ٖ اٌفشد‬ٌٛ‫ فبرا عؤٌزُ هللا فبعؤ‬،‫ األسك‬ٚ

/inna fi> al-jannati miatin darajatin a’daha> alla>hu lil muja>hidi>na fi> sabi>li alla>hi ma>
baina al-darajataini kama> baina al-sama>i wa al-ard}i, faiz|a> sa`altumu alla>hu
fas`alu>hu al-firdausi fainnahu ausasat}u al-jannati wa a’la> al-jannati/
‚sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat/tingkatan yang sudah Allah
sediakan untuk para pejuang fi sabilillah, dimana jarak antara dua tingkatannya
adalah seperti jarak anatara langit dan bumi, maka apabila kalian memohon
kepada Allah maka mohonlah Surga Firdaus kepada-Nya, karena dialah surga
yang paling tengah dan paling tinggi”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


asertif, yaitu pendapat Rasulullah mengenai derajat atau tingkatan bagi para
pejuang fii sabilillah. Tindak tutur ilokusi ini berfungsi konvivial (menyenangkan)
yaitu Rasulullah menyambut dengan baik dan sopan mengenai pertanyaan
sesorang kepadanya tentang derajat para mujahid. Dalam hal ini yang menjadi

39

Universitas Sumatera Utara


penutur adalah Nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah
berupa hadits nabi.

12. Khutbah Rasulullah Saw. jaminan Allah untuk para mujahid

‫ ال‬،ٍٗ١‫ عج‬ٝ‫ (رنّٓ هللا ٌّٓ خشط ف‬:‫عٍُ لبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫شح ػٓ إٌج‬٠‫ ٘ش‬ٝ‫ػٓ أث‬

ٚ‫ مبِٓ أْ أدخٍٗ اٌغٕخ أ‬ٍٝ‫ ػ‬ٛٙ‫ ف‬ٍٝ‫مب ثشع‬٠‫رقذ‬ٚ ‫ّبٔب‬٠‫ا‬ٚ ،ٍٝ١‫ عج‬ٝ‫بدا ف‬ٙ‫خشعٗ اال ع‬٠

‫ذٖ ِب‬١‫ ٔفظ ِؾّذ ث‬ٜ‫اٌز‬ٚ .‫ّخ‬١ٕ‫ غ‬ٚ‫ خشط ِٕٗ ٔبئال ِب ٔبي ِٓ أعش أ‬ٜ‫ ِغىٕٗ اٌز‬ٌٝ‫أسعؼٗ ا‬

.‫ؼ ِغه‬٠‫ؾخ س‬٠‫س‬ٚ َ‫ْ د‬ٌٛ ٌٗٔٛ ٍُ‫ٓ و‬١‫ئزٗ ؽ‬١ٙ‫بِخ و‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ‫ً هللا اال عبء‬١‫ عج‬ٝ‫ىٍُ ف‬٠ ٍُ‫ِٓ و‬

‫ً هللا‬١‫ عج‬ٝ‫ ف‬ٚ‫خ رغض‬٠‫ٓ ِب لؼذد خالف عش‬١ٍّ‫ اٌّغ‬ٍٝ‫ؾك ػ‬٠ ْ‫ال أ‬ٌٛ ٖ‫ذ‬١‫ ٔفظ ِؾّذ ث‬ٜ‫اٌز‬ٚ

‫ ٔفظ‬ٜ‫اٌز‬ٚ .ٕٝ‫ا ػ‬ٛ‫زخٍف‬٠ ْ‫ُ أ‬ٙ١ٍ‫ؾك ػ‬٠ٚ .‫ْ عؼخ‬ٚ‫غذ‬٠ ‫ال‬ٚ ٍُّٙ‫ٌىٓ ال أعذ عؼخ فؤؽ‬ٚ ،‫أثذا‬

.)ً‫ فؤلز‬ٚ‫ فؤلزً صُ أغض‬ٚ‫ً هللا فؤلزً صُ أغض‬١‫ عج‬ٝ‫ ف‬ٚ‫ أغض‬ٝٔ‫ددد أ‬ٌٛ ٖ‫ذ‬١‫ِؾّذ ث‬

/’an abi> hurairata ‘an al-nabiyyi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallam qa>la: (tad}minu
alla>hu liman kharaja fi> sabi>lihi, la> yakhrujahu illa> jiha>dan fi> sabi>li>, wa i>ma>nan wa
tas}di>qan birasuli> fahuwa ‘ala> d}am > ini an adkhuluhu al-jannata au arji’uhu ila>
masakinihi alaz|i> kharaja minhu na>ilan ma> na>la min ajri au gani>mati. Wa al-laz|i>
nafasa muh}ammadun biyadihi ma> min kalimi yukallimu fi> sabi>li alla>hi illa> ja>a
misk. Wa al-laz|i> nafasa muh}ammadun biyadihi laula> an yasyqa> ‘ala> al-muslimi>na
ma> qa’adat khila>fun sariyatun tagzu> fi> sabi>li alla>hi abadan, walakinna la> ajada
sa’atun fa ah}maluhum wala> yajidu>na sa’atun. Wa yasyqa ‘alaihim an yatakhlafu>
‘anni>. Wa al-laz|i> nafasa muh}ammadun biyadihi lawadidtu anna> agzu> fi>sabi>li
alla>hi fa aqtula s|umma agzu> fa aqtula s|umma agzu> fa aqtula)/ “Dari Abu
Hurairah, dari Nabi Saw. Beliau bersabda: Allah akan memberikan jaminan
kepada orang yang pergi berjihad di jalan-Nya dengan janji-Nya, karena orang itu
tidak akan pergi kecuali karena panggilan jihad di jalan-Ku, karena dorongan
iman, dan karena memebenarkan ajaran para rasul-Ku. Mak orang itu kujamin
akan kumasukkan ke dalam surga ; atau dia akan kembali (setelah mendapatkan
kemenangan) kerumahnya lagi dengan membawa pahala dan harta rampasan
perang. Lalu Rasulullah bersabda: Demi zat yang jiwa Muhammad ada di dalam
genggaman-Nya, tiada luka yang terjadi dalam sabilillah itu melainkan di hari
kiamat nanti akan datanglah ia seperti keadaannya seperti terluka, warnanya
merah seperti warna darah tetapi bau wanginya seperti minyak kasturi. Demi zat
yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman-Nya, seandainya tidak
memberatkan kaum muslimin, pastilah tidak akan pernah ada pasukan cadangan
yang berjaga-jaga di garis belakang, karena semua pasukan akan terus bertempur

40

Universitas Sumatera Utara


di jalan Allah untuk selamanya. Tetapi aku tidak mendapatkan kesempatan untuk
itu, sehingga aku dapat mengajak mereka bertempur, sebagaimana mereka juga
tidak mendapatkan kesempatan itu, meskipun berat bagi mereka untuk menentang
perintahku. Demi zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman-Nya,
sungguh aku benar-benar ingin sekali berperang di jalan Allah lalu aku terbunuh,
kemudian aku berperang lagi lalu terbunuh, kemudian berperang lagi lalu
terbunuh lagi.”

ٍٝ‫مب ثشع‬٠‫رقذ‬ٚ ‫ّبٔب‬٠‫ا‬ٚ ،ٍٝ١‫ عج‬ٝ‫بدا ف‬ٙ‫خشعٗ اال ع‬٠ ‫ ال‬،ٍٗ١‫ عج‬ٝ‫ رنّٓ هللا ٌّٓ خشط ف‬.١
ٚ‫ خشط ِٕٗ ٔبئال ِب ٔبي ِٓ أعش أ‬ٜ‫ ِغىٕٗ اٌز‬ٌٝ‫ أسعؼٗ ا‬ٚ‫ مبِٓ أْ أدخٍٗ اٌغٕخ أ‬ٍٝ‫ ػ‬ٛٙ‫ف‬
‫ّخ‬١ٕ‫غ‬
/tad}minu alla>hu liman kharaja fi> sabi>lihi, la> yakhrujahu illa> jiha>dan fi> sabi>li>, wa
i>ma>nan wa tas}di>qan birasuli> fahuwa ‘ala> d}am
> ini an adkhuluhu al-jannata au
arji’uhu ila> masakinihi alaz|i> kharaja minhu na>ilan ma> na>la min ajri au gani>mati./
‚Allah akan memberikan jaminan kepada orang yang pergi berjihad di jalan-Nya
dengan janji-Nya, karena orang itu tidak akan pergi kecuali karena panggilan
jihad di jalan-Ku, karena dorongan iman, dan karena memebenarkan ajaran para
rasul-Ku. Mak orang itu kujamin akan kumasukkan ke dalam surga ; atau dia akan
kembali (setelah mendapatkan kemenangan) kerumahnya lagi dengan membawa
pahala dan harta rampasan perang.”

Dalam khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi komisif, yaitu janji yang
disampaikan oleh rasulullah kepada umatnya berupa jaminan pahala serta
rampasan perang. Tindak tutur ikokusi ini berfungsi kolabotatif (kerja sama)
pernyataan Rasulullah kepada umatnya tentang jaminan Allah untuk para
mujahid. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad, tuturan
berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

13. Khutbah Rasulullah Saw. perang dan kehormatan bagi istri-istri para
mujahid

ِٓ ‫ فؤِب‬،ْ‫ا‬ٚ‫ غض‬ٚ‫ ( اٌغض‬:‫عٍُ لبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫ هللا ػٕٗ أْ إٌج‬ٝ‫شح سم‬٠‫ ٘ش‬ٟ‫ػٓ أث‬

ٗٙ‫ٔج‬ٚ ِٗٛٔ ْ‫اعزٕت اٌفغبد فب‬ٚ ‫ه‬٠‫بعش اٌؾش‬٠ٚ ‫ّخ‬٠‫أٔفك اٌىش‬ٚ ،َ‫أهبع اإلِب‬ٚ ‫عٗ هللا‬ٚ ٝ‫اثزغ‬

41

Universitas Sumatera Utara


‫شعغ‬٠ ٌُ ٗٔ‫ األسك فب‬ٝ‫أفغذ ف‬ٚ َ‫ اإلِب‬ٝ‫ػق‬ٚ ‫عّؼخ‬ٚ ‫بء‬٠‫س‬ٚ ‫أِب ِٓ غضا فخشا‬ٚ .ٍٗ‫أعش و‬

)‫ثبٌىفبف‬

ٍٝ‫ٓ ػ‬٠‫ (ؽشِخ ٔغبء اٌّغب٘ذ‬:‫عٍُ لبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫ هللا ػٕٗ ػٓ إٌج‬ٝ‫ذح سم‬٠‫ػٓ ثش‬ٚ

ٍٗ٘‫ أ‬ٝ‫ٓ ف‬٠‫خٍف سعال ِٓ اٌّغب٘ذ‬٠ ٓ٠‫ِب ِٓ سعً ِٓ اٌمبػذ‬ٚ ُٙ‫بر‬ِٙ‫ٓ وؾشِخ أ‬٠‫اٌمبػذ‬

)‫ؤخز ِٓ ػٍّٗ ِب ؽبء فّب ظٕىُ؟‬١‫بَ ف‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ٌٗ ‫لف‬ٚ ‫ُ اال‬ٙ١‫ٔٗ ف‬ٛ‫خ‬١‫ف‬

ٕٝ‫ ث‬ٌٝ‫عٍُ ثؼش سعال ا‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫ أْ إٌج‬:ٕٗ‫ هللا ػ‬ٝ‫ سم‬ٜ‫ذ اٌخذس‬١‫ عؼ‬ٝ‫ػٓ أث‬ٚ

ٌٗ‫ِب‬ٚ ٍٗ٘‫ أ‬ٝ‫ىُ خٍف اٌخبسط ف‬٠‫ (أ‬:‫ٓ سعً صُ لبي ٌٍمبػذ‬١ٍ‫خشط ِٓ وً سع‬١ٌ ْ‫ب‬١‫ٌؾ‬

)‫ش؛وبْ ٌٗ ِضً ٔقف أعش اٌخبسط‬١‫ثخ‬

/’an abi> hurairata rad}iya alla>hu ‘anhu anna al-nabiyya s}alla alla>hu ‘alaihi wa
sallama qa>la: (al-gazwu gazwa>ni, fa amma> man ibtaga> wajhu alla>hi wa at}a>’u al-
ima>mi, wa anfaqu al-kari>mati wa ya>siru al-syari>ki wajtanibu al-fasa>di fa inna
naumihi wanabhihi ajra kullihi. Wa amma> man gazzan fakhran wariya>an
wasum’atan wa’as}a> al-ima>mi wa afsada fi> al-ard}i fa innahu lam yarji’ bi al-
kafa>fi).
Wa ‘an buraidah rad}iya alla>hu ‘anhu ‘an al-nabiyyi s}alla< alla>hu ‘alaihi wa
sallama qa>la: h}aramatun nisa>i al-muja>hidi>na ‘ala> al-qa>’idi>na kah}aramatin
ummaha>tihim wa ma> min rajulin min al-qa>’idi>na yakhlifu rajulan min al-
muja>hidi>na fi> ahlihi fayakhwanuhu fi>him illa> waqafa lahu yaumu al-qiya>mi
faya`khuz\u min ‘amalihi ma> sya>a fama> z}annakum?)
Wa ‘an abi> sa’id al-khudri rad}iya alla>hu ‘anhu: anna al-nabiyya s}alla> alla>hu
‘alaihi wa sallama ba’s|a rajulan ila> bani> lih}yan liyakhruju min kulli rijlaini rajulin
s|umma qa>la liqa>’idi: (ayyukum khalafa al-khar>ij fi> ahlihi wama>lihi bikhairin;
ka>na lahu mis|lu nis}fu ajra al-kha>riji)/ “ dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi s.a.w.
bersabda: peperangan itu ada dua macam, 1) ada orang yang berniat mencari ridha
Allah dan taat kepada iman, bersedai menginfakkan hartanya yang terbaik,
memberikan kemudahan kepada temannya, dan menghindari perbuatan yang
merusak. Maka orang semacam ini tidur dan jaganya dinilai berpahala semua. 2)
adapun orang yang berperang karena menuruti kesombongan, riya, sum‟ah,
menentang penguasa, dan berbuat kerusakan dimuka bumi maka dai tidak akan
pulang dengan membawa keuntungan (tetapi justru akan pulang dengan
membawa dosa). Dari Buraidah r.a, dari Nabi s.a.w. beliau bersabda: kehormatan
istri-istri para mujahid dibanding dengan kehormatan orang-orang yang tidak ikut

42

Universitas Sumatera Utara


berperang itu sama seperti kehormatan ibu mereka sendiri. Dan apabila seseorang
yang tidak ikut berperang menggantikan tugas orang lain yang ikut berperang
melindungi keluarganya, namun berkhianat maka orang itu akan mendapat
balasan di hari kiamat kelak. Yakin, Allah mengambil pahala amalnya sesuai
kehendak-Nya dan memberikannya kepada orang yang berjihad itu, jadi,
bagaimana menurut kalian? (tentu habislah pahala kebaikannya). Dari Abu Sa‟id
al-Khudri r.a, bahwa Nabi s.a.w. mengutus seseorang ke Bani Lihyan supaya tiap-
tiap dua orang keluarlah satu orang (untuk berjihad). Lalu beliau bersabda kepada
yang tidak ikut berperang: siapapun dari kalian yang menggantikan orang yang
berangkat perang (berada di rumahnya untuk) melindungi keluarganya dan
hartanya dengan sebaik-baiknya, maka dia akan mendapatkan separuh dari pahala
orang yang berangkat perang. ”

‫ه‬٠‫بعش اٌؾش‬٠ٚ ‫ّخ‬٠‫أٔفك اٌىش‬ٚ ،َ‫أهبع اإلِب‬ٚ ‫عٗ هللا‬ٚ ٝ‫ فؤِب ِٓ اثزغ‬،ْ‫ا‬ٚ‫ غض‬ٚ‫ اٌغض‬.١
َ‫ اإلِب‬ٝ‫ػق‬ٚ ‫عّؼخ‬ٚ ‫بء‬٠‫س‬ٚ ‫أِب ِٓ غضا فخشا‬ٚ .ٍٗ‫ٗ أعش و‬ٙ‫ٔج‬ٚ ِٗٛٔ ْ‫اعزٕت اٌفغبد فب‬ٚ
‫شعغ ثبٌىفبف‬٠ ٌُ ٗٔ‫ األسك فب‬ٝ‫أفغذ ف‬ٚ
/al-gazwu gazwa>ni, fa amma> man ibtaga> wajhu alla>hi wa at}a>’u al-ima>mi, wa
anfaqu al-kari>mati wa ya>siru al-syari>ki wajtanibu al-fasa>di fa inna naumihi
wanabhihi ajra kullihi. Wa amma> man gazzan fakhran wariya>an wasum’atan
wa’as}a> al-ima>mi wa afsada fi> al-ard}i fa innahu lam yarji’ bi al-kafa>fi/
‚peperangan itu ada dua macam, 1) ada orang yang berniat mencari ridha Allah
dan taat kepada iman, bersedai menginfakkan hartanya yang terbaik, memberikan
kemudahan kepada temannya, dan menghindari perbuatan yang merusak. Maka
orang semacam ini tidur dan jaganya dinilai berpahala semua. 2) adapun orang
yang berperang karena menuruti kesombongan, riya, sum‟ah, menentang
penguasa, dan berbuat kerusakan dimuka bumi maka dai tidak akan pulang
dengan membawa keuntungan (tetapi justru akan pulang dengan membawa dosa)”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


asertif, yaitu pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya
bahwasanya ada dua macam tipe orang yang ikut berperang, yaitu: A) orang yang
berniat mencari ridho Allah. B) orang yang berperang karena sombong, riya,
sum‟ah. Tindak tutur ilokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yaitu
Rasulullah menginformasikan tentang tipe orang yang berperang. Dalam hal ini
yang menjadi penutur adalah nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato
dalam khutbah berupa hadits Nabi.

ٓ٠‫ِب ِٓ سعً ِٓ اٌمبػذ‬ٚ ُٙ‫بر‬ِٙ‫ٓ وؾشِخ أ‬٠‫ اٌمبػذ‬ٍٝ‫ٓ ػ‬٠‫ ؽشِخ ٔغبء اٌّغب٘ذ‬.٢
‫ؤخز ِٓ ػٍّٗ ِب ؽبء‬١‫بَ ف‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ٌٗ ‫لف‬ٚ ‫ُ اال‬ٙ١‫ٔٗ ف‬ٛ‫خ‬١‫ أٍ٘ٗ ف‬ٝ‫ٓ ف‬٠‫خٍف سعال ِٓ اٌّغب٘ذ‬٠
‫فّب ظٕىُ؟‬

43

Universitas Sumatera Utara


/h}aramatun nisa>i al-muja>hidi>na ‘ala> al-qa>’idi>na kah}aramatin ummaha>tihim wa
ma> min rajulin min al-qa>’idi>na yakhlifu rajulan min al-muja>hidi>na fi> ahlihi
fayakhwanuhu fi>him illa> waqafa lahu yaumu al-qiya>mi faya`khuz\u min ‘amalihi
ma> sya>a fama> z}annakum?/ “Kehormatan istri-istri para mujahid dibanding dengan
kehormatan orang-orang yang tidak ikut berperang itu sama seperti kehormatan
ibu mereka sendiri. Dan apabila seseorang yang tidak ikut berperang
menggantikan tugas orang lain yang ikut berperang melindungi keluarganya,
namun berkhianat maka orang itu akan mendapat balasan di hari kiamat kelak.
Yakin, Allah mengambil pahala amalnya sesuai kehendak-Nya dan
memberikannya kepada orang yang berjihad itu, jadi, bagaimana menurut kalian?
(tentu habislah pahala kebaikannya

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


asertif, yaitu pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya
tentang keutamaan istri-istri para mujahid yang mendapatkan derajat yang tinggi
di sisi Allah. Tindak tutur ilokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yaitu
Rasulullah menginformasikan tentang derajat istri-istri para mujahid. Dalam hal
ini yang menjadi penutur adalah nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato
dalam khutbah berupa hadits Nabi.

‫ش وبْ ٌٗ ِضً ٔقف أعش اٌخبسط‬١‫ِبٌٗ ثخ‬ٚ ٍٗ٘‫ أ‬ٝ‫ىُ خٍف اٌخبسط ف‬٠‫ أ‬.٣

/ayyukum khalafa al-khar>ij fi> ahlihi wama>lihi bikhairin; ka>na lahu mis|lu
nis}fu ajra al-kha>riji/ ‚siapapun dari kalian yang menggantikan orang yang
berangkat perang (berada di rumahnya untuk) melindungi keluarganya dan
hartanya dengan sebaik-baiknya, maka dia akan mendapatkan separuh dari pahala
orang yang berangkat perang.” Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi berupa:


asertif, yaitu pernyataan Rasulullah kepada umatnya bahwa seseorang yang tidak
ikut berperang tetapi dia menjaga rumah dan harta orang yang ikut berperang ia
mendapat separuh pahala dari orang yang ikut berperang. Tindak tutur ilokusi ini

44

Universitas Sumatera Utara


berfungsi kolaboratif (kerja sama) yaitu tuturan yang ditujukan untuk
menginformasikan tentang pahala orang yang tidak ikut berperang. Dalam hal ini
yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato
dalam khutbah berupa hadits Nabi.

14. Khutbah Rasulullah Saw. tidak ada pahala bagi mujahid yang meminta
bayaran

،‫ىُ األِقبس‬١ٍ‫ (عزفزؼ ػ‬:‫عٍُ لبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫ هللا ػٕٗ ػٓ إٌج‬ٝ‫ة سم‬ٛ٠‫ أ‬ٝ‫ػٓ أث‬

ِٓ ‫زخٍـ‬١‫ ف‬،‫ب‬ٙ١‫ىشٖ اٌشعً ِٕىُ اٌجؼش ف‬١‫ ف‬،‫س‬ٛ‫ب ثؼ‬ٙ١‫ىُ ف‬١ٍ‫مطغ ػ‬٠ ‫د ِغٕذح‬ٕٛ‫ْ ع‬ٛ‫عزى‬ٚ

‫ ِٓ أوفٗ ثؼش وزا؟ ِٓ أوفٗ ثؼش وزا؟‬: ‫ي‬ٛ‫م‬٠ ُٙ١ٍ‫ؼشك ٔفغٗ ػ‬٠ ً‫زقفؼ اٌمجبئ‬٠ ُ‫ ص‬،ِٗٛ‫ل‬

‫ٍزّظ‬٠ ‫ذ سعال غضا‬٠‫ي هللا أسأ‬ٛ‫ب سع‬٠ :ً‫لبي سع‬ٚ )ِٗ‫ آ خش لطشح ِٓ د‬ٌٝ‫ش ا‬١‫رٌه األع‬ٚ

،ً‫مج‬٠‫ اْ هللا ال‬.ٌٗ ‫ (ال ؽئ‬:‫ال ؽئ ٌٗ) فؤػبد٘ب صالس ِشاد فمبي‬ٚ( :‫اٌزوش ِبٌٗ؟ فمبي‬ٚ ‫األعش‬

)ٗٙ‫ع‬ٚ ٗ‫ ث‬ٝ‫اثزغ‬ٚ ‫ِٓ اٌؼًّ اال ِبوبْ ٌٗ خبٌقب‬

/’an abi> ayyu>bu rad}iya alla<hu ‘anhu ‘an al-nabiyyi> s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama
qala: (satftah} ‘alaikum al-ams}a>ri, wa sataku>nu junu>dun mijnadatun yaqt}a’u
‘alaikum fi>ha> bu’u>s|un, fayakrahu al-rijalu minkum al-ba’s|a fi>ha>, fayatakhallas}
min qaumihi, s|umma yatas}affahu al-qaba>ilu yu’rad}u nafsahu ‘alaihim yaqu>lu:
man akfahu ba’s|a kaz|a>? Man akfahu ba’s|a kaz|a? Wa z|a>lika al-aji>ru ila> a>khiri
qit}ratun min damihi) waqa>la rajulun: ya> rasu>lu alla>hi ara`aita rajulan gazzan
yaltamisu al-ajru waliz|ikri ma>luhu? Faqa>la: ( wala> syai`in lahu) fa a’a>daha> s|ala>s|a
marra>tin faqa>la: (la> syai`in lahu> inna alla>ha la> yaqbal, min al-‘amali illa> ma> ka>na
lahu kha>lis}an wabtagi> bihi wajhahu)>/ “dari abu ayyub r.a., dari nabi s.a.w., beliau
bersabda,”kan banyak kota –kota yang takluk di bawah kalian. Akan ada pasukan-
pasukan tempur yang lengkap dengan persenjataannya yang di hadang oleh
pasukan bayaran, lalu muncullah seseorang dari kalian yang tidak suka dengan
pasukan bayaran itu, lalu keluar dari barisan, kemudin mengawasi,‟siapakah yang
membiayai pasukan bayaran ini? Siapakah yang membiayai pasukan ini?‟ itulah
(mental) pasukan yang dibeli hingga titik darah penghabisannya.” Ada seseorang
yang bertanya, “wahai rasulullah, bagaimana menurut engkau (kalau) ada
sesorang berjihad untuk mendapatkan upah dan popularitas, apa yang ia dapat?”
Rasulullah s.a.w. menjawab,”dia tidak mendapat apa-apa,” dan kata-kata ini
beliau ulangi hingga tiga kali, dan kemudian rasulullah s.a.w. bersabda, “(orang
itu) tidak mendapatkan apa-apa. Sesungguhnya Allah itu tidak akan menerima

45

Universitas Sumatera Utara


dari amal apa pun kecuali amal yang benar-benar ikhlas karena-Nya serta hanya
mencari ridho-Nya.”

ٗٙ‫ع‬ٚ ٗ‫ ث‬ٝ‫اثزغ‬ٚ ‫ ِٓ اٌؼًّ اال ِبوبْ ٌٗ خبٌقب‬،ً‫مج‬٠‫ اْ هللا ال‬.ٌٗ ‫ ال ؽئ‬.١


/la> syai`in lahu> inna alla>ha la> yaqbal, min al-‘amali illa> ma> ka>na lahu kha>lis}an
wabtagi> bihi wajhahu/ ‚orang itu) tidak mendapatkan apa-apa. Sesungguhnya
Allah itu tidak akan menerima dari amal apa pun kecuali amal yang benar-benar
ikhlas karena-Nya serta hanya mencari ridho-Nya.”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi yaitu


asertiif, yaitu pendapat Rasulullah bahwa sesorang yang berjihad untuk
mendapatkan upah dan popularitas ia tidak akan mendapatkan apa pun dari
perjuangannya itu. Tindak tutur ikokusi ini berfungsi konvivial (menyenangkan)
yaitu Rasulullah menyambut pertanyaan seseorang dengan sopan dan lembut
mengenai seseorang mujahid yang meminta upah ketika berjihad di jalan Allah.
Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad, tuturan berbentuk
teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

15. Wasiat Rasulullah Saw. kepada para mujahid

ٖ‫فب‬ٚ‫خ أ‬٠‫ عش‬ٚ‫ؼ أ‬١‫ ع‬ٍٝ‫شا ػ‬١ِ‫عٍُ ارا أِش أ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ وبْ سع‬:‫ذح لبي‬٠‫ػٓ ثش‬

،‫ً هللا‬١‫ عج‬ٝ‫ا ثغُ هللا ف‬ٚ‫ (اغض‬:‫شا صُ لبي‬١‫ٓ خ‬١ٍّ‫ِٓ ِؼٗ ِٓ اٌّغ‬ٚ ‫ هللا‬ٜٛ‫ خبفزٗ ثزم‬ٝ‫ف‬

‫ن‬ٚ‫ذ ػذ‬١‫ارا ٌم‬ٚ ‫ذا‬١ٌٚ ‫ا‬ٍٛ‫ال رمز‬ٚ ‫ا‬ٍٛ‫ال رّض‬ٚ ‫ا‬ٚ‫ال رغذس‬ٚ ‫ا‬ٍٛ‫ال رغ‬ٚ ‫ا‬ٚ‫ اغض‬،‫ا ِٓ وفش ثبهللا‬ٍٛ‫لبر‬

،ُِٕٙ ً‫ب فبلج‬ٙ١ٌ‫ن ا‬ٛ‫ٓ ِبأعبث‬ٙ‫ز‬٠‫ خالي فؤ‬ٚ‫ صالس خقبي أ‬ٜ‫ اؽذ‬ٌٝ‫ُ ا‬ٙ‫ٓ فبدػ‬١‫ِٓ اٌّؾشو‬

ٌُٙ ْ‫ا أ‬ٍٛ‫أخجشُ٘ اْ ُ٘ فؼ‬ٚ ،ٓ٠‫بعش‬ٌّٙ‫ داس ا‬ٌٝ‫ي ِٓ داسُ٘ ا‬ٛ‫ اٌزؾ‬ٌٝ‫ُ ا‬ٙ‫ ادػ‬،ُٕٙ‫وف ػ‬ٚ

ُٙٔ‫ فؤخجشُ٘ أ‬،‫ب‬ِٕٙ ‫ا‬ٌٛٛ‫زؾ‬٠ ْ‫ أ‬ٛ‫اْ ُ٘ أث‬ٚ ،ٓ٠‫بعش‬ٌّٙ‫ ا‬ٍٝ‫ُ ِب ػ‬ٙ١ٍ‫ػ‬ٚ ،ٓ٠‫بعش‬ٌٍّٙ ‫ِب‬

ٌُٙ ْٛ‫ى‬٠ ‫ال‬ٚ ،ٓ١ٍّ‫ اٌّغ‬ٍٝ‫ ػ‬ٜ‫غش‬٠ ٜ‫ُ ؽىُ هللا اٌز‬ٙ١ٍ‫ ػ‬ٜ‫غش‬٠ ٓ١ٍّ‫ْ وؤػشا ة اٌّغ‬ٛٔٛ‫ى‬٠

‫ن‬ٛ‫خ فبْ ُ٘ أعبث‬٠‫ُ اٌغض‬ٍٙ‫ا فغ‬ٛ‫ فبْ ُ٘ أث‬،ٓ١ٍّ‫ا ِغ اٌّغ‬ٚ‫غب٘ذ‬٠ ْ‫اٌفئ ؽئ اال أ‬ٚ ‫ّخ‬١ٕ‫ اٌغ‬ٝ‫ف‬

ٓ‫ارا ؽبفشد أً٘ ؽق‬ٚ ،ٍُٙ‫لبر‬ٚ ‫ا فبعزؼٓ ثبهللا‬ٛ‫اْ ُ٘ أث‬ٚ ،ُٕٙ‫وف ػ‬ٚ ُِٕٙ ً‫فبلج‬

ٌُٙ ً‫ٌىٓ اعؼ‬ٚ ،ٗ١‫ال رِخ ٔج‬ٚ ‫ُ رِخ هللا‬ٌٙ ً‫ه فال رغؼ‬١‫رِخ ٔج‬ٚ ‫ُ رِخ هللا‬ٌٙ ً‫ن أْ رغؼ‬ٚ‫فؤساد‬

46

Universitas Sumatera Utara


‫ا رِخ‬ٚ‫ْ ِٓ أْ رخفش‬ٛ٘‫رُِ آثبئىُ أ‬ٚ ُ‫ا رِّى‬ٚ‫رُِ أفؾبثه فبٔىُ اْ رخفش‬ٚ ‫ه‬١‫رِخ أث‬ٚ ‫رِزه‬

ٍٝ‫ُ غ‬ٌٙ‫ن أْ رٕض‬ٚ‫اْ ؽبفشد أً٘ عقٓ فؤساد‬ٚ ،ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ٌٗ ف‬ٛ‫رِخ سع‬ٚ ‫هللا‬

ُٙ١‫ت ؽىُ هللا ف‬١‫ أرق‬ٜ‫ ؽىّه فبٔه ال رذس‬ٍٝ‫ُ ػ‬ٌٙ‫ٌىٓ أض‬ٚ ‫ ؽىُ هللا‬ٍٝ‫ُ غ‬ٌٙ‫ؽىُ هللا فال رٕض‬

.ٖٛ‫ٔؾ‬ٚ‫٘زا أ‬-‫ش‬٠‫اح اٌؾذ‬ٚ‫أؽذ س‬-ّٓ‫أَ ال) لبي ػجذ اٌشؽ‬

/’an buraidati qa>la: ka>na rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wasallama iz|a> amara
min al-muslimi>na khairan s|umma qa>la: (agazzu> bismi alla>hi fi>sabi>li alla>hi,qatalu>
min kufri billa>hi, agazzu> wa la> taglu> wa la> tagdaru> wa la> tams|ilu> wa la> taqtulu>
wali>dan waiz|a> laqi>ta ‘aduwwika min al-musyriki>na fa>da’ahum ila> ih}da> s|ala>s|a
khis}a>lin au khila>lin fa aitahunna ma>aja>bu>ka ilaiha> fa aqbala minhum, wakafa
‘anhum, ad’uhum ila> al-tah}awwuli min da>rihim ila> da>ri al-muha>jiri>na, wa
akhbarahum in hum fa’alu> anna lahum ma> lil muha>jiri>na, wa’alaihim ma> ‘ala> al-
muha>jiri>na, wa in hum abu> an yatah}awwilu> minha>, fa akhbarahum annahum
yaku>nu>na ka’a’ra>bin al-muslimi>na yajri> ‘alaihim hukmu alla>hi al-laz|i> yajri> ‘ala> al-
muslimi>na, wa la> yaku>nu lahum fi> al-gani>mati wa la-fa`i syai`in ayyuja>hidu> ma’a
al-muslimi>na, fain hum abu> fasalahumu al-jiziyyatu fa in hum aja>bu>ka fa aqbala
minhum wakafa ‘anhum, wa in hum abu> fasta’in billa>hi waqa>talahum, waiz}a>
h}as> }irat ahlu h}is}anin fa ara>du>ka an taj’ala lahum z|immatu alla>hi wa z|immatu
nabiyyika fala> taj’al lahum z|immatu alla>hi wa la> z|immatu nabiyyihi, wa lakinna
aj’ala lahum z|immatuka wa z|immatu abi>ka waz|immamu as}h}ab> ika fa innakum in
takhfiru> z|immamikum wa z|immamu a>ba>ikum ahwanun min an takhfiru> z|immatu
alla>hi wa z|imamatu rasu>lihi s}alla> alla>hi ‘alaihi wa sallama, wa in h}as> }irat ahlu
h}is}anin fa ara>du>ka an tanazzalhum ‘ala> h}ukmi alla>hi fala> tanazzaluhum ‘ala>
h}ukmi alla>hi wa lakinna anzalahum ‘ala> h}ukmika fa innaka la> tadri> atas}i>ba h}ukmi
alla>hi fi>him am la>) qa>la ‘abdu al-rah}mani-ah}mad rawa>tu al-h}adi>s|i-ha>z|a> au
nah}wuhu/ “Dari buraidah,ia berkata, Dahulu , apabila rasulullah s.a.w. telah
menunjuk seorang panglima untuk memimpin sebuah pasukan besar atau sebuah
pasukan kecil maka beliau pasti selalu memberikan pesan baik. Biasanya adalaha
berupa pesan takwa, yang beliau sampaikan kepada panglima yang beliau tunjuk
dan juga kepada pasukan muslimin yang dipimpin oleh panglima itu. Diantara
pesan rasulullah s.a.w. tersebut adalah sabda beliau,”berperanglah di jalan allah
dengan membaca basmalah, perangilah orang-orang yang berbuat kekufuran
terhadap Allah. Berperanglah kalian jangan sekali-kali berkhianat, jangan
melanggar janji kalian, dan janganlah alian menyiksa(musuh) dengan cara yang
tidak manusiawi (seperti memotong hidung, dan sebagainy). Janganlah kalian
membunuh anak-anak. Apabila kalian bertemu usuh dari golongan musyrikin
maka ,ajaklah mereka untuk memilih saklah satu dari tiga pilihan, dan kepada
pilihan mana saja yang mereka pilih di antara tiga itu maka terimalah, dan
kemudian lindungilah mereka. Serulah mereka pindah dari negara mereka ke
negeara muhajirin, katakanlah kepada mereka bahwa apabila mereka sudah
melakukan (hal itu) maka mereka akan mendapatkan sesuatu (hak dan kewajiban)

47

Universitas Sumatera Utara


seperti yag didapat oleh kaum muhajirin,dan mereka pun juga akan memikul
kewajiban seperti yang dipikul oleh kaum muhajirin. tetapi apabila mereka
menolak untuk pindah dari negerinya maka katakanlah bahwa mereka akan tetap
dianggap seperti kaum muslimin Arab lainnya di mana akan akan diberlakukan
atas mereka semua hukum Allah yang berlaku atasa kaum muslimin, hanya saja
mereka tidak mendapatkan bagian sedikit pun dari harta ghanimah dan fai
terkecuali jika mereka bersedia ikut berjihad bersama–sama dengan kaum
muslimin. Jika mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada Allah lalu
pergilah mereka. Dan jika ternyata kaum musilimin kalah lal mereka ingin
membuat sebuah perjanjian atas nama Allah dan rasulullah s.a.w. maka janganlah
kalian turuti (permintaan itu), tetapi buatlah perjanjian atas nama dirimu dan orag
tuamu, tentulah hal itu akan lebih mudah ketimbang kalian harus memenuhi janji
(yang dibuat atas nama ) Allah dan rasulullah s.a.w. dan jika ternyta mereka di
atsa hukum Allah maka janganlah sekali-kali kalian menempatkan mereka di atas
hukum Allah. Tetapi tempatkanlah mereka itu di atas hukum (buatan) kalian.
Karena kalian tentu belum tahu apakah kalian telah benar dalam menerapkan
hukum Allah terhadap mereka ataukah tidak.”

‫ا ِٓ وفش ثبهللا‬ٍٛ‫ لبر‬،‫ً هللا‬١‫ عج‬ٝ‫ا ثغُ هللا ف‬ٚ‫ اغض‬.١


/ agazzu> bismi alla>hi fi>sabi>li alla>hi,qatalu> min kufri billa>hi/ ‚berperanglah di jalan
allah dengan membaca basmalah, perangilah orang-orang yang berbuat kekufuran
terhadap Allah”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi direktif,


yaitu perintah yang disampaikan oleh rasulullah kepada para Mujahid untuk
berperang di jalan Allah dengan membaca basmallah dan memerangi orang yang
berbuat kekufuran serta orang orang yang melanggar perintah Allah Swt. Tindak
tutur ikokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yaitu tuturannya yang
ditujukan untuk menyatakan informasi mengenai pesan Rasulullah terhadap orang
yang berperang. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad,
tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

16. Khutbah Rasulullah Saw. ketika orang-orang anshar berhasil Mendapatkan


ghanimah tetapi beliau tidak memberikan bagian mereka.

ُٙ٠‫شُ٘ ثزساس‬١‫غ‬ٚ ْ‫غطفب‬ٚ ْ‫اص‬ٛ٘ ‫ٓ ألجٍذ‬١ٕ‫َ ؽ‬ٛ٠ ْ‫ ٌّب وب‬:‫ هللا ػٕٗ لبي‬ٝ‫ػٓ أٔظ سم‬

ٝ‫ا ػٕٗ ؽز‬ٚ‫ِؼٗ اٌطٍمبء فؤدثش‬ٚ ‫عٍُ ػؾشح آالف‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ِغ سع‬ٚ ،ُّٙ‫ٔؼ‬ٚ

‫ب ِؼؾش‬٠( :‫ٕٗ فمبي‬١ّ٠ ٓ‫ فبٌزفذ ػ‬:‫ لبي‬.‫ئب‬١‫ّب ؽ‬ٕٙ١‫خٍو ث‬٠ ٌُ ٓ٠‫ِئز ٔذاء‬ٛ٠ ٜ‫ؽذٖ فٕبد‬ٚ ٝ‫ثم‬

48

Universitas Sumatera Utara


‫األٔقبس ) فمبٌ‪ٛ‬ا‪ٌ :‬ج‪١‬ه ‪٠‬ب سع‪ٛ‬ي هللا ٔؾٓ ِؼه أثؾش‪ .‬صُ ااٌزفذ ػٓ ‪٠‬غبسٖ فمبي‪٠( :‬ب ِؼؾش‬

‫األٔقبس) فمبٌ‪ٛ‬ا‪ٌ :‬ج‪١‬ه ‪٠‬ب سع‪ٛ‬ي هللا أثؾش‪ٔ ،‬ؾٓ ِؼه ‪ ٛ٘ٚ‬ػٍ‪ ٝ‬ثغٍخ ث‪١‬نبء فٕضي ‪ٚ‬لبي‪( :‬أٔب‬

‫ػجذ هللا ‪ٚ‬سع‪ )ٌٗٛ‬فؤٔ‪ٙ‬ضَ اٌّؾشو‪ٚ ،ْٛ‬أفبة غٕبئُ وض‪١‬شح فمغّ‪ٙ‬ب ث‪ ٓ١‬اٌّ‪ٙ‬بعش‪ٚ ٓ٠‬اٌطٍمبء‬

‫‪٠ ٌُٚ‬ؼو األٔقبس ِٕ‪ٙ‬ب ؽ‪١‬ئب‪ ،‬فمبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬ارا وبٔذ اٌؾذح فٕؾٓ ٔذػ‪٠ٚ ٝ‬ؼط‪ ٝ‬اٌغٕبئُ غ‪١‬شٔب‪ .‬فجٍغٗ‬

‫رٌه فغّؼ‪ٚ ُٙ‬لبي‪٠( :‬ب ِؼؾش األٔقبس ِب ِمبٌخ ثٍغزٕ‪ ٝ‬ػٕىُ‪ٚ ،‬عذح ‪ٚ‬عذرّ‪٘ٛ‬ب ف‪ ٝ‬أٔفغىُ أٌُ‬

‫آرىُ مالال ف‪ٙ‬ذاوُ هللا ‪ٚ‬ػبٌخ فؤغٕبوُ هللا‪ٚ ،‬أػذاء فؤٌف هللا ث‪ ٓ١‬لٍ‪ٛ‬ثىُ؟ لبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬ثٍ‪ ٝ‬هللا ‪ٚ‬سع‪ٌٗٛ‬‬

‫أِٓ ‪ٚ‬أفنً‪ .‬لبي‪( :‬أال رغ‪١‬ج‪ٝٔٛ‬؟ لبٌ‪ٛ‬ا‪ِٚ :‬برا ٔغ‪١‬ه ‪٠‬ب سع‪ٛ‬ي هللا ؟ لبي‪( :‬أِب ‪ٚ‬هللا ٌ‪ٛ‬ؽئزُ لٍزُ‬

‫فقذلزُ‪ .‬أر‪١‬زٕب ِىزثب فقذلٕبن‪ِٚ ،‬خز‪ٚ‬ال فٕقشٔبن‪ٚ ،‬هش‪٠‬ذا فؤ‪ٕ٠ٚ‬بن ‪ٚ‬ػبئال فآع‪ٕ١‬بن ‪ٚ‬خبئفب‬

‫فؤِٕبن‪ٚٚ ،‬وٍزىُ اٌ‪ ٝ‬اعالِىُ‪ .‬أفال رشم‪٠ ْٛ‬ب ِؼؾش األٔقبس أْ رز٘ت إٌبط اٌ‪ ٝ‬سؽبٌ‪ُٙ‬‬

‫ثبٌؾبح ‪ٚ‬اٌجؼ‪١‬ش‪ٚ ،‬رشعؼ‪ ْٛ‬ثشع‪ٛ‬ي هللا اٌ‪ ٝ‬سؽبٌىُ؟ ‪ٚ‬اٌز‪ٔ ٜ‬فغ‪ ٝ‬ث‪١‬ذٖ ٌ‪ٛ‬ال اٌ‪ٙ‬غشح ٌىٕذ اِشءا‬

‫ِٓ األٔقبس ‪ ٌٛٚ‬عٍه إٌبط ؽؼجب ‪ٚ‬عٍىذ األٔقبس ؽؼجب ٌغٍىذ ؽؼت األٔقبس‪ .‬أوزت ٌىُ‬

‫ثبٌجؾش‪ ٓ٠‬وزبثب ِٓ ثؼذ‪ ٜ‬رى‪ٌ ْٛ‬ىُ خبفخ د‪ ْٚ‬إٌبط؟) لبٌ‪ٛ‬ا‪ِٚ :‬ب ؽبعزٕب ثؼذن ‪٠‬ب سع‪ٛ‬ي‬

‫هللا؟ لبي‪( :‬أِب ال فغزش‪ ْٚ‬ثؼذ‪ ٜ‬أصشح فبفجش‪ٚ‬ا ؽز‪ ٝ‬رٍم‪ٛ‬ا هللا ‪ٚ‬سع‪ ،ٌٗٛ‬فبْ ِ‪ٛ‬ػذوُ اٌؾ‪ٛ‬ك‬

‫‪ ٛ٘ٚ‬وّب ث‪ ٓ١‬فٕؼبء ‪ٚ‬ػّبْ‪ٚ ،‬آٔ‪١‬زٗ أوضش ِٓ ػذد إٌغ‪ .َٛ‬اٌٍ‪ ُٙ‬اسؽُ األٔقبس ‪ٚ‬أثٕبء‬

‫األٔقبس ‪ٚ‬أثٕبء أثٕبء األٔقبس) فجى‪ٛ‬ا ؽز‪ ٝ‬أخنٍ‪ٛ‬ا ٌؾبُ٘‪ٚ ،‬لبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬سم‪ٕ١‬ب ثشع‪ٛ‬ي هللا ؽظب‬

‫‪ٚ‬لغّب‪ٚ ،‬أقشف‪ٛ‬ا‪.‬‬

‫‪/’an anasin rad}iya alla>hu ‘anhu qa>la: lamma> ka>na yaumun h}unainin aqbalat‬‬
‫‪hawa>zinun wa gat}afa>nun wagairuhum biz}ira>rihim wani’amihim, wa ma’a rasu>lu‬‬
‫‪alla>hi s}alla> alla<hu ‘alaihi wa sallama ‘asyratun a>laf>in wa ma’ahu al-t}alaqa>i fa‬‬
‫}‪adbaru> ‘anhu h}atta> baqa> wah}dahu fana>da> yaumaiz|in nida>i>na lam yakhlat‬‬
‫‪bainahuma> syaian. Qa>la: faltafat ‘an yami>nihi faqa>la: (ya> ma’syara al-ans}a>ru),‬‬
‫‪faqa>lu>: labbaika ya> rasu>lu alla>hi nah}nu ma’aka absyiru. S|umma altafat ‘an‬‬
‫‪yasa>rahu faqa>la: ( ya> ma’syara al-ans}a>ru) faqa>lu>: labbaika ya rasu>lu alla>hi‬‬
‫‪absyiru, nah}nu ma’aka wahuwa ‘ala> bagilatin baid}ai> n fanazala waqa>la: (ana> ‘abdu‬‬

‫‪49‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


alla>hi wa rasu>lihi) fanhazzamu al-musyriku>na, wa as}a>ba gana>imu kas|i>ratun
faqasamuha> baina al-muha>jiri>na wa al-t}alaqa>i walam yu’t}i al-ans}a>ri minha>
syai`an, faqa>lu>: iz|a> ka>nat al-syaddatu fanah}nu nad’a> wa yu’t}i al-gana>imu gairana>.>
Fabalagahu z|a>lika fajama’ahum waqa>la: (ya ma’syara al-ans}a>ru ma> maqa>latun
qulu>bikum?) qa>lu>: bala> alla>hu warasu>luhu amanna wa afd}alu. Qa>la: (alla>
taji>bu>ni>?) qa>lu>: wa ma>z|a> naji>baka ya> rasu>lu alla>hi? Qa>la: (amma> wa alla>hu lau
syi`tum qultum fas}adaqtum. Ataitana> mukaz|z|iban fas}adaqna>ka, wa makhz|u>lan
fanas}arana>ka, wat}ari>dan fa awiyanna>ka wa ‘a>ilan fa a>saina>ka wa kha>ifan fa
amana>ka, wawakaltukum ila> isla>mikum. Afala> tard}auna ya> ma’syara al-ans}a>ru an
taz|haba al-na>su ila> rih}a>lihim bi al-sya>ti wa al-ba’i>ri, wa tarji’u>na birasu>li alla>hi
ila> rih}al> ikum? Wa al-laz|i> nafsi> biyadihi laula al-hijratu lakuntu amra`an min al-
ans}a>ri walau salaka al-na>su syu’ban wasalakat al-ans}a>ru syu’ban lisalakati
syu’ubu al-ans}a>ri. Uktubu lakum bi al-bah}raini kita>ban min ba’di> taku>nu lakum
kha>s|\s|atan du>na al-na>su?) qa>lu: wa ma> h}aj> atana> ba’daka ya> rasu>lu alla>hi? Qa>la:
(amma> la> fastaru>na ba’da> as|aratin fas|biru> h}atta> talaqu alla>hi wa rasu>lihi, fainna
mau’idukum al-h}u>du} wahuwa kama> baina s}ana’ai wa’amma>ni, wa a>naituhu
aks|aru min ‘adadi al-nuju>mi. Alla>humma arh}amu al-ans}a>ri wa abna`u al-ans}a>ri
wa abna`u wa abna`u al-ans}a>ri) fabaku> h}atta> akhd}alu> lah}ah> um, waqa>lu>: rad}i>na>
birasu>li alla>hi h}az}z}an wa qasman, wans}arifu>/ “Dari anas r.a., ia berkata, Tatkala
perang humain terjadi, maka bersiap-siagalah golongan hawazin, golongan
ghathafan, dan lain-lain dengan membawa wanita, anak-anak, dan ternak-ternak,
mereka sementara pasukan yang dibawa oleh rasulullah s.a.w. adalah berjumlah
sepuluh ribu termasuk orang-orang yang masuk islam pada waktu penaklukan
mekkah, tetapi kemudian mereka semua meninggalkan beliau sehingga akhirnya
rasulullah s.a.w. tinggal sendrian, lalu pada saat itu beliau pun berseru dua kali
secara beruntun yang di dalamnya beliau tidak menyerukan apa pun selain itu.
Anas berkata, Lalu rasulullah s.a.w. menoleh ke sebelah kanannya dan
bersabda,”wahai segenap orang-orang anshar!” Mereka menjawab,”labbaik, wahai
rasulullah! Berbahagialah kami (akan tetap) berama engkau!” Lalu rasulullah
s.a.w. menoleh ke sebelah kirinya dan bersabda,”wahai segenap orang-orang
anshar!” Mereka menjawab,”labbaik, wahai rasulullah! Berbahagialah kami (akan
tetap) berama engkau!” Pada saat itu, rasulullah s.a.w. yang semula duduk diatas
bagalnya yang berwrna putih, segera turun dan kemudian berkata,”aku adalah
hambah Allah dan rasul-Nya.” Beberapa saat kemudian, kalahlah kaum
musyrikin, lalu rasulullah mendapatkan ghanimah yang banyak sekali yang
kemudai beliau bagikan kepada orang-orang muhajirin dan orang-orang yang
masuk islam ketika rsulullah menaklukkan mekkah, sementara orang-orang yang
anshor tidak diberi sedikit pun dan ghanimah itu. Maka orang-otang anshar itu
pun ramai mengumpat,”jika ada kesulitan maka kamilah yang panggil, sementara
harta rampasan perang yang didapat justru diberikan kepada orang lain.”
Kemudian sampailah berita itu kepada rasulullah s.a.w.sehingga beliau pun
langsung mengumpulkan mereka (orang-orang anshar itu) dan kemudian
bersabda.”wahai orang-orang anshar! Kata-kata yang kalian ucapkan telah sampai
beritanya kepadaku, begitu juga kemarahanyang kalian lampiaskan kepada diri
kalian sendiri. Bukanlah dulu aku datang kepada kalian di saat kalian masih dalam
sesat lalu Allah memberikan hidayah kepada kalian? Bukankah dahulu miskin lalu

50

Universitas Sumatera Utara


Allah memberikan kekayaan kepada kalian? Dan bukankah dulu kalian
bermusuhan lalu Allah melunakkan hati kalian (sehingga kalian dpat berdamai
satu sama lain) Mereka menjawab,”ya! Allah dan Rasul-Nya amatlah pemurah
lagi penyantun.” Rasulullah s.a.w. lalu bertanya lagi,” tidakkah kalian ingin
berdalih kepadaku ?” Mereka balik bertanya,”kami harus berdalih dengan apa,
wahai rasulullah?” Rasulullah menjawab,”ketahuilah, demi Allah, seandainya
kalian mau berdalih, pastilah (dalih kalian itu)benar. Yaitu (dengan berkata),‟dulu
engkau (rasulullah) datang kepada kami karena dianggap pendusta lalu kamilah
yang mempercayai ucapanmu, dulu engkau terlantar lalu kamilah yang menolong
engkau, dulu kau terusir lalu kamilah yang melindugi engkau, engkau miskin lalu
kamilah yang menolong engkau, dan dulu engkau takut lalu kami memberikan
jaminan keamanan kepada engkau.‟ Dan (yang jelas)aku serahkan keteguhan
Islam kalian kepada kalian sendiri. Tidak relakah kalian, wahai orang-orang
anshar, jika orang-orang (selain kalian) itu pulang dengan (mendapatkan
ghanimah) kambing dan unta, sementara kalian pulang bersama rasulullah s.a.w. ?
demi zat yang diri muhammad ada pada genggamn-Nya, seandainya peristiwa
hijrah tidak pernah terjadi, maka pastilah diriku akan menjadi salah seorang dari
golongan anshar, dan seandainya orang-orang (selain anshar) berjalan menyusuri
bukti dan orang-orang anshar –pun(juga) jalan menelusuri bukit, maka pastilah
aku akan memilih jalan bukit yang dilewati orang-orang anshar. Dan aku akan
mengirimkan surat (utusan) ke wilayah bahrain,(untuk mengungut jizyah) yang
kesemuanya akan kuserahkan kepada kalian saja.” Maka lalu bertanya lagi,” apa
keperluan kami sepeninggal engkau wahai rasulullah?” Rasulullah s.a.w.
menjawab,”ketahuilah, sepeninggalku nanti kalian akan melihat orang-orang
selain kalian mendapatkan ghanimah yang lebih banyak. Maka (ketika itu)
hendaklah kalian bersabar sampai kalian berjumpa dengan Allah dan rasul-Nya.
Karena yang telah dijanjikan untuk kalian adalah sebuah telaga (kautsar) yang
luasnya adalah seperti jarak antara shan‟na dan amman, dan benjana-benjana di
sana jumlahnya jauh lebih banyak dari pada jumlah bintang-bintang yang ada (di
langit). Wahai allah, rahmatilah orang-orang anshar, anak-anak mereka, dan
cucu-cucu mereka!” Maka menangislah mereka (orang-orang anshar) sampai air
mata membasahi jenggot mereka. Mereka lalu berkata,”kami ridha dan rela
terhadap bagian yang diberikan oleh rasulullah s.a.w.” lalu orang-orang anshar itu
pun beranjak dari tempat itu.”

‫ وّب‬ٛ٘ٚ ‫ك‬ٛ‫ػذوُ اٌؾ‬ِٛ ْ‫ فب‬،ٌٗٛ‫سع‬ٚ ‫ا هللا‬ٛ‫ رٍم‬ٝ‫ا ؽز‬ٚ‫ أصشح فبفجش‬ٜ‫ْ ثؼذ‬ٚ‫ أِب ال فغزش‬.١
‫أثٕبء‬ٚ ‫أثٕبء األٔقبس‬ٚ ‫ُ اسؽُ األٔقبس‬ٌٍٙ‫ ا‬.َٛ‫زٗ أوضش ِٓ ػذد إٌغ‬١ٔ‫آ‬ٚ ،ْ‫ػّب‬ٚ ‫ٓ فٕؼبء‬١‫ث‬
‫أثٕبء األٔقبس‬
/amma> la> fastaru>na ba’da> as|aratin fas|biru> h}atta> talaqu alla>hi wa rasu>lihi, fainna
mau’idukum al-h}u>du} wahuwa kama> baina s}ana’ai wa’amma>ni, wa a>naituhu
aks|aru min ‘adadi al-nuju>mi. Alla>humma arh}amu al-ans}a>ri wa abna`u al-ans}a>ri
wa abna`u wa abna`u al-ans}a>ri/ ‚ketahuilah, sepeninggalku nanti kalian akan
melihat orang-orang selain kalian mendapatkan ghanimah yang lebih banyak.
Maka (ketika itu) hendaklah kalian bersabar sampai kalian berjumpa dengan Allah
dan rasul-Nya. Karena yang telah dijanjikan untuk kalian adalah sebuah telaga

51

Universitas Sumatera Utara


(kautsar) yang luasnya adalah seperti jarak antara shan‟na dan amman, dan
benjana-benjana di sana jumlahnya jauh lebih banyak dari pada jumlah bintang-
bintang yang ada (di langit). Wahai allah, rahmatilah orang-orang anshar, anak-
anak mereka, dan cucu-cucu mereka!”

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi direktif,


yaitu nasihat yang disampaikan oleh rasulullah kepada umatnya untuk bersabar
ketika melihat ketidakadilan dalam pembagian harta rampasan perang jika mereka
bersabar maka Allah telah menjanjikan bagi mereka sebuah telaga(kautsar).
Tindak tutur ilokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yaitu tuturannya yang
ditujukan untuk menyatakan informasi kepada mitra tuturnya mengenai
pembagian harta ghanimah. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

17. Khutbah Rasulullah Saw. tentang orang-orang anshar pada saat


penaklukam mekah.

ٝ‫فزؾّب لبي ألث‬١ٌ ‫ ِىخ‬ٌٝ‫ٓ عبس ا‬١‫عٍُ ؽ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫شح أْ سع‬٠‫ ٘ش‬ٝ‫ػٓ أث‬

ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ا سع‬ٛ‫ج‬١‫ب ِؼؾش األٔقبس أع‬٠ :‫ (ا٘زف ثبألٔقبس) فمبي‬:‫شح‬٠‫٘ش‬

)ّٖٛ‫ؾش فّٓ ٌىُ أؽذ أّٔز‬٠ ‫ك فال‬٠‫ا ٘زا اٌطش‬ٛ‫ (اعٍى‬:‫ صُ لبي‬.‫ؼبد‬١ِ ٍٝ‫ا ػ‬ٛٔ‫ا وؤّٔب وب‬ٚ‫فغبء‬

‫ هللا‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ُ فطبف سع‬ٙ١ٍ‫عٍُ ففزؼ هللا ػ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ‫ فغبس سع‬،ّٖٛ‫ فزٍز‬ٜ‫أ‬

‫ اٌقفب فقؼذ اٌقفب فخطت‬ٍٝ‫ ث‬ٜ‫ٓ صُ خشط ِٓ اٌجبة اٌز‬١‫ سوؼز‬ٍٝ‫ف‬ٚ ،‫ذ‬١‫عٍُ ثبٌج‬ٚ ٗ١ٍ‫ػ‬

،ِٗٛ‫ أِب اٌشعً فؤخزرٗ اٌشأفخ ثم‬:‫ُ ٌجؼل‬ٙ‫ فمبٌذ األٔقبس ثؼن‬،ِٕٗ ً‫األٔقبس أعف‬ٚ ‫إٌبط‬

‫ب ِؼؾش األٔقبس ال‬٠( :‫ ثّب لبٌذ األٔقبس فمبي‬ٝ‫ؽ‬ٌٛ‫ ا‬ٌٝ‫أٔضي هللا رؼب‬ٚ ،ٗ‫ز‬٠‫ لش‬ٝ‫اٌشغجخ ف‬ٚ

‫ ػجذ هللا‬ٝٔ‫هللا ا‬ٚ ‫ (فّٓ أٔب ارا؟ وال‬:‫زٗ) لبي‬٠‫ لش‬ٝ‫سغجخ ف‬ٚ ،ِٗٛ‫ فمذ أدسوزٗ سأفخ ثم‬:ٌْٛٛ‫رم‬

‫ي هللا ِب لٍٕب رٌه اال ِخبفخ‬ٛ‫ب سع‬٠ ‫هللا‬ٚ :‫ا‬ٌٛ‫اٌّّبد ِّبرىُ) لب‬ٚ ،ُ‫بو‬١‫ب ِؾ‬١‫ٌٗ ؽمب فبٌّؾ‬ٛ‫سع‬ٚ

52

Universitas Sumatera Utara


ٖ‫ُ اال ِٓ لذ ثً ٔؾش‬ِٕٙ ‫ا هلل ِب‬ٛ‫ ف‬:‫ٌٗ) لبي‬ٛ‫ػٕذ سع‬ٚ ،‫ْ ػٕذهللا‬ٛ‫ (أٔزُ فبدل‬:‫ لب ي‬،‫أْ رفبسلٕب‬

.‫ع‬ِٛ‫ثبٌذ‬

/’an abi> hurairata anna rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama h}i>na sa>ra ila>
al-ans}a>ru aji>bu> rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama fa ja>u> kaannama> ka>nu>
‘ala> mi>’a>din. S|umma qa>la: (asalaku> ha>z|a> al-t}ari>qi fala> yasyaru faman lakum wa
sallama fafath}ulla>hi ‘alaihim fat}a>fa rasu>lu alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama bi
al-baiti, wa s}alla> rak’ataini s|umma kharaja min al-ba>bi al-laz|i> bala> al-s}afa>
fas}a’ada al-s}a>fa fakhat}aba al-na>su wa al-ans}a>ru asfala minhu, faqa>lat al-ans}a>ra
ba’d}ahum liba’d}in: amma> al-rajulu fa akhaz|athu al-ra`afatu biqaumihi, wa al-
ragabatu fi> qaryatihi, wa anzala alla>hu ta’ala> al-wah}yu bima> qa>lat al-ans}a>ra
faqa>la: (ya> ma’syara al-ans}a>ru la> taqu>lu>na: faqad adraktuhu ra`afatun biqaumihi,
waragabatun fi> qaryatihi) qa>la: faman ana> iz|an? Kalla> wa alla>hi inni> ‘abdu alla>hi
wa rasu>lihi h}aqqan fa al-mah}ya> mah}ya>kum, wa al-mama>tu mama>tikum) qa>lu>:
(wa alla>hi ya> rasu>li alla>hi ma> qulna> z|a>lika illa> makha>fati an tafa>raquna>, qa>la:
(antum s}a>diqu>na ‘inda alla>hi, wa ‘inda rasu>lihi) qa>la: fawalla>hi ma> minhum illa>
man qad bal nah}ruhu bi al-damu>’i/ ‚dari abu hurairah, bahwa pada saat rasulullah
s.a.w. berangkat ke mekkah untuk menaklukkan kota itu, beliau bersabda kepada
abu hurairah, ‚panggillah orang-orang anshar!‛. Kemudian abu hurairah pun
berseru,‛wahai orang-orang anshar! Datanglah kalian menghadap rasulullah
s.a.w.!‛. maka, orang-orang anshar pun berdatangan seolah-olah mereka
menyambut panggilan di hari pembalasan. Kemudian rasulullah s.a.w. bersabda,
‚lewatilah jalan ini! Dan jika seseorang (musuh) muncul di hadapan kalian,
segeralah kalian bunuh ia!‛. Rasulullah s.a.w. pun berangkat, kemudian Allah
memberikan kemenangan kepada beliau atas orang-orang kafir. Maka
berthawaflah rasulullah s.a.w. dengan mengelilingi baitullah (ka’bah), lalu beliau
shalat dua rakaat, dan kemudian keluar pintu yang dekat bukit shafa dan terus
naik ke bukit shafa untuk menyampaikan khutbah di hadapan kaum muslimin.
Sementara (pada saat itu) orang-orang anshar telah berada di bawah bukit shafa.
Maka berkatalah sebagian orang-orang anshar kepada sebagian lain, ‚ternyata
laki-laki ini (rasulullah s.a.w.) hatinya telah dikuasai oleh perasaan sayang
kepada keluarganya, dan perasaan cinta kepada kampung halamanya,‛. Maka
Allah pun menurunkan wahyu berkaitan dengan pernyataan orang-orang anshar
tersebut. Dan kemudian rasulullah s.a.w. bersabda, ‚ wahai orang-orang anshar,
kalian tidak boleh mengatakan behwa lelaki ini (aku) hatinya telah dikuasai pleh
perasaan sayang kepada keluarganya, dan perasaan cinta kepada kampung
halamannya.‛. Lalu rasulullah s.a.w. melanjutkan sabdanya,kalau begitu,
siapakah aku ini ? janganlah begitu ! demi Allah, sesungguhnya aku ini adalah
benar-benar seorang hamba Allah dan rasul-nya. Kehidupan ini adalah kehidupan
kalian, dan kematian adalah juga kematian kalian.‛orang-orang anshar lalu
berkata, ‚demi Allah, wahai rasulullah ,kami mengatakan yang sedemikian itu
sebenarnya hanya karena kami merasa takut engkau berpisah dengan kami.‛ Lalu
rasulullah s.a.w. bersabda, ‚kalian semua adalah orang-orang yang benar menurut

53

Universitas Sumatera Utara


Allah dan menurut rasul-nya.‛ Abu hurairah lalu berkata, ‚ Demi Allah, (pada
saat itu) tak seorang pun dari mereka (kaum anshar) yang tidak mencucurkan air
mata.‛

ّٖٛ‫ فزٍز‬ٜ‫ٖ أ‬ّٛ‫ؾش فّٓ ٌىُ أؽذ أّٔز‬٠ ‫ك فال‬٠‫ا ٘زا اٌطش‬ٛ‫ اعٍى‬.
/asalaku> ha>z|a> al-t}ari>qi fala> yasyaru faman lakum wa sallama fafath}ulla>hi
‘alaihim/ ‚lewatilah jalan ini! Dan jika seseorang (musuh) muncul di hadapan
kalian, segeralah kalian bunuh ia!‛.
Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi direktif,
yaitu perintah yang disampaikan oleh rasulullah kepada kaum anshar untuk
membunuh musuh yang melewati jalan yang diperintahkan Rasulullah Saw.
Tindak tutur ilokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja sama) yaitu tuturannya
ditijukan untuk menginformasikan kepada orang-orang Anshar pada saat
penaklukan Mekkah. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

18. Riwayat lain tentang orang-orang anshar pada saat penaklukan mekah

َ‫قٕغ اٌطؼب‬٠ ‫ فىبْ اٌشعً ِٕب‬،‫شح‬٠‫ ٘ش‬ٛ‫ِؼٕب أث‬ٚ ‫خ‬٠ٚ‫ ِؼب‬ٌٝ‫فذٔب ا‬ٚ :‫ػٓ ػجذ هللا ثٓ سثبػ لبي‬

ٝ‫شح ؽذصٕب ػٓ إٌج‬٠‫ب أثب ٘ش‬٠ :‫ لٍذ‬ِٝٛ٠ ْ‫ فٍّب وب‬:‫ لبي‬،‫ِب‬ٛ٠ ‫٘زا‬ٚ ،‫ِب‬ٛ٠ ‫ ٘زا‬.ٗ‫ أفؾبث‬ٛ‫ذػ‬٠

‫َ اٌفزؼ‬ٛ٠ ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ف‬ٝ‫ وٕذ ِغ إٌج‬:‫ فمبي‬.‫ذسن هؼبِٕب‬٠ ٝ‫عٍُ ؽز‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ف‬

ٍٝ‫ذح ػ‬١‫عؼً أثب ػج‬ٚ ،ٜ‫ األخش‬ٍٝ‫ش ػ‬١‫عؼً اٌضث‬ٚ ٓ١‫ اٌّغٕجز‬ٜ‫ اؽذ‬ٍٝ‫ذ ػ‬١ٌٌٛ‫فغؼً خبٌذ ثٓ ا‬

ٌْٛٚ‫ش‬ٙ٠ ‫ا‬ٚ‫ فغبء‬،ُٙ‫ر‬ٛ‫ األٔقبس) فذػ‬ٌٝ ‫شح ادع‬٠‫ب أثب ٘ش‬٠( :‫ صُ لبي‬. ٜ‫اد‬ٌٛ‫ ثطٓ ا‬ٝ‫اٌغبلخ ف‬

ُ‫ػذو‬ِٛ ُ‫ ص‬.‫ُ٘ ؽقذا‬ٚ‫ُ٘ غذا فبؽقذ‬ّٛ‫ز‬١‫ؼ فبرا ٌم‬٠‫ ثبػ لش‬ٚ‫ب ِؼؾش األٔقبس ٘زا أ‬٠( :‫فمبي‬

ٌٗٛ‫ سع‬ٍٝ‫فزؼ هللا ػ‬ٚ :‫ لبي‬.ِٖٛ‫ُ أؽذ اال أٔب‬ٌٙ ‫ؾشف‬٠ ٌُ ‫ فٍّب وبْ ِٓ اٌغذ‬،ٖ‫ذ‬١‫أؽبس ث‬ٚ )‫اٌقفب‬

‫ؾش‬١‫ي هللا أث‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫بْ فمبي‬١‫ عف‬ٛ‫ٗ فغبءٖ أث‬١ٍ‫ اٌقفب فمبَ ػ‬ٝ‫عٍُ فؤر‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ف‬

ٝ‫ (ِٓ دخً داس أث‬:ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ف‬ٛ ‫ فمبي سع‬،َٛ١ٌ‫ؼ ثؼذ ا‬٠‫ؼ فال لش‬١٠‫خنشاء لش‬

‫ أِب اٌشعً فمذ أخزرٗ سأفخ‬: ‫ فمبٌذ األٔقبس‬.ِٓ‫ آ‬ٛٙ‫ عالؽٗ ف‬ٝ‫ِٓ أٌم‬ٚ ) ِٓ‫ آ‬ٛٙ‫بْ ف‬١‫عف‬

54

Universitas Sumatera Utara


‫ب‬٠( :‫ رٌه فمبي‬ٝ‫عٍُ ف‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ هللا ف‬ٝ‫ ٔج‬ٍٝ‫ ػ‬ٝ‫ؽ‬ٌٛ‫ٔضي ا‬ٚ ،ٗ‫ز‬٠‫ لش‬ٝ‫سغجخ ف‬ٚ ،ٗ‫شر‬١‫ثؼؾ‬

‫ وال أٔب ػجذ هللا‬.ٗ‫ز‬٠‫ لش‬ٝ‫سغجخ ف‬ٚ ،ٗ‫شر‬١‫ أِب اٌشعً فمذ اخزرٗ سأفخ ثؼؾ‬:ُ‫ِؼؾش األٔقبس لٍز‬

‫ي هللا ِب لٍٕب‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫ا‬ٌٛ‫اٌّّبد ِّبرىُ) فمب‬ٚ ُ‫بو‬١‫ب ِؾ‬١‫اٌّؾ‬ٚ ،ُ‫ى‬١ٌ‫ا‬ٚ ‫ هللا‬ٌٝ‫ٌٗ ٘بعشد ا‬ٛ‫سع‬ٚ

ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ٌٗ ف‬ٛ‫سع‬ٚ ‫ (اْ هللا‬:‫عٍُ فمبي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ٌٗ ف‬ٛ‫سع‬ٚ ‫اال مٕب ثبهللا‬

)ُ‫ؼزسأى‬٠ٚ ُ‫قذلبٔى‬٠

/’an ‘abdi alla>hi bin rabbah} qa>la: wafdana> ila> mu’a>wiyati wa ma’nan abu> wa ha>z|a>
yauman, qa>la: falamma> ka>na yaumi> qultu: ya> aba> hurairatin h}adis|na> ‘ani al-
nabiyyi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama h}atta> yudrika t}a’a>mana>. Faqa>la: kuntu
ma’a al-nabiyyi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama yaumu al-fath}i faja’ala kha>lid bin
al-wali>di ‘ala> ih}da> al-mujnibataini wa ja’ala zubair ‘ala> al-ukhra>, wa ja’ala aba>
‘ubaidah ‘ala> al-sa>qati fi> bat}ni al-wa>di. S|umma qa>la: (ya> aba> hurairatin ad’u li> al-
ans}a>ri) fada’autuhum, faja>u> yahru>lu>na faqa>la: (ya> ma’syara al-ans}a>ri ha>z|ihi au
ba>syin quraisyin faiz|a> laqi>tumu>hum gadan fah}s}udu>hum h}as}dan. S|umma
mau’idukum al-s}afa>) wa asya>ru biyadihi, falamma> ka>na min al-gadi lam yasyrif
lahum ah}ada illa> ana>mu>hu. Qa>la: waftah}u alla>hu ‘ala> rasu>lihi s}alla> alla>hu ‘alaihi
wa sallama fa ata> al-s}afa> faqa>ma ‘alaihi faja>uhu abu> sufya>ni faqa>la: ya> rasu>lu
alla>hi abaih}as|u khud}ra`u quraisyin fala> quraisyin ba’da al-yaumi, faqa>la rasulu>
alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama: (man dakhala da>run abi> sufya>ni fahuwa man
alqa> sala>h}ahu fahuwa a>mana. Faqa>lati al-ans}a>ri: amma> al-rajulu faqad akhaz\athu
ri`afatan bu’syi>ratihi, warugbatun fi> qaryatihi, wa nazala al-wah}yu ‘ala> nabiyyi
alla>hi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama fi> z|a>lika faqa>la: (ya> ma’syara al-ans}a>ri
qultum: amma> al-rajulu faqad akhaz|athu ri`afatan bu’syi>ratihi, warugbatun fi>
qaryatihi. Kalla> ana> ‘abdu alla>hi wa rasu>lihi ha>jarat ila> alla>hi wa ilaikum, wa al-
mah}ya> mah}ya>kum wa al-mama>tu mamatukum ) faqa>lu>: ya> rasu>lu alla>hi ma> qulna>
illa> d}anan billa>hi warasu>lihi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama faqa>la: (inna alla>ha wa
rasu>lihi s}alla> alla>hu ‘alaihi wa sallama yas}diqa>nikum wa ya’z|ira>nikum)/ ‚ dari
abdullah ibn rabah, ia berkata, kami di utus untuk menghadap mu’awiyah dan di
antara kami turut pula abu hurairah r.a. lalu ada salah seorang dari kami yang
membuat makanan dan berkata kepada shabat-sahabatnya (kami), ‚orang ini
(mendapat giliran membuat makanan) hari ini, dan orang ini pada hari itu.‛ Dan
ketika tiba giliranku, aku berkata, ‚wahai abu hurairah, sampaikan kepada kami
satu dua hadis tentang nabi s.a.w. sambil menunggu masakan ini matang.‛ Maka
abu hurairah r.a. lalu berkata, ‚ketika aku bersama nabi s.a.w. pada saat peristiwa
penaklukkan mekkah, dan pada saat itu khalid ibn walid memimpin pasukan yang
berada di sebela kanan, zubair memimpin pasukan yang berada di sebelah kiri,
dan abu ubaidah memipin pasukan yang berada di bagian tengah lembah. Kala
itu, rasulullah s.a.w. bersabda berkata, ‚wahai abu hurairah, panggillah orang-
orang anshar untuk menghadap padaku!‛ aku pun segera memanggil mereka, dan

55

Universitas Sumatera Utara


mereka pun datang dengan bergegas. Lantas rasulullah s.a.w. bersabda kepada
mereka, ‚ wahai segenap kaum anshar! Inilah (tempat tinggal) kelompok kabilah
quraisy. Jika besok kalian bertemu dengan mereka maka seranglah mereka. Dan
di bukit shafa-lah tempat perjanjian kalian.‛ Beliau s.a.w. mengatakan itu sambil
memberi isyarat dengan tangannya. Maka, takala keesokan hari tiba, tak ada
seorang pun di antara kelompok kabilah quraisy yang tidak mereka bunuh. Abu
hurairah berkata, ‚ Allah pun memberikan kemenangan kepada rasul-nya s.a.w.
lalu beliau melindungi bukit shafa dan kemudian berdiri di atasnya (untuk
berkhutbah). Tetapi tiba-tiba rasulullah s.a.w. didatangi abu sufyan seraya
berkata, ‚ wahai rasulullah! Sungguh telah sebagian besar kelompok quraisy
telah dibinasakan, sehingga setelah hari ini tidak akan ada lagi quraisy.‛ Maka
bersabda rasulullah s.a.w. ‚barang siapa masuk ke rumah abu sufyan maka telah
amanlah dia. Dan barangsiapa menyerahkan senjatanya maka telah amanlah dia.‛
Lalu turunlah wahyu kepada rasulullah s.a.w. yang berkenan dengan perkara itu,
sehingga beliau lalu bersabda, ‚ wahai segenap orang-orang anshar! Kalian telah
berkata bahwa laki-laki ini (aku) telah dikuasai oleh perasaan sayang kepada
keluarganya, dan perasaan cinta kepada kampung halamannya. Janganlah begitu!
Aku adalah hamba allah dan rasulnya. Dan aku telah berhijrah kepada Allah dan
kepada kalian. Kehidupan ini adalah kehidupan kalian dan kematian juga
kematian kalian.‛ Lalu orang-orang anshar itu berkata, ‚wahai rasulullah!
Sebenernya kami berkata sedemikin itu hanya karena kami ingin menunjukan
kesetian kepada Allah dan rasulnya s.a.w.‛ maka rasulullah s.a.w. lalu bersabda,
‚sesungguhnya Allah dan rasulnya s.a.w. telah menambahkan kalian dan
mengampuni kesalahan kalian.‛

ُ‫ػذو‬ِٛ ُ‫ ص‬.‫ُ٘ ؽقذا‬ٚ‫ُ٘ غذا فبؽقذ‬ّٛ‫ز‬١‫ؼ فبرا ٌم‬٠‫ ثبػ لش‬ٚ‫ب ِؼؾش األٔقبس ٘زا أ‬٠.١
‫اٌقفب‬
/ya> ma’syara al-ans}a>ri ha>z|ihi au ba>syin quraisyin faiz|a> laqi>tumu>hum gadan
fah}s}udu>hum h}as}dan. S|umma mau’idukum al-s}afa>/ ‚wahai segenap kaum anshar!
Inilah (tempat tinggal) kelompok kabilah quraisy. Jika besok kalian bertemu
dengan mereka maka seranglah mereka. Dan di bukit shafa-lah tempat perjanjian
kalian.‛

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi direktif,


yaitu perintah yang disampaikan oleh rasulullah kepada kaum anshar untuk
menyerang kabilah Quraisy. Tindak tutur ikokusi ini berfungsi kolaboratif (kerja
sama) yaitu tuturannya ditujukan untuk menginformasikan kepada kaum Anshar
mengenai pennaklukan Mekkah. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi
Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

56

Universitas Sumatera Utara


19. Khutbah Rasulullah Saw. dalam perang ahzab dan do‟a beliau agar kaum
kafir ditimpa kehancuran

ُٙٔٛ‫ىزث‬١‫ُ ف‬ٙٔٛ‫ؾذص‬٠ ٓ١‫به‬١‫ُ ٌؾضة اٌؾ‬ٙٔ‫ ثبٌؾك ا‬ٕٝ‫ ثؼض‬ٜ‫اٌز‬ٚ( :‫ٗ صُ لبي‬١ٍ‫ ػ‬ٕٝ‫أص‬ٚ ‫ؽّذ هللا‬

‫ال‬ٚ ،ُ‫زىُ فغشسرى‬١ِٕ ‫ال‬ٚ ،ُ‫هللا ِب ؽذصزىُ فىزثزى‬ٚ ،ُٙٔٛ‫خٍف‬١‫ُ ف‬ٙٔٚ‫ؼذ‬٠ٚ ،ُٙٔٚ‫غش‬١‫ُ ف‬ّٕٙٔٛ٠ٚ

ٌٍُٙ‫ ا‬،ُِٙ‫ ِمب‬ٝ‫ُ ف‬ٌٙ ‫ال رجبسن‬ٚ ،ُٙ‫اوً عالؽ‬ٚ ،ُٙ٘ٛ‫ع‬ٚ ‫ُ امشة‬ٌٍٙ‫ ا‬،ُ‫ػذرىُ فؤخٍفزى‬

ْ‫ا‬ٚ ،ْ‫ال ٌزىضش‬١ٍ‫زُ ل‬١‫ ٌئٓ أِغ‬،‫ ثبٌؾك‬ٕٝ‫ ثؼض‬ٜ‫اٌز‬ٚ .‫بػ اٌغشاد‬٠‫ك اٌش‬٠‫ األسك رّض‬ٝ‫ُ ف‬ٙ‫ِضل‬

‫ لبي‬:‫مبي‬٠ ،ُ‫اؽذو‬ٛ‫ ث‬ٜ‫مزذ‬٠ ‫ِب‬ٛ‫ا ٔغ‬ٛٔٛ‫ رى‬ٝ‫ ؽز‬،ٓ‫مؼبء ٌزؾشف‬ٚ ُ‫ٌئٓ وٕز‬ٚ ،ْ‫وٕزُ أرٌخ ٌزؼض‬

)ْ‫لبي فال‬ٚ ،ْ‫فال‬

/h}amida alla>hu wa as|na> ‘alaihi s|umma qa>la: (wa al-laz|i> ba’as|na> bi al-h}aqqi
innahum lih}izbin al-syaya>t}i>ni yah}dis|u>nahum fayakz|ibu>nahum wayamannu>nahum
fayakharru>nahum, wa ya’du>nahum fayakhlifu>nahum, wa alla>hi ma> h}adis|tukum
fakaz|abtukum, wa la> mannaitukum fakharrartukum, wa la> ‘adatukum fa
akhlafatukum, alla>humma id}ribu wuju>hahum, wa akalla sala>h}ihim, wa la> taba>raka
lahum fi> maqa>mihim, alla>humma mazzaqahum fi> al-ard}i tamzi>qu al-riya>h}i al-
jara>di. Wa al-laz|i> ba’sana> bi al-h}aqqi, lain amsaitum qali>lan litaks|iranna, wa in
kuntum az|illatun lita’zan, wa la in kuntum wad}a’a>i litasyrafanna, h}atta> taku>nu>
naju>man yaqtadi> biwa<h}idikum, yuqa>lu: qa>la fula>nun, waqa>la fula>nun)/ ‚ setelah
mengucpakan hamdalah dan memuji Allah, rasulullah s.a.w. lalu bersabda, ‚ demi
zat yang mengutus diriku dengan sebenar-benarnya! Sesungguhnya mereka itu
adalah kelompok pembela setan, karena mereka selalu berbicara lalu berdusta,
mereka selalu memberi harapan lalu menipu, dan mereka selalu berjanji lalu
mengingkari. Demi Allah, aku tidak akan berbicara dengan kalian lalu aku
berbohong, aku tidak akan bebicara dengan kalian lalu aku berbohong, aku tidak
akan memberikan harapan kepada kalian lalu aku menipu, dan aku tidak aan
memberikan harapan kepada kalian lalu aku menipu, dan aku tidak akan berjanji
dengan kalian lalu aku mengingkari kalian. Ya Allah, pukullah wajah-wajah
mereka, tumpulkan pedang mereka, dan janganlah engkau berkahi temat merka!
Ya Allah, cerai-beraikanlah mereka di muka bumi seperti angin
memporakporandakan kawanan belalang! Demi zat yang mengutuskku dengan
sebenar-benarnya, meskipun pada mulanya jumlah kalian hanyalah sedikit
niscaya kelak kalian akan jadi banyak, meskipun pada mulanya kalian lemah,
niscaya kelak kalian akan perkasa, meskipun pada mulanya kalian hina niscay
kalian akan mulia, sehingga setiap kalian akan menjadi bintang-bintang yang
dapat diikuti untuk dijadikan panutan (bagi orang lain). Lalu disebut, ‘sebagai
buah bibir dan bahan pembicaraan yang baik bagi banyak orang.‛

57

Universitas Sumatera Utara


ُٙٔٚ‫ؼذ‬٠ٚ ،ُٙٔٚ‫غش‬١‫ُ ف‬ّٕٙٔٛ٠ٚ ُٙٔٛ‫ىزث‬١‫ُ ف‬ٙٔٛ‫ؾذص‬٠ ٓ١‫به‬١‫ُ ٌؾضة اٌؾ‬ٙٔ‫ ثبٌؾك ا‬ٕٝ‫ ثؼض‬ٜ‫اٌ ز‬ٚ
ُٙٔٛ‫خٍف‬١‫ف‬
/wa al-laz|i> ba’as|na> bi al-h}aqqi innahum lih}izbin al-syaya>t}i>ni yah}dis|u>nahum
fayakz|ibu>nahum wayamannu>nahum fayakharru>nahum, wa ya’du>nahum
fayakhlifu>nahum/ ‚demi zat yang mengutus diriku dengan sebenar-benarnya!
Sesungguhnya mereka itu adalah kelompok pembela setan, karena mereka selalu
berbicara lalu berdusta, mereka selalu memberi harapan lalu menipu, dan mereka
selalu berjanji lalu mengingkari.‛

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi asertif,


yaitu pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya bahwa kaum
kafir adalah kelompok pembela setan. Tindak tutur ikokusi ini berfungsi
kolaboratif (kerja sama) yaitu tuturannya ditujukan untuk menyatakan bahwa
kaum kafir adalah kelompok pembela setan. Dalam hal ini yang menjadi penutur
adalah Nabi Muhammad, tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa
hadits Nabi.

20. Khutbah Rasulullah Saw. pada saat penaklukan mekah yang memuat
beberapa keterangan tentang hukum.

.ٖ‫ٔقش ػجذ‬ٚ ،ٖ‫ػذ‬ٚ ‫ فذق‬.ٌٗ ‫ه‬٠‫ؽذٖ ال ؽش‬ٚ ‫ (الاٌٗ اال هللا‬:‫ ثبة اٌىؼجخ صُ لبي‬ٍٝ‫لف ػ‬ٚ

،‫ذ‬١‫ اال عذأخ اٌج‬،ٓ١‫ لذَ ٘بر‬ٝ‫ رؾز‬ٛٙ‫ ف‬ٝ‫ذػ‬٠ ‫ ِبي‬ٚ‫ دَ أ‬ٚ‫ؽذٖ اال وً ِؤصشح أ‬ٚ ‫٘ضَ األؽضاة‬ٚ

ْٛ‫ب اسثؼ‬ِٕٙ ،‫خ ِغٍظخ‬٠‫ّب اٌذ‬ٙ١‫ ف‬،‫اٌؼقب‬ٚ ‫ه‬ٛ‫لزً اٌخطؤ ِضً اٌؼّذ ثبٌغ‬ٚ ‫ أال‬.‫خ اٌؾبط‬٠‫عمب‬ٚ

،‫ثبء‬٢‫ب ثب‬ّٙ‫رؼظ‬ٚ ،‫خ‬١ٍ٘‫ح اٌغب‬ٛ‫ اْ هللا لذ أر٘ت ٔخ‬،‫ؼ‬٠‫ب ِؼؾش لش‬٠ .‫الد٘ب‬ٚ‫ب أ‬ٙٔٛ‫ ثط‬ٝ‫خٍفخ ف‬

‫عؼٍٕب‬ٚ ٝ‫أٔض‬ٚ ‫ب إٌبط أب خٍمٕب وُ ِٓ روش‬ٙ٠‫ب ا‬٠ ( :‫ صُ رال‬.‫آدَ خٍك ِٓ رشاة‬ٚ ،َ‫إٌبط ِٓ آد‬

-‫ب أً٘ ِىخ‬٠ ٚ‫أ‬-‫ؼ‬٠‫ب ِؼؾش لش‬٠( .‫خ‬٠٢‫ا اْ أوشِىُ ػٕذ هللا أرمبوُ) ا‬ٛ‫لجبئً ٌزؼبسف‬ٚ ‫ثب‬ٛ‫وُ صؼ‬

)‫ا فؤٔزُ اٌطٍمبء‬ٛ‫ (ار٘ج‬:‫ُ) لبي‬٠‫اثٓ أؿ وش‬ٚ ،ُ٠‫ أؿ وش‬،‫شا‬١‫ خ‬:‫ا‬ٌٛ‫ فبػً ثىُ؟) لب‬ٝٔ‫ْ أ‬ٚ‫ِب رش‬..

/waqafa ‘ala> ba>bi al-ka’bati s|umma qa>la: (la>ila>ha illa> alla>hu wah}dahu la> syari>ka
lahu. S}adaqa wa’dahu, wa nas}ara ‘abdahu. Wa hazzamu al-ah}za>bi wah}dahu. Alla>

58

Universitas Sumatera Utara


kulli ma`s|iratin au damin au ma>lin yad’a> fahuwa tah}ta qadami> ha>ti>na, illa>
sida>natu al-baiti, wa siqa>yatu al-h}ajji. Alla> waqatala al-khat}a`u mis|lu al-‘amadi
bi al-su>t}i wa al-‘as}a>, fi>hima> al-diyatu muglaz}ati, minha> arba’u>na khalafah fi>
but}u>niha> aula>diha>. Ya> ma’syara quraisy, inna alla>ha qad az|habu nakhwatu al-
ja>hili>yati, wa ta’z}imuha> bi al-a>ba`i, al-na>su min a>dami, wa a>damu khalaqa min
tura>bin. s\umma tala>: ( ya ayyuha al-na>su inna> khalaqna>kum min z|akarin au uns|a>
wa ja’alna>kum syu’u>ban wa qaba>ila lita’a>rafu> inna akramakum ‘inda alla>hi
atqa>kum) al-a>yatu. (ya> ma’syara quraisy- au ya> ahlu makkah-.. ma> taru>na anni>
fa>’ilu bikum?) qa>lu>: khairan, akhun kari>mun, wa ibnu akhun kari>mun. Qa>la:
(iz|habu> fa antum al-t}alaqa>`i)/ ‚ beliau berdiri di pintu ka’bah kemudian bersabda,
2‚ tiada tuhan selain Allah yang maha esa yang tiada sekutu bagi-nya, dia selalu
menepati janji-nya, dia selalu menolong hamba-nya, dan dia akan
menghancurkan semua kelompok musuh tanpa bantuan siapa pun. Ketahuilah,
seluruh kemuliaan yang turun-menurun, darah, atau harta kekayaan yang
dianggap sebagai miliknya, kini telah berada di bawah kedua telapak kakiku ini.
Kecuali pelayanan terhadap baitullah dan pelayanan untuk orang-orang yang
sedang melaksanakan ibadah haji. Ketahuilah, membunuh dengan sengaja dengan
menggunakan cambuk ataupun tongkat adalah sama hukumnya dengan
membunuh dengan sengaja, maka pada keduanya harus diberlakukan diyat yang
berat. Wahai segenap orang-orang quraisy, sesungguhnya Allah telah
melenyapkan kesombongan jahiliyah serta kebanggaanya terhadap nenek
moyang. Sesungguhnya semua manusia semuanya berasal dari nabi adam,
sedangkan nabi adam diciptakan dari tanah.‛ Kemudian beliau membaca ayat,
‚ya ayyuha al-na>su inna> khalaqna>kum min z|akarin au uns|a> wa ja’alna>kum
syu’u>ban wa qaba>ila lita’a>rafu> inna akramakum ‘inda alla>hi atqa>kum...‛ ( hai
manusia, sesungguhnya kami menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-
bangsa agar kamu sekalian kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
angtara kamu sekalian adalah kamu yang paling berkata). Lalu bersabda, ‚ hyai
segenap kaum quraisy- para penduduk mekkah-bukankah kalian melihat bahwa
diriku adalah bagian dari kalian?‛ mereka menjawab, ‚ tentu, kau adalah saudara
yang baik, dan putra dari saudara yang baik.‛ Rasulullah s.a.w. lalu bersabda, ‚
pergilah, karena kalian semua telas bebas merdeka!‛

‫ؽذٖ اال وً ِؤصشح‬ٚ ‫٘ضَ األؽضاة‬ٚ .ٖ‫ٔقش ػجذ‬ٚ ،ٖ‫ػذ‬ٚ ‫ فذق‬.ٌٗ ‫ه‬٠‫ؽذٖ ال ؽش‬ٚ ‫الاٌٗ اال هللا‬
ٓ١‫ لذَ ٘بر‬ٝ‫ رؾز‬ٛٙ‫ ف‬ٝ‫ذػ‬٠ ‫ ِبي‬ٚ‫ دَ أ‬ٚ‫أ‬
/la>ila>ha illa> alla>hu wah}dahu la> syari>ka lahu. S}adaqa wa’dahu, wa nas}ara ‘abdahu.
Wa hazzamu al-ah}za>bi wah}dahu. Alla> kulli ma`s|iratin au damin au ma>lin yad’a>
fahuwa tah}ta qadami> ha>ti>na,/ ‚tiada tuhan selain Allah yang maha esa yang tiada
sekutu bagi-nya, dia selalu menepati janji-nya, dia selalu menolong hamba-nya,
dan dia akan menghancurkan semua kelompok musuh tanpa bantuan siapa pun.
Ketahuilah, seluruh kemuliaan yang turun-menurun, darah, atau harta kekayaan

59

Universitas Sumatera Utara


yang dianggap sebagai miliknya, kini telah berada di bawah kedua telapak kakiku
ini.‛

Dalam potongan khutbah tersebut, terdapat tindak tutur ilokusi asertif,


berupa pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya bahwa
semua kemuliaan yang didapat itu barasal dari Allah Swt dan menyatakan
beberapa hukum tentang pembunuhan. Tindak tutur ikokusi ini berfungsi
kolaboratif (kerja sama) yaitu tuturannya ditujukan untuk mengajarkan informasi
kepada umatnya mengenai beberapa keterangan tentang hukum dan kemuliaan
dari sisi Allah. Dalam hal ini yang menjadi penutur adalah Nabi Muhammad,
tuturan berbentuk teks pidato dalam khutbah berupa hadits Nabi.

60

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dalam buku ‫خطب الرسول‬

‫اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬/khuṭabu al-rasūlu allāhi ṣalla allāhi wa sallama/karya

Muhammad Khalīl Al-Khatīb pada bab jihad yang terdiri dari 20 judul
peperangan ditemukan 4 bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu: asertif sebanyak 15,
komisif 4, direktif 13, dan deklaratif 1. Sementara tindak tutur ilokusi ekspresif
tidak ditemukan. Fungsi tindak tutur yang di temukan antara lain berfungsi
konvivial sebanyak 5, dan kolaboratif sebanyak 28. Sementara fungsi kompetitif
dan konfliktif tidak ditemukan.
4.2 Saran
Penelitian mengenai tindak tutur ilokusi ini masih sedikit diteliti
khususnya di jurusan sastra arab fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara, oleh sebab itu penelitian lanjutan dalam bidang pragmatik masih banyak
yang bisa dilakukan terutama yang berkaitan dengan tindak tutur. Penelitian lain

dalam buku ‫خطب الرسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬ /khuṭabu al-rasūlu allāhi ṣalla

allāhi wa sallama/karya Muhammad Khalīl Al-Khatīb masih dapat juga ditinjau


dari bidang semantik, morfologi, dan lain-lain.
Pada akhirnya, meskipun skripsi ini sudah diupayakan dengan usaha yang
maksimal, peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bertujuan membangun sangatlah peneliti
harapkan. Untuk masa yang akan datang, peneliti berharap ada yang dapat
menyempurnakan penelitian ini terkhusus pada mahasiswa/mahasiswa Program
Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

61

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. A Dictionary of Theoretical Linguistics


(English-Arabic). Beirut: Libraire du Liban.
Austin. 2007. At-tada>wuliyyatu. (Diterjemahkan oleh Sabir al-Habasah). Suriah:
Daru al-h}iwa>r.
Cahyani, Septa Wiki Dwi. 2015. ‚Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam bahasa
Jepang‛ (Skripsi). Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni UNS.
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Penerbit Usaha
Nasional.
Khatib, Muhammad Khalil. 2009. Khutbah Nabi Terlengkap & Terpilih. Jakarta:
Qishi Press.
Kusumaningsih, Indah Apriyanti. 2016. “Tindak Tutur Ilokusi Dalam Film Hors
De Prix Karya Pierre Salvadori” (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Bahasa
dan Seni UNY.
Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman.
_____________ 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Terjemahan M. D. D. Oka).
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Leech, Geoffrey. 1993. PRINSIP-PRINSIP PRAGMATIK. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Messaud, Sahraui. 2005. At-tada>wuliyyatu ‘inda al-‘ulama>’I al-‘Arab. Beirut:
Da>ru at}-t}ali>’atu.
Purwo, Bambang Kaswati. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak
Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Rahardi, Kunjana. 2009. Sosio Pragmatik. Jakarta: Erlangga.
Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma
Pustaka .
Rusminto, N.E. 2015. ANALISIS WACANA Kajian Teoritis dan Praktis.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

62

Universitas Sumatera Utara


Searle, John R. 1969. Speech Act: An Essay in the Philosophy of Language.
Cambridge: Cambridge University Press.
_____________ 1979. Expression and Meaning. Cambridge: Cambridge
University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Penerbit
Angkasa.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. 2006. PRAGMATIK. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

63

Universitas Sumatera Utara


‫‪Jenis Tindak‬‬ ‫‪Fungsi Tindak‬‬ ‫‪Kalimat Tindak‬‬
‫‪No.‬‬ ‫‪Khutbah‬‬
‫‪Tutur Ilokusi‬‬ ‫‪Tutur Ilokusi‬‬ ‫‪Tutur‬‬

‫‪1.‬‬ ‫خطت فٍ‪ ٝ‬هللا‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪konvivial‬‬ ‫فبٔ‪ ٝ‬اؽضىُ ػٍ‪ٝ‬‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ‪ َٛ٠‬ثذس‪,‬‬ ‫ِبؽضىُ هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫فؾّذ هللا ‪ٚ‬أصٕ‪ ٝ‬ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫‪ٚ‬أٔ‪ٙ‬ب وُ ػّب ٔ‪ٙ‬بوُ‬
‫صُ لبي ‪ :‬أِب ثؼذ فبٔ‪ٝ‬‬ ‫ػٕٗ‪ ,‬فبْ هللا ػظ‪ُ١‬‬
‫اؽضىُ ػٍ‪ِ ٝ‬بؽضىُ‬ ‫ؽؤٔٗ‬
‫هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬أٔ‪ٙ‬ب وُ‬
‫ػّب ٔ‪ٙ‬بوُ ػٕٗ‪ ,‬فبْ‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬
‫هللا ػظ‪ ُ١‬ؽؤٔٗ‪٠ ,‬ؤِش‬
‫ثبٌؾك‪٠ٚ ,‬ؾت‬
‫اٌقذلخ‪٠ٚ ,‬ؼط‪ٝ‬‬ ‫اْ اٌقجش‬
‫ػٍ‪ ٝ‬اٌخ‪١‬ش أٍ٘ٗ ػٍ‪ٝ‬‬ ‫ف‪ِٛ ٝ‬اهٓ اٌجؤط‬
‫ِٕبصٌ‪ ُٙ‬ػٕذٖ‪ ,‬ثٗ‬ ‫ِّب ‪٠‬فشط ثٗ اٌ‪,ُٙ‬‬
‫‪٠‬زوش‪ٚ ,ْٚ‬ثٗ‬
‫‪ٕ٠ٚ‬غ‪ ٝ‬ثٗ ِٓ اٌغُ‪,‬‬
‫‪٠‬زفبمٍ‪ٚ ,ْٛ‬أىُ لذ‬
‫افجؾزُ ثّٕضي اٌؾك‬ ‫‪ٚ‬رذسو‪ٌٕ ْٛ‬غبح ف‪ٝ‬‬
‫ال ‪٠‬مجً هللا ف‪ِٓ ٗ١‬‬ ‫االخشح‬
‫أؽذ اال ِب اثزغ‪ ٝ‬ثٗ‬
‫‪ٚ‬عٗ‪ ٚ ,‬اْ اٌقجش‬
‫ف‪ِٛ ٝ‬اهٓ اٌجؤط‬
‫ِّب ‪٠‬فشط ثٗ اٌ‪,ُٙ‬‬
‫‪ٕ٠ٚ‬غ‪ ٝ‬ثٗ ِٓ اٌغُ‪,‬‬
‫‪ٚ‬رذسو‪ ْٛ‬إٌغبح ف‪ٝ‬‬
‫االخشح‪ ,‬ف‪١‬ىُ ٔج‪ ٝ‬هللا‬ ‫أثٍ‪ٛ‬ا سثىُ‬
‫‪٠‬ؾزسوُ ‪٠ٚ‬ؤِشوُ‪,‬‬ ‫ف‪٘ ٟ‬زٖ اٌّ‪ٛ‬اهٓ‬
‫فبعزؾ‪ٛ١‬ا اٌ‪ َٛ١‬أْ‬
‫أِشأ رغز‪ٛ‬عج‪ٛ‬ا‬
‫‪٠‬طٍغ هللا ػض ‪ٚ‬عً‬
‫ػٍ‪ ٝ‬ؽئ ِٓ أِشوُ‬ ‫اٌز‪ٚ ٜ‬ػذوُ ثٗ ِٓ‬
‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬
‫‪ّ٠‬مزىُ ػٍ‪ ,ٗ١‬فبْ هللا‬ ‫سؽّزٗ ‪ِٚ‬غفشرٗ‬
‫‪٠‬م‪ٛ‬ي‪ٌّ( :‬مذ هللا‬
‫أوجش ِٓ ِمزىُ‬
‫أٔفغىُ) أظش‪ٚ‬ا‬
‫اٌز‪ ٜ‬أِشوُ ثٗ ِٓ‬

‫‪64‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫وزبثٗ‪ٚ ,‬أسوُ ِٓ‬
‫آ‪٠‬برٗ‪ٚ ،‬أػض وُ ثٗ‬
‫ثؼذ رٌخ‪ ،‬فبعزّغى‪ٛ‬ا‬
‫ثٗ ‪٠‬شم‪ ٝ‬ثٗ سثىُ‬
‫ػٕىُ‪ ،‬أثٍ‪ٛ‬ا سثىُ‬
‫ف‪٘ ٟ‬زٖ اٌّ‪ٛ‬اهٓ‬
‫أِشأ رغز‪ٛ‬عج‪ٛ‬ا اٌز‪ٜ‬‬
‫‪ٚ‬ػذوُ ثٗ ِٓ‬
‫سؽّزٗ ‪ِٚ‬غفشرٗ‪،‬‬
‫فبْ ‪ٚ‬ػذٖ ؽك‪،‬‬
‫‪ٚ‬ل‪ ٌٗٛ‬فذق‪،‬‬
‫‪ٚ‬ػمبثٗ ؽذ‪٠‬ذ‪ٚ ،‬أّب‬
‫أٔب ‪ٚ‬أٔزُ ثب هللا اٌؾ‪ٝ‬‬
‫اٌم‪ ،َٛ١‬اٌ‪ ٗ١‬اٌغؤٔب‬
‫ظ‪ٛٙ‬سٔب‪ٚ ،‬ثٗ‬
‫اػزقّٕب‪ٚ ،‬ػٍ‪ٗ١‬‬
‫ر‪ٛ‬وٍٕب‪ٚ ،‬اٌ‪ٗ١‬‬
‫اٌّق‪١‬ش‪٠ .‬غفش هللا‬
‫ٌ‪ٌٍّٚ ٝ‬غٍّ‪ٓ١‬‬

‫‪2.‬‬ ‫ػٓ اث‪ ٝ‬لزبدح‬ ‫‪ Deklaratif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫ثؼش سع‪ٛ‬ي هللا‬
‫األٔقبس‪ ٜ‬فبسط‬ ‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬ ‫‪ٚ‬عٍُ ع‪١‬ؼ األِشأ‪،‬‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ لبي‪ :‬ثؼش‬ ‫فمبي‪( :‬ػٍ‪١‬ىُ ص‪٠‬ذ‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬ ‫ثٓ ؽبسصخ فبْ‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ع‪١‬ؼ‬ ‫أف‪١‬ت ص‪٠‬ذ فغؼفش‬
‫األِشأ‪ ،‬فمبي‪( :‬ػٍ‪١‬ىُ‬ ‫ثٓ أث‪ ٝ‬هبٌت‪ ،‬فؤْ‬
‫ص‪٠‬ذ ثٓ ؽبسصخ فبْ‬ ‫أف‪١‬ت فؼجذ هللا ثٓ‬
‫أف‪١‬ت ص‪٠‬ذ فغؼفش‬ ‫س‪ٚ‬اؽخ األٔقبس‪)ٜ‬‬
‫ثٓ أث‪ ٝ‬هبٌت‪ ،‬فؤْ‬ ‫ف‪ٛ‬صت عؼفش‬
‫أف‪١‬ت فؼجذ هللا ثٓ‬

‫‪65‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫س‪ٚ‬اؽخ األٔقبس‪)ٜ‬‬
‫ف‪ٛ‬صت عؼفش فمبي‪:‬‬
‫ثؤث‪ٚ ٝ‬أِ‪٠ ٝ‬ب سع‪ٛ‬ي‬
‫هللا ِب وٕذ أس٘ت‬
‫أْ رغزؼًّ ػٍ‪ٝ‬‬
‫ص‪٠‬ذا‪ .‬لبي‪( :‬اِل‬
‫فبٔه الرذس‪ ٜ‬أ‪ ٜ‬رٌه‬ ‫أفش‪ٚ‬ا فؤِذ‪ٚ‬ا‬
‫خ‪١‬ش) فبٔطٍم‪ٛ‬ا فٍجض‪ٛ‬ا‬ ‫اخ‪ٛ‬أىُ‬
‫ِب ؽبءهللا‪ .‬صُ اْ‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ فؼذ‬
‫إٌّجش ‪ ٚ‬أِش أْ‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬
‫‪ٕ٠‬بد‪ ٜ‬ثبٌقالح‬
‫عبِؼخ‪ ,‬فمبي سع‪ٛ‬ي‬
‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ‪ٔ( :‬بة خ‪١‬شا أ‪ٚ‬‬
‫ثبد خ‪١‬شا أ‪ ٚ‬صبة‬
‫خ‪١‬شا)‪ .‬ؽه ػجذ‬
‫اٌشؽّٓ اال أخجشوُ‬
‫ػٓ ع‪١‬ؾىُ ٘زا‬
‫اٌغبص‪ٜ‬؟ أ‪ُٙ‬‬
‫أطٍم‪ٛ‬ا فٍم‪ٛ‬ا اٌؼذ‪،ٚ‬‬
‫فؤف‪١‬ت ص‪٠‬ذ ؽ‪١ٙ‬ذا‪.‬‬
‫فبعزغفش‪ٚ‬ا ٌٗ‬
‫فبعزغفش ٌٗ إٌبط‪ .‬صُ‬
‫أخز اٌٍ‪ٛ‬اء عؼفش ثٓ‬
‫أث‪ ٝ‬هبٌت‪ ،‬فؾذ ػٍ‪ٝ‬‬
‫اٌم‪ َٛ‬ؽز‪ ٝ‬اعزؾ‪ٙ‬ذ‪.‬‬
‫أؽ‪ٙ‬ذ ٌٗ ثباٌؾ‪ٙ‬بدح‬
‫فبعزغفش‪ٚ‬ا ٌٗ‪ .‬صُ أخز‬
‫اٌٍ‪ٛ‬اء ػجذ هللا اثٓ‬
‫س‪ٚ‬اؽخ‪ ،‬فؤصجذ لذِ‪ٗ١‬‬
‫ؽز‪ ٝ‬لزً ؽ‪١ٙ‬ذا‪.‬‬
‫فبعزغفش‪ٚ‬ا ٌٗ‪ .‬صُ أخز‬

‫‪66‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫اٌٍ‪ٛ‬اء خبٌذ ثٓ‬
‫اٌ‪١ٌٛ‬ذ‪٠ ٌُٚ ،‬ىٓ ِٓ‬
‫األِشاء‪ ٛ٘ .‬أِش‬
‫ٔفغٗ‪ ،‬صُ سفغ سع‪ٛ‬ي‬
‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ افجؼٗ فمبي‪:‬‬
‫(اٌٍ‪ ُٙ‬أٗ ع‪١‬ف ِٓ‬
‫ع‪ٛ١‬فه فؤٔقشٖ)‬
‫فّٓ ‪ِٛ٠‬ئز عّ‪ٝ‬‬
‫خبٌذ ع‪١‬ف هللا‪ .‬صُ‬
‫لبي‪( :‬أفش‪ٚ‬ا فؤِذ‪ٚ‬ا‬
‫اخ‪ٛ‬أىُ) لبي‪ :‬فٕفش‬
‫إٌبط ف‪ ٝ‬ؽش ؽذ‪٠‬ذ‬
‫ِؾبح ‪ٚ‬سوجٕب‪.‬‬

‫‪3.‬‬ ‫ػٓ ػجذ هللا ثٓ‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫‪٠‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط أٗ ِب‬
‫ػّش‪ ٚ‬لبي‪ٌّ :‬ب دخً‬ ‫وبْ ِٓ ؽٍف ف‪ٝ‬‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬ ‫اٌغبٍ٘‪١‬خ فبْ‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ِىخ ػبَ‬ ‫اإلعالَ ٌُ ‪٠‬ضدٖ اال‬
‫اٌفزؼ لبَ ف‪ ٝ‬إٌبط‬ ‫ؽذ‬
‫خط‪١‬جب فمبي‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب‬
‫إٌبط أٗ ِب وبْ ِٓ‬
‫ؽٍف ف‪ ٝ‬اٌغبٍ٘‪١‬خ‬
‫فبْ اإلعالَ ٌُ ‪٠‬ضدٖ‬
‫‪ٚ‬ال ؽغبس ف‪ٝ‬‬
‫اال ؽذ‪ٚ ،‬ال ؽٍف ف‪ٝ‬‬
‫اإلعالَ ‪ٚ‬ال ٘غشح‬
‫اإلعالَ‪ٚ ،‬اٌّغٍّ‪ْٛ‬‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬
‫ثؼذ اٌفزؼ‬
‫‪٠‬ذ ػٍ‪ ِٓ ٝ‬ع‪ٛ‬اُ٘‪،‬‬
‫رزىبفؤ دِبإُ٘‪٠ ،‬غ‪١‬ش‬
‫ػٍ‪ ُٙ١‬أدٔبُ٘‪٠ٚ ،‬شد‬
‫ػٍ‪ ُٙ١‬ألقبُ٘‪ ،‬رشد‬
‫عشا‪٠‬بُ٘ ػٍ‪ٝ‬‬

‫‪67‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫لؼذُ٘‪ ،‬ال ‪٠‬مزً‬
‫ِئِٓ ثىبفش‪ .‬د‪٠‬خ‬
‫اٌىبفش ٔقف د‪٠‬خ‬
‫اٌّغٍُ‪ ،‬ال عٍت ‪ٚ‬ال‬
‫عٕت‪ٚ ،‬ال رئخز‬
‫فذلبر‪ ُٙ‬اال ف‪ٝ‬‬
‫د‪٠‬بسُ٘) ‪٠ٚ‬ش‪ٜٚ‬‬
‫ثؼذٖ‪ٚ( :‬ال ؽغبس ف‪ٝ‬‬
‫اإلعالَ ‪ٚ‬ال ٘غشح‬
‫ثؼذ اٌفزؼ)‬
‫‪4.‬‬ ‫ػٓ ػّش‪ ٚ‬ثٓ ؽؼ‪١‬ت‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫‪٠‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط سد‪ٚ‬ا‬
‫ػٓ أث‪ ٗ١‬ػٓ عذٖ‬ ‫ػٍ‪ٔ ُٙ١‬غبءُ٘‬
‫لبي‪ :‬ؽ‪ٙ‬ذد سع‪ٛ‬ي‬ ‫‪ٚ‬أثٕبءُ٘‪ ،‬فّٓ‬
‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫رّغه ثؾئ ِٓ‬
‫‪ٚ‬عٍُ ‪ َٛ٠‬ؽٕ‪،ٓ١‬‬ ‫اٌفئ فٍٗ ػٍ‪ٕ١‬ب عذ‬
‫‪ٚ‬عؤرٗ ‪ٚ‬ف‪ٛ‬د ٘‪ٛ‬اصْ‪،‬‬ ‫فشائل ِٓ أ‪ٚ‬ي‬
‫فمبي‪٠ :‬ب ِؾّذ‪ ،‬أب‬ ‫ؽئ ‪٠‬ف‪١‬ئٗ هللا ػٍ‪ٕ١‬ب‬
‫أفً ‪ٚ‬ػؾ‪١‬شح‪ ،‬فّٓ‬
‫ػٍ‪ٕ١‬ب ِٓ هللا ػٍ‪١‬ه‪،‬‬
‫فبٔٗ لذ ٔضي ثٕب ِٓ‬
‫اٌجالء ِب ال ‪٠‬خف‪ٝ‬‬
‫ػٍ‪١‬ه‪ .‬فمبي‪:‬‬
‫(اخزبس‪ٚ‬ا ث‪ٔ ٓ١‬غبئىُ‬ ‫‪٠‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط سد‪ٚ‬ا‬
‫‪ٚ‬أِ‪ٛ‬اٌىُ ‪ٚ‬أثٕبئىُ)‬ ‫ػٍ‪ ٝ‬سدائ‪ ٝ‬ف‪ ٛ‬هللا‬
‫لبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬خ‪١‬شرٕب ث‪ٓ١‬‬ ‫ٌ‪ ٛ‬وبْ ٌىُ ثؼذد‬
‫أؽغبثٕب ‪ٚ‬أِ‪ٛ‬إٌب‪،‬‬ ‫ؽغش ر‪ٙ‬بِخ ٔؼُ‬
‫ٔخزبس أثٕبءٔب‪ ،‬فمبي‪:‬‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬
‫ٌمغّزٗ ث‪ٕ١‬ىُ‪ ،‬صُ ال‬
‫(أِب ِب وبْ ٌ‪ٝ‬‬ ‫رٍم‪ ٝٔٛ‬ثخ‪١‬ال ‪ٚ‬ال‬
‫‪ٌٚ‬جٕ‪ ٝ‬ػجذ اٌّطٍت‬ ‫عجبٔب ‪ٚ‬ال وز‪ٚ‬ثب‬
‫ف‪ٌ ٛٙ‬ىُ) ‪ٚ‬لبي‬
‫اٌّ‪ٙ‬بعش‪ِ :ْٚ‬ب وبْ‬
‫ٌٕب ف‪ٌ ٛٙ‬شع‪ٛ‬ي هللا‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬
‫‪ٚ‬لبي األٔقبس ِضً‬

‫‪68‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫رٌه‪ٚ .‬لبي ػ‪ٕ١‬خ ثٓ‬
‫ثذس‪ :‬أِب ِب وبْ ٌ‪ٝ‬‬
‫‪ٌٚ‬جٕ‪ ٝ‬فضاسح فال‪.‬‬
‫‪ٚ‬لبي األلشاع ثٓ‬ ‫‪٠‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط ٌ‪١‬ظ‬
‫عبثظ‪ :‬أِب أٔب ‪ٚ‬ثٕ‪ٛ‬‬ ‫ٌ‪٘ ِٓ ٝ‬زا اٌفئ‪-‬ف‪ٝ‬‬
‫رّ‪ ُ١‬فالص‪ٚ ،‬لبي‬ ‫٘ئالء‪-‬اال خّظ‪.‬‬
‫ػجبط ثٓ ِشادط‪:‬‬ ‫‪ٚ‬اٌخّظ ِشد‪ٚ‬د‬
‫أِب أٔب ‪ٚ‬ثٕ‪ ٛ‬عٍ‪ُ١‬‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫ػٍ‪١‬ىُ ‪ .‬فشد‪ٚ‬ا‬
‫فال‪ ،‬فمبٌذ ٌؾ‪١‬بْ‪:‬‬ ‫اٌخ‪١‬و ‪ٚ‬اٌّخ‪١‬و‪،‬‬
‫وزثذ ثً ٘‪ٌ ٛ‬شع‪ٛ‬ي‬ ‫فبْ اٌغٍ‪ٛ‬ي ‪٠‬ى‪ْٛ‬‬
‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫ػٍ‪ ٝ‬أٍ٘ٗ ‪َٛ٠‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ فمبي سع‪ٛ‬ي هللا‬ ‫اٌم‪١‬بِخ‪ .‬ػبسا ‪ٔٚ‬بسا‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‪:‬‬ ‫‪ٚ‬ؽٕبسا‬
‫(‪٠‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط سد‪ٚ‬ا‬
‫ػٍ‪ٔ ُٙ١‬غبءُ٘‬
‫‪ٚ‬أثٕبءُ٘‪ ،‬فّٓ رّغه‬
‫ثؾئ ِٓ اٌفئ فٍٗ‬
‫ػٍ‪ٕ١‬ب عذ فشائل‬
‫ِٓ أ‪ٚ‬ي ؽئ ‪٠‬ف‪١‬ئٗ‬
‫هللا ػٍ‪ٕ١‬ب) صُ سوت‬
‫ساؽٍزٗ‪ٚ ،‬رؼٍك ثٗ‬
‫إٌبط ‪٠‬م‪ :ٌْٛٛ‬لغُ‬
‫ػٍ‪ٕ١‬ب ف‪١‬ئٕب ث‪ٕٕ١‬ب‪ ،‬ؽز‪ٝ‬‬
‫اٌغئ‪ ٖٛ‬اٌ‪ ٝ‬عّشح‬
‫فخطفذ سداءٖ‪،‬‬
‫فمبي‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط‬
‫سد‪ٚ‬ا ػٍ‪ ٝ‬سدائ‪ ٝ‬ف‪ٛ‬‬
‫هللا ٌ‪ ٛ‬وبْ ٌىُ ثؼذد‬
‫ؽغش ر‪ٙ‬بِخ ٔؼُ‬
‫ٌمغّزٗ فٍٗ ػٍ‪ٕ١‬ب عذ‬
‫فشائل ِٓ أ‪ٚ‬ي ؽئ‬
‫‪٠‬ف‪١‬ئٗ هللا ػٍ‪ٕ١‬ب) صُ‬
‫سوت ساؽٍزٗ‪ٚ ،‬رؼٍك‬
‫ثٗ إٌبط ‪٠‬م‪:ٌْٛٛ‬‬

‫‪69‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫لغُ ػٍ‪ٕ١‬ب ف‪١‬ئٕب ث‪ٕٕ١‬ب‪،‬‬
‫ؽز‪ ٝ‬اٌغئ‪ ٖٛ‬اٌ‪ٝ‬‬
‫عّشح فخطفذ‬
‫سداءٖ‪ ،‬فمبي‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب‬
‫إٌبط سد‪ٚ‬ا ػٍ‪ٝ‬‬
‫سدائ‪ ٝ‬ف‪ ٛ‬هللا ٌ‪ ٛ‬وبْ‬
‫ٌىُ ثؼذد ؽغش ر‪ٙ‬بِخ‬
‫ٔؼُ ٌمغّزٗ ث‪ٕ١‬ىُ‪ ،‬صُ‬
‫ال رٍم‪ ٝٔٛ‬ثخ‪١‬ال ‪ٚ‬ال‬
‫عجبٔب ‪ٚ‬ال وز‪ٚ‬ثب) صُ‬
‫دٔب ِٓ ثؼ‪١‬شٖ فؤخز‬
‫‪ٚ‬ثشح ِٓ عٕبِٗ‬
‫فغؼٍ‪ٙ‬ب ث‪ ٓ١‬أفبثؼ‪ٙ‬ب‬
‫اٌغجبثخ ‪ٚ‬اٌ‪ٛ‬عط‪ ٝ‬صُ‬
‫سفؼ‪ٙ‬ب فمبي‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب‬
‫إٌبط ٌ‪١‬ظ ٌ‪ِٓ ٝ‬‬
‫٘زا اٌفئ‪-‬ف‪٘ ٝ‬ئالء‪-‬‬
‫اال خّظ‪ٚ .‬اٌخّظ‬
‫ِشد‪ٚ‬د ػٍ‪١‬ىُ ‪.‬‬
‫فشد‪ٚ‬ا اٌخ‪١‬و‬
‫‪ٚ‬اٌّخ‪١‬و‪ ،‬فبْ‬
‫اٌغٍ‪ٛ‬ي ‪٠‬ى‪ ْٛ‬ػٍ‪ٝ‬‬
‫أٍ٘ٗ ‪ َٛ٠‬اٌم‪١‬بِخ‪.‬‬
‫ػبسا ‪ٔٚ‬بسا ‪ٚ‬ؽٕبسا‬
‫فمبَ سعً ِؼٗ وجخ‬
‫ِٓ ؽؼش‪ ،‬فمبي‪ :‬أ‪ٝ‬‬
‫أخزد ٘زٖ أفٍؼ ث‪ٙ‬ب‬
‫ثشرػخ ثؼ‪١‬ش ٌ‪ ٝ‬دثش‪،‬‬
‫لبي‪( :‬أِب ِب وبْ ٌ‪ٝ‬‬
‫‪ٌٚ‬جٕ‪ ٝ‬ػجذ اٌّطٍت‬
‫ف‪ٌ ٛٙ‬ه‪ ،‬فمبي‬
‫اٌشعً‪٠ :‬ب سع‪ٛ‬ا هللا‬
‫أِب ارا ثٍغذ ِب‬
‫اس‪ ،ٜ‬فال أسة ٌ‪ٝ‬‬

‫‪70‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫ث‪ٙ‬ب‪ٔٚ .‬جز٘ب‪٘ .‬ىزا‬
‫وبٔذ ف‪ ٝ‬األفً‪:‬‬
‫(ٌ‪١‬ظ ٌ‪٘ ِٓ ٝ‬زا‬
‫اٌف‪ٟ‬ء ٘ئالء ٘زٖ)‪.‬‬
‫‪5.‬‬ ‫ػٓ س‪٠ٚ‬فغ ثٓ صبثذ‬ ‫‪ asertif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫ال ‪٠‬ؾً‬
‫األٔقبس‪ ٜ‬لبي‪ :‬وٕذ‬ ‫الِش‪ٜ‬ء‪٠ ،‬ئِٓ‬
‫ِغ إٌج‪ ٟ‬فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ثبهللا ‪ٚ‬اٌ‪ َٛ١‬ا‪٢‬خش‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ؽ‪ٓ١‬‬
‫افززؼ ؽٕ‪ٕ١‬ب‪ ،‬فمبَ ف‪ٕ١‬ب‬ ‫أْ ‪٠‬غم‪ِ ٝ‬بءٖ‬
‫خط‪١‬جب فمبي‪( :‬ال ‪٠‬ؾً‬ ‫صسع غ‪١‬شٖ ‪ٚ‬ال اْ‬
‫الِش‪ٜ‬ء‪٠ ،‬ئِٓ ثبهللا‬
‫‪٠‬زبع ِغّٕب ؽز‪ٝ‬‬
‫‪ٚ‬اٌ‪ َٛ١‬ا‪٢‬خش أْ‬
‫‪٠‬غم‪ِ ٝ‬بءٖ صسع‬ ‫‪٠‬مغُ‪ٚ ،‬ال اْ ‪ٍ٠‬جظ‬
‫غ‪١‬شٖ ‪ٚ‬ال اْ ‪٠‬زبع‬ ‫ص‪ٛ‬ثب ِٓ ف‪ٝ‬ء‬
‫ِغّٕب ؽز‪٠ ٝ‬مغُ‪،‬‬
‫اٌّغٍّ‪ ٓ١‬ؽز‪ ٝ‬ارا‬
‫‪ٚ‬ال اْ ‪ٍ٠‬جظ ص‪ٛ‬ثب ِٓ‬
‫ف‪ٝ‬ء اٌّغٍّ‪ ٓ١‬ؽز‪ٝ‬‬ ‫أخٍمٗ سدٖ ف‪ٚ ،ٗ١‬ال‬
‫ارا أخٍمٗ سدٖ ف‪،ٗ١‬‬ ‫‪٠‬شوت داثخ ِٓ ف‪ٝ‬ء‬
‫‪ٚ‬ال ‪٠‬شوت داثخ ِٓ‬ ‫اٌّغٍّ‪ ٓ١‬ؽز‪ ٝ‬ارا‬
‫ف‪ٝ‬ء اٌّغٍّ‪ ٓ١‬ؽز‪ٝ‬‬
‫ارا أػغف‪ٙ‬ب سد٘ب‬ ‫أػغف‪ٙ‬ب سد٘ب ف‪ٗ١‬‬
‫ف‪.)ٗ١‬‬

‫‪6.‬‬ ‫ػٓ ػش‪ٚ‬ح ثٓ اٌضث‪١‬ش‬ ‫‪ Komisif‬‬ ‫‪ Konvivial‬‬ ‫ِؼ‪ ِٓ ٝ‬رش‪،ْٚ‬‬
‫أْ ِش‪ٚ‬اْ ‪ٚ‬اٌّغ‪ٛ‬س‬ ‫‪ٚ‬أؽت اٌؾذ‪٠‬ش اٌ‪ٝ‬‬
‫ثٓ ِخشِخ أخجشاٖ‬ ‫أفذلٗ‪ ،‬فبخزبس‪ٚ‬ا‬
‫أْ سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ٝ‬‬ ‫اؽذ‪ ٜ‬اٌطبئفز‪ ٓ١‬اِب‬
‫هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ لبَ‬ ‫اٌغج‪ٚ ٝ‬اِب اٌّبي‪،‬‬
‫ؽ‪ ٓ١‬عبءٖ ‪ٚ‬فذ‬ ‫‪ٚ‬لذ وٕذ اعزؤٔ‪١‬ذ‬
‫٘‪ٛ‬اصْ ِغٍّ‪،ٓ١‬‬ ‫ثىُ‬
‫فغؤٌ‪ٛ‬ا أْ ‪٠‬شد اٌ‪ُٙ١‬‬
‫أِ‪ٛ‬اٌ‪ٚ ُٙ‬عج‪،ُٙ١‬‬
‫فمبي ٌ‪ ُٙ‬سع‪ٛ‬ي هللا‬ ‫فبسعؼ‪ٛ‬ا ؽز‪٠ ٝ‬شفغ‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‪:‬‬ ‫اٌ‪ٕ١‬ب ػشفبإوُ‬

‫‪71‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫(ِؼ‪ ِٓ ٝ‬رش‪،ْٚ‬‬ ‫أِشوُ‬
‫‪ٚ‬أؽت اٌؾذ‪٠‬ش اٌ‪ٝ‬‬
‫أفذلٗ‪ ،‬فبخزبس‪ٚ‬ا‬
‫اؽذ‪ ٜ‬اٌطبئفز‪ ٓ١‬اِب‬
‫اٌغج‪ٚ ٝ‬اِب اٌّبي‪،‬‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬
‫‪ٚ‬لذ وٕذ اعزؤٔ‪١‬ذ‬
‫ثىُ) ‪ٚ‬وبْ أٔظشُ٘‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ثنغ‬
‫ػؾشح ٌ‪ٍ١‬خ ؽ‪ ٓ١‬فمً‬
‫ِٓ اٌطبئف‪ ،‬فٍّب‬
‫رج‪ ٌُٙ ٓ١‬أْ سع‪ٛ‬ي‬
‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ غ‪١‬ش ساد اٌ‪ُٙ١‬‬
‫اال اؽذ‪ ٜ‬اٌطبئفز‪،ٓ١‬‬
‫لبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬فبٔب ٔخزبس‬
‫عج‪ٕ١‬ب‪ ،‬فمبَ سع‪ٛ‬ي‬
‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ ف‪ ٝ‬اٌّغٍّ‪ٓ١‬‬
‫فؤصٕ‪ ٝ‬ػٍ‪ ٝ‬هللا ػض‬
‫‪ٚ‬عً ثّب ٘‪ ٛ‬أٍ٘ٗ صُ‬
‫لبي‪( :‬أِب ثؼذ فبْ‬
‫اخ‪ٛ‬أىُ لذ عبء‪ٚ‬ا‬
‫رؤث‪ٚ ،ٓ١‬أ‪ ٝ‬لذ‬
‫سأث‪١‬ذ أ‪ ،‬أسد اٌ‪ُٙ١‬‬
‫عج‪ ،ُٙ١‬فّٓ أؽت‬
‫ِٕىُ أْ ‪٠‬ط‪١‬ت رٌه‬
‫فٍ‪١‬فؼً‪ ِٓٚ ،‬أؽت‬
‫ِٕىُ أْ ‪٠‬ى‪ ْٛ‬ػٍ‪ٝ‬‬
‫ؽظٗ ؽز‪ٔ ٝ‬ؼط‪ٗ١‬‬
‫ا‪٠‬بٖ ِٓ أ‪ٚ‬ي ِب ‪٠‬فئ‬
‫هللا ػض ‪ٚ‬عً ػٍ‪ٕ١‬ب‬
‫فٍ‪١‬فؼً) فمبي إٌبط‪:‬‬
‫لذ ه‪١‬جٕب رٌه ٌشع‪ٛ‬ي‬

‫‪72‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ فمبي ٌ‪ُٙ‬‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‪( :‬أب ال‬
‫ٔذس‪ ِٓ ٜ‬أرْ ِٕىُ‬
‫ف‪ ٝ‬رٌه ِّٓ ٌُ‬
‫‪٠‬ؤرْ‪ ،‬فبسعؼ‪ٛ‬ا ؽز‪ٝ‬‬
‫‪٠‬شفغ اٌ‪ٕ١‬ب ػشفبإوُ‬
‫أِشوُ) فغّغ إٌبط‬
‫فىٍّ‪ ُٙ‬ػشفبإُ٘‪ ،‬صُ‬
‫سعؼ‪ٛ‬ا اٌ‪ ٝ‬سع‪ٛ‬ي‬
‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ فؤخجش‪ ٖٚ‬أٔ‪ُٙ‬‬
‫لذ ه‪١‬ج‪ٛ‬ا ‪ٚ‬أرٔ‪ٛ‬ا‪٘ .‬زا‬
‫اٌز‪ ٜ‬ثٍغٕ‪ ٝ‬ػٓ عج‪ٝ‬‬
‫٘‪ٛ‬اصْ‪.‬‬
‫‪7.‬‬ ‫ػٓ اثٓ ػجبط أْ‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫ِب ف‪ ٝ‬إٌبط ِضً‬
‫إٌج‪ ٝ‬فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫سعً آخز ثؼٕبْ‬
‫‪ٚ‬عٍُ خطت ‪َٛ٠‬‬ ‫فشعٗ ف‪١‬غب٘ذ ف‪ٟ‬‬
‫رج‪ٛ‬ن فمبي‪ِ ( :‬ب ف‪ٝ‬‬ ‫عج‪ ً١‬هللا‪٠ٚ ،‬غزٕت‬
‫إٌبط ِضً سعً آخز‬ ‫ؽش‪ٚ‬س إٌبط‪،‬‬
‫ثؼٕبْ فشعٗ ف‪١‬غب٘ذ‬ ‫‪ِٚ‬ضً سعً ثبد ف‪ٝ‬‬
‫ف‪ ٟ‬عج‪ ً١‬هللا‪،‬‬ ‫غّٕٗ ‪٠‬مش‪ ٜ‬م‪١‬فٗ‬
‫‪٠ٚ‬غزٕت ؽش‪ٚ‬س‬ ‫‪٠ٚ‬ئد‪ ٜ‬ؽمٗ‬
‫إٌبط‪ِٚ ،‬ضً سعً‬
‫ثبد ف‪ ٝ‬غّٕٗ ‪٠‬مش‪ٜ‬‬
‫م‪١‬فٗ ‪٠ٚ‬ئد‪ ٜ‬ؽمٗ)‪.‬‬
‫‪8.‬‬ ‫ػٓ اثشا٘‪ ُ١‬ػجذٖ ثٓ‬ ‫‪‬‬ ‫‪Direktif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫‪٠‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط ال‬
‫أث‪ ٝ‬أف‪ ٝ‬سم‪ ٝ‬هللا‬ ‫رزّٕ‪ٛ‬ا ٌمبء اٌؼذ‪،ٚ‬‬
‫ػٕ‪ّٙ‬ب أْ سع‪ٛ‬ي هللا‬ ‫‪ٚ‬اعؤٌ‪ٛ‬ا هللا اٌؼبف‪١‬خ‪،‬‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬ ‫فبرا ٌم‪١‬زّ‪ُٙ‬‬
‫ف‪ ٝ‬ثؼل أ‪٠‬بِٗ اٌز‪ٝ‬‬ ‫فبفجش‪ٚ‬ا‪ٚ ،‬اػٍّ‪ٛ‬ا‬
‫ٌم‪ ٝ‬ف‪ٙ١‬ب اٌؼذ‪،ٚ‬‬ ‫أْ اٌغٕخ رؾذ‬

‫‪73‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫أزظش ؽز‪ ٝ‬ارا ِبٌذ‬ ‫ظالي اٌغ‪ٛ١‬ف‬
‫اٌؾّظ ‪ٚ‬لبَ ف‪ُٙ١‬‬
‫فمبي‪٠( :‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط‬
‫ال رزّٕ‪ٛ‬ا ٌمبء اٌؼذ‪،ٚ‬‬
‫‪ٚ‬اعؤٌ‪ٛ‬ا هللا اٌؼبف‪١‬خ‪،‬‬
‫فبرا ٌم‪١‬زّ‪ُٙ‬‬
‫فبفجش‪ٚ‬ا‪ٚ ،‬اػٍّ‪ٛ‬ا‬
‫أْ اٌغٕخ رؾذ ظالي‬
‫اٌغ‪ٛ١‬ف) صُ لبي‬
‫إٌج‪ ٝ‬فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ‪ ( :‬اٌٍ‪ِٕ ُٙ‬ضي‬
‫اٌىزبة‪ِٚ ،‬غش‪ٜ‬‬
‫اٌغؾبة‪٘ٚ ،‬بصَ‬
‫األؽضاة‪ ،‬ا٘ضاِ‪،ُٙ‬‬
‫‪ٚ‬أقشٔب ػٍ‪.)ُٙ١‬‬
‫‪9.‬‬ ‫‪ٚ‬ػٓ أث‪ ٝ‬لزبدح‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫فزوش ٌ‪ ُٙ‬أْ اٌغ‪ٙ‬بد‬
‫اٌؾبسس ثٓ سثؼ‪ٝ‬‬ ‫ف‪ ٝ‬عج‪ ً١‬هللا‪،‬‬
‫سم‪ ٝ‬هللا ػٕٗ‪ ،‬ػٓ‬ ‫‪ٚ‬اإل‪ّ٠‬بْ ثبهلل‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬ ‫أفنً‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ أٔٗ لبَ‬
‫ف‪ ُٙ١‬فزوش ٌ‪ ُٙ‬أْ‬
‫اٌغ‪ٙ‬بد ف‪ ٝ‬عج‪ ً١‬هللا‪،‬‬
‫‪ٚ‬اإل‪ّ٠‬بْ ثبهلل أفنً‬
‫األػّبي‪ .‬فمبَ سعً‬
‫فمبي ‪٠ :‬ب سع‪ٛ‬ي هللا‬ ‫اْ لزٍذ ف‪ ٝ‬عج‪ً١‬‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ Konvivial‬‬ ‫هللا‪ٚ ،‬أٔذ فبثش‬
‫أسأ‪٠‬ذ اْ لزٍذ ف‪ٝ‬‬ ‫ِؾزغت ِمجً غ‪١‬ش‬
‫عج‪ ً١‬هللا أرىفش ػٕ‪ٝ‬‬ ‫ِذثش‬
‫خطب‪٠‬ب‪ٜ‬؟ فمبي ٌٗ‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‪ٔ( :‬ؼُ اْ‬ ‫ٔؼُ‪ ٚ ،‬أٔذ فبثش‬
‫لزٍذ ف‪ ٝ‬عج‪ ً١‬هللا‪،‬‬ ‫ِؾزغت ِمجً غ‪١‬ش‬
‫‪ٚ‬أٔذ فبثش ِؾزغت‬ ‫ِذثش اال اٌذ‪ ٓ٠‬فبْ‬
‫ِمجً غ‪١‬ش ِذثش) صُ‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬

‫‪74‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫لبي سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ٝ‬‬ ‫عجش‪ ً٠‬لبي ٌ‪ ٝ‬رٌه‬
‫هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‪ :‬و‪١‬ف‬
‫لٍذ؟ لبي‪ :‬أسأ‪٠‬ذ اْ‬
‫لزٍذ ف‪ ٝ‬عج‪ ً١‬هللا‬
‫أرىفش ػٕ‪ ٝ‬خطب‪٠‬ب؟‬
‫فمبي سع‪ٛ‬ي هللا‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‪:‬‬
‫(ٔؼُ‪ ٚ ،‬أٔذ فبثش‬
‫ِؾزغت ِمجً غ‪١‬ش‬
‫ِذثش اال اٌذ‪ ٓ٠‬فبْ‬
‫عجش‪ ً٠‬لبي ٌ‪ ٝ‬رٌه)‬
‫‪10.‬‬ ‫ػٓ ِغب٘ذ ثٓ ‪٠‬ض‪٠‬ذ‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫‪٠‬ب أ‪ٙ٠‬ب إٌبط‬
‫ثٓ ؽغشح‪ٚ ،‬وبْ‬ ‫اروش‪ٚ‬ا ٔؼّخ هللا‬
‫ِّٓ ‪٠‬قذق ل‪ٌٗٛ‬‬ ‫ػٍ‪١‬ىُ ِب أؽغٓ‬
‫فؼٍٗ لبي‪ :‬خطجٕب‬ ‫ٔؼّخ هللا ػٍ‪١‬ىُ‪،‬‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬ ‫رش‪ ِٓ ٜ‬ث‪ ٓ١‬أؽّش‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ فمبي‪٠( :‬ب‬ ‫‪ ٚ‬أخنش ‪ ٚ‬أففش‪.‬‬
‫أ‪ٙ٠‬ب إٌبط اروش‪ٚ‬ا‬ ‫‪ٚ‬ف‪ ٝ‬اٌشعً ِب ف‪ٙ١‬ب‬
‫ٔؼّخ هللا ػٍ‪١‬ىُ ِب‬
‫أؽغٓ ٔؼّخ هللا‬
‫ػٍ‪١‬ىُ‪ ،‬رش‪ ِٓ ٜ‬ث‪ٓ١‬‬
‫أؽّش ‪ ٚ‬أخنش ‪ٚ‬‬
‫أففش‪ٚ .‬ف‪ ٝ‬اٌشعً‬
‫ِب ف‪ٙ١‬ب) ‪ٚ‬وبْ ‪٠‬م‪ٛ‬ي‪:‬‬ ‫ارا فف إٌبط‬
‫(ارا فف إٌبط‬ ‫ٌٍقالح ‪ٚ‬فف‪ٛ‬ا‬
‫ٌٍقالح ‪ٚ‬فف‪ٛ‬ا‬ ‫ٌٍمزبي‪ ،‬فزؾذ‬
‫ٌٍمزبي‪ ،‬فزؾذ أث‪ٛ‬اة‬ ‫أث‪ٛ‬اة ااٌغّبء‪،‬‬
‫ااٌغّبء‪ٚ ،‬أث‪ٛ‬اة‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪Kolaboratif‬‬
‫‪ٚ‬أث‪ٛ‬اة اٌغٕخ‪،‬‬
‫اٌغٕخ‪ٚ ،‬أث‪ٛ‬اة إٌبس‬ ‫‪ٚ‬أث‪ٛ‬اة إٌبس ‪ٚ‬ص‪ٓ٠‬‬
‫‪ٚ‬ص‪ ٓ٠‬اٌؾ‪ٛ‬س اٌؼ‪،ٓ١‬‬ ‫اٌؾ‪ٛ‬س اٌؼ‪،ٓ١‬‬
‫‪ٚ‬اهٍؼٓ فبرا ألجً‬ ‫‪ٚ‬اهٍؼٓ‬
‫اٌشعً لٍٓ‪ :‬اٌٍ‪ُٙ‬‬
‫أقشٖ‪ٚ ،‬ارا أدثش‬
‫اؽزغجٓ ِٕٗ‪ٚ ،‬لٍٓ‪:‬‬

‫‪75‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫اٌٍ‪ ُٙ‬اغفش ٌٗ‪.‬‬
‫فؤٔ‪ٙ‬ى‪ٛ‬ا ‪ٚ‬ع‪ ٖٛ‬اٌم‪َٛ‬‬
‫فذ‪ٌ ٜ‬ىُ أث‪ ٚ ٝ‬أِ‪،ٝ‬‬
‫‪ٚ‬ال رخض‪ٚ‬ا اٌؾ‪ٛ‬اس‬
‫اٌؼ‪ ٓ١‬فبْ أ‪ٚ‬ي لطشح‬
‫رٕنظ رىفش ػٕٗ وً‬
‫ؽئ ػٍّٗ‪ٚ ،‬رٕضي‬
‫اٌ‪ ٗ١‬ص‪ٚ‬عزبْ ِٓ‬
‫اٌؾ‪ٛ‬اس ‪ّ٠‬غؾبْ‬
‫‪ٚ‬ع‪٠ٚ ٗٙ‬م‪ٛ‬الْ‪ :‬لذ‬
‫أر‪ٌ ٝ‬ه‪٠ٚ ،‬م‪ٛ‬ي‪ :‬لذ‬
‫أر‪ٌ ٝ‬ىّب‪ .‬صُ ‪٠‬ىغ‪ٝ‬‬
‫ِبئخ ؽٍخ ٌ‪١‬غذ ِٓ‬
‫ٔغظ ثٕ‪ ٝ‬آدَ‪ٌٚ ،‬ىٓ‬
‫ِٓ ٔجذ اٌغٕخ ٌ‪ٛ‬‬
‫‪ٚ‬مؼٓ ث‪ ٓ١‬افجؼ‪ٓ١‬‬
‫ٌ‪ ٛ‬عؼ‪ٚ )ٓٙ‬وبْ‬
‫‪٠‬م‪ٛ‬ي ‪ٔ( :‬جئذ اْ‬
‫اٌغ‪ٛ١‬ف ِفبر‪١‬ؼ‬
‫اٌغٕخ)‬
‫‪11.‬‬ ‫ػٓ أث‪٘ ٝ‬ش‪٠‬شح ػٓ‬ ‫‪ Komisif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫ِٓ آِٓ ثبهلل‬
‫إٌج‪ ٝ‬فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫‪ٚ‬سع‪ٚ ،ٌٗٛ‬ألبَ‬
‫‪ٚ‬عٍُ لبي‪ ِٓ ( :‬آِٓ‬ ‫اٌقالح‪ٚ،‬فبَ‬
‫ثبهلل ‪ٚ‬سع‪ٚ ،ٌٗٛ‬ألبَ‬ ‫سِنبْ‪.‬وبٔؾمبػٍ‪ٝ‬‬
‫اٌقالح‪ٚ،‬فبَ‬ ‫هللا أْ ‪٠‬ذخٍٗ‬
‫سِنبْ‪.‬وبٔؾمبػٍ‪ٝ‬‬ ‫اٌغٕخعب٘ذ ف‪ٟ‬‬
‫هللا أْ ‪٠‬ذخٍٗ‬ ‫عج‪ ً١‬هللا ا‪ٚ‬عٍظ‬
‫اٌغٕخعب٘ذ ف‪ ٟ‬عج‪ً١‬‬ ‫ف‪ ٟ‬أسمٗ اٌز‪ٌٚ ٝ‬ذ‬
‫هللا ا‪ٚ‬عٍظ ف‪ٟ‬‬ ‫ف‪ٙ١‬ب‬
‫أسمٗ اٌز‪ٌٚ ٝ‬ذ‬
‫ف‪ٙ١‬ب) فمبٌ‪ٛ‬ا‪٠ :‬ب‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا أفال ٔجؾش‬ ‫اْ ف‪ ٝ‬اٌغٕخ ِبئخ‬
‫إٌبط؟ لبي‪( :‬اْ ف‪ٝ‬‬ ‫دسعخ أػذ٘ب هللا‬
‫اٌغٕخ ِبئخ دسعخ‬ ‫ٌٍّغب٘ذ‪ ٓ٠‬ف‪ٝ‬‬

‫‪76‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫أػذ٘ب هللا ٌٍّغب٘ذ‪ٓ٠‬‬ ‫عج‪ ً١‬هللا ِب ث‪ٓ١‬‬
‫ف‪ ٝ‬عج‪ ً١‬هللا ِب ث‪ٓ١‬‬ ‫اٌذسعز‪ ٓ١‬وّب ث‪ٓ١‬‬
‫اٌذسعز‪ ٓ١‬وّب ث‪ٓ١‬‬ ‫اٌغّبء ‪ ٚ‬األسك‪،‬‬
‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ konvivial‬‬
‫اٌغّبء ‪ ٚ‬األسك‪،‬‬ ‫فبرا عؤٌزُ هللا‬
‫فبرا عؤٌزُ هللا فبعؤٌ‪ٖٛ‬‬ ‫فبعؤٌ‪ ٖٛ‬اٌفشد‪ٚ‬ط‬
‫اٌفشد‪ٚ‬ط فبٔٗ أ‪ٚ‬عو‬ ‫فبٔٗ أ‪ٚ‬عو اٌغٕخ‬
‫اٌغٕخ ‪ٚ‬أػٍ‪ ٝ‬اٌغٕخ )‬ ‫‪ٚ‬أػٍ‪ ٝ‬اٌغٕخ‬
‫أساٖ لبي‪ٚ( :‬ف‪ٛ‬لٗ‬
‫ػشػ اٌشؽّٓ‪،‬‬
‫‪ ِٕٗٚ‬رفغش أٔ‪ٙ‬بس‬
‫اٌغٕخ)‬

‫‪12.‬‬ ‫ػٓ أث‪٘ ٝ‬ش‪٠‬شح ػٓ‬ ‫‪ Komisif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫رنّٓ هللا ٌّٓ‬
‫إٌج‪ ٝ‬فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫خشط ف‪ ٝ‬عج‪ ،ٍٗ١‬ال‬
‫‪ٚ‬عٍُ لبي‪( :‬رنّٓ‬ ‫‪٠‬خشعٗ اال ع‪ٙ‬بدا‬
‫هللا ٌّٓ خشط ف‪ٝ‬‬ ‫ف‪ ٝ‬عج‪ٚ ،ٍٝ١‬ا‪ّ٠‬بٔب‬
‫عج‪ ،ٍٗ١‬ال ‪٠‬خشعٗ اال‬ ‫‪ٚ‬رقذ‪٠‬مب ثشعٍ‪ٝ‬‬
‫ع‪ٙ‬بدا ف‪ ٝ‬عج‪،ٍٝ١‬‬ ‫ف‪ ٛٙ‬ػٍ‪ ٝ‬مبِٓ أْ‬
‫‪ٚ‬ا‪ّ٠‬بٔب ‪ٚ‬رقذ‪٠‬مب‬ ‫أدخٍٗ اٌغٕخ أ‪ٚ‬‬
‫ثشعٍ‪ ٝ‬ف‪ ٛٙ‬ػٍ‪ٝ‬‬ ‫أسعؼٗ اٌ‪ِ ٝ‬غىٕٗ‬
‫مبِٓ أْ أدخٍٗ‬ ‫اٌز‪ ٜ‬خشط ِٕٗ‬
‫اٌغٕخ أ‪ ٚ‬أسعؼٗ اٌ‪ٝ‬‬ ‫ٔبئال ِب ٔبي ِٓ‬
‫ِغىٕٗ اٌز‪ ٜ‬خشط‬ ‫أعش أ‪ ٚ‬غٕ‪ّ١‬خ‬
‫ِٕٗ ٔبئال ِب ٔبي ِٓ‬
‫أعش أ‪ ٚ‬غٕ‪ّ١‬خ‪.‬‬
‫‪ٚ‬اٌز‪ٔ ٜ‬فظ ِؾّذ‬
‫ث‪١‬ذٖ ِب ِٓ وٍُ ‪٠‬ىٍُ‬
‫ف‪ ٝ‬عج‪ ً١‬هللا اال عبء‬
‫‪ َٛ٠‬اٌم‪١‬بِخ و‪١ٙ‬ئزٗ‬
‫ؽ‪ ٓ١‬وٍُ ٌ‪ ٌْٛ ٗٔٛ‬دَ‬

‫‪77‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫‪ٚ‬س‪٠‬ؾخ س‪٠‬ؼ ِغه‪.‬‬
‫‪ٚ‬اٌز‪ٔ ٜ‬فظ ِؾّذ‬
‫ث‪١‬ذٖ ٌ‪ٛ‬ال أْ ‪٠‬ؾك‬
‫ػٍ‪ ٝ‬اٌّغٍّ‪ِ ٓ١‬ب‬
‫لؼذد خالف عش‪٠‬خ‬
‫رغض‪ ٚ‬ف‪ ٝ‬عج‪ ً١‬هللا‬
‫أثذا‪ٌٚ ،‬ىٓ ال أعذ‬
‫عؼخ فؤؽٍّ‪ٚ ُٙ‬ال‬
‫‪٠‬غذ‪ ْٚ‬عؼخ‪٠ٚ .‬ؾك‬
‫ػٍ‪ ُٙ١‬أْ ‪٠‬زخٍف‪ٛ‬ا‬
‫ػٕ‪ٚ .ٝ‬اٌز‪ٔ ٜ‬فظ‬
‫ِؾّذ ث‪١‬ذٖ ٌ‪ٛ‬ددد‬
‫أٔ‪ ٝ‬أغض‪ ٚ‬ف‪ ٝ‬عج‪ً١‬‬
‫هللا فؤلزً صُ أغض‪ٚ‬‬
‫فؤلزً صُ أغض‪ٚ‬‬
‫فؤلزً)‪.‬‬
‫‪31‬‬ ‫ػٓ أث‪٘ ٟ‬ش‪٠‬شح‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫اٌغض‪ ٚ‬غض‪ٚ‬اْ‪ ،‬فؤِب‬
‫سم‪ ٝ‬هللا ػٕٗ أْ‬ ‫ِٓ اثزغ‪ٚ ٝ‬عٗ هللا‬
‫إٌج‪ ٝ‬فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫‪ٚ‬أهبع اإلِبَ‪،‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ لبي‪ ( :‬اٌغض‪ٚ‬‬ ‫‪ٚ‬أٔفك اٌىش‪ّ٠‬خ‬
‫غض‪ٚ‬اْ‪ ،‬فؤِب ِٓ‬ ‫‪٠ٚ‬بعش اٌؾش‪٠‬ه‬
‫اثزغ‪ٚ ٝ‬عٗ هللا‬ ‫‪ٚ‬اعزٕت اٌفغبد فبْ‬
‫‪ٚ‬أهبع اإلِبَ‪ٚ ،‬أٔفك‬ ‫ٔ‪ٔٚ ِٗٛ‬ج‪ ٗٙ‬أعش‬
‫اٌىش‪ّ٠‬خ ‪٠ٚ‬بعش‬ ‫وٍٗ‪ٚ .‬أِب ِٓ غضا‬
‫اٌؾش‪٠‬ه ‪ٚ‬اعزٕت‬ ‫فخشا ‪ٚ‬س‪٠‬بء ‪ٚ‬عّؼخ‬
‫اٌفغبد فبْ ٔ‪ِٗٛ‬‬ ‫‪ٚ‬ػق‪ ٝ‬اإلِبَ‬
‫‪ٔٚ‬ج‪ ٗٙ‬أعش وٍٗ‪ٚ .‬أِب‬ ‫‪ٚ‬أفغذ ف‪ ٝ‬األسك‬
‫ِٓ غضا فخشا ‪ٚ‬س‪٠‬بء‬ ‫فبٔٗ ٌُ ‪٠‬شعغ‬
‫‪ٚ‬عّؼخ ‪ٚ‬ػق‪ٝ‬‬ ‫ثبٌىفبف‬
‫اإلِبَ ‪ٚ‬أفغذ ف‪ٝ‬‬
‫األسك فبٔٗ ٌُ‬
‫‪٠‬شعغ ثبٌىفبف)‬ ‫ؽشِخ ٔغبء‬
‫اٌّغب٘ذ‪ ٓ٠‬ػٍ‪ٝ‬‬
‫‪ٚ‬ػٓ ثش‪٠‬ذح سم‪ٝ‬‬
‫اٌمبػذ‪ ٓ٠‬وؾشِخ‬

‫‪78‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫هللا ػٕٗ ػٓ إٌج‪ٝ‬‬ ‫أِ‪ٙ‬بر‪ِٚ ُٙ‬ب ِٓ‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬ ‫سعً ِٓ اٌمبػذ‪ٓ٠‬‬
‫لبي‪( :‬ؽشِخ ٔغبء‬ ‫‪٠‬خٍف سعال ِٓ‬
‫اٌّغب٘ذ‪ ٓ٠‬ػٍ‪ٝ‬‬ ‫اٌّغب٘ذ‪ ٓ٠‬ف‪ ٝ‬أٍ٘ٗ‬
‫اٌمبػذ‪ ٓ٠‬وؾشِخ‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫ف‪١‬خ‪ ٗٔٛ‬ف‪ ُٙ١‬اال‬
‫أِ‪ٙ‬بر‪ِٚ ُٙ‬ب ِٓ‬ ‫‪ٚ‬لف ٌٗ ‪ َٛ٠‬اٌم‪١‬بَ‬
‫سعً ِٓ اٌمبػذ‪ٓ٠‬‬ ‫ف‪١‬ؤخز ِٓ ػٍّٗ ِب‬
‫‪٠‬خٍف سعال ِٓ‬ ‫ؽبء فّب ظٕىُ؟‬
‫اٌّغب٘ذ‪ ٓ٠‬ف‪ ٝ‬أٍ٘ٗ‬
‫ف‪١‬خ‪ ٗٔٛ‬ف‪ ُٙ١‬اال ‪ٚ‬لف‬
‫ٌٗ ‪ َٛ٠‬اٌم‪١‬بَ ف‪١‬ؤخز‬ ‫أ‪٠‬ىُ اْ ٌٗ ِضً‬
‫ِٓ ػٍّٗ ِب ؽبء فّب‬ ‫ٔقف أعش‬
‫ظٕىُ؟)‬ ‫اٌخبسعخٍف‬
‫اٌخبسط ف‪ ٝ‬أٍ٘ٗ‬
‫‪ٚ‬ػٓ أث‪ ٝ‬عؼ‪١‬ذ‬
‫‪ِٚ‬بٌٗ ثخ‪١‬ش؛ن‬
‫اٌخذس‪ ٜ‬سم‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٕٗ‪ :‬أْ إٌج‪ ٝ‬فٍ‪ٝ‬‬
‫هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ثؼش‬
‫سعال اٌ‪ ٝ‬ثٕ‪ٌ ٝ‬ؾ‪١‬بْ‬
‫ٌ‪١‬خشط ِٓ وً‬
‫سعٍ‪ ٓ١‬سعً صُ لبي‬
‫ٌٍمبػذ‪( :‬أ‪٠‬ىُ خٍف‬
‫اٌخبسط ف‪ ٝ‬أٍ٘ٗ‬
‫‪ِٚ‬بٌٗ ثخ‪١‬ش؛وبْ ٌٗ‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬
‫ِضً ٔقف أعش‬
‫اٌخبسط)‬
‫‪14.‬‬ ‫ػٓ أث‪ ٝ‬أ‪ٛ٠‬ة‬ ‫‪ Asertif‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪Konvivial‬‬ ‫ال ؽئ ٌٗ‪ .‬اْ هللا‬
‫سم‪ ٝ‬هللا ػٕٗ ػٓ‬ ‫ال‪٠‬مجً‪ ِٓ ،‬اٌؼًّ‬
‫إٌج‪ ٝ‬فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫اال ِبوبْ ٌٗ خبٌقب‬
‫‪ٚ‬عٍُ لبي‪( :‬عزفزؼ‬ ‫‪ٚ‬اثزغ‪ ٝ‬ثٗ ‪ٚ‬ع‪ٗٙ‬‬
‫ػٍ‪١‬ىُ األِقبس‪،‬‬
‫‪ٚ‬عزى‪ ْٛ‬عٕ‪ٛ‬د‬
‫ِغٕذح ‪٠‬مطغ ػٍ‪١‬ىُ‬
‫ف‪ٙ١‬ب ثؼ‪ٛ‬س‪ ،‬ف‪١‬ىشٖ‬

‫‪79‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫اٌشعً ِٕىُ اٌجؼش‬
‫ف‪ٙ١‬ب‪ ،‬ف‪١‬زخٍـ ِٓ‬
‫ل‪ ،ِٗٛ‬صُ ‪٠‬زقفؼ‬
‫اٌمجبئً ‪٠‬ؼشك ٔفغٗ‬
‫ػٍ‪٠ ُٙ١‬م‪ٛ‬ي ‪ِٓ :‬‬
‫أوفٗ ثؼش وزا؟ ِٓ‬
‫أوفٗ ثؼش وزا؟ ‪ٚ‬رٌه‬
‫األع‪١‬ش اٌ‪ ٝ‬آخش‬
‫لطشح ِٓ دِٗ) ‪ٚ‬لبي‬
‫سعً‪٠ :‬ب سع‪ٛ‬ي هللا‬
‫أسأ‪٠‬ذ سعال غضا‬
‫‪ٍ٠‬زّظ األعش ‪ٚ‬اٌزوش‬
‫ِبٌٗ؟ فمبي‪ٚ( :‬ال ؽئ‬
‫ٌٗ) فؤػبد٘ب صالس‬
‫ِشاد فمبي‪( :‬ال ؽئ‬
‫ٌٗ‪ .‬اْ هللا ال‪٠‬مجً‪،‬‬
‫ِٓ اٌؼًّ اال ِبوبْ‬
‫ٌٗ خبٌقب ‪ٚ‬اثزغ‪ ٝ‬ثٗ‬
‫‪ٚ‬ع‪)ٗٙ‬‬
‫‪15.‬‬ ‫ػٓ ثش‪٠‬ذح لبي‪ :‬وبْ‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫اغض‪ٚ‬ا ثغُ هللا ف‪ٝ‬‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬ ‫عج‪ ً١‬هللا‪ ،‬لبرٍ‪ٛ‬ا ِٓ‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ارا أِش‬ ‫وفش ثبهللا‬
‫أِ‪١‬شا ػٍ‪ ٝ‬ع‪١‬ؼ أ‪ٚ‬‬
‫عش‪٠‬خ أ‪ٚ‬فبٖ ف‪ٝ‬‬
‫خبفزٗ ثزم‪ ٜٛ‬هللا‬
‫‪ِ ِٓٚ‬ؼٗ ِٓ‬
‫اٌّغٍّ‪ ٓ١‬خ‪١‬شا صُ‬
‫لبي‪( :‬اغض‪ٚ‬ا ثغُ هللا‬
‫ف‪ ٝ‬عج‪ ً١‬هللا‪ ،‬لبرٍ‪ٛ‬ا‬
‫ِٓ وفش ثبهللا‪ ،‬اغض‪ٚ‬ا‬
‫‪ٚ‬ال رغٍ‪ٛ‬ا ‪ٚ‬ال رغذس‪ٚ‬ا‬
‫‪ٚ‬ال رّضٍ‪ٛ‬ا ‪ٚ‬ال رمزٍ‪ٛ‬ا‬
‫‪١ٌٚ‬ذا ‪ٚ‬ارا ٌم‪١‬ذ‬
‫ػذ‪ٚ‬ن ِٓ اٌّؾشو‪ٓ١‬‬

‫‪80‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫فبدػ‪ ُٙ‬اٌ‪ ٝ‬اؽذ‪ٜ‬‬
‫صالس خقبي أ‪ٚ‬‬
‫خالي فؤ‪٠‬ز‪ٓٙ‬‬
‫ِبأعبث‪ٛ‬ن اٌ‪ٙ١‬ب فبلجً‬
‫ِٕ‪ٚ ،ُٙ‬وف ػٕ‪،ُٙ‬‬
‫ادػ‪ ُٙ‬اٌ‪ ٝ‬اٌزؾ‪ٛ‬ي‬
‫ِٓ داسُ٘ اٌ‪ ٝ‬داس‬
‫اٌّ‪ٙ‬بعش‪،ٓ٠‬‬
‫‪ٚ‬أخجشُ٘ اْ ُ٘‬
‫فؼٍ‪ٛ‬ا أْ ٌ‪ِ ُٙ‬ب‬
‫ٌٍّ‪ٙ‬بعش‪ٚ ،ٓ٠‬ػٍ‪ُٙ١‬‬
‫ِب ػٍ‪ ٝ‬اٌّ‪ٙ‬بعش‪،ٓ٠‬‬
‫‪ٚ‬اْ ُ٘ أث‪ ٛ‬أْ‬
‫‪٠‬زؾ‪ٌٛٛ‬ا ِٕ‪ٙ‬ب‪،‬‬
‫فؤخجشُ٘ أٔ‪ُٙ‬‬
‫‪٠‬ى‪ ْٛٔٛ‬وؤػشاة‬
‫اٌّغٍّ‪٠ ٓ١‬غش‪ٜ‬‬
‫ػٍ‪ ُٙ١‬ؽىُ هللا اٌز‪ٜ‬‬
‫‪٠‬غش‪ ٜ‬ػٍ‪ٝ‬‬
‫اٌّغٍّ‪ٚ ،ٓ١‬ال ‪٠‬ى‪ْٛ‬‬
‫ٌ‪ ُٙ‬ف‪ ٝ‬اٌغٕ‪ّ١‬خ ‪ٚ‬اٌفئ‬
‫ؽئ اال أْ ‪٠‬غب٘ذ‪ٚ‬ا‬
‫ِغ اٌّغٍّ‪ ،ٓ١‬فبْ‬
‫ُ٘ أث‪ٛ‬ا فغٍ‪ُٙ‬‬
‫اٌغض‪٠‬خ فبْ ُ٘‬
‫أعبث‪ٛ‬ن فبلجً ِٕ‪ُٙ‬‬
‫‪ٚ‬وف ػٕ‪ٚ ،ُٙ‬اْ ُ٘‬
‫أث‪ٛ‬ا فبعزؼٓ ثبهللا‬
‫‪ٚ‬لبرٍ‪ٚ ،ُٙ‬ارا‬
‫ؽبفشد أً٘‬
‫ؽقٓ فؤساد‪ٚ‬ن أْ‬
‫رغؼً ٌ‪ ُٙ‬رِخ هللا‬
‫‪ٚ‬رِخ ٔج‪١‬ه فال رغؼً‬
‫ٌ‪ ُٙ‬رِخ هللا ‪ٚ‬ال رِخ‬

‫‪81‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫ٔج‪ٌٚ ،ٗ١‬ىٓ اعؼً ٌ‪ُٙ‬‬
‫رِزه ‪ٚ‬رِخ أث‪١‬ه‬
‫‪ٚ‬رُِ أفؾبثه فبٔىُ‬
‫اْ رخفش‪ٚ‬ا رِّىُ‬
‫‪ٚ‬رُِ آثبئىُ أ٘‪ْٛ‬‬
‫ِٓ أْ رخفش‪ٚ‬ا رِخ‬
‫هللا ‪ٚ‬رِخ سع‪ٌٗٛ‬‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ‪ٚ ،‬اْ ؽبفشد‬
‫أً٘ عقٓ فؤساد‪ٚ‬ن‬
‫أْ رٕضٌ‪ ُٙ‬غٍ‪ ٝ‬ؽىُ‬
‫هللا فال رٕضٌ‪ ُٙ‬غٍ‪ٝ‬‬
‫ؽىُ هللا ‪ٌٚ‬ىٓ أضٌ‪ُٙ‬‬
‫ػٍ‪ ٝ‬ؽىّه فبٔه ال‬
‫رذس‪ ٜ‬أرق‪١‬ت ؽىُ‬
‫هللا ف‪ ُٙ١‬أَ ال) لبي‬
‫ػجذ اٌشؽّٓ‪-‬أؽذ‬
‫س‪ٚ‬اح اٌؾذ‪٠‬ش‪٘-‬زا‬
‫أ‪ٔٚ‬ؾ‪.ٖٛ‬‬
‫‪16.‬‬ ‫ػٓ أٔظ سم‪ ٝ‬هللا‬ ‫‪‬‬ ‫‪Direktif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫أِب ال فغزش‪ْٚ‬‬
‫ػٕٗ لبي‪ٌّ :‬ب وبْ‬ ‫ثؼذ‪ ٜ‬أصشح‬
‫‪ َٛ٠‬ؽٕ‪ ٓ١‬ألجٍذ‬ ‫فبفجش‪ٚ‬ا ؽز‪ ٝ‬رٍم‪ٛ‬ا‬
‫٘‪ٛ‬اصْ ‪ٚ‬غطفبْ‬ ‫هللا ‪ٚ‬سع‪ ،ٌٗٛ‬فبْ‬
‫‪ٚ‬غ‪١‬شُ٘ ثزساس‪ُٙ٠‬‬ ‫ِ‪ٛ‬ػذوُ اٌؾ‪ٛ‬ك‬
‫‪ٔٚ‬ؼّ‪ِٚ ،ُٙ‬غ سع‪ٛ‬ي‬ ‫‪ ٛ٘ٚ‬وّب ث‪ٓ١‬‬
‫هللا فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫فٕؼبء ‪ٚ‬ػّبْ‪،‬‬
‫‪ٚ‬عٍُ ػؾشح آالف‬ ‫‪ٚ‬آٔ‪١‬زٗ أوضش ِٓ‬
‫‪ِٚ‬ؼٗ اٌطٍمبء‬ ‫ػذد إٌغ‪ .َٛ‬اٌٍ‪ُٙ‬‬
‫فؤدثش‪ٚ‬ا ػٕٗ ؽز‪ٝ‬‬ ‫اسؽُ األٔقبس‬
‫ثم‪ٚ ٝ‬ؽذٖ فٕبد‪ٜ‬‬ ‫‪ٚ‬أثٕبء األٔقبس‬
‫‪ِٛ٠‬ئز ٔذاء‪ٌُ ٓ٠‬‬ ‫‪ٚ‬أثٕبء أثٕبء‬
‫‪٠‬خٍو ث‪ّٕٙ١‬ب ؽ‪١‬ئب‪.‬‬ ‫األٔقبس‬
‫لبي‪ :‬فبٌزفذ ػٓ‬
‫‪ ٕٗ١ّ٠‬فمبي‪٠( :‬ب‬

‫‪82‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫ِؼؾش األٔقبس )‬
‫فمبٌ‪ٛ‬ا‪ٌ :‬ج‪١‬ه ‪٠‬ب‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا ٔؾٓ ِؼه‬
‫أثؾش‪ .‬صُ ااٌزفذ ػٓ‬
‫‪٠‬غبسٖ فمبي‪٠( :‬ب‬
‫ِؼؾش األٔقبس)‬
‫فمبٌ‪ٛ‬ا‪ٌ :‬ج‪١‬ه ‪٠‬ب‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا أثؾش‪،‬‬
‫ٔؾٓ ِؼه ‪ ٛ٘ٚ‬ػٍ‪ٝ‬‬
‫ثغٍخ ث‪١‬نبء فٕضي‬
‫‪ٚ‬لبي‪( :‬أٔب ػجذ هللا‬
‫‪ٚ‬سع‪ )ٌٗٛ‬فؤٔ‪ٙ‬ضَ‬
‫اٌّؾشو‪ٚ ،ْٛ‬أفبة‬
‫غٕبئُ وض‪١‬شح فمغّ‪ٙ‬ب‬
‫ث‪ ٓ١‬اٌّ‪ٙ‬بعش‪ٓ٠‬‬
‫‪ٚ‬اٌطٍمبء ‪٠ ٌُٚ‬ؼو‬
‫األٔقبس ِٕ‪ٙ‬ب ؽ‪١‬ئب‪،‬‬
‫فمبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬ارا وبٔذ‬
‫اٌؾذح فٕؾٓ ٔذػ‪ٝ‬‬
‫‪٠ٚ‬ؼط‪ ٝ‬اٌغٕبئُ‬
‫غ‪١‬شٔب‪ .‬فجٍغٗ رٌه‬
‫فغّؼ‪ٚ ُٙ‬لبي‪٠( :‬ب‬
‫ِؼؾش األٔقبس ِب‬
‫ِمبٌخ ثٍغزٕ‪ ٝ‬ػٕىُ‪،‬‬
‫‪ٚ‬عذح ‪ٚ‬عذرّ‪٘ٛ‬ب ف‪ٝ‬‬
‫أٔفغىُ أٌُ آرىُ‬
‫مالال ف‪ٙ‬ذاوُ هللا‬
‫‪ٚ‬ػبٌخ فؤغٕبوُ هللا‪،‬‬
‫‪ٚ‬أػذاء فؤٌف هللا ث‪ٓ١‬‬
‫لٍ‪ٛ‬ثىُ؟ لبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬ثٍ‪ٝ‬‬
‫هللا ‪ٚ‬سع‪ ٌٗٛ‬أِٓ‬
‫‪ٚ‬أفنً‪ .‬لبي‪( :‬أال‬
‫رغ‪١‬ج‪ٝٔٛ‬؟ لبٌ‪ٛ‬ا‪:‬‬
‫‪ِٚ‬برا ٔغ‪١‬ه ‪٠‬ب‬

‫‪83‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫سع‪ٛ‬ي هللا ؟ لبي‪:‬‬
‫(أِب ‪ٚ‬هللا ٌ‪ٛ‬ؽئزُ لٍزُ‬
‫فقذلزُ‪ .‬أر‪١‬زٕب ِىزثب‬
‫فقذلٕبن‪ِٚ ،‬خز‪ٚ‬ال‬
‫فٕقشٔبن‪ٚ ،‬هش‪٠‬ذا‬
‫فؤ‪ٕ٠ٚ‬بن ‪ٚ‬ػبئال‬
‫فآع‪ٕ١‬بن ‪ٚ‬خبئفب‬
‫فؤِٕبن‪ٚٚ ،‬وٍزىُ اٌ‪ٝ‬‬
‫اعالِىُ‪ .‬أفال‬
‫رشم‪٠ ْٛ‬ب ِؼؾش‬
‫األٔقبس أْ رز٘ت‬
‫إٌبط اٌ‪ ٝ‬سؽبٌ‪ُٙ‬‬
‫ثبٌؾبح ‪ٚ‬اٌجؼ‪١‬ش‪،‬‬
‫‪ٚ‬رشعؼ‪ ْٛ‬ثشع‪ٛ‬ي‬
‫هللا اٌ‪ ٝ‬سؽبٌىُ؟‬
‫‪ٚ‬اٌز‪ٔ ٜ‬فغ‪ ٝ‬ث‪١‬ذٖ‬
‫ٌ‪ٛ‬ال اٌ‪ٙ‬غشح ٌىٕذ‬
‫اِشءا ِٓ األٔقبس‬
‫‪ ٌٛٚ‬عٍه إٌبط ؽؼجب‬
‫‪ٚ‬عٍىذ األٔقبس‬
‫ؽؼجب ٌغٍىذ ؽؼت‬
‫األٔقبس‪ .‬أوزت ٌىُ‬
‫ثبٌجؾش‪ ٓ٠‬وزبثب ِٓ‬
‫ثؼذ‪ ٜ‬رى‪ٌ ْٛ‬ىُ‬
‫خبفخ د‪ ْٚ‬إٌبط؟)‬
‫لبٌ‪ٛ‬ا‪ِٚ :‬ب ؽبعزٕب‬
‫ثؼذن ‪٠‬ب سع‪ٛ‬ي هللا؟‬
‫لبي‪( :‬أِب ال فغزش‪ْٚ‬‬
‫ثؼذ‪ ٜ‬أصشح فبفجش‪ٚ‬ا‬
‫ؽز‪ ٝ‬رٍم‪ٛ‬ا هللا‬
‫‪ٚ‬سع‪ ،ٌٗٛ‬فبْ‬
‫ِ‪ٛ‬ػذوُ اٌؾ‪ٛ‬ك‬
‫‪ ٛ٘ٚ‬وّب ث‪ ٓ١‬فٕؼبء‬
‫‪ٚ‬ػّبْ‪ٚ ،‬آٔ‪١‬زٗ أوضش‬

‫‪84‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫ِٓ ػذد إٌغ‪.َٛ‬‬
‫اٌٍ‪ ُٙ‬اسؽُ األٔقبس‬
‫‪ٚ‬أثٕبء األٔقبس‬
‫‪ٚ‬أثٕبء أثٕبء‬
‫األٔقبس) فجى‪ٛ‬ا ؽز‪ٝ‬‬
‫أخنٍ‪ٛ‬ا ٌؾبُ٘‪،‬‬
‫‪ٚ‬لبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬سم‪ٕ١‬ب‬
‫ثشع‪ٛ‬ي هللا ؽظب‬
‫‪ٚ‬لغّب‪ٚ ،‬أقشف‪ٛ‬‬
‫‪17.‬‬ ‫ػٓ أث‪٘ ٝ‬ش‪٠‬شح أْ‬ ‫‪ Direktif‬‬ ‫‪ Kolaboratif‬‬ ‫اعٍى‪ٛ‬ا ٘زا اٌطش‪٠‬ك‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬ ‫فال ‪٠‬ؾش فّٓ ٌىُ‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ؽ‪ ٓ١‬عبس‬ ‫أؽذ أّٔزّ‪ ٖٛ‬أ‪ٜ‬‬
‫اٌ‪ِ ٝ‬ىخ ٌ‪١‬فزؾّب لبي‬ ‫فزٍزّ‪ٖٛ‬‬
‫ألث‪٘ ٝ‬ش‪٠‬شح‪( :‬ا٘زف‬
‫ثبألٔقبس) فمبي‪٠ :‬ب‬
‫ِؼؾش األٔقبس‬
‫أع‪١‬ج‪ٛ‬ا سع‪ٛ‬ي هللا‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬
‫فغبء‪ٚ‬ا وؤّٔب وبٔ‪ٛ‬ا‬
‫ػٍ‪١ِ ٝ‬ؼبد‪ .‬صُ لبي‪:‬‬
‫(اعٍى‪ٛ‬ا ٘زا اٌطش‪٠‬ك‬
‫فال ‪٠‬ؾش فّٓ ٌىُ أؽذ‬
‫أّٔزّ‪ )ٖٛ‬أ‪ ٜ‬فزٍزّ‪،ٖٛ‬‬
‫فغبس سع‪ٛ‬ي هللا‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬
‫ففزؼ هللا ػٍ‪ُٙ١‬‬
‫فطبف سع‪ٛ‬ي هللا‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬
‫ثبٌج‪١‬ذ‪ٚ ،‬فٍ‪ٝ‬‬
‫سوؼز‪ ٓ١‬صُ خشط ِٓ‬
‫اٌجبة اٌز‪ ٜ‬ثٍ‪ٝ‬‬
‫اٌقفب فقؼذ اٌقفب‬
‫فخطت إٌبط‬
‫‪ٚ‬األٔقبس أعفً ِٕٗ‪،‬‬

‫‪85‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫فمبٌذ األٔقبس‬
‫ثؼن‪ٌ ُٙ‬جؼل‪ :‬أِب‬
‫اٌشعً فؤخزرٗ اٌشأفخ‬
‫ثم‪ٚ ،ِٗٛ‬اٌشغجخ ف‪ٝ‬‬
‫لش‪٠‬زٗ‪ٚ ،‬أٔضي هللا‬
‫رؼبٌ‪ ٝ‬اٌ‪ٛ‬ؽ‪ ٝ‬ثّب‬
‫لبٌذ األٔقبس فمبي‪:‬‬
‫(‪٠‬ب ِؼؾش األٔقبس‬
‫ال رم‪ :ٌْٛٛ‬فمذ‬
‫أدسوزٗ سأفخ ثم‪،ِٗٛ‬‬
‫‪ٚ‬سغجخ ف‪ ٝ‬لش‪٠‬زٗ)‬
‫لبي‪( :‬فّٓ أٔب ارا؟‬
‫وال ‪ٚ‬هللا أ‪ ٝ‬ػجذ هللا‬
‫‪ٚ‬سع‪ ٌٗٛ‬ؽمب فبٌّؾ‪١‬ب‬
‫ِؾ‪١‬بوُ‪ٚ ،‬اٌّّبد‬
‫ِّبرىُ) لبٌ‪ٛ‬ا‪ٚ :‬هللا‬
‫‪٠‬ب سع‪ٛ‬ي هللا ِب لٍٕب‬
‫رٌه اال ِخبفخ أْ‬
‫رفبسلٕب‪ ،‬لبي‪( :‬أٔزُ‬
‫فبدل‪ ْٛ‬ػٕذهللا‪،‬‬
‫‪ٚ‬ػٕذ سع‪ )ٌٗٛ‬لبي‪:‬‬
‫ف‪ٛ‬ا هلل ِب ِٕ‪ ُٙ‬اال‬
‫ِٓ لذ ثً ٔؾشٖ‬
‫ثبٌذِ‪ٛ‬ع‬
‫‪18.‬‬ ‫ػٓ ػجذ هللا ثٓ سثبػ‬ ‫‪ direktif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫‪٠.‬ب ِؼؾش األٔقبس‬
‫لبي‪ٚ :‬فذٔب اٌ‪ٝ‬‬ ‫٘زا أ‪ ٚ‬ثبػ لش‪٠‬ؼ‬
‫ِؼب‪٠ٚ‬خ ‪ِٚ‬ؼٕب أث‪ٛ‬‬ ‫فبرا ٌم‪١‬زّ‪ ُ٘ٛ‬غذا‬
‫٘ش‪٠‬شح‪ ،‬فىبْ اٌشعً‬ ‫فبؽقذ‪ ُ٘ٚ‬ؽقذا‪.‬‬
‫ِٕب ‪٠‬قٕغ اٌطؼبَ‬ ‫صُ ِ‪ٛ‬ػذوُ اٌقفب‬
‫‪٠‬ذػ‪ ٛ‬أفؾبثٗ‪٘ .‬زا‬
‫‪ِٛ٠‬ب‪٘ٚ ،‬زا ‪ِٛ٠‬ب‪،‬‬
‫لبي‪ :‬فٍّب وبْ ‪ِٝٛ٠‬‬
‫لٍذ‪٠ :‬ب أثب ٘ش‪٠‬شح‬
‫ؽذصٕب ػٓ إٌج‪ٝ‬‬

‫‪86‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬
‫ؽز‪٠ ٝ‬ذسن هؼبِٕب‪.‬‬
‫فمبي‪ :‬وٕذ ِغ إٌج‪ٝ‬‬
‫فٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬
‫‪ َٛ٠‬اٌفزؼ فغؼً خبٌذ‬
‫ثٓ اٌ‪١ٌٛ‬ذ ػٍ‪ ٝ‬اؽذ‪ٜ‬‬
‫اٌّغٕجز‪ٚ ٓ١‬عؼً‬
‫اٌضث‪١‬ش ػٍ‪ٝ‬‬
‫األخش‪ٚ ،ٜ‬عؼً أثب‬
‫ػج‪١‬ذح ػٍ‪ ٝ‬اٌغبلخ‬
‫ف‪ ٝ‬ثطٓ اٌ‪ٛ‬اد‪ . ٜ‬صُ‬
‫لبي‪٠( :‬ب أثب ٘ش‪٠‬شح‬
‫ادع ٌ‪ ٝ‬األٔقبس)‬
‫فذػ‪ٛ‬ر‪ ،ُٙ‬فغبء‪ٚ‬ا‬
‫‪ٙ٠‬ش‪ ٌْٛٚ‬فمبي‪٠( :‬ب‬
‫ِؼؾش األٔقبس ٘زا‬
‫أ‪ ٚ‬ثبػ لش‪٠‬ؼ فبرا‬
‫ٌم‪١‬زّ‪ ُ٘ٛ‬غذا‬
‫فبؽقذ‪ ُ٘ٚ‬ؽقذا‪.‬‬
‫صُ ِ‪ٛ‬ػذوُ اٌقفب)‬
‫‪ٚ‬أؽبس ث‪١‬ذٖ‪ ،‬فٍّب وبْ‬
‫ِٓ اٌغذ ٌُ ‪٠‬ؾشف‬
‫ٌ‪ ُٙ‬أؽذ اال أٔبِ‪.ٖٛ‬‬
‫لبي‪ٚ :‬فزؼ هللا ػٍ‪ٝ‬‬
‫سع‪ ٌٗٛ‬فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ فؤر‪ٝ‬‬
‫اٌقفب فمبَ ػٍ‪ٗ١‬‬
‫فغبءٖ أث‪ ٛ‬عف‪١‬بْ‬
‫فمبي‪٠ :‬ب سع‪ٛ‬ي هللا‬
‫أث‪١‬ؾش خنشاء‬
‫لش‪١٠‬ؼ فال لش‪٠‬ؼ‬
‫ثؼذ اٌ‪ ،َٛ١‬فمبي‬
‫سع‪ٛ‬ي هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‪ِٓ( :‬‬

‫‪87‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫دخً داس أث‪ ٝ‬عف‪١‬بْ‬
‫ف‪ ٛٙ‬آِٓ ) ‪ ِٓٚ‬أٌم‪ٝ‬‬
‫عالؽٗ ف‪ ٛٙ‬آِٓ‪.‬‬
‫فمبٌذ األٔقبس ‪ :‬أِب‬
‫اٌشعً فمذ أخزرٗ‬
‫سأفخ ثؼؾ‪١‬شرٗ‪،‬‬
‫‪ٚ‬سغجخ ف‪ ٝ‬لش‪٠‬زٗ‪،‬‬
‫‪ٔٚ‬ضي اٌ‪ٛ‬ؽ‪ ٝ‬ػٍ‪ٝ‬‬
‫ٔج‪ ٝ‬هللا فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ف‪ ٝ‬رٌه‬
‫فمبي‪٠( :‬ب ِؼؾش‬
‫األٔقبس لٍزُ‪ :‬أِب‬
‫اٌشعً فمذ اخزرٗ‬
‫سأفخ ثؼؾ‪١‬شرٗ‪،‬‬
‫‪ٚ‬سغجخ ف‪ ٝ‬لش‪٠‬زٗ‪.‬‬
‫وال أٔب ػجذ هللا‬
‫‪ٚ‬سع‪٘ ٌٗٛ‬بعشد‬
‫اٌ‪ ٝ‬هللا ‪ٚ‬اٌ‪١‬ىُ‪،‬‬
‫‪ٚ‬اٌّؾ‪١‬ب ِؾ‪١‬بوُ‬
‫‪ٚ‬اٌّّبد ِّبرىُ)‬
‫فمبٌ‪ٛ‬ا‪٠ :‬ب سع‪ٛ‬ي هللا‬
‫ِب لٍٕب اال مٕب ثبهللا‬
‫‪ٚ‬سع‪ ٌٗٛ‬فٍ‪ ٝ‬هللا‬
‫ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ فمبي‪( :‬اْ‬
‫هللا ‪ٚ‬سع‪ ٌٗٛ‬فٍ‪ٝ‬‬
‫هللا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ‬
‫‪٠‬قذلبٔىُ‬
‫‪٠ٚ‬ؼزسأىُ)‬
‫‪19.‬‬ ‫ؽّذ هللا ‪ٚ‬أصٕ‪ ٝ‬ػٍ‪ٗ١‬‬ ‫‪ asertif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫‪ٚ‬اٌز‪ ٜ‬ثؼضٕ‪ ٝ‬ثبٌؾك‬
‫صُ لبي‪ٚ( :‬اٌز‪ٜ‬‬ ‫أ‪ٌ ُٙ‬ؾضة‬
‫ثؼضٕ‪ ٝ‬ثبٌؾك أ‪ُٙ‬‬ ‫اٌؾ‪١‬به‪٠ ٓ١‬ؾذص‪ُٙٔٛ‬‬
‫ٌؾضة اٌؾ‪١‬به‪ٓ١‬‬ ‫ف‪١‬ىزث‪ُّٕٙٔٛ٠ٚ ُٙٔٛ‬‬
‫‪٠‬ؾذص‪ ُٙٔٛ‬ف‪١‬ىزث‪ُٙٔٛ‬‬ ‫ف‪١‬غش‪،ُٙٔٚ‬‬
‫‪ ُّٕٙٔٛ٠ٚ‬ف‪١‬غش‪،ُٙٔٚ‬‬ ‫‪٠ٚ‬ؼذ‪ُٙٔٚ‬‬

‫‪88‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫‪٠ٚ‬ؼذ‪ُٙٔٚ‬‬ ‫ف‪١‬خٍف‪ُٙٔٛ‬‬
‫ف‪١‬خٍف‪ٚ ،ُٙٔٛ‬هللا ِب‬
‫ؽذصزىُ فىزثزىُ‪ٚ ،‬ال‬
‫ِٕ‪١‬زىُ فغشسرىُ‪ٚ ،‬ال‬
‫ػذرىُ فؤخٍفزىُ‪،‬‬
‫اٌٍ‪ ُٙ‬امشة‬
‫‪ٚ‬ع‪ٚ ،ُٙ٘ٛ‬اوً‬
‫عالؽ‪ٚ ،ُٙ‬ال رجبسن‬
‫ٌ‪ ُٙ‬ف‪ِ ٝ‬مبِ‪ ،ُٙ‬اٌٍ‪ُٙ‬‬
‫ِضل‪ ُٙ‬ف‪ ٝ‬األسك‬
‫رّض‪٠‬ك اٌش‪٠‬بػ‬
‫اٌغشاد‪ٚ .‬اٌز‪ ٜ‬ثؼضٕ‪ٝ‬‬
‫ثبٌؾك‪ٌ ،‬ئٓ أِغ‪١‬زُ‬
‫لٍ‪١‬ال ٌزىضشْ‪ٚ ،‬اْ‬
‫وٕزُ أرٌخ ٌزؼضْ‪،‬‬
‫‪ٌٚ‬ئٓ وٕزُ ‪ٚ‬مؼبء‬
‫ٌزؾشفٓ‪ ،‬ؽز‪ٝ‬‬
‫رى‪ٛٔٛ‬ا ٔغ‪ِٛ‬ب ‪٠‬مزذ‪ٜ‬‬
‫ث‪ٛ‬اؽذوُ‪٠ ،‬مبي‪ :‬لبي‬
‫فالْ‪ٚ ،‬لبي فالْ)‬
‫‪20.‬‬ ‫‪ٚ‬لف ػٍ‪ ٝ‬ثبة‬ ‫‪ asertif‬‬ ‫‪ kolaboratif‬‬ ‫الاٌٗ اال هللا ‪ٚ‬ؽذٖ‬
‫اٌىؼجخ صُ لبي‪( :‬الاٌٗ‬ ‫ال ؽش‪٠‬ه ٌٗ‪ .‬فذق‬
‫اال هللا ‪ٚ‬ؽذٖ ال‬ ‫‪ٚ‬ػذٖ‪ٔٚ ،‬قش‬
‫ؽش‪٠‬ه ٌٗ‪ .‬فذق‬ ‫ػجذٖ‪٘ٚ .‬ضَ‬
‫‪ٚ‬ػذٖ‪ٔٚ ،‬قش ػجذٖ‪.‬‬ ‫األؽضاة ‪ٚ‬ؽذٖ اال‬
‫‪٘ٚ‬ضَ األؽضاة‬ ‫وً ِؤصشح أ‪ ٚ‬دَ أ‪ٚ‬‬
‫‪ٚ‬ؽذٖ اال وً ِؤصشح‬ ‫ِبي ‪٠‬ذػ‪ ٝ‬ف‪ٛٙ‬‬
‫أ‪ ٚ‬دَ أ‪ِ ٚ‬بي ‪٠‬ذػ‪ٝ‬‬ ‫رؾز‪ ٝ‬لذَ ٘بر‪ٓ١‬‬
‫ف‪ ٛٙ‬رؾز‪ ٝ‬لذَ‬
‫٘بر‪ ،ٓ١‬اال عذأخ‬
‫اٌج‪١‬ذ‪ٚ ،‬عمب‪٠‬خ‬
‫اٌؾبط‪ .‬أال ‪ٚ‬لزً‬
‫اٌخطؤ ِضً اٌؼّذ‬
‫ثبٌغ‪ٛ‬ه ‪ٚ‬اٌؼقب‪،‬‬

‫‪89‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬


‫ف‪ّٙ١‬ب اٌذ‪٠‬خ ِغٍظخ‪،‬‬
‫ِٕ‪ٙ‬ب اسثؼ‪ ْٛ‬خٍفخ‬
‫ف‪ ٝ‬ثط‪ٙٔٛ‬ب أ‪ٚ‬الد٘ب‪.‬‬
‫‪٠‬ب ِؼؾش لش‪٠‬ؼ‪ ،‬اْ‬
‫هللا لذ أر٘ت ٔخ‪ٛ‬ح‬
‫اٌغبٍ٘‪١‬خ‪ٚ ،‬رؼظّ‪ٙ‬ب‬
‫ثب‪٢‬ثبء‪ ،‬إٌبط ِٓ‬
‫آدَ‪ٚ ،‬آدَ خٍك ِٓ‬
‫رشاة‪ .‬صُ رال‪٠ ( :‬ب‬
‫ا‪ٙ٠‬ب إٌبط أب خٍمٕب‬
‫وُ ِٓ روش ‪ٚ‬أٔض‪ٝ‬‬
‫‪ٚ‬عؼٍٕب وُ صؼ‪ٛ‬ثب‬
‫‪ٚ‬لجبئً ٌزؼبسف‪ٛ‬ا اْ‬
‫أوشِىُ ػٕذ هللا‬
‫أرمبوُ) ا‪٠٢‬خ‪٠( .‬ب‬
‫ِؼؾش لش‪٠‬ؼ‪-‬أ‪٠ ٚ‬ب‬
‫أً٘ ِىخ‪ِ..-‬ب رش‪ْٚ‬‬
‫أٔ‪ ٝ‬فبػً ثىُ؟)‬
‫لبٌ‪ٛ‬ا‪ :‬خ‪١‬شا‪ ،‬أؿ‬
‫وش‪ٚ ،ُ٠‬اثٓ أؿ‬
‫وش‪ )ُ٠‬لبي‪( :‬ار٘ج‪ٛ‬ا‬
‫فؤٔزُ اٌطٍمبء)‬

‫‪90‬‬

‫‪Universitas Sumatera Utara‬‬

Anda mungkin juga menyukai