Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

UPTD PUSKESMAS KOTA BANGUN


KECAMATAN KOTA BANGUN
Jl. Jendral Ahmad Yani RT.08 Kota Bangun Kab. Kutai Kartanegara
Email: kotabangun.pkm@gmail.com Telepon: (0541) 6668408

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)


STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

1. PENDAHULUAN

Salah satu upaya pembinaan tumbuh kembang anak yang sudah dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan RI adalah kegiatan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita di
tingkat pelayanan dasar. Stimulasi dan Deteksi dini tumbuh kembang (SDIDTK) anak / balita
adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau
masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.

SDIDTK adalah Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Stimulasi merupakan suatu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin
sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak
dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti
ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat dilingkungan rumah tangga
masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan menetap.

Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai 5 tahun
pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental,
emosional, maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh
populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di
Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi
dini penyimpangan tumbuh kembang sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sesuai dengan potensi genetiknya dan mampu bersaing di era global.

2. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya


antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin
sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan
semasa hamil hingga melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat
dan lahir dengan selamat (intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak
masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak
agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial
serta memiliki inteligensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun) lebih plastis.
Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita
lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita
lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti
asupan gizi yang tidak adekwat, kurang stimulasi dan tidak mendapat pelayanan
kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan
masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek
serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai “masa keemasan”
(golden period), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis”
(critical period).

Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh
populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita
di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi
yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi
dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal tersebut, berbagai
faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi.

Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang


diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita dilakukan pada “masa kritis” tersebut di atas. Melakukan
stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga perkembangan
kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita
berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Melakukan deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap keluhan
orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan tindakan koreksi dengan
memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang
pada seorang anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpangannya
tidak semakin berat. Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan juga harus dilakukan
sedini mungkin sesuai dengan indikasi.

Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita
yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara
keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader,
tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya)
dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan
kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan
formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya
meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental, emosional, sosial dan
kemandirian anak berkembang secara optimal.

Pembinaan tumbuh kembang anak memerlukan perangkat instrumen untuk stimulasi,


deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang termasuk format rujukan
kasus dan pencatatan-pelaporan kegiatan. Berbagai metoda stimulasi dan deteksi dini
telah banyak dikembangkan oleh para ahli dan lintas sektor terkait. Departemen
Kesehatan bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menyusun
berbagai instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang untuk anak
umur 0 sampai dengan 6 tahun, yang diuraikan dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar.

3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengupayakan semua balita umur 0-5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun
agar tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya
sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era globalisasi.

b. Tujuan Khusus
 Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita dan
anak prasekolah diwilayah kerja puskesmas.
 Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada
semua balita dan anak prasekolah diwilayah kerja puskesmas.
 Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak prasekolah
dengan penyimpangan tumbuh kembang.
 Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bias ditangani di
puskesmas.

4. Kerangka Konsep Pembinaan Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah

Stimulasi dan pemantauan tumbuh


kembang di keluarga dan masyarakat

Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang di tingkat petugas


(tenaga kesehatan, pendidik, petugas lapangan KB, masyarakat)
Tidak ada Ada penyimpangan
penyimpangan

Penyimpangan Penyimpangan Gangguan Penyimpangan


pertumbuhan perkembangan pendengaran mental emosional
dan penglihatan

 Kurus  Gangguan gerak  Gangguan  Masalah mental


 Kurus sekali kasar daya dengar emosional
 Gemuk  Gangguan gerak  Gangguan  Autis
 Mikrosefal halus daya lihat  Gangguan
 Makrosefal  Gangguan bicara pemusatan
dan bahasa perhatian dan
 Gangguan hiperaktivitas
sosialisasi dan
kemandirian

Intervensi Dini Penyimpangan

Tumbuh Kembang

Tidak Ada Perbaikan


Ada Perbaikan

Dirujuk ke fasilitas
yang lebih mampu

5. SASARAN
1. Sasaran langsung :
Semua anak umur 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja puskesmas
2. Sasaran tidak langsung :
Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, perawat, bidan, ahli gizi,
penyuluh kesehatan masyarakat dan lain-lain).

6. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Setiap kunjungan pelaksanaan tentukan umur bayi/balita/anak prasekolah
2. Lakukan skrining sesuai dengan umur
3. Pencatatan hasil dengan menggunakan formulir deteksi dini tumbuh kembang anak dan
kohort bayi, balita dan anak prasekolah.
4. Jika ditemukan hasil meragukan, maka ibu/keluarga/guru untuk melakukan stimulasi
dirumah/disekolah. Lalu 2 minggu kemudian petugas melakukan pemerikasaan ulang,
jika hasil ditemukan ada gangguan jelaskan kepada ibu bahwa anaknya perlu
dikonsultasikan kepada spesialis anak/RS/Klinik tumbuh kembang.
7. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan pelaporan kegiatan SDIDTK dilakukan oleh pemegang program dan
dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara. Setelah dilakukan pelaporan
sesuai dengan hasil mengevaluasi tersebut dengan menganalisa laporan yang diterima dan
menyampaikan umpan balik penerimaan laporan dan hasil analisisnya dalam rangka
penilaian dan pengembangan kegiatan pemeriksaan SDIDTK pada balita di posyandu dan
Apras serta memicu kesinambungan pelaporan.

8. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi kegiatan SDIDTK anak dilaksanakan secara berjenjang


di semua tingkatan oleh karena kegiatan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pelayanan kesehatan masyarakat. Monitoring kegiatan SDIDTK anak di tingkat
puskesmas dan jaringannya dilaksanakan dengan cara mengkaji data dari laporan bulanan
hasil kegiatan SDIDTK.

Dengan adanya data tersebut maka setiap puskemas dapat membuat rencana kerja
bulanan untuk menjangkau dan memberikan pelayanan SDIDTK pada seluruh bayi, anak
balita dan prasekolah yang namanya tercantum di dalam buku register kohort.
Dalam memonitor hasil kegiatan SDIDTK, laporan bulanan kegiatan SDIDTK
diolah dan dianalisa, sehingga setiap puskesmas akan mempunyai data hasil kegiatan
SDIDTK per desa, per bulan yang meliputi cakupan kontak pertama SDIDTK dan jumlah
anak yang tingkat perkembangannya sesuai dan yang menyimpang.
Pertemuan bulanan di tingkat puskesmas (lokakarya mini) dapat dimanfaatkan
untuk memonitor pelaksanaan kegiatan DDTK di posyandu, puskesmas pembantu,
puskesmas, sekolah taman kanak-kanak dan sebagainya.
Di tingkat kabupaten/kota, pengelola program kesehatan anak akan memonitor
pelaksanaan kegiatan SDIDTK di puskesmas dan jaringannya dengan cara mengolah dan
menganalisa laporan bulanan puskesmas yang dikirim ke tingkat kabupaten/kota
menggunakan formulir Laporan Kesehatan Bayi dan Laporan Kesehatan Anak Balita
dan Prasekolah.
Evaluasi kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak,
dilakukan akhir tahun, dengan mengolah dan menganalisa laporan tahunan puskesmas.
Data yang dilihat adalah data cakupan kontak pertama SDIDTK, cakupan kunjungan bayi
di SDIDTK setahun 4 kali, cakupan SDIDTK anak balita dan prasekolah setahun 2 kali
dan persentase anak yang tingkat perkembangannya sesuai (S), meragukan (M) atau
dengan penyimpangan (P).
Evaluasi kegiatan SDIDTK anak di puskesmas dan jaringannya dilaksanakan
dengan cara mengkaji data laporan tahunan hasil kegiatan SDIDTK, diantaranya dengan
membandingkan hasil cakupan SDIDTK anak tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya,
dan sebagainya.
Sedangkan pertemuan tahunan program kesehatan anak , rapat kerja tahunan dan
sebagainya dapat dimanfaatkan untuk ajang evaluasi pelaksanaan kegiatan SDIDTK di
puskesmas dan jaringannya.

Kota Bangun, 30 Oktober 2021

Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Kota Bangun Pemegang Program Anak

Siti Aminah,SST.M.Kes Tuti Erlinda Bong, Amd.Keb


NIP.197681030 200212 2 002

Anda mungkin juga menyukai