Anda di halaman 1dari 42

K3 & ISO

DYAH DEWI HASTUTI

POLITEKNIK LP3I
PENANGANAN BARANG (HANDLING MATERIALS)

Material Handling adalah proses yang Material handling merupakan


mencakup operasi dasar dalam penyediaan material dalam jumlah
pergerakan, perlindungan, yang tepat, pada kondisi yang tepat,
penyimpanan dan pengendalian bahan pada waktu dan tempat yang tepat,
dan produk di seluruh pembuatan pada posisi yang tepat, pada urutan
(manufaktur), pergudangan, distribusi, yang tepat, dengan biaya yang tepat
konsumsi dan pembuangan (disposal) dan menggunakan metode yang tepat.

Material handling adalah ilmu dan seni


memindahkan, menyimpan,
melindungi, dan mengontrol/
mengawasi material.
JENIS MATERIAL Mengangkat/menurunkan
HANDLING (lifting/lowering)

Mendorong/menarik (push/pull)

Manual Memutar (twisting)

Membawa (crayrying)

Menahan (holding).
JENIS MATERIAL HANDLING

Truk Industri

Mesin Pemisah Conveyor

Crane dan hoist


(derek dan
kerekan)
JENIS MATERIAL HANDLING

Peralatan jalur
tetap (fixed path
Jalur yang equipment)
Dilalui Peralatan jalur
variabel (variable
path equipment)
TUJUAN HANDLING MATERIALS

1. Meminimalkan biaya-biaya penanganan material.


2. Meminimalkan gangguan dan penundaan dengan menyediakan bahan yang
diperlukan pada waktu yang tepat dan jumlah yang tepat juga.
3. Meningkatkan kapasitas produktif dari fasilitas produksi dengan pemanfaatan
kapasitas yang efektif dan meningkatkan produktivitas.
4. Menjaga keamanan dalam penanganan material/bahan melalui perbaikan kerja.
5. Pencegahan kerusakan pada material atau bahan yang ditangani.
6. Mengurangi biaya-biaya yang berkaitan dengan persediaan (inventory).
ASPEK MATERIALS HANDLING

PERPINDAHAN PENYIMPANAN

• Membutuhkan waktu dan tempat • Perlu dipertimbangkan : ukuran,


• Membutuhkan kesesuaian: ukuran, berat, kondisi dan kemampuan
bentuk, berat, kondisi material tumpukan material, keperluan
dengan lintasan, analisis frekuensi untuk mengambil dan
getaran menempatkan material, keperluan
mengambil dan menempatkan
material, kendala bangunan (beban
lantai, kondisi lantai dll)
ASPEK MATERIALS HANDLING

PERLINDUNGAN PENGAWASAN MATERIAL

• Pengepakan, • Pengawasan Fisik (susunan • Sistem penanganan


pengelompokan material dan jarak penempatan tergantung pada bentuk
• Dirancang untuk antar material) material (gas, cair dan
meminimasi pengawasan • Pengawasan Status padat)
dan biaya Material
• Pengawasan tentang lokasi,
jumlah, tujuan, kepemilikan,
keaslian dan jadwal
material
KEUNTUNGAN MATERIAL HANDLING

1. Membantu perusahaan menghemat biaya transportasi.


2. Memperlancar proses operasional yang efektif dan efisien sehingga
produktivitas perusahaan dapat ditingkatkan.
3. Menghemat waktu operasional perusahaan.
4. Meringankan beban kerja para pekerja saat melakukan aktivitas material
handling.
5. Mengurangi risiko bahaya yang timbul akibat dari mengangkat beban yang berat
bagi pekerja.
20 PRINSIP MATERIAL HANDLING

Prinsip Perencanaan
• Semua aktivitas Penanganan harus direncanakan
(Planning Principle)

Prinsip Sistem • Penerimaan, penyimpanan, produksi, inspeksi, pengepakan, pergudangan, pasokan dan transportasi yang
(Systems Principle) efektif ke dalam desain sistem yang terintegrasi.
Prinsip pemanfaatan
ruang • Mendorong pemanfaatan yang efektif dari semua ruang yang tersedia.
(Space Utilisation Principle)

Prinsip Muatan Unit


• Meningkatkan kuantitas, ukuran dan berat beban yang ditangani
(Unit Load Principle)

Prinsip Gravitasi
• Mendorong penggunaan prinsip gravitasi dalam pergerakan barang.
(Gravity Principle)
20 PRINSIP MATERIAL HANDLING

Prinsip aliran material


• Merencanakan urutan operasi dan pengaturan peralatan mengoptimalkan aliran material.
(Material flow principle)

Prinsip Penyederhanaan
• Mendorong penyederhanaan metode dan proses dengan menghapus gerakan yang tidak perlu.
(Simplification principle)

Prinsip Keselamatan • Mendorong penyediaan peralatan penanganan yang aman sesuai dengan peraturan dan regulasi
(Safety Principle) keselamatan.

Prinsip mekanisasi
• Menggunakan peralatan penanganan material mekanis atau otomatis untuk meningkatkan efisiensi.
(Mechanization Principle)

Prinsip Standardisasi
• Mendorong standarisasi metode penanganan dan peralatan
(Standardization Principle)
20 PRINSIP MATERIAL HANDLING

Prinsip Fleksibilitas
• Gunakan metode dan peralatan yang dapat melakukan berbagai tugas dan aplikasi.
(Flexibility principle)

Prinsip pemilihan peralatan


• Mempertimbangkan semua aspek material, langkah dan metode yang akan digunakan.
(Equipment selection Principle)

Prinsip Bobot Berat


• Mengurangi rasio bobot berat agar dapat dimuat di peralatan bergerak
(Dead weight Principle)

Prinsip gerak
• Peralatan yang dirancang untuk mengangkut material harus dijaga agar tetap bergerak.
(Motion Principle)

Prinsip waktu menganggur • Mengurangi waktu menganggur / waktu tidak produktif baik peralatan Material Handling maupun
(Idle time Principle) tenaga manusia.
20 PRINSIP MATERIAL HANDLING

Prinsip perawatan
• Merencanakan perawatan preventif atau perbaikan terjadwal dari semua peralatan penanganan.
(Maintenance Principle)

Prinsip keabadian • Menggantikan metode atau peralatan penanganan yang usang ketika terdapat metode atau
(Obsolescence Principle) peralatan yang lebih efisien untuk dapat meningkatkan operasi.

Prinsip kapasitas
• Gunakan peralatan penanganan untuk membantu mencapai kapasitas penuhnya.
(Capacity Principle)

Prinsip kontrol • Gunakan peralatan penanganan material untuk meningkatkan pengontrolan produksi,
(Control Principle) pengontrolan inventaris dan penanganan lainnya.

Prinsip kinerja • Tentukan efisiensi penanganan kinerja dalam hal biaya per unit yang ditangani yang merupakan
(Performance Principle) kriteria utama
PENYEBAB CIDERA

Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan atau postur canggung (badan
membungkuk, memutar, jongkok, atau berlutut)

Gerakan berulang (sering menjangkau, mengangkat, dan membawa objek kerja)

Pengerahan tenaga yang berlebihan (membawa atau mengangkat beban berat)

Pressure points (mencengkeram atau menggenggam beban, bersandar pada bagian atau
permukaan yang keras atau memiliki tepi yang tajam)
PENYEBAB CIDERA

Sikap kerja statis (seperti mempertahankan posisi yang tetap dalam waktu lama pada satu jenis aktivitas.)

Paparan berulang atau terus-menerus terhadap satu atau lebih dari faktor di atas pada awalnya
dapat mengakibatkan kelelahan dan rasa tidak nyaman pada pekerja. Lama-kelamaan, pekerja bisa berpotensi
mengalami cedera pada punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan, atau bagian lain dari tubuh yang terpapar.

Kondisi lingkungan kerja yang buruk (panas atau dingin ekstrem, kebisingan, dan pencahayaan yang buruk
dapat meningkatkan risiko pekerja untuk mengalami cedera atau penyakit akibat kerja lainnya yang lebih fatal)
BAGIAN CEDERA AKIBAT HM

Nyeri punggung,
Punggung Musculosketenal
Disorders (MSDs)

Pinggul, lutut, Ekstrimitas


pergelangan kaki, kaki, Bagian
dan jari Bawah

Leher, Bahu, Siku,


Ekstrimitas
Pergelangan tangan,
Bagian Atas
tangan dan jari
MENCEGAH CIDERA

Rekayasa Teknik Pengendalian Administratif Evaluasi Berkelanjutan

• Memodifikasi objek kerja • Memberikan alternatif tugas • Bertujun untuk


• Memodifikasi tata letak tempat berat diganti dengan tugas mengidentifikasi perubahan
kerja dan stasiun kerja ringan atau persyaratan lebih lanjut.
• Menggunakan alat bantu • Memberikan variasi dalam
mekanik pekerjaan
• Memodifikasi tugas/aktivitas • Mengatur jadwal kerja,
• Menciptakan lingkungan kerja kecepatan kerja, atau cara
yang aman dan nyaman kerja
• Memberikan waktu pemulihan,
• Melakukan rotasi kerja
• Memodifikasi cara kerja
ATURAN PENGANGKATAN
ATURAN PENGANGKATAN
Tiga Kondisi Pengangkatan Awal

1. Pengangkatan benda yang terletak pada posisi diatas lutut dan atau di bawah tinggi
siku berdiri.
2. Posisi pengangkatan yang berbahaya, jika dilakukan dibawah lutut dan atau diatas
tinggi siku. Sikap kerja ini diperlukan pengawasan intensif.
3. Pengangkatan sangat berbahaya dan tidak direkomendasikan jika pengangkatan benda
dari lantai atau dibawah lutut dan atau setinggi kepala atau di diatas bahu.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan aktivitas mengangkat

1. Hindari mengangkat benda dari lantai. Jika beban harus diangkut dari permukaan lantai maka dianjurkan
menggunakan alat mekanis.
2. Benda yang diangkat ringan sampai sedang dan mudah disesuaikan diantara lutut.

3. Benda yang akan diangkat harus sedekat mungkin dengan tubuh (menempel).
4. Posisi punggung tegak lurus, pada saat mengangkat tumpuan pembebanan pada kaki dan mengurangi
pembebanan pada tulang punggung.
5. Hindari mengangkat dengan tiba-tiba, pengangkatan dilakukan pengangkatan dilakukan dilakukan pelan-
pelan dengan memposisikan kekuatan pada tumpuan kaki.

6. Tangan memegang benda dalam posisi yang aman dengan memegang penuh, tidak menggunakan jari
yang dapat menyebabkan ketegangan lokal.
ATURAN PENGANGKATAN
ATURAN PENGANGKATAN
ATURAN PENGANGKATAN
ATURAN PENGANGKATAN
Batasan Angkat Secara Legal (Legal Limitation)

PRIA • Dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri,


< 16 Tahun Maks. 14 kg ngilu, pada tulang belakang bagi para wanita
16 – 18 Tahun Maks. 18 kg (back injuries incidence to women)
> 18 Tahun Tidak ada batasan angkat
• Mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang
WANITA
belakang, terutama bagi operator pekerjaan berat
16 – 18 Tahun Maks. 11 kg
> 18 Tahun Maks. 16 kg
Menetapkan Unsur Bahaya yang Terdapat Dalam Handling
Materials
PROSES IDENTIFIKASI BAHAYA (TARWAKA)
1. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, sistem kerja,
kondisi kerja) yang ada di tempat kerja.
2. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.
3. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang
berhubungan dengan objek-objek tersebut.
4. Mereview kecelakaan, catatan P3K, dan informasi lainnya.
5. Mencatat seluruh hazard yang telah teridentifikasi.
TEAM WORK

Team work (kerja sama tim) merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling
melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

K3 Teamwork Tujuan K3
KESELAMATAN BERDASARKAN PERILAKU
(BEHAVIAOURAL BASED SAFETY):

1. Pengertian Perilaku selamat

2. Karakteristik keselamatan berdasar perilaku

3. Metode penerapan

4. Tanggung jawab keselamatan


PERILAKU SELAMAT

Heinrich (1980)
Borman dan Motowidlo (1993)
Tindakan/perbuatan dari Bird dan Germain (1990) Perilaku tugas dan perilaku konstektual,
seseorang/beberapa orang karyawan
Perilaku yang tidak dapat menyebabkan yaitu pematuhan dan partisipasi
yang memperkecil kemungkinan
terjadinya kecelakaan atau insiden individu pada aktivitas pemeliharaan
terjadinya kecelakaan terhadap
keselamatan di tempat kerja
karyawan

Syaaf (2007)
APA Dictionary of Psychology
(2007) Sebuah perilaku yang dikaitkan
langsung dengan keselamatan, misalnya
Suatu perilaku yang dilakukan dengan
pemakaian kacamata keselamatan,
ketertarikan individu dalam usaha
penandatanganan formulir risk
untuk memperkecil atau mencegah
assesment sebelum kerja atau
suatu bencana yang ditakutkan
berdiskusi masalah keselamatan
Mengapa unsafe behavior terjadi?

1. Merasa telah ahli di bidangnya dan belum pernah mengalami


kecelakaan walaupun melakukan unsafe behavior.
2. Perilaku unsafe mendapat dukungan yang besar dari lingkungan,
sehingga selalu dilakukan dalam pekerjaan.
3. Keinginan menghemat waktu, menghemat usaha, merasa lebih nyaman,
menarik perhatian, mendapat kebebasan dan mendapat penerimaan
dari lingkungan.
PROSES PERILAKU SELAMAT
(Krause dan Hindley, 1990)

Identifikasi perilaku kritis

Menetapkan tingkat perilaku dasar yang aman

Mengembangkan mekanisme perbaikan berkelanjutan ke dalam program


ASPEK-ASPEK PERILAKU KESELAMATAN
Andi, Alifen, dan Chandra
Borman dan Motowidlo
• Pekerja melaporkan kecelakaan yang terjadi di tempat
• Pelaksanaan Keselamatan kerja
(Safety Compliance) • Mengingatkan pekerja lain tentang bahaya dan
• Partisipasi Keselamatan (Safety keselamatan di tempat kerja
Partisipation) • Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja yang
disediakan perusahaan
• Meletakkan material dan peralatan bekerja pada tempat
yang telah ditentukan
• Mengikuti semua prosedur keselamatan kerja yang ada di
tempat kerja
• Mengikuti semua instruksi dari atasan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KESELAMATAN

Kondisi Tempat Kerja Faktor Personal


• Lingkungan fisik • Kemampuan kognitif
• Jenis Industri • Kesehatan
• Jam Kerja • Kelelahan
• Pencahayaan • Pengalaman kerja
• Temperatur • Karakteristik Kepribadian
• Desain Peralatan
CONTOH UNSAFE BEHAVIOR

1. Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang


2. Gagal untuk memberikan peringatan dan gagal untuk mengamankan
3. Bekerja dengan kecepatan yang salah
4. Menggunakan alat yang rusak dan atau menggunakan alat dengan cara yang salah
5. Bersendau-gurau di tempat kerja dan atau mabuk karena minuman beralkohol atau minum obat keras
6. Memperbaiki mesin tanpa dimatikan terlebih dahulu
7. Memindahkan alat-alat keselamatan kerja
8. Bertindak yang menyebabkan alat-alat keselamatan kerja tidak berfungsi
METODE PENERAPAN

Behavior-based safety (BBS) adalah suatu pendekatan yang bersifat proaktif dalam meningkatkan kinerja K3.
1. Memberikan peringatan dini terhadap potensi bahaya kecelakaan serta dapat mengukur perilaku aman
dan tidak aman di tempat kerja.

2. Memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk berbagi informasi mengenai kinerja K3 dan umpan
balik terhadap rekan-rekan kerja mereka.
3. Mendorong keterlibatan pekerja dalam semua aktifitas K3.
4. Meningkatkan kesadaran pribadi akan K3

5. Memperbaiki presepsi terhadap resiko


6. Mengarahkan konsep berpikir pada pencegahan kecelakaan (IET, 2007)
PROGRAM BBS
1. Observasi, diskusi dan umpan balik dari pekerja di lingkungan kerja.
2. Melakukan komunikasi dengan semua pekerja sebagai bentuk pembelajaran berdasarkan
informasi yang diperoleh dari program pertama.
3. Membuat program perencanaan implementasi BBS berdasarkan masukan dan data yang
diperoleh dari program pertama.
4. Implementasi perbaikan dan berbagi pembelajaran antar organisasi.
5. Training dan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan presepsi
terhadap resiko, membina individu untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan standar
dan menguji dampak perilaku
METODE DO IT

• Untuk menentukan program apa saja yang akan diterapkan


Define dan menjadi fokus penelitian

• Untuk mengobservasi perilaku para pekerja sebelum


Observe intervensi dan kondisi lingkungan kerja di perusahaan

• Tahap implementasi perbaikan dari peneliti untuk


Intervene meningkatkan kesadaran tentang K3

• Mengukur efektivitasintervensi dalam meningkatkan


Test kesadaran safety pekerja
MODEL ABC

Teori ABC ini terdiri dari 3 elemen, yaitu:


1. Activator/Antecedent adalah kejadian yang mendasari perilaku sesorang
Aktivator ini bisa berupa : tujuan, kebijakan, prosedur, standar kerja.
2. Behavior/perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang dapat
kita lihat
3. Consequence adalah kejadian yang mengikuti perilaku dan merubah
kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari.
TANGGUNG JAWAB KESELAMATAN

1. Pemilik usaha
Elemen SMK3 : adanya komitmen secara tertulis dan ditandatangani oleh direktur atau pemilik usaha.
Komitmen berisi tentang pernyataan untuk menjamin keselamatan, menyediakan tempat kerja yang
aman dan ramah terhadap manusia/lingkungan.
2. Pengurus
Pengurus (manajemen perusahaan) : orang yang diserahi tugas untuk mengelola jalannya usaha,
memastikan perusahaan berjalan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemilik modal atau usaha,
termasuk mengupayakan keselamatan aset perusahaan (manusia dan properti).
TANGGUNG JAWAB KESELAMATAN

3. Safety Officer
Tugas : membantu pengurus dalam mengidentifikasi potensi-potensi bahaya yang ada di
perusahaan, mengidentifikasi regulasi dan standar K3 yang perlu dipenuhi, dan memberikan saran-
saran perbaikan yang sesuai dengan kondisi perusahaan.
TANGGUNG JAWAB KESELAMATAN

4. Pekerja
• Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
• Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
• Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan;
• Jaga kebersihan dan kerapihan di tempat kerja;
• Segera laporkan/informasikan kepada atasan setiap kondisi tidak aman di tempat kerja

Anda mungkin juga menyukai