Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Material Handling (Penanganan

Bahan) dan 20 Prinsip Material Handling


July 15, 2018 Budi Kho Produksi dan Operasional 0

Pengertian Material Handling (Penanganan Bahan) dan 20 Prinsip Material Handling – Dalam proses


produksi, bahan baku yang diterima dari pemasok akan dipindahkan dari tempat penyimpanan bahan baku ke
tempat produksi untuk diolah menjadi barang jadi (produk jadi) yang kemudian barang jadi hasil produksi
tersebut akan dipindahkan lagi ke gudang penyimpanan barang jadi (Finished Goods Store). Dari Gudang
barang jadi selanjutnya akan dipindahkan lagi ke distributor untuk didistribusikan ke pelanggan. Pemindahan
Bahan baku maupun barang jadi tersebut harus ditangani dengan baik dan efisien sehingga proses produksi
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Proses pemindahan bahan baku maupun
barang jadi tersebut pada umumnya disebut dengan proses Material handling atau proses penanganan Bahan.

Jadi pada dasarnya, yang dimaksud dengan Material Handling atau Penanganan Bahan adalah proses yang
mencakup operasi dasar dalam pergerakan, perlindungan, penyimpanan dan pengendalian  bahan dan produk
di seluruh pembuatan (manufaktur), pergudangan, distribusi, konsumsi  dan pembuangan (disposal).
Proses Material Handling atau Penanganan Bahan ini sangat penting karena semua bahan dan produk harus
ditangani dengan baik sehingga dapat mencapai tujuannya dengan aman dan juga untuk menjaga kondisi dan
kualitas bahan-bahan yang ditangani tersebut. Sebagai suatu proses, Material Handling atau Penanganan
Bahan menggabungkan berbagai peralatan manual, semi-otomatis ataupun otomatis dengan sistem-sistem yang
dapat mendukung kelancaran fungsi rantai pasokan (supply chain) dan logistik.

Dapat dikatakan bahwa proses penanganan bahan tidak menambahkan nilai apapun pada suatu produk tetapi
akan menambah biaya pada produk dan oleh karena itu akan meningkatkan biaya operasional produksi yang
akhirnya akan merugikan perusahaan ataupun pelanggan. Material Handlingatau Penanganan Material yang
buruk juga akan mengakibatkan penundaan dan gangguan terhadap proses produksi. Demikian juga Peralatan
ataupun Mesin Produksi akan menganggur dan tidak dapat menghasilkan jumlah kuantitas yang diinginkan.
Baca juga : Pengertian Material Management dan Ruang Lingkupnya.

Tujuan Material Handling (Penanganan Bahan)


Berikut ini adalah tujuan Material Handling atau Penangan Bahan dalam Manajemen Operasi dan Produksi.

1. Meminimalkan biaya-biaya Penanganan Material.


2. Meminimalkan gangguan dan penundaan dengan menyediakan bahan yang diperlukan pada waktu
yang tepat dan jumlah yang tepat juga.
3. Meningkatkan kapasitas produktif dari fasilitas produksi dengan pemanfaatan kapasitas yang efektif
dan meningkatkan produktivitas.
4. Menjaga keamanan dalam penanganan material/bahan melalui perbaikan kerja.
5. Pencegahan kerusakan pada material atau bahan yang ditangani.
6. Mengurangi biaya-biaya yang berkaitan dengan Persediaan (Inventory)
20 Prinsip Material Handling (20 Prinsip Penanganan
Bahan)
Berikut ini 20 Prinsip Material Handling atau 20 Prinsip Penanganan Bahan :

1. Prinsip Perencanaan (Planning Principle) : Semua aktivitas Penanganan harus direncanakan.


2. Prinsip Sistem (Systems Principle) : Mengintegrasikan aktivitas Penanganan (penerimaan,
penyimpanan, produksi, inspeksi, pengepakan, pergudangan, pasokan dan transportasi) yang efektif ke
dalam desain sistem yang terintegrasi.
3. Prinsip pemanfaatan ruang (Space Utilisation Principle) : Mendorong pemanfaatan yang efektif
dari semua ruang yang tersedia.
4. Prinsip Muatan Unit (Unit Load Principle) : Meningkatkan kuantitas, ukuran dan berat beban yang
ditangani.
5. Prinsip Gravitasi (Gravity Principle) :Mendorong penggunaan prinsip gravitasi dalam pergerakan
barang.
6. Prinsip aliran material (Material flow principle) : Merencanakan urutan operasi dan pengaturan
peralatan mengoptimalkan aliran material.
7. Prinsip Penyederhanaan (Simplification principle) : Mendorong penyederhanaan metode dan proses
dengan menghapus gerakan yang tidak perlu.
8. Prinsip Keselamatan (Safety Principle) : Mendorong penyediaan peralatan penanganan yang aman
sesuai dengan peraturan dan regulasi keselamatan.
9. Prinsip mekanisasi (Mechanization Principle) : Menggunakan peralatan penanganan material
mekanis atau otomatis untuk meningkatkan efisiensi.
10. Prinsip Standardisasi (Standardization Principle) : Mendorong standarisasi metode penanganan dan
peralatan.
11. Prinsip Fleksibilitas (Flexibility principle) : Gunakan metode dan peralatan yang dapat melakukan
berbagai tugas dan aplikasi.
12. Prinsip pemilihan peralatan (Equipment selection Principle) : Mempertimbangkan semua aspek
material, langkah dan metode yang akan digunakan.
13. Prinsip Bobot Berat (Dead weight Principle) : Mengurangi rasio bobot berat agar dapat dimuat di
peralatan bergerak.
14. Prinsip gerak (Motion Principle) : Peralatan yang dirancang untuk mengangkut material harus dijaga
agar tetap bergerak.
15. Prinsip waktu menganggur (Idle time Principle) : Mengurangi waktu menganggur / waktu tidak
produktif baik peralatan Material Handling maupun tenaga manusia.
16. Prinsip perawatan (Maintenance Principle) : Merencanakan perawatan preventif atau perbaikan
terjadwal dari semua peralatan penanganan.
17. Prinsip keabadian (Obsolescence Principle) : Menggantikan metode atau peralatan penanganan yang
usang ketika terdapat metode atau peralatan yang lebih efisien untuk dapat meningkatkan operasi.
18. Prinsip kapasitas (Capacity Principle) : Gunakan peralatan penanganan untuk membantu mencapai
kapasitas penuhnya.
19. Prinsip kontrol (Control Principle) : Gunakan peralatan penanganan material untuk meningkatkan
pengontrolan produksi, pengontrolan inventaris dan penanganan lainnya.
20. Prinsip kinerja (Performance Principle) : Tentukan efisiensi penanganan kinerja dalam hal biaya per
unit yang ditangani yang merupakan kriteria utama.

Sumber referensi : 20 Prinsip Material Handling atau 20 Prinsip Penanganan Bahan ini dikutip dari
buku Production and Operations Management; S. Anil Kumar dan N. Suresh (2008:66).

---
Prinsip kerja belt conveyor adalah mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan setelah
sampai di head material ditumpahkan akibat belt berbalik arah. Belt digerakkan oleh drive / head pulley
dengan menggunakan motor penggerak.
---

alat pengayak
Jenis Alat Pengayak
Berbagai jenis alat pengayak yang digunakan dalam proses sortasi bahan pangan, klasifikasinya dapat
dibagi dalam dua bagian besar yaitu Variable Apertur  dan Fixed Aperture.
2.4.1. Variable Aperture
Celah yang berubah-ubah (Variable Aperture) terdiri dari pemutar (Roller), kabel kawat atau ban (Belt),
ban dan pemutar, dan baling-baling (Screw).
Variasi tahapan dari celah dalam alat sortasi tipe ini disusun oleh adanya dua tumpukan roller bergerak
yang dialokasikan satu diatas yang lainnya. Sistem sortasi roller dan belt terdiri dari konveyor belt yang
letaknya diinggikan sepanjang lebarnya kearah roller penggerak. Jarak antara tiap roller dan belt diatur
untuk mendapatkan pengkelasan bahan berdasarkan ukuran yang ditentukan. Alat ini merupakan mesin
sortasi dengan kecepatan tinggi yang efektif, tetapi kememaran atau lebam acapkali terutama untuk
buah-buahan yang kurang keras teksturnya (Wirakartakusumah, 1992).
Alat sortasi roller menggunakan prinsip variable pemutar berbentuk bola yang dapat melempar
lemparan bahan pangan yang ada diatas roller tersebut. Prinsip kerja alat ini menjadi hak paten
“Grovesend Sovter” (Inggris). Alat ini terdiri dari bola-bola pemutar membentuk ban berjalan dimana
susunan jarak antar pemutar diatur dengan kenaikan yang bersifat tetap, mulai dari bagian pemasukan
sampai ujung pengeluaran dari conveyor (Wirakartakusumah, 1992).
Bahan pangan seperti buah-buahan atau sayuran berbentuk akar, akan tetap berada
diatas conveyor sampai menemukan  celah antara dua roller dengan jarak yang sesuai dengan ukuran
bahan pangan tersebut. Selanjutnya bahan dikumpulkan dengan menggunakan teknik peluncuran. Alat
pelempar dapat diatur jaraknya sesuai kebutuhan (Wirakartakusumah, 1992).
Pada sistem sortasi dengan tali atau kabel, celah atau lubang dihasilkan kabel dua gerakan naik dari tali
atau kabel tersebut. Kabel-kabel itu dapat digerakan dengan kecepatan yang sama atau berbeda.
Pemisahan mengambil tempat berdasarkan posisi yang paling stabil. Alat sortasi dengan ban
atau beltfungsinya sama dengan sorter sebelumnya, bahan pangan diangkut sepanjang slot yang berbeda
ukurannya dan bersifat kontinyu. Gerakan pengangkutan tersebut dihasilkan oleh gerakan naik
dari belt pada alat ini ada kecenderungan dari bahan pangan untuk bergerak secara miring, menuju ke
proses sortasi yang tidak seimbang. Hal ini dapat dikoreksi misalnya dengan menggunakan belt pada
kecepatan yang berbeda. Sistem sortasi dengan belt ini bila digabungkan dengan sortir bentuk drum dan
gerakan sortir pengayak, akan menghasilkan kerusakan bahan yang minimum. Penggabungan alat
tersebut digunakan secara luas dalam pengemasan buah dimana buah matang ditangani dalam jumlah
banyak (Wirakartakusumah, 1992).
Screw merupakan alat sortasi yang membawa bahan pangan dalam dua bagian helix yang saling
berhubungan; salah satu bagian  bersifat kontinyu dan bagian lain terbagi dalam beberapa sesi. Jarak
sortasi anatara sesi-sesi dan helix yang bersifat kontinyu dapat diatur guna mendapatkan tahap-tahap
yang makin menaik berdasarkan ukuran lubangnya. Pemutaran bahan berbentuk spiral akan membawa
bahan pangan tersebut pada posisi dengan dimensi terbaik dan bersifat tetap. Bagian-bagian helix yang
biasanya dilapisi dengan bulu kempa akan berputar relatif lambat (Wirakartakusumah, 1992).
2.4.2. Fixed Aperture
Celah atau lubang yang tetap (Fixed Aperture) bersifat seimbang atau tidak berubah (Stasionary),
bergetar (Vibrators), berputar (Rotary dan gyrators), dan timbal balik (Recipro cutting). Penyaring jenis
ini dalam penggunaannya secara umum, yaitu untuk sortasi bahan pangan untuk dua grup : tipe badan
datar (flat) dan tipe drum (Wirakartakusumah, 1992).       
Pengayak berbadan datar (flat bed screen) ini bentuknya sangat sederhana, banyak ditemukan di area
pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel, dan lobak. Alat pengayak data ganda digunakan
secara luas dalam proses sortasi berdasarkan ukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-
kacangan), juga digunakan dalam proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir seperti
tepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak dan rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992).
Alat pengayak datar secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak yang dipasang
bersama-sama dalam sebuh kotak yang tertutup rapat, pergerakannya dapat menggunkan berbagai
macam alat. Tetapi biasanya alat tersebut dilengkapi dengan bola-bola runcing dari karet yang keras,
yang diletakkan antara lembaran-lembaran pengayak; maksudnya adalah untuk meminimumkan
kerusakan akibat pergeseran antara lubang-lubang pengayak dengan partikel bahan
yang    halus.   Alat   pengayak   datar   sangat   baik   untuk   pembersihan
bahan   yang   halus   seperti   tepung, rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992).
Jarak antara ujung-ujung saluran bertambah sehingga unit bahan pangan yang tidak dapat menyebrangi
jarak ini akan jatuh sedangkan yang lainnya akan disortasi dengan basis panjang (Wirakartakusumah,
1992).
Pengayak drum banyak digunakan dalam proses sortasi berdasarkan ukuran untuk kacang polong,
buncis, dan kacang lain yang sejenis. Bahan pangan tersbeut akan menahan gerakan jatuh berguling
yang dihasilkan oleh rotasi drum. Alat sortir drumbiasanya juga diperlukan untuk memisahan bahan
pangan ke dalam dua atau lebih aliran, karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan
pengayak. Berdasarkan tingkatan tersebut, terdapat dua macam susunan alat pengayak yaitu susunan
lingkaran consentris (terpusat) dan susunan consencutive (berurutan) (Wirakartakusumah, 1992).
Selain tipe flat dan drum, terdapat alat pengayakan lain yang bersifat fixed aparature, yaitu alat
berbentuk piringan yang merupakan salah satu contoh dari alat sortasi berdasarkan bentuk. Prinsip
kerjanya yaitu pengumpulan bahan dengan bentuk yang diinginkan didalam lekukan yang terletak diatas
sisi-sisi pemutar dan piringan-piringan vertikal tumpukan beberapa piringan disusun diatas sebuah
penggerak. Sortasi berdasarkan bentuk dipengaruhi oleh pengambilan keberuntungan putaran partikel
yang bergerak menuruni permukaan yang ditinggikan (Wirakartakusumah, 1992).
Jenis alat pengayak diantaranya yaitu :

- Flat Bed Screen


Flat bed screen bentuknya sangat sederhana, banyka ditemukan di areal pertanian, saat proses sortasi
awal dari kentang, wortel dan lobak. Flat bed screen digunakan secara luas dalam proses sortasi
berdasarkan ukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan), juga digunakan dalam
proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir dari tepung, gula, garam, bumbu-bumbu
masak dan rempah-rempah.
Flat bed screen secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak yang dipasang bersama-
sama dalam sebuah kotak yang tertutup rapat, pergerakannya dapat menggunakan berbagai macam alat.
Tetapi biasanya alat tersebut dilengkapi dengan bola-bola runcing dari karet yang keras, yang diletakkan
antara lembaran-lembaran pengayak, maksudnya adalah untuk meminimumkan kerusakan akibat
pergesekan antara lubang-lubang pengayak dengan partikel bahan yang halus. Flat bed screen sangan
baik untuk pembersihan bahan yang halus seperti tepung, rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992).
Gambar 12. Flat Bed Screen

- Drum Screen
Drum screen banyak digunakan pada proses sortasi berdasarkan ukuran untuk kacang polong, buncis,
dan kacang lain yang sejenis. Bahan pangan tersebut akan menahan gerakan jatuh berguling yang
duhasilkan oleh rotasi drum.
 Alat sortir drum biasanya juga diperlukan untuk memisahkan bahan pangan kedalam dua atau lebih
aliran, karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan pengayak. Berdasarkan tingkatan tersebut,
terdapat dua macam susunan alat pengayak yaitu susunan lingkaran konsentris (terpusat) dan susunan
berurutan (consencutive).
Gambar 13. Drum Screen

- Roller Screen
Roller sorting menggunakan prinsip variable pemutar berbentuk bola yang dapat melempar-lemparkan
bahan pangan yang diatas roller tersebut. Prinsip kerja alat ini telah menjadi hak paten “grivesend
Sorter”. Alat ini terdiri dari bola-bola pemutar membentuk ban berjalan dimanan susunan jarak antar
pemutar diatur dengan kenaikan yang bersifat tetap, mulai dari bagian pemasukan sampai ujung
pengeluaran dari konveyor(Wirakartakusumah, 1992).
 

Gambar 14. Roller Screen

- Belt Screen
Belt sorting fungsinya sama dengan sorter sebelumnya, bahan pangan diangkut sepanjang slot yang
berbeda ukurannya dan bersifat kontinyu. Gerakan pengangkutan tersebut dihasilkan oleh gerakan naik
dari belt. Pada alat ini ada kecenderungan dari bahan panga untuk bergerak secara miring, menuju ke
proses sortasi yang tidak seimbang. Hal ini dapat dikoreksi, misalnya dengan menggunakan belt pada
kecepatan yang berbeda.
Sistem sortasi dengan belt ini bila digabungkan dengan sortir bentuk drum dan gerakan sortir pengayak,
akan mengahsilkan kerusakan bahan yang minimum. Penggabungan alat tersebut digunakan secara luas
dalam pengemasan buah dimana buah matang ditangani dalam jumlah banyak. Belt sorting
dikembangkan lebih lanjut dan dijasikan hak paten oleh “Jansen Fuitsizer”. Disini, buah dilewatkan
diatas ujung belt peraba, buah bergerak sepanjang tiap sisi saluran ‘vee’.
Dasar dari saluran ‘vee’ berpotongan lancip kebelakang pada saat kenaikan sudut dari bagian ujung
pemasukan alat sorter. Jadi disini dihasilkan kecenderungan lebar slot bertambah secara kontinyu dari
bagian pemasukan ke bagian keluaran. Belt digerakkan pada kecepatan yang berbeda untuk
menghasilkan penyesuaian diri yang benar tepat dari setiap unit bahan. Setelah melewati bagian
penstabil yang merupakan bagian pendek dari belt untuk saluran ‘vee’. Buah bergerak sepanjang ‘vee’
pada kedalaman yang konstan, tergantung pada ukuran buah tersebut (Wirakartakusumah,1992).
 
From <http://lupnes90.blogspot.com/2012/04/alat-pengayak.html
---
prinsip kerja ball mill. Mesin ball memiliki dua tabung. Bagian tabung ini akan berputar pada porosnya. Putaran tabung ini
kemudian secara sentrifugal memutar tabung kedua di dalamnya dan keberadaan roada membantu tabung kedua untuk bergerak
dalam arah teratur. Pada sisi tabung kedua, terdapat bola kerasa yang dapat menghancurkan materi. Efek putaran pada tabung
kedua ini juga membuat bola-bola didalamnya berputar dan bergelinding silih ganti, karena adanya gaya sentrifugal. Efek
perputaran bola ini membentur materi dalam tabung dan menghancur materi menjadi pasir atau tepung.
-     Abrasion peeling: makanan dimasukkan ke dalam roller karborundum atau ditempatkan pada sebuah mangkuk
yang berputar dan dilapisi dengan karborundum (sebuah bahan kasar yang terbuat dari silikon dan karbon).
Permukaan yang kasar akan menghilangkan kulit dan kemudian dicuci dengan menghanyutkannya dengan suplai air
yang banyak. contoh pengoperasian: pengupasan kentang, pengupasan umbi.
-     Kaustik peeling: pengupasan dengan menggunakan soda kaustik atau NaOH (dinamakan larutan alkali) yang
dipanaskan pada suhu 100-120C dimana pengupasan ini digunakan untuk mengupas buah dan sayuran yang berkulit
tipis, seperti biji-bijian. Makanan dimasukkan pada larutan soda kaustik kemudian kulit yang lunak dihilangkan
dengan menggunakan roller. Untuk mempermudah pengupasan biasanya dikombinasikan dengan penyemprotan dan
pencucian. Contoh operasinya: pengupasan kacang tolo, pengupasan kacang kedelai.
---
Pembersihan, Sortasi, Grading, dan Pengeringan
Tujuan :
untuk memperkecil kerusakan, memilah produk,  mengurangi kehilangan hasil dan
memperpanjang umur simpan produk pertanian.
Jenis-jenis kerusakan pada produk pertanian :
1.      Kerusakan mikrobiologi
2.      Kerusakan mekanis
3.      Kerusakan fisik
4.      Kerusakan biologi (karena respirasi bahan pangan kimia)
Factor penyebab kerusakan :
1.      Teknik penanganan yang tidak sesuai

2.      Kerusakan drop (jatuh)

3.      Pertumbuhan dan aktivitas mikroba

4.       Aktivitas enzim yang terdapat dalam bahan pangan

5.       Aktivitas serangga, parasit dan binatang pengerat

6.      Kandungan air dalam bahan pangan

7.       Suhu, baik suhu tinggi maupun rendah

8.      Udara khususnya oksigen

9.      Sinar

10.  Waktu penyimpanan

11.   
1.      Cleaning (Permbersihan)

Cleaning adalah proses memisahkan kontaminan dari bahan. Pengaruhnya yaitu apabila kontaminan seperti
misalnya daun,batu/kerikil tidak dipisahkan akan menghambat atau bahkan menghalangi proses pengeringan bahan
dan proses pengolahan bahan pangan. Proses cleaning ini dengan cara pengambilan kontaminan salah satunya
adalah mineral, bagian tanaman yang tidak dibutuhakan, bagian hewan yang tidk di olah, bahan kimia yang
berbahaya, serta mikroba yang tumbuh, cleaning juga merupakan tahap yang dapat mengontrol kandungan mikroba
yang terdapat dalam bahan pangan serta bertujuan untuk menghindari kerusahan alat

Cleaning bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada bahan.


Kotoran yang menempel pada bahan akan menjadi sumber kontaminasi. Kontaminasi biasanya
terkadi saat pemanenan, penyimpanan sebelum proses, penundaan panen dan pengolahan, serta
selama transportasi dan transit.  Jenis kontaminan berdasarkan wujudnya dapat dapat
dikelompokkan menjadi : kotoran berupa tanah, kotoran berupa sisa pemungutan hasil, kotoran
berupa benda-benda asing, kotoran berupa serangga atau kotoran biologis lain, dan kotoran
berupa sisa bahan kimia.
Kebersihan sangat mempengaruhi penampakan dari bahan dan hasil dari proses pengolahan
tersebut. Oleh karena itu sebelum proses, suatu bahan pangan harus dibersihkan dari kotoran-
kotoran dan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Air yang diperlukan untuk kegiatan pencucian
suatu hendaknya diperhatikan dan harus memiliki persyaratan tertentu. Secara fisik, air harus
jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Secara kimiawi, air yang digunakan hendaknya tidak
mengandung senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya.
Dilihat dari segi mikrobiologis, air yang digunakan untuk mencuci harus bebas dari
mikroorganisme yang menjadi wabah penyakit. Ada dua metode pembersihan pada bahan panan
yaitu Pembersihan Cara basah (Wet Cleaning Method) dan Pembersihan cara kering (Dry
Cleaning).
1.      Pembersihan bahan dengan Cara basah (Wet Cleaning Method) biasanya direndam ke dalam air
dengan waktu tertentu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada bahan.
Perlakuan ini biasanya dibantu dengan penggosokan secara hati-hati agar bahan tidak tergores.
Metode pembersihan cara basah meliputi menggetarkan atau mengocok (soaking), menyemprot
(spraying), mengapungkan kontaminan (floating), pembersihan ultrasonik, menyaring
(filtration), mengendapkan (settling).
2.      Sedangkan, Metode pembersihan cara kering (Dry Cleaning) merupakan metode yang
pembersihannya tanpa menggunakan air. Pembersihan cara kering ini meliputi penyaringan
(screening), penyikatan, hembusan udara, menggosok, pemisahan secara magnetic, pengayakan,
abrasi, elektrostatik, radio isotop dan sinar x
Selama proses cleaning berlangsung hendaknya tahapan memiliki efisiensi tinggi baik waktu
maupun tenaga, pengambilan kontaminan sempurna seperti yang di inginkan, cara dan peralatan
sesuai dan memadai, aseptabilitas bahan tinggi sehingga terbebas dari kontaminasi,dan
kerusakan bahan kecil.

2.      Sortasi
Sortasi  merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasatkan sifat fisiknya. Pengaruhnya ,
apabila tidak dilakukan sortasi maka proses pengeringan dna pengolahan tidak merata. Misalnya
bahan dengan ukuran besar bercampur dengan bahan berukuran kecil sehingga proses
pengeringan dan pengolahannya akan lebih cepat bahan berukuran kecil.
Sortasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memisahkan produk berdasarkan
tingkat keutuhan atau kerusakan produk, baik karena cacat karena mekanis ataupun cacat karena
bekas serangan hama atau penyakit. Pada kegiatan sortasi, penentuan mutu hasil panen biasanya
didasarkan pada kebersihan produk, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada
atau tidak adanya serangan atau kerusakan oleh penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan
luka oleh faktor mekanis.
Prinsip sortasi menggunakan mesin biasannya mengacu pada sifat-sifat buah yang dapat
digunakan sebagai dasar sortasi secara mekanis. Sifat-sifat buah itu meliputi:
berat,ukuran, bentuk, karakteristik potometrik: berdasarkan warna dan perubahan transmisi
sorter, Aerodinamik dan hidrodinamik: pemisahan berdasarkan densitas atau daya apung,
danpermukaan alami digunakan pada alat sortasi dengan cara menggetarkan dan mendorong.

3.      Grading
Grading merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasarkan kualitasnya. Pengaruhnya
yaitu misalnya pada bahan yang tua dan muda,jika dilakukan pengeringan maka yang akan lebih
cepat kering adalah bahan yang tua karena berhubungan dengan sifat fisiologis dan morfologis
bahan yaitu pori –pori bahan yang lebih besar dan sifat jaringan bahan yang tua lebih renggang
sehingga mempermudah kehilangan air dari jaringan. Grading merupakan Pemisahan bahan
pangan kedalam beberapa katagori berdasarkan mutunya. Standar grade bahan  meliputi tiga hal
atau parameter yang meliputi nama komoditas, kelas grade kualitasnya dan atribut yang
digunakan dalam penetapan standar grade tersebut seperti: warna, ukuran, kemasakan, tekstur
dan bebas tidaknya dari kerusakan seperti kebusukan, penyakit dan kerusakan akibat benturan
fisik, aroma dan cita rasa, fungsi,bebas dari kontaminan, bebas dari bagian yang tidak perlu
sesuai standar/kode. Alat bantu proses grading ini agar dalam memberikan hasil yang akurat
seperti alat pengukur warna atau ukuran buah apel.
Atribut parameter kualitas buah seperti warna dan ukuran buah sering menggunakan alat
sebagai pembanding atau alat koreksi kebenaran dari inspector dalam melakukan tugasnya.
Kemampuan inspektor melakukan tugasnya dengan baik dan benar dalam menentukan grade
suatu produk atau sistem grading secara umum dengan bantuan alat yang minimal sangat penting
karena akan menentukan kecepatan dalam melaksanakan tugas.

4.      Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan makanan dengan cara
memindahkan air dari makanan sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Pengeringan telah
dipraktikan di seluruh dunia sejak zaman kuno untuk mengawetkan makanan. Praktik
pengeringan paling awal yang diketahui adalah pengeringan yang dilakukan penghuni
kawasan Timur Tengah dan Asia diperkirakan bertanggal tahun 12000 SM.
Tujuan pengeringan bahan pangan yaitu :
1.      Mengurangi risiko kerusakan karena kegiatan mikroba. 
Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhannya. Bila kadar air bahan berkurang, maka aktivitas
mikroba dihambat atau dimatikan.
2.      Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan.
Umumnya bahan pangan mengandung air dalam jumlah yang tinggi, maka hilangnya air akan
sangat mengurangi berat dan volume bahan tersebut.
3.      Untuk mendapatkan produk yang lebih sesuai dengn penggunaannya. Misalnya kopi instant.
4.      Untuk mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung dalam bahan pangan, misalnya
mineral, vitamin, dsb.
Keuntungan pengawetan dengan cara pengeringan :
1.      Bahan lebih awet
2.      Volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk pengemasan, pengangkutan,
dan penyimpanan.
3.      Kemudahan dalam penyajian
Penganekaragaman pangan, misalnya makanan ringan /camilan

Kerugian pengawetan dengan cara pengeringan :


1.      Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, sifat fisik dan
kimianya, penurunan mutu, dll.
2.      Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus dibasahkan
kembali (rehidrasi) sebelum digunakan.

Metode-metode pengeringan antara lain:


1.      Pengering kabinet (pengeringan dalam alat pengering berbentuk almari, suhu dijaga konstan,
kelembaban menurun selama pengeringan).
2.      Tunnel drying (pengeringan dalam alat pengeringan berbentuk terowongan seperti pengering
kabinet, namun bersifat kontinyu).
3.      Continuos belt drying (pengeringan dengan sistem ban berjalan, sedikit tenaga kerja yang
dibutuhkan, komoditas yang digunakan sejenis).
4.      Solar drying (pengeringan dengan tidak langsung menggunakan sinar matahari, sedangkan
pengeringan matahari yaitu menggunakan sinar matahari secara langsung.
5.      Kiln drying (menggunakan udara panas yang dialirkan dari bawah atau atas).
6.      Spray drying (pengeringan terjadi ketika dispersi cairan atau sluri dikeringkan dengan udara
panas, cocok untuk produk bubuk).
7.      Drum drying (cocok untuk produk cair, sluri, atau Hanya cocok untuk bahan yang kurang
sensitif terhadap panas, suhu yang digunakan tinggi, yaitu >120°C, menyebabkan off
flavor (cooked flavor) dan off color, kadar gula yang tinggi menyebabkan produk sulit diambil
dari permukaan drum).
8.      Vacuum drying (suhu lebih rendah, kerusakan karena panas dapat dikurangi, tidak terjadi
oksidasi selama pengeringan, bahan yang dikeringkan: cairan, pasta, tepung, produk dalam
bentuk irisan).
9.      Freeze drying (air dihilangkan dari bahan melalui proses sublimasi, tidak terjadi perpindahan
cairan dari bagian dalam produk ke permukaan, pada proses pengeringan kristal es menguap
menyebabkan rongga di dalam produk, tidak terjadi pengerutan produk, struktur porous: mudah
rehidrasi, mahal).
10.  Pneumatic drying ( prinsipnya menggunakan udara yang dihisap selama pengeringan, partikel
yang berukuran kecil akan cepat mongering dan terpisah terlebih dahulu).
11.  Fluidized bed drying (pada proses pengeringan ini udara panas di-hembuskan pada partikel-
partikel makanan sehingga partikel tersebut tersuspensi de-ngan gerakan lambat, partikel semi
kering secara bertahap masuk ke  bagian alat pengering yang berfungsi mengeringkan sampai
kering (bin dryer)).
12.  Foam mat drying (pengeringan dengan menggunakan bantuan buih yang bertujuan mempercepat
pengeringan, menjaga kandungan bahan pangan terutama yang mudah rusak agar tetap dalam
kondisi baik. Buih yang umum digunakan berasal dari putih telur).

Anda mungkin juga menyukai