Anda di halaman 1dari 4

Naskah Drama Etika Birokrasi

Kelompok 2
APN A1 2021
- Aulia Pradika Raudhah
- Fitri Handayani
- Florencya Kezia Nuhan
- Novia Dara Selvira
- Selvi Aprilian Kurnia S

Latar belakang
Dalam drama yang akan kita angkat terinspirasi dari sosok kepemimpin Walikota yang kami
anggap sebagai contoh pemimpin yang baik, untuk di perankan pada drama kelompok kami.
Beliau yang kami maksud adalah Dr. Ir Tri Rimaharini, M.T atau yang akrab disapa Bu
Risma yang menjabat sebagai Mentri Sosial Repbulik Indonesia.

Narasi
Pada suatu hari, dikantor Kecamatan di salah satu kota Bandung yang sedang melaksanakan
apel pagi, yang seharusya di pimpim oleh Camat tetapi pada apel ini Ibu Camat tersebut tidak
hadir.

(apel pagi dimulai) tidak di sangka-sangka terjadi sidak yang dilakukan oleh walikota yang
bertujuan untuk mengontrol kinerja para aparat birokrasi. Wali kota tersebut ikut serta pada
apel di pagi hari.

Wali kota : “Assalamu’alaikum. Selamat pagi semua, alhamdullilah saya dapat bersilaturahmi
dengan para pegawai di kecamatan ini.”

Wali kota : “Kepada yang terhormat, Ibu Camat… tunggu sebentar dimana Ibu Camatnya?”

(semua orang saling memandang)

Wali kota: “Baik kalau Ibu Camatnya tidak ada tidak apa-apa, kita lanjutkan saja apel pagi
ini” (wali kota menjelaskan alasan kedatangannya yang tiba-tiba dan memberi
sedikit motivasi)

*apel selesai

Wali kota : “Untuk SekCam tolong damping saya untuk menunggu kedatangan Ibu Camat.”

(diruangan pegawai)

Pegawai 1: “Gawat nih tiba-tiba sidak dadakan disaat bu camat telat.”


Pegawai 2: “Iya, mana bu camat kan emang selalu telat setiap hari, kayanya kalau beliau tau
bakalan marah besar.”

Peegawai 1: “Iyalah, kan dia orangnya tegas dan disiplin banget, paling gasuka sama orang
yang sikapnya kaya camat kita.”

(pegawai berikutnya pun datang)

Sekcam : “Ada gosip apa nih?”

Pegawai 2: “Kita lagi ngomongin Bu Camat, wali kota kayanya bakalan nungguin Bu Camat
sampai datang kesini.”

Pegawai 1: “Emang, pasti ntar bu camat bakalan ditegur sama bu wali kota, bagus deh biar
dia ada yang ngasih tau, jadi ga seenaknya lagi kalau kerja.”

Sekcam : “Tapi kayanya kita harus kasih kabar ke bu camat kalau ada bu walikota disini ga
sih?”

Pegawai 2: “Udah gausah, kapan lagi ada yang berani negur dia.”

(Tiba tiba saat para pegawai sedang berbincang, walikota tidak sengaja mendengar obrolan
para pegawai tersebut.)

Beberapa jam kemudian bu camat pun sampai di kantor.

Sekcam : ( datang dengan terburu-buru) “Bu, Ibu… ada Bu Wali Kota di ruangan anda,
beliau sedang menunggu anda di sana.”

Camat : “OMG! kenapa kamu ga kasih saya kabar? waduh bahaya ini kayanya saya akan
di kasih ceramahan”

(setelah tiba di ruangan, camat pun merasa gelisah karena takut akan diberikan sanksi oleh
wali kota karena kesalahannya yang terbiasa datang terlambat)

Camat : “Asalamu’alaikum Ibu, selamat datang. Mohon maaf saya terlambat.”

Wali kota : “Wa’alaikumsalam, Memang ada keperluan apa sampai bisa terlambat?”

Camat : “Maaf Bu, saya harus mengantarkan anak saya sekolah, dan kebetulan ada
keperluan mendadak.”

Wali kota : “Jangan banyak alasan, berarti seperti ini kelakuan anda setiap hari datang ke
kantor. Coba lihat sudah jam berapa sekarang?”

Camat : (beliau hanya terdiam)


Wali kota : “Apa anda tahu bahwa pegawai anda sering membicarakan dibelakang anda?”

Camat : “Maksud ibu? “

Wali kota : “Bagaimana kepemimpinan anda disini? sampai sampai para pegawai anda
kurang respect dengan anda.”

Camat : (hanya bisa menunduk dan mendengarkan)

Wali kota : Ibu sebagai seorang kepala kecamatan harusnya bisa menjadi contoh yang baik
bagi semuanya, Saya yakin ibu sudah tau terkait etika kepemimpinan! Dan
menurut ibu apa perilaku ibu yang mementingkan urusan pribadi tanpa
mempertimbangkan kewajiban ibu itu benar? Biar saya ingatkan bahwa sebagai
seorang pemimpin ibu seharusnya memiliki nilai-nilai kepemimpinan. Biar saya
jelaskan sedikit agar ibu paham! Nilai utama yang harus dimiliki itu adalah
integritas dan moralitas, jadi saya tanya lagi apa disini ada aturan untuk tidak
datang terlambat?”

Camat : “Tentu ada bu.”

Wali kota : “Dan saya sudah tau bahwa ibu sudah seringkali terlambat. Jadi menurut ibu ap
aitu dibenarkan? Seorang pemimpin juga harus bertanggungjawab bu, harus bisa
membedakan mana urusan yang benar-benar penting dan tidak, jangan
mencapurkan urusan pribadi dengan tanggungjawab ibu di tempat kerja. Saya
rasa mengantar anak setiap pagi tidak salah, tapi apa tidak bisa mengantar lebih
pagi agar ibu juga bisa tetap melaksanakan kewajiban ibu dengan benar dan
sesuai aturan? Dengan melakukan ini ibu tidak bisa menjadi teladan bagi
karyawan ibu! Dan yang terakhir, sebagai seorang pemimpin juga harus memiliki
kebijaksanaa. Tidak mungkinkan ibu mengijinkan semua karyawan izin terlambat
atau tidak bekerja karena alesan yang mungkin masih bisa dicari solusi atau
bahkan alasan yang tidak jelas. Tapi ibu sendiri justru melakukan itu, saya
sungguh kecewa dengan perilaku ibu ini!”

Camat : “Iya bu maaf, tidak akan saya ulangi lagi untuk kedepannya.”

Wali kota : “Anda seharusnya bukan mememinta maaf pada saya, tetapi pada karyawan anda
dan diri sendiri. Coba anda renungi dan introspeksi! Agar anda benar-benar
intropeksi diri dan bisa menjadi contoh para pegawai lain. Saya akan memberikan
sanksi berupa SP”

Setelah kejadian tersebut, keesokan harinya ibu camat-pun mengadakan rapat internal dengan
para bawahannya, yang bertujuan untuk menegur para pegawai.

Camat : “Siapa yang berani melaporkan saya kepada wali kota?”


(Semua pegawai pun terdiam dan keadaan menjadi hening)

Camat : “Kenapa tidak ada yang menjawab? Ternyata dibelakang saya kalian itu sering
membicarakan saya ya? Apa menurut kalian itu pantas? Ketika seorang pegawai
membicarakan pimpinannya?”

Pegawai 1 : “Ibu maaf, izin menyampaikan pendapat saya. Bukan maksud kami lancang
membicarakan ibu dibelakang, tetapi menurut saya pribadi hal yang selalu ibu
lakukakan setiap hari yaitu terlambat menjadi contoh yang tidak baik bagi kami.
Walau dengan sadar kami tidak mencontoh hal tersebut.”

Pegawai 2 : “Maaf bu, selain itu juga menurut pendapat saya, kami sebagai karyawan merasa
segan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan ibu selaku pemimpin kami.”

Sekcam : “ “Sebenarnya kedatangan ibu wali kota kemarin itu sangat mendadak, sayapun
tidak bisa meninformasikan kepada Ibu. Dan beliau pun meminta kepada kami
untuk tidak menghubungi Ibu.”

Camat : “Harusnya kalian bisa bekerja sama dengan saya, kenapa harus saya sendiri yang
menerima SP”

Pegawai 1 : “Kita kan tidak pernah terlambat seperti ibu.”

Pegawai 2 : “Bahkan pekerjaan kami pun selalu selesai dengan cepat dan tepat.”

Camat : “Ya sudah keluar kalian semua!!!”

Semua pegawai : “Baik bu, terimakasih, permisi.”

Sekcam pun mengahampiri ibu camat yang sedang terduduk.

Sekcam : “Sabar ya bu, tapi coba ibu renungkan kembali. Apakah perbuatan ibu baik untuk
di contoh oleh pegawai lain? Mereka juga membutuhkan sosok pemimpin yang
etika disiplin dalam bekerja. Tidak hanya terus menerus dituntut bekerja secara
cepat dan tepat, tapi mereka pun membutuhkan sosok pemimpin yang dapat
dicontoh. Tidak salahnya juga ibu meminta maaf kepada mereka, karena dengan
kejadian ini komunikasi dengan pegawai pun jadi terjalin. Selain itu ibu juga
dapat mengetahui bahwa prilaku tersebut merupakan prilaku yang salah.”

Camat : (menghela nafas)“terimakasih atas masukannya, saya juga mohon maaf telah
bersikeras menganggap bahwa apa yang saya lakukakan itu tidak salah.”

Setelah merenungi apa yang terjadi, akhirnya keesokan hari Ibu camat pun menghampiri para
pegawai untuk meminta maaf atas masalah yang telah terjadi, dan kembali mengadakan rapat
untuk mencoba mendekatkan diri dan menampung aspirasi para pegawai.

Anda mungkin juga menyukai