Anda di halaman 1dari 71

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatu

Bismillahirahmanirrahim, was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du.


Alhamdulillahil-ladzii bini’matihi tatimush saalihat. Puji dan Syukur selalu kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan karunia-
Nya kami mampu menyelesaikan novel dengan judul “Paradigma Kami”. Novel ini
bercerita tentang berbagai macam kisah perjuangan kehidupan.

Di dalam menulis novel ini, kami sadar bahwa kami tidak akan bisa
menyelesaikannya tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Mereka telah
menyumbangkan energi dan pikirannya di dalam penyusunan novel sehingga
memiliki hasil seperti sekarang ini.

Sebagai menusia kami sadar bahwa novel yang kami buat masih belum pantas jika
disebut sebagai sebuah karya yang sempurna. Kami sadar tulisan kami masih
banyak memiliki kesalahan, baik dari tata bahasa maupun teknik penulisan itu
sendiri. Maka kami meminta adanya masukan yang membangun agar kami
semakin termovitasi untuk menjadi lebih baik dan lebih memperbaiki kualitas
novel kami.

Bandung, 31 Januari 2022


I

Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................I

Daftar Isi.............................................................................................................II

Aksi....................................................................................................................1

Badai Kehidupan................................................................................................9

Berawal dari Nol..................................................................................................14

Blitzkrieg.............................................................................................................16

Hakekat Kehidupan............................................................................................21

Hidden Country..................................................................................................24

Mencari Kebenaran.............................................................................................31

Meraih Mimpi......................................................................................................34

Berbeda, Tapi Bisa..............................................................................................39

Pejuang Jalanan.................................................................................................44

Perjuangan Seorang Pelajar.................................................................................50

Perjuangan untuk Hidup....................................................................................56

Pernyataan Cinta di Akhir Dunia........................................................................58

Takut..................................................................................................................61

Tulisan Hitam.....................................................................................................65
II

AKSI

“Bang!”

“Bang Al!”

“Woy, bang Al!” Plak, tepukan keras mengiringi suara tegas gadis yang
sudah menjadi hal lumrah bagi ruang sekre BEM Universitas Mahardika. Siapa
yang tidak mengenal Renata Ayudia Syarif, gadis bermata hitam legam bagaikan
langit malam, tatapan tajam, tegas dan garis wajah yang hampir sempurna dengan
otak yang luar biasa. Sudah menjadi hal biasa bagi anak-anak BEM UM bahwa
jika ada Bang Alkan Aljaksa Nugraha pasti akan ada Renata dan tentu saja dengan
Bima Shaka, sang wakil ketua BEM UM. Tiga serangkai julukan bagi ketiganya.

“Hmm?” Bang Al menjawab dengan alis naik turun.

“Bang Al rapat jadi?

“Jadi Nat, 15 menit dari sekarang.” Bukan Bang Al tapi Shaka yang
menjawab, cowok super penjerat hati para wanita, berbanding terbalik dengan
Bang Al, Cowok misterius, dingin tapi perhatian. Namun, jangan salah keduanya
memiliki paras yang dapat membuat orang terpana saat melihatnya.

“Oke Bang, Gue nyuruh yang lain siap-siap.” Berbalik dan berjalan menuju
ruang bale di sekre, selangkah kaki gue mencapai daun pintu

“Nataaa,” panggilan dari sang ketua dengan nada yang cukup membuat Gue
sedikit waspada, walaupun Gue tau dia menatap Gue tapi Gue ga berbalik dan
cukup diam ditempat.

“Iya Bang.”

“Jaga emosi, jangan terpancing, santai tapi serius.”

“Gue ga bisa janji Bang, tapi Gue usahain.” Gue lanjut jalan sampai suara
Bang Al dan Shaka hanya terdengar seperti gumaman semata.

“Assalamualaikum,” sapaan Gue untuk semua rekan seperjuangan yang


masih saja berkutat dengan laporan-laporan dan keperluan yang lain.

“Waalaikumsalam,” serempak namun tak dapat mengalihkan tatapan


semuanya pada layar, maupun laporan ditangan masing-masing. Tatapan Gue
beralih pada logam bergerak di tangan kiri yang tertutup oleh lengan pakaian yang
baru Gue sadari ketidak rapihan terletak disana. Tanpa memedulikan pakaian,
Gue lanjut lihat angka pada logam bergerak. “12 menit dari sekarang kita mulai
rapat.” Diam namun anggukan kepala cukup menjawab.
1

Ruang rapat~

“Assalamualaikum wr wb.” Bang Al memulai rapat

“Waalaikumsalam wr wb,” jawab kami serentak.

“Gue tau permasalahan ini membuat banyak mahasiswa geram akan


tindakan dari pihak UM, tapi harus Gue ingatkan bahwa kita adalah penyambung
keluhan mahasiswa terhadap tindakan pihak UM, bukan penyambung amarah
mahasiswa, jadi tetap rasional dalam bertindak, jangan gegabah, dan mari aksi
bersama untuk menyelesaikan permasalahan ini.”

“Gue minta semuanya untuk tampung semua keluhan, semua bukti, dan
semua sebab dan akibat. Untuk tindakan pertama biar Gue, Shaka selaku wakil,
Natta sekretaris 1, Akbar ketua PSDM, Gilang ketua kominfo, Kinan ketua ospol,
Aulia ketua keuangan dan Yuda selaku koordinator internal untuk menghadap
rektor UM”

“Interupsi Bang,” Yaka Abdullah, seorang aktivis yang sangat kritis.


Anggukan kepala Bang Al menjawab selaan Yaka.

“Mengapa tidak langsung aksi dilapangan Bang? Perlu berapa kali kita
bolak-balik menghadap rektor UM!”

“Jika kita langsung aksi dilapangan gue takut bukan hal baik yang akan
kita dapat, tapi sebaliknya. Mereka akan menjadikan kita sebagai tambahan bukti
bahwa dana untuk setiap kegiatan mahasiswa hanya akan cair sedikit dari
perjanjian awal dan gue takut jika akan memakan banyak korban Yaka. Bukankah
hasil ini berbanding terbalik dengan tujuan kita”

“Baik Bang, tapi saat jawaban rektor tidak memecahkan permasalahan


tindakan apa yang akan datang?”

“AKSI!” Jawaban mantap dengan suara yang tegas dan sarat akan amarah
menutup rapat kali ini.

“Untuk rapat kali ini, saya tutup sampai disini. Ada yang ingin ditayakan
atau usulan?”

“Belum Bang”

“Oke, sekian dari saya Wassalamualaikum wr wb.”

“Waalaikumsalam wr wb.”

Depan ruang rektor~

Tok, tok, tok

Suara ketukan membuat orang yang ada di dalam ruangan menoleh. Pusat
perhatian mereka tertuju pada Bang Al, diikuti Shaka, Natta, Akbar, Gilang,
Kinan, Aulia, dan Yuda di baris berikutnya.
2

“Assalamualaikum wr wb,” sapa Bang Al

“Waalaikumsalam wr wb,” suara jawaban membuat Bang Al melangkah


selangkah tepat didaun pintu tanpa melangkah lebih jauh.

“Ada apa ini?” Bapak Keandra selaku rektor UM menjawab dengan raut
wajah sangat serius

“Kami ingin membicarakan beberapa hal Pak.”

“Silahkan.” Akhirnya jawaban yang sedari tadi kami tunggu keluar juga

“Bukankah kemarin kalian sudah kemari?”

“Benar Pak” jawaban Bang Al

“Lalu?” terlihat raut wajah Bapak Keandra semakin menajam sehingga


membuat suasana disini sangat menegangkan.

“Begini Pak, terakhir kami kemari bapak menjanjikan pencairan data untuk
aktivitas mahasiswa akan segera berlangsung 3 hari setelah hari itu. Tapi hingga
seminggu pencairan dana untuk kegiatan mahasiswa belum Nampak Pak. Apakah
terjadi permasalahan dalam pencairan dana atau memang tidak akan ada
pencairan dana Pak?”

“Tunggu, Bapak bilang kalian untuk menunggu bukan?”

“Benar Pak. Namun, bagaimana kita dapat melaksanakan segala program


kerja Pak? jika anggaran dari pihak kampus tidak dapat selalu mengback-up
kegiatan tersebut. Bapak jelas mengetahui bahwa setiap divisi memiliki program
kerjanya masing-masing, dan jelas saat melaksanakan program kerja tersebut
membutuhkan anggaran.” Bang Al memulai

“Kami sudah mencoba untuk mengajak berbagai perusahaan untuk menjadi


sponsor dalam kegiatan kami. Tapi banyaknya perusahaan yang berhasil kami
jadikan sponsor hanya dapat membantu ¼ dari biaya yang kami butuhkan Pak”
jawab Shaka

“Kami menunggu sesuai apa yang telah bapak sampaikan. Namun,


seminggu sudah berlalu Pak, dan banyak kegiatan yang tertunda akibat anggaran
yang bapak janjikan akan segera mencair, karena tertunda tersebut membuat
banyak mahasiswa mengajukan keluhan Pak.” Nata sudah diambang batas
kesabaran

“Oke, baik-“

“HIDUP MAHASISWA!”

Ucapan Pak Keandra terhenti dibarengi dengan tatapan kaget semua orang
di dalam ruangan tatkala mendengar jargon mahasiswa yang menggema begitu
keras di pelantara gedung Rektorat. Suara yang sangat keras dan nyaring itu
sangat tidak bisa dikatakan kondusif. Mau tidak mau mereka menghentikan
jalannya diskusi.

Bu syafitri beranjak dari tempatnya menuju jendela ruangan yang


menampakan ratusan mahasiswa berkumpul dan dilengkapi dengan kelengkapan
saat melakukan aksi. Tulisan, masker, pengeras suara dan hal lainnya ikut serta.
“Pak mahasiswa sedang aksi Pak.” Seketika ucapan Bu Syafitri mampu membuka
lebar mata semua orang di dalam ruangan. Bang Al menunduk menatap meja lalu
beralih ke depan. Tepat saat itu Natta menatap Bang Al. Tatapan kedua orang itu
beradu dengan ekspresi datar dengan tanya jawab melalui tatapan yang hanya
mereka yang tau. Keduanya langsung memutus pandangan saat Pak Keandra
Kembali berucap.

“Saya sudah katakan kalau saya sangat tidak menyukai adanya aksi di
kampus ini.” ucap Pak Keandra dengan raut yang jelas nampak tidak senang.

“Bisa bapak percaya kalian” ucap Pak Keandra dengan menatap Bang Al,
Sakha dan Natta

“Bisa Pak” Jawab kami serempak. Setelah itu semua orang di dalam
ruangan serempak keluar. Namun, sebelum keluar Bang Al berucap “Pak apapun
yang terjadi, saya harap bapak tetap di kampus. Setelah selesai aksi mari kita
melanjutkan diskusi Pak.”

“Ya” tegas Pak Keandra.

Setelah mendapatkan tanggapan Bang Al lalu pergi menyusul yang lain.


Sesampai di pelantara gedung Rektorat, Bang Al, Shaka, Natta dan anggota yang
lain tertegun dengan banyaknya masa yang aksi untuk menguarakan
pendapatnya. Walaupun bisa dikatakan banyaknya masa hanya setengah dari
mahasiswa Universitas Mahardika. Bang Al, Shaka maupun Natta membiarkan
massa untuk menguarakan apa yang mereka ingin suarakan. Sebagai sesama
mahasiswa mereka jelas merasakan apa yang tengah dirasakan oleh ratusan masa
yang hadir saat ini. Tidak ada yang salah keduanya benar hanya caranya yang
berbeda yang satu memilih berjuang dengan cara diskusi, dan yang satu berjuang
dengan media terbuka yaitu aksi.

“WAHAI BAPAK REKTORAT

KAMI DATANG DENGAN DAMAI

KAMI HANYA INGIN MENYAMPAIKAN

KELUHAN DAN KERESAHAN KAMI”

“KAMI DATANG KARENA

KAMI MERASA RUANG

AKTIVITAS KAMI
4

TERHAMBAT DAN TERBATAS”

“KAMI HANYA BUTUH RUANG

UNTUK MEYAMPAIKAN

KERESAHAN KAMI PAK

BUKAN GERBANG TINGGI

YANG MEMBATASI KAMI PAK”

“TOLONG TEMUI KAMI PAK”

Teriakan demi terikan memenuhi pelantara gedung Rektorat hingga terganti


dengan lagu

Kalau cinta sudah dibuang


Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan
Bagi mereka yang diperkuda jabatan

Wo o ya o ya o ya bongkar

Sabar, sabar, sabar dan tunggu


Itu jawaban yang kami terima
Ternyata kita harus ke jalan
Robohkan setan yang berdiri mengangkang

Wo o ya o ya o ya bongkar

Penindasan serta kesewenang-wenangan


Banyak lagi, teramat banyak untuk disebutkan
Hoi hentikan, hentikan jangan diteruskan
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

Di jalanan kami sandarkan cita-cita


Sebab di rumah tak ada lagi yang bisa dipercaya
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta

O-o-oh!

Wo o ya o ya o ya bongkar
Wo o ya o ya o ya bongkar

Drum drum drum, mobil pembawa gas air mata tersebar di 3 sudut, Bang Al, Shaka
pasti sadar kalau masa masih belum sadar bahwa kini pintu untuk keluar dari
pelantara gedung Rektorat sudah ditutup dengan adanya mobil pembawa gas air
mata. Lamunan ku terbuyar dengan hetakan lagu
5

Buruh, tani, mahasiwa, rakyat miskin kota

Bersatu padu tuntut perubahan

Bersatu tekad dalam satu suara

Demi tugas suci yang mulia

Hari-hari esok adalah milik kita

Terciptanya masyarakat sejahtera

Terbentuknya tatanan masyarakat

Indonesia baru tanpa orba

Marilah kawan mari kita kabarkan

Di tangan kita tergenggam arah bangsa

Marilah kawan mari kita nyanyikan

Sebuah lagu tentang pembebasan

Di bawah rezim tirani

Ku susuri garis jalan ini

Berjuta kali turun aksi

Bagiku satu langkah pasti

Berjuta kali turun aksi

Bagiku satu langkah pasti

Tepat saat lagu selesai, Bang Al Berucap pada masa

“WAHAI KAWAN SEJAWAT

SAYA MENGERTI APA YANG

KALIAN INGIN SAMPAIKAN”

“NAMUN SAYA INGATKAN

UNTUK MENJAGA AKSI AGAR

TETAP KONDUSIF AGAR TUJUAN

AKSI DAPAT TERCAPAI DAN TIDAK ADA KORBAN”

6
“Woy jangan dorong-dorong” ya Allah baru saja Bang Al memperingati
untuk tetap kondusif.

“Natta gue harus maju, lo diem disini. Hati-hati” ucapan Bang Al


menyadarkan kesadaran gue. “Hati-hati Bang” balas gue walau gue ngga yakin
Bang Al bakalan dengar.

“Bang Shaka, lo ajak dan yakinin Pak Keandra untuk menghadapi masa,
gue mau manggil ambulan atau anak-anak PMR untuk jaga-jaga”

“Oke, lo hati-hati Nat”

“Lo juga Bang, jangan sampai terluka”. Kami terpisah dengan tujuan
masing-masing, gue yang menuju pelantara ujung sebelah selatan untuk
menelepon ambulan untuk jaga-jaga dan mengabari koordinasi petugas PMR
kampus untuk diam di pojok-pojok pelantara agar bisa langsung mengambil
tindakan saat terjadi hal yang tidak diinginkan. Sesaat perhatian yang semula
berputar pada pikiran teralihkan karena kericuhan yang gue dengar semakin
meningkat.

“Woy bubar-bubar, gas air mata, woy bubar gas air mata, BUBAR!”
teriakan kepanikan merajalela dipelantara gedung Rektorat, kericuhan terjadi
dimana-mana. Tatapan gue menyapu sekeliling berharap Bang Shaka segera
datang dengan Pak Keandra.

Duk “Aw” “Kepinggir Kak, polisi datang kak” Ya Allah gue ga nyangka
sampai sejauh ini. Gue lari kedalam gedung Rektorat yang udah dihadang oleh
polisi dengan masa yang mencoba untuk merusak gerbang. “Pak izinkan saya
masuk Pak. Ini tidak akan selesai bisa hanya mencoba menenangkan masa Pak!”
“Pak” gue coba masuk walau gue yakin pasti ngga bakalan bisa tapi prinsip gue
“Saat kita memperjuangkan hal yang benar dan baik maka akan banyak tangan
baik yang bersedia membantu” dan buktinya temen-temen BEM UM datang
dengan membawa banyak masa untuk dapat masuk ke gedung hingga seruan dari
dalam gedung menghentikan aksi kami.

“BUKA JALAN” Alhamdulillah, helaan lega ku dengar dari sekeliling karena


Bang Shaka berhasil menyakinkan Pak Keandra untuk menghadapi masa.

“PERHATIAN SEMUANYA, SAYA MOHON KALIAN TENANG” seketika


kerusuhan mulai membaik dengan masa yang mulai tenang dan berhentinya gas
air mata.

“SAYA HARAP KONDISI TETAP KONDUSIF HINGGA SAYA SELESAI.

PERTAMA-TAMA KELUHAN KALIAN SUDAH SAYA TERIMA, DAN SAYA


MOHON UNTUK KALIAN MENUNGGU SELAMA 3 HARI SETELAH HARI INI,
KARENA HAL YANG KALIAN INGINKAN MEMBUTUHKAN PROSES YANG TIDAK
SEBENTAR. SAYA SANGAT TIDAK MENYUKAI ADANYA AKSI YANG TIDAK
KONDUSIF, MAKA DARI ITU SILAHKAN KALIAN BENAHI SEMUA INI DAN PULANG
KE TEMPATNYA MASING-MASING.

7
SEKIAN DARI SAYA.”

Setelah beberapa menit berlalu, masa mulai berkurang dan akhirnya gue
bisa dengan jelas menemukan Bang Al.

“Bang Al” teriak gue, Bang Al lari kearah gue

“Lo gapapa Nat?”

“Aman Bang”

“Sip, ayo, Shaka mana?”

“Bang Shaka masih sama Pak Keandra, Kemana Bang?”

“Samperin Pak Keandra” Tanggapan gue hanya anggukan kepala.

Sampai diruang Rektorat, tok tok tok

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, masuk” Bang Al membuka pintu dan melangkah untuk


lebih masuk, gue bisa lihat Bang Shaka yang udah duduk ditempat yang tadi Ia
duduki. Saat semua orang didalam ruangan duduk

“Terimakasih Pak” ucap kami serempak.

“Ya, saya harap kedepannya hanya perlu melalui diskudi saja.”

“Baik Pak. Kami izin mengundurkan diri Pak” ucap Bang Al

“Silahkan”

Setelah keluar dari ruangan

“Good job, sekarang pulang istrahat, besok masih banyak hal yang harus
segera diselesaikan”

“Oke Bang” balas gue dan Bang Shaka hanya memberi isyarat melalui
anggukan kepala.

“Gue pamit Bang”

“Hati-hati” ucap mereka serempak

Alhamdulillah akhirnya masalah ini sedikit mereda, gue harap omongan


Pak Keandra bukan bualan semata guna meredakan masa, aamiin ya rabbal
alamin, ucapku dalam hati.

Septi Nurjanah

8
Badai Kehidupan

Suara gemuruh motor semakin lama semakin terdengar jelas ditelingku.


Suasana desa yang biasanya sepi seketika berubah mencekam dan menjadi mimpi
buruk bagi warga desa. Dalam gelapnya malam aku menyelinap diantara pohon-
pohon pisang yang entah milik siapa. Tanganku mengepal batu, bersiap-siap dan
menarik nafas dalam, menyiapkan tenaga untuk melemparnya. Saat mereka mulai
terlihat “satu…dua…tiga…Serang!!!”.

Pertempuran hebat pun terjadi. Ini sangat tidak etis, tapi dulu aku
menganggapnya sebagai sebuah perjuangan. Satu jam, dua jam, tidak ada yang
bisa menghetikan pertempuran ini, hingga polisi mau tidak mau harus
mengarahkan pelatuknya ke atas langit. Terjadi kekacauan di desa, kaca-kaca
rumah pecah dan pertumpahan darah pun tidak bisa dihindari.

Seseorang menghampiriku, tapi kenapa tiba-tiba perutku terasa sangat


sakit dan perih? sebuah rasa sakit yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.
Tanganku reflek memeganya, terasa sedikit basah. Seseorang itu pergi dengan
sangat cepat, ketika aku menundukan kepalaku untuk melihat apa yang terjadi
dengan perutku. “Darah…”, kata terakhir sebelum pandanganku menghambur dan
berubah menjadi gelap.

Aku adalah Rangga, menurutku “hidup itu laksana air yang mengalir dari
hulu hingga tak tau akan berakhir di muara yang mana. Ikuti saja alurnya tak
perlu dibuat rumit” sangat sederhana bukan, dan kata itu pernah menjadi moto
dalam hidupku dulu. Sebelum akhirnya ibu menyadarkanku membuatku sempat
mejadi anak yang baik, bahwa selain kita harus mengikuti alurnya, tapi kita juga
tetap perlu berusaha mencari jalan agar kita jangan sampai berakhir di muara
yang salah. Tetapi kehilanganya, telah membuat hatiku kembali pada motoku itu.
Bahkan mungkin kali ini lebih buruk.

Saat itu aku berfikir, untuk apa aku berusaha jika seseorang yang menjadi
motivasi utamaku pergi dari hadapanku untuk selamanya? Aku kembali berubah,
namun bukan kejalan yang lebih baik. Tidak cukup kah dahulu aku pernah
membuat mereka menangis karena kecewa dengan kehidupan masa kecilku yang
nakal hingga aku tidak naik kelas. Entah apa yang terjadi pada diriku, mungkin
aku

9
melakukanya karena ingin berusaha melupakan kesedihan yang masih tersisa di
dalam hati ini. Hati kecil yang kini mulai beranjak dewasa, namun terluka.

Hidupku saat itu tidak seperti anak SMA pada umumnya, aku berubah
menjadi remaja yang nakal. Aku tau itu salah, tapi pikiran ini yang memaksa
menyeretku masuk kedalam situasi itu. Situasi yang membawaku pada kenakalan
remaja, hingga akhirnya membuat ku terluka dan jatuh sakit. Waktu itu aku
merasa bahwa hidupku sangat menyedihkan dibanding dengan orang lain.
“kurang bersyukur” mungkin bisa dikatakan seperti itu.

Kehidupan ini memang tidak pernah bisa kita duga, tidak tahu apa yang
akan terjadi esok, minggu depan, setahun kedepan, atau bahkan masa tua kita
nanti. Ini cerita kehidupanku, tentang seorang Rangga yang lahir dari sebuah
keluarga sederhana. Badai kehidupan menyerangku secara perlahan, mengusik
ketenangan jiwaku, meremukan hati ini lagi dan lagi.

Perlahan, aku mulai membuka mata. Tubuhku terbaring lemas diatas kasur
rumah sakit. Ayah hanya diam sambil terduduk lesu disampingku, menungguku
yang tidak sadarkan diri sejak tadi malam, sejak peristiwa tawuran yang
membuatku tertusuk oleh pisau. Aku melihat ayah dengan matanya yang
memerah dan pipinya yang basah. Terulangkah? Kejadian dimasa lalu saat aku
membuat kedua orang tuaku kecewa? Pikiranku berkecambuk dan hatiku
tersiksa. Sebenarnya ini adalah sesuatu yang paling tidak ingin aku lihat. Aku
pernah berjanji untuk tidak membuat mereka kecewa dan menangis lagi, tapi apa
ini? Aku mengingkari janjiku?

Tiba-tiba, hujan mutiara mengalir perlahan kembali membasahi wajah ayah


yang belum sempat mengering, tak sanggup kumelihatnya. Ini lebih sakit dan
menyayat hatiku dibandingkan rasa sakit luka bekas tusukan pisau kemarin.
Menit-menit berlalu, beberapa patah kata akhirnya terucap lembut darinya, “Nak,
kamu anak yang hebat di mata ayah dan ibu. Kamu ingat kan perkataan ibu, ibu
selalu percaya bahwa kamu akan menjadi seorang yang sukses di masa nanti. Tapi
kejadian kemarin, ayah merasa bersalah pada ibu karna tidak bisa menjagamu
dengan baik” ucapnya sendu sambil menggenggam erat tanganku. Mendengar
perkataan itu betapa tersontaknya batinku, terpukul palu kehidupan hingga rasa
bersalah bercampur dengan rasa penyesalan.

Ayah keluar dari kamar rumah sakit tempat dimana aku dirawat setelah
peristiwa tawuran itu. Aku tahu, ayah pergi keluar karena tak kuat menahan
tangisanya melihat aku yang kembali menjadi anak nakal dan tidak terkendali.
Aku juga tahu betapa sedih dan kecewanya ayah menghadapi kehidupanku saat
ini, apalagi ayah harus menghadapi semuanya sendiri.

Terbaring hingga hampir satu minggu di rumah sakit membuatku


merenungkan semua yang sudah aku lakukan setelah kejadian yang sangat
mengiris batinku bagai pisau. Kepergian Ibu, seseorang yang menjadi motivasi
utamaku untuk semangat menjalani kehidupan ini harus pergi dari hadapanku 2

10
tahun yang lalu dengan tak tau malu, menghilang tanpa mengabari, dan pergi
tanpa ingin tau kesedihan yang ditimbulkan dalam hati. Jantung kehidupanku
telah hilang, mungkin karena itu aku kembali menjadi diriku yang tak punya
peraturan dan susah di atur.

Aku menutup mataku, berharap mendapat kesempatan kembali. Namun


sebagaimana air mengalir, tidak akan pernah kembali naik kehulu. Penyesalan
adalah suatu pembelajaran dimana kita harus berusaha menjadi lebih baik.
Perkataan ayah waktu itu telah membuatku tersadar, tekad telah ku lekatkan
dalam lubuk hati yang paling dalam. Aku kembali berjanji untuk berubah dan
melangkah menuju jalan hidup yang lebih baik. Aku sadar, aku masih harus
melanjutkan hidup ini. “Waktu memang tidak dapat diputar kembali. Namun, kita
masih punya masa depan untuk dinanti” kata itu menjadi motivasi baru untuk
hidupku kedapanya.

Aku kembali bersekolah, menjalani kehidupan seperti layaknya anak SMA.


Saat bel sekolah berbunyi, kakiku melangkah otomatis tanpa ku suruh, pergi ke
tempat parkiran dimana sepedahku berada. Kukayuh perlahan, semilir angin
sawah menerpa tubuh, menggelitik rindu akan rumah yang telah menungguku
pulang setelah lelah bersekolah. Ditengah perjalanan sebuah keributan dalam
lambungku sangat terasa menyiksa. Sesampainya dirumah ku isi perutku,
sebelum akhirnya harus kembali pergi meninggalkan rumah untuk membantu
ayah bekerja di sawah.

Tidak terasa sudah 3 bulan berlalu, hari dimana aku terbaring di rumah
sakit. Menjalani hidup baru dengan lebih baik ternyata tidak terlalu buruk,
buktinya aku mulai terbiasa dengan kehidupanku yang sekarang. Aku sadar
bahwa setiap orang pasti memiliki titik terendahnya masing-masing, aku pun
begitu. Sebelum akhirnya, badai kehidupan kembali mengusik ketenangan jiwaku.

Roda kehidupan memang terus berputar, begitu kata pepatah, ada kalanya
kita berada dibawah. Tapi kenapa? belum sempat aku berada diatas, badai
kembali menyeret kehidupanku untuk terus berada dibawah. Aku harus berhenti
sekolah. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa sedih untuk
meninggalkan sekolah. Tapi apa boleh buat, saat ini aku memang tidak bisa
melanjutkanya.

Ayahku mendapat kerugian yang cukup besar karena sebagian sawah


tempat ayah bekerja terserang oleh hama. Aku pernah bilang, bahwa aku terlahir
dari keluarga sederhana, masalah keuangan menjadi masalah yang cukup serius
untuk keluargaku. Setidaknya saat ini, detik ini, kami tidak merasa kelaparan. Ya,
uang kami cukup untuk makan. Tapi tidak untuk melanjutkan sekolahku dan
menggampai impianku untuk membanggakan kedua orang tua ku.

Pagi ini langit begitu cerah, namun tidak seperti hatiku yang kini sedang
sendu. Aku bersiap pergi ke Jakarta, kota metropolitan tempat bagi para berjuta
orang menguras keringat mereka hanya untuk mencari sesuap nasi. Aku akan
ikut berjuang disana dengan berjuta-juta orang tersebut. Ayah yang menyuruhku
untuk kesana, walapun awalnya aku sempat menolak, tapi setelah melalui
perdebatan
11

yang panjang mau tidak mau aku harus pergi. Karena ini jalan keluar yang paling
terbaik saat itu.

Ayah menyarankanku untuk bekerja ditempat pamanku sebagai kuli


bangunan. Namun, seperti enggan melepaskan anaknya untuk pergi jauh dan
mengucapkan salam perpisahan, akhirnya ayah memutuskan untuk mengantarku
ke stasiun kota dan berniat mengucapkan salam perpisahan di stasiun sebelum
akhirnya kami benar-benar harus berpisah. Mungkin ayah ingin mengahabiskan
waktunya lebih lama bersamaku. Hingga ia rela untuk mengayuh sepeda tuanya
ke stasiun yang berjarak cukup jauh dari rumah kami.

Kurang lebih satu bulan aku berjuang di Jakarta. Namun, aku


memutuskan untuk kembali pulang dan meneruskan sekolahku yang sempat
tertunda. Ini memang keputusan yang sulit, dan bukan berarti keuangan
keluargaku juga sudah pulih. Namun ternyata, bekerja disana tidak cukup
menguntungkan untuk memulihkan keuangan keluargaku. Aku tetap harus
bersekolah, walau mungkin aku juga tetap harus bekerja setelah pulang sekolah.
Lelah, itu yang kurasakan saat ini. “Kapan badai kehidupan ini akan berakhir?
Mengapa masalah terus silih berganti datang dan pergi dikehidupanku?”

Aku duduk bersandar dibawah sebuah pohon yang rindang, keringat


mengucur deras membasuhi pelipis kepalaku. Lelah sehabis bekerja, telah
membuat tubuh ini lemas tak berdaya. Aku tidak bisa membayangkan bagaiman
ayah harus berjuang mencari nafkah seperti ini setiap hari. Belum lagi jika sawah
kami diterjang oleh hama, bekerja ternyata tidak semudah yang kita pikirkan. Aku
menatap langit yang cerah, memikirkan akan nasib kehidupanku. Kapan aku bisa
membalik kehidupan keluargaku menjadi lebih baik. Sebuah ide terlintas
dipikiranku, jika aku menjadi Ilmuan yang bisa menumukan obat pembasmi hama
padi yang alami, pasti akan luar biasa. Ide ini juga mungkin bisa mengubah nasib
keluargaku. Aku hanya perlu belajar dengan giat bukan?

Dari semua yang terjadi didalam kehidupan ini, ada satu hal yang masih
membuatku merasa bersyukur dan bahagia. Ayah yang selalu ada disaat aku
susah dan merasa terpuruk. Ayah yang tak pernah lelah mengingatkanku bahwa
hidup bukan hanya sekedar berhasil atau tidak. Tapi tentang perjalanan yang kita
lalui, karena perjalanan itulah yang membuat kita kuat untuk mengahadapi hidup
dimasa yang akan datang. Tetaplah ingat bahwa proses lebih penting daripada
hasil, dan proses tidak pernah mengkhianati hasil.

Aku belajar banyak dari semua hal yang telah aku lalui, tak peduli lagi
bagaimana badai kehidupan menerpaku, karena badai kehidupan akan selalu ada
dan hadir dalam kehidupan kita. Namun bagaimana kita menyikapinya, mungkin
bisa membuat badai tersebut sedikit berkurang. Sikapi dengan positif. Dengan
begitu, kita akan merasa sedikit lebih tenang untuk menghadapi badai-badai
kehidupan selanjutnya.
12

Aku belajar dengan giat disekolah. Aku sangat berharap dapat melanjutkan
sekolahku setelah lulus SMA. Aku tidak bisa mengandalkan keuangan keluargaku,
jadi aku harus berusaha mendapatkan beasiswa untuk bisa kuliah. Aku bekerja
sangat keras. Aku yakin, dengan semua usaha yang telah aku lakukan, aku bisa
menjadi seorang Ilmuan, aku akan bisa membuat kedua orang tuaku bangga dan
menjadi orang sukses dimasa yang akan datang.

Sebuah titik terendah dalam kehidupan ini memang terasa sangat pahit.
Semua orang punya cara mereka sendiri untuk menyelesaikan masalahnya,
menata kembali hidupnya. Hasilnya, akankah menjadi lebih baik atau mungkin
bertambah menjadi lebih rumit tidak akan pernah ada yang tau. Tapi berusahalah,
itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Seperti dalam pelajaran matematika,
setidaknya kita punya peluang 1:2, bisakan kita gunakan prinsip peluang dalam
kehidupan kita? Siapa yang menyangka, ternyata matematika memang
dibutuhkan dalam kehidupan.

Kita pasti bisa melewati semua badai kehidupan, sama seperti ruangan
yang gelap tanpa cahaya, semakin lama akan semakin terang, bukan karena
cahaya yang bertambah, tetapi mata kita yang menyesuaikan. Kehidupan, walau
mungkin terasa berat tapi akan terbiasa seiring berjalanya waktu. Bukan karena
beban yang kita pikul telah hilang ataupun berkurang, tapi memang kita mungkin
mulai terbiasa memikul beban tersebut. Jika memang begitu syukurlah. Artinya,
semua akan baik-baik saja. Kita makhluk hidup, memang sudah diciptakan untuk
dapat menyesuaikan diri bukan? Tapi masalahnya adalah kapan kita akan
terbiasa mamikul beban tersebut?

Waktu, bukankah berarti ini yang membuat kita merasakan pahitnya


kehidupan? “waktu penantian” atau lebih singkatnya kita menyebutnya dengan
“menunggu”, sebuah kata yang tidak begitu aku suka. Bukan karena diri ini tidak
sabar. Tapi aku benci sesuatu yang tidak memiliki kepastian dan aku yakin
sebagian besar orang juga merasa begitu. Tapi pada akhirnya aku tersadar,
gunakanlah waktu menunggu itu untuk berusaha. Karena semua hanya bisa
dihadapi dengan berusaha dan bersyukur atas kehidupan yang kita miliki saat ini.
Dengan begitu, kita tidak harus terpaku oleh kata “menunggu”. Kejarlah, kejar
impian kita hingga kita dapat merasakan ketenangan setelah badai.

Inilah kisahku Rangga, kisah hitam dan putih kehidupan seorang Ilmuan
asal Indonesia yang terlahir dari sebuah keluarga sederhana. Masalalu yang kelam
tak selalu menjadi patokan bagaimana akan masa depan. Yakinlah, bahwa akan
selalu ada jalan asal kita tau bagaimana harus mau membanting kehidupan dan
berusaha mencari jalan yang terbaik. Ingatlah “Waktu memang tidak dapat diputar
kembali. Namun, kita masih punya masa depan untuk dinanti”. Akhirnya aku
berhasil menjadi penemu obat alami pembasmi hama padi, yang dulu pernah
membuat hidupku terasa seperti diterjang oleh badai. Ya, badai kehidupan yang
dulu pernah mengusik jiwa kecilku.

Adinda Dara Septriani


13

Berawal dari Nol

Hai..namaku asty aku adalah seorang anak dari keluarga tidak mampu dan
aku merupakan mahasiswa yang dapat beasiswa di salah satu kampus terkenal di
jakarta.

Ibu ku merupakan ibu rumah tangga dan ayah ku seorang tukang becak.

Suatu pagi dirumahku..

Ibu : "Asty sudah bangun?mari makan sini sama ibu bapa awas

kesiangan loh kuliah nya"

Asty : "Iya bu ini siap"

Ayah: "Gimana skripsi kamu sudah selesai?"

Asty : "Sudah beres semua yah"

Dan ya meskipun kami serba pas-pasan tapi waktu untuk berkumpul bersama
keluarga selalu ada.

Aku mempunyai 2 sahabat dikampus ku bernama indah dan sari.

Asty : "Ibu, ayah, aku berangkat ya"

Ibu : "Iya"

Asty : "Assalamualaikum"

Ibu&ayah: "Waalaikumsalam"

Aku berangkat memakai angkutan kota ke kampus.

Sampai dikampus

Indah : "Hei Asty bagaimana besok sidang skripsi kamu

deg-degan?"

Asty : "Hehe iya nih semoga aja lancar ya kita semua"

Indah & sari: "Aamiin"

Setelah selesai semua urusan dikampus,aku segera pulang

Sampai dirumah aku melihat ibu menangis didapur

Asty:v"Assalamualaikum,ibu kenapa?"

Ibu :"Waalaikumsalam,asty sudah pulang?ibu gapapa ko"

Asty: "Sudah bu,ibu kenapa serius?"

14
Ibu : "Ibu bingung beras sudah abis,ibu gapunya uang,mau pinjam

atau ngutang diwarung pun udah gabisa karna itu sudah

banyak hutang."

Asty: "Ini bu asty ada tabungan asti ambil sedikit,semoga cukup

untuk beli beras"

Ibu : "Maaf ya nak,terimakasi semoga kamu akan menjadi orang

sukses"

Asty: "Aamiin"

Sedih banget untuk makan aja kita susah.

Esok hari tiba dimana hari sidang skripsi dan akhirnya semua berjalan dengan
lancar dan aku lulus sarjana.

Aku mulai melamar kerja dan ternyata selalu gagal. Aku tidak putus asa dengan
support dari kedua orang tua aku,aku mulai belajar usaha bisnis.

Aku memulai dengan usaha bikin keripik kaca yang aku jual keliling dengan harga
5000 rupiah.

Lalu aku mulai dengan berjualan online..

Tak disangka banyak juga yang beli keripik kaca ku lewat online,akhirnya aku
dibantu kedua orang tuaku,dan 2sahabat ku untuk membuat keripik kaca.

Ibu : "Alhamdulillah ya nak keripik kaca kamu laris manis"

Asty: "Iya bu,berkat doa ibu bapa,terimakasi ya bu"

Semakin hari orderan ku semakin banyak sampai akhirnya aku mempunyai


20karyawan dan pabrik sendiri.

Aku membelikan kedua orang tuaku rumah,mobil,dan memberangkatkan haji

Tidak lupa juga kedua sahabatku yang sering aku traktir belanja.

Ternyata benar usaha tidak menghianati hasil.

Aliya Salsabila

15
BLITZKRIEG

Dentuman keras menyalak ke udara, suara derungan mesin pesawat


tempur silih bersautan, suasana mencekam dan riuh oleh suara tembakan dari
berbagai penjuru. Ya inilah kami sang penjaga. Waffen SS.

Di pagi hari 1943, aku bersama teman temanku terbangun di pagi yang
sangat dingin di daerah perbatasan Uni Soviet. Lantas kami pergi untuk mencari
air hangat dan sepotong roti untuk sarapan.kami terus mencarinya hingga salah
satu temanku yang bernama Erich bertanya kepadaku “Hanz! Setelah perang kau
ingin jadi apa.” Lantas aku pun menjawabnya “Aku? Hmm sepertinya aku akan
membantu ibu saja di ladang miliknya.” Dan Erich pun bertanya lagi kepada
teman-temanku yang lain dan bertanya “Kalo kalian semua ingin melakukan
apa?.” Dan jawaban temanku Galland “Aku akan meminum bir satu tong di
gudang ku!.” Dan kita pun tertawa dengan terbahak bahak “Hahaha lucu sekali
kau aku doakan kau tidak mati meminumnya.”

Kita pun melanjutkan mencari sarapan di parit bagian 12B yang berarti
batalyon 12, yang merupakan batalyon cadangan dan perbekalan. Sesampainya di
sana kami pun makan dengan lahap karena kami membutuhkan asupan gizi yang
tinggi untuk tetap fokus dan terjaga. Kami sarapan tidak terlalu lama karena kami
di tuntut untuk makan secepat mungkin karena setelah sarapan kami akan di
pindah tugaskan ke daerah utara untuk melakukan blitzkrieg dengan 15.000
pasukan termasuk kami.

Setelah makan kami pun mengambil persediaan amunisi dan beberapa


granat anti tank. Lalu aku pun bertanya kepada teman teman ku.

“Hei, apakah kita akan hidup setelah ini?.”

Teman ku menjawab.

“Kita berdoa saja agar tidak mati dan tentunya jangan seperti daging kornet.”

Semua pun tertawa karena dalam kondisi seperti ini hal yang mengerikan pun
sangat lah lucu.

“Baiklah. Ayo kita berangkat.” Kata Galland sambil menenteng senapan mesinnya.

Lalu kita pun berjalan melewati hutan pinus yang rapat serta hijau. Dan
aku pun berbicara dalam hati “Rasanya aku sedang bermimpi, dan bukan sedang
perang.” Dan ketika itu Erich berteriak “Menunduk...!.” kami pun menunduk di
balik batu-batuan tebing yang tak terlalu tinggi. Temanku Joseph berbisik kepada
Erich “Ada apa?.” Dan Erich pun menjawab “shhhh...! lihat di bawah kita.” Aku
dan

16
Joseph pun merangkak dan melihat kebawah tebing. Dan ternyata, Ada konvoi
tank Soviet menuju selatan mengarah kepada parit 12B. Galland pun berbisik
“Siapkan Panzerfaust!.” Joseph pun berkata “Siap tunggu.” Tak lama kemudian
konvoi tank Soviet telah sampai pada jarak bidik tembak anti tank kami. Joseph
pun mulai menbidikan senjata tersebut pada tank paling depan agar laju tank di
belakangnya terhenti.

Tanpa menghitung waktu joseph pun menarik pelatuk panzerfaust dan


seketika proyektil anti tank melesat kencang hingga akhirnya target tank pun
hancur serta menewaskan seluruh awak di dalamnya. 2 tank yang berada di
belakang tank yang meledak tersebut berbalik arah dan kembali pada markas
mereka. Setelah itu Joseph bersorak kegirangan karena itu adalah hadiah ulang
tahunnya yang ke 19 tahun. “yeahhhh..akhirnya, akhirnya, akhirnya! huh
terimakasih Tuhan.” Kami pun memberi selamat atas pencapaiannya dan segera
mencatat dalam buku jurnal tugas dan misi.

Kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju utara hingga malam hari
kami tetap melanjutkan perjalanan. sesampainya di utara ternyata tempat itu
telah sepi hampir seperti kota mati dengan mayat rekan rekan kami yang
sebelumnya bertugas di sana. Kami berjalan di sejuknya udara malam
pegunungan sambil mencari tempat untuk beristirahat. Akhirnya kami pun
berpencar “Hei dari pada seperti ini mari kita berpencar.” Galland pun menjawab
“Gak ah.” dan saya pun menjawab “Kamu takut ya.” Galland pun menjawab
sambil terbata bata “A a anu engga kok kata siapa aku takut.” Aku pun
menjawabnya sambil tertawa “ah pala bapak kau. Ya sudah kita tidur di dalam
rumah itu s....” dan Galland pun memotong pembicaraan ku “ayo lah jangan pakai
lama.” Sambil berjalan dan melirik kanan kiri

Kami pun beristirahat di rumah tersebut sambil menyalakan api untuk


menghangatkan tubuh kita karena dingin sekali di dalam rumah ini. Galland pun
ngomong kepada kita yang sudah mulai merasa lelah ini.

“Hei aku ingin bertanya pada kalian. Apakah kalian tidak merasakan takut?.”

Aku pun menjawab. “Kami pun merasakan takut juga karena kami manusia”

Galland pun menjawab “Lah kalo takut kenapa terlihat sangat berani?.”

Aku pun tersenyum pada nya sambil menjawab.

17
“Karena aku tahu apa risiko ku dan apa tugas ku. Risiko ku mati dan tugas ku
berjuang semampuku.”

Galland pun merenung hingga akhirnya dia tertidur duluan.

Karena suasana aman dan sepi aku pun tertidur sambil memegang senjata
di tanganku. Di tengah malam aku terbangun dalam suasana riuh pasukan di
luar. Aku melihat keluar dan ternyata itu adalah pasukan 16B-90B dan 1 divisi
panzer. Mereka bernyanyi dengan semangat dan mereka menyanyikan lagu yang
menceritakan betapa rindu mereka kepada kekasihnya yaitu ERIKA.

Mereka berjalan dengan barisan yang lurus sembari membawa obor dan
banner merah. Mereka akhirnya sampai di depan rumah yang kami singgahi dan
mereka pun beristirahat. Aku pun tertidur kembali dalam keramaian suasana di
luar.

Paginya aku terbangun dan berkata pada teman ku “Bangun kalian semua!
Musuh datang!.” Ternyata musuh menyerang pagi buta sebelum matahari terbit di
ufuk timur. Suara rentetan senjata mesin Soviet menggelegar. Ribuan butir peluru
menembus tembok tembok bangunan yang sudah hancur dan menjadi tempat
perlindungan prajurit.

Erich pun berteriak “Ambil senjatamu! Tinggalkan barang berat!.”

Galland membalas “mundur ke pasukan 16B mundur, mundur!.”

Kami pun mundur sembari merunduk dalam hujan timah panas yang
melesat di atas kepala kami. Joseph pun berteriak sembari menembak dengan
senapan serbu “Mati kau setan merah!.” Joseph pun menembak tanpa henti,
tanpa tahu apakah pelurunya mengenai musuh karena pandangan kami di tutupi
asap tebal. Tak lama setelah itu Joseph pun berkata “Kawan-kawan ku,
mundurlah, mundurlah.” Galland pun menjawab ”Tidak. Jangan seper..” sembari
berteriak dan memotong omongan “Diamlah! Aku siap, silahkan pergi, Cepat!.”
Teriak Joseph.

Kami pun mundur dan meninggalkan Joseph sendirian dan menghilang


dalam asap tebal.namun tiba tiba Erich pun berteriak.

“Saya lelah dengan semua ini. Selamat tinggal teman-teman saya memilih mati
daripada menderita!.”

18
Ia pun lari sambil menenteng senjata laras panjang miliknya. Kami pun
mengikutinya dari belakang tak lama kemudian lengkingan suara terdengar dari
kuping kananku. Seketia Erich tewas karena tertembak di kepalanya. Sadar akan
itu kami ber 2 menunduk.

Galland “Tidak, tidak!.”

Aku pun menjawab “Diam Galland,Diam!. Sniper musuh akan mengetahui


keberadaan kita. Diamlah.”

Galland “kalo begitu mari kita lawan.”

Aku pun mengatur strategi secepat mungkin “Ok kita harus bergerak
kekiri.dan bersembunyi di balik tembok itu.” Sambil menunjuk tembok yang kecil
di kiri kita. “Ketika aku bilang gerak. Kita bergerak.” Galland menjawab “siap.
Baik.” Aku pun berteriak “Gerak!.” Kami pun bergerak dan langsung bersembunyi
di balik tembok. Aku pun langsung mengatur kembali strategi untuk menembak
sniper musuh tersebut. “Kamu tembak ke arah tiang listrik itu. Sementara aku
berlari dan menembak juga.” Tanpa banyak waktu aku pun berlari ke arah kiri
sambil menembak tanpa ampun ke arah tiang tersebut. Galland pun menembak
dengan senjata mesin miliknya “draaaaaaaaadd. Draaaaaaad.” Begitulah suaranya.

Setelah beberapa lama tembakan pun mulai reda dan asap perlahan
menghilang. Pandangan kami pun perlahan terlihat jauh kembali. Aku melihat
Joseph dan tersenyum padanya. “Hahaha. Sudah, sudah selesai.” Joseph pun
tersenyum sambil memperban tangannya yang melepuh terkena selongsong
senjata mesin yang panas.

Bantuan pun datang dari pihak kami dan membawa kami ke shelter palang
merah. Setelah itu kami sampai di sana dan melihat kedua teman kami telah
tewas. Joseph 19 tahun tewas.

Erich 25 tahun tewas. kami pun berkata kepada mereka “Terimakasih


kawan. Mungkin suatu saat nanti kita dapat bertemu kembali dan dapat bergurau
kembali.” Sore harinya para teman kami dan para pasukan kami yang gugur di
makamkan dalam 1 tempat tak jauh dari kota itu.

“Wahai kesatria pemberani. Pembela tanah air. Pergilah dengan tenang. Semoga
Tuhan memberikan tempat yang terbaik bagi mu.” Tutur komandan batalyon
ketika sesi pemakaman

19
Kami ber 2 pun terus bertugas hingga perang usai. dan memiliki keluarga.
galland menikah dengan seorang wanita Uni Soviet Dan tinggal di Soviet. Dan aku
menikah dengan kekasihku Eva dan mempunyai 2 anak perempuan yang cantik
dan lucu. Dan sudah selesai kisah ku di perang dunia ke 2 front Eropa.

Mungkin bagi beberapa orang perang itu di anggap remeh dan tidak
berbahaya. Namun kenyataannya berbeda. Jutaan warga sipil tak bersalah
meninggal dunia dan jutaan tentara lainnya tak di ketahui keberadaannya baik di
pihak sekutu maupun poros. Maka dari itu penting untuk kita menjaga
perdamaian di muka bumi ini agar selalu aman bagi kehidupan anak cucu kita
nanti.

Marzhal Qeianu Rafly

20
Hakekat kehidupan

Masa - Masa SMA memang penuh dengan energi yang perlu penyaluran.
Aku merasa sangat beruntung karena bersekolah di SMA ini yang menyediakan
berbagai macam kegiatan seperti Silat. Bisa dibilang tidak ada hari yang kosong
tanpa kegiatan. Setiap hari selalu kumulai dan kuakhiri dengan penuh
kegembiraan. Aku memang sangat suka dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kemahiran dan keterampilan. Mungkin ini salah satu saat saat terbaik
dalam hidupku. Saat saat di mana aku bisa memusatkan energi dan perhatian
untuk mempelajari dan melatih berbagai ilmu dan keterampilan. Walaupun begitu,
jangan salah tangkap, yang kumaksud dengan ilmu disini adalah berbagai
pengetahuan di luar pelajaran sekolah.

Bagaikan anak itik bertemu air, kegairahanku langsung meluap tak


terbendung. Akan tetapi dalam bulan pertama saja, ambisiku sejak kecil untuk
bisa mahir dalam hal apapun yang juga dikuasai teman temanku langsung tak
berbekas. Terlalu banyak ragam kegiatan yang disediakan. Dari berbagai macam
ekstrakurikuler tersebut, aku hanya bisa mengikuti 5 macam. İtupun masih harus
berbagi waktu dnegan kursus gratis tenis dan komputer bersama Handy, kursus
gratis yang sekarang justru menjadi kegiatan utamaku, tak pernah aku mau bolos
dari kedua kursus ini.

Aku, Handy, Maya, Wingky, serta Denallie langsung menjadi sangat akrab
dan kompak berkat kedua kursus ini. Pada waktu waktu istirahat selepas kursus,
kami sering bermain bersama, makan siang bersama, bergantian mengunjungi
rumah kami berlima. Dari kedekatan ini, kami pu jadi saling mengenal lebih baik.
Handy, yang sempat identik dengan motor CL pro-nya, ternyata punya NEM
tertinggi diantara kami, bahkan jauh lebih tinggi. Ketika ditanya kenapa tidak
masuk SMA lain, jawabannya mantap sekali.

"Kalau masuk SMA lain, kita akan disuruh belajar semua pelajaran sekolah
secara terus menerus. Padahal pada masa SMA, kita juga perlu belajar hal lain
yang penting untuk pembentukan kemampuan interpersonal di masa remaja,"
katanya

Aku mengangguk mantap menyetujui pendapatnya. Walaupun pada waktu


itu, waktu kelas 1 SMA, sebetulnya aku masih belum paham maksudnya.
Interpersonal? Apa pula itu? Sebuah kata asing yang terdengar gagah dan
terpelajar. Rekan rekan yang lain juga mengangguk angguk menyetujui
jawabannya, entah karena memang sudah tau artinya, atau sebetulnya hanya
gengsi menanyakan kejelasannya sepertiku.

Handy memang berasal dari keluarga yang terpelajar. Kakak kakaknya


sudha berkuliah, ada yang kuliah di Teknik Elektro ITB dan ada yang di
Kedokteran Unpad. Jurusan jurusan bergengsi dan kompetitif.

21
Dari sekian banyak eskul yang paling rajin aku ikuti adalah angklung. Ada
dua alasan yang jadi penyebabnya, pertama karena aku sangat menyukai alat
musik tradisional yang mempunyai suara indah ini. Dan kedua, karena latihan
eskul ini, terutama sebelum pementasan, selalu dilakukanpada saat jam pelajaran
sekolah. Para siswa yang mengikutinya diizinkan untuk tidak mengikuti pelajaran.
Boleh membolos di jam pelajaran untuk bermain angklung? Sesuatu yang jelas tak
mungkin kutolak. Hanya saja, sampai akhir aku hanya ikut tampil pada
pementasan atau acara acara lainnya. Keharusan mengeluarkan uang esktra
untuk biaya pembelian kostum ketika hendak tampil di pementasan adalah
penyebab utamanya.

Selain itu, ada juga eskul terakhir yang kuikuti yakni silat PD, dengan
latihan latihan yang cukup melelahkan dan kadang menyakitkan, jelas bukan
merupakan eskul yang menjadi favoritku. Namun, karena kelonggaran di eskul
inilah yang kusuka. Di mana kami di bebaskan untuk tidak hadir tiap minggunya.
Kalaupun tifsk hadir selama beberapa minggu, tidak dipermasalahkan. Sama
sekali tidak ditegur, apalagi kena hukuman. Bahkan secara proaktif, Toni sang
pendiri, tak bosan bosannya sellau mengajak kami untuk kembali berlatih dan
berlatih lagi. Mungkin memang harus karena ajakan ajakan itulah, sesekali aku
masih datang latihan. Ajakan ajakan persuasif yang pada awalnya cukup sukses
mempengaruhiku. Akan tetapi jauhnya tempat latihan, waktu serta tambahan
biaya transportasi yang harus kukeluarkan terus berseberangan dengan Usaha
Toni itu, membuatku makin tak tertarik untuk terus berlatih. Dan pada bulan ke-
5 keikutsertaanku di eskul silat ini, hampir saja aku menyatakan mundur,
mengikuti jejak beberapa temanku yang lain. Keputusan yang urung kuambil
ketika mendengar kabar tentang latihan baru yang sangat menarik. Kabar
tentang... Free fight.

Hingga sampai pada akhir, di mana ternyata karena eskul yang hampir ku
tinggalkan ini, aku berada di posisi di mana ternyata semua usahaku berbuah
manis. Namun, hal itu tidak pula sertamerta membuatku berhenti untuk terus
berusaha lagi dan lagi untuk menjadi lebih baik. Sebuah ketidak mustahilan yang
malah membuat kenyataan dari setiap mimpiku terwujud.

....

Jika tak selembar daun pun jatuh dari pohon kecuali atas
sepengetahuan-Nya, maka sungguh tidak ada peristiwa kebetulan di dunia ini.
Tidak juga pada dadu yang asal lempar kau mainkan, tidak juga segala sesuatu
yang terjadi padaku.

Tumbuh sebagai anak nomaden yang terus berpindah pindah,


berkesempatan mencicipi sekian banyak pengalaman dan petualangan, telah
membantu membuka mataku oada banyak bukti tentang kebesaran Tuhan.
Betapa Tuhan Yang Maha Esa memang Maha Pengasih dan Maha penyayang,
serta Maha Adil bagi semua makhluk, terutama manusia tentunya. Tanpa kecuali!
Juga tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras negara atau atribut
keduniawian apapun yang dijadikan ihwal perseteruan di muka bumi ini.

22
Merasa tahu dan berpengalaman dalam menghadapi berbagai hal, tapi
pada kenyataannya aku masih tetap tak berdaya untuk dapat menaklukkan diriku
sendiri, seakan tak mampu mengurus diri sendiri dalam meniti jalan di dunia ini.
Cara berpikirku memang kadang tak lazim, suka memikirkan hal hal yang tak lagi
dipedulikan kebanyakan orang. Tapi itulah diriku, dengan segala kekurangan dan
kelebihan yang dikaruniai oleh Sang Maha Tahu.

Life begins at forty...

Sebuah ungkapan yang sering dijadikan titik awal dimulainya langkah


baru dengan niat dan filosofi yang berbeda. Setslah menjalani kehidupan selama
lebih dari beberapa tahun, menemouh sekian jenjang pendidikan, mempelajari
bermacam ilmu pengetahuan, melakoni berjuta pengalaman, serta mengerjakan
berbagai macam karir dan pekerjaan, seakan semua itu hanyalah awal dari
sebuah pencarian yang sebenarnya, sebuah pencarian akan sesuatu yang lebih
hakiki.

Dan sekarang, pada umur yang kukira sudah menjadikanku sebagai


seorang yang dewasa dan bijaksana, aku terkesima oleh sebuah paradigma yang
berbeda. Sebuah konsep yang me-nisbi-kan hampir semua hal yang selama ini
dipelajari lewat jalur pendidikan yang umum, seakan menegasi-kan semua
pengetahuanku, menjadikanku seolah kembali menjadi balita yang tertatih tatih
mempelajari hal baru. Sebuah pendekatan yang tak lagi mengizinkan nafsu dan
keinginan, semua panca indera, dan bahkan pikiran kita sendiri, untuk
sepenuhnya mendominasi cara kita menjalani hidup ini. Sebuah jalan untuk dapat
mengenal jiwa, hati, serta diri yang sejati.

Mungkin memang seperti inilah jalan hidup yang harus kutempuh.


Jalan hidup yang membawaku untuk menjalani sebuah teori berdasarkan
keyakinan yang tak lazim diajarkan di sekolah sekolah umum. Menjalani
kehidupan di dunia justru dengan cara melepas semuanya, dan tak lagi mengejar
hal hal duniawi yang meragukan,... Melainkan hanya dengan cara menerima dan
menjalankan fitrah, kodrat, serta hakekat kehidupan yang sudah ditentukan.

Sebuah jalan yang sejatinya akan mempertemukan semua individu dalam


kedamaian dan tujuan hidup yang hakiki, terlepas dari siapa dan apapun kita
semua ini. Sebuah jalan ketika kata 'aku' mulai menghilang dan tak lagi menjadi
pusat pemikiran dan keinginan. Sebuah jalan ketika menjalani hidup sebagai
mahkluk Tuhan menjadi sebuah kerinduan dan kebahagiaan...

İnsya allah.. Semoga Tuhan memberkati.. Aamiin.

Tristi Nur Islami


23

Hidden Country

“Dahulu kala sebuah meteor jatuh ke daerah kecil di timur benua Amerika
dan membuat kehidupan di sekitarnya menjadi subur dari yang asalnya tandus,
dan ketika waktu berlalu 4 suku disana menyebut daerah tersebut dengan nama
Gonnor , mereka selalu berperang untuk memperebutkan wilayah dan kekuasaan,
hingga suatu saat muncullah seseorang yang menghentikan perang tersebut
seorang diri dan membuat semua Suku takut terhadapnya, prajurit tersebut
diangkat menjadi Raja dan dijuluki “Protector and king” , ketiga suku setuju hidup
dengan aturan sang raja tetapi satu suku memilih pergi dari negeri itu. Warga
Gonnor menemukan fakta bahwa bongkahan meteor tersebut mengandung
berbagai macam logam dan mineral yang amat banyak, mereka memanfaatkan
sumber daya alam tersebut untuk membuat kemajuan untuk negaranya yang
lebih maju dari negara lain, akan tetapi kemajuan tersebut membuat negara di
sekitarnya menyerang Gonnor, hingga membuat Gonnor harus menyembunyikan
kebenaran dan keberadaannya dari negara lain.”
“ Apakah kita masih bersembunyi ibu?”
“ya Alpha anakku, ikuti ibu”
Aku mengikuti ibuku sambil terheran heran dengan perkataan ibuku tadi, ini
sudah berabad abad tetapi kenapa kita masih bersembunyi?, padahal teknologi
dan kekuatan perang kita lebih maju dari negara di luar sana
“kenapa?”
“kau akan tahu saat kita sampai”
Sesaat kita sampai di tempat yang ibu tunjukan betapa terkagetnya aku melihat
puing-puing dari peperangan, banyak mayat dan bekas ledakan dimana-mana
“Inilah sebabnya negara kita tidak menunjukkan diri ke dunia luar, karena
sifat manusia yang haus akan kekuasaan dan kekayaan akan memanfaatkan dan
menghancurkan negara kita. “
“ tapi ibu negara kita sangat kuat untuk membuat mereka tidak berani
menyerang kita, bahkan kita mempunyai banyak sumber daya alam yang tidak
ada habisnya”
“ kalau begitu bagaimana bila seluruh negara di dunia ini menyerang kita ,
dan mengambil semua yang kita miliki? Apa yang tersisa untuk kita ? karena
itulah Raja pertama dari negeri ini sampai Ayahmu saat ini masih
menyembunyikan Negara ini karena takut kekacauan di masa lalu terulang ke
masa yang sekarang”
Aku merenung sambil memikirkan apa yang ibu katakan kepadaku dan
mengikutinya
24
“alpha lihatlah di seberang lautan sana sedang terjadi banyak peperangan ,
orang tua kehilangan anak mereka , pencurian , penipuan , korupsi , orang-orang
kehilangan haknya sebagai manusia , perbudakan. Tetapi lihatlah negeri kita
makmur, subur , mempunyai teknologi yang maju , sumber daya yang tak akan
ada habisnya. Bahkan lihatlah nelayan disana terlihat sangat bahagia bukan?,
Jadi untuk apa kita harus menunjukkan negeri kita ke dunia luar sana ?”
Angin berembus dengan kencang , suara laut yang seperti lagu yang indah
ditelinga. Kami pun kembali ke istana karna hari sudah mulai gelap. Malam yang
gelap pun tiba dengan angin malam yang dingin serasa menusuk ke dalam dada ,
aku pun tertidur dengan nyenyak tapi tiba-tiba suara ledakan di tengah malam
yang sunyi pun terjadi dan membangunkan semua orang termasuk aku
Aku yang penasaran segera loncat dari jendela kamarku dan langsung pergi ke
arah datangnya ledakan. Akhirnya aku menemukan sumber dari suara tersebut
dan betapa terkejutnya aku melihat sebuah pesawat terbang jatuh, dengan
penasaran aku mendekati pesawat tersebut dan melihat ada 2 orang lelaki yang
mati dan 1 orang perempuan yang kelihatannya masih hidup , aku segera
menolong wanita tersebut dan segera membawakannya ke rumah sakit terdekat.
“Dokter kang!!! Dokter cepat kemari!”
“Ada apa Alpha malam-malam begini kau berteriak-teriak”
“ cepat tolong dia”
“ Astaga , ayo cepat taruh dia di ruangan”
Beberapa saat kemudian dokter kang pun keluar dari ruangan , dan mengatakan
bahwa dia baik-baik saja.
“aku sudah memberikan pertolongan pertama, mungkin sebentar lagi dia
akan sadar , akan tetapi siapa dia?”
“dia adal-”
Sesaat terpikirkanlah dibenaku bahwa Dia adalah orang dari luar negara ini dan
jika aku memberitahu dokter kang mungkin, dokter kang akan memberitahu ayah
dan ibu. Akan terjadi hal gawat bila ayah dan ibuku tau bisa saja dia mengusir
atau membuangnya
“eeeeee dia temanku , dia terjatuh saat sedang bermain begitu hehehe”
“malam-malam begini?, jujurlah kepadaku siapa dia”
Aku sudah terpojok dan tidak bisa mengelak lagi
“Baiklah-baiklah , oke okee aku beritahu dia ituuu eeeeee teman dari
dunia luar sana”
“Apa?!! ,jadi ledakan tadi mungkin suara dari pesawat yang jatuh ?
Dan kau menolong wanita ini apa kau sudah gila ?”
25
“paman tenanglah jangan terlalu keras , ya aku tahu dia dari luar
tapi dia terluka di mana sisi kemanusiaan ku saat melihat seorang wanita
terluka?, dan bisa saja dia jadi penghubung antara kita dan dunia luar sana , dia
bisa saja mewujudkan mimpiku untuk membuat damai dunia ini ,pikirkanlah
paman.”
Aku terus meyakinkan dokter kang untuk tidak mengadukannya ke
ayahku ,hingga akhirnya dokter kang setuju.
“oke fine , aku tidak akan memberitahu ayahmu tapi jaga sikapmu
jangan sampai kau membuat masalah”
“ baiklah aku mengerti”
Dokter kang pun meninggalkan ruangan , dan tidak lama kemudian wanita
tersadar ,aku segera mendekatinya untuk menanyai kan keadaannya, akan tetapi
dia malah panik dan menyerangku dan kita terlibat perkelahian , mungkin dia
mengira aku adalah musuh yang akan menyerang dia, bila dilihat dari pukulannya
dia adalah seorang tentara. Aku pun segera menyerah dan menanyakan namanya
“hey tenanglah aku tidak akan menyakitimu, namaku alpha. Dan kau?”
“ dimana aku, siapa kamu? Angkat tangan dan jawab pertanyaanku?”
“wawww untuk seorang wanita kau cukup pemarah, kau sedang berada di
negara antah berantah bernama Gonnor dan aku adalah pewaris tahta negara ini”
“GONNOR? Nama jelek macam apa itu dan apa hubungan kalian dengan
Jerman?, jangan pernah sekali kali berbohong kepadaku kau pikir aku bodoh
Antah berantah katamu , mana ada negara antah berantah memiliki teknologi
medis secanggih ini”.
“oke-oke baiklah nanti akan aku ceritakan untuk sekarang lebih baik kau
kembali ke ranjangmu , aku tidak tahu apa itu Jerman. Apa itu nama Makanan?,
pacarmu ? Ya ya Apa pun itu terserah, sekarang aku akan membawakanmu
makanan tunggu”
Aku segera mengambil makanan untuknya dan bila aku perhatikan dia cukup
cantik untuk seorang yang pemarah. Rambutnya yang pirang, tinggi sekitar 170 ,
warna matanya yang seperti mentari pagi sungguh membuatku terpesona.
Cringgggggg
Terdengar suara kaca yang pecah dari kamar wanita tersebut aku pun bergegas
untuk memeriksa apakah dia kabur atau tidak , dan ternyata benar-benar dia
kabur aku pun hanya tertawa melihat dia kabur karna di kaki nya ada alat yang
bisa membuat di tersetrum saat dia pergi 10m dariku , dan benar saja di baru saja
terkena sengatan listrik .
“ hahahahaha kau mau ke mana sini mari aku bantu”
Aku pun lekas mengendong dan mengembalikannya ke tempat tidur, dia langsung
bertanya kepadaku
26
“ sebenarnya tempat apa ini dan benda apa ini.”
“sudah kubilang aku akan menceritakan tentang negeri ini besok, untuk
sekarang kau tidurlah jangan sekali kali kau mencoba kabur”
Pagi pun tiba , metari pagi menyinari wajahnya tetapi dia belum terbangun
rambutnya yang terkena cahaya matahari bersinar terang , akhirnya aku pun
membangunkannya
“hey putri tidur , cepat bangun”
Dia pun akhirnya terbangun
“cepat lah bersiap siap , aku akan menunjukkan kepadamu negeri ini”
Hari hari bersama nya berlalu dengan cepat , aku meresa dia sudah dekat
denganku. Kami sedang berbincang -bincang di atas luas nya bukit di dekat ibu
kota
“Wah aku tidak menyangka ada , negara maju yang damai seperti ini”
“ya aku pun tidak menyangka, akan tetapi aku tidak suka negara ini”
“ kenapa?”
“negara ini adalah negara yang sangat egois , diktator terus terjadi
dari dulu hingga sekarang , kau tau kenapa jarang ada konflik di negara ini ?itu
karena bila ada orang yang menghina atau protes kepada sang raja akan langsung
ditembak atau dipermalukan. Dan kau hanya melihat bagian ibu kota saja , di
desa-desa mereka hidup menjadi budak untuk memperkaya ibu kota dan kota
kota maju.”
“ternyata itu terjadi di semua negara yaa. Aku hidup di desa dan di ambil
untuk dijadikan prajurit perang “
“impian ku adalah untuk membebaskan negara ini dan menghentikan
peperangan yang terjadi di dunia ini , aku akan memperjuangkan kebebasanku”
“kalau begitu bagaimana kalau kita bernegosiasi kepada ayahmu, agar
kau bisa mewujudkan impianmu dan kau bisa diangkat menjadi raja”
“aku berbohong soal pewaris Tahta aku adalah anak bungsu tentu
tidak akan jadi raja, ngomong -ngomong siapa namamu , sudah seminggu sejak
kita kenal”
“sherly-“
“besok akan ada pesta di ibu kota , maukah kau ikut denganku sherly “
Besoknya pesta diadakan meriah di ibu kota suara kembang api , anak kecil
bersenang-senang , kedai makanan dan masih banyak lagi. Aku berjalan bersama
sherly di pesta itu , tiba-tiba bencana pun datang sekumpulan pesawat tempur
datang yang entah dari mana dan menyerang pesta itu se gerombolan pasukan
datang mennyadra semua orang, memang saat di adakan pesta keamanan ibu
kota di lemah kan dan sekarang banyak prajurit negara ku yang mabuk.
27
Aku segera bergegas lari ke istana untuk memastikan keadaan keluargaku aku
berlari sambil menghadapi pasukan yang ada di depanku , aku memukulnya ,
mengambil senjata darinya dan menembaki mereka hingga saat aku berada di
istana para pasukan musuh sudah ada di dalamnya aku pun mengeluarkan
mengambil bom dari prajurit yang mati dan melemparnya kepada mereka , aku
segera bergegas ke ruang pesta raja dan benar keluargaku sedang disandera.
Sherly pun mengenalnya
“komandan filco? Kenapa kau menyerang negara ini aku memanggilmu
untuk bernegosiasi bukan malah menjajah “
Diketahui bahwa sherly lah yang memanggil mereka
“kenapa kau melakukan ini , sherly ?!!!”
“ aku tidak bermaksud untuk menyerang”
Komandan pasukan tersebut menyuruh pasukan nya untuk menangkapku tapi
aku berhasil kabur dengan cara melempar bom asap dan kabur melalui jendela ,
aku terjatuh di semak-semak dan pasukan masih mengejarku aku berlari terus
sampai ke lereng dekat laut aku pun tertembak, dan jatuh ke laut .
Saat sadar aku berada di daerah kamp yang tidak aku ketahui
“bila kau sudah baik-baik saja cepat pergi dari sini”
Dengan dingin dia mengusirku dari sini
“siapa kau ?”
“Aku adalah Douma , pemimpin dari suku yang negaramu buang”
Aku mengira mereka sudah pergi ke luar negeri tetapi mereka masih ada di negara
ini untuk membebaskan negeri ini dari ideologi egois
“Ras ku terbuang karna kami menolak peraturan sang raja, dan sekarang aku
akan menyerang ibu kota”
“Aku akan membantu kalian, ibu kota sedang di jajah , aku ingin membebaskan
negeri ini, itulah yang akan aku perjuangkan “
Dengan tekad kuat yang membara aku bersiap-siap dan douma mengajaku ke
suatu tempat.
“kau tau apa ini ?”
Douma bertanya kepadaku dan dengan menyerahkan sebuah perisai bulat
berwarna gelap
“bukan kah itu adalah perisai yang terbuat dari logam meteor itu”
“Ya itu benar pakailah ini dan bertarung lah demi kebebasanmu, dan aku akan
mengakhiri penjajah itu dan pembantaian akan suku ku yang dilakukan raja
selama bertahun tahun”
28
Kami pun menyusun strategi untuk menyerang ibu kota. Aku terkagum atas
strategi perang yang douma susun.
“bila kita berhasil menduduki gudang senjata yang tersembunyi kita menang, regu
1 pergi ke gudang , regu 2 ke istana. 2 tim 1 tujuan tidak ada kesalahan. Apapun
resikonya”
Aku berpikir dia sangat keren pada saat itu. Kami pun melakukan strategi gerilya
untuk pasukan pasukan yang berjaga di sekitar istana. Aku berhasil masuk ke
istana tampa di ketahui dan melihat jasad ayah dan kakakku
“aku tidak boleh berduka sekarang “
Aku pun melihat bahwa sherly sedang di penjara bersama ibuku dan aku
langsung menyelamatkannya , tiba tiba ada yang memukulku dari belakang
ternyata itu ada komandan filco, aku pun terjatuh
“kenapa kau menjajah kami? Apa kau ingin perang terus terjadi?”
“Aku hanya menginginkan kemenangan, negara ini mempunyai semua yang aku
inginkan, tapi kenapa negara maju ini menyembunyikan diri?, apa kau tidak tahu
bahwa di luar sedang terjadi pembantaian dan kau disini damai berserta warga
mu ?. Aku hanya ingin kau merasakan bagaimana rasa nya perang itu”
Aku pun berdiri dengan amarah yang kuat dan langsung menghajarnya , kami
terlibat pertarungan yang intens , aku menggunakan perisai yang diberikan
memukul wajah nya tetapi dia sangat kuat dan membalas serangan tersebut , dia
menendang wajah ku dan aku pun terjatuh kembali , dia menarik rambutku dan
membawaku ke balkon istana
“Lihatlah pasukan sudah kalah “
Tiba tiba rudal datang dari arah berlawanan dan menghancurkan pasukan
musuh , dan ternyata itu adalah douma
“hey bocah, kau kesulitan “
Sambil menembaki pesawat musuh , aku pun bangkit untuk menghajar
komandan silco dan kami terlibat pertarung kembali , kami terjatuh dari balkon
setelah itu kami bertarung kembali tetapi dia mendapatkan pistol dan
menembakku untungnya aku mempunyai perisai yang douma berikan dan
melemparkan ke wajah nya dan menendangnya. Lalu menodongnya dengan
senjata
“ kau sudah kalah filco”
“jangan terlalu yakin, lihatlah ke atas “
Aku melihat kapal induk dari pasukan musuh yang membawa nuklir dan akan
meledakan nya ke sini
“apa kau gila?”
“Hahahahahah kau takut sekarang “

29
Terdengar suara douma dari walki talki ku
“Hey bocah , aku akan meledakkan pesawat itu dan meledakkannya bersamaku”
“douma, douma heyyyy jangan lakukan itu “
Duarrrrrrrrrrrrrr. Terdengar suara ledakan dari atas langit dan aku tidak bisa
menghubungi douma sekarang aku yang marah lalu membuat seluruh pasukan
musuh mundur dan berhasil menghentikan penjajahan.
“Filco kau sudah kalah “
FIlco pun meledakkan diri sendiri , aku segera ke istana untuk menyelamatkan
sherly dan ibuku.
Aku memeluk mereka berdua dan menangis tersedu . Hari-hari pun berlalu aku
melakukan upacara untuk warga yang meninggal dan penghormatan kepadaku
ayahku hingga akhirnya aku diangkat menjadi raja, aku membenahi pemerintahan
mengubah ideologi, dan menjadikan negara ini menjadi negara yang berdaulat dan
terbuka ke negara luar memberikan bantuanku ke oramg yang membutuhkan
“hey rajaku”
“ah sherly kau kemari , tidak usah begitu aku jadi malu “
“sekarang impian mu sudah terwujud , lalu kau mau apa “
Sambil bersender ke padaku dia terlihat sangat manis tetapi aku berpikir bahwa
perjuanganku masih belum selesai
“ belum sherly kita harus membebaskan negara mu dari perang , mari kita
hentikan perang dunia ini”

Hizkia Maehen Ardianto Ganteng


30

Mencari Kebenaran

Suatu hari hidup seorang pemuda bernama Agail yang hidup disebuah kota
ia merupakan seorang anak dari raja yang menduduki kota itu.agail penganut
agama majusi atau yang dikenal sebagai penyembah api begitu juga dengan
keluarganya,saat kecil setiap hari dia selalu melakukan penyembahan bersama
dengan ayahnya hidup mewah di istana yang megah serta tidak pernah berburuk
sangka.akan tetapi semunya berupa ketika Agail mulai beranjak dewasa,ia diminta
untuk menjaga api yang harus disembah agar tetap menyala dengan menggunakn
bahan bakar pada awal saat dia melakukan pekerjaannya iya tenang tenang saja
tak ada yang dicurigai,abigail selalu mendapatkan nasihat dari ibunya untuk
menuruti perkataan ayahnya dan tidak membangkang akan tetapi akhir akhir ini
dia selalu berpikir kenapa dia harus menyembah api yang mana api tersebut ia
yang menjaga nya agar tidak padam.
Beberapa bulan berlalu Abigail pun mencoba memberanikan diri untuk
bertanya pada ayahnya
Abigail ; ”Ayah kenapa kita harus menyembah api yang dimana api itu kita
yang membuatnya? “.
Raja ; “Pertanyaanmu tidak sopan tidak seharusnya kau meragukan apa yang
kamu sembah cepat minta maaf lahh atas perbuatan mu!”.
Abigail ; “Baiklah ayah maaf kan pertanyaan ku”.
Raja ; “Pergilah kekuil sesali perbuatan mu abigail”.
Abigail pun pergi dengan kesal karena ayahnya marah.
Sesampainya di kuil iya tidak menyambah melainkan nekat ingin
mematikan api yang ada dan ingin membuktikan kalau yang iya sembah hanyalah
api biasa,perbuatan itu diketahui oleh penjaga yang ada di sana dan
melap[orkannya pada raja,raja sangat murka pada anaknya yang selalu
membangakang dan kali ini anaknya sudah keterlaluan raja pun memerintahkan
paman dari Abigail yang sangat kejam untuk memasukan Abigail ke tempat
tahanan agar ia bisa menyesali perbuatannya.Abigail yang sudah berada di tempat
tahanan merasa sangat tersiksa oleh pamannya yang memberikan hukuman hari
demi hari Abigail lewati di penjara dimana hanya ada satu tubing udara yang
tertutup besi.
Setelah berbulan bulan lamanya Abigail menjadi sangat kurus ia sudah tak
tahan berada di penjara ia juga selalu memikirkan apa yang ada di luar sana
namun ia tidak menyesali perbuatannya karena menurut dia yang dilakukan
ayahnya salah.setelah lama berpikir Abigail memilki keinginan untuk kabur dari
penjara dan pergi meninggalkan kota untuk mencari kebenaran yang ada di luar
sana Abiagil melihat ke arah lupang angin yang ia mencoga untuk menarik besi
yang ada dan siapa sangka besi itu bisa sedikit demi sedikit bengkok karena
sudah berkarat dikarenakan sering terkena hujan,namun ia tidak memiliki cukup
tenaga untuk

31
langsung mencabutnya.hingga pada suatu malam iya berhasil mencabut besi
penghalang dan mulai mencoba memasuki lubang itu ia berhasil keluar dan mulai
berlari menjauhi kota ke aras gurun yang tandus.keesokan harinya penjaga yang
memberi jatah makanan melihat kalau Abigal sudah kabur ia melapor pada
raja,sehingga raja menyuruh sang paman untuk menari Abigail untuk di adili dan
dieksekusi di kota karena perbuatannya.
Abgail yang sudah lari dari kota mulai berjalan tanpa arah tujuan tanpa ada
persedian makanan.setelah berhari hari berjalan ia mulai meratapi nasibnya ia
merasa akan mati di sana namun setelah beberapa saat dari kejuhan ia melihat
ada sebuah desa kecil,ia pun mulai merasa senang karena akhirnya bisa
menemukan desa dari padang yang tandus,sesaat setelah ia mencapai desa Abigail
terhenti saat mendengar suara dari sebuah gereja ia mencoba mendengarkan
pendeta yang sedang berbicara.setelah selesai Abigail ditemui oleh seorang tukang
kebun dan bertanya padanya.
Tukang kebun ; “sedang apa engkau disitu?”
Abigail ; “Aku habis mendengarkan orang yang berbicara tadi,siapa dia?”
Tukang Kebun; “Ia adalah seorang pendeta di gereja ini kau sepertinya kelaparan
ada apa dengan mu?”
Abigail menceritakan semuanya kepada si tukang kebun dan memberitahu
apa tujuan ia sekarang.Tukang kebun itu bernama kanar ia sangat baik sekali
ingin membantu Abigail.
Kanar ; “Kau boleh tinggal di tempatku di belakang gereja sementara”
Abigail ; “Baiklah terimakasih sudah mau membantuku kau sangat baik sekali”
Mulai saat itu Abigail tinggal di tempat kanar ia juga membantu kanar
menjadi tukang kebun gereja dan mulai mempelajari kepercayaan atau agama
yang ada di sana pada pendeta ia juga bergaul dengan penduduk setempat ia
merasa bahagia bisa berada di sana terlepas dari masa lalunya yang kelam.
Namun ketenangan tidak terus menerus berjalan Abigail mendengar kalau
pamannya sudah berada di desa itu sehingga ia harus pergi untuk
menghindarinya dengan perasaan yang berat ia harus meniggalkan semua yang
ada di desa itu Abigail juga meminta kanar untuk tidak mengatakan apa apa pada
pamannya,setelah Abigail pergi pamannya datang ke gereja untuk menyakan
keberadaan Abigail yang sudah pasti tidak akan diberitahu kanar berbohong kalau
tidak pernah ada yang bernama Abigail di sini sehingga pamannya pun kembali ke
kota dan menyangaka kalau Abigail sudah mati.Mengingat ia bejalan digurun
sendirian tanpa persediaan makanan dan minuman.Disisi lain Abigail melanjutkan
perjuangannya sambil menganut kepercayaan yang ia dapatkan dari gereja
sebelumnnya,Abigail merasa masih banyak yang ia belum ketahui di luar sana.
32
Abigail terus berjalan dan mengunjungi desa desa yang ia temui untuk
mencari persediaan berbekal arahan dari pendeta ia ingin pergi mengunjungi
sebuah kota megah di timur ia juga selalu berdoa untuk kepada tuhan
kepercayaannya yang sekarang,setelah berbulan bulan ia melakukan perjalanan
iapun akhirnya meneukan sebuah kota yang besar dan subur betapa senang nya
perjalanan jauh yang ia lalui akhirnya terbayarkan sembari melihat lihat sekeliling
kota,setelah letih Abigail beristirahat di sebuah pohon di perkebunan milik seorang
pedagang ia juga menanyakan pekerjaan padanya yang dimana kebetulan si
pedagang sedang membutuhkan orang untuk membantunya mengurus
perkebunan,setelah berbincang bincang cukup lama dengan si pedagang ia pun
mulai mengetahui soal agama yang ia temui sekarang ia mulai tertarik untuk
mempelajarinya yang dimana agama itu adalah islam.saat ini Abigail tinggal
bersama dengan pedagang sambil iya mempelajari lebih mendalam tentang agama
islam,setelah begitu lama iya akhirnya menganut agama ini dan terus mendalami
ilmu dan kepercayaannya ini ia terus melanjutkan hidup dan akan terus berkelana
untuk menyebarkan ajarannya ini.

Andy Hardianto
33

Meraih Mimpi

Hai... namaku Sea Arabella, aku suka di sapa dengan nama depanku yaitu
Sea gadis cantik dan cerdas, aku terlahir dari keluarga kurang mampu. Ayahku
sudah meninggal saat aku masih duduk di bangku SMP kelas 3. Aku anak
pertama dari tiga bersaudara, sekarang aku hanya tinggal bersama ibu dan kedua
adikku yang masih duduk di bangku SD. Pekerjaan ibuku sehari-hari sebagai
buruh tani. Saat ini aku duduk di SMK Farmasi, biaya sekolahnya cukup mahal.
Sehingga membuat aku harus bekerja di sebuah Perumnas. Majikannya sangat
baik hati semua biaya sekolah ditanggung olehnya. Aku sekarang tinggal bersama
majikanku untuk mengurus rumah sang majikan. Di sekolah aku terkenal siswa
yang sangat tanggap dalam proses belajar. Semua perhatian guru tertuju padaku,
sehingga banyak siswa yang merasa iri. Setiap harinya aku selalu mendapat
ejekan dari teman sekolah. Tapi tidak semua temanku memperlakukannya seperti
itu. Nadia teman yang selalu ada di sampingku. Nadia berbeda dariku yang hanya
anak buruh tani. Nadia terlahir dari keluarga yang kaya tapi Nadia tidak pernah
menyombongkan diri. Kedekatan kami sudah seperti saudara sendiri.

Jarum jam menunjukan pukul 03.00 pagi aku bangun dari tidur dan
mengambil air wudhu untuk melakukan sholat tahajud, diakhir sholat tidak lupa
aku berdoa meminta keinginan yang sangat ingin dicapainya. Selesai berdoa aku
ke dapur mengambil sepiring nasi dengan lauk tempe, aku makan dengan lahap
untuk sahur. setelah itu aku mengambil buku pelajaran untuk dibacanya sambil
menunggu sholat subuh. Kegiatan ini dilakukan setiap hari, Udara pagi begitu
sejuk dan mentari dipagi hari selalu mendukung aktivitasku. Setelah semua
kegiatan telah terselesaikan ia berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda yang
jarak dari rumah ke sekolah sekitar 2 km. Sampai di sekolah ia masuk dan
mengikuti pelajaran yang akan segera dimulai.

Bel masuk berbunyi jam pertama dimulai tapi saat itu guru pengajarnya
tidak hadir. Tiba-tiba tiga cewek datang menghampiriku dan menariknya ke luar
menuju kamar mandi. Aku hanya terdiam tidak berani membantah. Nadia yang
tahu akan hal itu langsung mengikutiku dari belakang.

“Dasar cewek sialan!” bentak salah satu cewek dari ketiga cewek itu

“Apa salah gue sampai kalian ngebuli gue terus?” tanya Sindi sambil
menangis

“Eh… gembel. Lo seharusnya tahu kalau yang dipuji-puji semua guru itu
gue bukan lo. Lo itu gak pantas diperlakukan seperti itu.” Bentak cewek tadi
34

Sea hanya terdiam dan tak bisa berkata apapun pada mereka. Nadia datang
menghampiri mereka, Nadia pun menghentikan perkataan yang diucapkan oleh
ketiga cewek itu, dan mereka bertiga pergi meninggalkan Nadia dan Sea.

“Sea lo gak apa-apa kan ?” tanya Nadia, Sea hanya menggelengkan


kepalanya, Nadia pun memeluk Sea dan membawanya kembali di kelas.

Hari-hari kami lalui dengan penuh canda tawa dan suka cita bersama.
Sampai tiba saatnya detik kelulusan sekolah, Hal itu dapat membuat para siswa
dalam tangisan bahagia dan duka. Aku dan Nadia akhirnya lulus dan kami saling
berpelukakan untuk perpisahan pertemuan. Yang membuat bangga nilai ujianku
tertinggi nomor dua dari seluruh siswa di Indonesia. Sehingga aku mendapatkan
beasiswa untuk melanjutkan ke Universitas Gajah Mada impianku selama ini. Tapi
aku juga ingin sekali mencari pekerjaan yang lebih baik untuk ibu dan kedua
adikku.

Aku tidak bekerja lagi di rumah majikanku, sebelum pergi tidak lupa aku
menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan yang diberikan majikanku
selama ini. Aku pun melamar pekerjaan di perusahaan “Kable Farma” sebagai
detailer. Meskipun jarang orang bercita-cita menjadi detailer, tak mudah pula
untuk memasukinya. Persyaratan menjadi tenaga pemasar farmasi sangat rumit
seperti memiliki kepribadian yang menarik, fisik dan mental yang kuat, memiliki
kemampuan komunikasi yang baik, sehat jasmani dan rohani dengan melalui tes
kesehatan maupun psikotest. Banyak saingan tidak membuat ia mundur begitu
saja, tapi menambah semangat untuk mendapatkan pekerjaan itu.

Setelah berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai detailer selanjutnya Aku


menjalani serangkaian pelatihan yang terdiri medical knowledge, produk
knowledge, selling skill, dan peraturan perusahaan. Bila sudah lulus pelatihan aku
akan ditugaskan di berbagai kota dan daerah di seluruh Indonesia. Beruntungnya
aku ditempatkan di daerah Yogyakarta dimana tempat aku kuliah. Pagi sampai
sore aku kuliah dan sore sampai malam bekerja, itu dilakukan setiap harinya.
Belum lagi tugas kuliah yang menumpuk, tetapi aku melakukannya dengan ikhlas
dan senang hati. Ditengah kesehariannya aku juga mengunjungi panti asuhan
untuk memberi bantuan dengan apa yang aku miliki. Aku meluangkan waktu
untuk bermain dan berbagi ilmu dengan anak-anak panti asuhan

Perhatian serta kasih sayangku terhadap mereka sangat tulus dan begitu
akrab. Wajah mereka seakan berubah saat aku pergi meninggalkan panti.
Semangatnya seakan tenggelam dalam lautan.

“Adek-adek kakak pulang dulu ya, besok kalau ada waktu kakak pasti
kesini.”
35

“Kok gitu sih kak, kami masih mau main dan belajar bersama kakak” kata
salah satu anak panti tersebut.

“Nggak boleh sedih gitu dong, nanti kakak ikut sedih. Mana semangat
kalian” kata Sea.

“Iya kak kita gak sedih lagi, kakak hati-hati ya kalau pulang” jawab anak itu

Aku pun pulang menuju kost dan beristirahat sejenak untuk


menghilangkan capek. Kebiasaan buruk selalu dilakukan kembali yaitu tidur
sambil membaca, ia pun tertidur lelap.

Malam harinya aku berangkat bekerja dengan mengendarai motor dengan


kecepatan 50 km/jam. Di tengah perjalanannya mulai terasa capek dan
mengantuk. Braaaaak…!!! Tiba–tiba menabrak sebuah bus yang ada di depannya
dari arah berlawanan aku terpental mengenai truk di belakangku dan jatuh di
jalan, darah segar keluar deras, mataku buram seakan tak bisa melihat apa yang
telah dialami. Mobil ambulan segera datang dan membawaku menuju rumah sakit
untuk mendapatkan penanganan segera. Setelah sampai aku pun dibawa di ruang
UGD, dokter dan perawat bergegas menanganinya dengan cepat. Ibuku mendapat
kabar tersebut langsung pergi menuju rumah sakit dimana anaknya dirawat
walaupun harus menempuh jarak jauh. Selesai ditangani dengan segera, dokter
memberitahukan bahwa kaki kananku harus segera diamputasi. Karena lama
menunggu, dokter menghubungi ibuku untuk meminta keputusan. Tak berpikir
panjang ibu menyetujuinya. Kemudian operasi dilakukan dengan segera karena
biaya operasi juga sudah ditanggung oleh perusahaan di mana aku bekerja.
Beberapa jam kemudian operasi berhasil dilakukan. Aku kemudian dipindahkan
ke ruang perawatan. Ia berada di ruang perawatan seorang diri tanpa ada yang
menemani karena sang ibu belum sampai di rumah sakit.

Pagi hari ibu baru sampai di rumah sakit karena keadaan jalan yang macet.
Ibuku hanya bisa meneteskan air mata tak tega melihat sang putri kesayangannya
berbaring lemah. Nadia yang tahu berita bahwa aku kecelakaan langsung
menghampiriku di rumah sakit. Sampai di sana Nadia hanya bertemu dengan
ibuku, Aku pun baru siuman dan aku kebingungan dengan keadaan ruangan yang
aku tempati selain itu ada juga Nadia dan ibuku yang hadir di sebelah.

“Ibu, Nadia ada apa kok pada ngumpul, trus ini aku di mana?” tanya Sea
bingung

“Lo ada di rumah sakit kemarin lo kecelakaan” jawab Nadia

Aku kaget kemudian aku mengingat kejadian kemarin saat aku mencoba
menggerakkan anggota badan. Di situlah aku merasakan keganjalan bahwa ada
sesuatu yang terjadi pada kaki kananku. aku pun membuka kakiku yang tertutup
selimut. Setelah melihat apa yang terjadi aku menjerit shok dan menangis, ibuku
memeluk dan Nadia berusaha menenangkanku.
36

“Sea, semua udah terlanjur gue yakin cobaan ini pasti ada hikmahnya, lo
harus tetap optimis kejar impian lo. Anggap aja ini ujian dibalik kesuksesan lo,
percayalah Allah gak akan menguji hambanya melampaui batas kemampuan
umatnya” kata Nadia

“Makasih Nad, lo selalu ada buat gue” sahut Sea.

“Sama-sama” jawab Nadia

Nadia memelukku dengan erat, beberapa hari setelah keadaanku membaik


aku diperbolehkan untuk pulang.

Setelah beberapa hari aku kembali bekerja lagi, tetapi atasanku tidak bisa
menerimanya lagi karena fisiknya yang tak sempurna. Atasanku kurang yakin
dengan kondisi aku sekarang yang tak memungkinkan untuk bekerja kembali.
Aku terus memohon dan meminta kesempatan untuk membuktikan bahwa aku
layak untuk tetap bekerja walaupun dengan satu kaki. Akhirnya dengan begitu
aku diterima kembali. Pekerjaan aku lakukan dengan tekun dan membuat
atasannya merasa bangga kepadaku.

Hari pertama saat aku kembali bekerja cobaan selalu datang


menghampiriku. Di kantornya ada salah satu teman yang tidak menyukaiku kalau
Sea Arabella selalu dipuji atasnnya. Tiba saatnya aku difitnah bahwa aku mencuri
uang perusahaan. Kemudian aku dibawa ke kantor polisi untuk ditindak lanjuti,
di penjara aku tidak pernah berhenti berdoa dan sholat malam untuk memohon
petunjuk. Selang beberapa hari telah terungkap kejadian yang sebenarnya. Kini
aku merasa senang karena semua doaku terkabul, salah satu rekan kerja yang
selalu dekat denganku tahu kejadian yang sebenarnya dan melapor pada
atasannya agar aku segera dibebaskan. Dan aku akhirnya bisa kembali bekerja
dan belajar lagi.

Aku mulai belajar mengendarai motor dengan satu kaki, dan akhirnya
terbiasa. Sampai sekarang aku tetap kuat menjalaninya. Di sisi lain musibah
datang berturut-turut bangunan yang telah dibelinya digusur oleh Negara karena
tanah yang ditempati masih hak milik Negara. Aku telah kehilangan puluhan juta
untuk membeli bangunan itu. Tawakal dan tabah selalu aku tanamkan dalam hati
dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikannya. Walapun masalah datang
silir berganti, tak membuatnya lelah dan menyerah terhadap masalah yang
datang.

Setelah lama bekerja aku mengambil hari untuk cuti dan pulang ke
halaman rumah menemui sang ibu untuk menghilangkan rasa rinduku. Di sana
aku menghabiskan waktu bersama adik dan ibuku. Dulu hidupku tidak seperti
sekarang, untuk membeli secarik kain tidak pernah aku dapatkan, tapi kini
berbeda semua yang diinginkan adik-adiknya pasti dibelikan.
37

Setelah selesai berlibur aku kembali ke Yogyakarta. Memulai tugasku


sebagai mahasiswi dan pekerja. Kini aku sudah menempati semester ke 8 sebentar
lagi pelaksanaan ujian kelulusan. Tiba saatnya aku terus berdoa dan belajar demi
meraih kelulusan dan gelar sebagai apoteker. Setelah terlewati masa ujian kini
hanya menunggu pengumuman kelulusan. Irama jantung bergetar cepat seakan ia
dikejar seekor srigala, raut wajah gelisah, keringat dingin keluar deras. Aku yang
duduk di sebelah ibuku di aula memegang erat tangan sang ibu dan terus berdoa,
tidak henti kata solawat terucap di bibirku.

Pengumuman dinyatakan lulus semua dan dibacakan yang akan mendapat


nilai tertinggi, ternyata aku salah satu mahasiswi yang mendapat kemenangan.
Aku mendapat banyak tawaran untuk bekerja. Tapi aku tetap setia bekerja sebagai
detailer. Ibu terus membujukku agar berpindah pekerjaan karena ibu tidak tega
melihat sang anak kesulitan bekerja dengan satu kaki. Akhirnya aku menerima
tawaran di rumah sakit sebagai apoteker. Setelah beberapa tahun, aku mendapat
tawaran di Amerika. Aku pun mengambil tawaran itu dengan izin sang ibu.

Tiba saatnya berangkat ke Amerika aku menyiapkan segala yang akan


dibawanya. dimana mimpinya kini terwujud. Kehidupannya kini berubah drastis.
Setelah bekerja di Amerika. Aku bertempat tinggal di sana hanya sementara. Di
Amerika aku bertemu dengan seorang pria tampan yang berprofesi sebagai dokter
yang bernama Marcell. Kedekatan kami mulai terlihat. Marcell mulai
mendekatiku. Setelah lama saling mengenal dan tahu isi hati akhirnya kami
merencanakan hari pernikahan. Pernikahan akan dilaksanakan di Indonesia.
Ibuku sangat bangga memiliki seorang putri yang selalu berjuang untuk meraih
mimpi. Kini aku berhasil meraih cita dan cintanya yang selama ini aku impikan.

Sea Arabella

~~~~~

“Jadikan impianmu sebagai mimpi yang kenyataan, jangan hanya sekedar mimpi
tapi tidak kau perjuangkan. Sekurang apapun diri kita jika kita memiliki semangat
dan kemauan pasti akan terwujud segala mimpimu, berdoa, tirakat dan berusaha
adalah salah satu kunci menuju sukses. cinta memang penting tapi ketahuilah
bahwa cinta akan datang dengan sendirinya setelah kamu berhasil meraih cita-
citamu.”

Shifa Salsabila
38

Berbeda, Tapi Bisa

Di suatu Sekolah Menengah Atas Negeri Bandung seluruh siswa dan siswi
kelas XII tengah sibuk memikirkan mimpi dan cita-cita mereka untuk dituliskan di
kertas yang di berikan oleh guru mereka untuk mempersiapkan tahun
berikutnya. Ada anak yang ke sana kemari mencontek impian dari orang lain dan
ada juga anak yang fokus menuliskan impiannya tanpa melirik orang lain. “…
Itulah impianku.” Kata terakhir yang tertulis di kertas salah satu siswi berjilbab
kelas XII IPA 3.
“Yumna ayo!” teriak siswi manis berjilbab yang sepertinya teman dekatnya.
“Iya Zena tunggu sebentar !” jawab Yumna dengan santai.
***
Terlihat siswi cantik berkulit putih bak salju terburu-buru menuju salah
satu Sekolah Menengah Atas Negeri Bandung. Ya! Siswi itu bernama Yumna. Iya
merasa lega karena hari ini dirinya tidak terlambat lagi. Saat Yumna sedang
berjalan menuju kelasnya, tiga orang siswi tiba-tiba menghampiri Yumna
“Yumna! Bu Rosa manggil kamu ke ruang guru sekarang!” ucap Orly
dengan napas terengah-engah.
Tanpa banyak bertanya, seketika Yumna menghilang dari pandangan
teman-temannya.
“Yumna, Ibu panggil kamu ke sini karena Ibu mau kamu ikuti seleksi
beasiswa agar kamu dapat masuk Perguruan Tinggi Negeri yang kamu mau tanpa
bayar sepeser pun. Ibu pilih kamu karena melihat semangat kamu dan kamu
memenuhi kriteria untuk mengikuti seleksi ini.” jelas Bu Rosa secara singkat.
Dengan ekspresi kaget dan bingung, Yumna menjawab “Apa hanya saya
saja bu yang memenuhi kriteria tersebut? Dan seleksinya seperti apa?”
Wali kelas nya tertawa karena melihat ekspresi muridnya tersebut.
“Iya betul hanya kamu saja yang seratus persen memenuhi kriteria. Tapi
karena pihak sekolah diberikan amanat untuk memilih tiga calon, jadi kita masih
memilih siapa saja yang pantas untuk mengikuti seleksi ini. Tapi tetap, kamu
akan kita jadikan prioritas untuk seleksi ini. Seleksinya memang agak rumit dan
banyak juga yang harus kamu lakukan dan kerjakan. Tapi kita belum
mendapatkan informasi yang pasti dari atasan. Jadi persiapkan saja ya!”
Yumna merasa lega dan senang karena dirinya di jadikan prioritas untuk
seleksi yang ia tunggu dan ia harapkan. Sehingga memudahkan dirinya untuk
menunjukkan minat dan bakatnya. Serta memungkinkan dirinya dapat
menggapai mimpi dan cita-citanya walaupun keadaan ekonomi keluarganya pas-
pas an.
39
***
Dua hari berlalu, sekolah sudah menentukan siapa yang dapat mengikuti
seleksi tersebut.
"Yumna, Luna, Kenan, kalian terpilih untuk mengikuti seleksi beasiswa
PTN. Maka dari itu, setiap pulang sekolah kalian wajib mengikuti tes dengan Bu
Rosa." ucap kepala sekolah saat upacara.
Sontak semua murid merasa aneh mengapa Luna terpilih untuk mengikuti
seleksi tersebut. Bahkan dirinya pun bingung akan terpilih untuk seleksi.
"Luna!" teriak Yumna kepada ke sekian kalinya karena Luna sedang
melamun.
"Kamu lagi ngapain disini sendirian? Dari tadi aku manggil kamu tapi
kamunya ga jawab terus." ucap Yumna sambil menghampiri Luna.
"Aku ngerasa ga enak banget sama orang-orang yang lebih butuh beasiswa
itu. Padahal aku mampu dan sebenarnya aku mau lanjutin bisnis keluarga
karena orang tua aku yang memaksa aku untuk lanjutin bisnis. Tapi mau gimana
lagi kalau itu kemauan orang tua." kata Luna dengan mata berkaca-kaca.
Dengan perasaan canggung dan bingung , Yumna hanya bisa
menenangkan dengan memeluk nya.
***
Hari pengumuman seleksi beasiswa telah tiba setelah tiga siswa bekerja
keras memeras keringat selama satu bulan setiap harinya. Seluruh siswa dan
siswi SMA Negeri Bandung dikumpulkan di lapangan. Para peserta berdiri di
hadapan seluruh teman-teman nya dengan darah yang mendidih bak air di atas
kompor.
Hanya Luna yang berharap dirinya tidak terpilih mendapatkan beasiswa
itu. Sedangkan Yumna dan Kenan gemetar dan berharap mendapatkan beasiswa
itu.
“Selamat pagi anak-anak. Baiklah hari ini Bapak akan mengumumkan
siapa yang berhak mendapatkan beasiswa ini setelah satu bulan kami pihak
sekolah melakukan banyak seleksi kepada Yumna, Luna, dan Kenan.” sambut
kepala sekolah SMA Negeri Bandung.
Seluruh siswa dan siswi yang hadir bertepuk tangan dan bersorak tak
sabar menunggu nama yang akan disebut oleh kepala sekolah mereka.
Jantung berdegup kencang, muka memerah seperti terbakar itulah yang
terlihat dari wajah Yumna dan Kenan. Walaupun Kenan berusaha tetap cool
dihadapan teman-temannya.
"Selamat kepada Kenan! Kamu mendapatkan beasiswa untuk masuk
Perguruan Tinggi Negeri yang kamu inginkan tanpa biaya sepese pun. Sekali lagi
kami ucapkan selamat! Tetap semangat untuk seluruh siswa siswi SMA Negeri
Bandung!"
40
Semua siswi bersorak kegirangan karena Kenan mempunyai banyak
penggemar perempuan karena kegantengan nya.
Kenan hanya tersenyum karena dirinya berhasil mendapatkan beasiswa
yang diinginkan nya. Luna pun tersenyum karena dirinya tidak terpilih untuk
mendapatkan beasiswa itu. Sedangkan Yumna termenung dengan mata berkaca-
kaca karena harapan untuk menggapai mimpinya hilang.
Seketika teman-teman dekat Yumna berlari menghampiri dan memeluk
Yumna setelah mendengar pengumuman dari kepala sekolah mereka. Yumna
berusaha tersenyum dan berpura-pura terlihat tegar dihadapan teman-teman
nya.
Setelah pengumuman itu, Yumna menjadi anak pendiam dan tidak se ceria
dulu bahkan ia menjadi penyendiri.
***
Dua tahun sudah berlalu…
Zena, Orly, dan Tara mengadakan pertemuan di kafe dekat taman SMA
mereka dulu dengan Yumna karena selama dua tahun mereka tidak dapat
menghubungi Yumna.
“Udah ga sabar nih ketemu putri salju nya kita kembaran gue.” ucap salah
satu teman nya dengan mengibaskan jilbab panjangnya.
“Huftt mulaiii centilnya Zena kumat lagi nih.” kata Tara sambil membuang
mukanya dari pandangan Zena.
“Biarinlah ini nambah pahala buat kita Ra karena ngadepin dia, kita jadi
banyak-banyak sabar.” ucap Orly seolah menenangkan.
Merasa dirinya ada yang membela, Zena terus melanjutkan mengibaskan
jilbabnya yang panjang itu dengan wajah senang akan bertemu Yumna.
Tak terasa Zena, Orly, dan Tara sudah menunggu Yumna selama dua jam.
“Ko Yumna lama banget sihhh.” Zena merengek pada kedua temannya
yang sama kesalnya karena menunggu Yumna yang lama tak kunjung datang.
“Apa jangan-jangan ada sesuatu nih sama Yumna.” ucap Orly khawatir.
“Mungkin dia lupa jalan kesini kali. Atau dia sibuk ya?” jawab Tara dengan
nada menenangkan kedua temannya.
“Tapi kan dia udah jawab mau ketemuan di sini.” kata Zena yang tak sabar
ingin bertemu Yumna.
“Ya udah kita tunggu aja dulu satu jam lagi.” ucap Tara menenangkan
pada Zena yang tak sabaran.
“Yumna?!” teriak Zena kaget dan bingung melihat Yumna yang jauh
berbeda dari zaman SMA.

41
***
Dua tahun yang lalu…
“Nak, maafin Ibu ya. Ibu gak bisa biayain kamu kuliah. Ayahmu sudah tiga
tahun tidak pernah kirim uang untuk sekolah kamu dan bahkan dia hilang
kabar.” ucap Ibu Yumna dengan pipi yang dibasahi oleh air mata sambil menatap
putri semata wayang nya yang pura-pura tertidur.
Yumna menangis mendengar semua yang diceritakan Ibunya itu dan
berusaha untuk tidak bersuara.
Pagi pun telah tiba. Mata Yumna yang sembab terlihat oleh Ibunya.
“Nak, mata kamu kenapa? Habis nangis kah?” tanya ibu nya denngan
khawatir.
“Gak kenapa-kenapa ko Bu. Ini kayanya digigit serangga.” sangkal Yumna.
“Maafin Ibu ya Nak. Kamu kepikiran kuliah ya? Ibu usahain secepatnya
dapat uang buat bayar kontrakan biar uang dari Ayahmu itu buat biaya kuliah
kamu.” lirih Ibunya.
Seketika air mata Yumna tumpah, “Kenapa Ibu gak bilang sama Yumna
yang sebenarnya terjadi?! Yumna denger semua ucapan Ibu waktu malem! Ayah
udah gak ada kabar dalam jangka waktu yang lama. Tapi kenapa Ibu bohong
sama anak ibu sendiri seolah-olah semua baik-baik aja?! Aku ini anak Ibu!”
Ibunya hanya bisa menangis karena Ia bingung harus bagaimana dan syok
melihat anak semata wayang nya begitu marah dan kecewa.
˜
“Ibu maafin Yumna. Yumna udah bentak Ibu dan buat Ibu nangis. Yumna
sebenernya marah sama diri Yumna sendiri karena baru tahu kalau selama ini Ibu
kerja keras sendiri untuk biayain sekolah Yumna. Ibu maaf ya Yumna harus pergi
dulu untuk cari kerja. Yumna gak akan kuliah dulu Bu. In Syaa Allah setiap bulan
nya Yumna kirimin Ibu uang. Ibu baik-baik di rumah ya. Kalau Ibu butuh sesuatu,
kabarin aja ke nomor ini ya Bu. Ibu jangan khawatir, anak Ibu udah dewasa
sekarang. Yumna janji untuk jaga dri baik-baik. Yumna sayang Ibu….”
Terlihat seperti itu pada pesan yang dikirim Yumna kepada Ibunya. Ibunya
hanya bisa menangis membaca pesan yang dikirim anak semata wayang nya pergi
merantau mencari pekerjaan.
***
Hari demi hari berlalu, tak terasa sudah lima bulan Yumna berjauhan
dengan ibunda tercinta nya.
“Ternyata seperti ini ya sulitnya mencari pekerjaan. Aku harus kerja
apalagi ya? Oh itu ada lowongan pekerjaan untuk lulusan SMA!”

42
“Permisi, Pak. Apa benar di sini sedang membutuhkan karyawan baru?
Jika benar membutukan, saya ingin melamar Pak.” tanya Yumna pada satpam
perusahaan itu.
“Oh iya benar, Mba. Silahkan temui saja langsung atasan kami.” Jawab
satpam tersebut.
“Sekarang Pak?!” tanya Yumna semangat.
“ Iya silahkan saja naik ke lantai tiga.” Jawab satpam dengan ramah.
“Alhamdulillah. Terima kasih Pak!” jawab Yumna senang dengan terburu-
buru.
“Langsung kerja besok Pak?!”
“Iya, kamu bisa langsung saja besok mulai kerja di perusahaan yang saya
pegang ini.” jawab pria muda berbadan tinggi yang merupakan direktur
perusahaan ini. Ia biasa dipanggil ‘Pak Aydin’ oleh bawahannya.
“Baik, terima kasih Pak.”
Keesokan harinya Yumna memulai pekerjaannya sebagai pegawai muda di
perusahaan tersebut.
***
Selama bekerja di perusahaan itu Yumna mendapatkan banyak pelajaran.
Suka dan duka ia dapatkan selama satu setengah tahun. Tapi dengan begitu,
Yumna dapat memberikan sebagian penghasilannya kepada sang Ibu, dan dirinya
dapat membuka usaha sendiri sehingga dia dapat menemani sang Ibu di rumah.
***
Sekarang Yumna dapat merasakan hasil dari usahanya, dan dapat
memetik buah dari kesabarannya. Ia dapat berkumpul kembali dengan teman-
teman nya dengan rasa percaya dirinya. Ia dapat mewujudkan mimpi dan cita-
cita nya walaupun harus melewati berbagai badai kehidupan.

Nayaka Aulia Nurul Fadilla


43

Pejuang Jalanan

Gelapnya malam menyelimuti suasana kala itu. Rembulan tak lagi


menampakkan dirinya. Seorang gadis sedang memandangi langit kelabu yang
sedang mencurahkan tetesan-tetesan air yang berkilauan. Suasana yang sunyi
dan dingin membuatnya merasa nyaman. Tak ada sedikit pun rasa takut dalam
dirinya. Gadis dengan wajah lesu, pakaian koyak, dan kedua kaki mungil yang
belepotan lumpur telah cukup jelas menandakan gadis itu telah bekerja keras. Dia
adalah Elina, seorang gadis berumur 11 tahun yang sudah berjuang hidup sendiri
sedari kecil. Elina tidak memiliki tempat tinggal yang tetap walaupun hanya
sekedar untuk beristirahat. Sebuah toko yang sudah tutup dan gelap di pinggir
jalan ini menjadi tempat bermalam Elina ketika itu. Elina melamun sembari
menenangkan jiwa di tempat itu bersama seorang bocah yang terlihat tertidur
pulas disamping Elina. Bocah tersebut merupakan adik Elina bernama Lila. Lila
terbaring diatas kardus yang hanya dilapisi oleh kain-kain tipis diatasnya. Semilir
angin malam dengan gemercik suara air meniup spanduk-spanduk bekas yang
tergantung di depan toko yang membuat Lila terbangun dari tidurnya sembari
mengusap wajahnya yang terkena percikan air hujan. Bocah itu menoleh kearah
kakaknya yang termenung duduk di sampingnya.

44

“Kak Elina!’’

“Lila kenapa kamu bangun ini kan masih sangat malam, Lila lapar ya?’’

“Iya kak, boleh gak Lila makan roti sisa tadi siang? Lila janji hanya makan
satu gigit saja.’’

“Tidak apa-apa Lila, habiskan saja. Untuk besok biar kakak mencari
makanan lain agar kita bisa sarapan pagi, oke?’’

Tidak ada jawaban lain dari Elina kecuali anggukan singkat. Kemudian Lila
menghabiskan jatah makan mereka untuk besok karena dia kelaparan. Lila
makan dengan begitu lahap, dan itu sudah membuat Elina sangat senang. Tak
lama keduanya pun menutup mata di pelataran toko tanpa rasa malu,
mengistirahatkan jiwa raga dari kerasnya dunia. Keesokan harinya Elina bangun
lebih awal.

“Lila bangun, kakak mau mencari sarapan untuk kita. Apa kamu mau
ikut?’’

“Kak ini masih sangat pagi, bahkan ayam pun belum berkokok. Lila masih
sangat mengantuk kak.’’ ujar Lila sambil mengusap matanya.

“Yasudah kakak pergi dulu, kamu jangan kemana-mana. Kakak janji akan
kembali sebelum toko ini buka, oke?’’

Elina pun pergi menyusuri jalanan, memperhatikan setiap sudut namun


tidak menemukan apa-apa. Hanya kedinginan, kesunyian, dan kelaparan yang ia
dapatkan. Setibanya di sebuah kompleks yang masih sepi, sayup-sayup terdengar
suara lantunan ayat suci Al Qur’an yang terdengar dari pengeras suara masjid.
Lantunan tersebut terdengar sangat indah dan menenangkan, akhirnya Elina
mengikuti arah suara tersebut hingga tiba disebuah masjid yang besar. Dia duduk
di pinggiran teras luar masjid untuk mendengarkan sembari menunggu adzan
shubuh. Tiba-tiba seorang Wanita mendekati Elina. Wanita dengan pakaian
muslimah yang terlihat mahal, elegan, dan hampir menutup seluruh tubuhnya.

“Apa saya boleh duduk disini nak? Sebelumnya siapa namamu?’’ tanya
wanita itu.

“Boleh Bu, silahkan. Saya Elina Bu.”

“Wah nama yang bagus, perkenalkan saya Zulvah. Saya biasa datang ke
masjid ini karena kebetulan rumah saya dekat. Dari jauh saya lihat kamu sangat
menikmati lantunan ayat suci Al Qur’an, apa kamu menyukainya?’’
“Iya Bu, karena lantunan ini membuat saya merasa tenang.”

“Wah! Tapi saya belum pernah melihat kamu sebelumnya, dimana


rumahmu nak?’’

45

“Ah itu…kebetulan saya tidak memiliki tempat tinggal Bu, karena perkejaan
saya pun hanya mencari botol bekas.”

“Lalu dimana orang tuamu?”

“Saya tidak punya orang tua, saya tinggal hanya dengan adik saya yang
berumur 8 tahun. Dan kebetulan saya datang ke masjid ini saat sedang mencari
makan untuk kami sarapan Bu.”

“Wah kebetulan sekali saya bawa makanan. Ini untuk kamu dan adikmu
saja, jangan lupa dimakan ya Elina.”

“Ah terima kasih bu atas makanannya, saya jadi merasa tidak enak.”

Keduanya pun berbincang dan saling bertukar cerita. Mereka terlihat akrab
bagaikan ibu dan anak. Dari perbincangan tersebut Elina pun tahu bahwa Bu
zulvah sudah menikah dengan seorang jaksa namun masih belum dikaruniai
anak. Setelah adzan shubuh mereka berdua sholat berjamaah di masjid tersebut.
Kemudian Elina kembali menemui Lila sesuai janjinya untuk makan bersama.
Dari pertemuan di masjid ini Elina menjadi sering bertemu dengan Bu Zulvah, dan
mereka pun semakin dekat.

Hari-hari dilalui seperti biasa oleh mereka. Mulai dari mencari botol bekas
sebanyak-banyaknya untuk ditukarkan menjadi rupiah, hingga mencari remahan
makanan di tempat sampah yang mungkin masih bisa mereka makan. Panas dan
hujan sudah menjadi makanan mereka, banyak orang yang selalu menyakiti dan
memaki mereka tanpa alasan yang jelas. Bahkan tega merampas barang
pungutannya. Terkadang, bertahan hidup seperti ini susah. Namun tak ada kata
mundur maupun menyerah untuk berjuang hidup bagi keduanya. Matahari siang
itu terasa terik sekali dan menyengat di kulit. Walaupun terasa berada di atas bara
api mereka masih terus mencari botol bekas.

“K-kak Elina aku haus.’’ ujar Lila dengan wajah lusuh.

“Oke, Lila istirahat dulu dibawah pohon itu ya. Kakak cari minum dulu
untuk kamu.”

Elina bergegas pergi mencari minum. Karena ia tidak memiliki uang,


terpaksa Elina meminta sedikit air kepada pedagang kaki lima. Tetapi penjual itu
malah memaki Elina dan segera mengusir Elina pergi. Dengan rasa malu dan
sedih, Elina meninggalkan pedagang itu. Namun tidak jauh dari tempatnya, ia
menemukan sepotong roti dan setengah air minum yang ditinggalkan oleh pembeli.
Elina bergegas mengambil roti dan minuman itu. Kemudian Elina membagi roti
menjadi empat bagian, untuk siang ini dan besok.

46

“Lila!! Kakak membawa minum dengan makanan untukmu.” teriak Elina


sambil berlari menghampiri Lila.

“Wah, Lila tidak sabar untuk memakannya.” ujar Lila dengan wajah yang
berubah menjadi sumringah.

“Makanlah dengan banyak Lila.”

Keduanya pun makan bersama dibawah pohon. Potongan-potongan roti


kecil yang sering dianggap sebagai sampah itupun akhirnya mampu mengganjal
perut kosong mereka. Ketika menghabiskan makanan, seketika wajah Lila
berubah ia terus menatap anak-anak seumurannya yang sedang bermain.

“Kakak, kenapa aku tidak punya pakaian bagus seperti mereka? Bahkan
untuk belajar ataupun bermain saja tidak bisa.” tanya Lila dengan raut sedih.

“Akan ada waktunya Lila. Kakak akan berusaha berjuang agar kamu bisa
sekolah. Dan untuk pakaian kakak akan membuatkannya untuk kamu, walaupun
tidak mahal dan bagus setidaknya lebih baik dari pakaian yang kamu gunakan
saat ini.”

“Tapi Lila juga sering merasa kedinginan, kelaparan, bahkan perut Lila
terkadang terasa sangat sakit. Lila tidak mau merasakan itu terus-menerus kak.”

“Lila kita harus selalu bersyukur, masih banyak anak kecil sepertimu yang
tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini. Sedangkan kamu punya kakak, kak Elina
akan selalu berjuang agar kamu bisa merasakan sekolah, bermain, menggunakan
pakaian bagus, dan juga makanan yang layak. Lila, kakak ingin kamu menjadi
orang yang sukses. Kamu harus berguna bagi orang lain dan juga selalu
membantu orang-orang disekitarmu.”

“Iya juga ya, Lila harus bersyukur. Lila janji akan selalu mengingat nasihat
kakak yaitu selalu membantu orang lain. Kalau gitu Lila tidak mau pakaian bagus
dan bermain, Lila ingin membantu kakak saja mencari botol-botol.” jawab Lila
dengan wajah polos dan bahagia.

“Kalau gitu kita lanjut mencari botol, oke?”

“Oke.”

Wajah polos Lila terlihat seperti tidak ada apa-apa, ia terus tersenyum
bahagia. Padahal Elina tahu, Lila pasti ingin seperti mereka. Bisa bersekolah,
belajar, memakai pakaian yang bagus, bermain, dan memakan makanan yang
layak. Tapi kenyataanya, itu bukan kehidupan mereka. Keduanya tidaklah lebih
dari pejuang hidup yang memiliki segudang mimpi. Penderitaan yang mereka
rasakan merupakan tahap pendewasaan yang akan didapatkan.

Di sepanjang jalan Elina terus memikirkan tentang masa depan Lila,


pandangan matanya menatap kosong. Hingga karung koyak yang ia genggam
terlepas dari tangannya dan membuat botol-botol berjatuhan ke jalanan.

47

“Kak Elina, karung kakak jatuh.”

“Ah iya, kakak tidak memegangnya dengan kuat. Lila tunggu disini kakak
akan ambil botol-botol yang jatuh ke jalan raya itu.”

“Baik kak, hati-hati.”

Elina tak memperhatikan sekitar saat akan mengambil botol sampai sebuah
mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi menabraknya hingga ia tergeletak di
aspal. Darah mengalir dari bawah kepalanya. Lila menjatuhkan karung koyaknya
dan berlari menghampiri kakaknya sambil menangis. Orang-orang berlari
mengerumuni Elina. Kejadian mengerikan ini harus terlihat jelas oleh gadis kecil
berusia delapan tahun. Air mata Lila mengalir deras seperti air terjun, hatinya
sangat hancur bagaikan kaca yang pecah.

“Lila…ma-maafkan kakak belum bisa memenuhi mimpi-mimpimu. Ma-maaf


kak Elina hanya bisa berjuang sa-sampai sini. Temui Bu zulvah, kakak yakin di-
dia bisa membantumu. Ma-maaf.” eja Elina berusaha jelas berbicara.

“Kak Elina!! Aku yakin kakak akan selamat. Kakak!!”

Tubuh Lila melemas hingga ia jatuh terduduk di aspal, Lila tidak bisa
membayangkan hidup tanpa kakaknya. Ambulan akhirnya datang membawa Elina
ke rumah sakit, namun disana Elina dinyatakan sudah meninggal dunia. Setelah
kepergian Elina, Akhirnya Lila di adopsi oleh Bu Zulvah. Bu Zulvah dan suaminya
sangat menyayangi Lila, mereka hidup dengan penuh kasih sayang.

Dua belas tahun berlalu setelah kepergian kakaknya Elina. Lila tumbuh menjadi
gadis dewasa yang cantik, mandiri, berpendidikan, dan bijaksana. Lila sering kali
memikirkan Elina, berharap mereka masih bersama. Lila selalu membuat surat
jika Lila rindu pada kakaknya.

….
Rabu, 2 Februari

Kak Elina,

Aku sudah cerita kan, aku sudah bisa memakan makanan yang enak dan
layak. Coba tebak apa yang membuatku sangat bahagia saat ini? Aku
mendapatkan keluarga yang sangat baik dan menyayangiku dengan tulus
layaknya anak kandung. Walaupun kakak telah pergi jauh, namun kakak tetap
memberi kebahagiaan kepadaku. Aku tidak akan pernah lupa perjuangan kakak
dalam membesarkanku. Pengorbananmu untukku begitu besar, kakak selalu
mementingkan kebutuhanku padahal kakak sendiri sering merasakan kedinginan
dan kelaparan. Kak Elina merupakan sosok ayah dan ibu bagiku. Perjuanganmu
tidak sia-sia, adikmu Lila sudah menggapai semua mimpi-mimpinya berkatmu
kakak. Kakak yang mengenalkanku pada Bu Zulvah, sehingga aku bisa merasakan
bersekolah, bermain, memakai pakaian yang bagus, hingga makanan yang layak.
Aku tidak akan melupakan nasihatmu untuk selalu membantu dan bermanfaat bagi
orang lain.

48

Cinta untukmu,

Lila

….

Lila sudah menemukan keluarga barunya, jadi Lila mendapatkan apa yang
sudah seharusnya. Elina pun akan bahagia jika melihat adiknya bahagia, tidak
ada lagi ketakutan pada Elina untuk adiknya. Mereka berdua sudah menghadapi
dunia yang begiku keras, berjuang bersama untuk bertahan dalam penderitaan.
Sudah sepantasnya mendapatkan banyak kebahagiaan. Tak peduli siapa kamu,
setiap orang memiliki harapan. Dikala banyak orang yang menggunakan harta
untuk foya-foya, terdapat jiwa-jiwa yang lebih membutuhkan. Ketahuialah, bahwa
bertahan hidup tidaklah semudah yang kita kira.

Lora Rahma Saputri


49

Perjuangan Seorang Pelajar

Hai perkenalkan namaku Faris Ghivari sering juga dipanggil FG ,aku lahir
di Bandung pada tanggal 6 Desember 2003 ,disini aku tinggal bersama keluargaku
ada adik,ayah,ibu,dan juga nenekku.

Aku mendengarkan gemercik air pada pagi hari ini sekitar kulihat banyak
orang berlalu lalai aku pun bertanya dalam hati “mereka masing masing pasti
memiliki cerita masa masa perjuangan bukan? Sepertiku yang menempuh masa
smp hingga masa sma seperti sekarang memiliki banyak kenangan bersama teman
teman dan juga guru guru yang sudah mendidikku hingga tak terasa aku sudah
akan lulus”

“ heiii faris, mengapa kau melamun saja disana sebentar lagi bell akan berbunyi,
mari masuk!!” ujar laki laki yang memakai seragam putih abu abu itu.

Aku pun menjawab dengan sedikit berteriak “ iyaa anto sebentar aku datang”

Aku pun masuk mengikuti langkah anto yang sudah memasuki kelas 9c yang
sudah menjadi kelas kebangganku.

“ assalamualaikum hai guys selamat pagi semangat yaa dalam mengengikuti ujian
ini ‘’ ujarku kepada semua teman-temanku,teman sekelasku menjawab ‘’yo siap
semangat juga ris’’

Aku pun duduk dibangku depan sambil mempersiapkan alat tulis dan
menunggu arahan dari guru guru untuk memulai ujian, meskipun aku sedikit
tegang tetapi aku pasti bisa menyelesaikan soal soal ini.

Aku pun mendengar suara langkah kaki ‘’ kuyakin itu adalah guru
pengawas yang akan mengawasi ujian dikelasku kali ini’’ ujarku dalam hati. Dan
benar saja guru pengawas ujian memasuki kelasku dan memulai ujian dengan
arahan arahan yang diberikan, aku dan teman teman ku mulai mengerjakan soal
soal dengan teliti.

Tak terasa berjam jam semua soal sudah ku kerjakan dengan selesai
begitupun dengan teman temanku yang sepertinya mereka begitu mudah
mengerjakannya ,tapi tidak semudah itu ferguso di saat pelajaran matematika
mereka seperti panel surya yang dimana setiap mengerjakan soal yang
menggunakan penghitungan pasti mereka merasa panas .

“Tengtongtengtongtengtongtengtong”
“ akhirnya selesai juga “

“ yuhuuu pulang rebahan nonton my yayang taehyung”

“ apaan ramean nonton layangan putus “

50

“ ITS MY DREAM MASS “ seketika semua pun tertawa mendengar perempuan


salah satu teman sekelasnya berteriak seperti itu.

“ gaes gw duluan yah “ ujar anto sambil membawa tasnya dan melangkah keluar
kelas.

“tunggu aku anto” aku pun cepat cepat membawa tas ku dan berpamitan kepada
semua teman teman sekelasku kemudian aku menyusul langkah anto.

Disaat aku sedang berbincang dengan anto dan melangkah kan kaki ke
gerbang sekolah tiba tiba aku melihat jajanan tertampang di sekitaran sekolahku,
tiba tiba saja aku teringat dengan adikku yang menyukai jajanan seperti itu, aku
pun berkata kepada anto “ anto, kamu duluan aja aku mau beli jajanan buat
adek”.

“ okay, aku duluan ya, assalamualaikum ris”

“waalaikumsalam”

Disaat aku sedang mengantri aku pun melihat seorang wanita yang memakai
seragam universitas . Aku menghampirinya dan menanyakan “kak kakak sekolah
di mana “

Dia menjawab “aku sekolah di uinsa”

Aku pun bertanya lagi “kak, dimana itu uinsa, dan kakak namanya siapa? “

Diapun menjawab lagi dengan mengulurkan tangan kepada ku “ namaku rara,aku


sekolah di universitas sunan ampel surabaya “

Jawabku sambil menggenggam tangan nya” ouh kak rara, waw jauhnya ,
perkenalkan namaku faris salam kenal kak. “

Kak rara bertanya kepada ku “ salam kenal juga, faris kalau kamu lulus sma nanti
kamu mau ke mana? “

Aku menjawab dengan perasaan bingung “emmm aku mau lanjutin kuliah kak,
tetapi aku masih bingung bagaimana aku melanjutkan nya”

Lalu dia meceritakan siapa dirinya dari mulai sma hingga masuk ke jengjang
kuliah dan langkah apa saja yang dia tempuh untuk memperjuangkan ke jengjang
selanjutnya.

Kakak uinsa
Ada seorang remaja perempuan bernama Rara. Saat ini, Rara sedang
menempuh pendidikan tingkat SMA. Rara merupakan siswa kelas dua belas di
SMAN 1 Margahayu . Tahun ajaran ini merupakan tahun yang cukup sulit bagi
Rara. Rara harus siap untuk melaksanakan berbagai ujian, seperti UNBK,
SBMPTN, Tes masuk kedinasan, dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, Rara
juga harus bisa menjaga kondisi tubuhnya, mengingat di tahun ajaran ini, ia akan
melaksanakan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer).

51

Rara adalah seorang murid yang pintar dan rajin. Sehingga, ia


berkesempatan untuk mendapat kuota SNMPTN atau jalur undangan untuk
masuk PTN. Ketika Rara melihat pengumuman bahwa ia mendapat SNMPTN, Rara
sangat bahagia. Rara sangat ingin masuk PTN melalui jalur SNMPTN, mengingat
ayahnya sudah tidak bekerja lagi karena sudah pensiun dari pekerjaannya. Ketika,
pemilihan PTN dan jurusannya, Rara dan teman-teman yang lainnya mengalami
kendala. Mereka mengalami kendala pada saat akan mengirim pilihan PTN beserta
jurusannya ke pusat. Mereka baru bisa mengirimnya setelah beberapa jam
kemudian. Setelah berhasil mengirim, Rara mendapat kartu peserta SNMPTN.

Beberapa hari telah berlalu, hari ini adalah hari pengumuman kelulusan
SNMPTN. Rara sangat tidak sabar menunggu hasilnya. Setiap hari Rara selalu
berdoa agar pengumumannya nanti baik. Ketika melihat pengumumannya, Rara
mendapatkan hasil yang buruk. Ia dinyatakan tidak lulus SNMPTN. Akan tetapi,
Rara masih tidak percaya dengan hasil tersebut. Rara menganggap hasil tersebut
palsu dan tidak benar. Kemudian, Rara bertanya ke teman-temannya mengenai
hasil mereka. Ternyata hampir seluruh teman-temannya mendapatkan hasil yang
sama dengan Rara. Hanya beberapa anak saja dari kelasnya yang mendapat hasil
baik. Mendapat hasil yang diluar ekspektasinya, Rara merasa sedih. Rara sedih
karena ia merasa sudah kehilangan kesempatan untuk melanjutkan kuliah tanpa
biaya yang besar. Namun, Rara akhirnya kembali berpikir positif lagi. Rara
berpikir mungkin Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik dari ini. Sehingga,
Rara perlahan-lahan bisa menerimanya.

Kegagalan dalam seleksi SNMPTN, tidak membuat Rara putus asa. Rara
kembali mencoba jalur SBMPTN atau jalur masuk PTN melalui tes secara nasional.
Akan tetapi, Rara kembali mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. Rara tidak
lulus masuk PTN melalui jalur SBMPTN tersebut. Namun, Rara masih ingin
mencoba jalur tes masuk kedinasan. Rara ingin masuk STAN (Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara). Dimana, ketika lulus dari STAN, ia akan langsung menjadi
PNS. Akan tetapi, Rara kembali lagi mengalami kegagalan untuk ketiga kalinya.
Akhirnya, Rara memutuskan untuk melanjutkan kuliah tahun depan. Karena
untuk tahun ini, sepertinya tidak mungkin untuk Rara melanjutkan ke jenjang
kuliah. Rara tidak ingin masuk kuliah melalui jalur mandiri. Rara tidak ingin
membebani orangtuanya dengan biaya kuliah yang besar.

Melihat Rara yang mengalami kegagalan dalam seleksi masuk PTN,


orangtua Rara akhirnya bertanya kepada Rara. Orangtuanya bertanya mengenai
kesungguhan Rara dalam berkuliah. Karena, jika Rara bersungguh-sungguh,
maka orangtuanya akan berusaha untuk mebiayai kuliahnya meskipun melalui
jalur mandiri. Mengingat, hanya Rara satu-satunya anak yang bisa diandalkan
untuk bisa lulus menjadi seorang sarjana. Kemudian, orangtua Rara menyarankan
agar Rara berkuliah di UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel), dan untuk
perihal jurusan, orangtuanya menyerahkan sepenuhnya kepada Rara. Jika Rara
yakin pada satu jurusan, maka orangtuanya akan selalu mendukungnya.

52

Karena Rara adalah anak yang penurut, akhirnya ia mengikuti saran


orangtuanya untuk melanjutkan kuliah di UINSA.

Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran jalur mandiri di UINSA. Pagi ini,
Rara pamit untuk melakukan pendaftaran ke bank kepada orangtuanya. Rara
berangkan sendiri tanpa ditemani oleh siapapun. Setelah Rara membayar
pendaftaran jalur mandiri di bank, Rara langsung pulang. Sesampainya di rumah,
Rara langsung mengisi data pribadi dan menguplod dokumen yang diperlukan,
pemilihan jurusan, serta jadwal untuk melaksanakan tes mandiri. Sebelum hari
pelaksanaan tes, Rara mempersiapkan dirinya dengan giat belajar dan mencari
info apa saja materi yang akan keluar pada tes mandiri nantinya.

Rara memilih jurusan KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) di UINSA. Rara


memilih jurusan itu karena, Rara ingin belajar menjadi seorang yang pandai dalam
berkomunikasi. Rara juga menginginkan agar dirinya menjadi orang yang berani
tampil di depan orang banyak ketika masuk di jurusan KPI. Rara juga ingin
merasakan bagaimana rasanya jika bekerja di sebuah perusahaan media
penyiaran. Rara ingin mengetahui bagaiamana sebuah media penyiaran dapat
menyajikan sebuah acara yang menarik. Dan yang paling mendorong Rara untuk
masuk di jurusan KPI adalah Rara ingin mejadi seorang penyiar yang mengisi
berbagai acara di beberapa media.

Hari ini adalah hari pelaksanaan tes mandiri di UINSA. Rara berangkat
dengan diantar ojek. Tidak lupa, Rara pamit dan meminta doa kepada kedua
orangtuanya. Sesampainya di UINSA, Rara bertanya kepada satpam yang berjaga
mengenai lokasi tes. Setelah menemukan lokasi tes, Rara langsung masuk ke
gedungnya. Karena waktu tes belum dimulai dan peserta dilarang masuk ke
ruangan sebelum ujian dimulai, akhirnya Rara mencoba berkenalan dengan
peserta lain. Rara berkenalan dengan dua orang peserta perempuan, Bernama Kiki
dan Ayu. Rara juga mengobrol bersama mereka ketika menunggu waktu ujian.
Kemudian, setelah ujian Rara juga berjanjian dengan Kiki dan Ayu untuk
melaksanakan sholat bersama di masjid UINSA. Rara juga tidak lupa bertukaran
nomor telepon dengan Kiki dan Ayu. Menurut Rara, Kiki dan Ayu adalah teman
yang baik. Mereka berdua enak ketika diajak ngobrol. Obrolan Rara, Kiki dan Ayu
mengalir begitu saja, sehingga Rara merasa bahwa sudah berteman lama dengan
Kiki dan Ayu. Tidak lupa juga, mereka bertiga berfoto bersama untuk
mengabadikan pertemuan pertama mereka. Akan tetapi, mereka bertiga harus
berpisah. Rara harus segera pulang ke rumahnya. Begitu juga dengan Ayu dan
Kiki.
Pelaksanaan tes tulis mandiri telah selesai, kini Rara hanya menunggu
pengumumannya. Jika Rara lulus dalam tes tulis ini, maka Rara akan
melaksanakan tes lisan di kemudian hari. Selama menunggu pengumuman, Rara
selalu giat belajar untuk mempersiapkan tes lisannya nanti jika ia lulus di tes
lisan. Hari pengumuman tes tulis akhirnya tiba. Rara langsung mencari info
mengenai pengumuman tes tulis. Kemudian, Rara mendapat info bahwa
pengumuman dapat diakses melalui web resmi UINSA.

53

Rara langsung mengakses web tersebut dan melihat pengumumannya. Hasil


dari pengumuman tersebut manyatakan bahwa Rara lulus tes tulis dan harus
melaksanakan tes lisan keesokan harinya. Mendapat hasil yang baik, Rara sangat
senang. Rara juga tidak lupa memberikan kabar baik tersebut kepada
orangtuanya.

Keesokan harinya, Rara melaksanakan tes lisan di fakultas Dakwah dan


Komunikasi. Ketika menunggu namanya dipanggil, Rara kembali mengajak
berkenalan peserta lain. Akan tetapi, Rara merasa bahwa lawan bicaranya kali ini
tidak seasik Ayu dan Kiki. Lawan bicaranya kali ini adalah tipe orang yang sedikit
berbicara. Sehingga, Rara merasa bahwa ia kurang nyaman jika mengobrol dengan
orang yang seperti itu. Akhirnya Rara mencoba berkenalan dengan peserta lainnya
lagi. Rara kemudian menemukan peserta yang enak diajak ngobrol, ia bernama
Elok. Selama menunggu, Rara dan elok banyak mengobrol. Mereka saling bertanya
asal tempat tinggal, memilih jurusan apa, asal sekolahnya dulu, dan masih
banyak lagi.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Rara dipanggil untuk masuk ke


ruangan tes lisan. Perasaan Rara sangat cemas, gerogi, bahkan ia sampai
berkeringat dingin. Penguji bertanya kepada Rara beberapa pertanyaan. Penguji
bertanya nama, asal sekolah, asal daerah. Kemudian, penguji juga menyuruh Rara
untuk membaca al-qur’an, membaca doa sehari-hari, serta menulis salah satu
surah pendek. Setelah menjawab semua pertanyaan dari penguji, akhirnya Rara
selesai melaksanakan tes lisan dan diizinkan keluar ruangan. Sebelum keluar
ruangan, tidak lupa Rara bersalaman dengan penguji dan asisten penguji. Setelah
selesai tes lisan, Rara bertemu dengan Kiki terlebih dahulu. Mereka berdua
berjanji akan bertemu di masjid. Mereka berdua saling menceritakan kesan-kesan
pada saat melaksanakan tes lisan.

Beberapa hari setelah tes lisan, akhirnya pengumuman kelulusan tiba. Rara
langsung melihat pengumumannya dan akhirnya Rara dinyatakan lulus dan
diterima menjadi mahasiswa UINSA jurusan KPI. Rara sangat Bahagia, akhirnya
keinginannya untuk kuliah bisa terwujud. Rara langsung memberikan kabar baik
tersebut kepada orangtuanya. Ibu Rara sangat senang mendengar anaknya lulus
dan bisa berkuliah di UINSA. Kemudian, ayah Rara terharu ketika mendengar
kabar baik bahwa anaknya diterima di UINSA.

Beberapa bulan menjalani kuliah sebagai mahasiswa UINSA, Rara


mendapat informasi mengenai beasiswa. Salah satunya adalah beasiswa Generasi
Emas dari Pemerintah Kota Surabaya. Karena Rara memenuhi seluruh
persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar beasiswa GENMAS, maka ia
memutuskan untuk mendaftarkan diri. Rara dibantu oleh kakaknya dalam
mengumpulkan berbagai berkas yang dibutuhkan. Setelah semua berkas
terkumpul, Rara langsung menyerahkannya ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Kemudian, tidak berapa lama datanglah pihak dispendik Kota Surabaya di rumah
Rara untuk melakukan survey. Setelah survey dilakukan, Rara hanya perlu
menunggu pengumuman hasil beasiswa.

54

Beberapa hari menunggu, akhirnya pengumuman beasiswa keluar. Rara


dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa GENMAS. Rara mendapat beasiswa
berupa biaya UKT sampai delapan semester, mendapat uang saku dan uang
kebutuhan perkuliahan setiap satu bulan.

Rara benar-benar sangat bersyukur dan bahagia atas apa yang diberikan
Allah SWT kepadanya. Pada awalnya, Rara tidak menyangka bahwa ia akan
mendapat beasiswa, bahkan biaya perkuliahan seluruhnya akan ditanggung oleh
beasiswa. Sekarang, Rara tidak lagi membebani orangtuanya dengan biaya kuliah
yang besar. Rara menjadi yakin bahwa rencana Allah SWT memang terbaik bagi
hamba-Nya. Meskipun Rara masuk melalui jalur mandiri yang terkenal dengan
biaya besar, namun karena kebesaran Allah SWT, orangtua Rara tidak perlu
mengeluarkan biaya sedikit pun untuk kuliah anaknya tersebut. Tidak hanya itu,
Rara juga menjadi yakin ketika seseorang melakukan sesuatu dengan niat yang
baik, maka pertolongan Allah SWT akan selalu ada di saat yang tepat.

Dan setelah rara bercerita dengan ku, aku jadi tau bagaimana cara
memperjuangkan menuju jenjang selanjutnya yang harus dipersiapkan aku nanti.

Faris Ghivari
55

Perjuangan untuk hidup

Cerita Inspiratif – Di dunia tentunya tidak sedikit orang yang merasa gagal
dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut bisa terjadi karena sebuah rasa
keputusasaan dan semangat hidup yang hilang. Padahal yang perlu kita semua
pahami adalah segala hal yang terjadi dalam hidup ini sudah menjadi takdir sang
pencipta.

Jadi, mengelaknya merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dilakukan.


Manusia yang hidup di dunia hanya tinggal menjalaninya dengan usaha dan
senantiasa memanjatkan doa. Doa tidak akan terkabul tanpa adanya usaha
sehingga diperlukan keseimbangan antara keduanya.Dalam hidup kita hanya
perlu bersyukur atas segala hal yang kita alami. Sebab sang pencipta
menggariskan jalan hidup setiap orang pasti ada tujuan dan hikmahnya.

Jangan sampai rasa keputusasaan dalam menjalani hidup ini membuat Anda
malah semakin merasa tersiksa. Ingatlah setiap orang tentunya memiliki banyak
masalah dalam hidupnya.Hidup ini sangat sederhana sepatunya kita sendiri lah
yang membuat hidup ini terasa rumit

Tidak ada orang yang tidak berjuang dalam hidup ini. Bahkan orang yang
terlihat sudah memiliki segalanya pun, dia juga berjuang. Dia berjuang melawan
diri sendiri, untuk pergumulan pribadi yang dihadapinya.Hidup adalah perjuangan
karena perjalanan kehidupan diwarnai batu sandungan dan ujian. Kita harus
selalu siap berjuang menghadapi itu semua

Ada banyak kata-kata mutiara bijak hidup adalah perjuangan yang bakal
memotivasi serta menguatkanmu untuk bertahan dalam perjuangan hidup ini dan
keluar sebagai pemenang.Sesingkat apakah hidup ini sehingga kita bisa mati-
matian berjuang untuk meraih impian, meskipun takdir orang beda-beda tapi
pada hakikatnya nya setiap orang pasti mengalami perjuangan

Hidup adalah perjuangan dan bukan masalah hak istimewa. Itu tidak lain
adalah pengetahuan seseorang tentang dunia temporal dan spiritual Kita datang
dari orang-orang yang membesarkan kita untuk percaya bahwa hidup adalah
perjuangan, dan jika kamu merasa benar-benar bahagia, bersabarlah ini akan
berlalu.
Berapakah banyak manusia di dunia ini besar seberapa besarkah persaingan
kita di dunia ini untuk apa kita hidup dan bagaimana kita menjalaninya
semuanya tergantung dengan perjuangan masing-masing. Tuhan tidak mungkin
tidak menghargai setiap usaha yang kita lakukan dan usaha tidak akan
mengkhianati hasil .

Semakin hari waktu pun semakin berlalu, kita ingin kualitas diri kita
bertambah sedikit-sedikitnya per harinya.

56

Untuk mencapai progres yang kita mau,tentunya perlu waktu yansangat lama dan
menekuninya setiap hari setiap jam setiap menit setiap detiknya.Jangan pernah
berharap jalan hidupmu akan seperti orang yang lain. Perjalanan hidupmu adalah
sesuatu yang unik seperti dirimu.Jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain.
Karena kau tidak pernah tahu perjalanan apa yang telah mereka lalui.

Hidup ini adalah perjalanan yang panjang di dalam waktu yang sempit, isilah
dengan perjuangan yang membanggakan, dan hargai dengan ketulusan.Sesekali
berhentilah sekadar untuk bersantai. Bukan untuk terlena, namun membangun
semangat untuk perjuangan berikutnya. Saatnya untuk bangun dan menunjukan
versi terbaik dari dirimu

Hidup terkadang sulit untuk dijalani, namun saat mampu berserah dalam doa
dan mensyukuri setiap usaha, itulah menikmati hidupAku bersyukur atas segala
yang terjadi bahkan untuk kepahitan hidup yang memberikan perjalanan hidup
yang luar. Jangan jadikan sedikit masalah menjadi hambatan berarti untuk mu

Hidup adalah perjuangan dan harus diperjuangkan. Sempurnakan usaha


dengan doa, kemudian bersabar menunggu hasil yang sempurna.Hidup terkadang
sulit untuk dijalani, namun saat mampu berserah dalam doa dan mensyukuri
setiap usaha, itulah menikmati hidup,dan jangan terlalu menjadikan hidup
sebagai beban.

Dalam perjuangan, terkadang engkau sukses, dan terkadang engkau belajar,


bukan gagal.Sesekali berhentilah sekadar untuk bersantai. Bukan untuk terlena,
namun membangun semangat untuk perjuangan berikutnya.Semakin sulit sebuah
perjuangan, semakin indah saat saat mencapai kemenangan."

Dika Assakha Nanda


57

PERNYATAAN CINTA DI AKHIR DUNIA

Aku Deandra seorang Pria yang biasa saja, Pria yang mempunyai beberapa
Teman, Pekerjaan, hobi dan Impian. Aku hanya hidup seorang diri, tetapi dulu aku
mempunyai seseorang yang sangat berharga bagiku yaitu Kakekku, sebenarnya
Beliau bukanlah Kakek kandungku melainkan seorang Malaikat penyelamat yang
menemukan dan membesarkanku disaat orang lain menelantarkan ku di Malam
yang sunyi.

Seperti biasa aku memulai hari dengan rasa pesimis yang menghantui lalu
berangkat untuk bekerja dengan menggunakan Sepeda milikku. Setiap hari Aku
tersiksa tekanan pekerjaan yang diberikan oleh Bosku, hampir semua masalah
Bos dilemparkan kepadaku.

“Hey Dean tolong urus ini yah, deadline nya Sore ini. Saya ada meeting sebentar
lagi” ucap Bosku yang menyeringai bagaikan Keledai. “Baik Pak akan Saya
usahakan” ucapku dibalik topeng kemunafikan. Tapi untung saja aku memiliki
orang baik disekitarku yang suka menolongku yaitu Nona Sheila Si Cinta
Pertamaku di SMA, Dia orangnya baik yang suka menolongku disaat Bos
memanfaatkan ku. Aku memiliki impian yang amat kecil yaitu menyatakan cinta
padanya, tapi Aku kurang memiliki keberanian dan aku telah memendam
perasaan ini selama beberapa tahun. Dia bagaikan Mentari bahkan Aku tak
sanggup untuk menatapnya ataupun menggapainya, entah apa yang membuatku
jatuh cinta padanya atau mungkin ini bukanlah cinta melainkan nafsu semata.
Malam pun tiba dan Aku bersemangat untuk pulang ke rumah lalu menyantap

58

mie instan sambil ditemani Televisi yang menyiarkan berita seputar Dunia saat ini.

Malam itu bagaikan kandang ayam tersambar petir, betapa terkejutnya


Diriku dengan perkataan Ilmuwan NASA yang menyatakan Bumi akan tertabrak
oleh Asteroid sebesar kota Los Angeles. “Apa yang akan aku lakukan jika itu benar
terjadi?,ah mana mungkin itu terjadi, palingan ini hanya candaan belaka” kataku
yang agak heran, Aku lebih terkejut lagi ketika Berita menayangkan Video yang
NASA unggah beberapa waktu lalu. Disitu aku mengecek kebenaran hal ini dan
ternyata di sosial media pun sedang heboh oleh hal tersebut.

“Biasanya ratusan ton debu ruang dan puing-puing menghantam atmosfer


Bumi setiap harinya, namun, asteroid sebesar ini akan menghantam Bumi?”
kataku.

Bayangkan saja jika Asteroid seukuran 1.302 km akan menabrak bumi


dengan kecepatan yang tidak masuk akal, kemungkinan 2-3hari akan menabrak
Bumi. Asteroid ini dikategorikan sebagai Potentially Hazardous Object atau
berpotensi berbahaya menurut NASA dan mengakibatkan kepunahan massal.
Tiba-tiba disitu aku terpikirkan suatu hal yang sangat gila.

“Baiklah jika ini adalah akhir Dunia, Maka aku akan melakukan semua
yang Aku inginkan!” ucapku sambil bersemangat.

Keesokan harinya Aku seperti biasa berangkat ke tempat kerja tapi dengan
tujuan berbeda yaitu mengundurkan diri dari perusahaan tersebut, Aku langsung
mengajukan surat pengunduran diri pada Bos lalu bos berkata “ kenapa kamu
berhenti? Aku berharap kamu bisa terus bekerja sampai akhir, hanya karena bumi
akan hancur kupikir tak masalah jika kita terus melanjutkan rutinitas harian kita”
“bukan itu”ucapku sambil memotong perkataan bos yang belum selesai. “Saya
lelah, jadi saya memutuskan untuk berhenti. Setidaknya sebelum Dunia
berakhir,Bapak lakukanlah apa yang mau dilakukan”. Disitu Aku langsung pergi
menuju lantai bawah dan Aku bertemu dengan Sheila secara kebetulan.

Hey Sheila, Aku memiliki sesuatu yang harus aku beritahu padamu
sekarang” sambil mengajak Dia berjalan ke Taman terdekat.

“Kamu mau membicarakan apa sekarang? “ucapnya,“ini sesuatu yang


harusnya kuberi tahu padamu sejak dulu “ kataku dengan wajah memerah. “AKU
SEBENARNYA SUDAH LAMA MENYUKAIMU DAN SEKARANG SEBELUM DUNIA
BERAKHIR, AKU MENYATAKAN PERASAAN INI PADAMU!“ dengan keberanian
yang dipaksakan akhirnya aku mengucapkannya, tapi Dia membalasku dengan
kata-kata yang agak menusuk di dada.

“Maaf Dean, Aku tak tahu apa yang harus kukatakan tapi aku akan
memberitahumu satu hal bahwa Aku tak bisa membalas perasaanmu karena Aku
telah memiliki seseorang yang Aku cintai”

59

“yah sudah kuduga,tapi yang penting sekarang aku telah menyatakan


perasaanku padamu jadi Aku merasa ada kebebasan dalam diri”. disitu Aku pergi
dan mengambil sepedaku untuk pulang kerumah. Sesampainya di rumah,Aku
menonton semua film, memainkan semua game yang kupunya, lalu tidur
sepuasnya.

Keesokannya Aku bangun dari tidur nyenyak ku yang sudah sangat lama
tak kurasakan, sepertinya sudah tiba waktu Bumi akan hancur jadi sebelum itu
Aku akan pergi suatu tempat yang jauh disaat momen-momen terakhirku. Aku
memacu sepedaku sampai Aku tersesat “Eh?, Dimana Aku sekarang?.Ya
sudahlah,ini akhir dari segalanya” lalu aku duduk sambil menatap gunung-
gunung yang menjulang tinggi.

“Sejak kapan hidupku jadi begitu hambar?, karena semua orang


melakukannya,jadi Aku bekerja keras juga, karena semua orang
melakukannya,jadi Aku terus berjuang. Yah itu semua tidak ada artinya sekarang,
mungkin Aku sudah agak bebas sekarang dan perjuanganku tidak terlalu sia-sia.
Kakek, Terimakasih atas segalanya, sepertinya Kita akan segera bertemu” dalam
hati.

Bagaikan mentari yang muncul dari ufuk timur, sang batu angkasa itu
meluncur dan jatuh menabrak paku bumi dihadapanku. “Kuharap Aku akan lebih
bebas lagi seperti saat ini” sambil menatap kehancuran Dunia. Tamat
Muhammad Fauzan Mugon

60

Takut

Pagi itu, ketika aku masih duduk dibangku SMP, aku sangat gelisah pada ujian
matematika yang akan diadakan, aku takut mendapat nilai yang rendah. Tetapi
aku tetap optimis karena aku telah belajar dahulu sebelum ujian, dan aku
menganggap ujian kali ini mudah, “Yaelah mtk doang mah gampangg, sekali kedip
juga selesai” Ujarku dengan bangga.

Lembar soal pun dibagikan dan aku mulai membaca soal tersebut, sontak aku
terkejut melihat soal-soal tersebut. “Busett ini soal susahnya udah kek ujian hidup
aja.” Ujarku sambil menggaruk kepala, rasa bingung menyelimutiku layaknya
orang yang hilang arah dan bingung untuk menentukan jalan. Aku mulai mencoba
mengerjakan soal nomor satu. Aku mulai menghitung langkah demi langkah, cara
demi cara, namun apa daya ‘walaupun telah berusaha, tapi realitanya aku tetap
tidak bisa’.

“Ishhh baru aja mulai nomer satu, tapi otak udah panas mau gosongg” Ujarku
sambil menggerutu. Namun tidak lama seseorang melempar gulungan kertas
kepadaku, aku membukanya dan, “Kertas apa nih, wawwww kunci jawaban!!!,
emang bener ya kata pepatah ‘Bila kesulitan memuncak, maka pertolongan akan
segera datang’ wakakakakak” Ujarku sambil tertawa.

Semuanya jadi berubah, hatiku menjadi senang, raut wajahku menandakan


kegembiraan yang tiada taranya. Aku lantas menyalin jawaban pada kertas
tersebut. Kemudian aku segera mengumpulkannya, lalu aku menghampiri Fadil.
“Dil makasih ye bantuannya” Ujarku dengan perasaan yang senang.

“Sama-sama dri” Ujar Fadil sambil tersenyum.

Waktu istirahat pun tiba, aku mengambil makananku di tas dan menghampiri
Fadil. Sambil makan, aku mulai mengobrol dengan Fadil mengenai ujian
matematika tadi, aku bertanya kepadanya dengan detail apa saja yang dia lakukan
jika terjebak di dalam kebingungan. Fadil hanya diam dan tersenyum, lantas aku
menepuknya “Dil gua serius bantuin gua, gua bingung harus ngapain. Gua suka
salah mulu buat ambil keputusan, jadi pliss lah serius”. Fadil hanya tertawa
mendengar ucapanku, aku yang menyaksikannya cukup kesal dan aku berfikir
ucapanku barusan seperti ocehan anak ingusan.

“Dri, kamu itu konyol banget kek anak kecil yang sering merengek hanya
karena hal sepele, hahahahaha” katanya sambil tertawa terbahak-bahak. Dia terus
menertawakanku dengan mulut yang penuh dengan makanan, dan alhasil dia pun
tersedak oleh makanannya sendiri.

“Uhuk uhuk uhuk!!, air mana sini air uhuk uhuk” katanya sambil tersedak dan
minum air.

61

“Hahahahaha makanya kalo makan tuh jangan sambil ketawa” ujarku sambil
tertawa.

“Ihh malah diketawain, ini serius drii” katanya sambil membentak.

“Iya gua juga serius, malah di ketawain” aku membalas dengan nada tinggi.

“Hehehe maaf” kata fadil sambil tersenyum.

Lalu aku membeberkan semuanya kepada Fadil, dan aku meminta solusi
kepadanya apa yang harus kulakukan disaat aku bingun dan takut dalam
menghadapi ujian. Karena aku adalah orang yang phobia dengan ujian, sejak SD
nilai ujian harianku sangat rendah, bahkan nilai Ujian Nasionalku sangatlah kecil.
Bahkan sampai saat ini pun aku sulit memecahkan masalahnya, padahal aku
telah belajar dengan bersungguh- sungguh. Aku ingin mengikuti les seperti orang
lain, namun orang tuaku tidak mampu membayarnya. Aku
bercerita dengan detail kepada Fadil, namun kali ini responnya berbeda. Dia
hanya diam tanpa ekspresi, dia hanya mengucapkan,

“Dri, kamu terlalu takut untuk memulai, kamu kebanyakan mikir, dan itulah yang
membuat kamu tidak bisa memulai sesuatu. Kamu harus hilangin rasa takut itu”
katanya dengan nada yang tegas.

Dia tidak pernah berkata seperti itu sebelumnya, walaupun dia adalah orang
yang bijak tetapi ini baru pertama kalinya dia berkata demikian. Aku mulai berfikir
apa yang dikatakannya, aku menyimpulkan sebab kebingungan itu adalah sebuah
ketakutan untuk memulai.

“Jadi begitu Dil, aku cuma takut ya” ujarku


“Yaps, kamu harus coba berani memulai Dri, teruslah mencoba” ujar Fadil dengan
lantang

“Baiklah gua bakal coba Dil” ujarku dengan semangat.

Akhirnya ada sedikit pencerahan dari semua ini, aku ingin mencoba untuk
lebih berani memulai. Dan aku yakin aku bisa melakukannya.

Keesokan harinya, aku menunggu temanku Fadil di sekolah. Namun hingga


jam 07.00 dia masih beum datang ke sekolah, padahal bel masuk telah berbunyi.
“Kemana nih si Fadil, lama bet dah padahal udah waktunya gerbang ditutup, mau
dihukum kali tuh anak” ujarku sambil menunggu. Datanglah guru yang akan
mengajar di jam pertama di kelas ini, sambil membuka buku absennya, beliau
mulai memanggil nama dan mengecek kehadiran di kelas ku. Namun nama Fadil
tidak disebut, lantas aku bertanya,

“Bu, Fadil belum dipanggil” ujarku.

“Nak, Fadil telah pindah sekolah jadi ibu tidak sebutkan namanya.” Ujar bu guru

62

Sontak saja aku terkejut mendengarnya, aku tidak percaya akan hal itu. Aku
pikir itu semua bohong, namun setelah aku tanyakan pada teman-teman kelas
ternyata dia memang benar-benar pindah sekolah. “Dil kenapa lu pindah, gua jadi
makin susah buat ngerjain ujian kalo ga ada lo Dil, aduhhh” ujarku di dalam hati.
Fadil yang merupakan teman sejatiku dan hanya dialah orang yang mau
membantuku, kini dia telah tiada, aku merasa kehilangan sosok penolongku saat
ujian. “Duh, gimana nih ga ada dia nilai gua pasti kecil, mampus dah gua”.

Sepertinya aku terlalu bergantung pada orang lain, aku menyadarinya


sekarang. Aku tidak bisa mengandalkan kemampuanku saat, sehingga hal yang
lumrah terjadi seperti itu. Dapat membuatku kalang kabut, bagaikan kehilangan
barang berharga. Menyadari hal itu aku langsung teringat kata-kata Fadil, aku
mulai termotivasi untuk berubah. Aku mulai mencari solusi demi solusi untuk
memecahkan masalah. Aku mulai belajar dengan giat, mulai konsisten, dan mulai
memanfaatkan waktuku dengan baik. Aku mulai bersiap untuk ujian di esok hari.

Keesokan harinya, aku mulai bersiap mengerjakan soal ujian. Lembar soal
pun dibagikan, dan aku mulai mengerjakannya. Saat pertama kali melihatnya aku
sedikit ragu dengan kemampuanku, namun aku tetap mencoba untuk
menyelesaikannya. Soal demi soal aku selesaikan, hingga aku menyelesaikan ujian
tersebut. Aku lega karena aku bisa melawan rasa takutku, aku mulai menunggu
guru memeriksa hasilnya.

Berjam-jam kemudian, guru memanggilku untuk maju kedepan,

“Adriena, maju kedepan” ujar bu guru.

“Baik bu” ujarku sambil berdiri.


“Ini nak kertas ujianmu, selamat kamu mendapat nilai seratus nak” ujar guruku
sambil tersenyum.

“Alhamdulilah, akhirnya nilai seratus pertamaku, selama ini aku belum pernah
dapat nilai sesempurna ini” ujarku dengan bahagia.

Untuk pertama kalinya aku berhasil dalam ujian, aku bangga karena ini hasil
murniku dan aku sangat bahagia. “Yess akhirnya gua dapet nilai seratus, kalo aja
Fadil ada disini, bakal gua tempelin kertas ini ke jidatnya hahahaha” ujarku
sambil tertawa bahagia. Aku terus memandangi hasil ujianku, aku mulai berfikir
jika saja dari dulu aku memulai, pasti setiap ujian akan mendapat nilai seratus.

Hingga akhirnya aku lulus dari bangku SMP, dan melanjutkan ke bangku
SMA. Di SMA muncul berbagai ketakukan yang baru, dari mulai bergaul,
pembelajaran, hingga ujian. Sontak saja rasa takutku mulai kambuh, akan tetapi
aku harus berani dan melawan rasa takut di jiwaku ini. Aku mulai berani
berinteraksi untuk menjalin relasi, berani mencoba untuk hal yang luar biasa, dan
berani memulai untuk menghasilkan suatu nilai.

63

Prinsip ini selalu kupegang, untuk memulai masa SMA ini menjadi lebih baik dan
lebih berarti. Karena masa SMA adalah masa yang paling indah untuk dijalani
bukan untuk ditakuti.

Muhammad Adriena Mukti


64

Tulisan Hitam

Angin Bertiup kencang menusuk tubuh, sosok hitam yang melekat


dibenakku, gelap gulita tak ada cahaya sedikitpun. Saat itu cuma suasana yang
mencekam yang ku rasakan. Suara tawa yang menjadi sunyi senyap, tetesan air
mata mengalir dengan rasa takut di tempat asing. Aku tersadar dalam hati aku
bertanya-tanya. Apa yang kulakukan di kamar mandi AWW tubuh ku sakit sekali
kenapaaa? Ah aku tadi habis dipukuli, bisa kena marah bunda nih hehehehe.

Kenalin nama aku Zaki seorang penguasa sekolah di SMA Langit Abu 2
masa kejayaan diriku 2 tahun yang lalu. Suasana di Pagi hari dimana jadwal
pelajaran yang paling membosankan. Tiba-tiba Gue melihat Rizky anak Cupu dan
miskin perusak suasana sekolah. Gue mendekat ke arah Rizky yang menunduk
ketakutan.

"Woi Babu sini lho mau kemana? beliin Gue roti lapar nih!! "

Hahaha, Gue punya seorang Kacung penurut yah lumayan buat bahan
hiburan. Gue nunggu Rizky lama banget kemana tuh bocah awas aja kalau
ketemu, Aneh kok kacung Gue ga ada di kantin sih. Gue cek ternyata Kacung Gue
lagi dipukulin di Kamar mandi sama anak anak lain. Woy kalian apain Kacung
Gue? Sialan Gue nunggu roti malah lu keasikan main sini lho. Gue mau cabut ke
kelas kalian lanjut aja pukulin. Rizky adalah anak buangan, anak yang dibully
satu sekolah. Awalnya anak anak ragu tapi mereka ga punya pilihan, mereka lebih
takut sama Gue. Di dalam kelas XII IPS 1 seperti biasa Rizky dibully Habis-
habisan. Pulang sekolah Gue kasih hukuman ke Rizky karena telat kasih Gue roti.

"Gimana rasanya dipukul? "

"Ampun zak aku salah selama ini tolong jangan jadikan aku anak buangan
aku mohon, tubuh ku sudah sakit aku setiap hari harus ke dokter apalagi aku
sekarang butuh bantuan mental kumohon hentikan" ucap Rizky dengan muka
memelas. Baju yang kotor dan luka lembam pun semakin memperparah
kondisinya.

"Zak tolong ampuni aku sekali ini saja"

Gue ga habis pikir bisa-bisanya anak kayak Rizky ngomong ga jelas dan
membuat Gue mengerutkan dahi. Maksud lho apa? minta ampun? Lho ga mikir
apa kesalahan lho Rizky hah? Ga habis pikir Gue punya kacung pembangkang.
Woi Rizky lho belum mati jadi jangan harap bisa lepas dari semua ini, Paham?
Dasar Kacung ga guna. Gue pulang meningalkan Rizky di belakang sekolah. 3
hari kemudian... Rizky sudah 2 hari Absen tidak masuk sekolah. Gue sama anak
anak cari pengganti Rizky dan ketemu namanya Adit.

"Dit mulai sekarang lho gantiin Rizky ya sebagai anak buangan kalau
Kacung Gue ga ada"

"Tapi zak Gue salah apa ya? "

65

"Pake nanya lagi, ya karena lho deket sama Rizky lah"

"Maksudnya apaan Zak"

"WOYY BANJINGAN HARUSNYA LHO NURUT AJA GA USAH BANYAK


NANYA PAHAM GA LHO? "

"...... "

Adit ketakutan melihat Zaki marah, Adit hanya bisa berharap semoga Rizky
bisa selalu hadir di sekolah. Tidak lama kemudian Gua lihat Rizky dengan tatapan
kosong, Gue ga peduli sama apa yang terjadi tapi hari ini sedikit aneh seperti ada
sesuatu yang di sembunyikan. Gue bawa Rizky ke kamar mandi untuk pertama
kalinya Gue heran sama Rizky kenapa diem aja. Woy Rizky lho kenapa? Kok ga
jawab mulai berani ya. Seharian Gue sama anak anak bully habis habisan Rizky.
Tidak ada perlawanan sama sekali sangat aneh seperti bukan Rizky yang
biasanya. Tanpa sadar Gue nemu surat di Tas Gue sadar ini tulisan Rizky .

Tulisan yang berisi catatan perasaan Rizky. Gue anggap semua itu bercanda
ternyata tiba tiba dari atap sekolah ada seseorang yang jatuh. Gue sadar itu
adalah Rizky dengan tubuh terkujur kaku penuh dengan darah semua orang
panik bagaimana ini bisa terjadi. Akhirnya Gue sadar akan catatan yang di
berikan Rizky. Hari itu adalah hari yang menakutkan sekolah diliburkan selama
seminggu dan polisi masih melakukan penyelidikan. Gue menyesal telah berbuat
buruk tapi kenapa Rizky harus bunuh diri. Semalam Gue membaca surat yang
Rizky berikan, berisikan rasa sakit dan keinginan untuk mati. Gue merenung dan
menangis sepanjang malam hingga tertidur. Keesokan harinya seorang polisi
datang ke rumah ku meminta keterangan. Polisi sudah tau apa yang terjadi
kepada Rizky Gue cuma bisa pasrah menerima kenyataan ini adalah balasannya
Gue harus menebusnya. Pada hari persidangan Gue di hukum penjara selama
beberapa tahun. Gue selama di penjara mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan yah Gue di bully di penjara semua orang tau atas perbuatan ku
satu sekolah menyalakan Gue, dan sekarang semuanya berbalik ke arah Gue.
Rizky seandainya Gue di berikan kesempatan Gue pengen banget minta maaf
sama lho, maaf ky udah bikin hidup lho hancur, maaf udah bikin lho menderita,
maaf Gue minta maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf Rizky. Gue tau semuanya
tidak akan bisa kembali sepertinya semula hanya saja Gue pengen sekali menebus
semuanya.

Beberapa tahun aku dipenjara dan sampai di hari kebebasan. Aku telah
melewati penderitaan di penjara sama halnya diriku dulu kepada Rizky. Aku
melanjutkan sekolah kuliah di bandung, tapi semua orang tau tentang perbuatan
ku mereka membenci diriku. Aku mendapatkan perlakuan khusus menjadi anak
buangan di kuliahan hahaha lucu bukan apakah ini yang disebutkan karma?
Rizky seandainya kamu masih hidup aku ingin sekali meminta maaf, aku
menyesal, aku yang dulu bodoh maafkan diriku. Aku memang anak nakal tapi aku
yang sekarang sudah berubah. Aku bercita-cita menjadi guru BK aku tidak ingin
ada pembully lagi di sekolah karena itu adalah impian mu dalam surat terakhir
bukan?.

66

Tunggu aku mewujudkan impian mu Rizky. Aku akan selalu berjuang menebus
kesalahan diriku.

Rafi Eka Riziqulloh


67

Anda mungkin juga menyukai