TINJAUAN
PUSTAKA
5
DIGGING
DUMPING
6
Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)
Gambar 2.2 Bagan Waktu Siklus Alat Gali Muat Sunward SWE600F
7
1. Waktu Menggali (Digging Time)
Waktu menggali yaitu lamanya durasi saat alat gali-muat mulai menggali
hingga mengangkat bucket dan siap untuk swing ke arah vessel (Rostiyanti, 2014).
2. Waktu Putar Muatan (Swing Load Time)
Waktu putar muatan yaitu lamanya durasi saat selesai menggali, kemudian
memutar (swing) bucket yang sedang bermuatan kea rah vessel sampai dengan
posisi siap untuk dumping (Rostiyanti, 2014).
3. Waktu Penumpahan (Dumping Time)
Dumping Time yaitu lamanya durasi bucket menumpahkan material ke dalam
vessel alat angkut hingga bucket kembali kosong dan siap untuk memutar bucket
ke arah titik penggalian (Rostiyanti, 2014).
4. Waktu Putar Kosongan (Swing Empty Time)
Waktu putar kosongan yaitu lamanya durasi bucket diputar kearah titik
penggalian hingga bucket siap menggali lagi. (Rostiyanti, 2104).
Menurut Nujum dkk (2015) cycle time alat gali-muat dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CTm = Bt + StF + Dt + Ste.................................................(2.1)
Keterangan :
Ctm = Cycle Time alat gali-muat, detik
BT = Waktu menggali material, detik
Stf = Waktu putar bucket terisi, detik
Dt = Waktu penumpahan muatan, detik
Ste = Waktu putar kosong, detik
8
2.1.3 Cycle Time Alat Angkut
Dumping Loading
Menurut Rostiyanti (2014), waktu siklus (cycle time) alat angkut terdiri
dari berapa unsur. Pertama adalah waktu muat atau loading time. waktu muat
merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk memuat material
kedalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat angkut tersebut. Nilai loading
time (LT) dapat ditentukan walaupun tergantung dari jenis material, ukuran unit
pengangkut, metode dalam pemuatan dan efisiensi alat.
Unsur kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT)/Travel load
(TL). Waktu angkut merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk
bergerak dari tempat pemuatan (front loading) ke tempat pembongkaran
(Disposal). Waktu angkut tergantung dari jarak angkut, kondisi jalan, tenaga alat,
dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan maka waktu yang
diperlukan untuk kembali itu disebut waktu kembali atau return time (RT)/Travel
empty (TE). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena
kendaraan dalam keadaan kosong (Rostiyanti, 2014).
Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)
Gambar 2.8 Aktifitas Travel Load dan Travel Empty Dump Truck
Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur
penting dari waktu siklus alat angkut. Waktu ini tergantung jenis material, jenis
alat dan metode yang dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian yang
terkecil dari waktu siklus (Rostiyanti, 2014).
Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)
Gambar 2.9 Aktifitas Dumping di disposal
Unsur terakhir adalah waktu yang digunakan alat untuk mengambil posisi
siap untuk dimuati saat di front loading atau siap untuk membongkar material saat
di disposal, waktu ini bisa disebut dengan spotting time, yang mana di dalamnya
juga sudah termasuk waktu yang diperlukan untuk bermanuver sebelum
melakukan spotting (Rostiyanti, 2014).
Menurut Rostiyanti, (2014) Cycle Time alat angkut dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CTh = LT + HT + STd + DT + RT + STf (2.2)
Keterangan :
CTh = Cycle Time alat angkut
LT = Hauling Time
STd = Spotting time diarea disposal
DT = Dumping Time
RT = Return time
STf = Spotting time diarea Front Loading
2.1.4 Match Factor Fleet Heterogen
Ketika kondisi suatu fleet terdiri dari 1 jenis alat angkut dan 1 jenis alat
gali-muat maka fleet tersebut bersifat homogen. Namun dalam operasinya,
aktivitas fleet-fleet tersebut bisa menjadi tidak homogen dikarenakan minimnya
biaya pembelian alat mekanis untuk produktivitas atau penambahan alat mekanis
yang yang tidak terencana yang menuntut penambahan alat gali-muat dan alat
angkut (truk) yang bisa jadi berbeda jenis dan atau kapasitasnya. Christina N.
Burt dan Louis Caccetta (2017) mengusulkan cara baru untuk menentukan
match factor jika kondisi fleet bersifat heterogen, yaitu:
a) menyajikan dua acara untuk menentukan match factor ketika truk adalah
heterogen,
b) menyajikan sebuah metode baru untuk menetukan match factor ketika
pemuatan adalah heterogen, dan
c) menyajikan sebuah metode baru untuk menetukan match factor apabila truk
dan alat gali-muat adalah heterogen.
Keterangan :
MF = Match Factor
Number of trucks = Jumlah total truck dalam fleet
LCM = Loss Cubic Meter
Loaders j = louders tipe j
Unique loading times = LCM × Unique loading times j
Unique loading times j = Cycle time louder type j × jumlah passing
Truck cycle time = Waktu siklus alat angkut