Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Match Factor Heterogen


2.1.1 Cycle Time
Menurut Rostiyanti (2014), siklus kerja dalam pemindahan material
merupakan kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama di dalam kegiatan
tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan dan
kembali ke kegiatan awal.
Di dalam kegiatan produksi terdapat dua cycle time, yaitu cycle time alat
gali-muat dan alat angkut dimana dua komponen ini memiliki ketergantungan satu
sama lain, karena dua alat inilah yang bekerja sama dalam kegiatan produksi.
Cycle time alat gali-muat tergantung pada alat angkut yang akan dimuati material
oleh alat gali-muat sehingga lambat dan cepatnya pergerakan dari alat angkut
sangat berpengaruh terhadap cycle time alat gali-muat. Begitupun sebaliknya,
cycle time alat angkut juga memiliki ketergantungan terhadap alat gali-muat,
karena lambat dan cepatnya pergerakan alat gali-muat akan sangat berpengaruh
terhadap durasi proses Loading/Serving yang merupakan salah satu komponen
yang ada di dalam cycle time alat angkut. (Rostiyanti, 2014).

2.1.2 Cycle Time Alat Gali-Muat


Cycle time alat gali-muat yaitu waktu alat gali-muat ketika mengisi vessel
dari alat angkut, dengan rincian kegiatan yaitu waktu menggali, waktu putar
bucket terisi, waktu menumpahkan muatan, dan waktu putar bucket kosong
(Rostiyanti, 2014).

5
DIGGING

SWING EMPTY SWING LOAD

DUMPING

Sumber : (Rostiyanti, 2014)

Gambar 2.1 Bagan Cycle Time Alat Gali-Muat

Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)


Gambar 2.2 Bagan Waktu Siklus Alat Gali Muat Komatsu PC400

6
Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)
Gambar 2.2 Bagan Waktu Siklus Alat Gali Muat Sunward SWE600F

Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)


Gambar 2.2 Bagan Waktu Siklus Alat Gali Muat Komatsu PC300

7
1. Waktu Menggali (Digging Time)
Waktu menggali yaitu lamanya durasi saat alat gali-muat mulai menggali
hingga mengangkat bucket dan siap untuk swing ke arah vessel (Rostiyanti, 2014).
2. Waktu Putar Muatan (Swing Load Time)
Waktu putar muatan yaitu lamanya durasi saat selesai menggali, kemudian
memutar (swing) bucket yang sedang bermuatan kea rah vessel sampai dengan
posisi siap untuk dumping (Rostiyanti, 2014).
3. Waktu Penumpahan (Dumping Time)
Dumping Time yaitu lamanya durasi bucket menumpahkan material ke dalam
vessel alat angkut hingga bucket kembali kosong dan siap untuk memutar bucket
ke arah titik penggalian (Rostiyanti, 2014).
4. Waktu Putar Kosongan (Swing Empty Time)
Waktu putar kosongan yaitu lamanya durasi bucket diputar kearah titik
penggalian hingga bucket siap menggali lagi. (Rostiyanti, 2104).
Menurut Nujum dkk (2015) cycle time alat gali-muat dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CTm = Bt + StF + Dt + Ste.................................................(2.1)
Keterangan :
Ctm = Cycle Time alat gali-muat, detik
BT = Waktu menggali material, detik
Stf = Waktu putar bucket terisi, detik
Dt = Waktu penumpahan muatan, detik
Ste = Waktu putar kosong, detik

8
2.1.3 Cycle Time Alat Angkut

Travel Empty Spotting in front

Dumping Loading

Spotting in Dissposal Travel Load

Sumber : (Rostiyanti, 2014)


Gambar 2.6 Bagan Cycle Time Alat Angkut

Menurut Rostiyanti (2014), waktu siklus (cycle time) alat angkut terdiri
dari berapa unsur. Pertama adalah waktu muat atau loading time. waktu muat
merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk memuat material
kedalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat angkut tersebut. Nilai loading
time (LT) dapat ditentukan walaupun tergantung dari jenis material, ukuran unit
pengangkut, metode dalam pemuatan dan efisiensi alat.

Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)


Gambar 2.7 Aktifitas Loading Time Sunward SWE600F dan Komatsu PC300
Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)
Gambar 2.7 Aktifitas Loading Time Komatsu PC400LC

Unsur kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT)/Travel load
(TL). Waktu angkut merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk
bergerak dari tempat pemuatan (front loading) ke tempat pembongkaran
(Disposal). Waktu angkut tergantung dari jarak angkut, kondisi jalan, tenaga alat,
dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan maka waktu yang
diperlukan untuk kembali itu disebut waktu kembali atau return time (RT)/Travel
empty (TE). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena
kendaraan dalam keadaan kosong (Rostiyanti, 2014).
Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)
Gambar 2.8 Aktifitas Travel Load dan Travel Empty Dump Truck
Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur
penting dari waktu siklus alat angkut. Waktu ini tergantung jenis material, jenis

alat dan metode yang dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian yang
terkecil dari waktu siklus (Rostiyanti, 2014).
Sumber : (CV. Makmur Bersama, 2022)
Gambar 2.9 Aktifitas Dumping di disposal

Unsur terakhir adalah waktu yang digunakan alat untuk mengambil posisi
siap untuk dimuati saat di front loading atau siap untuk membongkar material saat
di disposal, waktu ini bisa disebut dengan spotting time, yang mana di dalamnya
juga sudah termasuk waktu yang diperlukan untuk bermanuver sebelum
melakukan spotting (Rostiyanti, 2014).
Menurut Rostiyanti, (2014) Cycle Time alat angkut dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CTh = LT + HT + STd + DT + RT + STf (2.2)
Keterangan :
CTh = Cycle Time alat angkut
LT = Hauling Time
STd = Spotting time diarea disposal
DT = Dumping Time
RT = Return time
STf = Spotting time diarea Front Loading
2.1.4 Match Factor Fleet Heterogen
Ketika kondisi suatu fleet terdiri dari 1 jenis alat angkut dan 1 jenis alat
gali-muat maka fleet tersebut bersifat homogen. Namun dalam operasinya,
aktivitas fleet-fleet tersebut bisa menjadi tidak homogen dikarenakan minimnya
biaya pembelian alat mekanis untuk produktivitas atau penambahan alat mekanis
yang yang tidak terencana yang menuntut penambahan alat gali-muat dan alat
angkut (truk) yang bisa jadi berbeda jenis dan atau kapasitasnya. Christina N.
Burt dan Louis Caccetta (2017) mengusulkan cara baru untuk menentukan
match factor jika kondisi fleet bersifat heterogen, yaitu:
a) menyajikan dua acara untuk menentukan match factor ketika truk adalah
heterogen,
b) menyajikan sebuah metode baru untuk menetukan match factor ketika
pemuatan adalah heterogen, dan
c) menyajikan sebuah metode baru untuk menetukan match factor apabila truk
dan alat gali-muat adalah heterogen.

sumber: Chaowasakoo, dkk (2017)


Gambar 1. Ilustrasi Fleet Heterogen
Fleet dalam penelitian ini menggunakan kondisi dimana dalam suatu fleet
memiliki lebih dari satu jenis alat gali-muat namun melayani truk yang seragam.
Waktu yang dibutuhkan untuk memuat truk mungkin berbeda untuk berbagai jenis
alat muat. Tingkat layanan pemuatan adalah jumlah truk yang dilayani dalam
jangka waktu tertentu. Match factor (MF) pada fleet yang heterogen hanya pada
alat gali-
muat saja
dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut C.N.Burt and L.Caccett (2017) :

Keterangan :
MF = Match Factor
Number of trucks = Jumlah total truck dalam fleet
LCM = Loss Cubic Meter
Loaders j = louders tipe j
Unique loading times = LCM × Unique loading times j
Unique loading times j = Cycle time louder type j × jumlah passing
Truck cycle time = Waktu siklus alat angkut

Anda mungkin juga menyukai