Transkrip & Coding Wawancara Skripsi - Nisrina Rienjani
Transkrip & Coding Wawancara Skripsi - Nisrina Rienjani
DATA INFORMAN 1
Nama : Bambang Santoso
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaaan : Ketua Umum Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI)
Tanggal Wawancara : 15 Juni 2022
Tempat Wawancara : Plaza Indonesia
DATA INFORMAN 1I
Nama : Tri Andri
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaaan : Komisioner Insfrastruktur & Perizinan KPI Daerah DKI Jakarta
Tanggal Wawancara : 20 Juni 2022
Tempat Wawancara : Zoom Meeting
Interpretasi
Peneliti Mohon maaf Pak, kebetulan saya juga masih
baru mengetahui mengenai Asosiasi Televisi
Siaran Digital Indonesia, boleh tolong jelaskan
secara singkat mengenai ATSDI?
Narasumber Dibentuk 10 Januari 2015, Latar belakang
pembentukan untuk mendoroang agar ada
kepastian bisnis bagi televisi digital, pada saat
itu belum adanya legislasi primer atau UU dan
jika di kerucutkan pada UU Penyiaran yang
sampai saat itu belum selesai direvisi. Upaya
terus untuk menggabungkan diri beberapa
televisi yang sudah memiliki Izin Penyiaran
oleh pemerintah menjadi legal. Alhamdulillah
2016 dilakukan uji coba siaran. Sambil
menunggu revisi UU Penyiaran, bersyukur
dengan adanya UU Cipta Kerja yang baru
disahkan kemarin, pada Tahun 2020 UU Cipta
Kerja pada pasal 60 A (Cluster Penyiaran) yang
disitu dijadikan legilasi primer bahwa era Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Teknologi
televisi digital sudah mulai diproses di
Indonesia, kemudian semakin diperkuat dengan terhadap Regulasi
Peraturan Menteri No 11 Tahun 2021 mengenai Penyiaran.
Informan juga
mendukung untuk
disegerakannya
rancangan Undang-
Undang Penyiaran
diselesaikan agar
lembaga penyiaran
ada pada posisi
same playing atau
posisi yang imbang.
Hal ini bertujuan
dengan Undang-
Undang yang
berfungsi untuk
melindungi lembaga
penyiaran.
Televisi Informan I Informan II yang Informan III
Lokal & memberikan berasal dari memberikan
Televisi pandangan regulator padangan
Lokal Daerah mengenai kota menyampaikan mengenai televisi
DKI Jakarta Jakarta yang bahwa kondisi lokal Indonesia
dikegorikan sebagai penyiaran lokal bahwa harus bisa
kota urban sehingga DKI Jakarta saat menyesuaikan
berbagai latar ini baik baik dengan kondisi
belakang berada di saja. Alasan digitalisasi saat
Ibu Kota, Informan II ini karena
kecenderungan menyampaikan penyiaran juga
untuk dapat hal tersebut semakin maju
membuat konten dikarenakan dan era
lokal DKI Jakarta kondisi konvergensi
lebih mudah. penyiaran DKI semakin
Jakarta sudah mendorong
Local wisdom atau terpenuhi dari untuk penyiaran
kearifan lokal yang aspek berita yang dapat maju
perlu ditegaskan di tayangkan. bersama dengan
karna ada dialam digitalisasi
Namun terdapat
Namun permasalahan
permasalahannya pada aspek
belum ada yang budaya yang
dapat memberikan kurang
pengaruh untuk ditampilkan oleh
memproduksi lembaga
kembali konten penyiaran lokal,
yang khas akan DKI kesenian daerah,
Jakarta seperti Doel kuliner daerah
Anak Sekolah dan dan budaya DKI
Lenong Betawi. Jakarta tidak
digambarkan
Sehingga anak lebih banyak.
mudah lebih Hal tersebut
cenderung menjadi
mengkonsumsi tantangan dari
budaya asing dan penyiaran lokal
menerima budaya DKI Jakarta
asing.
Selective Coding
Seluruh Informan menyampaikan kondisi penyiaran Indonesia terkini, dengan berbagai sudut
pandang yang berbeda. Terlihat dari Informan I menyampaikan beberapa permasalahan
penyiaran saat ini yang digambarkan bukan hanya dari aspek penyiarannya saja namun juga dari
regulasi serta kondisi saat ini dengan kondisi yang tidak sedang baik-baik saja karna adanya new
media menjadikan penyiaran mendapatkan gempuran untuk mensegerakan melakukan
digitalisasi dan peralihan untuk menggunakan multiplatform serta menyampaikan
kegelisahannya terhadap Undang-Undang yang belum kunjung di selesaikan untuk dapat
mengatur seluruh penyelenggaraan penyiaran dan dorongan digitalisasi.
Informan I menyapaikan bahwa kondisi penyiaran saat ini baik-baik saja tanpa ada masalah
sama sekali. Namun hal tersebut sangat berbeda dengan Informan I & Informan II yang
menyampaikan permasalah mengenai digitalisasi dan Undang-Undang Penyiaran yang masih
dalam tahap revisi yang tak kunjung selesai.
Kesamaan dari Informan II & Informan III menyampaikan mengenai situasi terkini penyiaran
yang sedang dalam masa peralihan dari analog pada digital dalam bentuk Analog Switch Off.
Ketiga Informan menjelaskan kondisi penyiaran yang berbeda dari berbagai sudut pandang yakni
pada Informan I selaku Asosiasi Televisi Lokal Indonesia yang menjelaskan berbagai
permasalahan penyiaran di Indonesia, kemudian Informan II selaku KPI Daerah DKI Jakarta
yang menjelaskan kondisi penyiaran Indonesia sedang baik-baik saja dan tidak ada masalah sama
sekali membuat hal ini menjadi seperti tidak melihat secara luas kondisi penyiaran di Indonesia
saat ini, dan Informan III selaku Asosiasi Televisi Siaran Digital Indonesia menyampaikan
kegembiaraanya karna kebijakan mengenai migrasi analog menjadi digital sudah mendapatkan
dukungan dari pemerintah dan Undang-Undang Cipta Kerja.
Pada bagian televisi lokal DKI Jakarta, Informan I menyampaikan seharusnya penyiaran lokal
DKI Jakarta bisa membuat konten tanpa masalah karena kota Jakarta merupakan kota serapan
atau urban city. Akan tetapi permasalahan yang dihadapi oleh konten penyiaran DKI Jakarta
bahwa belum ada yang dapat melanjutkan konten budaya Jakarta yang kental. Sama halnya
dengan pandangan yang disampaikan oleh Informan II bahwa saat ini menjadi tantangan besar
untuk penyiaran lokal DKI Jakarta untuk dapat memproduksi konten budaya agar tidak
cenderung mengkonsumsi tayangan budaya asing.
Selective Coding
Informan I memberikan pertanyaan bahwa masih terdapat PR penyiaran Indonesia yang belum
tuntas dan tercapai, karena masih terjadi diskriminasi dari penyiaran berjaringan nasional pada
televisi lokal, dukungan dari pemerintah pun belum sepenuhnya didapatkan oleh televisi lokal,
karena sebaiknya penyiaran lokal mendapatkan dukungan dan perlindungan dari demokratisasi
penyiaran baik secara hukum atau stakeholder terkait.
Informan II menyampaikan hal yang berbeda dengan Informan I, karena anggapan demokratisasi
penyiaran saat ini sudah berjalan dengan baik dan mencukupi asalkan tetap berkaidah sesuai
P3SPS. Sedikit berbeda menurut padangan dari Informan III yakni menyampaikan bahwa
penyiaran demokratisasi berjalan dengan bantuan dari Analog Switch Off yang berjalan untuk
menghapuskan daerah yang tidak terbaca oleh penyiaran analog sehingga masyarakat daerah
mendapatkan tayangan televisi yang serupa dengan membantu ekonomi kreatif daerah setempat.
Pada bagian diversity of content, Informan I memiliki pendapat bahwa Jakarta merupakan pusat
bisnis yang membuat perkembangan kepemilikannya sangat pesat, sedangkan Informan II
menyampaikan bahwa kepemilikan media di Jakarta sudah tersebar dengan baik tanpa
memberikan keterangan apapun,. Kemudian Informan III berpendapat bahwa kepemilikan media
itu menjadi isu yang seksis sehingga harapannya untuk bisa lebih konsisten dalam kepemilikan
medianya.
Selective Coding
Seluruh Informan menyampaikan hal yang serupa atas bentuk pasar penyiaran Indonesia yang
terindikasi melakukan monopoli kepemilikan, namun Informan I memberikan contoh yang
menjadi bukti pendukung bahwa lembaga penyiaran seperti SCTV yang sebelumnya berlokasi di
Surabaya sekarang berpindah berada di Ibu Kota, hal ini masuk pada dimensi diversifikasi usaha
karena upaya pelebaran penyiaran ini juga berdampak pada lokasi penyiaran yang berubah dan
tidak lagi di daerah. Kemudian Informan I memberikan keterangan mengenai monopoli
kepemilikan didasar oleh ego yang dimiliki oleh pemilik media dalam melihat nilai ekonomi atau
bisnis yang menguntungkan.
Kemudian Informan II memberikan dua pendapat yang bertentangan, pada satu sisi Informan
selaku regulator memang setuju bahwa tidak diperkenankannya lembaga penyiaran melakukan
monopoli kepemilikan dan mengatakan bahwa di Indonesia tidak terindikasi melakukan
monopoli. Namun pendapat selanjutnya Informan menyampaikan bahwa Indonesia sedikit
terindikasi melakukan monopoli karena walau di satu grup namun terdapat pembagian peran dari
saham kepemilikan media. Serta ekonomi politik media sangat perpengaruh sehingga masyakat
lebih mengetahui mengenai politik yang ditayangkan oleh media dibandingkan dengan tayangan
lain.
Informan III memberikan pendapat bahwa, memang media penyiaran di Indonesia melihat hal
yang matrialistik bisnis karena media merupakan peluang usaha yang besar, sering kali media
lupa dengan idealisme yang mereka anut. Yang menyebabkan keberagaman kepemilikan ini tidak
secara natural terjadi namun terdapat pembagia peran dalam kepemilikannya dan berdampak
pada konten.
Selective Coding
Informan I, II dan III memberikan tanggapan yang berbeda mengenai regulasi yang mengatur
penyelenggaraan penyiaran Indonesia Informan I memberikan tanggapan mengenai regulasi
penyiaran yang belum siap pada bentuk tranformasi digital terestrial dan juga kehadiran new
media dan didalam P3SPS juga belum mengatur mengenai penyiaran berbasis digital sehingga
Informan mendesak untuk racangan Undang-Undang Penyiaran segera di sahkan dan pada
terdapat berpihak kepada TV lokal itu sendiri, kepada Pemerintah Daerah yang tidak membela
TV lokal daerahnya. Karena terdapat kepentingan-kepentingan tertentu. Pemerintah daerah nya
yang seharusnya melindungi TV lokal daerahnya. Tujuan hal tersebut adalah untuk support
daerahnya seperti memberikan aset daerah, pajak daerah atau penghasilan daerah.
Tanggapan yang diberikan oleh Informan II regulasi penyiaran kondisi terkini dari adanya e-
penyiaran yang memberikan dampak baik dan juga berlakunya KPID pada ULO (Uji Layak
Operasi) berhak memberikan evaluasi akhir tahun. Untuk aturan tetap KPID hanya mengatur
program dan konten siarannya saja dan menyampaikan definsi penyiaran lokal yang ada P3SPS
pasal 6, siaran lokal dalam sistem stasiun jaringan. Lembaga penyiaran berjaringan wajib
menyiarkan program lokal dan di pasal tersebut secara lengkap hanya menyebutkan 10% konten
lokal dan tidak ada kategori secara spesifik mengenai konten lokal karena khawatir memberatkan
lembaga penyiaran.
Berbeda dengan kedua Informan I & II, pada Informan III menyampaikan secara detail mengenai
Undang-Undang Cipta Kerja regulasi yang pasti melihat legalitas yang menaungi proses
peralihan televisi analog ke televisi digital karena revisi Undang-Undang Penyiaran yang sampai
sekarang juga belum selesai.UU Ciptaker hubungan dengan industri dan asosiasi sudah satu
paham atau visi bahwa memang ini harus segera dilakukan, sebenernya sampai hari ini tidak ada
isu yang berbeda.