Anda di halaman 1dari 63

INSTRUMEN PENELITIAN

“Problematika Demokratisasi Penyiaran”

TEORI KONSEP DIMENSI INDIKATOR TURUNAN


Ekonomi Evaluasi Struktur a. Diversifikasi Perluasan a) Bentuk Pasar
Media Pasar Industri Tayangan & Jangkauan Penyiaran Lokal
Media Usaha Siaran dan
Albarran, dalam Pasar
Usman Ks, 2009)
b) Digitalisasi
Media Permasalahan b. Konsentrasi Monopoli a) Afiliasi Media
Penyiaran Penyiaran Pasar
Indonesia Indonesia
b) Kepemilikan
c) Konten
d) Hilang Keberagaman
e) Persaingan Pasar
c. Pengaruh Relasi Kuasa a) Kebijakan/Peraturan
Regulasi Media
b) Kepemilikan
c) Produksi Konten
d) Dukungan Pemerintah
e) Dukungan Regulator
f) Peraturan Penyiaran
Lokal
d. Pengaruh Perkembangan a) Digitalisasi Penyiaran
Teknologi pada Industri Media Indonesia
Industri Media
b) Transformasi Era
Penyiaran terbaru
Demokratisasi a. Diversity of Televisi Lokal a) Representasi Konten
Penyiaran Content & DKI Jakarta Lokal DKI Jakarta
Diversity of
Ownership
b) Definisi & Aturan
Muatan Konten Lokal
c) Kondisi Terkini
Konten Lokal DKI
Jakarta
Regulasi Penyiaran a. UU Penyiaran KPI & KPID a) Fungsional KPI &
KPID
Stasiun a) Wilayah Jangkauan
Penyiaran Siaran TV Lokal
Lokal
b. P3SPS Stasiun a) TV Lokal Berjaringan
Televisi
Berjaringan
b) Persentasi Konten
Lokal
TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN I

DATA INFORMAN 1
Nama : Bambang Santoso
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaaan : Ketua Umum Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI)
Tanggal Wawancara : 15 Juni 2022
Tempat Wawancara : Plaza Indonesia

Kata Kunci (Temuan)


Peneliti Boleh Bapak silahkan untuk perkenalan diri?
Narasumbe Nama saya Bambang Santoso, sering dipanggil
r Santoso. Saya di TV lokal me running Cahaya
Televisi Indonesia, CTV Banten.
Peneliti Boleh sedikit memaparkan Pak mengenai
sejarah singkat Asosiasi Televisi Lokal
Indonesia?
Narasumbe Berawal dari membantu TV lokal diluar Jakarta, Permasalahan Penyiaran:
r untuk mendapatkan perizinan karena sulit 1. Pengaruh Relasi Kuasa
dari regulasi
dibagian daerah, kendala mendapatkan
penyiaran.
diskriminasi dari pemerintahan dan televisi
nasional yang sudah besar memiliki privillage
sendiri. Contohnya seperti saat Evaluasi Dengar
Pendapat, sangat sulit bagi televisi lokal
Indonesia bisa mendapatkan izin dan pernah
satu waktu salah satu televisi lokal sudah
lengkap dari ISR, Evaluasi Dengar Pendapat
tapi saat tahap akhir untuk mendapatkan IPPnya
malah dibatalkan. Maka dari itu Asosiasi
Televisi Lokal Indonesia membantu teman-
teman Televisi Lokal terutama di daerah untuk
mendapatkan izin siarannya.
Peneliti Menurut Bapak, penyiaran Indonesia saat ini tuh
gimana sih Pak? Pandangan Bapak sendiri.
Mungkin Bapak, bisa dari sudut pandang ketua
ATVLI saat ini, pandangan Bapak pada
penyiaran saat ini baik lokal, swasta, dan lain-
lainnya. Gimana sih dinamika dari penyiaran
Indonesia pada saat ini?
Narasumbe Dari sudut mana dulu? Permasalahan Penyiaran:
r Kalo liat secara umum keseluruhannya ya. 1. Pengaruh Teknologi
(media baru) pada
Karena dinamika penyiaran saat ini semakin
Industri Penyiaran
apa, semakin kompleks. Karena situasi ini kita Indonesia.
sudah menghadapi media baru, yakan? Dari 2. Pandangan masyarakat
terhadap penyiaran
medsos dan lain-lain sama kelompok-kelompok
secara konvensional
nya. Rasanya tuh media televisi tuh akan apa, dan digital.
mati gitu. Padahal pandangan itu, ada yang miss 3. Pengaruh Teknologi
menjadikan Kondisi
kalo saya ngomong. Apa sih sebetulnya
penyiaran saat ini yang
penyiaran gitu. Banyak orang berfikir penyiaran akan sunset atau akan
dari satu sisi kelompok yang berfikiran bahwa mati.
ini broadcast secara konvensional, penyiaran 4. Pengaruh Teknologi
terhadap Regulasi
secara konvensional, yakan? yang belum siap pada
Apalagi dengan TV analog kan, memang pada new media & era
kenyataaanya TV analog sudah migrasi menjadi transformasi digital.
5. Diskriminasi
TV digital. Pertanyaan saya begini, kalo
disebabkan oleh
dikatakan penyiaran itu akan mati atau sunset, Undang-Undang/Regu
saya ngomong kalo penyiarannya itu digital dan lasi yang belum
selesai.
multiplatform harusnya tidak. Yang sunset
6. Belum ada
itukan penyiaran TV secara analog, dan perlindungan dari
sekarang sudah digital. Digital itukan tidak UU/payung hukum
untuk penyiaran saat
terbatas dengan title terestrial, nah ini banyak
ini.
orang yang tidak mengupas kesana gitu. Toh
penyiaran digital tuh banyak, bisa sebagai
multiplatform, bisa jadi TV terestrial bisa, dia
satelit bisa, internet bisa, TV kabel bisa.
Sebetulnya yang perlu dipikirkan jutru sekarang
inilah, penyiaran ini pada posisi sesungguhnya
gitu. Kalo dulukan sepotong-sepotong, yakan?
Yang TV terestrial sendiri, TV satelit sendiri,
internet sendiri dan itu banyak memakan biaya
besar. Tapi kalo sekarang dikonvergensikan
penyiaran ini menjadi satu yang luarnya menjadi
multiplatform harusnya lebih efisien dan lebih
baik, yakan?
Khususnya TV yang ada sekarang ber
transformasi saja, tinggal di. Masalahnya kita
berhadapan dengan satu regulasi yang belum
siap, sementara kita mau bertransformasi secara
digital keseluruhannya dalam arti bukan hanya
digital terestrial loh, bagaimana dengan digital
kita, siaran kita diterima di kabel, di satelit apa
di internet, apalagi kalo udah di gadget kita.
Sementara ada model penyiaran lain yang
dikatakan new media itu yang tidak ada konsep
peraturannya dalam regulasi penyiaran yang
ada. Mereka tidak diatur dengan P3SPS, mereka
bersiaran sembarangan boleh, menyebarkan
berita hoax juga gaada masalah, pornografi itu
heboh-hebohan. Itu kita gabisa, artinya kita ada
KPID ada KPI ada Undang-Undang ITE,
mereka lolos ini yang menjadi masalah.
Makanya kenapa saya mendorong Rancangan
Undang-Undang Penyiaran secepetnya di
selesaikan, karena masalahnya disitu, kita tidak
ada pada kondisi same playing, kita tidak pada
satu ranah apa yang sama. Kita ada disatu
lapangan yang dikasih pagernya banyak gitu, ya
kalo salah ditegor, ini gaboleh itu gaboleh,
kemben ga boleh, kan gitu? Sementara ada
sekian banyak apa, orang yang mengatakan itu
penyiaran. Padahal tidak sesungguhnya
penyiaran itu sendiri, walaupun ada yang
namanya broadcasting di Youtube nya, di
Instagram, di Twitter dan saya baca Twitter loh
ada orang bisa ngomong kasar, se enak-enaknya
aja gaada masalah.
Kita kalo di TV-TV, kalo penyiaran nya itu
ngomong bermasalah. Waduh, abis. Kalau ada
satu program yang mengingggung langsung di
banned, yang menjelek-jelek orang bahkan ada
yang menjelek-jelekan pejabat, presiden itu
gaada masalah.
Tidak ada regulasi, pengaturannya, itulah yang
menjadi masalah kita sekarang itu ada di dua
sisi berbeda yang tidak equal, tidak balance.
Nah ini lah memang harus di benerin, supaya
penyiaran itu tetep berlangsung tadi saya
katakan itu. Apakah TV akan mati gitu? Engga.
Bertransformasikan? Menjadi tadi loh, kalo
siaran kita ada di Youtube, kalo kita? Harus
berizin loh, harus mempunyai izin penyiaran
dan bayar IPP, kalo mereka? Yakan engga.
Mereka cuman modal HP sm Internet aja.
Izinnya regulasinya tadi saya sampaikan untuk
ngurusnya itu dari IDP, FRD, panjang sekali
urusnya melewati beberapa diskriminasi
permasalahan yang ada, perjuangan besar-
besaran.
Nah harusnya regulasi seperti yang diamatkan
Undang-Undang seterusnya dapat melindungi
penyiaran ini, yakan? Karna ini bukan hal yang
baru, ini hanya untuk mengembangkan
transformasinya itu loh, yang harus betul-betul
apa di perhatikan lalu dilindungi.
Dilindungi secara Undang-Undang dan
dilindungi secara investasi, makanya akan tetap
tumbuh agar bisa substain¸konsisten.
Tapi kalo tidak dilindungi, yang lainnya di
cecer, bahkan ada beberapa yang model-model
siaran yang di medsos menyerang kita abis-
abisan, gaada masalah. Coba kalo kita katain
mereka? Di bully abis.
Peneliti Berati kalo penyiaran menurut Bapak sendiri,
yang karna era konvergensi sekarang atau era
semakin maju. Karna ada new media, itu juga
termasuk hal yang bikin apa ya? Penyiaran kita
yang sudah eksis sebelumnya agak sedikit ter,
bahkan lebih banyak terdorong untuk lebih
berubah dan bahkan malah jadi lebih, kalo saya
liatnya penyiaran kita secara konvensional ini
agak kalo saya bilang tergerus sama media yang
sekarang salah ga Pak?
Narasumbe Ohiya! Kalo kamu berjalan seperti yang ada Permasalahan Penyiaran:
r konvensional ya akan tergerus, kalo media mu 1. Pengaruh Teknologi,
Tantangan
itu bertransformasi seperti yang dilakukan transformasi Media
online Kompas, RCTI dengan MNCnya, SCTV Penyiaran
konvensional menuju
dengan FTM grupnya, yakan? Dan kemudian
online pada media
juga menjadi convert dengan media-media penyiaran .
lainnya dan dengan new media nah yang lain
oke. Tapi memang menjadi tantangan buat yang
masih dikonvensional dan sedang
bertransformasi mengarah kesana, perlu effort
yang besar.
Peneliti Berlanjut ya Pak, kepertanyaan selanjutnya.
Tadikan kata Bapak sendiri, media-media yang
saya dengar seperti media Kompas tadi, untuk
media lokal sendiri. Apakah sekarang sudah ada
arah menuju era konvergensi tadi?
Narasumbe Saya ralat tadi, jangan disebut TV nasional. Permasalahan Penyiaran:
r Kenapa? Karena Undang-Undangnya masih 1. Definisi/Penjelasan
mengenai Televisi
berlaku bahwa tidak ada TV Nasional kecuali
Lokal & Televisi
TVRI sebagai TV publik. TV Lokal yang Nasional.
bersiaran berjaringan dan siarannya di siarkan 2. Pengaruh Regulasi,
Regulator Penyiaran
secara nasional. Jadi TV Lokal bersiaran secara
masih kesulitan untuk
berjaringan dan disiarkan secara nasional. membedakan antara
Di Indonesia ada TV Lokal tidak ada TV Televisi Lokal &
Televisi Nasional,
Nasional, secara Undang-Undang Penyiaran. Ini
menjadi permasalahan
sering kali masih salah, baik secara KPID, Fungsional Regulator.
KPInya, KOMINFOnya masih menyebut TV
Nasional kan tidak sesuai dengan regulasi yang
ada dong. Seringkali kita sampe KPID marah
‘ini mana konten lokalnya, itu dong TV lokal.’
Tapi masih menyebutkannya TV Nasional, jadi
kalo gaada konten lokal nya ya ga salah, orang
anda aja sebut saya TV Nasional.
Jadi kalo di TV Lokal sendiri udah beberapa
yang melakukan secara convergen sudah mulai
banyak seperti ATV, GTV dan beberapa yang
lain ada yang sebagai contohlah yakan? JAKTV,
O Channel dan sudah banyak.
Peneliti Tadi sudah sempat saya tanyakan, cuman tadi
karna ga ke record. Tadi mengenai penjelasan
penyiaran lokal, karna waktu dulu saya magang
itu pas disuruh cari sama koordinator magang
saya. Coba cari dulu informasi mengenai
penyiaran lokal itu apa, Nah itu informasinya
masih sangat sedikit banget Pak di internet dan
di media sosial Pak. Jadi apasih definisi
penyiaran lokal itu sendiri menurut Bapak
Narasumbe TV Lokal itu kan diamanatkan oleh Undang- Permasalahan Penyiaran:
r Undang 32 Tahun 2002. Itu semua TV harus 1. Pengaruh Regulasi
pada Definisi
bersiaran lokal artinya adalah bahwa TV itu
Penyiaran Lokal
cangkupannya lokal. Wilayah siarnya diatur, Indonesia.
membawa konten-konten lokalnya juga 2. Pengaruh Regulasi
terhadap
termasuk budaya lokalnya. Local wisdom nya
Demokratisasi
harus di carrier harus di bawa menjadi konsep Penyiaran.
bagi TV Lokal, makanya kenapa ada yang 3. Pengaruh Regulasi
terhadap Batasan
disebutkan di Undang-Undang Penyiaran itu
Wilayah Penyiaran.
adalah Diversity of Content & Diversity of 4. Pengaruh Regulasi
Ownership. Jadi masing-masing daerah punya tehadap Persentase
konten yang berbeda sesuai dengan local Konten Lokal.

wisdom nya. Nah itu yang seharusnya,


contohnya yang simple kalo di Bali mereka
bersiaran dengan bahasa Bali nya, kalau di
Surabaya ada bahasa Jawa Timurnya, kalau di
Lombok ada bahasa Sasak nya, Nah kalo di
Jakarta ada bahasa Betawi dan kalo di Bandung
ada bahasa Sundanya, juga di Daerah Sumatra
ada bahasa Bataknya, dan TV saya di Lombok
ya ada bahasa Lomboknya. Yakan?
Salah satu local wisdom yang jadi isunya TV
Lokal, Roh nya TV Lokal.
Satu hal yang penting tadi ya, bersiaran secara
lokal ada cangkupan wilayah siar yang terbatas,
tidak keluar dari batasan areal seperti yang
diatur dalam Undang-Undang.
Yang kedua ya konten-kontennya lebih banyak
lokalnya, persentasenya harus lebih banyak
lokalnya termasuk beritanya ya berita lokal, ya
berita di Bali ya berita Bali dan sekitarnya, kalo
di Bali beritanya Jakarta ya buat apa ga relevan
kan begitu.
Tiba-tiba nongol, di Kebon Sirih macet total,
terus beritanya di Bali. Apa manfaatnya di Bali?
Ada masalah, ya kan? Gitu loh…
Kecuali informasi, ‘oh ada kebakaran loh di
Surabaya’ atau bencana alam, itu konsumsi
umum itu. Tapi kalo untuk apa berita daerah kan
informasi jalan macet, memang dari Bali mau
lompat ke Jakarta.
Peneliti Nah, sekarang melanjutkan ya Pak ya, karna
saya punya titik fokus pada wilayah DKI
Jakarta. Menurut Bapak penyiaran Lokal untuk
wilayah DKI Jakarta sendiri, kondisinya atau
bagaimana tanggapan Bapak mengenai hal tsb?
Narasumbe Masing-masing TV Lokal di daerah tuh kan Permasalahan Penyiaran:
r punya tadi loh local wisdom masing-masing, 1. Demokratisasi
Penyiaran dari local
punya problematiknya masing-masing, punya wisdom masing-
areanya masing-masing, jangkaunnya masing- masing daerah.
2. Permasalahan
masing. Dan kalau di Jakarta dan sekitarnya itu
Diskriminasi Televisi
lebih beda lagi, yakan? Lokal Daerah.
Karna kalo di daerah itukan kita head to head 3. Celah Demokratisasi
Penyiaran pada
dengan TV Jakarta yang disiarkan di daerah.
Konten Lokal.
Kalo di Jakarta ini kita head to head secara fisik 4. Permasalahan
beneran yang NCN nya, yang pemancarnya apa Penyiaran di Jakarta
lebih kompleks.
main nya ada di Jakarta. Head to head nya lebih
kentel, lebih kencang dan banyak orang
ngomong bahwa Jakarta tuh daerah apa ya, kalo
untuk orang yang menjadi ‘kita orang kecil yang
masuk kepada hal daerah yang sangat bersar’ .
Pernah waktu saya mulai TV di Tanggerang kan
ikut Jabodetabek, yang waktu itu ikut Jakarta
area. Saya pernah di bilang begini ‘Kamu ko
bikin TV di Jakarta area, salah besar. Ini gajah
gajah semua, disini, mana mungkin kamu bisa
hidup’ Dari sisi modal kalah, dari sisi terestrial
kalah, dari sisi infrastruktur kalah, dari sisi
konten pun kalah, dari sisi marketing apalagi.
Jadi memang tidak mudah untuk ada TV lokal
di Jakarta tuh tidak mudah. Sekali lagi bahwa
tadi loh diversity of content itu harus menjadi
celah yakan?
Akhirnya ya Puji Tuhan, kita sampai saat ini
masih tetap hidup dan TV lokal yang ada di
Jakarta seperti JakTV, O Channel yang dulu
Spacetoon jadi NET TV. Yang apa ada, B
Channnel yang jadi RTV, apa itu yang Bogor itu
namanya Mega Swara TV yang di pake menjadi
Kompas kan gitu. Ada Cahaya TV, ada MayTV
dan ada beberapa yang bisa jalan. Tapi saya
melihat sebetulnya lebih kompleks di Jakarta itu
dan apa secara keseluruhan lebih berat kerena
biayanya jauh lebih besar untuk lokal karena
daya pemancar kita juga harus mengimbangi
temennya yang besar-besar itu. Nah itu yang
jadi kendala yang paling utama.
Peneliti Berati kalau saya bilang tantangan yang sedang
di hadapi oleh, ini saya melanjutkan pertanyaan
tadi. Berati tantangan dari penyiaran lokal di
daerah DKI Jakarta tadi ya Pak bersaingan
dengan Televisi lokal yang memang sudah besar
namanya ya?
Narasumbe Dan sebelum mereka, udah rintis duluan. Permasalahan Penyiaran:
r Mereka udah ada duluan sebelum adanya TV 1. Diversifikasi Jaringan
Televisi Lokal menjadi
Lokal mereka sudah. Bahkan ada yang migrasi
berjaringan Nasional
dari daerah yakan? Kaya SCTV itu kan migrasi .
dari Surabaya, TV Lokal Surabaya pindah ke
Jakarta, Indosiar tuh TV Lokal di Semarang
pindah ke Jakarta, ANTV itu Andalas TV itu di
Lampung pindah ke Jakarta. Jadi dulu ada
beberapa, saya lihat dulu semangatnya harusnya
supaya beberapa daerah nongol menjadi apa
kekuatan TV TV di daerah tapi kemudian
berubah ya di cemplungin semua ke Jakarta.
RCTI doang yang dulu asli dari Jakarta, kalo
SCTV itu asli Surabaya, ANTV tuh makanya
dulu namanya Andalas TV makanya di
Lampung. Indosiar itu Semarang, harusnya
sebetulnya sebaiknya itu masing-masing itu ada
didaerah membuat maju daerah masing-masing.
Tapi tetep berjaringan, bukannya begitu
Peneliti Tapi itu berpengaruh gasih Pak, saat itu sebelum
sekarang kan katanya Ibu Kota kita akan pindah
ke Kalimantan. Itu pengaruh dari Televisi tadi
yang Bapak sebutkan aslinya dari Surabaya, dari
Lampung dari Semarang itu berpindah ke Ibu
Kota Jakarta, itu sebenernya ngaruh gasih Pak?
Atau karna menarik berpindah ke Jakarta karena
tadi lebih mudah bersiarannya, apa ada alasan
lain Pak? Kenapa akhirnya di Jakarta Pak?
Bahkan kalo di daerah konten lokalnya sendiri
lebih kuat
Narasumbe Karena pusat bisnis di Jakarta, nah itu Permasalahan Penyiaran:
r sebetulnya ada yang fail disini, harusnya gak 1. Diversifikasi Usaha &
Jaringan, mengancam
apa-apa bisnisnya di garap disini tapi
Demokratisasi
insftrastrukurnya di daerah harus di jaga, Penyiaran.
sehingga kesetaraan tadi diversity of content itu 2. Pengaruh Regulasi
yang tidak mendukung
dapet lain-lainnya itu loh. Itu bisa tersebar,
kepemilikan lokal.
karna Indonesia ini kan bukan satu atau dua kota
kecil bukan satuu atau dua pulau gede. Nah
makanya kenapa penyiaran itu di daerah itu ya
terseok-seok karena tidak terdukung, karena
berpusat di Jakarta. Coba kalo sekarang semua
masih ada di kota masing-masing kan lebih
marak akan lebih beda konten-kontennya akan
lebih kuat. Contohnya ya itu Andalas di
Lampung mengangkat konten lokal yang
Lampung dan sekitarnya. Kita nih ada baiknya
kalo, si SCTV gapindah ke Jakarta gakan besar
di daerah nya sendiri, ya itu ada keuntungan ya
itu dinamikanya itu. Tapi kalo saya ngomong
seandainya mereka masing-masing stay di
daerahnya masing-masing saya pikir akan jauh
lebih marak di Semarang menjadi Indosiar lebih
besar di Semarang.
Memang regulasi kita tidak memberikan
jaminan itu tadi, regulasi kita tidak mendukung
untuk terjadinya seperti itu.
Peneliti Berati memang sebelumnya bisa dikategorikan,
tadi seperti yang Bapak sampaikan sudah
merevisi bahwa tidak ada TV Nasional
sebenernya tapi Televisi Lokal semua, tapi ya
sayangnya berpindah ke Jakarta jadi konten-
konten nya dan produksinya ya Pak.
Saya lanjutkan kepertanyaan selanjutnya Pak,
mungkin ini pertanyaan yang muncul dari rasa
penasaran saya dan dari yang sudah saya baca
juga. Terus kalo untuk pembagian daerah
penyiaran Lokal itu sendiri terutamakan ini DKI
Jakarta tadi wilayahnya dengan yang siaran
Televisi Lokal yang sudah besar ini kan ada di
satu tempat yang sama di DKI Jakarta, itu
sebenernya ada pembagian daerah siarannya
gasih Pak?
Narasumbe Sesama di DKI nya? Oh gaada. Kalo udah
r namanya satu wilayah siar ya udah sama semua.
Peneliti Berati tadi untuk penyiaran yang sudah besar
seperti JAKTV atau misalnya O Channel untuk
mencari khalayaknya sendiri, apa sebenarnya itu
sudah segmentasinya kepada Televisi-televisi
yang sudah ada?
Berati memang harus ada yang uniknya ya Pak
dari televisi lokal itu sendiri.
Narasumbe Ya tadi, prinsipnya adalah anda menjadi Permasalahan Penyiaran:
r pembeda. Menjadi TV yang beda gituloh, nah 1. Pengaruh Kosentrasi
Pasar, menyebabkan
sekarang kaya O Channel bertransformasi
hilangnya Televisi
menjadi TV yang berbeda dari yang lain. Kalo Anak.
dulu dengan olshop nya atau TV belanja, ya
sekarang udah jadi TV sport. Itu merupakan hal
yang bagus, itu salah satu contoh.
Nah itu kaya Kompas, sebagai TV berita di
Jakarta, I News menjadi TV berita. Nah itukan
cikal bakal televisi lokal itu tadi yang saya
katakan, kaya dulu Spacetoon itu sudah menjadi
beda, menjadi TV anak tapi saat berubah
menjadi NET berubah format ya ilang,
karakteristik TV anaknya gaada dan kita belum
mendapatkan penggantinya. Dulu ada sebelum
Spacetoon itu ada LaTV menjadi TV anak-anak
yang dari pagi ampe malem dan itu bagus, tapi
ketika berubah jadi TV berita ya ilang anak-
anaknya itu. Tapi sekali lagi ya tadi, masing-
masing owner kan punya pandangan, oh dengan
format siaran inilah mau dijadikan core
bisnisnya walau tidak semua sama.
Peneliti Ada karakteristik atau pembedanya ya Pak, ada
berita. Cuman yang sekarang saya liat emang
permasalahannya untuk televisi lokal
menyiarkan untuk anak itu masih kurang.
Narasumbe Iya masih kurang, kaya tadi saya bilang Indosiar Permasalahan Penyiaran:
r sama MNC bertarung abis buat dangdut. Itu 1. Diversifikasi Usaha
menyebabkan
konteksnya pada lokal punya itu, daerah lain
kehilangan local
pun juga akhirnya dibawa ke Jakarta kan itu Inul wisdom dari televisi
dari mana? Dari daerah kan? Yang lawak lawak lokal berjaringan.

itu apa namanya? Srimulat kan dari daerah


dibawa ke Jakarta. Tadi loh itu, jadi memang
daerah daerah itu punya sebenarnya. Kaya
Indosiar gausah sebenernya kabur ke Jakarta,
terus masih di Semarang dengan TV
dangdutnya. Saya pikir lebih memberikan
pengaruh secara local wisdom nya tadi kan?
Tapi di beberapa daerah TV lokal tetap
maksimal dan eksis, kaya Lombok TV ya di
Lombok dia lebih kuat dari yang lain. Bali TV
dia di Bali, JTV di Surabaya itu punya
eksistensi nya punya pengaruh besar, tapi
memang tidak semua kota punya itu. Dulu ada
di Medan itu Deli TV, itu pengaruhnya sangat
kuat tapi setelah di ambil MNC menjadi iNews
ya ilang, gaada lokalnya lagi dia. Yang kedua
ada Lampung TV itu sangat kentel dengan
lokal-lokalnya diambil menjadi iNews . Itu yang
tadi saya ngomong ke lokalannya itu ilang karna
di tarik menjadi siaran nasional tadi itu loh.
Ada dulu apa itu namanya, ProTV Bandung
itukan dulukan lokalnya sangat-sangat kentel
sekali. ProTV Semarang dulu ada tayangan
wayang, sekarang mana ada? Dulu yang di
Bandung ada icon Cepot nya itu.
Peneliti Tapi saya jadi ada pertanyaan nih Pak, sekarang
yang akhirnya. Kaya misalnya saya
berlangganan First Media, nah itu sebenernya
kaya Jabar TV itu isi nya tentang Pemerintahan
daerah nya itu termasuk lokal apa itu komunitas
aja Pak? Berbeda dengan Televisi yang lokal itu
dii daerah?
Narasumbe Bisa saja, itu kan sebenernya tentang Permasalahan Penyiaran:
r Pemerintah daerahnya, nasional menjadi 1. Relasi Kuasa dari
stakeholder penyiaran
konsumsi yang menjadi fokus utamanya.
untuk kurang
Pemerintah lokalnya memang harus di expose, mendukung penyiaran
kenapa banyak TV lokal itu afiliasi dengan TV- lokal Indonesia.
2. Diversifikasi Usaha
TV pemerintah daerah di Pemprov atau di
Penyiaran Lokal
Pemkot memang harus begitu, karena
keberadaan TV lokal itu men support.
Peneliti Sekarang saya masuk kepertanyaan selanjutnya,
bagaimana tanggapan Bapak mengenai
penyiaran daerah yang berinduk stasiunnya ada
di Jakarta atau di pusat? Itu gimana Pak? Kaya
yang sudah Bapak singgung ada NET di Jabar
tapi ada juga di Jakarta.
Narasumbe Inikan mensiasati, temen-temen TV besar Permasalahan Penyiaran:
r mensiasati bagaimana tetep mengisi dengan 1. Kurangnya Fungsional
Regulator pada
konten lokal dan inikan perspektif dan
Definisi Penyiaran
pengertian yang berbeda yang selama ini KPI Lokal.
Pusat & KPID tidak bisa memberikan satu 2. Pengaruh Regulasi
Media terhadap
istilahnya ukuran atau gambaran apa itu konten
persentase konten
lokal. Nah kalo kamu bersiaran di Cirebon, lokal.
konten lokal kamu itu apa? Tapi kalau TV lokal
berjaringan nasional urusannya jadi berbeda,
saya tanya. Konten yang Bali itu konten lokal?
Saya siarkan itu di Jakarta. Jadi konten lokal ga?
Tapi tetap secara harfiah itu konten lokal Bali
yang disiarkan di Jakarta, menyalahi aturan
gak?. Menurut temen-temen TV yang lain ya
engga. Masalahnya KPI dan KPID tidak
memberikan itu loh tadi pager-pager yang jelas,
oke 10% 20% konten lokal. Tapi ya apa?
Dimana? Kalau kamu bilang RCTI Jabar tapi
kalau gaada konten Jabar, apasih kaya JAKTV
terus gaada konten Jakarta yakan aneh. Nah ini
makanya KPI Pusat dan KPID harus
memberikan konotasi yang jelas, memberikan
aturan yang jelas gituloh. Kalo kita TV Lokal di
omel-omelin abis, saya sering kali berhadapan
dengan KPI Pusat ‘kamu ko TV lokal gaada
konntenya sih?’. Saya harus open aja, supaya
apa? Merujuk pada Undang-Undang Penyiaran
benerin aja dulu, karna ini menyangkut
perspektif TV lokal itu apasih sebenernya,
secara keseluruhan, secara di daerah, secara di
DKI. Ukurannya apa sebagai TV Lokal.
Kalo KPI mengontrol tidak punya tegas bahwa
konten lokal tuh kaya begini loh yaudah .
Peneliti Oke saya berlanjut ya Pak, ada singgungan
sedikit mengenai Televis Swasta yang tadi
sudah berjaringan dengan Televisi Lokal itu
juga mengancam Televisi Lokal Berjaringan
gasih Pak? Tapi sebelumnya Televisi Swasta
yang berjaringan itu kaya gimana sih Pak?
Jadi berati Televisi Swasta berjaringan dan
Telivisi Lokal berjaringan itu berbeda ya Pak?
Narasumbe Gini loh, tadi masih ada ambigunya tadi, antara Permasalahan Penyiaran:
r TV Lokal, Nasional, TV Lokal bersiaran 1. Pengaruh Regulasi
terhadap Definisi
berjaringan yakan? Dan TV Nasional yang me –
Televisi Lokal &
relay dengan televisi lokal. Beda kan? Berjaringan.
Ini yang harus di dudukan dulu lah, kalo 2. Pengaruh Regulasi
kedudukan baru kita bisa menilai kalo engga menyebabkan
keberpihakan
akan ambigu dan sama-sama dan kita hanya
Regulator &
berdebat kusir tidak ada selesai. Harus di stakeholder yang
luruskan dulu, posisinya di luruskan dulu. berdampak pada
dukungan televisi
Ada yang beda, ada yang sama. Karena TV
lokal.
lokal yang besar melakukan hal yang sama 3. Manfaat
dengan TV nasional gitu. Yang melakukan relay Demokratisasi
Penyiaran.
jadi gaada bedanya. Coba nanti cek kamu kan
pernah magang di KPID, coba banyak
sebetulnya yang berjaringan nasional sama yang
di relay menjadi TV lokal berjaringan sama TV
nasional berjaringan ada bedanya ga?
Kalo saya bilang sih ya gaada bedanya.
Tapi mengancam Televisi Lokal Independen
daerah itu iya.
Karenakan dia menjadi stand alone tidak ada
support nya. Kemudian regulasi itu sendiri tidak
berpihak kepada TV lokal itu sendiri, sampe
kepada Pemerintah Daerah juga mengikut-
ikutan tidak membela TV lokal daerahnya.
Karena kepentingan-kepentingan tertentu. Coba
kalo ada perda daerah nya harus melindungi TV
lokal daerahnya, kan tidak di buat itu. Padahal
itu adalah support daerahnya loh itu, Padahal itu
memberikan aset daerah, pajak daerah
penghasilannya kan di daerah, laporannya kan
di daerah, kalau yang dipusat emang dilaporan
ke daerah?
TV lokal itu memberikan lapangan kerja di
daerah, wartawannya lokal, penyiarnya orang
lokal, OB nya orang lokal. Kalo yang
berjaringan cuman punya 2 orang di transimisi.
Ada invetasi lokal yang lebih bermanfaat lah
Peneliti Saya lanjutkan kepertanyaan selanjutnya, oh ini
menyinggung sama yang mengenai digitalisasi
itu. Sebenernya kalau ngeliat arah konvergensi
ini kan tadi ada nya Analog Switch Off itu ya
Pak. Kita ber move ke era digitalisasi dan
meninggalkan analog itu sebenernya apakah
menjadi solusi dari penyiaran lokal?
Narasumbe Harusnya iya, way out atau jalan keluar Permasalahan Penyiaran:
r membantu TV lokal lebih eksis dan lebih maju. 1. Pengaruh Regulasi
menyebabkan
Tapi apa yang terjadi dengan sekarang, waktu
keberpihakan
awal-awal TV di expose nya TV digital itu dulu Regulator.
setiap satu TV besar yang mau maju untuk apa 2. Pengaruh Teknologi
menyebabkan televisi
ikut lelang MUX dia harus menggandeng dua
lokal daerah terdesak
TV lokal di daerah untuk maju bareng. Emang menjadi digital.
harusnya begitu, tapi kenyataanya regulasi tuh 3.
bergeser-bergeser dengan afiliasi afiliasi TV
gede semua, Yang dianggap TV kecilnya
dimana? Gaada. Itu satu.
Dua, pertanyaan saya begini, digitalisasi tuh
lebih murah ga? Harusnya kamu makan beli
secara digital lebih murah, belanja online lebih
murah ga?. Harusnya siaran digital lebih murah
ga? Harusnya lebih murah, coba di hitung
beneran pemerintah hitung TV lokal yang
gimana dulu, daerah yang gimana dulu harus
fair harus duduk equail jangan cuman di
sebarkan TV lokal harusnya di untungkan, tapi
pada kenyataanya iya apa engga? Nilai
sewanya, regulasinya lebih sulit dari yang
sekarang atau tidak? Yang dulu sudah bersiaran
normal harus mengurus lagi dengan syarat-
syarat memberatkan termasuk kalo sewa MUX
sekarang harus tidak boleh satu titik, satu
wilayah.
Kemaren baru saya ngomong, yang teriak-teriak
TV digital itu menguntungkan TV lokal. Saya
tanya sama yang mengoperasikan, menurut mu
bener ga? ‘ga’.
Yang simple, sewa itu let say 10 jt setahun
berapa? 120 jt. Baru sewa MOXnya loh, coba
sama kontennya? Coba yang murah yang
mananya?
Kronologisnya gimana sih TV lokal itu, nanti
TV besar mau gimana transmitenya? Mau di
kiloin? Siapa yang mau bayar itu?
Jangan dianggap TV lokal menolak TV digital,
mau banget. Tapi jangan lupa juga TV digital
membuka lapangan kerja,tapi tidak sepenuhnya
loh, loh kalo saya tadinya punya transmiten
yang dijaga orang terus dilepas berati
dirumahkan dong?
Saya sangat mendukung digital, bukan berati
saya menolak.
Peneliti Saya lanjutkan pertanyaannya Pak, sekarang
mungkin sudah mau masuk akhir pertanyaan.
Sebenarnya masih ada mengenai pertanyaan
lokal, saya dapet dari jurnah. Katanya sekarang
itu ada e-penyiaran untuk mempermudah IPP
atau perizinan itu sendiri, tanggapan Bapak
seperti apa?
Narasumbe Bagus sekali, sebenernya itu dari dulu sebelum Permasalahan Penyiaran:
r urusan digital. TVRI juga sudah mengusulkan e- 1. Upaya untuk
mengurangi Relasi
penyiaran supaya terjadinya izin secara online
Kuasa/Keberpihakan
karena memudahkan, menghindari hal-hal apa Regulator dengan
yang tidak sama-sama kita inginkan. adanya e-Penyiaran.

Mempersingkat dan memperingan biaya, karena


pasti banyak biaya-biayanya kan.
Peneliti Berati izin dari seperti KPI, atau KOMINFO ini
e-penyiaran apakah membantu atau gaada
bedanya Pak?
Narasumbe Oh sangat menolong, sangat mempermudah,
r harus diakui itu sangat menolong dan kita
sangat mengapresiasi dengan adanya e-
penyiaran itu. Artinya gini, kalau sudah e-
penyiaran harus tetap diiringi dengan
komunikasinya, didalam.
Peneliti Kan didalam UU Penyiaran ada isi siaran Pak,
terus yang tadi sudah di sampaikan juga KPI
dan KPID belum punya pagar-pagar penyiaran
lokal itu seperti apa. Tapi menurut Bapak,
idealnya penyiaran lokal itu seperti apa sih Pak?
Narasumbe Balik lagi kepada kepentingan lokalnya, support Permasalahan Penyiaran:
r lokal wilayah dimana dia bersiaran. Jadi local 1. Demokratisasi
Penyiaran memerlukan
wisdom nya itu, bahasanya itukan yang
dukungan dari
memelihara budayanya. Kenapa budaya lokal Program Televisi
hilang, punah dan Indonesia merupakan Lokal/local wisdom.

terbanyak kehilangan bahasa lokalnya kenapa


karna tidak digunakan, tidak disosialisasikan,
tidak diingatkan, nah itu tugasnya TV lokal
untuk mengingatkan dan melestarikan budaya-
budaya lokalnya termasuk bahasa lokalnya.
Tarian lokalnya, kuliner lokalnya, pemerintah
lokalnya.
Kalo TV lokal berjaringan terus gapunya konten
lokal ya jangan diomongin.
Peneliti Kalo menurut Bapak, tanggapan mengenai
konten lokal DKI Jakarta, seperti apa? Karna
tadi sudah disinggung, seperti O Channel yang
akhirnya merubah bentuk televisinya menjadi
sport, tapi untuk konten lokal DKI Jakarta nya
sendiri menurut Bapak bagaimana?
Narasumbe Ya, sangat kurang. Tidak bisa dipungkiri kota Permasalahan Penyiaran:
r Jakarta ini kota urban, semua model orang ada 1. Penguatan Konten
Lokal &
disini, semua background orang ada disini.
Demokratisasi
Seharusnya bisa lebih mudah ya, untuk meng Penyiaran.
create konten lokal yang ada di DKI Jakarta 2. Aktor Penyiaran untuk
Penguatan Konten
karena semua bentuk orang tuh ada disini.
Lokal &
Contohnya Srimulat ada di Jakarta, kan itu Demokratisasi
konten lokal yang dibawa kesini, dulu ada Penyiaran
Lenong Betawi itu ngetop sekali. Dangdutan
semua, dangdut juga kan sebenernya lokal
daerah lain yang dibawa di Jakarta.
Jakarta itu urban city yang bisa menerima
semuanya, budaya apapun disini ada sampe
yang ke bule bulean, sampe ke Kpop juga ada.
Sampe nangis drakor juga ada.
Ya harusnya termasuk dong, kadang kadang
dengan bahasa betawinya itu ternasuk dong.
Itu dulu ada Rano Karno bikin Si Doel Anak
Betawi itu lokal dan itu kental sekali betawinya
dari sisi bahasa, dari sisi budaya nya dan
keberadaanya. Sampe ke propertinya ya betawi
banget.
Karena belum ada yang buat seserius itu.
Pertanyaanya apakah itu laku di jual? Laku tapi
tidak ada pembaharuan, karna gaada yang
nerusin kaya Benjamin trs Naro Karno. Harus
ada yang lanjutin.
Itukan mempengaruhi gaya orang betawinya
sendiri, akhirnya anak-anak muda
mengkonsumsi, budaya lokal budayanya gaada.
Yang ada yang ngomong betawi ya bapak nya
yang udh tua tua, anaknya udah ga ngomong
betawi.
Peneliti Berati kalo saya bilang itu menjadi permasalah
konten lokal DKI Jakarta, akhirnya
memproduksi konten yang tidak ada unsur
lokalnya?
Narasumbe Itu yang saya bilang, Pemda harus mensupport Permasalahan Penyiaran:
r harus melindungi, harus terlibat. Pemda DKI 1. Fungsional Regulator
untuk membantu
harus punya kepentingan mensupport konten
Penguatan Konten
yang ada betawi, cerita betawi, sinetron betawi. Lokal &
DKI punya kepentingan untuk itu, contohnya Demokratisasi
Penyiaran.
Korea pemerintahnya sangat-sangat mesupport
jamannya drakor belum eksis, Pemerintah
Korea ngasih secara free. Kenapa Indonesia
tidak berani mensupport itu, apalagi kan
Indonesia punya TVRI loh.
TVRI lokal di daerah, mana konten lokalnya?
Kita ada 3 jam konten lokal, mereka produksi.
Sekarang saya gapernah liat lagi.
Peneliti Apa karena kurangnya literasi Pak? Melihat
konten-konten tersebut sudah mulai
menghilang?
Narasumbe Itu tugasnya KPI dan Pemerintah dong untuk Permasalahan Penyiaran:
r menjaga literasi itu dan KOMINFO untuk 1. Fungsional Regulator
untuk membantu
mengingatkan dan KPI serta KPID trus
Penguatan Konten
menggaungkan membuat webinar tentang tadi. Lokal &
Literasi literasi budaya lokalnnya, KPI dan Demokratisasi
Penyiaran
KPID nyerah begitu saja ya udah.
Peneliti Menurut Bapak, implementasi demokratisasi
seperti diversity of content diversity of
ownership sudah tercapai apa masih jauh dari
kata tercapai?
Narasumbe Masih banyak PRnya bukan, engga tercapai tapi Permasalahan Penyiaran:
r masih banyak PR nya. Apakah demokratisasi 1. Diskriminasi pada
Demokratisasi
kita berjalan, apakah masih ada diskriminasi TV
Penyiaran
pusat ke daerah itu masih ada atau engga.
Diskriminasi regulasi dan KPI jg KPID ke TV
lokal masih ada.
Peneliti Penyiaran Indonesia harapan pada
demokratisasinya seperti apa Pak? Terlebih
Bapak dari penyiaran lokal Pak?
Narasumbe Ya dimulai dari regulatornya, pembuat Permasalahan Penyiaran:
r regulasinya. Bagaimana regulator itu 1. Fungsional Regulator
untuk membantu
memberikan perlindungan secara hukum, secara
Penguatan Konten
investasi dan secara konten tadi untuk TV lokal. Lokal &
Itukan regulator dengan regulasinya, sementara Demokratisasi
Penyiaran.
regulator jarang melibatkan TV lokal
2. Relasi Kuasa dalam
stakeholder untuk terlibat. Keberpihakan ke Politik Media.
lokalnya itu, sering kali kita di skip.
Permasalahnya ketika menyusun regulasi lupa
sama yang lokal ini.
Kaya simplenya apa itu konten lokal? Nah itu
aja belum. Kalo itu digarap semua KPID sering
tuh RAKOR coba deh ngomong dan putusin
konten lokal seperti apa. Berantem konsep tapi
tidak ada keputusan, karena ada politiknya.
Kemaren kan sampe ada P3SPS ditunda, karena
semua Asosiasi menolak. Seringkali regulator
tidak memperhatikan aturan yang mendukung
dan menjadi payung hukumnya regulasi yang
ada. Nanti kalo di tantang malah lembaga
penyiarannya yang dibilang brengsek yang
menolak. P3SPS itu di susun oleh KPI dan
Asosiasi nya, bukan malah KPI yang
membuatnya. Kan kebalik. Dari sisi aturan aja
udah kebalik. Karena selalu bersebrangan itu
gapernah diberesin, kita ada sebelum ada KPI
dan KPID.
Peneliti Masuk kepada pertanyaan saya mengenai
regulasi, aturan mengenai peraturan penyiaran
lokal. Belum ada dukungan dari otoritas daerah
dan KPID?
Narasumbe Jujur saja, KPID DKI menjadi bayang bayang Permasalahan Penyiaran:
r KPI Pusat karena apa? Karena sama-sama ada 1. Fungsional Regulator
untuk membantu
di pusat, akhirnya lebih banyak urusan ke KPI.
Penguatan Konten
Padahal ga gitu seharusnya dan suka-tidak suka Lokal &
ya seperti itu jadinya. Ada yang medukung Demokratisasi
Penyiaran.
televisi lokal KPIDnya ada, tapi tidak semua
karena lebih berpihak ke televisi besarnya.
Membangun ekosistem itu loh, harus dari tenaga
orang lokal dan nanti kedepannya jadi bahasan
untuk membangun ekosistem penyiaran lokal
karena itu penting.
Karena membangun TV lokal itu mudah, tapi
untuk membangun ekosistem penyiaran lokal itu
tidak semudah yang kita omongin. Harus semua
stakeholder terlibat.
Peneliti Masalah lain di penyiaran lokal DKI Jakarta
apakah ada lagi Pak?
Narasumbe Permasalahannya DKI ga sekompleks Permasalahan Penyiaran:
r permasalahan di daerah, sebetulnya lebih simple 1. Fungsional Regulator
untuk membantu
karena semuanya lebih lengkap. Dari sisi
Penguatan Konten
anggarannya jauh lebih mendukung, harusnya Lokal &
lebih minim permasalahan, tapi yang jadi Demokratisasi
Penyiaran
masalah adalah kontennya yang berhadapan
dengan TV besar kalo pemerintah lokalnya
mendukung gaada masalah.
Peneliti Apakah Indonesai terindikasi melakukan
monopoli penyiaran?
Narasumbe Dimana ada manusia punya ego pasti terjadi Permasalahan Penyiaran:
r monopolistik, diversity of ownership terjadi 1. Konsentrasi Pasar
Media Indonesia
belum maksimal. Pada akhirnya TV lokal
cenderung Monopoli.
terpaksa melakukan itu karena regulator tidak
bisa mendukung itu. Karena regulasi
mediskriminasi.
Peneliti Baik Pak, saya rasa pertanyaan saya sudah habis
dan saya juga sudah mendapatkan banyak
gambaran dari kondisi penyiaran lokal &
demokratisasi penyiaran saat ini dari aktor
penyiaran lokal. Terima kasih banyak atas
kesempatan & waktunya.
Narasumbe Iya, sama-sama semoga lancar ya.
r
TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN II

DATA INFORMAN 1I
Nama : Tri Andri
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaaan : Komisioner Insfrastruktur & Perizinan KPI Daerah DKI Jakarta
Tanggal Wawancara : 20 Juni 2022
Tempat Wawancara : Zoom Meeting

Kata Kunci (Temuan)


Peneliti Selamat Sore Mas, Terimakasih karna telah
berkenan untuk saya wawancarai. Mohon maaf
mengganggu waktunya, mohon maaf Mas karna
Zoom Meeting saya hanya bisa 30 menit. Saya
langsung mulai wawancaranya ya Mas
Narasumber Boleh, boleh..
Peneliti Silahkan Mas boleh memperkenalkan diri Mas
Narasumber Oke, Assalamualaikum. Sebelumnya terima
kasih Nina manggilnya ya. Namanya sih Nisrina
Rienjani sih ya tapi panggilannya Nina.
Makasih Nin ya saya di sebagai Komisioner di
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah DKI
Jakarta diamanahkan menjadi koordinator
bidang PS2P (Pengelolaan Sistem Struktur dan
Sistem Penyiaran) itu aja sih Nin di KPID DKI
Jakarta.
Peneliti Okeh cukup sih Mas untuk perkenalannya,
mungkin sekarang memasuki ke pertanyaannya
Mas. Tapi boleh sedikit atau sepenggal sejarah
mengenai KPID DKI Jakarta.
Narasumber KPID Jakarta itu dibentuk 2012, tahun 2012
pertama kali zaman gubernur 2012 tuh Fauzi
Bowo ya, zaman Pak Foke terus Ahok ya
Jokowi Ahok. 2012 kantor kita pertama di
gedung Prasana (Prasada Sarana Ria) orang
taunya gedung PSK di Harmoni. Nah iya,
sistemnya sama ada pencalonan juga di fit &
proper test juga sama DPRD juga sih. Itu
sejarah pertama kali KPID DKI Jakarta
dibentuk, ya memang agak telat karna Undang-
Undang Penyiaran kan 2002 tapi baru terbentuk
di 2012 karena waktu itu masih ada tumpang
tindih antara kewenangan KPI Pusat dan Daerah
karna dianggap Jakarta kan sental ya, ya itu aja
sih akhirnya terbentuk juga KPID DKI Jakarta
emang agak kebelakangan, agak sedikit telat.
Peneliti Okeh, baik Mas. Terima kasih atas penjelasan
singkatnya mengenai KPID. Sekarang
memasuki pertanyaan yang menyambung
kepada penelitian saya Mas, karena penelitian
saya mengenai penyiaran lokal mungkin Mas
juga bisa memberikan gambaran atau
pandangan untuk penyiaran Indonesia saat ini
itu seperti apa ya?
Narasumber Pandangan penyiaran Indonesia saat ini baik- Permasalahan Penyiaran:
1. Pandangan Regulator
baik saja. Alhamdulillah tidak ada problem sama
Penyiaran pada
sekali ya. Paling ya itu aja sih kita akan beralih Penyiaran saat ini.
2. Pengaruh Teknologi
dari siaran analog ke digital yang harus
pada Industri
masyarakat Indonesia ketahui di 2 November Penyiaran.
2022 nanti tuh akan cut off Analog atau ASO
(Analog Swicth Off) udah itu aja pernyiaran
Indonesia, keadaanya baik-baik saja hari ini.
Peneliti Terus untuk penyiaran lokal Mas & saya juga
magang disana. Dari Pak Bambang juga dapat
tugas untuk penyiaran lokal Indonesia, dari
KPID sendiri penjelasan mengenai penyiaran
lokal itu seperti apa sih Mas?
Narasumber Penyiaran lokal, penjelasannya penyiaran lokal Permasalahan Penyiaran:
1. Fungsional Regulator
ya penjelasannya standar-standar aja terkait
untuk membantu
dengan potensi apa yang ada di wilayah lokal Penguatan Konten
Lokal &
tersebut ya misalnya lagi di Jakarta tuh banyak
Demokratisasi
potensi-potensi kesenian, gedung bersejarah ya Penyiaran.
2. Pengaruh Regulasi
seperti itu sih Nin, pengetahuan-pengetahuan
Media terhadap
yang Jakarta ya khususnya. Kalo di daerah kan Konten Lokal.
mereka bisa bekerja sama kalo di tempat lain
juga saya kemarin ketemu dengan teman-teman
KPID Daerah yang ada, untuk menggali
potensi-potensi lokal ayo kita bantu lembaga
lembaga penyiaran ini untuk memaksimalkan
peran, ada peran Universitas ya kampus, terus
LSM LSM dan Ormas Ormas kedaerahan kan
cukup banyak jadi kita sama-sama bangun untuk
10% ya, orang bilang 10% harus ini harus itu.
Kalo kita bilang stakeholder kaya KPID dan
lain-lainnya tidak membantu juga kemungkinan
akan tercapai agak cukup berat, tapi kalo peran
stakeholdernya sendiri sama-sama membantu
pasti tercapai kok. Kalo di Jakarta orang bilang
konten lokalnya gampang, gue punya pernah
berdiskusi iya Jakarta gampang konten lokalnya.
Kabar macet Jakarta aja udah masuk konten
lokal, kabar banjir Jakarta udah masuk konten
lokal. Jokowi presiden kita berkegiatan itu aja
masuknya Jakarta, tapi kita lebih spesifik lah
tentang kesenian dan mudah mudahan teman-
teman stakeholder yang lainnya juga mau
membantu peran yaa sebagai kita sebagai
regulator kita bantu dan arahkan seperti apa,
kaya gitu aja. Gitu aja sih Nin, intinya kita
bangun sama-sama
Peneliti Berati kalo dikondisikan Mas, penyiaran lokal
DKI Jakarta itu gambaran sempitnya seperti apa
ya Mas? Tadikan contohnya ada kesenian.
Narasumber Jakarta sih alhamdulillah sampai saat ini kalau Permasalahan Penyiaran:
1. Pandangan Regulator
kita nilai cukup bagus, cukup baik. Ini di Jakarta
Penyiaran pada
ya, kalo di daerah lain trs temen-temen daerah Penyiaran saat ini.
2. Fungsional Regulator
mungkin punya penilaian tersendiri tapi kalo di
untuk membantu
Jakarta saat ini kita sudah cukup baik. Penguatan Konten
Lokal &
Demokratisasi
Penyiaran.
Peneliti Oke Mas, saya lanjutkan kepertanyaan
selanjutnya. Terus kalo misalnya, tadikan Mas
bilang juga ada yang bilang kalo di Jakarta ini
konten lokalnya gampang aja. Tapi ada ga
tantangan tersendiri untuk menilai konten lokal
di Jakarta Mas?
Narasumber Banyak sih tantangannya, potensi-potensi di Permasalahan Penyiaran:
1. Fungsional Regulator
Jakarta belum banyak yang tergali semua, orang
& Aktor Penyiaran
hanya melihat sisi gemerlapnya Jakarta. Nah untuk membantu
Penguatan Konten
kesenian-kesenian Jakarta hari ini banyak yang
Lokal &
anak muda lebih tau budaya barat dibanding Demokratisasi
Penyiaran.
budaya Jakarta. Gambang kromong yakan? Kalo
ondel-ondel kita ngeliat tiap hari, nah gambang
kromong itu yang sayang sangat disayangkan.
Coba kita gali sendiri potensi gambang
kromong, Nina juga belum tentu tau, tapi udah
pernah ngeliat Nin?. Yakan? Kita menjadi
tantangan, kita bilang kepada teman-teman
lembaga penyiaran baik yang TV atau Radio
yaudah di gas kan dong yang lainnya. Gambang
kromong, ada tari-tari jaipong, kesenian-
kesenian betawi keren ko, palang pintu mungkin
masih jarang dan seumuran milenial kebawah
kalo gaada orang nikahan mana tau. Nah itu
yang harus kita garap lagi, lucu loh palang pintu
ada pantunnya ada para main golok itu yang
sering saya bilang sama temen-temen LP kita
berkunjung ‘ayo kita konten lokalnya Jakarta
ayo kita gali lagi’ itu sih Nin tantangannya,
makanan kaya gado-gado, pasti udah pernah
makan kan? Makanan juga banyak yang khas,
kaya kue cucur ya Jakarta, kaya pusat pusat
kuliner di Jakarta kaya banyak ko, ya kan? Terus
ada lagi, saya masih teringat ada tokoh culture
daerah Kalibata itu belum pernah ada yang
mengangkat namanya Gur Ong dia itu asli
impor dari chinesse tapi dia menyebarkan ajaran
islam di media silat, itu yang harusnya kita itu
yang ada kultur Jakarta. Banyak yang bilang
Jakarta itu percampuran ya antara chinesse dan
arab, gitu Nin. Tantangannya itu aja sih Nin.
Peneliti Berati Mas, tantangannya itu dari budaya
Jakarta nya ya Mas. Tapi untuk di televisi
sendiri, karna kan televisi lokal yang ada di DKI
Jakarta seperti kaya O Channnel terus kaya JAK
TV. Nah itu, ada gasih Mas, tantangannya dari
KPID?
Narasumber Ada! Mereka ada bikin acara kaya Scouter
Jakarta ada. Ada program program mereka kaya
Jakarta gitu ada, kalo gaada ya kita semprit dan
karena mereka TV lokal.
Peneliti Oke Mas, saya melanjutkan kepertanyaan
selanjutnya. Ini mengenai pembagian wilayah
sih Mas, kemaren saya sempet tanya karna kan
TV lokal yang berjaringan ada di Jakarta dan
TV lokal yang daerah juga ada di Jakarta.
Tanggapan menurut KPID sendiri bagaimana
Mas?
Narasumber Ya pembagiannya gini, kita
memantau Permasalahan Penyiaran:
1. Fungsional Regulator
semuanya ya. Maupun berjaringann nasional
& Aktor Penyiaran
atau yang lokal ya. Homebasenya kan, ini yang untuk membantu
Penguatan Konten
masih jadi kita masih jadi benturan antara KPI
Lokal &
Pusat dengan DKI Jakarta dibilang berjaringan Demokratisasi
Penyiaran.
nasional tapi izin masih maaf itu masih
homebasenya di Jakarta, ya harus memenuhi
konten lokalnya dong. Tetep kita kejar,
pemenuhan konten lokalnya tetap kita kejar jadi
kita tidak ada membedakan, kalo membedakan
nanti yang berjaringan seneng dong gaharus
memenuhi dan kita harus kejar semua.
Peneliti Kalo dicari atau diselidiki ada gasih Mas
masalah dari penyiaran lokal itu sendiri,
terutama di Jakarta itu gimana Mas?
Narasumber Gaada masalah ko, kita berkolaborasi dengan Permasalahan Penyiaran:
KPI Pusat ko. Misalnya ada pelanggaran biar 1. Fungsional Regulator
& Aktor Penyiaran
gasama-sama memanggil kita sama-sama
untuk membantu
komunikasi, nih kesalahan ini kesalahan ini Penguatan Konten
Lokal &
seperti itu Nin. Tapi kalo bidang Mas di bilang
Demokratisasi
PS2P bidangnya ada di KPI Pusat, kita Penyiaran.
2. Pengaruh Regulasi
koordinasi dengan KPI Pusat dalam hal
Media terhadap
pemberian rekomendasi tapi hari ini Konten Lokal.
alhamdulillah kita ikut rapat dengan KOMINFO
dan proses perizinan semua gampang ko mudah
dan cepat. Paling kita jadi evaluasi akhir tahun
aja sih Lembaga penyiaran harus mengikuti
Pedoman Perilaku sehingga bagaimana etika
lembaga penyiaran agar tidak berpihak dan tidak
partisan untuk menjaga materi siaran. SPS
mengatur isi atau konten untuk kepentingan
masyarakat dalam melakukan penyiaran yang
sebaik-baiknya untuk kemakmuran masyarakat
dan sudah seharusnya lembaga penyiaran tidak
menjadikan institusi bisnis dan berbasis industri
namun juga mengedepankan kepentingan
masyarakat untuk informasi. Tugas dari KPI itu
hanya melakukan proses perizinan bagi
Lembaga Penyiaran yang ada atau yang baru
serta tugas untuk memperpanjang izin, juga
tugasnya mengawasi aktivitas lembaga
penyiaran dan isinya
Peneliti Berati tadi untuk TV lokal yang berjaringan ini,
pengawasannya ada di KPID atau ada di KPI
Pusat Mas?
Narasumber Di KPID, kita ngawasin TV lokal dan
berjaringan ko di DKI karna itu tadi wilayah
kan.
Peneliti Sekarang saya melanjutkan pertanyaan
selanjutnya Mas, karna tadi juga Mas Andri
sudah menyinggung di awal kalo kita sekarang
kan sedang Analog Switch Off ya Mas ya. Di
era konvergensi ini, kalo dari regulatornya
sendiri KPI melihat kalo digitalisasi ini menjadi
solusi dari permasalahan penyiaran lokal itu
tanggapan Mas Andri seperti apa?
Narasumber Apakah hal tersebut menjadi solusi? Gini kan Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Teknologi
kalo TV TV baru kan dibuat untuk peluang
terhadap Industri
bisnis, terus banyak TV TV lokal kalo mereka Media.
2. Fungsional Regulator
ga cerdik memainkan apa ya, apa sih saya
& Aktor Penyiaran
bilang. Program nya gabisa berkembang, untuk membantu
Penguatan Konten
mereka gabisa dan mereka akan terbebas dari
Lokal &
waktu jadi ASO ini banyak PR dan kita harus Demokratisasi
Penyiaran.
ngebantu juga. Yang tadi saya bilang kalo TV
lokal mereka harus berbasis genre ini misalnya,
nanti ada pembagian ko TV khusus berita, TV
khusus kesenian ya mereka harus mencari
potensi-potensi yang ada kalo ga mereka akan
tergerus. Itu sih Nin, jadi kita harus sama-sama
gali potensi lah, saling kolaborasi.
Peneliti Saya lanjut kepertanyaan nya ya Mas, saya mau
bertanya karna saya pernah wawancara Pak Eris
Munandar selaku ketua Televisi Siaran Digital.
Beliau menyampaikan televisi digital ini juga
merupakan peluang untuk pelaksanaan
demokratisasi penyiaran, nah menurut Mas?
Sesudah adanya digital dan sebelumnya apa ada
kendala?
Narasumber Kalo kita melihat konten, ya balik lagi ke TV
TV siaran digital itu siap tidak menyiapkan
konten-kontennya. Kalo kita bilang
demokratisasi ya cukup, cukup demokratis dan
mereka bebas tapi dengan aturan yang ada di
P3SPS ya jangan melanggar dari kaidan-kaidan
itu. Keberagaman konten, ya balik lagi.
Sekarang itu ada 8 MUX dan 1 MUX itu ada 8,
nah sekarang 8 dikali 8 ada 64 channel yakan?
Apalagi kalo diisi sama keberagaman konten
Jakarta, anak-anak sekarang bukan cuman tau
Kemang sama Kota ko, bisa tau pinggiran
pinggiran Jakarta. Daerah Cibubur tuh ada kue
rangi ada Setu Babakan, sekarang kan orang
taunya kemana? Senopartykan? Anak-anak
Jakarta tuh, saya dulu pernah dateng kesatu
kampus dan bilang ‘yok kita bikin ini yok’
mereka agak lemes tapi mereka ‘yuk bikin ini
yuk’ nah baru semangat. Jadi keberagaman
konten harus saling melengkapi kita sebagai
stakeholder harus saling melengkapi.
Peneliti Saya mau melanjutkan Mas, mengenai regulasi.
Sekarang mengenai aturan sebenernya itu
penyiaran lokal di daerah Jakarta seperti apa sih
Mas? Aturan perizinan dan pola penyiaraanya
Mas?
Narasumber Yang pasti harus punya studio, harus punya
konten itu sih kalo engga mereka akan
tertinggal. Udah itu aja, kalo siaran nya ya
mereka harus teguh pada P3SPS (Pedoman
Perilaku Penyiaran & Standar Program Siaran),
gausah jauh-jauh dari oh ini nih kita harus patuh
sama P3SPS aja
Peneliti Saya akan melanjutkan pertanyaan yang hampir
serupa Mas, sekarang apakah dari aktor
penyiaran seperti dari televis-televisi yang ada
sudah melakukan dengan baikkah aturan dari
P3SPS Mas?
Narasumber Baik ko, Nis. Udah cukup baik. Tapi gini loh Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Regulasi
ada gini, ada bahasa yang dianggap nyeleneh
terhadap Definisi
padahal itu bahasa asli dari daerah tersebut. Konten Lokal
Kaya contoh, kan orang bilang kalo orang
betawi itu agak agak kasar ya, gua-elu-sonoan
dikit kalo di ini di P3SPS. wah ini bahasa gak
sopan, tapi itu bahasa ke daerahan Nin. Kita
harus memperhatikan keberagaman dari segi
budaya dan itu makanya P3SPS mau
diperbaharui, mau direvisi terkait hal-hal seperti
itu juga sih kita harus secara menyeluruh
keberagaman budaya harus kita perhatikan
banget jangan sampe ketika keberagaman
budaya itu malah menyudutkan LP LP tersebut.
Dah itu saja.
Peneliti Selajutnya kalo dari tadi yang regulasi,
aktornya, dari hal tersebut ada kah timbul
masalah? Mungkin tadi ada yang tidak sesuai
persentasinya. Atau saya mau ambil contohnya,
apakah televisi-televisi yang ada di Jakarta
sudah menyiarkan lokal sebagai mana mestinya
Mas?
Narasumber Sudah Nin, sudah kok. Tapi mungkin ada
tanggapan orang yang tadi balik lagi konten
lokal Jakarta gampang ko kaya macet, banjir,
orang kolong jembatan, orang pinggiran Tebet
tuh yang lagi rame Tebet Eco Park ya emang itu
kan ada di Jakarta. Ya sudah cukup bagus ko.
Peneliti Jadi apapun itu berita tentang Jakarta, hal hal
yang lokal itu udah termasuk menurut KPID?
Narasumber Ya gimana ya, mau ketawa. Mau bilang cukup Permasalahan Penyiaran:
1. Penguatan Budaya
ya, gimana tapi lebih diperbaiki aja. Hahaha.
Lokal
Kita harus lebih mengenalkan budaya, makanan
dan ada kabar gembira loh kaya 2 tokoh betawi
namanya dipake untuk nama jalan di daerah
Jakarta Timur. Nah itu kita harus lebih menggali
lagi, orang anak anak sekarang mana tau yang
namanya Mpok Nori tapi ketika ngeliat berita
oh ada nama jalan di Bambu Apus – Mpok Nori
mereka akan cari siapasih Mpok Nori terus
nyari deh. Oh ini Mpok Nori nah itukan masuk
jadi konten juga & itu yang lebih diperhatikan
juga kalo di Jakarta, kalo di yang lain hampir
sama juga kayanya.
Peneliti Mungkin ini pengulangan sih Mas dari
pertanyaan yang tadi, berati kalo untuk
kebutuhan dari persentasi lokal tersebut
terhitung sudah terpenuhi ya Mas?
Narasumber Sudah, sudah terpenuhi.
Peneliti Dari KPID sendiri pengawasan penyiaran lokal
sudah sebagaimana ketentuannya, sudah tidak
ada masalah ya Mas?
Narasumber Engga, engga ada masalah. Aman-aman aja
Peneliti Kalo misalnya dari televisi ataupun dari
lembaga penyiaran kedapatan menemukan
pelanggaran itu sanksi yang diberikan pada
penyiaran lokal seperti apa ya Mas?
Narasumber Aturannnya sudah tercantum dalam P3SPS, Permasalahan Penyiaran:
1. Fungsional Regulator
pertama kita beri surat peringatan, dan kita
Penyiaran terhadap
panggil kita kasih surat peringatan, kita ajukan Regulasi Penyiaran
dengan segala pihak yang paling akhir sampe
tutup siaran sih. Tapi jangan sampe kalo sampe
tutup siaran, kan banyak tuh beberapa program
siaran yang beberapa program siaran yang
dikasih tau akhirnya tutup, tapi mereka ganti
nama kaya Bukan Empat Mata terus Pesbuker
ya mereka ganti nama ya cerdik juga sih
mereka. Ya paling engga kita berikan sanksi
peringatan, tapi kalo sampe tutup ya kasian,
ngeri terkait hajat hidup orang banyak ya kita
kembali lagi aja sama P3SPS. Biasanya sih
mereka kalo dateng kita tegur langgung
memperbaiki kontennya.
Peneliti Kalo tadikan mengenai aturannya ya Mas,
sekarang kan ada e-penyiaran. Nah dari KPID
sendiri, itu gimana sih Mas? Apakah itu sesuatu
yang baru atau bagaimana KPID melihat ini
untuk penyiaran lokal atau lembaga penyiaran
lainnya?
Narasumber e-penyiaran tergolong baru ya, baru 2 atau 3
tahun ini lebih enak. Ya namanya sekarang
udah jalan digital kalo dulu harus berbuku-buku
harus diprint harus ini itu kalo sekarang engga
kan. Melihat penyiaran mereka tinggal buka
semuanya membuat jadi lebih membantu dan
paperless sih
Peneliti Berati menurut KPID sendiri digitalisasi sangat
cukup membantu ya Mas?
Narasumber Ya sangat membantu. Tapi gini Nin, balik lagi
hari ini di KPI ataupun di KPID terkait
perizinannya mengambil ke KOMINFO tapi
kita diberikan kewenangan untuk ketika nanti
ada berlaku ULO (Uji Layak Operasi) dan kita
berhak memberikan evaluasi akhir tahun itu kita
boleh melakukan evaluasi kalo untuk pure
penyiaran masih ke BKKM sam KOMINFO,
kita paling ke program dan konten siarannya aja
Peneliti Sekarang pertanyaanya mengenai evaluasi atau
adaka pesan dan saran mengenai
penyelenggaraan penyiaran Indonesia Mas?
Narasumber Paling kita harus lebih, jangan mengejar rating Permasalahan Penyiaran:
1. Diverisifikasi dan
tapi temen-temen LP untuk satu dan lain hal
Pengaruh Teknologi
harus rating. Yakan? Untuk mengejar iklan terhadap Industri
Penyiaran
supaya lebih tinggi. Pesannya untuk lebih
diperbaiki isi siarannya hari inikan kita lebih
gampang mengadopsi tayangan-tayangan
budaya barat ya. Pasti sekarang lebih banyak
nonton Youtube & Netflix kan? Pokoknya
sekarang pesannya, lembaga lembaga penyiaran
yang ada yuk kita berinovasi agar lebih baik dari
Youtube dan media-media baru, kita akan jaga
ko. Tapi kalo kita siap, asal diberikan
kewenangan aja kita siap.
Peneliti Berati ini evaluasinya untuk penyiaran lokal ya
Mas?
Narasumber Jadi untuk keberagaman konten ya harus di
tingkatkan.
Peneliti Sebelum saya melanjutkan pertanyaan ke
ekonomi politik media nya Mas, mengenai
definisi dari konten lokal. Bagaimana konten
lokal sendiri di definisikan oleh KPID, ada gasih
Mas di Rancangan UU Penyiaran atau P3SPS?
Narasumber Kalo yang di P3SPS pasal 6, siaran lokal dalam Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Regulasi
sistem stasiun jaringan. Lembaga penyiaran
terhadap Definisi
berjaringan wajib menyiarkan program lokal Konten Lokal
dan di pasal, terus apa Nin? Agak agak lupa.
Peneliti Nah inikan untuk konten daerah, seperti
beritanya? Apakah keseniannya? Tapi ada ga sih
Mas klasifikasi dan definisi khusus
nya?
Narasumber Ada, tapi kita anggap global aja. Mereka yang Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Regulasi
sudah punya konten lokal kita anggap sudah
terhadap Definisi
memenuhi konten lokal ya, orang selalu bilang Konten Lokal
10% jadi orang suka bilang kesenian berapa
persen, berita berapa persen. Yaudah kita
anggap udah masuk 10% aja nya.
Kalo kita disuruh bikin, sekian persen sekian
persen agak kasian dan ngelus dada ya kata
orang. Nanti kalo kata temen-temen LP kita
kurang ini kurang ini agak beri sedikit ruang aja
pokoknya 10% aja, kalo kurang ya kita sentil
juga.
Peneliti Saya melanjutkan pertanyaan sesuai teori yang
saya gunakan Mas, karna saya menggunakan
ekonomi politik media saya ingin tau pendapat
Mas mengenai pandangan ekonomi politik
media di Indonesia? Karna kan yang saya tau
dan saya baca dan pelajari karna Indonesia ini
terindikasi melakukan pasar monopolistik pada
pasar penyiarannya.
Narasumber Agak ngeri sih bahasannya, kalo kata dosen asal Permasalahan Penyiaran:
1. Konsentrasi Pasar
ceplas ceplos bahaya ini. Cuman kalo kita
Penyiaran
sebagai regulator ya gaboleh melakukan
monopoli, coba aja di cek atau dateng ke KPID.
Kaya Transcorp, MNC Group itu memang
mereka dalam satu holding tapi dalam
strukturnya tidak bisa satu orang dan gaboleh
memang itu monopoli penyiaran dan emang
gaboleh. Tapi orangkan taunya itu, gaada
monopoli penyiaran di Indonesia itu sih Nin.
Beda itu dari mulai komisaris utama, direktur
utama, mereka semua itu beda. Gitu sih Nin.
Peneliti Disini ada nilai ekonomi juga berati ya Mas?
Karna saya pernah wawancara kondisi seperti
itu ya terpaksa karna tuntutan politik dan bisnis
Mas. Tanggapan dari KPID sendiri seperti apa?
Narasumber Kalo gadirekam sih agak ngeri juga ya, Permasalahan Penyiaran:
1. Konsentrasi Pasar
sebenernya sih kalo saya sendiri tidak sepakat
Penyiaran
dengan monopoli grup gitu. Tapi mereka kalo
ditanya oh iya, mau apalagi mereka tuh ga
monopoli seperti contoh RCTI itu sendiri
berdirinya tapi ya mereka taunya kaya Trans itu
semua komisariatnya beda penanggung
jawabnya beda gaada yang sama. Yang
monopoli dimana? Karna kalo kita lihat dari
strukturnya berbeda semua, tapi kalo sampe
dikatakan monopoli sih hampir ya.
Soalnyakan ya kalo liat ini grupnya, ini grupnya
dia. Tapi kalo kita liat gaada, nama
monopolinya? Gaada.
Tapi kalo pendapat pribadi sih, ya mereka
monopoli sih. Orang dibuat grup gedekan
mereka? Mau ngomong apa kita? Biarpun
namanya satu, tapi sahamnya dibagi bagi, kaya
nanti lo ngurus ini yak, lo bagian ini yak.
Yaudah selesai nih. Jadi politik ekonomi media
di Indonesia tuh sangat berpengaruh, kenapa
kalo buat pilpres dan media tuh cukup
berpengaruh. Karna anak kecil lebih afal mars
Perindo dibanding Indonesia Raya, dan ditanya
menteri apa gatau taunya yang punya MNC ya
Harry Tanoe. Ekonomi politik lebih keren dan
lebih banyak yang tau.
Peneliti Kalo dari penyiaran lokal terindikasi melakukan
monopolistik Mas?
Narasumber O Channel punya nya SCTV kan? GTV
punyanya MNC Grup karna mereka pasti ada.
Peneliti Baik Mas, terima kasih atas kesempatannya dan
waktunya untuk berkenan saya wawancara Mas.
Terima kasih banyak Mas.
Narasumber Terima kasih juga, yaudah makasih iyaa.
TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN III

DATA INFORMAN 1II


Nama : Eris Munandar
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaaan : Ketua Umum Asosiasi Televisi Siaran Digital Indonesia
Tanggal Wawancara : 17 Januari 2022
Tempat Wawancara : Zoom Meeting

Interpretasi
Peneliti Mohon maaf Pak, kebetulan saya juga masih
baru mengetahui mengenai Asosiasi Televisi
Siaran Digital Indonesia, boleh tolong jelaskan
secara singkat mengenai ATSDI?
Narasumber Dibentuk 10 Januari 2015, Latar belakang
pembentukan untuk mendoroang agar ada
kepastian bisnis bagi televisi digital, pada saat
itu belum adanya legislasi primer atau UU dan
jika di kerucutkan pada UU Penyiaran yang
sampai saat itu belum selesai direvisi. Upaya
terus untuk menggabungkan diri beberapa
televisi yang sudah memiliki Izin Penyiaran
oleh pemerintah menjadi legal. Alhamdulillah
2016 dilakukan uji coba siaran. Sambil
menunggu revisi UU Penyiaran, bersyukur
dengan adanya UU Cipta Kerja yang baru
disahkan kemarin, pada Tahun 2020 UU Cipta
Kerja pada pasal 60 A (Cluster Penyiaran) yang
disitu dijadikan legilasi primer bahwa era Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Teknologi
televisi digital sudah mulai diproses di
Indonesia, kemudian semakin diperkuat dengan terhadap Regulasi
Peraturan Menteri No 11 Tahun 2021 mengenai Penyiaran.

tahapan pelaksanaan Analog Switch Off di


Indonesia yang akan dimulai bergulir 30 April
2022 sampai 2 November nanti. Kembali pada
latar belakang pembentukanya hanya untuk
mengumpulkan teman-teman yang sedang
berproses untuk penyiaran digital agar
mendapatkan kepastian usaha, sehingga fokus 5
tahun pertama ini untuk mengadvokasi aspek
regulasinya. Alhamdulillah beberapa anggota
izinnya sudah keluar akibat dari proses
dinamika yang dijalani bersama.
Peneliti Pak, televisi digital itu apa saja Pak yang sudah
berizin atau sudah memiliki IPP?
Narasumber Banyak, kalau sudah IPP Prinsip hampir ada
103 lembaga penyiaran yang sudah dapat proses
dari pemerintah, langsung berproses ke TV
digital. Kemudian, pemerintah di tahun 2019
melakukan proses EUCS atau Uji Coba Siaran,
yang kalo sekarang jadi ULOK atau Uji Layak
Operasi. Itu dari 103 ini kurang lebih sudah ada
30 sampai 40 lembaga penyiaran yang sudah
mendapatkan izin tetapnya atau Izin
Penyelenggaraan Penyiaran Prinsip sambil
diproses anggota kita yang sudah siap siarakan
yang akan dilanjutkan kepada Pemerintah untuk
mendapatkan izin tetapnya.
Peneliti Menurut pandangan Bapak sendiri, terutama
yang ada di penyiaran digital. Bagaimana
pandangan anda mengenai media saat ini?
Narasumber Indonesia merupakan negara paling lambat yang Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Teknologi
memberlakukan peralihan dari analog ke digital
terhadap Industri
tercatat bahwa NCU sudah memberikan Penyiaran.
beberapakali surat kepada pemerintah untuk 2. Pengaruh Regulasi
segera mengalihkan televisi analog ke televisi Penyiaran

digital, tapi karna memang aspek legalitasnya


belum ada di Indonesia sehingga Indonesia terus
mengundur proses Analog Switch Off ini.
Bahkan di tahun 2020 negara-negara ASEAN
melakukan konfensi di Jakarta waktu itu kalo
tidak salah, mereka meminta agar seluruh
negara-negara ASEAN itu total bermigrasi itu
tahun 2020 dann lagi-lagi Indonesia belum bisa
memenuhi itu hingga hari ini. Nah, mudah-
mudahan dengan adanya Undang-Undang Cipta
Kerja kemudian Peraturan Menteri, tahapan-
tahapan yang sekarang sudah dilakukan oleh
pemerintah di 2022 ini Indonesia sudah bisa
menuntaskan proses pergantian siaran televisi
analog berubah menjadi televisi digital karena
ini mau tidak mau, bahwa negara-negara lain
sudah bermigrasi dan Indonesia yang mau tidak
mau harus mengikuti arus dari internasional ini.
Karena frekuensi 700 Mghz inikan frekuensi
global jadi jangan sampe frekuensi ini di
Indonesia dipake hanya untuk penyiaran saja
sedangkan di negara lain 700 Mghz sebagai
folden frekuensi itu dipakai untuk hal-hal yang
lebih urgent seperti early warning sistem.
Rencana pemerintah untuk memanfaatkan sisa
frekuensi inikan sangat luar biasa, maka ATSDI
selalu memandang bahwa Analog Switch Off ini
bukan soal ahli teknologi saja. Bukan soal
memindahkan TV analog ke TV digital itu
perkara kecil, tapi efisiensi frekuensi ini
pemerintah dan masyarakat mendapatkan
multiplayer effect yang sangat luar biasa. Seperti
penambahan pita lebar internet yang akan
menyebabkan internet jadi jauh lebih kencang,
kemudian juga ada early warning sistem
mengenai kebencanaan, belajar dari gempa
kemarin akan ada deteksi dini bencana alam di
Indonesia. Kemudian kalo berbicara mengenai
frekuensi 700 Mghz yang tadinya digunakan
semuanya oleh televisi analog, nanti ketika
sudah bermigrasi ke TV digital itu tersisa
kurang lebih 112 Mghz pencatatan dari Boston
Consalting akan mendapatkan keuntungan yang
luar biasa, kenaikan pajak itu 77 triliun rupiah,
kemudian juga akan terjadi penambahan
lapangan pekerjaan dari penciptaan jenis usaha
lapangan baru hampir 150 ribu lebih pendapatan
domestik bisa sampai 400 triliun rupiah akibat
dari itu, belum dari masyarakat menggunakan
internet. Sebagai optimalisasi bisnisnya,
sekarang kan kita melihat UMKM sudah digital
dan masyarakat sudah menggunakan internet,
jadi kalo internetnya masih lemot itu akan susah
untuk melakukan bisnisnya. Maka dengan
menggunakan frekuensi ini, pemerintah akan
memperlebar jangkauan internet sehingga
kecepatan internet di Indonesia akan jauh lebih
baik lagi. Yang diperjuangkan oleh ATSDI
bukan hanya teknologinya saja, karena satu jam
dua jam juga bisa beres. Frekuensi ini terlalu
mubajir kalo digunakan hanya untuk televisi
analog saja.
Peneliti Berati kalo saya menyambung dari optimalisasi
atau pemanfaatan dari televisi digital ini sendiri
kan berati, masuki ranah perspektif ekonomi
juga. Ada lapangan usaha yang terbuka, maka
sebenarnya perkembangan teknologi mengenai
digital juga sebenarnya membantu pelaksanaan
penyiaran baik tadi melalui televisi ataupun
internet.
Narasumber Jadi sangat banyak dampak yang sangat baik Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Teknologi
diperoleh, misalnya masyarakat bukan hanya
terhadap Regulasi
mendapatkan siaran yang jauh lebih bersih, Penyiaran.
lebih jernih, lebih canggih dengan beragam 2. Pengaruh Teknologi
channelnya secara free ya dan juga ini harus di terhadap
Demokratisasi
tekankan juga bahwa TV digital itu bukan TV Penyiaran
internet tapi televisi tereserial atau TV yang bisa
diakses lewat antena biasa tapi kalo TVnya
masih TV biasa atau belum digital itu bisa pake
STB namanya Set Up Box, kalo Tvnya udah
digital kalo searching otomatis tuh kan ada TV
ada DTVnya dan kalo udah ada DTVnya itu
sudah jelas bisa digital jadi masyarakat bisa
mendapatkan itu jauh lebih bagus atau tidak ada
lagi semut. Jadi masyarakat dapat yang lebih
bersih lagi, channelnya lebih banyak lagi dan
kemudian di satu sisi di faktor ekonominya akan
menggeliat ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif
digital dan juga akan muncul industri industri
baru diberbagai daerah, kalau di Indonesia
sekarang banyak ekonomi kreatif dan sudah
puluhan juta akun Youtube yang ada di
Indonesia dengan harapan Presiden Jokowi yang
adalah Indonesia bisa menjadi negara terbesar
ekonomi kreatif dikawasan Asia dan
sebenernya itu bisa terjadi dengan trasnmisi
televisi analog ke digital, karena basicnya di
dunia sekarang ini kan internet menjadi sebuah
kebutuhan primer kan dengan adanya pandemi
covid 19 ini kan terjadi transformasi percepatan
digital yang jauh lebih cepat. Kalau tidak ada
covid mungkin Indonesia sampai saat ini belum
bergerak menuju digital dan diawal banyak
sekali keluhan mengenai internet yang kurang
cepat dan lain sebagainya.
Komitmen yang bener baik dari KPI,
Industrinya sendiri ataupun Pemerintah, karena
sekarang kalo berbicara 10% aja mereka
bersiaran 24 jam katakan. Dan hak dua jam
setengah untuk konten lokal, kemudian
pertanyan selanjutnya adalah yang disebut
konten lokal, persamaan persepsi mengenai
konten lokal itu sendiri. Seperti konten lokal
Papua, konten lokal Jawa Barat dengan produksi
lembaga penyiaran daerah karena saat ini izin
perusahaan mengerucut kepada daerah
perusahaan dan bersiaran.
Peneliti Permasalahan apalagi yang timbul dari
penyiaran pada saat ini di Indonesia?
Narasumber Kalau sebelum lahirnya Undang-Undang Cipta Permasalahan Penyiaran:
1. Pengaruh Teknologi
Kerja yang paling ketara itu adalah memastikan
terhadap Regulasi
ada ga, aspek legalitas yang menaungi proses Penyiaran.
peralihan televisi analog ke televisi digital 2. Konsentrasi Media
karena revisi Undang-Undang Penyiaran yang
sampai sekarang juga belum selesai. Tapi
dengan adanya UU Ciptaker hubungan dengan
industri dan asosiasi sudah satu paham atau visi
bahwa memang ini harus segera dilakukan,
sebenernya sampai hari ini tidak ada isu yang
berbeda. Masih sama seperti sebelumnya
mengenai kepemilikan yang terpusat juga gitu,
isu yang seksis atau perdebatan mengenai saat
ini ya dikembalikan kepada lembaga penyiaran
yang konsisten dalam pelaksanaanya.
Pemerintah melakukan sosialisasi secara masif
atau distribusi bagi masyarakat dilakukan secara
baik agar proses Analog Switch Off ditahap
pertama pada 30 April itu yang melibatkan
hampir 100 lebih kota dan kabupaten yaitu bisa
berjalan dengan baik sambil menunggu proses
tahap kedua 25 Agustus. Di tahap kedua inikan
ibukota-ibukota besar seperti Jakarta, Bandung
dan Surabaya, kemudian terakhir di bulan
November 2022 kalau misalkan fase pertama
dapat berjalan dengan sukses. Insyallah
kesananya juga bakal sukses, jadi kita sedang
menghindari agar masyarakat itu jangan sampai
kehilangan siaran tvnya karena
ketidaktahuannya.
Peneliti Evaluasi peleyenggaraan penyiaraan saat ini
bagaimana ya Pak?
Narasumber Kalo saya auto kritik sama diri saya yang orang
industri, bahwa TV-TV itu kan menggunakan
ranah publik yang namanya frekuensi. Satu sisi Permasalahan Penyiaran:
memang ada pertarungan idealisme dan 1. Konsentrasi Media
2. Diversifikasi
matrialistis bisnis. Selama ini Televisi kita ini
Tayangan
selalu menomer satukan bisnis tanpa 3. Fungsional Regulator
memerhatikan idealisme sehingga munculah Penyiaran

konten-konten yang tidak menjadi tuntunan.


Saya selalu mengatakan kepada teman-teman
KPI, semakin kecil KPI memberikan teguran
berati itu semakin bagus. Jadi bukan sebagai
prestasi KPI memberikan teguran, berati itukan
ada yang salah. Jadi tantangan terbesarnya itu
Televisi kita bisa menghadirkan kualitas
tayangan yang lebih bermanfaat untuk anak
negeri ini. Apalagi kalo di Youtube tanpa sensor
kan, harus ada law inviorment dari KPI nya
juga, harus ada ketegasan kalo salah ya salah.
Kaya contoh, ada acara Empat Mata nanti
muncul lagi Bukan Empat Mata dengan konsep
yang sama, kalo Bukan Empat Mata di tegur
lagi harus diganti lagi, dalam tanda kutip jadi
diketawain. Jadi kalo gaboleh ditayangin lagi ya
udah berbagai macam judul, tapi konsep nya
sama ya gaboleh.
Kemudian juga KPI juga harus banyak
menggandeng masyarakat sipil, kaitannya
dengan hari ini Youtube dan lainnya yang
menayangkan pernikahan, aqiqah yang tayang
di TV. Nah itu kan jadi perdebadan, ada yang
mengatakan ini budaya, ada di TV lain
mengatakan ini bukan budaya jadi mereka harus
duduk satu meja dulu untuk menyelesaikan.
Jadi catatan bagi kita untuk dapat tantangan
besar bagi kita untuk menghadirkan kualitas
yang baik, dan bagi KPI harus ada law
inviorment yang tegas bagi pelanggaran dan
lain sebagaimanya. Jadi jangan beda persepsi ini
layak atau engga, apalagi yang keduanya itu
saya waktu itu RAKORNAS KPI saya
menyampaikan waktu itu pada pengiklan karena
selama ini Mba. Apa namanya, program yang
hanya ketawa ketiwi ratingnya naik dan lain
sebagainya, saya selalu bilang pada Asosiasi
Pengusaha Iklan yang ratingnya banyak tapi
suka dapat surat cinta dari KPI kan itu lucu. Nah
gitu Mba
Peneliti Berati memang dari regulator ya Pak haru di
perkuat lagi. Baik Pak saya rasa wawancara
yang dilakukan sudah saya dapatkan
jawabannya dan juga banyak pemahaman saya
yang baru dari televisi digital. Terima kasih ya
Pak atas kesempatan dan ketersediannya.
Narasumber Sama-sama, semoga Indonesia bisa lebih mudah
untuk pelaksanaan ASOnya ya. Sukses untuk
Mba ya.

TABEL TRANSKRIP TINGKAT II & III


(AXIAL & SELECTIVE CODING)

Konsep Kata Kunci Informan I Informan II Informan III


Ekonomi Media Diversifikasi Bahkan ada yang
Tayangan & migrasi dari
Usaha daerah yakan?
Kaya SCTV itu
kan migrasi dari
Surabaya, TV
Lokal Surabaya
pindah ke
Jakarta, Indosiar
tuh TV Lokal di
Semarang pindah
ke Jakarta,
ANTV itu
Andalas TV itu
di Lampung
pindah ke
Jakarta. Jadi dulu
ada beberapa,
saya lihat dulu
semangatnya
harusnya supaya
beberapa daerah
nongol menjadi
apa kekuatan TV
TV di daerah tapi
kemudian
berubah ya di
cemplungin
semua ke Jakarta.

TABEL TRANSKRIP TINGKAT II & III


(AXIAL & SELECTIVE CODING)
KONSEP KATEGORI DIMENSI INFORMAN I INFORMAN II INFORMAN III
Media Dinamika Permasalahan Menurut Informan I Informan II Informan III
Penyiaran Penyiaran Penyiaran kondisi penyiaran menyampaikan memberikan
Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia saat ini kondisi penjelasan
mendapatkan penyiaran mengenai
diskriminasi dari Indonesia saat ini pelaksanaan
pemerintah dan dalam kondisi penyiaran
televisi nasional. yang baik-baik Indonesia saat ini
Terdapat contoh saja. sedang
yang disampaikan melakukan uji
oleh Informan I Sehingga tidak coba siaran
bahwasanya ada terdapat digital dan akan
lembaga penyiaran permasalahan diberlakukan
yang tidak yang serius. tahapan Analog
dikeluarkan Izin Switch Off yang
Pelaksanaan Namun, kondisi bergulir mulai 30
Penyiaraan. penyiaran saat April 2022
ini Informan II hingga 2
Serta Informan memberikan November 2022
menyapaikan situasi keterangan setelah dukungan
saat ini semakin mengenai yang diterima
kompleks karena peralihan siaran dari Undang-
adanya digitalisasi analog menuju Undang Cipta
dan opini baru digital yang akan Kerja yang baru
mengenai bentuk dilaksanakan disahkan 2021
penyiaran Indonesia pada 2 kemarin dan
yang tidak hanya November 2022 menyampaikan
sebagai atau Analog rasa syukurnya
broadcasting secara Switch Off. dari anggota
konvensional. lembaga televisi
Sehingga harus siaran digital
bermigrasi pada sudah
penyiaran digital mendapatkan
dan multiplatfrom izin
dengan media baru penyiarannya
agar lembaga dan dinamika
penyiaran didalamnya akan
konvensional tidak dijalani bersama.
mati atau sunset.
Permasalahan yang Serta Informan
disampaikan oleh III
Informan I yakni menyampaikan
saat ini penyiaran mengenai fokus
Indonesia utama saat ini
berhadapan dengan untuk
regulasi yang belum mengadvokasi
siap untuk regulasi
transformasi penyiaran agar
penyiaran yang segera di
bergerak pada selesaikan.
digitalisasi.

Informan juga
mendukung untuk
disegerakannya
rancangan Undang-
Undang Penyiaran
diselesaikan agar
lembaga penyiaran
ada pada posisi
same playing atau
posisi yang imbang.
Hal ini bertujuan
dengan Undang-
Undang yang
berfungsi untuk
melindungi lembaga
penyiaran.
Televisi Informan I Informan II yang Informan III
Lokal & memberikan berasal dari memberikan
Televisi pandangan regulator padangan
Lokal Daerah mengenai kota menyampaikan mengenai televisi
DKI Jakarta Jakarta yang bahwa kondisi lokal Indonesia
dikegorikan sebagai penyiaran lokal bahwa harus bisa
kota urban sehingga DKI Jakarta saat menyesuaikan
berbagai latar ini baik baik dengan kondisi
belakang berada di saja. Alasan digitalisasi saat
Ibu Kota, Informan II ini karena
kecenderungan menyampaikan penyiaran juga
untuk dapat hal tersebut semakin maju
membuat konten dikarenakan dan era
lokal DKI Jakarta kondisi konvergensi
lebih mudah. penyiaran DKI semakin
Jakarta sudah mendorong
Local wisdom atau terpenuhi dari untuk penyiaran
kearifan lokal yang aspek berita yang dapat maju
perlu ditegaskan di tayangkan. bersama dengan
karna ada dialam digitalisasi
Namun terdapat
Namun permasalahan
permasalahannya pada aspek
belum ada yang budaya yang
dapat memberikan kurang
pengaruh untuk ditampilkan oleh
memproduksi lembaga
kembali konten penyiaran lokal,
yang khas akan DKI kesenian daerah,
Jakarta seperti Doel kuliner daerah
Anak Sekolah dan dan budaya DKI
Lenong Betawi. Jakarta tidak
digambarkan
Sehingga anak lebih banyak.
mudah lebih Hal tersebut
cenderung menjadi
mengkonsumsi tantangan dari
budaya asing dan penyiaran lokal
menerima budaya DKI Jakarta
asing.

Selective Coding

Seluruh Informan menyampaikan kondisi penyiaran Indonesia terkini, dengan berbagai sudut
pandang yang berbeda. Terlihat dari Informan I menyampaikan beberapa permasalahan
penyiaran saat ini yang digambarkan bukan hanya dari aspek penyiarannya saja namun juga dari
regulasi serta kondisi saat ini dengan kondisi yang tidak sedang baik-baik saja karna adanya new
media menjadikan penyiaran mendapatkan gempuran untuk mensegerakan melakukan
digitalisasi dan peralihan untuk menggunakan multiplatform serta menyampaikan
kegelisahannya terhadap Undang-Undang yang belum kunjung di selesaikan untuk dapat
mengatur seluruh penyelenggaraan penyiaran dan dorongan digitalisasi.

Informan I menyapaikan bahwa kondisi penyiaran saat ini baik-baik saja tanpa ada masalah
sama sekali. Namun hal tersebut sangat berbeda dengan Informan I & Informan II yang
menyampaikan permasalah mengenai digitalisasi dan Undang-Undang Penyiaran yang masih
dalam tahap revisi yang tak kunjung selesai.
Kesamaan dari Informan II & Informan III menyampaikan mengenai situasi terkini penyiaran
yang sedang dalam masa peralihan dari analog pada digital dalam bentuk Analog Switch Off.

Ketiga Informan menjelaskan kondisi penyiaran yang berbeda dari berbagai sudut pandang yakni
pada Informan I selaku Asosiasi Televisi Lokal Indonesia yang menjelaskan berbagai
permasalahan penyiaran di Indonesia, kemudian Informan II selaku KPI Daerah DKI Jakarta
yang menjelaskan kondisi penyiaran Indonesia sedang baik-baik saja dan tidak ada masalah sama
sekali membuat hal ini menjadi seperti tidak melihat secara luas kondisi penyiaran di Indonesia
saat ini, dan Informan III selaku Asosiasi Televisi Siaran Digital Indonesia menyampaikan
kegembiaraanya karna kebijakan mengenai migrasi analog menjadi digital sudah mendapatkan
dukungan dari pemerintah dan Undang-Undang Cipta Kerja.

Pada bagian televisi lokal DKI Jakarta, Informan I menyampaikan seharusnya penyiaran lokal
DKI Jakarta bisa membuat konten tanpa masalah karena kota Jakarta merupakan kota serapan
atau urban city. Akan tetapi permasalahan yang dihadapi oleh konten penyiaran DKI Jakarta
bahwa belum ada yang dapat melanjutkan konten budaya Jakarta yang kental. Sama halnya
dengan pandangan yang disampaikan oleh Informan II bahwa saat ini menjadi tantangan besar
untuk penyiaran lokal DKI Jakarta untuk dapat memproduksi konten budaya agar tidak
cenderung mengkonsumsi tayangan budaya asing.

KONSEP KATEGORI DIMENSI INFORMAN I INFORMAN II INFORMAN III


Demokratisasi Diversity of Konten Informan I Informan II Informan III
Penyiaran Content Penyiaran menyampaikan menyampaikan memberikan
bahwa bahwa kondisi penjelasan
demokratisasi demokratisasi mengenai kondisi
penyiaran penyiaran di demokratisasi ini
Indonesia masih Indonesia sudah dengan
banyak PR yang mencukupin dan mendukung
belum tercapai bebas namun penyebaran
karena masih masih dengan sosialisasi secara
terdapat aturan yang masif Analog
diskriminasi dari diberikan KPID Switch Off untuk
televisi pusat pada melalui P3SPS menghidari
penyiaran daerah. agar tidak daerah yang blind
melanggar spot terestrial
Demokratisasi kaidah-kaidah sehingga
harusnya dapat keberagaman keberagaman di
melindungi konten. daerah untuk
lembaga penyiaran memunculkan
melalui regulasi Kemudian KPID ekonomi kreatif
dan regulator juga digital di
secara hukum dan memberikan Indonesia.
juga melibatkan contoh bahwa
lembaga penyiaran saat ini terdapat
baik lokal dan 64 channel yang
lainnya untuk dapat di isi
merumuskan dengan
regulasi bersama. keberagaman
konten di
Selain itu Jakarta.
permasalahan yang
dihadapi pada
diversity of
content menurut
Informan I adalah
infrastruktur yang
harus dijaga
karena Indonesia
merupakan negara
kepulauan yang
memiliki banyak
daerah dan
memiliki potensi
konten. Tapi di
Jakarta sendiri
untuk konten
budayanya cukup
terseok-seok untuk
pelaksanaan
konten lokal nya
atau Local
wisdom/ kearifan
lokal yang perlu
ditegaskan.
Diversity of Kepemilikan Informan I Informan II Serta Informan III
Ownership Media memberikan memiliki melihat bahwa
pendapat bahwa pendapat kepemilikan
Jakarta merupakan mengenai media yang
pusat bisnis kepemilikan terpusat menjadi
sehingga pemilik media yang ada isu yang seksis
penyiaran di Indonesia dan sedang
menginvestasikan sudah tersebar dikembalikan
penyiarannya di dengan baik. pada lembaga
Jakarta. penyiaran untuk
dapat
melaksanakan
nya lebih
konsisten.

Selective Coding

Informan I memberikan pertanyaan bahwa masih terdapat PR penyiaran Indonesia yang belum
tuntas dan tercapai, karena masih terjadi diskriminasi dari penyiaran berjaringan nasional pada
televisi lokal, dukungan dari pemerintah pun belum sepenuhnya didapatkan oleh televisi lokal,
karena sebaiknya penyiaran lokal mendapatkan dukungan dan perlindungan dari demokratisasi
penyiaran baik secara hukum atau stakeholder terkait.

Informan II menyampaikan hal yang berbeda dengan Informan I, karena anggapan demokratisasi
penyiaran saat ini sudah berjalan dengan baik dan mencukupi asalkan tetap berkaidah sesuai
P3SPS. Sedikit berbeda menurut padangan dari Informan III yakni menyampaikan bahwa
penyiaran demokratisasi berjalan dengan bantuan dari Analog Switch Off yang berjalan untuk
menghapuskan daerah yang tidak terbaca oleh penyiaran analog sehingga masyarakat daerah
mendapatkan tayangan televisi yang serupa dengan membantu ekonomi kreatif daerah setempat.

Pada bagian diversity of content, Informan I memiliki pendapat bahwa Jakarta merupakan pusat
bisnis yang membuat perkembangan kepemilikannya sangat pesat, sedangkan Informan II
menyampaikan bahwa kepemilikan media di Jakarta sudah tersebar dengan baik tanpa
memberikan keterangan apapun,. Kemudian Informan III berpendapat bahwa kepemilikan media
itu menjadi isu yang seksis sehingga harapannya untuk bisa lebih konsisten dalam kepemilikan
medianya.

KONSEP KATEGORI DIMENSI INFORMAN I INFORMAN II INFORMAN III


Ekonomi Evaluasi Diversifikasi Informan I Informan II Informan III
Politik Struktur Usaha & memberikan memberikan dua menyampaikan
Pasar Monopoli keterangan dan tanggapan yang kepemilikan
Kepemilikan contoh mengenai berbeda. Beliau media terpusat di
lembaga penyiaran menyampaikan Indonesia
lokal yang bahwa aturan menjadi
melakukan migrasi seharusnya pembahasan yang
menuju ke Ibu memang tidak menarik dan
Kota, seperti membolehkan terdapat
contoh SCTV yang adanya pertarungan
bermigrasi dari monopoli bisnis yang
Surabaya, kepemilikan dari mengdepankan
kemudian ada, Undang-Undang matrialistis bisnis
Indosiar yang dan KPID sehingga televisi
menjadi televisi sendiri. kita mencari
lokal Semarang keuntungan
dan ANTV yang Namun, sebesar-besarnya
merupakan tanggapan untuk
Andalas TV yang selanjutnya mendapatkan
bersumber dari Informan II keuntungan dan
daerah Lampung. menyampaikan menurunkan
bahwa hampir prinsip
Hal ini terlihat dikatakan keberagamannya
bahwa Informan terindikasi sehingga
mengetahui bahwa melakukan terindikasi
beberapa lembaga monopoli melakukan
televisi lokal yang lembaga monopoli dan
bersiaran penyiaran berdampak pada
berjaringan karena dalam kontennya.
melakukan afiliasi satu grup atau
dengan bentuk membentuk
perpidahan lokasi afiliasi dari
pusat lembaga berbagai bentuk
penyiaran untuk media.
menjangkau pasar
yang lebih luas.

Namun hal ini


menjadi indikasi
bahwa pasar
penyiaran
Indonesia menjadi
monopolistik
karena ego dari
pemilik media
yang melihat
peluang bisnis
pada media.

Selective Coding
Seluruh Informan menyampaikan hal yang serupa atas bentuk pasar penyiaran Indonesia yang
terindikasi melakukan monopoli kepemilikan, namun Informan I memberikan contoh yang
menjadi bukti pendukung bahwa lembaga penyiaran seperti SCTV yang sebelumnya berlokasi di
Surabaya sekarang berpindah berada di Ibu Kota, hal ini masuk pada dimensi diversifikasi usaha
karena upaya pelebaran penyiaran ini juga berdampak pada lokasi penyiaran yang berubah dan
tidak lagi di daerah. Kemudian Informan I memberikan keterangan mengenai monopoli
kepemilikan didasar oleh ego yang dimiliki oleh pemilik media dalam melihat nilai ekonomi atau
bisnis yang menguntungkan.

Kemudian Informan II memberikan dua pendapat yang bertentangan, pada satu sisi Informan
selaku regulator memang setuju bahwa tidak diperkenankannya lembaga penyiaran melakukan
monopoli kepemilikan dan mengatakan bahwa di Indonesia tidak terindikasi melakukan
monopoli. Namun pendapat selanjutnya Informan menyampaikan bahwa Indonesia sedikit
terindikasi melakukan monopoli karena walau di satu grup namun terdapat pembagian peran dari
saham kepemilikan media. Serta ekonomi politik media sangat perpengaruh sehingga masyakat
lebih mengetahui mengenai politik yang ditayangkan oleh media dibandingkan dengan tayangan
lain.

Informan III memberikan pendapat bahwa, memang media penyiaran di Indonesia melihat hal
yang matrialistik bisnis karena media merupakan peluang usaha yang besar, sering kali media
lupa dengan idealisme yang mereka anut. Yang menyebabkan keberagaman kepemilikan ini tidak
secara natural terjadi namun terdapat pembagia peran dalam kepemilikannya dan berdampak
pada konten.

KONSEP KATEGORI DIMENSI INFORMAN I INFORMAN II INFORMAN III


Regulasi Undang- Regulasi Informan I Informan II Undang-Undang
Penyiaran Undang Penyiaran memberikan menyampaikan Cipta Kerja
Indonesia Penyiaran Digital tanggapan tanggapan menurut Informan
mengenai regulasi mengenai KPI III adalah regulasi
penyiaran yang ataupun di KPID yang pasti
belum siap pada terkait melihat legalitas
bentuk tranformasi perizinannya yang menaungi
digital terestrial mengambil ke proses peralihan
dan juga kehadiran KOMINFO. televisi analog ke
new media dan televisi digital
didalam P3SPS Namun untuk karena revisi
juga belum media baru, KPI Undang-Undang
mengatur & KPID jika Penyiaran yang
mengenai diberikan sampai sekarang
penyiaran berbasis kewenangan juga belum
digital sehingga untuk ketika selesai.
Informan nanti ada
mendesak untuk berlaku ULO UU Ciptaker
racangan Undang- (Uji Layak hubungan dengan
Undang Penyiaran Operasi) berhak industri dan
segera di sahkan. memberikan asosiasi sudah
evaluasi akhir satu paham atau
Tujuan Informan I tahun. Untuk visi bahwa
menyampaikan hal aturan tetap memang ini harus
tersebut untuk KPID hanya segera dilakukan,
memberikan mengatur sebenernya
jaminan pada program dan sampai hari ini
lembaga konten siarannya tidak ada isu yang
penyiaran. saja. berbeda.
Regulasi Informan I Informan II Informan III
Penyiaran menyampaikan memberikan hanya
Lokal bahwa terdapat pendapat menyampaikan
berpihak kepada mengenai mengenai
TV lokal itu definsi penyiaran lokal
sendiri, kepada penyiaran lokal dari pandangan
Pemerintah Daerah yang ada P3SPS digital. Sehingga
yang tidak pasal 6, siaran tidak menjelaskan
membela TV lokal lokal dalam secara detail
daerahnya. Karena sistem stasiun seperti apa
terdapat jaringan. regulasi
kepentingan- Lembaga penyiaran lokal.
kepentingan penyiaran
tertentu. berjaringan
Pemerintah daerah wajib
nya yang menyiarkan
seharusnya program lokal
melindungi TV dan di pasal
lokal daerahnya. tersebut secara
Tujuan hal tersebut lengkap.
adalah untuk
support daerahnya Didalam aturan
seperti tersebut
memberikan aset menyebutkan
daerah, pajak 10% konten
daerah atau lokal dan tidak
penghasilan daerah ada kategori
secara spesifik
mengenai
konten lokal
karena khawatir
memberatkan
lembaga
penyiaran.

Selective Coding

Informan I, II dan III memberikan tanggapan yang berbeda mengenai regulasi yang mengatur
penyelenggaraan penyiaran Indonesia Informan I memberikan tanggapan mengenai regulasi
penyiaran yang belum siap pada bentuk tranformasi digital terestrial dan juga kehadiran new
media dan didalam P3SPS juga belum mengatur mengenai penyiaran berbasis digital sehingga
Informan mendesak untuk racangan Undang-Undang Penyiaran segera di sahkan dan pada
terdapat berpihak kepada TV lokal itu sendiri, kepada Pemerintah Daerah yang tidak membela
TV lokal daerahnya. Karena terdapat kepentingan-kepentingan tertentu. Pemerintah daerah nya
yang seharusnya melindungi TV lokal daerahnya. Tujuan hal tersebut adalah untuk support
daerahnya seperti memberikan aset daerah, pajak daerah atau penghasilan daerah.

Tanggapan yang diberikan oleh Informan II regulasi penyiaran kondisi terkini dari adanya e-
penyiaran yang memberikan dampak baik dan juga berlakunya KPID pada ULO (Uji Layak
Operasi) berhak memberikan evaluasi akhir tahun. Untuk aturan tetap KPID hanya mengatur
program dan konten siarannya saja dan menyampaikan definsi penyiaran lokal yang ada P3SPS
pasal 6, siaran lokal dalam sistem stasiun jaringan. Lembaga penyiaran berjaringan wajib
menyiarkan program lokal dan di pasal tersebut secara lengkap hanya menyebutkan 10% konten
lokal dan tidak ada kategori secara spesifik mengenai konten lokal karena khawatir memberatkan
lembaga penyiaran.

Berbeda dengan kedua Informan I & II, pada Informan III menyampaikan secara detail mengenai
Undang-Undang Cipta Kerja regulasi yang pasti melihat legalitas yang menaungi proses
peralihan televisi analog ke televisi digital karena revisi Undang-Undang Penyiaran yang sampai
sekarang juga belum selesai.UU Ciptaker hubungan dengan industri dan asosiasi sudah satu
paham atau visi bahwa memang ini harus segera dilakukan, sebenernya sampai hari ini tidak ada
isu yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai