Anda di halaman 1dari 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem berbasis


komputer interaktif yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan
data dan model untuk menyelesaikan suatu masalah (Turban, 2011). Di
dalam SPK terdapat beberapa metode untuk mendukung pengambilan
keputusan, diantaranya Analitical Hierarchy Process (AHP), Technique For
Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS), dan AHP-
TOPSIS
AHP adalah metode dalam sistem pengambilan keputusan yang
menggunakan beberapa variabel dengan proses analisis bertingkat. Analisis
dilakukan dengan memberi nilai prioritas dari tiap-tiap variabel, kemudian
melakukan perbandingan berpasangan dari variabel-variabel dan alternatif-
alternatif yang ada (Saaty, 2001). Penelitian terkait yang menggunakan
metode AHP sebagai alat bantunya yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh
Maharrani (2010) mengenai seleksi penerimaan karyawan.
Menurut Hwang (1995), TOPSIS didasarkan pada konsep dimana
alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari
solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal
negatif. Penelitian terkait yang menggunakan TOPSIS sebagai model
pendukung keputusannya yakni yang dilakukan oleh Khosravi (2011) dalam
pemilihan sistem penggilingan padi.
Metode AHP-TOPSIS merupakan metode yang mengkombinasikan AHP
dan TOPSIS dengan AHP untuk pembobotan dan TOPSIS untuk
perangkingan. Penelitian terkait yang menggunakan AHP-TOPSIS sebagai
model pendukung keputusannya yakni yang dilakukan oleh Ghosh (2011)
dalam pemilihan dan evaluasi tenaga pengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sebelumnya telah ada beberapa penelitian mengenai perbandingan antara


AHP dan TOPSIS, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Nooramin (2012) tentang pemilihan granty crane di area container yard di
pelabuhan dan didapatkan hasil yang sama antara kedua metode. Sedangkan
pada penelitian tugas akhir ini, penulis mengangkat topik untuk
membandingkan antara metode AHP, TOPSIS, dan AHP-TOPSIS dengan
mengambil studi kasus mengenai seleksi penerimaan peserta didik program
percepatan belajar (akselerasi) yang berlokasi di Kabupaten Wonogiri, yaitu
SMP Negeri 1 Wonogiri.
Pada tahun 2004, pihak sekolah membentuk program hasil implementasi
dari Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 5 Ayat 4 yang menyatakan
bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus (Dirjen Pendidikan Islam, 2007),
yaitu program percepatan belajar (akselerasi). Pada penelitian ini, ditetapkan
empat kriteria, yaitu nilai UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar
Nasional), nilai TPA (Tes Potensi Akademik), nilai tes psikotes (IQ), dan
nilai prestasi yang diraih.
Dalam analisis perbandingannya, penulis akan menerapkan Hamming
Distance dan Euclidean Distance. Tujuan diterapkannya Hamming Distance
adalah untuk melihat jumlah perbedaan urutan posisi yang menunjukkan
urutan prioritas siswa yang diterima. Sedangkan tujuan Euclidean Distance
yaitu melihat seberapa jauh jarak perbedaan urutan prioritas tersebut.
Penelitian serupa telah dilakukan oleh Juliyanti (2011) dalam pemilihan guru
berprestasi yang pengujiannya menggunakan Hamming Distance.
Untuk parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah parameter
terhadap hasil perangkingan sekolah, urutan rapor akselerasi, dan nilai rapor
akselerasi. Hamming Distance dilakukan dengan parameter hasil
perangkingan sekolah dan urutan rapor akselerasi bertujuan untuk melihat
kesesuaian hasil dengan ketetapan sekolah. Sedangkan Euclidean Distance
dilakukan dengan parameter nilai rapor akselerasi semester I dengan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk melihat tingkat keberhasilan siswa program akselerasi tersebut juga


sekaligus sebagai parameter untuk menentukan metode rekomendasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat


diidentifikasikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah metode
apakah yang lebih baik antara metode AHP, TOPSIS, dan AHP-TOPSIS
dalam studi kasus penerimaan siswa program percepatan belajar (akselerasi)
di SMP Negeri 1 Wonogiri

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang diterapkan pada penelitian ini sebagai berikut:


1. Data diambil pada empat tahun ajaran, yaitu tahun ajaran 2009/2010,
2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013.
2. Nilai-nilai pada seleksi penerimaan, antara lain nilai rata-rata UASBN
(Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional), nilai tes psikotes, nilai tes
potensi akademik, dan nilai prestasi berupa piagam.
3. Nilai rata-rata rapor untuk kelas akselerasi pada semester I, dengan
asumsi siswa belum terpengaruh kondisi apapun.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang telah


dijabarkan di atas yaitu untuk mengetahui metode yang lebih baik antara
metode AHP, metode TOPSIS, serta AHP-TOPSIS dalam studi kasus
penerimaan siswa program akselerasi di SMP Negeri 1 Wonogiri.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat membantu


pembuat keputusan dalam melakukan seleksi penerimaan siswa program

Anda mungkin juga menyukai