Anda di halaman 1dari 68

Oleh

DWI RETNA SOVIANY


Tragedi Minamata, Jepang, 1950-an
Tragedi Love Canal, USA, 1970-an
Pintu air Banjir Kanal, Jakarta Pusat, Juni 2007
Waduk Sutami, Jawa Timur, 2007
Bahan untuk
pemeliharaan
alat
Kemasan
bekas

Sisa/hasil
samping

Bahan awal Proses


Bahan kimia
kadaluarsa

Limbah
B3 (Bahan
Non-B3 beracun dan
berbahaya)
Adalah setiap limbah yang mengandung B3 karena:

Sifatnya (Hg)
Konsentrasinya (Cu)
Jumlahnya (kuantitas)

Langsung Tidak langsung

dapat mencemari, merusak,


membahayakan: lingkungan hidup,
kesehatan dan kelangsungan
hidup manusia/ makhluk hidup lain
Cair
Gas Padat

Sludge, protein,
asam, basa, zat warna,
Endapan kimia, adsorben
SO2, NO2 ,H2S, NH3, solven organik, ion logam,
Bahan kimia kadaluarsa
Debu C, Pb atau Hg anion, zat organik
Kendaraan bermotor Domestik
Industri

Pertambangan Rumah sakit Laboratorium


Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah
bahan yang karena sifatnya dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
Kegiatan pengelolaan B3 meliputi:

◦ Menghasilkan B3
◦ Mengangkut B3
◦ Mengedarkan B3
◦ Menyimpan B3
◦ Menggunakan B3
◦ Membuang B3
 Mudah meledak (explosive)
 Pengoksidasi (oxidizing)
 Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
 Sangat mudah menyala (highly flammable)
 Mudah menyala (flammable)
 Amat sangat beracun (extremely toxic)
 Sangat beracun (highly toxic)
 Beracun (moderately toxic)
 Berbahaya (harmful) Korosif (corrosive)
 Bersifat iritan (iritant)
 Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
 Karsinogenik (carcinogenic)
 Teratogenik (teratogenic)
 Mutagenik (mutagenic)
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum
menangani B3 antara lain:

1. Pelajari dan pahami MSDS bahan tersebut:


karakteristik bahan, tindakan P3K, APD yang
diperlukan, dsb.
2. Siapkan APD yang sesuai dan peralatan penanganan
tumpahan.
3. Siapkan prosedur penanganan dan pemakaian bahan:
 Jumlah pemakaian per hari per shift
 Jumlah stok minimal
 Lokasi dan persyaratan penyimpanan
4. Sosialisasikan ke semua pihak terkait.
Meliputi:

 Pemberian simbol dan label


 Pengangkutan
 Penyimpanan dan pengemasan
 MSDS
 Acuan: PERMENLH No. 03 Tahun 2008.
 Simbol – gambar yang menunjukkan karakteristik B3.
 Label - uraian singkat yang menunjukkan jenis dan
karakteristik B3, informasi produsen, identitas B3, jumlah
B3.
 Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta
dilengkapi dengan MSDS (PP No. 74/2001 Pasal 15).
 Simbol dan label yang rusak harus diganti dengan yang
baru:
◦ Jika rusak pada saat produksi, wajib diganti oleh Penghasil.
◦ Jika rusak pada saat pengangkutan, wajib diganti oleh
penanggung jawab kegiatan pengangkutan.
◦ Jika rusak pada saat penyimpanan, wajib diganti oleh penanggung
jawab kegiatan penyimpanan.
 Berbentuk bujur sangkar yang
diputar 45 derajat sehingga
membentuk belah ketupat.

 Berwarna dasar putih dan garis


tepi belah ketupat tebal
berwarna merah.
 Harus dibuat dari bahan yang
tahan air, goresan dan bahan
kimia.

 Harus dapat menempel dengan


baik, mudah digunakan dan
tahan lama.

 Harus dipasang pada kemasan,


kendaraan pengangkut dan
tempat penyimpanan B3.
 Ukuran disesuaikan dengan kemasan.

 Harus sesuai dengan karakteristik B3 yang


dikemas atau diwadahinya.

 Ditempel pada sisi-sisi kemasan yang mudah


dilihat dan tidak terhalang oleh kemasan lain.

 Tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti


dengan simbol lain sebelum kemasan
dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa B3.
 Ukuran minimal 25 x 25 cm atau lebih besar sesuai
dengan ukuran alat angkut.
 Harus hanya 1 (satu) macam simbol sesuai dengan
karakteristik B3 yang diangkutnya.
 Harus menggunakan bahan warna yang dapat
berpendar (fluorescence).
 Dipasang di setiap sisi dan bagian muka alat angkut,
serta harus dapat terlihat dari jarak sekurang-
kurangnya 30 meter.
 Tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan
simbol lain sebelum muatan B3-nya dikosongkan dan
dibersihkan.
 Ukuran minimal 25 x 25 cm atau lebih besar.

 Dipasang pada bagian luar tempat


penyimpanan yang tidak terhalang.

 Harus sesuai dengan karakteristik B3 yang


disimpannya.

 Harus dapat terlihat dengan jelas dari jarak


sekurang-kurangnya 20 meter.
 Berbentuk persegi panjang.

 Ukuran disesuaikan dengan


ukuran kemasan, dengan
perbandingan panjang dan
lebar adalah 3:1.

 Warna dasar putih dan


tulisan serta garis tepi
berwarna hitam.

 Juga harus dipasang pada


wadah yang akan
dimasukkan ke dalam
kemasan yang lebih besar.
 Simbol berbentuk belah ketupat.
 Diletakkan pada wadah dan/atau kemasan, alat angkut dan tempat
penyimpanan limbah B3.
 Pada kemasan limbah minimal berukuran 10 cm x 10 cm.
 Pada kendaraan pengangkut minimal 25 cm x 25 cm.
 Label untuk penandaan kemasan kosong:

Berfungsi sebagai penanda kemasan kosong,


dipasang pada kemasan bekas pengemasan
limbah B3 yang telah dikosongkan atau akan
dipakai kembali untuk mengemas limbah B3.

 Label penunjuk posisi tutup kemasan (7 cm x 15 cm):

Berfungsi sebagai penunjuk tutup kemasan.

Dipasang dekat tutup kemasan dengan posisi


anak
panah menunjukkan posisi penutup kemasan.
clamp

CAMPURAN

CAMPURAN
 Sebagai wadah untuk penyimpanan dan pendistribusian
B3.
 Untuk menjamin keamanan B3 serta mencegah kecelakaan
akibat paparan B3 terhadap manusia, lingkungan dan
makhluk hidup lainnya selama dalam penanganan.
 Setiap B3 yang dihasilkan, diangkut, diedarkan dan
disimpan wajib dikemas sesuai dengan karakteristiknya
(PP No. 74/2001 Pasal 14.
 Jika terjadi kerusakan kemasan:
◦ Untuk B3 yang masih dapat dikemas ulang, pengemasannya wajib
dilakukan oleh Pengedar.
◦ Untuk B3 yang tidak dapat dikemas ulang dan dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan dan/atau
keselamatan manusia, maka Pengedar wajib melakukan
penanggulangannya.
 Dalam keadaan baik: tidak rusak, tidak bocor, tidak
berkarat.

 Bentuk, ukuran dan bahan kemasan sesuai dengan


karakteristik B3 yang dikemasnya.

 Harus tertutup rapat.

 Dalam keadaan bersih serta bebas dari simbol dan


label yang tidak perlu.

 Untuk kemasan non-curah harus lolos uji jatuh, uji


kebocoran, uji tekanan internal dan uji penumpukan
secara berkala.
 Drum logam
 Drum plastik
 Kantung/karung
plastik
 Jerry can
 Botol kaca
 Botol plastik
 Peti kayu
 Tanker
 Roll off box
Dan sebagainya
 Drum Metal
 Drum Plastik
 Drum Karton
 Kantung/Karung Plastik
 Jerry can & Botol
 Tanker
 R/O Box
 Peti Kayu
 Peti Metal
Drum logam tutup kecil (kode 1A1)
• Daya tampung 25 – 200 liter.
• Untuk pengemasan cairan (tidak
disarankan untuk cairan yang korosif
seperti asam).
• Dapat digunakan berulang kali.

Drum logam tutup lebar (kode 1A2)


• Daya tampung 25 – 250 kg.
• Untuk pengemasan padatan (sebaiknya
menggunakan plastic liner).
• Dapat digunakan berulang kali.
Drum plastik tutup kecil (kode 1H1)
• Daya tampung 25 – 200 liter.
• Untuk pengemasan cairan (bisa juga
untuk cairan yang korosif seperti asam).
• Tidak disarankan untuk digunakan
setelah 5 tahun.

Drum plastik tutup besar (kode 1H2)


• Daya tampung 25 – 250 kg.
• Untuk pengemasan padatan (disarankan
untuk menggunakan plastic liner).
• Tidak disarankan untuk digunakan
setelah 5 tahun.
Jerrican plastik (kode 3H1)
• Daya tampung 5 – 60 liter.
• Untuk pengemasan cairan (bisa juga untuk
cairan yang korosif seperti asam.
• Tidak disarankan untuk digunakan setelah 5
tahun.

IBC Tank (Box)


• Daya tampung 500 – 1000
liter.
• Untuk pengemasan cairan.
Jumbo bag
• Daya tampung 500 – 1000
kg.
• Untuk pengemasan padatan.
 Semua limbah infeksius hanya boleh dibuang menggunakan kemasan khusus
berlogo biohazard.
 Limbah infeksius tajam seperti jarum, pisau bedah, alat suntik (dengan atau
tanpa jarum) dan benda medis lainnya yang dapat menyayat dan menusuk
kulit, serta limbah infeksius seperti sisa preparat dan kultur bakteri harus
dikemas menggunakan kemasan yang keras, tahan pecah, tahan tusuk, anti
bocor dan kedap air.
 Limbah infekisus seperti kapas, masker dan sarung tangan dapat dibuang
menggunakan plastic bag.
 Batas pengisian maksimal adalah ¾ penuh.
1. Harus merupakan daerah bebas banjir, atau
daerah yang diupayakan melalui
pengurugan sehingga aman dari
kemungkinan terkena banjir.
2. Jarak minimal antara lokasi dengan fasilitas
umum adalah 50 meter.
A. Bangunan tempat penyimpanan Limbah B3:
 Sesuai dengan limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan.
 Terlindung dari masuknya air hujan.
 Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang
memadai.
 Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang
memadai.
 Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
 Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol).

B. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak


bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam
dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan
kemiringan 1%.
C. Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan
lebih dari 1 (satu) karakteristik limbah B3, maka ruang
penyimpanan:
 Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan.
 Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat
tanggul atau tembok.
 Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus
mempunyai bak penampung tumpahan limbah.
 Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding
dengan kapasitas maksimium limbah B3 yang tersimpan.

D. Sarana lain yang harus tersedia adalah:


Peralatan dan sistem pemadam kebakaran, pagar pengamanan,
pembangkit listrik cadangan, fasilitas P3K, peralatan komunikasi,
gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;, pintu
darurat, alarm.
 Konstruksi harus sesuai dengan peruntukannya.
 Jarak antar bangunan harus disesuaikan.
 Harus memiliki bak penampung (containment area).
 Lantai bangunan harus kedap air dan tidak retak serta dibuat miring ke
arah bak penampung.
 Merupakan daerah bebas banjir dan tidak dekat dengan badan air.
 Memiliki ventilasi yang baik.
◦ ILO: terjadi pertukaran udara minimal 5 (lima) kali setiap jam.
◦ SNI-03-6572-2001: terjadi pertukaran udara minimal 6 (enam) kali setiap jam.

 Memiliki sistem keamanan yang baik:


Pagar dan marka pengaman, pintu darurat, sistem penjagaan 24 jam sehari, fasilitas
P3K dan tanggap darurat, sistem penerangan sepanjang garis pagar, sistem alarm
dan peringatan dini, serta harus terkunci rapat jika tidak sedang digunakan.
 Penyimpanan B3 dibuat dalam sistem blok; setiap blok terdiri dari 2 x 2
kemasan sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap
kemasan dan jika terjadi kerusakan atau kecelakaan dapat segera
ditangani.
 Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya:
◦ Untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm.
◦ Untuk lalu lintas forklift disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.

 Penumpukan kemasan harus memperhatikan kestabilan penumpukan:


◦ Untuk drum logam ukuran 200 liter tinggi tumpukan maksimal adalah 3 (tiga)
tumpuk.
◦ Untuk drum plastik atau tumpukan lebih dari 3 (tiga) tumpuk harus mempergunakan
rak.

 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar


terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang
dari 1 (satu) meter.
Nilai Ambang Kuantitas (NAK) B3

Jika suatu kegiatan usaha atau industri menyimpan lebih dari NAK, maka
kegiatan atau usaha tersebut digolongkan sebagai yang memiliki potensi
bahaya besar dan wajib mempekerjakan Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Kimia dan Petugas K3 Kimia.
 Untuk mencegah adanya
tumpahan yang mengalir
ke lingkungan.

 Berfungsi sebagai back


up dan hanya diwajibkan
untuk B3 cair atau yang
mengandung cairan
lepas.

 Kapasitas maksimal
adalah 25% dari gudang
untuk wadah kecil atau
110% dari volume wadah
terbesar.
WASTE STORAGE DAILY INSPECTION

Diperiksa oleh :
Tanggal Pemeriksaan:
Jam :
Diketahui oleh:

Gudang Gudang Gudang Tempat Gudang


Staging
No Kondisi yang diperiksa limbah limbah wadah penuangan limbah
area CATATAN TEMUAN
1 2 kosong drum khusus

1 Parit bersih dan kering

2 Tidak ada kemasan limbah yang bocor

3 Jarak antar barisan kemasan 60 cm

4 Tidak ada kemasan limbah yang berpotensi jatuh

5 Semua kemasan limbah disimpan di dalam gudang n/a

6 Semua kemasan limbah berlabel dan bersimbol

7 Lorong jalan forklift bersih dari penghalang n/a

8 Alat-alat kerja disimpan ditempat yang sudah disediakan

9 Spill kit tersedia lengkap (sekop, sapu, penyerap, dll)

10 Limbah dengan kelas bahaya yang tidak cocok berjauhan

11 Tidak ada ceceran/tumpahan limbah

12 Pancuran pencuci mata dalam keadaan baik n/a

13 Alat pemadam api terpasang ditempatnya

14 Tidak ada ceceran/tumpahan limbah

CATATAN:

1. Semua kolom yang tersedia harus diisi (dilengkapi)

2. Setiap tumpahan harus segera dibersihkan

3. Setiap temuan harus segera diselesaikan dan/atau dilaporkan kepada supervisor/manager


Nama Lokasi Kelas Kode Kode
WPS# Jenis Jumlah Kemasan Asal Tanggal
Limbah Penyimpanan Bahaya Bapedal UN/NA
 Semua kru yang akan menangani limbah asbestos HARUS sudah
mengikuti pelatihan penanganan asbestos dan tersertifikasi untuk
melakukan pekerjaan penanganan asbestos.
 Limbah asbetos harus dikemas dengan kemasan tertutup rapat
seperti drum atau peti kayu.
 Selain simbol dan logo limbah B3, kemasan limbah asbestos juga
harus dilengkapi dengan OSHA Standard Asbestos Warning Label.
 Syarat kendaraan:
 Layak jalan.
 Desain sesuai dengan karakteristik bahan yang diangkut.
 Dilengkapi alat tanggap darurat dan
identifikasi/komunikasi.
 Memiliki izin dari Departemen Perhubungan.

 Syarat pengemudi: Syarat umum, telah melalui pelatihan


khusus, bersertifikat.

 Syarat Perusahaan:
 Memiliki sistem manajemen pengangkutan
 Memiliki sarana tanggap darurat
 Mendapat rekomendasi BAPEDAL/KLH
PEMISAHAN KELAS BAHAYA
KELAS BAHAYA
3 4.1 4.3 5.1 6.1 8
CAIRAN MUDAH TERBAKAR 3 C C C T D C
PADATAN MUDAH TERBAKAR 4.1 C C C C D T
BAHAYA BILA BASAH 4.3 C C C C D T
OKSIDATOR 5.1 D C C C D T
BAHAN BERACUN 6.1 D D D D C D
CAIRAN KOROSIF 8 C T T T D C

D= DILARANG
T= TERBATAS (BOLEH DIANGKUT BERSAMA-SAMA DENGAN PERSYARATAN)
C= BOLEH DIANGKUT BERSAMA-SAMA
 Setiap pengangkutan limbah B3 yang melewati fasilitas publik
harus dilengkapi dengan dokumen resmi – Dokumen Limbah
B3 atau Manifest Limbah B3.

 Acuan: Kep-02/BAPEDAL/09/1995.

 Apabila pengangkutan antar moda, maka dokumen


diserahkan kepada pengangkut berikutnya:
 7 rangkap untuk satu moda.
 11 rangkap untuk antar moda.

 Penghasil akan menerima kembali Manifest dari pengumpul /


pengolah paling lambat 120 hari sejak limbah diangkut.
 Acuan: PP 18 jo. 85 Tahun.

 Manifest dan barcode hanya dapat dimiliki oleh badan usaha yang
memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari Kementrian
Negara Lingkungan Hidup dan izin pengangkutan limbah B3 dari
Kementrian Perhubungan.

 Manfaat:
 Memberikan jaminan terhadap keaslian manifest limbah B3
sehingga tidak ada duplikasi pada manifest tersebut.
 Membantu dalam pengawasan terhadap pengelolaan limbah B3.
 Terkelolanya limbah B3 dan menurunnya potensi pencemaran
akibat pembuangan limbah B3.
 Barcode memuat kode
perusahaan pengangkut yang
terdaftar di KLH (mis: AA untuk
PPLI) dan nomor seri identik
untuk 1 set barcode.
 1 set barcode terdiri dari 8
stiker barcode dengan posisi 4
x 2 (bukan 1 x 8).
1. Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan.

2. Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan


bakar.

3. Pemanfaatan limbah B3 jenis lainnya setelah melalui


penelitian dan kajian yang memperhatikan aspek-
aspek lingkungan.
 Wajib melakukan uji komponen limbah B3 di
laboratorium terakreditasi.

 Kadar salah satu dan/atau total komponennya dapat


berfungsi sebagai bahan dan memenuhi persyaratan
teknis untuk dilakukan recycle dan/atau recovery.

 Jenis limbah B3 dan kadar pencemar dalam limbah B3


yang boleh dimanfaatkan ditentukan dalam
persyaratan izin.

 Produk pemanfaatan limbah B3 sebagai produk akhir


harus memenuhi SNI atau standar lain yang setara.

 Produk pemanfaatan limbah B3 sebagai produk antara


harus memenuhi standar industri pengolah dan/atau
pemanfaat berikutnya.
 Wajib melakukan uji komponen limbah B3 di
laboratorium terakreditasi.
 Kriteria:
 Kandungan kalori sama atau lebih besar dari 2500
kkal/kg.
 Kadar air sama atau lebih kecil dari 15%.
 Tidak mengandung senyawa terhalogenasi.
 Jenis limbah B3 dan kadar pencemar dalam limbah B3
yang boleh dimanfaatkan ditentukan dalam
persyaratan izin.
 Emisi udara pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan
emisi udara pengolahan limbah B3.
 Sebelum dilakukan pemanfaatan limbah B3 harus
dilakukan uji coba pembakaran limbah B3.
 Pemanfaatan sebagai bahan bakar dalam pembuatan
semen: kandungan nilai kalori minimal 2500 kkal/kg.

 Pemanfaatan sebagai bahan baku dalam pembuatan


semen: kandungan total CaO, Fe2O3, Si2O3 dan Al2O3
minimal 50%.

 Memenuhi baku mutu emisi gas yang dipantau setiap


3 bulan sekali, kecuali dioksin/furan setahun sekali.

 Kriteria yang harus dicapai pada saat uji coba


pembakaran (Kep-03/BAPEDAL/09/1995):
 Destruction and Removal Efficiency (DRE)
 Efisiensi pembakaran
 Emisi gas

Anda mungkin juga menyukai