Nama :
Muhammad Fikri Chaeruddin 43119010198
LAPORAN NERACA
Melihat dari data diatas terlihat bahwa pertumbuhan pada perusahan BCA semakin meningkat
dari tahun ketahun. Komposisi asset perusahaan dari tahun 2018 sampai dengan 2021 terus
mengalami peningkatan secara drastis pada tahun 2020 terjadi kenaikan yang cukup signifikan
yakni sebesar Rp 1.075,6 triliun di tahun 2020, naik 17,0% dari 2019 sebesar Rp 918,99 triliun.
Hal ini juga menunjukan bahwa BCA juga menjadi bank dengan kinerja yang sangat efektif. Hal
ini menunjukan bahwa perusahaan ini berhasil berkinerja baik. Dilihat juga dari laporan laba rugi
pertahun bca juga turut mencatatkan laba bersih pada akhir tahun 2021 sebesar Rp 31,4 triliun,
ini berarti bertumbuh sebsar 15,8 % year on year dari tahun 2020. Walaupun pada tahun 2020
bbca mengalami penurunan laba bersih sebesar Rp27,13 triliun sepanjang 2020. Tetapi hasil laba
bersih pada tahun 2021 masih lebih tinggi dibandingkan dengan laba bersih tahun 2019 Pada
2019, emiten dengan kode saham BBCA ini meraih laba bersih senilai Rp28,6 triliun. Selain itu
BCA dalam kondisi pandemic masih bisa memberikan dividens ecara konsisten setiap tahunnya
Hal ini menunjukan bahwa kinerja perusahaan sehat dengan mengalami penignnkatan setiap
tahunnya walaupun sedang terjadi pandemic perusahaan masih mampu untuk menghasilkan laba
bersih yang positif dan meningkat. Oleh karena itu menurut saya dengan pendekatan time
series laporan keuangan ini bahwa Kinerja perusahaan bank BCA terbilang sehat.
LAPORAN NERACA
Berdsarkan dari laporan neraca keuangan perusahaan terlihat bahwa dari tahun 2018-2021
jumlah asset perusahaan terus meningkat. Selama 4 tahun terakhir total kewajiban perushaan
juga turut meningkat. Pada akhir tahun 2021 terjadi kenaikan secara singifikan dimana pada
tahun 2021 total asset perusahaan menjadi Rp 12,31 triliun atau naik 465% dalam setahun. masih
lebih banyak asset perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban perusahaan. Semakin besar
Total Aset menggambarkan kekayaan perusahaan yang besar dan memiliki kinerja yang baik,
sehingga akan memberikan daya tarik kepada investor. Pada total Ekuitas perusahaan juga turut
mengalami peningkatan dengan konisten selama 4 thaun terakhir hingga akhir tahun 2021
mencapai 8,2 triliun, ini menigkatsebesar 1,43% dari tahun sebelumnya seebsar Rp 8,1 tiriliun
Melihat dari laporan laba rugi perusahaan Perusahaan berhasil mencatatkan laba bersih di tahun
2021 setelah 3 tahun belakangan merugi, pada tahun 2021 mencatatkan laba bersih setelah pajak
sebesar Rp 86 miliar. Hasil ini juga turut meningkat dilihat dari Kinerja positif ARTO
dipwerolah dari pendapatan bunga yang melesat 624 % secara year on year menjadi Rp 652
miliar. Beban bunga Bank Jago juga mengalami kenaikan, namun tidak setinggi pendapatan
bunga, yakni sebesar 147 % menjadi Rp 63 miliar. Hal ini menunjukan bahwa kinerja
perusahaan mengalami peningkatan dan keberhasilan perusahaan dalam mengatur asetnya untuk
menghasilkan laba dengan baik . Oleh karena itu menurut saya kinerja perusahaan Bank
ARTO ini melalaui pendeketan time-series baik total asset, laba perusahaan, maupun
kewajiban perushaan mengalami peningkatan yang bagus dan berkinerja sehat setelah
melihat berdasarkan laporan keuangan yang di terbitkan perusahaan.
- Pada perusahaan PCAR dilihat bahwa jumlah total asset yang ada pada tahun 2020 menurun sebesar
82,86 % menjadi Rp 103.351.122.210 jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar Rp
124.735.506.556. Jumlah penurunan ini juga dipengaruhi oleh penurunan yang signfikan pada asset
investasi jangka pendek yang pada akhir desember 2019 seebsar Rp 12.348.820.000, menjadi Rp
1.412.400.000.
- Jumlah liabilitas pada jangka pendek tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan pada thaun
2019 sebesar Rp 12.000.000.000, dan akhir tahun pada desember 2020 menjadi Rp 503.621.871. hal ini
berdampak bagus karena hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu melunasi utang jangka
pendeknya secara signifikan.
- Pada Laporan laba Rugi perusahaan PT PCAR mencatatkan masih merugi dan bertambah besar 62%
menjadi Rp15.957.991.606 pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp
10.257.599.104. Hal ini disebebakan adanya beban yang sangat besar pada beban umum dan administrasi
perusahaan.
- Pada Arus kas perusahan akhir tahun 2020 meningkat menjadi Rp 15.176.400.758 dibandingkan
dengan tahun 2019 Rp 7.158.037.870 .
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansialnya atas aktiva paling
liquid. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang sangat baik dalam untuk
melunasi utang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki. pada asset yang paling likuid tersebut PT
PCAR memiliki hasil yang sama tahun 2019 dan 2020 sebesar Rp 2,17.
2. Rasio Solvabilitas
- Ratio Debt to Equity Ratio
total utang
rasio utang terhadap modal sendiri=
total ekuitas
40.503 .414 .153
Tahun 2019 = = 0,48
84.232 .092.403
39.680.888 .888
Tahun 2020 = = = 0,62
63.670.233 .322
Pada perusahaan PT PCAR selama 2 tahun ini nilai penggunaan rasio utangnya selalu dibawah 1 kali dari
total ekuitasnya. Hal ini menunjukan bahwa pihak manajmen PCAR lebih suka menggunakan modal
sendiri untuk aktivitas pendanaan perusahaan sehingga risiko keuangannya juga kecil. Biasanya harga
saham perusahaan ini lebih konsisten di pasaran.
3. Rasio Profitabilitas
lababersih
- Profit margin ¿
penjualan
10.257.599 .104
Tahun 2019 = = - 0,16
62.720 .091.934
15.957.991 .606
Tahun 2020 = = - 0,34
46.602 .172.890
laba bersih
- -Return on Asset =
total aset
−10.257 .599.104
Tahun 2019 = = 0,08 atau – 8%
124.735.506 .556
−15.957 .991.606
Tahun 2020 = = - 0,15 atau – 15%
103.351.122 .210
Tingkat kemampuan Perseroan dalam menghasilkan imbal hasil berdasarkan aset yang dimilikinya dari
perbandingan laba bersih terhadap aset Perseroan (Return on Asset) pada tahun 2020 minus 15,44%
dibanding tahun 2019 minus 8,22% . Peningkatan tersebut disebabkan kerugian tahun 2020 yang
meningkat.
Jadi berdasarkan analisis dengan pendekatan rasio keuangan dan common size perusahaan ini terindikasi
tidak bagus kesehatannya karena pendapatan perusahaan yang terus merugi dan bertambah setiap
tahunnya. Selain itu Jumlah asset perusahaan selama 3 tahun berutut-turut terus menurun hal ini harus
segera ditangani agar kondisi perusahaan bisa menjadi lebih bak. Oleh karena itu menurut saya dengan
pendekatan common size dan rasio keuangan dari laporan keuangan PT PCAR terindikasi tidak
sehat kondisinya.
Berdasarkan laporan keunagan perusahaan mulai dari Laporan Keuangan Neraca, Laporan
laba/rugi , dan Laporan Arus Kas terlihat bahwa perusahaan selema 4 tahun terakhri berkembang
secara positif. Terlihat dari total asset lancarnya perusahaan mengalami kenaikan walau sedikit
tapi konsisten tetap menambah total asetnya setiap tahunnya. Padahal di tahun 2020 merupakan
tahun dimana pandemic berkembang sangat pesat dan semua sector mengalami dampak dari
pandemic, tetapi perusahaan mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 18,75 triliun ditahun
2020. Walaupun Sepanjang 2020 pendapatan Astra International (ASII) turun 26,2 % menjadi
Rp175 triliun dari tahun sebelumnya pada 2019 sebesar Rp237,166 triliun. Pada akhir tahun
2021 ASII berhasil membukukan laba bersih sebesar 25,58 tiriliun yang dimana hal ini terjadi
kenaikan dari tahun sebelumnya pada tahun 2020. Kenaikan laba bersih perusahaan juga turut
imbas dari peraturan pemerintah tentang keirnganan PPnBM kendaraan yang direspon
masyarakat dengan baik dan perusahaan turut memanfaatkan ini juga sehingga bisa
memaksimalkan pendapatan perusahaan.
Dari sisi aset, ASII sempat mengalami penurunan menjadi Rp338,203 triliun, pada tahun 2020
tetapi, namun kembali naik apda tahun 2021, bahkan total asset perusahaan lebih tinggi
dibandign tahun-tahun sebelumnya pada akhir tahun 2021 total asset perusahaan menjadi Rp
367,31 triliun. Pada Total kewajiban, perusahaan mampu menjaga total kewajibannya di sekitar
200 triliun selama 4 tahun terakhir ini yang di imbangi juga dengan kenaikan total asset. Hal ini
menunjukan kinerja perusahaan yang sehat dimana mampu menjaga total kewajiban
dengan kosisten, di iringi dengan kenaikan asset yang dimiliki.
5. Smartfren Telecom Tbk (FREN)
LAPORAN NERACA
Berdasarkan data laporan keuangan perusahaan pada laporan neraca perusahaan asset perusahaan
cendrung bertambah, diirngi juga dengan total kewajiban perusahaan yang terus meningkat
setiap tahunnya. Pada asset tetap bersih perusahaan terus meningkat setiap tahunnya. Pada
laporan neraca keuangan perusahaan semua pos laporan keuangannya menunjukan peningkatan
walaupun tidak signifikan tetapi mengalami trend yang cendrung naik. Pada laporan laba rugi
perusahaan terlihat bahwa pendapatan perusahaan setiap tahun juga turut menignkat. Perusahaan
mampu membukukan pendapatan Rp 9,40 triliun pada 2020, atau melonjak 34,63% dibanding
2019 sebesar Rp 6,98 triliun. Dan pada tahun 2021 Rp10,46 triliun atau meningkat 11,16% PT
Smartfren Telecom Tbk (FREN) juga mencatat rugi bersih sebesar Rp441,72 miliar. Rugi FREN
menyusut 74,81% dibandingkan periode sama tahun 2020 yang mencapai Rp1,751 triliun, hal ini
menjadi lebih baik untuk kondisi perusahaan. Namun selama tahun (2018-2021) laba bersih
perusahaan yang dimana 4 tahun belakangan perusahaan masih mencatatkan laba bersih yang
negative. Pada laporan arus kas perusahaan juga terlihat defisit free cash flow (FCF) Smartfren
yang tetap tinggi di atas Rp 3,8 triliun pada tahun 2018 dan 2019 karena belanja modal yang
signifikan di atas Rp 2,7 triliun. Setelah dilakukan analisis time series tersebut menurut saya
perusahaan ini masih terbilang sedang mengalami perbaikan namun kondisi keuangan
tetap sedang tidak sehat atau kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan tidaklah
sehat.