Volume 05
Februari 2022
urnal
Ilmiah Penelitian
Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi
p-ISSN 2614-5650 e-ISSN 2686-2034
PIMPINAN UMUM
Siti Rafika Putri, SST,M.Kes
PENANGGUNGJAWAB
Lena Sri Diniyati, SST, M.Kes
PEMIMPIN REDAKSI
Fina Sancaya Rini, SST, M.Kes
DEWAN REDAKSI
Engkus Hernayadi,S.E.
INSTITUSI PENERBIT
Akademi Kebidanan Al-Ikhlas Cisarua
ALAMAT REDAKSI
Akademi Kebidanan AL- Ikhlas
JL. Hankam, Desa Jogjogan, Cisarua, Kab.Bogor
Telp. (0251) 8251645, Fax (0251) 8251650
https://akbid-alikhlas.e-journal.id/JIPKR : e-mail : lppmakbid@gmail.com
Indexing
i
DAFTAR ISI
ii
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI
DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI
DI KLINIK FRIAS MEDIKA DESA SUKARINGIN
KECAMATAN SUKAWANGI KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2021
Nani Aisyiyah1, Ade Fitriyani2,Ismail Sangadji3
Universitas Respati Indonesia
nacha_agni@yahoo.com
ABSTRAK
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding
rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014). Jumlah peserta KB aktif di Indonesia sampai
bulan Januari 2014 dengan metode kontrasepsi yang digunakan, 3.992.409
peserta IUD, 1.207.597 peserta MOW, 241.968 peserta MOP, 3.307.997 peserta
implan, 1.046.579 peserta kondom, 15.891.480 peserta suntik dan 8.220.709
peserta pil (BKKBN,2014). Studi pendahuluan pada bulan Juni 2021 yang
dilakukan di Klinik Frias Medika 10 orang akseptor KB degan cara wawancara
didapatkan bahwa 3 orang mendapat dukungan suami sedangkan 7 orang lainnya
tidak didukung. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
penelitian crosssectional. Populasi dalam penelitian ini yaitui ibu akseptor KB dan
wanita usia subur (WUS) sebanyak 40 orang. Hasil analisis univariat terdapat
bahwa ibu yang mendapat dukungan suami menggunakan kontrasepsi hormonal
sebanyak 30 dengan presentasi (90,9 %) dan mengguna kankontrasepsi non
hormonal sebanyak 3 dengan presentasi (9,1 %). Sedangkan ibu yang tidak
mendapat dukungan suami yang menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak
30 orang dengan presentasi (75,5 %) dan yang menggunakan kontrasepsi non
hormonal berjumlah 10 orang dengan presentasi (25,5 %). Hasil analisis bivariat
dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p-value = 0,000, hal ini berarti
nilai p = 0,000 < α = 0,05. Sehingga ada hubungan antara dukungan suami
dengan pemilihan kontrasepsi di Klinik Frias Medika Desa Sukaringin Kecamatan
Sukawangi Kabupaten Bekasi Tahun 2021. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
meningkatkan peran suami dalam pemilihan kontrasepsi yang tepat untuk
pasangan suami istri.
Kata Kunci :Akseptor KB, WUS, Dukungan suami, Kontrasepsi
1
ABSTRACT
2
PENDAHULUAN 15-49 tahun yang melakukan KB
Kontrasepsi adalah pencegahan sejalan denga menurunya angka
terbuahinya sel telur oleh sel sperma fertilitas nasional. Bila dibandingkan
(konsepsi) atau pencegahan dengan target RPJMN 2014, CPR
menempelnya sel telur yang telah telah melampaui target (60,1%)
dibuahi ke dinding rahim (Taufan dengan capaian 61,9%, namun TFR
Nugroho dkk, 2014). Alat kontrasepsi belum mencapai target (2,36) dengan
(KB) memiliki berbagai macam jenis angka tahun 2012 sebesar 2,6
yaitu pelayanan kontrasepsi dengan (Kemenkes RI, 2014).
metode sederhana, pelayanan Data Riskesdas tahun 2018
kontrasepsi dengan metode modern, menunjukan bahwa pada usia 15-49
pelayanan kontrasepsi dengan tahun dengan status kawin sebesar
metode operasi (Ari Sulistiawati, 0,2 % sterilisasi pria, 1,1 %
2012). menggunakan metode KB kondom,
Jumlah peserta KB aktif di 3,1 % sterilisasi wanita, 4,7 %
Indonesia sampai bulan Januari 2014 menggunakan metode susuk KB, 6,1
dengan metode kontrasepsi yang %+ menggunakan suntik KB 1 bulan,
digunakan, 3.992.409 peserta IUD, 6,6 % menggunakan metode KB
1.207.597 peserta MOW, 241.968 spiral, 8,5 % menggunakan KB pil,
peserta MOP, 3.307.997 peserta 42,4 % menggunakan suntik KB 3
implan, 1.046.579 peserta kondom, bulan dan 27,1 % tidak menggunakan
15.891.480 peserta suntik dan kontrasepsi.
8.220.709 peserta pil (BKKBN,2014). Unmet Need adalah
Berdasarkan Data SDKI 2012 kebutuhan keluarga berencana yang
menunjukan tren Prevalensi tidak terpenuhi. Selama periode
Penggunaan Kontrasepsi atau 1991-2012, data SDKI menunjukan
Contraceptiv Prevalence Rate (CFR) adanya penurunan persentase unmet
di Indonesia sejak tahun 1991-2012 need pada wanita usia 15-49 tahun
cenderung meningkat, setara tren yang membutuhkan pelayanan KB,
Angka Fertilitas atau Total Fertility yaitu 12,7% pada 1991 menjadi 8,5%
Rate (TFR) cenderung menurun. pada 2012. Walaupun demikian,
Tren ini menggambarkan bahwa persentase ini belum mencapai target
meningkatnya cakupan wanita usia
3
unnet need pada RPJMN 2014 (14.499), suntik (104.297), pil
sebesar 6,5% (Kemenkes RI, 2014). (54.175) (BPS, 2017).
Prevalensi KB di Jawa Barat Pemilihan alat kontrasepsi
Pada Tahun 2017 berdasarkan harus diputuskan dengan baik,
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa dengan melihat kebutuhan,
Barat tercatat 9,333,302 juta jiwa keuntungan dan efek samping dari
pasangan usia subur dan jumlah pemakaian. Pemilihan
akseptorKB Aktif di Jawa Barat yaitu kontrasepsidapat dipengaruhi oleh
mencapai angka 1.029.212 dengan beberapa faktor yaitu seperti
metode KB yang didominasi oleh pendidikan, pekerjaan, jumlah anak
peserta KB suntik (562.771), Pil KB (paritas), dan dukungan suami
(244.867), Implan (79.773), Kondom (Rafidah, 2012). Pemilihan alat
(22.884), MOP (6.654), MOW kontrasepsi berhubungan dengan
(17.798), dan IUD (93.051) (BPS, dukungan suami atau persetujuan
2017). Jumlah prevalensi KB di Kota pasangan (Bernadus, dkk. 2013).
Bekasi Tahun 2017 sebanyak Dukungan yang diberikan oleh suami
488.492 juta jiwa pasangan usia memantapkan pemakaian
subur dan jumlah akseptor KB Aktif di kontrasepsi pada istri dan bahkan istri
Kota Bekasi yaitu 51.527 juta jiwa, merasa tenang menjadi peserta KB
dengan metode KB yang didominasi bila suaminya memberikan dukungan
oleh peserta KB IUD (5.156), MOW penuh,termasuk menemani saat
(631), MOP (0), kondom (1.315), konseling, pemasangan alat
susuk (2.392), suntik (30.890), pil kontrasepsi, menemani kontrol dan
(11.143). Sedangkan Jumlah selalu mengayomi istri saat sesuatu
prevalensi KB di Kabupaten Bekasi yang tidak diinginkan terjadi
Tahun 2017 yaitu 470.064 juta jiwa (Faridah,2014).
pasangan usia subur dan jumlah Dukungan suami merupakan
akseptor KB aktif berjumlah 219.343 salah satu variable sosial budaya
juta jiwa dengan metode KB yang yang sangat berpengaruh terhadap
didominasi oleh peserta KB IUD pemakaian alat kontrasepsi bagi
(29.567), MOW (5.239), MOP kaum wanita sebagai istri secara
(4.919), kondom (6.035), susuk khusus dan didalam keluarga secara
umum (Depkes, 2014). Partisipasi
4
pria secara tidak langsung salah suami sedangkan 7 orang lainnya
satunya dengan cara mendukung istri tidak didukung.
dalamber-KB. Jika disepakati istri Berdasarkan latar belakang
yang ber-KB, maka peranan suami diatas, penulis tertarik untuk
adalah memberikan dukungan dan melakukan penelitian tentang
kebebasan kepada istri untuk Hubungan Dukungan Suami
menggunakan kontrasepsi atau Terhadap Pemilihan Kontrasepsi
metode KB yang akan digunakan Pada Pasangan Usia Suburdi Klinik
(Ermawan, 2012). Frias Medika Desa Sukaringin,
Berdasarkan hasil penelitian Kecamatan Sukawangi, Kabupaten
Julvaida tahun 2016 yang berjudul Bekasi. Tahun 2021.
Hubungan Peran Suami Terhadap
Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi KB METODE
Pada Ibu Di Kelurahan Kebonsari Rancangan penelitian Cross
Kabupaten Jember, hasil Sectional. Penelitian dilakukan di
penelitiannya terdapat hubungan Klinik Frias Medika Desa Sukaringin,
antara peran suami terhadap Kecamatan Sukawangi, Kabupaten
pemilihan jenis kontrasepsi KB pada Bekasi. Penelitian ini dilakukan pada
ibu. Begitu juga dengan penelitian Bulan Agustus - September 2021,
Rina Herdiana tahun 2020 yang Populasi pada penelitian ini adalah
berjudul Hubungan Dukungan Suami Wanita Usia Subur (WUS) dan
Dengan Pemilihan Metode Akseptor KB aktif diKlinik Frias
Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Medika Desa Sukaringin, Kecamatan
Subur Di Puskesmas Sunyaragi Kota Sukawangi, Kabupaten BekasiTahun
Cirebon Tahun 2020, didapatkan 2021. Jumlah sampel pada penelitian
bahwa ada hubungan antara ini sebanyak 40 responden, yang
dukungan suami dengan pemilihan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
metode kontrasepsi. Jenis data dalam penelitian ini adalah
Studi pendahuluan pada bulan data primer. Analisis data meliputi
Juni 2021 yang dilakukan di Klinik analisis univariat dan bivariat.
Frias Medika 10 orang akseptor KB
degan cara wawancara didapatkan
bahwa 3 orang mendapat dukungan
5
HASIL
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
di Klinik Frias Medika Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi,
Kabupaten Bekasi Tahun 2021
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
di Klinik Frias Medika Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi,
Kabupaten Bekasi Tahun 2021
1 Bekerja 25 62,5
2 TidakBekerja 15 37,5
Total 40 100
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
di Klinik Frias Medika Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi,
Kabupaten Bekasi Tahun 2021
6
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
di Klinik Frias Medika Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi,
Kabupaten Bekasi Tahun 2021
No Paritas Frekuensi Presentase (%)
1 Primipara 18 45
2 Multipara 22 55
Total 40 100
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami
di Klinik Frias Medika Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi,
Kabupaten Bekasi Tahun 2021
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kontrasepsi
di Klinik Frias Medika Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi,
Kabupaten Bekasi Tahun 2021
Tabel 7
Hubungan Pendidikan dalam Pemilihan Kontrasepsi di Klinik Frias Medika
Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi Tahun 2021
Pemilihan Kontrasepsi
Pendidikan Hormonal Non Hormonal Total P OR
n % N % n % Value
7
Tabel 8
Hubungan Pekerjaan dengan Pemilihan Kontrasepsi di Klinik Frias Medika
Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi Tahun 2021
Pemilihan Kontrasepsi
Pekerjaan Hormonal Non Hormonal Total P OR
Value
n % N % n %
Bekerja 15 60,0 10 40,0 25 100 0,014 1,600
(1,436-
Tidak bekerja 15 100 0 0,0 15 100
1,826)
Total 30 87,5 5 12,5 40 100
Tabel 9
Hubungan Umur dengan Pemilihan Kontrasepsi di Klinik Frias Medika Desa
Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi Tahun 2021
Pemilihan Kontrasepsi
Umur Hormonal Non Hormonal Total P OR
n % N % n % Value
Tabel 10
Hubungan Paritas dengan Pemilihan Kontrasepsi di Klinik Frias Medika
Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi Tahun 2021
Pemilihan Kontrasepsi
Paritas Hormonal Non Hormonal Total P OR
Value
n % N % n %
Primipara 18 100 0 0,0 18 100 1,833
Multipara 12 54,5 10 45,5 22 100 0,003 (1,252-
2,685)
Total 30 75,0 10 25,5 40 100
8
Tabel 11
Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi di Klinik Frias
Medika Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi Tahun
2021
Pemilihan Kontrasepsi
Dukungan Hormonal Non Hormonal Total P OR
Suami N % N % n % Value
Mendukung 30 90,9 3 9,1 33 100 2,091
0,000 (1,031-
Tidak 0 0,0 7 100 7 100
1,267)
Mendukung
Total 30 75,5 10 25,5 40 100
9
presentasi (40 %). Sedangkan ibu umur ibu dengan pemilihan
yang tidak bekerja menggunakan kontrasepsi di Klinik Frias Medika
kontrasepsi hormonal sebanyak 15 Desa Sukaringin Kecamatan
dengan presentasi (100 %) dan yang Sukawangi Kabupaten Bekasi Tahun
menggunakan kontrasepsi non 2021.
hormonal berjumlah 0 dengan Hasil penelitian didapatkan ibu
presentasi (0,0 %). Dari hasil uji primipara yang menggunakan
statistik dengan menggunakan uji chi- kontrasepsi hormonal sebanyak 18
square didapatkan p-value = 0,014, dengan presentasi (100,0 %) dan
hal ini berarti nilai p = 0,014< α = menggunakan kontrasepsi non
0,05. Sehingga ada hubungan antara hormonal sebanyak 0 dengan
pekerjaan dengan pemilihan presentasi (0,0 %). Sedangkanibu
kontrasepsi di Klinik Frias Medika multipara yang menggunakan
Desa Sukaringin Kecamatan kontrasepsi hormonal sebanyak 12
Sukawangi Kabupaten Bekasi Tahun dengan presentasi (54,5 %) dan yang
2021. menggunakan kontrasepsi non
Hasil penelitian didapatkan hormonal berjumlah 10 dengan
umur ibu yang beresiko menggunakan presentasi (25,5 %).Dari hasil uji
kontrasepsi hormonal sebanyak 15 statistik dengan menggunakan uji chi-
dengan presentasi (100,0 %) dan square didapatkan p-value = 0,003,
menggunakan kontrasepsi non hal ini berarti nilai p = 0,003< α =
hormonal sebanyak 0 dengan 0,05. Sehingga ada hubungan antara
presentasi (0,0 %). Sedangkan umur paritas ibu dengan pemilihan
ibu yang tidak beresiko menggunakan kontrasepsi di Klinik Frias Medika
kontrasepsi hormonal sebanyak 15 Desa Sukaringin Kecamatan
dengan presentasi (60,0 %) dan yang Sukawangi Kabupaten Bekasi Tahun
menggunakan kontrasepsi non 2021.
hormonal berjumlah 10 dengan Hasil penelitian didapatkan ibu
presentasi (25,0 %). Dari hasil uji yang mendapat dukungan suami yang
statistik dengan menggunakan uji chi- menggunakan kontrasepsi hormonal
square didapatkan p-value = 0,014, sebanyak 30 denganpresentasi (90,9
hal ini berarti nilai p = 0,014< α = %) dan menggunakan kontrasepsi
0,05. Sehingga ada hubungan antara non hormonal sebanyak 3 dengan
10
presentasi (9,1 %). Sedangkan ibu PEMBAHASAN
yang tidak mendapat dukungan suami 1. Hubungan antara Dukungan
dan menggunakan kontrasepsi Suami dalam Pemilihan
hormonal sebanyak 30 dengan Kontrasepsi
presentasi (75,5 %) dan yang Dukungan instrumental adalah
menggunakan kontrasepsi non bentuk dukungan suami sebagai
hormonal berjumlah 10 dengan penyediaan materi yang dapat
presentasi (25,5 %).Dari hasil uji memberikan pertolongan langsung
statistik dengan menggunakan uji chi- seperti pemberian uang, barang,
square didapatkan p-value = 0,000, makanan serta layanan. Bentuk ini
hal ini berarti nilai p = 0,000< α = dapat mengurangi stress karena ibu
0,05. Sehingga ada hubungan antara dapat langsung memecahkan
dukungan suami dengan pemilihan masalah yang berhubungan dengan
kontrasepsi di Klinik Frias Medika matteri. Dukungan emosional adalah
Desa Sukaringin Kecamatan bentuk dukungan keluarga ataupun
Sukawangi Kabupaten Bekasi Tahun suami sebagai tempat yang nyaman,
2021. aman dan damai. Membantu secara
psikologis dalam menstabilkan emosi
dan mengendalikan diri, maka dari itu
bentuk dukunganya adalah dengan
cara memberikan motivasi dan
peranan dalam mendengarkan semua
keluhan-keluhan masalah yang
sedang di hadapinya (Kusumawati,
2017).
Sejalan dengan hasil penelitian
Rina Herdiana tahun 2020 yang
berjudul Hubungan Dukungan Suami
Dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi Pada Pasangan Usia
Subur Di Puskesmas Sunyaragi Kota
Cirebon Tahun 2020. Didapatkan
hasil analisis chi-square diperoleh p
11
value=0,004 artinya ada hubungan hormonal berjumlah 10 dengan
antara dukungan suami dengan presentasi (25,5 %).
pemilihan metode kontrasepsi. Dan Dari hasil uji statistik dengan
berdasarkan hasil penelitian Julvaida menggunakan uji chi-square
tahun 2016 yang berjudul Hubungan didapatkan p-value = 0,000, hal ini
Peran Suami Terhadap Pemilihan berarti nilai p = 0,000< α = 0,05.
Jenis Alat Kontrasepsi KB Pada Ibu Di Sehingga ada hubungan antara
Kelurahan Kebonsari Kabupaten dukungan suami dengan pemilihan
Jember, hasil penelitiannya terdapat kontrasepsi di Klinik Frias Medika
hubungan antara peran suami Desa Sukaringin Kecamatan
terhadap pemilihan jenis kontrasepsi Sukawangi Kabupaten Bekasi Tahun
KB pada ibu. Begitu juga dengan 2021 dan OR = 2,091 artinya
penelitian Rina Herdiana tahun 2020 responden yang mendapat dukungan
yang berjudul Hubungan Dukungan dari suami berpeluang 2 kali memilih
Suami Dengan Pemilihan Metode kontrasepsi hormonal dari pada
Kontrasepsi Pada Pasangan Usia responden yang tidak mendapat
Subur Di Puskesmas Sunyaragi Kota dukungan suami.
Cirebon Tahun 2020, didapatkan Dukungan instrumental adalah
bahwa ada hubungan antara bentuk dukungan suami sebagai
dukungan suami dengan Berdasarkan penyediaan materi yang dapat
Tabel 5.11 terdapat bahwa ibu yang memberikan pertolongan langsung
mendapat dukungan suami seperti pemberian uang, barang,
menggunakan kontrasepsi hormonal makanan serta layanan. Bentuk ini
sebanyak 30 dengan presentasi (90,9 dapat mengurangi stress karena ibu
%) dan menggunakan kontrasepsi dapat langsung memecahkan
non hormonal sebanyak 3 dengan masalah yang berhubungan dengan
presentasi (9,1 %). Sedangkan ibu matteri. Dukungan emosional adalah
yang tidak mendapat dukungan suami bentuk dukungan keluarga ataupun
dan menggunakan kontrasepsi suami sebagai tempat yang nyaman,
hormonal sebanyak 30 dengan aman dan damai. Membantu secara
presentasi (75,5 %) dan yang psikologis dalam menstabilkan emosi
menggunakan kontrasepsi non dan mengendalikan diri, maka dari itu
bentuk dukunganya adalah dengan
12
cara memberikan motivasi dan dukungan suami dengan pemilihan
peranan dalam mendengarkan semua kontrasepsi.
keluhan-keluhan masalah yang
sedang di hadapinya (Kusumawati, 2. Hubungan antara Pendidikan
2017). dalam Pemilihan Kontrasepsi
Sejalan dengan hasil penelitian Pendidikan mempengaruhi
Rina Herdiana tahun 2020 yang proses dalam belajar, semakin tinggi
berjudul Hubungan Dukungan Suami pendidikan seseorang, maka semakin
Dengan Pemilihan Metode mudah seseorang tersebut untuk
Kontrasepsi Pada Pasangan Usia menerima sebuah informasi.
Subur Di Puskesmas Sunyaragi Kota Peningkatan pengetahuan tidak
Cirebon Tahun 2020. Didapatkan mutlak diperoleh di pendidikan
hasil analisis chi-square diperoleh p formal, akan tetapi dapat diperoleh
value=0,004 artinya ada hubungan juga pada pendidikan non formal.
antara dukungan suami dengan Pengetahuan seseorang terhadap
pemilihan metode kontrasepsi. Dan suatu objek mengandung dua aspek
berdasarkan hasil penelitian Julvaida yaitu aspek positif dan aspek negatif.
tahun 2016 yang berjudul Hubungan Kedua aspek ini menentukan sikap
Peran Suami Terhadap Pemilihan seseorang terhadap objek tertentu.
Jenis Alat Kontrasepsi KB Pada Ibu Di Semakin banyak aspek positif dari
Kelurahan Kebonsari Kabupaten objek yang diketahui akan
Jember, hasil penelitiannya terdapat menumbuhkan sikap positif terhadap
hubungan antara peran suami objek tersebut. Pendidikan tinggi
terhadap pemilihan jenis kontrasepsi seseorang didapatkan informasi baik
KB pada ibu. Begitu juga dengan dari orang lain maupun media massa.
penelitian Rina Herdiana tahun 2020 Semakin banyak informasi yang
yang berjudul Hubungan Dukungan masuk, semakin banyak pula
Suami Dengan Pemilihan Metode pengetahuan yang didapat tentang
Kontrasepsi Pada Pasangan Usia kesehatan (Yuliana, 2017).
Subur Di Puskesmas Sunyaragi Kota Sejalan dengan hasil
Cirebon Tahun 2020, didapatkan penelitian Abrar Jurisman tahun 2014
bahwa ada hubungan antara yang berjudul Hubungan Karakteristik
Ibu Dengan Pemilihan Kontrasepsi Di
13
Puskesmas Padang Pasir. manusia, baik itu dilakukan secara
Didapatkan responden yang memiliki individu maupun organisasi, secara
tingkat pendidikan rendah, dua tertutup ataupun terbuka. Kemudian
responden (33%) memilih kontrasepsi dari pekerjaan tersebut dapat
IUD dan empat responden (66,7%) menghasilkan suatu produk atau jasa
memilih kontrasepsi non IUD. Dari 66 sehingga dapat menghasilkan uang
responden yang memiliki tingkat dan dijadikan sebagai mata
pendidikan sedang, 12 responden pencarian (Sora, 2017).
(18,2%) memilih kontrasepsi IUD dan Sejalan dengan penelitian
54 responden (81,8%) memilih Indahwati dan Wulandari (2017),
kontrasepsi non IUD. Sisanya dari 24 menunjukkan bahwa ada hubungan
responden yang memiliki tingkat bermakna antara usia, paritas, dan
pendidikan tinggi, 15 responden pendidikan dengan pemilihan
(62,5%) memilih kontrasepsi IUD dan metode kontrasepsi. Hal ini
9 responden (37,5%) memilih berbanding terbalik dengan penelitian
kontrasepsi non IUD. Hasil uji statistik Supriadi tahun 2017 yang berjudul
didapatkan p = 0,000 (p<0,05). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Berdasarkan hasil tersebut, dapat Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada
disimpulkan bahwa ada hubungan Pasangan Usia Subur Di Wilayah
yang bermakna antara tingkat Kerja Puskesmas Kapasa
pendidikan dengan pemilihan menunjukkan bahwa tidak ada
kontrasepsi hubungan pekerjaan dengan
akseptor KB di wilayah kerja
3. Hubungan antara Pekerjaan Puskesmas Kapasa. Asumsi peneliti
dalam Pemilihan Kontrasepsi terdapat hubungan antara pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas dengan pemilihan alat kontrasepsi
utama yang dilakukan manusia untuk adalah karena ibu yang bekerja
memenuhikebutuhan hidupnya. memungkinkan untuk lebih memilih
Dalam arti yang sempet pekerjaan kontrasepsi non hormonal
yaitu suatu aktivitas yang dapat disebabkan karena faktor ekomoni
menghasilkan uang. Sedangkan yang lebih mapan sehingga lebih
dalam segi ekonomi pekerjaan yaitu mandiri secara ekonomi.
semua aktivitas yang dilakukan
14
4. Hubungan antara Umur dalam reseponden (26,9%) memilih
Pemilihan Kontrasepsi kontrasepsi IUD dan 38 responden
Umur atau usia diartikan (73,1%) memilih non IUD. Hasil uji
dengan lamanya keberadaan statistik didapatkan p = 0,590
seseorang dalam satuan waktu di (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut,
pandang dari segi kronologik, individu dapat disimpulkan bahwa tidak ada
normal yang memperlihatkan derajat hubungan yang bermakna antara
perkembangan anatomis dan umur dengan pemilihan kontrasepsi
fisiologik yang sama. Usia adalah
lama waktu hidup atau ada (sejak 5. Hubungan antara Paritas dalam
dilahirkan atau diadakan). Pemilihan Kontrasepsi
Sasaran utama pelayanan Paritas adalah riwayat
keluarga berencana adalah pasangan reproduksi seorang wanita yang
usia subur (PUS) yang berusia 15-49 berkaitan dengan jumlah kehamilan.
tahun. Menurut BKKBN 2015 Dibedakan dengan primigravida
pasangan usia subur yang istrinya (kehamilan pertama kali) dan
berumur 15-49 tahun atau pasangan multigravid (kehamilan yang kedua
suami istri berumur kurang dari 15 atau lebih) (Megasari, 2015).Paritas
tahun dan sudah haid atau istri adalah seseorang wanita yang
berumur 15 tahun tetapi masih haid pernahmelahirkanbayiyagdapathidup
(datang bulan) (BKKBN, 2015). (viable).
Berbanding terbalik dengan Sejalan dengan penelitian
hasil penelitian Abrar Jurisman tahun Indahwati dan Wulandari (2017)
2014 yang berjudul Hubungan menunjukkan bahwa ada hubungan
Karakteristik Ibu Dengan Pemilihan bermakna antara usia, paritas, dan
Kontrasepsi Di Puskesmas Padang pendidikan dengan pemilihan
Pasir. Didapatkan responden yang metode kontrasepsi. Hal ini
memiliki umur diantara 20-35 tahun, berbanding terbalik dengan penelitian
15 responden (34,1%) memilih dari Jurisman, Ariadi, dan Kurniati
kontrasepsi IUD dan 29 responden (2016), didapatkan hasil bahwa tidak
(65,9%) memilih kontrasepsi non ada hubungan yang bermakna antara
IUD. Sedangkan 52 responden yang umur dengan pemilihan kontrasepsi,
memiliki umur diatas 35 tahun, 14 tidak ada hubungan yang bermakna
15
antara jumlah anak dan pemilihan KESIMPULAN
kontrasepsi, namun terdapat 1. Terdapat 15 (37,5 %) responden
hubungan yang bermakna antara berpendidikan rendah dan 25
tingkat pendidikan dengan pemilihan (62,5 %) berpendidikantinggi. 25
kontrasepsi. Menurut penelitian (62,5 %) respondenbekerja dan
Supriadi tahun 2017 yang berjudul 15 (37,5 %) tidakbekerja. 15 (37,5
Faktor Yang Berhubungan Dengan %) umurberesiko dan 25 (62,5 %)
Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada tidakberesiko. 18 (45 %) primipara
Pasangan Usia Subur Di Wilayah dan 22 (55 %) multipara. 33 (82,5
Kerja Puskesmas Kapasa diketahui %) mendapat dukungan suami
bahwa tidak ada hubungan dan 17 (17,5%) tidak mendapat
pekerjaan dengan penggunaan alat dukungan suami dan 30 (75 %)
kontrasepsi. kontrasepsi. memilih jenis kontrasepsi
Asumsi peneliti semakin hormonal dan 5 (25 %) memilih
banyak jumlah anak atau paritas jenis kontrasepsi non hormonal.
tinggi maka seorang wanita akan 2. Ada hubungan antara pendidikan,
lebih cenderung menggunakan KB pekerjaan, umur, paritas dan
untuk membatasi jumlah anak, dan dukungan suami dengan
pilihan kontrasepsinya adalah yang pemilihan kontrasepsi
jangka panjang yaitu kontrasepsi non
hormonal. SARAN
Diharapkan hasil penelitian ini
dapat meningkatkan peran suami
dalam pemilihan kontrasepsi yang
tepat untuk pasangan suami istri
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Wilayah Kerja Puskesmas Sulistyawati, A. 2012. Pelayanan
Kapasa. Di akses pada tanggal 15 Keluarga Berencana. Jakarta:
Juni 2021https://digilib.unhas.ac.id Salemba Medika
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian 2013. Pelayanan Keluarga
Kuantitatif, Kualitatif , dan R&D. Berencana. Jakarta: Salemba
Bandung : AlfaBeta Medika
18
EFEKTIVITAS SENAM YOGA TERHADAP DISMENOREA PADA REMAJA
DI PONDOK PESANTREN SIROJUL MUBTADI’IN CISARUA, KAB.
BOGOR
ABSTRAK
Dismenorea adalah nyeri pada saat menstruasi di perut bagian bawah yang
ditandai dengan muntah, mual, sakit kepala, nyeri punggung dan pusing. Tujuan
penelitian ini mengetahui pengaruh penerapan senam yoga terhadap
penurunan dismenorea pada remaja di Pondok Pesantren Sirojul Mubtadi’in
tahun 2020. Desain penelitian ini menggunakan penelitian ekpserimen yaitu
dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel
menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini berdesain One Shot Case Study
yaitu dengan desain terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan yang
menggunakan teknik accidental sampling dan uji statistic menggunakan uji T-
Test Dependent. Dengan jumlah populasi 32 orang dan jumlah sampel yang
sedang mengalami menstruasi dan dismenorea sejumlah 32 orang. Setelah
dilakukan uji statistic dengan uji T Test Dependen didapatkan hasil P value =
0,002 dengan derajat kemaknaan < α=0,005 artinya ada pengaruh senam yoga
terhadap penurunan nyeri haid (dismenorea) pada remaja di Pondok Pesantren
Sirojul Mubtadi’in tahun 2020. Saran bagi remaja putri yang mengalami
dismenorea agar menerapkan senam yoga secara rutin pada saat mengalami
nyeri haid (dismenorea).
19
PENDAHULUAN menyatakan bahwa kesadaran
Dismenorea adalah salah satu wanita terhadap dismenorea sangat
masalah yang paling umum dialami rendah, hanya sekitar 34,34% dari 99
oleh remaja perempuan yaitu nyeri responden mencari tempat
saat menstruasi. Kejadian ini dapat pelayanan kesehatan untuk
dibagi menjadi dismenorea primer mengatasi ketidaknyamanan
dan sekunder. Dismenorea primer dismenorea (Rahayu, 2018).
adalah nyeri kram di perut bagian Survei Nasional yang
abdomen sering bersamaan dengan dilaksanakan baru-baru ini kepada
gejala nyeri gastrointestinal, mual, yogi (peyoga) yang dilakukan di
muntah dan sakit kepala sedangkan University of Maryland Nursing
dismenorea sekunder adalah kram School, dari peserta tanpa
menstruasi yang berkaitan dengan memandang ras, jenis kelamin atau
patologi, dan kejadiannya bisa pendidikan, peserta setuju bahkan
bertahun-tahun terjadinya setelah sangat setuju bahwa yoga dapat
menarche (Aboushady, 2016). membantu meningkatkan hubungan
Berdasarkan data dalam WHO interpersonal (67%), kebahagiaan
(World Health Organization) angka (86,5%), energy (84,5%), kualitas
kejadian dismenorea di dunia sangat tidur (68,5%), dan berat badan
besar yaitu lebih dari 50% wanita (57,3%) (Larasati, 2016).
usia produktif di setiap negara Angka kejadian dismenorea di
mengalami nyeri haid. Di Amerika Indonesia sebesar 64,25% yang
dengan presentase 90% terdiri dari 54,89% dismenorea
mengalami dismenorea, sekitar 10%- primer dan 9,36% dismenorea
15% mengalami dismenorea berat sekunder. Dismenorea primer dialami
yang mengakibatkan mereka tidak oleh 60-75% remaja, dengan tiga
bisa melakukan aktivitas apapun. perempat dari jumlah remaja tersebut
Studi longitudinal dari Swedia mengalami nyeri ringan sampai
melaporkan sekitar 72% wanita berat dan seperempat lagi
yang berusia kurang dari 19 tahun mengalami nyeri berat (Alatas,
dan 67% wanita yang berusia 24 2016).
tahun mengalami dismenorea. Berdasarkan hasil penelitian,
Sebuah penelitian di India angka kejadian dismenorea di Jawa
20
Barat cukup tinggi, didapatkan hasil nonfarmakologi juga diperlukan
54,9% wanita yang mengalami untuk mengurangi dismenorea, salah
dismenorea terdiri dari 24,5% satunya dengan menggunakan teknik
mengalami dismenorea ringan, relaksasi, olahraga dan yoga
21,28% mengalami dismenorea (Rahayu, 2018).
sedang dan 9,36% mengalami Berdasarkan latar belakang
dismenorea berat (Malinda, 2017). diatas peneliti menarik mengambil
Dampak yang diakibatkan judul “Pengaruh Senam Yoga
dismenorea berupa gangguan Terhadap Dismenorea Pada Remaja
aktivitas sehari-hari dan menurunnya di Pondok Pesantren Sirojul
kinerja yaitu biasanya mengalami Mubtadi’in Tahun 2020”.
mual, kadang disertai muntah dan
diare. Masih banyak wanita yang METODE PENELITIAN
menganggap nyeri haid sebagai hal Jenis penelitian ini adalah
biasa, mereka beranggapan 1- 2 hari eksperimen dengan berdesain “One
sakitnya akan hilang. Padahal nyeri Shot Case Study” yaitu dengan
haid hebat bisa menjadi tanda dan desain terdapat suatu kelompok
gejala suatu penyakit misalnya diberi treatment/perlakuan, dan
endrometiosis yang bisa selanjutnya diobservasi hasilnya.
mengakibatnya sulitnya mendapat Populasi dalam penelitian ini adalah
keturunan(Sarwono, 2016). seluruh santri putri di Pondok
Upaya yang dapat dilakukan Pesantren Sirojul Mubtadi’in tahun
oleh remaja untuk mengurangi nyeri 2020. Sampel yang diambil dalam
pada saat menstruasi adalah seperti penelitian ini adalah sebagian santri
mengkonsumsi minuman herbal, putri di Pondok Pesantren Sirojul
istirahat, kompres hangat, bahkan Mubtadi’in sejumlah 32 orang.
diantara beberapa remaja juga Kriteria inklusi adalah karakteristik
mengkonsumsi obat agar tetap bisa umum subjek penelitian dari suatu
melakukan aktifitas sehari-hari. populasi target yang terjangkau dan
Upaya penanganan untuk akan di teliti. Kriteria sampel dalam
mengurangi dismenorea adalah penelitian ini adalah remaja yang
dengan pemberian terapi farmakologi bersedia menjadi responden, remaja
seperti obat analgetik. Pengaruh yang sedang menstruasi dan
21
mengalami dismenorea. Kriteria menggunakan lembar SOP senam
eksklusi adalah menghilangkan atau yoga. Metode statistic univariat
mengeluarkan subjek yang digunakan untuk menganalisa secara
memenuhi kriteria inklusi dari studi deskriptif setiap variabel penelitian
karena berbagai sebab Kriteria yaitu karakteristik responden. Dalam
sampel dalam penelitian ini adalah penelitian ini analisa bivariate
remaja yang sedang menstruasi dilakukan untuk mengetahui
tetapi tidak mengalami dismenorea, pengaruh yoga terhadap penurunan
remaja yang tidak menstruasi dan intensitas dismenorea.
tidak dismenorea. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam penelitian ini adalah Pada bab ini peneliti akan
menggunakan teknik accidental menyajikan hasil penelitian dengan
sampling. Variabel dependent dalam judul “Efektivitas Senam Yoga
penelitian ini adalah senam yoga Terhadap Dismenorea Pada Remaja
dan variabel independent dalam di Pondok Pesantren Sirojul
penelitian ini adalah dismenorea dan Mubtadi’in Tahun 2020”. Penelitian
intensitas nyeri haid. Teknik ini dilaksanakan pada tangal 23 Juli
pengumpulan data dalam penelitian 2020 dan 24 Juli 2020 di Pondok
ini adalah kuesioner dan lembar Pesantren Sirojul Mubtadi’in. Pada
observasi. Prosedur penelitian ini penelitian ini jumlah sampel adalah
dilakukan dengan melakukan tahap 32 orang remaja putri dari seluruh
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap santri putri. Hasil penelitian akan
mengolah data dan tahap evaluasi. disajikan dalam data univariat dan
Alat ukur senam yoga dengan data bivariate.
22
Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Remaja Santri Putri Pondok
Pesantren Sirojul Mubtadi’in
Tahun 2020
No Usia Frekuensi Presentase (%)
1 15-16 Tahun 20 Orang 62,5
2 17-18 Tahun 12 Orang 37,5
Jumlah 32 Orang 100
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Manarche Remaja Santri Putri
Pondok Pesantren Sirojul Mubtadi’in
Tahun 2020
No Usia Frekuensi Presentase (%)
1 11-12 Tahun 13 Orang 40,6
2 13-14 Tahun 19 Orang 59,4
Jumlah 32 Orang 100
23
Hasil penelitian Hasrinta (2016) Menurut peneliti dikarenakan
yang dilakukan di SMA Negeri 21 perbedaan asupan nutrisi pada
Makassar menunjukkan bahwa remaja berbeda-beda. Jenis
responden yang mengalami makanan yang tersedia pasti juga
manarche yaitu usia 12-13 tahun memiliki perbedaan yang bisa
sebanyak 62,0%. mempengaruhi kesehatan remaja.
Tabel 5.3
Karakteristik Responden Berdasarkan lama menstruasi Remaja Santri Putri
Pondok Pesantren Sirojul Mubtadi’in
Tahun 2020
No Manarche Frekuensi Presentase (%)
1 < 7 hari 18 Orang 56,3
2 >7 hari 14 Orang 43,7
Jumlah 32 Orang 100
24
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi nyeri haid sebelum dilakukan tindakan senam yoga
pada Remaja Santri Putri Pondok Pesantren Sirojul Mubtadi’in
Tahun 2020
No Intensitas Frekuensi Presentase (%)
Nyeri
1 Nyeri 27 Orang 84,4
2 Sangat 5 Orang 15,6
Nyeri
Jumlah 32 Orang 100
25
Tabel 5.5
Analisis hubungan efektivitas senam yoga terhadap Dismenorea pada
Remaja Santri Putri Pondok Pesantren Sirojul Mubtadi’in
Tahun 2020
OR
Variabel Mean SD SE N P Value
(95%CI)
Sebelum tindakan 1,16 0,36 0,06 2,396
32 0,002
Sesudah tindakan 1,00 0,00 0,00 0,02-0,08
secara rutin dan tepat, karena otot- otot perut dan menghentikan
26
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
27
DAFTAR PUSTAKA
28
http://jurnal.pekalongankota.go.id/i Exercise TerhadapPenurunan
ndex.php/li Dismmenorea Pada Remaja.
tbang/article/viewFile/62/60. Cited[2020 July 15]
Alvailable fromhttp://repo.stikip-
Wulandari, Ovioka. 2019. Pengaruh pgri-
SenamYoga dan Corse Stability sumbar.ac.id/view/year/2019.html.
29
Hubungan Faktor Predisposisi Ibu dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kabupaten Sumedang
Tahun 2020
Abstrak
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menjadi penyebab utama kematian bayi,
penyebab BBLR dapat diklasifikasikan menjadi prematur dan dismatur, faktor
predisposisi yang menyebabkan BBLR bisa berasal dari ibu (usia ibu, paritas ibu,
komplikasi kehamilan, status gizi). Setelah dilakukan studi pendahuluan di RSUD
Kabupaten Sumedang, pada tahun 2020 terdapat 140 ibu (2,9%) yang melahirkan
bayi dengan BBLR dari 4762 kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor predisposisi ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR.
Hasil analisis univariat, diperoleh hasil BBLR terbanyak kelompok dismatur 56,4%
bayi, usia ibu beresiko 69,3%, paritas tidak beresiko 53,6%, yang mengalami
komplikasi kehamilan 87,1%, status gizi ibu yang tidak KEK 82,9%. Analisis
bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR
(p-value = 0,001 OR = 3,659),terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian
BBLR (p-value = 0,031 OR = 0,472), tidak terdapat hubungan antara komplikasi
kehamilan dengan BBLR (p-value = 0,348), dan tidak terdapat hubungan antara
status gizi dengan kejadian BBLR (p-value = 0,118). Dari hasil tersebut disarankan
tenaga kesehatan lebih meningkatkan pemeriksaan ANC dan pemberian KIE
sehingga ibu yang memiliki faktor resiko dapat terdeteksi secara dini dan dapat
ditanggulangi, bertujuan untuk mengurangi angka kejadian BBLR.
30
Abstract
Low Birth Weight (LBW) is the main cause of infant mortality, the causes of LBW
can be classified as premature and dysmature, predisposing factors that cause
LBW can come from the mother (mother's age, maternal parity, pregnancy
complications, nutritional status). After conducting a preliminary study at the
Sumedang District Hospital, in 2020 there were 140 mothers (2.9%) who gave
birth to babies with LBW out of 4762 births. This study aims to determine maternal
predisposing factors associated with the incidence of LBW.
gave birth to babies with low birth weight at the Sumedang District Hospital in
2020 as many as 140 people, the sample was carried out with total sampling,
namely all the population was sampled. collection using medical record.
The results of the univariate analysis showed that the most LBW was the dysmatur
group 56.4% of infants, maternal age was a t risk 69.3%, parity was not at risk
53.6%, who experienced pregnancy complications 87.1%, nutritional status of
mothers who did not have CED 82.9 %. Bivariate analysis showed that there was
a relationship between maternal age and the incidence of LBW (p-value = 0.001
OR = 3.659), there was a relationship between parity and the incidence of LBW (p-
value = 0.031 OR = 0.472), there was no relationship between pregnancy
complications and LBW (p-value = 0.031 OR = 0.472). p-value = 0.348), and there
is no relationship between nutritional status and the incidence of LBW (p-value =
0.118). From these results, it is recommended that health workers increase ANC
examinations and provide IEC so that mothers who have risk factors can be
detected early and can be treated, aiming to reduce the incidence of LBW
31
PENDAHULUAN (BBLR) (29%), asfiksia (27%), dan
Neonatus resiko tinggi adalah bayi tetanus (10%).
yang mempunyai kemungkinan lebih Berdasarkan dari penyebab
besar untuk menderita sakit atau kematian bayi diatas, BBLR menjadi
kematian dari pada bayi yang lain, penyebab utama dalam kematian
Bayi yang mengalami resiko tinggi bayi, dan Bayi Berat Lahir Rendah
adalah bayi yang mengalami Bayi (BBLR) adalah bayi dengan berat
Berat Lahir Rendah (BBLR), asfiksia lahir kurang dari 2500 gram (sampai
neonatorum, sindroma gangguan dengan 2.499 gram), tanpa
pernapasan, kejang, ikterus memandang masa gestasi, berat
neonatorum, perdarahan tali pusat, badan lebih rendah dari semestinya,
hypotermi, hipertermi, hypoglikemi, sekalipun umur cukup, atau karena
tetanus neonatorum, dan penyakit kombinasi keduanya. Berat lahir
yang diderita ibu selama kehamilan. adalah berat bayi yang ditimbang
Bayi dengan BBLR akan memiliki satu jam setelah lahir.
masalah dalam jangka pendek Menurut hasil penelitian (Sagung
seperti gangguan metabolik, adi dkk, 2015) bayi berat lahir rendah
gangguan imunitas, gangguan diakibatkan oleh prematur 51,4% dan
pernafasan, gangguan cairan dan IUGR 48,6% Kedua penyebab ini
elektrolit, Bayi dengan BBLR juga dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti
memiliki masalah dalam jangka Faktor ibu meliputi karakteristik ibu
panjang seperti masalah psikis dan dan komplikasi kehamilan. Dari
fisik. banyak faktor predisposisi BBLR,
Prevalensi BBLR menurut World faktor predisposisi ibu adalah faktor
Health Organization (WHO) lebih utama yang mengakibatkan
sering terjadi di negara-negara terjadinya BBLR faktor terdiri dari
berkembang atau sosial ekonomi risiko paritas, dimana terdapat
rendah. yaitu tertinggi di Asia keadaan multiparitas (jumlah anak 2-
Tenggara (27,1%) dan terendah di 4 orang) sebesar 58,3%, usia berisiko
Eropa (6,4%). 29,2%, Keadaan berisiko lainnya ada
Tiga penyebab utama kematian faktor penyakit medis ibu 41,7%,
bayi baru lahir di Indonesia adalah status gizi ibu 18,1%. Faktor risiko
bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah kelainan plasenta hanya ditemukan
32
pada 19,4% ibu dengan bayi BBLR, Diagram 1
Kejadian BBLR di RSUD
yaitu plasenta previa sebanyak
Kabupaten Sumedang 2018-2020
15,3% dan KPD sebanyak 4,2%. Bayi
BBLR yang memiliki faktor risiko
persentasi kecil juga ditemukan pada
faktor kelahiran kembar sebesar
23,6% dan kelainan kongenital
sebesar 2,8%. Dari segi faktor risiko
lingkungan, didapatkan hasil
sebanyak 11,1% ibu yang melahirkan
bayi BBLR tinggal di dataran tinggi
>700 mdpl, 20,8% ibu berpendidikan Rekam Medis RSUD Sumedang
rendah dan 22,8% ibu memiliki status Angka Kematian Bayi (AKB) yang
pendahuluan dan data rekam medis tahun 2018 sebanyak 21 kasus atau
2018 sebayak 160 kasus, untuk 2019 (15,86%). Bayi Berat Lahir Rendah
sebanyak 149 kasus dan pada tahun (BBLR) dalam tiga tahun terakhir
33
Tabel 1 faktor predisposisi ibu dengan
Masalah Penyulit Bayi Baru Lahir
kejadian BBLR di RSUD Sumedang?.
2018-2020
Tujuan penelitian adalah untuk
Masalah Tahun
mengetahui distribusi frekuesi (BBLR,
Penyulit 2018 2019 2020
Bayi Usia, Paritas, Komplikasi Kehamilan,
Baru
Status Gizi) dan hubungan Faktor
Lahir
Asfiksia 20% 18.18% 19.57% Predisposisi ibu (Usia, Paritas,
Bayi 34.74% 39.03% 38.87% Komplikasi Kehamilan, Status Gizi)
Berat
Lahir yang menyebabkan kejadian BBLR di
Rendah RSUD Kabupaten Sumedang tahun
Ikterus 38.33% 40.10% 39.67%
Kejang 3.57% 2.67% 1.87% 2020. Manfaat penelitian ini
Rekam Medis RSUD Sumedang diharapkan dapat memberikan
tambahan temuan ilmiah bagi ilmu
Berdasarkan data diatas tiga tahun pengetahuan kesehatan dalam upaya
berturut-turut BBLR menempati posisi mencegah ibu bersalin melahirkan
kedua pada masalah penyulit pada bayi BBLR. Memberikan masukan
bayi baru lahir sehingga penulis bagi RSUD Sumedang, para bidan,
tertarik melakukan penelitian Ibu hamil dan keluarga dalam
mengenai BBLR, dan berdasarkan mendeteksi kehamilan untuk
data penelitian diatas faktor mencegah terjadinya BBLR.
predisposisi utama yang
mengakibatkan BBLR adalah faktor METODE PENELITIAN
predisposisi ibu, maka penulis tertarik Penelitian ini menggunakan
mengambil penelitian mengenai pendekatan kuantitatif dengan desain
Faktor resiko ibu dengan kejadian survei analitik Dalam penelitian ini
BBLR maka penelitian ini berjudul menggunakan rancangan survei
“Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Cross Sectional pengambilan data
dengan Kejadian Bayi Berat Lahir dilakukan sekaligus pada suatu saat
Rendah (BBLR) di RSUD Kabupaten (point time approach). Penelitian ini
SumedangTahun 2020”. dilakukan di RSUD Kabupaten
Rumusan masalah dalam Sumedang pada bulan Mei-Agustus
penelitian ini ingin mengetahu 2021.
Apakah terdapat hubungan antara
34
Instrumen yang digunakan dalam menyebabkan BBLR di RSUD
proses penelitian ini adalah tabel Kabupaten Sumedang.
induk dan data yang berasal dari Rumus yang digunakan adalah
rekam medik. sebagai berikut
Populasi dalam penelitian ini P x 100%
adalah seluruh ibu yang melahirkan
Keterangan :
bayi BBLR di RSUD Kabupaten
P = Presentase
Sumedang tahun 2020 sejumlah 140
f = Frekuensi dari kejadian Bayi
orang. Teknik pengambilan sampel
Baru Lahir Rendah (BBLR)
yang digunakan yaitu total sampling.
n = Jumlah sampel yang diambil
Instrumen yang digunakan dalam
proses penelitian ini adalah tabel
2. Analisis Bivariat
induk dan data yang berasal dari
Analisis bivarat dilakukan terhadap
rekam medik. Cara pegumpula data
dua variabel yang diduga
dengan Editing (Penyuntingan),
berhubungan atau berkolerasi.
Coding (Pengkodean), Entry Data
Rumus yang digunakan sebagai
(Memasukan Data), Tabulating
berikut :
(Penyusunan Data), Cleaning
X2 =
(Pembersihan Data). [6] Adapun
analisis yang digunakan dalam Keterangan :
penelitian ini adalah: X2 = nilai chi square
Fe = frekuensi yang diteliti
1. Analisis Univariat Fo = frekuensi yang diharapkan
mendeskripsikan karakteristik setiap Hasil perhitungan dengan statistik
variabel penelitian. Dalam penelitian antara dua variabel bebas dan terikat
ini analisis univaratnya yaitu untuk dengan menggunakan taraf
mengetahui angka kejadian Bayi signifikasi α = 0,05 dan Confidence
Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Interval (CI) 95% dengan ketentuan
Kabupaten Sumedang dan beberapa bila :
faktor predisposisi yang berasal dari 1) Apakah nilai p value ≤ alpha (α)
ibu (Usia, Paritas, Komplikasi 0,05 maka terdapat hubungan
Kehamilan dam Status Gizi) yang yang bermakna
35
2) Apabila nilai p value > alpha (α)
0,05 maka tidak terdapat
Tabel 4
hubungan yang bermakna. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu di
(Dahlan, 2014). RSUD Kabupaten Sumedang tahun
2020
No Paritas Jumlah Persentase
Ibu
HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Beresiko 65 46,4
Tabel 2 2 Tidak 75 53,6
Distribusi Frekuensi Bayi Berat
Lahir Rendah di RSUD Kabupaten Beresiko
Sumedang tahun 2020 Jumlah 140 100
No Bayi Jumlah Persentase
Berat Berdasarkan tabel 4 Paritas Ibu yang
Lahir melahirkan bayi BBLR di RSUD
Rendah
1 Prematur 61 43,6 Kabupaten Sumedang terbanyak
2 Dismatur 79 56,4 adalah Paritas Ibu yang tidak
Jumlah 140 100
Berdasarkan tabel 2 klasifikasi usia beresiko sebanyak 75 ibu (53,6 %).
36
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Status Gizi di RSUD Kabupaten Sumedang
tahun 2020
No Status Gizi Jumlah Persentase
1 KEK 24 17,1
2 Tidak KEK 116 82,9
Jumlah 140 100
Berdasarkan tabel 6 ibu yang Tidak KEK di RSUD Kabupaten Sumedang lebih
banyak dibanding ibu yang mengalami KEK, ibu yang Tidak KEK sebanyak 116
orang (82,9%).
Tabel 7
Hubungan Usia Ibu dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Kabupaten
Sumedang tahun 2020
Usia Ibu Bayi Berat Lahir Jumlah P- OR
Rendah value
Prematur Dismatur
F % F % F %
Beresiko 51 83,6 46 58,2 97 100 0,001 3,659
Tidak Beresiko 10 16,4 33 41,8 43 100 (1,624 - 8,241)
Jumlah 61 43,6 79 56,4 140 100
Tabel 8
Hubungan Paritas Ibu dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Kabupaten
Sumedang tahun 2020
Paritas Ibu Bayi Berat Lahir Jumlah P- OR
Rendah value
Prematur Dismatur
F % F % F %
Beresiko 22 36,1 43 54,4 65 100 0,031 0,472
Tidak 39 64,9 36 45,6 75 100 (0,238 - 0,937)
Beresiko
Jumlah 61 43,6 79 56,4 140 100
37
Tabel 9
Hubungan Komplikasi Kehamilan dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD
Kabupaten Sumedang tahun 2020
Komplikasi Bayi Berat Lahir Jumlah P- OR
Kehamilan Rendah value
Prematur Dismatur
F % F % F %
Ya 55 90,2 67 84,8 122 100 0,348 1,642
Tidak 6 9,8 12 15,2 18 100 (0,579 - 4,658)
Jumlah 61 43,6 79 56,4 140 100
Tabel 10
Hubungan Status Gizi dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Kabupaten
Sumedang tahun 2020
Status Gizi Bayi Berat Lahir Jumlah P- OR
Rendah value
Prematur Dismatur
F % F % F %
KEK 7 11,5 17 21,5 24 100 0,118 0,473
Tidak KEK 54 88,5 62 78,5 116 100 (0,182 - 1,226)
Jumlah 61 43,6 79 56,4 140 100
Jambi pada tahun 2018 terdapat 42 sebesar 0,001 (p < 0,05) maka
kejadian BBLR dari 84 kelahiran, secara statistik terdapat hubungan
dimana BBLR memiliki persetase antara usia ibu dengan kejadian Bayi
sekitar 50%, selain itu di RS Margono Berat Lahir Rendah di RSUD
Sekarjo pada tahun 2017 Angka Kabupaten Sumedang tahun 2020
kejadian BBLR termasuk tinggi, (H01 Ditolak Ha1 Diterima), Dari hasil
terdapat 1056 kasus BBLR yang uji statistik dengan Odd Ratio
terjadi selama setahun. menghasilkan nilai sebesar 3,659
Menurut peneliti angka kejadian yang artinya usia ibu yang beresiko
BBLR di RSUD Kabupaten memiliki peluang 3,659x mengalami
Sumedang tinggi karena masih kejadian Bayi Berat Lahir Rendah,
kurangnya pengetahuan mengenai sekurang-kurangnya memiliki
faktor predisposisi ibu mengenai peluang 1,624x, dan paling besar
kejadian BBLR, masih tinggi nya lebih beresiko 8,241x mengalami
39
kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Sesuai dengan penelitian yang
saat melahirkan dibandingkan dilakukan di Kabupaten Kotawaringi
dengan ibu yang usianya tidak Timur, menunjukkan bahwa ibu hamil
beresiko. dengan umur kurang dari 20 tahun
Dari hasil penelitian usia beresiko dan lebih dari 35 tahun berisiko 12,5
(<20 dan > 35 tahun) cenderung kali untuk melahirkan BBLR
melahirkan bayi dengan BBLR,
selain itu penelitian di Rumah Sakit
sesuai dengan teori kehamilan
Islam Siti Khadijah Palembang Tahun
primimuda (< 20 tahun) dan
2017 memiliki Hasil uji Chi-square
kehamilan primitua (usia > 35 tahun)
menunjukkan ρ value 0,003 (p
merupakan kehamilan dengan faktor
<0,05), yang berarti ada hubungan
risiko yang dapat memberikan
yang bermakna antara usia ibu
dampak yang kurang menguntungkan
dengan kejadian bayi berat lahir
bagi ibu maupun janin. Kehamilan
rendah, dengan Nilai Odd Ratio 4,290
pada ibu dengan usia < 20 tahun,
(Annisa Khoiriah, 2017), Penelitian
organ reproduksi wanita tidak
yang dilakukan di Kabupaten Kudus
berfungsi dengan baik dan mental
umur ibu dengan BBLR memiliki p
belum siap untuk menerima
value 0,037 maka terdapat hubungan
kehamilan dan kehadiran bayi. Bila
yang bermakna.
kavum uteri dan rongga panggul
wanita belum berkembang sempurna Menurut peneleiti usia ibu
diterima secara statistic dengan Nilai sebesar 0,248 (p > 0,05) maka
odd ratio 3,016 [13]dan hasil secara statistik tidak terdapat
penelitian di Ruangan Kebidanan hubungan antara komplikasi
RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun kehamilan dengan kejadian Bayi
2014 paritas yang memiliki nilai p Berat Lahir Rendah di RSUD
value 0,003 yang berarti terdapat Kabupaten Sumedang tahun 2020
hubungan antara paritas dengan atau (H03 diterima dan Ha3 ditolak).
kejadian BBLR Sesuai dengan penelitian sebelumya,
Menurut peneleiti Paritas Ibu penelitian yang dilakukan di
berhubungan dengan kejadian BBLR Kabupaten Kudus komplikasi
di RSUD Kabupaten Sumedang kehamilan dengan BBLR memiliki p
dikarenakan angka kelahiran untuk value 0,107 yang berarti tidak ada
paritas beresiko masih tinggi, masih hubungan yang bermakna degan
banyak ibu yang mengalami gagal KB BBLR. Berbeda dengan penelitian
sehingga mengalami kehamilan, yang dilakukan di RSUD Abdoel
selain itu paritas tinggi sangat beresik Moeloek Provinsi Lampung hubungan
bagi ibu dan janin khususya untuk antara komplikasi kehamilan dengan
kejadian BBLR. BBLR memiliki hasil p value 0,009 yang
4. Hubungan Komplikasi berarti terdapat hubungan penelitian
Kehamilan dengan Bayi Berat lain yang dilakukan RSUD Wonosari
Lahir Rendah Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2016
Komplikasi Kehamilan dibagi Komplikasi kehamilan dengan BBLR
menjadi 2 kelompok yaitu, yang memiliki nilai p value 0,000 yang berarti
mengalami komplikasi dan tidak terdapat hubungan berarti.
mengalami komplikasi dari 140 Menurut peneliti Komplikasi
sampel yang ada terdapat 122 ibu kehamilan tidak berhubungan dengan
42
BBLR dikarenakan rata-rata ibu yang menunjukkan asupan nutrisi yang
melahirkan di RSUD Kabupaten kurang dalam waktu yang lama.
Sumedang mengalami komplikasi Kekurangan energi dalam jangka
kehamilan baik ibu yang melahirkan waktu yang lama membuat tubuh
prematur maupun dismatur, sehingga tidak memiliki persediaan nutrisi yang
data komplikasi ibu mendominasi cukup untuk memenuhi kebutuhan
untuk kedua kelompok yaitu prematur gizi selama kehamilan.
dan dismatur. Hal ini tidak sesuai dengan
5. Hubungan Status Gizi dengan penelitian sebelumnya yang
Bayi Berat Lahir Rendah dilakukan di Singkawang
Status Gizi dibagi menjadi 2 menunjukkan bahwa ibu hamil KEK
kelompok yaitu, KEK (LILA <23,5 cm) mempunyai risiko 7,9 kali melahirkan
Tidak KEK (LILA ≥23,5 cm), dari 140 BBLR dibandingkan dengan ibu hamil
sampel yang ada terdapat 24 bu tidak KEK hasil penelitian di RSIA
kelompok KEK atau dalam Annisa Kota Jambi Tahun 2018
persentase 17,1% dan 116 ibu Berdasarkan hasil uji Chi-Square,
kelompok tidak KEK atau dalam ada hubungan antara status gizi ibu
persetase 82,9%. hamil dengan kejadian BBLR di RSIA
Hasil uji statistik dengan uji Chi Annisa Kota Jambi Tahun 2018 p value
45
DAFTAR PUSTAKA ANNISA kota Jambi tahun
2018,” Scientia, vol. 7, no. 2,
[1] I. Hartiningrum and N. Fitriyah, pp. 77–95, 2018.
“Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Provinsi Jawa Timur [8] Mulyanti, “Hubungan Antara
Tahun 2012-2016,” J. Komlikasi Kehamilan dengan
Biometrika dan Kependud., vol. Kejadian BBLR di RSUD Kelas
7, no. 2, p. 97, 2019, doi: B Kabupaten Subang,” J. Univ.
10.20473/jbk.v7i2.2018.97-104. Padjajaran, pp. 145–150, 2010,
[Online]. Available:
[2] M. Rahfiluddin, H. Cynthia http://proceeding.unisba.ac.id/in
Putri, and P. Siti Fatimah, dex.php/kesehatan/article/view/
“FAKTOR – FAKTOR YANG 1325/pdf.
BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN BERAT BADAN [9] Soetjiningsih, Tumbuh
LAHIR RENDAH (BBLR) DI Kembang Anak, 2nd ed.
KABUPATEN KUDUS (Studi di jakarta: EGC, 2013.
Wilayah Kerja Puskesmas [10] S. Virdaus, M. Hakimi, and
Undaan Kecamatan Undaan Berty Murtiningsih, “Kurang
Kabupaten Kudus Tahun Energi Kronis Ibu Hamil
2015),” J. Kesehat. Masy., vol. sebagai Faktor Risiko Bayi
5, no. 1, pp. 322–331, 2017. Berat Lahir Rendah,” Ber.
[3] Riskesdas, Kemenkes RI. Profil Kedokt. Masy., vol. 27, no. 4,
Kesehatan Indonesia 2017. pp. 187–196, 2011, [Online].
Data dan Informasi. Kementrian Available: http://berita-
Keseahtan RI; 2018. 2018. kedokteran-
masyarakat.org/index.php/BKM
[4] Marmi, Asuhan Neonatus Bayi /article/view/291.
Balita dan Anak Prasekolah,
1st ed. yogyakarta: pustaka [11] Prabowo, Ilmu Kandungan, 3rd
belaar, 2012. ed. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2011.
[5] S. A. S. Mahayana, E.
Chundrayetti, and Y. Yulistini, [12] Manuaba, Gawat Darurat
“Faktor Risiko yang Obstetri Ginekologi dan
Berpengaruh terhadap Obstetri ginekologi sosial untuk
Kejadian Berat Badan Lahir profesi bidan. jakarta: EGC,
Rendah di RSUP Dr. M. Djamil 2013.
Padang,” J. Kesehat. Andalas, [13] A. KHOIRIAH, “Hubungan
vol. 4, no. 3, pp. 664–673, Antara Usia dan Paritas Ibu
2015, doi: Bersalin dengan Bayi Berat
10.25077/jka.v4i3.345. Lahir Rendah (BBLR) di Rumah
[6] Notoatmojo, Metodelogi Sakit Islam Siti Khadijah
penelitian kesehatan. jakarta: Palembang,” J. Kesehat., vol.
rineka cipta, 2012. 8, no. 2, p. 310, 2017, doi:
10.26630/jk.v8i2.508.
[7] E. M. Pusitaningrum,
“Hubungan status gizi ibu hamil [14] Guswanida, “Faktor-faktor ibu
dengan kejadian BBLR di RSIA yang berhubungan dengan
kejadian BBLR diruangan
46
kebidanan RSUD DR. M. Zein
Painan,” Ekp, vol. 13, no. 3, pp.
1576–1580, 2015.
[15] N. Indrasari, “Faktor Resiko
Pada Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR),” J.
Keperawatan, vol. 8, no. 2, pp.
114–123, 2012.
[16] Susanti, “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Bayi Lahir Rendah Di RSUD
Wonosari Kabupaten Gunung
Kidul Tahun 2016 (Skripsi).
Politeknik Kesehatan
Yogyakarta,” pp. 7–23, 2018,
[Online]. Available:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.i
d/1766/1/SKRIPSI
LENGKAP.pdf.
[17] I. Trihardiani and N. Puruhita,
“Faktor Risiko Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah di Wilayah
Kerja Puskesmas Singkawang
Timur dan Utara Kota
Singkawang,” Progr. Stud. Ilmu
Gizi Fak. Kedokt. Univ.
Diponegoro., pp. 1–55, 2011.
47
Faktor - Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Postpartum
Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamakmur Kabupaten
Bogor Tahun 2021
Irawati Febryna1 Lina Herlina2 Dewi Nawang Sari 3
irafebryna@gmail.com, lina.herlina.id@gmail.com,dewinawangsari93@gmail.com
ABSTRAK
49
kehamilannya yang sekarang berhubungan dengan kejadian
merupakan kehamilan yang tidak postpartum blues
diinginkan. Kehamilan terjadi karena Umur seseorang berkaitan dengan
kebobolan KB, dan jarak nya dengan pengalaman dan maturnitas dalam
anak terakhir terlalu kecil menjalani kehidupan. Dalam
Diwilayah kerja Puskesmas kesehatan reproduksi umur yang
Sukamakmur Kabupaten Bogor tahun dikatakan aman adalah umur antara
2019 terdapat 1087 ibu postpartum 20-35 tahun, karena pada usia ini
dengan kejadian postpartum blues sudah dianggap matang dalam hal
sebanyak 163 (14,9%) tahun 2020 fungsi alat reproduksi ataupun
terdapat 996 ibu postpartum dengan adaptasi psikologis ibu. (Bobak, et all
kejadian postpartum blues sebanyak 2005 dalam Oktaputrining 2020).
(149 (13,7%) dan pada tahun 2021 Usia ideal bagi seorang wanita untuk
dari bulan Januari-Juli terdapat 561 hamil adalah usia 20-35 tahun karena
ibu post partum dengan kejadian pada periode ini resiko wanita
postpartum blues sebanyak 84 menghadapi komplikasi medis saat
(7,7%). hamil dan melahirkan tergolong
Tujuan penelitian ini adalah untuk rendah. Pada usia < 20 tahun dan >
mengetahui faktor-faktor yang dari 35 tahun merupakan usia yang
berhubungan dengan kejadian beresiko tinggi dalam kehamilan dan
postpartum blues di wilayah kerja persalinan. (Padila, 2014)
Puskesmas Sukamakmur Kabupaten Pedidikan merupakan aktifitas
Bogor Tahun 2021. belajar yang memberikan tambahan
Hasil penelitian ini diharapkan ilmu pengetahuan, keterampilan serta
dapat menjadi referensi bagi peneliti dapat mempengaruhi proses berfikir
selanjutnya serta memperkaya secara sistematis, dimana pendidikan
konsep atau teori yang menunjang bukan hanya sekedar transfer
perkembangan ilmu pengetahuan. informasi pengetahuan namun juga
Dan untuk sumbangan merupakan sebuah seni yang dapat
pengembangan dan penyempurnaan membentuk keteraturan sikap dan
ilmu pengetahuan yang sudah ada budaya manusia. (Notoadmodjo,
terkait dengan faktor – faktor yang 2010 dalam Mardhatillah 2019)
50
Dukungan suami merupakan dilakukan pada bulan Juni –
dukungan yang diberikan oleh suami September Tahun 2021.
kepada istri dalam bentuk bantuan Pada penelitian ini instrument yang
secara psikologis baik berupa digunakan adalah kuesioner.
motivasi, perhatian dan penerimaan Kuesioner pada penelitian ini
keputusan. (Chaptin, 2010 dalam diberikan pada ibu postpartum
Mardhatillah 2020). diwilayah kerja Puskesmas
Sukamakmur Kabupaten Bogor pada
METODE PENELITIAN bulan Agustus – September tahun
Penelitian ini merupakan penelitian 2021.
kuantitatif dengan pendekatan cross Pada penelitian ini variabel yang
sectional. Penelitian dengan menggunakan kuesioner adalah
pendekatan cross sectional adalah pendidikan, pekerjaan, dukungan
penelitian dalam satu tahapan atau suami dan keluarga. Skala yang
satu periode waktu. (Sandu & Ali, digunakan untuk kuesioner dukungan
2015). Penelitian ini bertujuan untuk suami dan keluarga adalah skala
menganalisa faktor - faktor yang Likert. Skala Likert adalah skala yang
berhubungan dengan kejadian dapat dipergunakan untuk mengukur
postpartum blues di wilayah kerja sikap, pendapat, dan persepsi
Puskesmas Sukamakmur Kabupaten seseorang atau sekelompok orang
Bogor Tahun 2021. tentang sesuatu gejala atau
Pada penelitian ini desain fenomena dalam penelitian. Ada dua
penelitian kuantitatif yang digunakan bentuk pentanyaan maupun
adalah desain deskriptif yaitu untuk pernyataan menggunakan skala
mendapatkan deskripsi tentang suatu likert, yaitu favorable (positif) dan
kenyataan atau menguji hubungan unfavorabele (negatif). (Masturoh dan
antar kenyataan yang telah ada atau Anggita, 2018).
telah terjadi pada subjek. (Neliwati, Untuk pengukuran postpartum
2018) blues peneliti menggunakan
Penelitian dilakukan di wilayah instrument Edinburgh postpartum
kerja Puskesmas Sukamakmur depression scale (EDPS) yang
Kabupaten Bogor. Penelitian ini dikembangkan oleh Cox, Holden dan
51
Sagovsky sejak tahun 1987. populasinya. (Sandu & Ali, 2015).
Pemilihan EDPS karena EDPS Jumlah sampel dalam penelitian ini
merupakan intrumen yang sudah adalah 40 orang. Pada penelitian ini
baku dan berdasarkan dari hasil tekhnik sampel yang digunakan
penelitian yang sebelumnya intrumen adalah total sampling, Total Sampling
ini sudah diakui validitas dan atau disebut juga dengan sampling
reliabilitanya dengan nilai jenuh adalah cara pengambilan
sensitivitasnya 86% dan sampel dengan mengambil semua
spesivitasnya 78 %. (Ningrum, 2017 anggota populasi menjadi sampel.
dalam Sepriani 2020). Aspek yang (Hidayat, 2014).
dinilai yaitu emosional, motivasi, Pada penelitian ini teknik
aspek motorik dan kognitif. pengumpulan data yang digunakan
Populasi adalah wilayah adalah kuesioner. Kuesioner
generalisasi yang terdiri atas objek/ diberikan kepada ibu postpartum
subjek yang mempunyai kualitas dan pada bulan Agustus - September
karakteristik tertentu yang ditetapkan diwilayah kerja Puskesmas
oleh peneliti untuk dipelajari dan Sukamakmur Kabupaten Bogor tahun
kemudian dapat ditarik 2021 yang sesuai dengan kriteria
kesimpulannya (sintesis). (Masturoh inklusi yang telah ditetapkan.
dan Anggita, 2018). Populasi dalam Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua ibu penelitian ini adalah data primer dan
postpartum 2 hari – 2 minggu pada data sekunder. Data sekunder dalam
bulan Agustus–September diwilayah penelitian ini adalah data laporan
kerja Puskesmas Sukamakmur tentang jumlah pasien postpartum
Kabupaten Bogor Tahun 2021 yang blues pada tahun 2019 – bulan juli
berjumlah 40 orang. 2021 serta jumlah ibu postpartum
Sampel adalah sebagian dari bulan Agustus – September 2021.
jumlah dan karakteristik yang dimiliki Data primer adalah data yang
oleh populasi tersebut, ataupun diperoleh atau dikumpulkan oleh
bagian kecil dari anggota populasi peneliti secara langsung dari sumber
yang diambil menurut prosedur datanya. Data primer disebut juga
tertentu sehingga dapat mewakili sebagai data asli atau data baru yang
52
up to date. Untuk mendapatkan data ≤ α (P-value ≤ 0,05) maka Ho ditolak
primer, peneliti mengumpulkannya dan Ha diterima berarti ada
dengan menggunakan penyebaran hubungan yang bermakna. Bila nilai
kuesioner. (Masturoh dan Anggita, P- value > α (P-value > 0,05) maka
2018). Ho diterima dan Ha ditolak berarti
Pengolahan data adalah bagian tidak ada hubungan yang bermakna.
dari penelitian setelah pengumpulan (Sugiyono, 2016).
data. Pada tahap ini data mentah HASIL DAN PEMBAHASAN
atau raw data yang telah Hasil analisa univariat dapat dilihat
dikumpulkan dan diolah atau pada tabel 1yaitu ibu postpartum
dianalisis sehingga menjadi yang memiliki umur tidak beresiko
informasi. yaitu 29 (72,5%) responden dan
Analisa data yang dilakukan memiliki umur beresiko sebanyak 11
adalah analisa univariat dan Bivariat. (27,5%) responden.
Analisa univariat pada penelitian ini Ibu postpartum memiliki
untuk melihat distribusi frekuensi pendidikan rendah yaitu 30 (75 %)
umur, pendidikan, dukungan suami, responden dan yang memiliki
dukungan keluarga dan postpartum pendidikan tinggi yaitu 10 (25%)
blues. responden. Ibu yang tidak memiliki
Analisa bivariat dilakukan untuk dukunagan suami 25 (62,5%)
menganalisis hubungan antara responden dan ibu yang memiliki
variabel independen yaitu umur, suami mendukung yaitu 15 (37,5%)
pendidikan, dukungan suami dan responden. Ibu yang tiadk memiliki
dukungan keluarga dengan variabel dukungan keluarga yaitu 22 (55%)
dependen yaitu postpartum blues, responden dan ibu yang memiliki
dengan melakukan uji hipotesis yang keluarga mendukung yaitu 18 (45%)
digunakan untuk mengetahui responden. Ibu postpartum di wilayah
hubungan dua variabel. Analisis kerja puskesmas Sukamakmur yang
statistik yang akan dilakukan yaitu tidak mengalami postpartum blues
menggunakan uji Chi Square dengan yaitu 23 (57,5%) responden dan yang
tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). mengalami postpartum blues
Dengan interprestasi bila nilai P-value sebanyak 17 (42,5%) responden.
53
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Umur, Pendidikan, Dukungan Suami, Dukungan
Keluarga dan Postpartum Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamakmur
Tahun 2021
NO Variabel Jumlah %
1 Umur
Beresiko 11 27,5
Tidak Bersesiko 29 72,5
2 Pendidikan
Rendah 30 75
Tinggi 10 25
3 Dukungan Suami
Tidak Mendukung 25 62,5
Mendukung 15 37,5
4 Dukungan Keluarga
Tidak Mendukung 22 55
Mendukung 18 45
5 Postpartum Blues
Postpartum Blues 17 42,5
Tidak Postartum Blues 23 57,5
Sumber: Data Primer
55
Tabel 2.
Hubungan Umur, Pendidikan, Dukungan Keluarga dan Dukungan Suami
dengan Kejadian Postpartum Blues di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamakmur Tahun 2021
No Postpartum Blues
Postpartum Tidak
Variabel Blues Postpartum Total P Value OR
Blues
n % n % n %
1 Umur 11,813
Beresiko 9 81,8 2 18,2 11 100 0,003 (2,083-
Tidak Beresiko 8 27,6 21 72,4 29 100 66,973)
2 Pendidikan 10,286
Rendah 16 53,3 14 46,7 30 100 0,026 (1,155 –
Tinggi 1 10 9 90 10 100 91,626)
3 Dukungan Suami 9,750
Tidak Mendukung 15 60 10 40 25 100 0,01 (1,799-
Mendukung 2 13,3 13 86,7 15 100 52,846)
4 Dukungan
5,056
Keluarga
0,043 (1,248-
Tidak Mendukung 13 59,1 9 40,9 22 100
20,480)
Mendukung 4 22,2 14 77,8 18 100
Sumber: Data Primer
56
pendidikan rendah (SMP) yaitu responden mengalami kejadian
54,8%. postpartum blues, sedangkan dari 15
Penelitian ini juga sejalan dengan responden yang memiliki dukungan
penelitian yang dilakukan oleh Intan suami terdapat 2 (13,3%) responden
& Hendawati (2017) di kota mengalami kejadian postpartum
Palembang, dimana persentase ibu blues.
yang mengalami postpartum blues Hasil uji statistik dengan Chi-
lebih tinggi terjadi pada ibu dengan Square Test diperoleh nilai
pendidikan rendah, yaitu ibu yang pvalue=0,01 lebih kecil dari nilai
berpendidikan rendah mengalami α=0,05, artinya terdapat hubungan
kejadian postpartum blues sebanyak antara dukungan suami dengan
62,9 %, sedangkan ibu yang kejadian postpartum blues di wilayah
berpendidikan tinggi mengalami kerja Puskesmas Sukamakmur tahun
kejadian postpartum blues sebanyak 2021. Nilai OR diperoleh 9,750
36,4 %. Hasil p=value = 0,014, artinya responden yang tidak memiliki
artinya terdapat hubungan pendidikan dukungan suami berpeluang 9,750
ibu dengan kejadian postpartum kali mengalami kejadian postpartum
blues. Menurut asumsi peneliti blues dibandingkan dengan
responden yang memiliki peendidikan responden yang memiliki dukungan
rendah memang lebih rentan suami.
mengalami kejadian postpartum Dukungan suami adalah faktor
blues, karena pendidikan seseorang yang berperan dalam memicu
dapat mempengaruhi cara seseorang terjadinya postpartum blues. Hal ini
berfikir serta cara pandang terhadap terjadi karena dukungan suami
diri sendiri dan lingkungan juga akan merupakan strategi koping penting
berbeda. Sehingga akan pada saat mengalami stress dan
mempengaruhi sikap nya dalam berfungsi sebagai strategi preventif
menanggapi proses persalinan dan untuk mengurangi stress. Istri yang
proses nifas. mendapatkan dukungan suami baik
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa secara emosional, penghargaan
dari 25 responden yang tidak memiliki relative tidak menunjukkan gelaja
dukungan suami terdapat 15 (60%) postpartum blues. (Fitrah, et al., 2017)
57
Hasil penelitian ini sejalan dengan dukungan keluarga terdapat 13
penelitian Dina (2020) di Wilayah (59,1%) responden mengalami
Kerja Puskesmas Remaja dimana kejadian postpartum blues,
sebagian besar ibu tidak mememiliki sedangkan dari 18 responden yang
dukungan suami yaitu 63,2 %. dan memiliki dukungan keluarga terdapat
terdapat hubungan antara dukungan 4 (22,2%) responden mengalami
suami dengan kejadian postpartum kejadian postpartum blues.
blues nilai pvalue=0,001. Hasil uji statistik dengan Chi-
Penelitian ini juga didukung oleh Square Test diperoleh nilai
penelitian Nurul (2019) yang pvalue=0,043 lebih kecil dari nilai
dilakukan di Wilayah Kerja UPTS α=0,05, artinya terdapat hubungan
Puskesmas Kadugede, dimana antara dukungan keluarga dengan
presentase responden yang tidak kejadian postpartum blues di wilayah
memiliki dukungan suami lebih besar kerja Puskesmas Sukamakmur tahun
mengalami postpartum blues yaitu 70 2021. Nilai OR diperoleh 5,056
% dibandingkan dengan responden artinya responden yang tidak memiliki
yang memiliki dukungan suami yaitu dukungan keluarga berpeluang 5,056
22,7 %. kali mengalamai kejadian postpartum
Menurut asumsi peneliti peran blues dibandingkan dengan
suami dalam mendukung ibu selama responden yang memiliki dukungan
masa nifas sangat besar. Karena keluarga.
suami adalah orang terdekat istri, Dukungan keluarga merupakan
tempat istri berbagi segala keluh dukungan yang diberikan oleh
kesahnya. Jika suami tidak keluarga kepada ibu baik dukungan
mendukung dan memberikan emosional maupun material.
perhatian kepada ibu selama nifas Keluarga yang tidak memberikan
maka ibu akan merasa sedih dan dukungan, membuat ibu sedih dan
kelelahan menanggung semuanya kewalahan dalam mengasuh bayinya
sendirian. Hal ini akan menjadi faktor di hari-hari pertama pasca melahirkan
ibu mengalami postpartum blues. ibu nifas memiliki kekawatiran akan
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kemampuan bayinya dan sangat
dari 22 responden yang tidak memiliki
58
mudah tersinggung. (Purnaningsih, sangat membantu dalam kestabilan
2020) emosional ibu selama masa nifas. Ibu
Merawat bayi bukan merupakan yang diberikan dukungan oleh
tugas yang ringan bagi ibu, apalagi keluarga berupa emosi, informasi,
bagi ibu baru. Dalam asuhan masa nasehat dan materi terhadap ibu
nifas dukungan dari keluarga sangat akan meningkatkan kesejahteraan
diperlukan, karena dengan adanya ibu baik kesejahteraan psikis maupun
arahan dari keluarga terutama dari fisik. Hal tersebut akan mencegah
ibu kandung maupun ibu mertua terjadinya postpartum blues pada ibu
dapat menjadi acuan bagi ibu dalam nifas.
merawat bayinya. (Intan & Hendawati,
2017). Hasil penelitian ini sejalan PENUTUP
dengan penelitian Dina (2020) di A. Simpulan
Wilayah Kerja Puskesmas Remaja Dari hasil penelitian dapat
dimana sebagian besar ibu tidak disimpulan bahwa terdapat
memiliki dukungan keluarga yaitu 24 hubungan antara Umur dengan
(63,2%) responden. postpartum blues, nilai p value
Hasil penelitian ini juga didukung pvalue=0,003 dan nilai OR
oleh penelitian Intan & Hendawati diperoleh 11,813. Terdapat
(2017) di kota Palembang, dimana hubungan antara pendidikan
persentase ibu megalami postpartum dengan postpartum blues dengan
blues pada ibu yang tidak memikili nilai pvalue=0,026 dan nilai OR
dukungan keluarga lebih besar yaitu diperoleh 10,286. Terdapat
78,6 % responden dibandingkan hubungan dukungan suami
dengan yang memiliki dukungan dengan kejadian postpartum blues
keluarga yaitu 40,8% responden. nilai pvalue=0,01 dan nilai OR
Nilai pvalue=0,009 < α =0,05, artinya diperoleh 9,750. Terdapat
terdapat hubungan antara dukungan hubungan antara dukungan
keluarga dengan kejadian postpartum keluarga dengan kejadian
blues. postpartum blues dengan nilai
Menurut asumsi peneliti dukungan pvalue=0,043 dan nilai OR
dari keluarga di sekitar ibu akan diperoleh 5,056
59
B. Saran 3. Bagi Tempat Penelitian
1. Bagi Responden Diharapkan pada tempat
Diharapkan responden agar penelitian agar memberikan
memberitahukan masalah dan dukungan kepada ibu masa
kesusahan yang dihadapinya nifas dan mengedukasi suami
selama nifas kepada orang serta keluarga agar memberikan
terdekat (suami dan keluarga) dukungan kepada ibu nifas,
agar ibu tidak merasa sendirian. sehingga tidak terjadi kejadian
Dan mencari informasi tentang postpartum blues pada ibu
bagaimana cara mengatasi postpartum.
kesulitan ibu dengan bertanya 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
kepada tenaga kesehatan, Bagi peneliti selanjutnya
sehingga ibu tidak kebingunan diharapkan penelitian ini bisa
mencari solusinya sendiri. dijadikan bahan rujukan dalam
2. Bagi Intitusi Pendidikan melakukan penelitian
Diharapakan penelitian ini selanjutnya dan menggali lebih
dapat menjadi bahan dalam dalam lagi tentang penyebab
pengembangan ilmu terjadinya postpartum blues
pengetahuan mengenai faktor – pada ibu postpartum.
faktor yang berhubungan
dengan kejadian postpartum
blues.
60
Daftar Pustaka
61
Politeknik Kesehatan
Rini, S dan Kumala, F. 2017. Kalimantan Timur Jurusan
Panduan Asuhan Nifas dan Kebidanan Prodi Sarjana
Eviden Based Praktice Practice. Terapan Kebidanan Tahun 2020
Edisi I. Yogyakarta: Deepublish
Siyoto, S., & Ali S. (2015). Dasar
Sepriani, R,. D. 2020. Faktor Yang Metodologi Penelitian. Sleman:
Berhubungan Dengan Kejadian Literasi Media Publising
Postpartum Blues di Wilayah
Puskesmas Remaja Tahun Sugiyono. Metode Penelitian
2020. Skripsi Kementerian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Kesehatan Republik Indonesia Bandung. PT Alfabet. 2016
62
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIZI BURUK
PADA BALITA DI PUSKESMAS WALANTAKA KOTA SERANG
TAHUN 2021
ABSTRAK
Latar Belakang: Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan zat gizi
dengan kebutuhan tubuh. Anak balita usia 1-5 tahun (usia pra-sekolah)
merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan usia ini rawan gizi dan rawan kesehatan adalah, anak
usia 1-5 tahun masih berada dalam masa transisi. Gizi merupakan salahsatu
faktor penting yang menantukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Gizi Buruk pada Balita di Puskesmas Walantaka Kota
Serang Tahun 2021.
Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan
pendekatan cross sectional, populasi dalam penelitian ini berjumlah 51 ibu yang
memiliki balita dengan gizi buruk, Sampel diambil menggunakan teknik total
sampling. Teknik pengumpulan data dengan cara pembagian kuesioner,
selanjutnya dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisa bivariat.
Hasil: Hasil penelitian uji statistik univariat menunjukkan bahwa mayoritas balita
mengalami gizi buruk non komplikasi yaitu sebanyak 42 orang (82,4%) dan
minoritas balita yang mengalami gizi buruk dengan komplikasi yaitu sebanyak 9
orang (17,6%). Hasil bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan gizi buruk pada balita (P value = 0,040 α < 0,05) OR
(0,169), tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan gizi buruk pada balita (
P value 0,699 α > 0,05), ada hubungan antara ASI Ekslusif dengan gizi buruk
pada balita ( P value 0,049 α < 0,05) OR (1,321).
Saran: Diharapkan kepada petugas kesehatan lebih sering mengadakan
penyuluhan dan konseling tentang gizi balita agar adanya pengurangan angka gizi
buruk pada balita serta bagi ibu yang memiliki balita diharapkan dapat
meningkatkan kesadarannya untuk memberikan dan mencukupi asupan gizi
balita.
64
hubungannya dengan masalah gizi, pada tahun 2020 sebanyak 52 orang
WHO memperkirakan ada 161 juta balita (1,8%).
balita mengalami masalah gizi.
Masalah gizi terbesar terjadi pada TUJUAN
angka 51 juta balita. Kematian balita 1. Diketahui distribusi frekuensi gizi
akibat gizi sebesar 2,8 juta jiwa dan buruk pada balita di Puskesmas
mengalami defisiensi mikronutrien Walantaka Kota Serang Tahun
sebesar 2 miliar. 2021.
Masalah gizi kurang dan gizi buruk 2. Diketahui distribusi frekuensi
masih menjadi masalah utama di pengetahuan ibu dengan gizi
Indonesia. Di Indonesia, persoalan buruk pada balita di Puskesmas
gizi buruk menyebabkan empat dari Walantaka Kota Serang Tahun
seratus bayi yang lahir setiap tahun 2021.
tidak dapat bertahan hidup lebih dari 3. Diketahui distribusi frekuensi
lima tahun, yang umumnya tingkat pendidikan ibu dengan gizi
merupakan korban dari penyakit serta buruk pada balita di Puskesmas
kondisi yang diperparah oleh Walantaka Kota Serang Tahun
persoalan gizi tersebut, satu dari tiga 2021.
anak balita mengalami gangguan 4. Diketahui distribusi frekuensi
pertumbuhan dan hampir seperlima pemberian ASI ekslusif dengan
jumlah balita mengalami berat badan gizi buruk pada balita di
kurang (Astuti, 2020). Puskesmas Walantaka Kota
Berdasarkan studi pendahuluan Serang Tahun 2021.
yang dilakukan peneliti pada tanggal 5. Diketahui hubungan pengetahuan
20 April 2021 di Puskesmas ibu dengan gizi buruk pada balita
Walantaka, didapati jumlah balita di Puskesmas Walantaka Kota
yang mengalami gizi buruk pada Serang Tahun 2021.
tahun 2017 sebanyak 34 orang balita 6. Diketahui hubungan tingkat
(1,0%), tahun 2018 sebanyak 36 pendidikan ibu dengan gizi buruk
orang balita (1,1%), tahun 2019 pada balita di Puskesmas
sebanyak 38 orang balita (1,1%) dan Walantaka Kota Serang Tahun
2021.
65
7. Diketahui hubungan pemberian Teknik pengumpulan data primer
ASI ekslusif dengan gizi buruk yang digunakan pada penelitian ini
pada balita di Puskesmas adalah dengan membagikan
Walantaka Kota Serang Tahun kuesioner kepada ibu yang memiliki
2021. balita dengan gizi buruk di wilayah
kerja Puskesmas Walantaka.
METODE Populasi adalah semua bagian
Penelitian ini menggunakan atau anggota dari objek yang akan
metode survei analitik dengan diamati (Tohardi, 2019). Populasi
pendekatan cross sectional. Survei pada penelitian ini adalah 51 ibu yang
analitik adalah suatu rancangan memiliki balita gizi buruk di wilayah
penelitian yang bertujuan untuk kerja Puskesmas Walantaka Kota
memperoleh penjelasan tentang Serang.
faktor-faktor risiko dan penyebab Kumpulan dari satuan / unit yang
penyakit. Cross Sectional adalah kita ambil dari populasi studi di mana
suatu rancangan penelitian pengukuran atau pengambilan data
observasional yang dilakukan untuk dilakukan (Gahayu, 2015).
mengetahui hubungan variabel Pengambilan sampel dalam
independen dengan variabel penelitian ini menggunakan metode
dependen di mana pengukurannya total populasi. Menurut Arikunto, total
dilakukan pada satu waktu (serentak) populasi adalah pengambilan sampel
(Indra & Ika, 2019). di mana jumlah sampel sama dengan
Sumber data yang digunakan populasi. Alasan mengambil total
dalam penelitian ini adalah data populasi karena jumlah populasi yang
primer dan data sekunder. Data kurang dari 100, maka seluruh
primer meliputi semua jawaban yang populasi dijadikan sampel penelitian
diberikan oleh responden terhadap (Lulu, 2018).
pertanyaan yang ada pada kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah
Sedangkan data sekunder adalah total populasi yaitu sebanyak 51 ibu
data yang diperoleh dari Puskesmas yang memiliki balita gizi buruk di
Walantaka. wilayah kerja Puskesmas Walantaka
Kota Serang.
66
Tabel 1
Hasil Analisis Univariat
Tabel 2
Hasil Analisis Bivariat
Variabel
P-Value Hasil OR
Independen
Ada Hubungan (P-Value 0,169 (0,034 -
Pengetahuan Ibu 0,040
<0,05) 0,847)
Tidak Ada Hubungan (P- 0,514 (0,095-
Pendidikan Ibu 0,699
Value >0,05) 2,797)
Ada Hubungan (P-value 1,321 (1,101 -
ASI Ekslusif 0,049
<0,05) 1,586)
67
dengan gizi buruk pada balita (p = semakin baik pula kesehariannya, ini
0,699). karena daya tangkap dan ingatan
Hasil penelitian ini sesuai dengan setiap orang yang berbeda-beda.
penelitian Komariyah yang berjudul Hasil penelitian ini tidak sejalan
Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan penelitian Alamsyah, dkk
Dengan Status Gizi Pada Balita Usia yang berjudul Beberapa Faktor Risiko
1-5 Tahun Di Desa Pulo Kecamatan Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada
Ciruas Tahun 2017 dengan hasil nilai Balita 12-59 Bulan dengan hasil nilai p
p value = 0,078 α < 0,1 ada hubungan value = 0,180 α > 0,05 tidak ada
antara pengetahuan dengan gizi hubungan antara ASI Ekslusif dengan
buruk pada balita. gizi buruk pada balita.
Menurut asumsi peneliti hal ini Menurut asumsi peneliti hal ini
terjdi karena setiap ibu memiliki terjadi karena ASI memiliki manfaat
pengalaman yang berbeda-beda yang sangat baik bagi bayi. Balita
terutama dalam masalah gizi pada yang mendapatkan ASI Ekslusif
balita dan setiap ibu memiliki memiliki kemungkinan lebih tinggi
keinginan yang berbeda juga untuk asupan nutrisi serta lebih kuat daya
mengetahui dan memperoleh tahan tubuh yang dimilikinya.
pengetahuan tentang kesehatan
KESIMPULAN
terutama kesehatan gizi balitanya.
1. Ada hubungan antara pengetahuan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan gizi buruk pada balita.
penelitian Oktavia, dkk yang berjudul
2. Tidak ada hubungan antara
Faktor – Faktor Yang Berhubungan
pendidikan dengan gizi buruk pada
Dengan Status Gizi Buruk Pada Balita
balita.
Di Kota Semarang Tahun 2017
3. Ada hubungan antara ASI Ekslusif
dengan hasil nilai p value = 0,216 α >
dengan gizi buruk pada balita.
0,05 tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan gizi buruk pada SARAN
balita. 1. Bagi Puskesmas Walantaka
Menurut asumsi peneliti hal ini Diharapkan kepada petugas
terjadi karena semakin baik kesehatan dapat terus memberikan
pendidikan ibu tidak menentukan penyuluhan dan konseling tentang
68
gizi balita agar masyarakat lebih menjadi referensi bagi peneliti
paham tentang gizi yang selanjutnya dan menambahkan
dibutuhkan oleh balita, kepada variabel yang berbeda selain
masyarakat khususnya yang variabel yang digunakan oleh
memiliki balita agar dapat peneliti.
mengikuti setiap penyuluhan atau
kegiatan yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan serta
menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama mengikuti
penyuluhan dan kegiatan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Dedi, dkk. 2017. Beberapa +hygiene&hl=id&as_sdt=0&as_
Faktor Resiko Gizi Kurang dan vis=1&oi=scholar#d=gs_qabs&
Gizi Buruk pada Balita 12 – 59 u=%23p%3Dw5fPSw2PNMUJ.
Bulan (Study Kasus di Kota Di akses oleh: Asahy Nur
Pontianak). Di akses dari : Azizah pada tanggal 27
https://scholar.goggle.com/scho agustus 2020 pukul 22.26
lar?hl=id&as_sdt=0,5&qsp=5&q
=faktor+risiko+gizi+buruk&qst= Fenti,Lia. 2020. Faktor Risiko Gizi
br#d=gs_qabs&u=%23p%3Ddy Kurang Pada Anak Usia 1 – 5
3LWZOk6wj. Di akses oleh : Tahun Dari Keluarga Miskin.
Asahy Nur Azizah pada tanggal Pekalongan. Penerbit NEM.
27 Juni 2021 pukul 21.57
Gahayu, Sri Asih. 2015. Metodologi
Aldona, Windy. 2020. Faktor – Faktor Penelitian Kesehatan
Yang Berhubungan Dengan Masyarakat. Yogyakarta:
Pemberian ASI Ekslusif Pada Deepublish
Bayi Usia 6-12 Bulan Di Desa
P Kecamatan C Kabupatn S Gianti, Mutia Sri. 2017. Faktor- Faktor
Tahun 2020. Serang. Akademi Yang Berhubungan Dengan
Kebidanan Bina Husada Kejadian Gizi Buruk Pada
Serang. Balita Di Kecamatan Kasemen
Tahun 2017. Serang. Akademi
Ariani, Ayu Putri, 2014. Aplikasi Kebidanan Bina Husada
Metodologi Penelitian Serang.
Kebidanan Dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Hidayati, Tutik, Dkk. 2019.
Medika Pendamping Gizi Pada Balita.
Yogyakarta. Penerbit Depublish
Ariani, Ayu Putri, 2014. Aplikasi
Metodologi Penelitian Hulu, Victor Trismanjaya & Taruli
Kebidanan Dan Kesehatan Rohana Sinaga. 2019. Analisis
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Data Statistik Parametrik
Medika Aplikasi Spss Dan Statcal
(Sebuah Pengantar Untuk
Astuti, Ratna Devi & Istri Utami. 2017. Kesehatan). Medan: Yayasan
Hubungan Pengetahuan kita menulis.
Tentang Personal Hygiene
Dengan Perilaku Personal Indra, Made & Ika Cahyaningrum.
Hygiene Saat Menstruasi Pada 2019. Cara Mudah Memahami
Remaja Putri Kelas XI Di SMA Metodologi Penelitian.
Negeri 1 Panjang Bantul. Di Deepublish: Yogyakarta
akses dari :
https://scholar.google.co.id/sch Komariyah, Kokom. 2017. Faktor –
olar?q=pengetahuan+personal Faktor Yang Brhubungan
70
Dengan Satus Gizi Pada Balita Profil Kesehatan Indonesia, 2019.
Usia 1-5 Tahun Di Desa Pulo Diakses dari
Kecamatan Ciruas Tahun https://pusdatin.kemkes.go.id/
2017. Serang. Akademi resources/download/pusdatin/
Kebidanan Bina Husada profil-kesehatan-
Serang. indonesia/Profil-Kesehatan-
indonesia-2019.pdf Diakses
Lulu, Herna, 2018. Faktor-Faktor oleh Asahy Nur Azizah pada
Yang Berhubungan Dengan tanggal 6 Juni 2021 pukul
Pengetahuan Siswi Kelas Ii 01.04.
Tentang Personal Hygiene
Saat Menstruasi Di Smp Al- Septikasari, Majestika. 2018. Status
Khairiyah 2 Cikeusal Gizi Anak Dan Faktor Yang
Kecamatan Cikeusal Tahun Mempengaruhi. Yogyakarta.
2018. Serang: Akademi UNY Press
Kebdanan Bina Husada
Serang Solimun, dkk. 2020. Metodologi
Penelitian Kuantitatif Perspektif
Nurjanah, Yuni. 2016. Hubungan Sistem (Mengungkap Novelty
Status Gizi Dengan Gangguan Dan Memenuhi Validitas
Perkembangan Balita Di Penelitian). Malang: UB Press
Kp.Nongkob Desa Mekarsari
Kecamatan Rangkasbitung Sudaryono. 2019. Metode Penelitian
Kabupaten Lebak Provinsi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Banten Tahun 2016. Serang.
Akademi Kebidanan Bina Suharti, Siti Tati. 2018. Faktor –
Husada Serang. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemberian ASI
Oktavia, silvera, dkk. 2017. Faktor – Ekslusif Pada Bayi Usia 0-6
faktor yang berhubungan Bulan Di Desa Kalodran
dengan status gizi buruk pada Kecamatan Walantaka Kota
balita di kota semarang tahun Serang Tahun 2018. Serang.
2017. Di akses dari : Akademi Kebidnan Bina
https://scholar.google.com/scho Husada Serang.
lar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=gi
zi+buruk+balita&btnG=#d=gs_q Syafril. 2019. Statistik pendidikan.
abs&u=%23p%3Df0xXMKxnCr Jakarta: Kencana
YJ. Diakses oleh : Asahy Nur
Azizah pada tanggal 2 Juni Tohardi, Ahmad. 2019. Pengantar
2021 pukul 08.57. Metodologi Penelitian Sosial
+Plus. Tanjungpura University
Press
71
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI PMB NY.A.
DESA CIKEMPONG KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2020
ABSTRAK
Mual dan muntah adalah hal yang normal dan biasanya terjadi pada usia
kehamilan muda, paling sering antara usia kehamilan 6-12 minggu, dan akan
berakhir pada 20 minggu pertama kehamilan. Keluhan ini terjadi antara 70% -
80% dari semua ibu hamil. Keluhan mual dan muntah terkadang begitu parah
sehingga ibu hamil memuntahkan semua yang mereka makan dan minum, yang
dapat mempengaruhi kondisi umum dan mengganggu kehidupan sehari-hari, atau
lebih dikenal dengan hiperemesis gravidarum. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menginterpretasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil dengan PMB Ny.A. Desa
Cikempong, Kabupaten Bogor 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
analisis dengan desain cross sectional, dan pengumpulan data variabel
independen diambil pada waktu bersamaan. Besar sampel penelitian ini adalah 70
ibu hamil. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random
sampling. Analisis data menggunakan uji univariat dan bivariat (chi-square). Hasil
penelitian menunjukkan 70% ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil
analisis data bivariat dari lima (5) variabel (usia ibu, paritas, pekerjaan, dan usia
kehamilan) berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p-value <
0,05), sedangkan variabel pendidkan tidak berhubungan dengan kejadian
hyperemesis gravidarum. Untuk mencegah terjadinya hiperemesis gravidarum
perlu peningkatan kualitas pelayanan ANC melalui deteksi dini komplikasi
kehamilan dan upaya penanganannya, bidan harus mampu mengkaji dan
memahami komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan serta memberikan
asuhan yang efektif dan efisien.
72
FACTORS ASSOCIATED WITH THE INCIDENCE OF
HYPEREMESIS GRAVIDARUM IN PREGNANT WOMEN IN PMB
NY.A CIKEMPONG VILLAGE BOGOR REGENCY YEAR 2020
Abstract
Nausea and vomiting are normal and usually occur in early pregnancy, most
often between 6-12 weeks of gestation, and will end in the first 20 weeks of
pregnancy. This complaint occurs between 70% - 80% of all pregnant women.
Complaints of nausea and vomiting are sometimes so severe that pregnant
women vomit everything they eat and drink, which can affect their general
condition and interfere with daily life, otherwise known as hyperemesis
gravidarum. This study aims to determine and interpret the factors associated with
the incidence of hyperemesis gravidarum in pregnant women with PMB Ny.A.
Cikempong Village, Bogor Regency 2020. This research is a descriptive analytical
study with a cross sectional design, and the data collection of independent
variables was taken at the same time. The sample size of this study was 70
pregnant women. The sampling technique used is a random sampling technique.
Data analysis used univariate and bivariate (chi-square) tests. The results showed
that 70% of pregnant women experienced hyperemesis gravidarum. The results of
bivariate data analysis of five (5) variables (mother's age, parity, occupation, and
gestational age) were associated with the incidence of hyperemesis gravidarum
(p-value <0.05), while the education variable is not associated with the incidence
of hyperemesis gravidarum. To prevent the occurrence of hyperemesis
gravidarum, it is necessary to improve the quality of ANC services through early
detection of pregnancy complications and efforts to treat them, midwives must be
able to assess and understand complications that may occur during pregnancy
and provide effective and efficient care.
73
PENDAHULUAN Organization (WHO) mencapai 12,5%
Mual dan muntah merupakan hal dari seluruh jumlah kehamilan di
normal yang sering terjadi pada usia dunia dengan angka kejadian yang
kehamilan muda dan terbanyak pada beragam yaitu mulai dari 0,3% di
usia kehamilan 6-12 minggu dan Swedia, 0,5% di California, 0,8% di
akan berakhir dalam 20 minggu Canada, 10,8% di China, 0,9% di
pertama kehamilan. Keluhan ini Norwegia, 2,2% di Pakistan, dan
terjadi 70% - 80% dari seluruh wanita 1,9% di Turki (World Health
yang hamil. Keluhan mual dan Organization, 2018).
muntah terkadang begitu hebat Insiden yang menggambarkan
sehingga segala apa yang dimakan mual dan muntah sebagai gangguan
dan diminum dimuntahkan oleh ibu medis yang sering terjadi selama
hamil yang dapat mempengaruhi kehamilan. angka mual antara 70%
keadaan umum serta menggangu dan 85% dengan sekitar setengah
kehidupan sehari-hari, atau lebih dari presentase ini mengalami
dikenal dengan hiperemesis muntah. Keadaan Hiperemesis
gravidarum (Prawirohardjo, 2018). Gravidarum yang sangat patologis
Hiperemesis gravidarum jauh lebih jarang terjadi dibandingkan
disebabkan oleh adanya peningkatan mual muntah secara logis.
hormon estrogen dan Hormon (Kemenkes RI, 2017). Ibu hamil
Chorionic Gonadothrophin (HCG). dengan komplikasi hiperemesis
Pada umumnya wanita dapat gravidarum berdasarkan data di PMB
menyesuaikan diri dengan keadaan Ny. A, pada tahun 2020 sebanyak 49
ini, meskipun demikian gejala mual orang dengan hiperemesis
dan muntah yang berat dapat gravidarum tingkat I sebanyak 45
berlangsung sampai 4 bulan. orang, tingkat II sebanyak 3 orang,
Sehingga, pekerjaan sehari-hari dan tingkat III sebanyak 1 orang.
menjadi terganggu dan keadaan Hiperemesis gravidarum yang
umum menjadi buruk (Manuaba, terjadi pada ibu hamil akan
2017). berdampak pada janin seperti ibu
Kehamilan dengan hiperemesis kekurangan nutrisi, dan cairan
gravidarum menurut World Health sehingga keadaan fisik ibu menjadi
74
lemah dan dapat pula mengakibatkan pengelola PMB dalam menangani
gangguan asam basa, pneumonia kasus hipermesis gravidarum.
aspirasi, robekan mukosa pada
hubungan gastroesofagi yang METODE PENELITIAN
menyebabkan pendarahan ruptur Penelitian ini merupakan penelitian
esophagus, kerusakan hepar dan deskriptif analitik dengan desain
ginjal. Ini akan terpengaruh atau tidak potong lintang (cross-sectional),
pada pertumbuhan dan dimana data variabel independen
perkembangan janin karena nutrisi diambil pada waktu bersamaan.
yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai (Notoatmodjo, 2012). Dipilih
dengan kehamilan, yang dapa rancangan cross-sectional dengan
mengakibatkan peredaran darah ke alasan pelaksanaannya mudah dan
janin berkurang. Sedangkan pada biaya yang relatif murah dan waktu
bayi, jika hiperemesis ini terjadi yang cukup pendek. Penelitian ini
hanya di awal kehamilan maka tidak menggunakan data sekunder yang
berdampak terlalu serius, tapi jika diperoleh dari rekam medis ibu di
sepanjang kehamilan ibu menderita PMB. Teknik pengambilan sampel
hiperemesis gravidarum maka dalam penelitian ini menggunakan
kemungkinan bayinya akan Random Sampling sebanyak 70 ibu
mengalami BBLR Intra Uterine hamil di PMB Ny. A.
Growth Retardation (IUGR), prematur
hingga abortus (Wiknjosastro, 2009).
Penelitian ini bertujuan Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan
menginterpretasikan faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum pada ibu
hamil dengan PMB Ny.A. Desa
Cikempong, Kabupaten Bogor 2020.
Manfaat dari hasil penelitian ini
sebagai masukan dan pertimbangan
75
HASIL DAN PEMBAHASAN (58,6%). Sedangkan ibu hamil yang
A. Analisis Univariat mengalami Hiperemesis Gravidarum
Tabel 1 pada multipara & grandemulti
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil
sebanyak 29 orang (41,4%).
Dengan Hiperemesis Gravidarum
di PMB Ny.A. Desa Cikempong
Kabupaten Bogor Tahun 2020 Tabel 3
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil
Dengan Hiperemesis Gravidarum
HEG F Presentase Berdasarkan Usia Ibu di PMB Ny.A.
Ya 49 70.0 Desa Cikempong Kabupaten Bogor
Tidak 21 30.0 Tahun 2020
Total 70 100
Usia F Presentase
< 20 thn dan > 39 55.7
Pada tabel 1 dapat dilihat hasilnya
35 thn
dari 70 ibu hamil yang mengalami 31 44.3
20-35 tahun
Hiperemesis Gravidarum sebanyak Total 70 100
49 orang (70%). Sedangkan ibu
hamil yang tidak mengalami Pada tabel 3 dapat dilihat hasil
Hiperemesis Gravidarum sebanyak dari 70 ibu hamil yang mengalami
21 orang (30%). hiperemesis gravidarum berusia <
20 tahun dan > 35 tahun
Tabel 2 sebanyak 39 orang (55,7%).
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil
Sedangkan ibu hamil yang
Dengan Hiperemesis Gravidarum
Berdasarkan Paritas di PMB Ny.A. berusia 20 – 35 tahun sebanyak
Desa Cikempong Kabupaten Bogor
31 orang (44,3%).
Tahun 2020
Paritas F Presentase
Primipara 41 58.6
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dari Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa dari
70 ibu hamil yang berpendidikan 70 ibu hamil yang bekerja sebanyak
rendah sebanyak 45 orang (64,3%). 38 orang (54,3%). Sedangkan pada
Ibu hamil yang berpendidikan tinggi ibu hamil yang tidak bekerja
sebanyak 25 orang (35,7%). sebanyak 32 orang (45,7%).
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil
Dengan Hiperemesis Gravidarum
Berdasarkan Usia Kehamilan di
PMB Ny.A. Desa Cikempong
Kabupaten Bogor Tahun 2020
Usia
Kehamilan F Presentase
Minggu 6- 47 67.1
12
Minggu 13- 23 32.9
24
Total 70 100
Hiperemesis Gravidarum
No Karakteristik Ya Tidak p OR 95 % CI
n % n % value
1 Usia
< 20 dan >35 1,531- 17,775
17 43,6 22 56,4 0,012 5,216
th)
20 - 35 th 4 12,9 27 87,1
2 Paritas
Primipara 17 41,5 24 58,5 0,026 4,427
Multi & Grande 4 13,8 25 86,2 1,301 – 15,067
3 Pendidikan
Rendah 11 24,2 34 75,6 0,276 0,485
Tinggi 10 40,0 15 60,0 0,170 – 1,387
4 Usia kehamilan
Minggu 6-12 18 38,3 29 61,7
0,005 4,138 1,074 – 15,938
Minggu 13-24 3 13 20 87,0
5 Pekerjaan
Bekerja 17 44,7 21 55,3
0,008 5,667 1,661 – 19,336
Tidak Bekerja 4 12,5 28 87,5
78
emesis gravidarum), hanya gejalanya umur dengan kejadian hiperemesis
lebih berat yang ditandai mulai gravidarum. Hasil keeratan
dengan terganggunya aktivitas ibu menunjukkan nilai OR= 5,216 (1,531
sehari-hari, gejala yang – 17,775) artinya ibu yang usianya <
berkepanjangan sampai keadaan 20 tahun dan >35 tahun mempunyai
umum ibu yang memburuk yang risiko lebih besar 5,216 kali
mengharuskan ibu dirawat di rumah mengalami hiperemesis dibandingkan
sakit, bahkan yang lebih berat lagi dengan ibu yang usianya 20 – 35
dapat mengancam nyawa janin. tahun.Hasil penelitian ini sesuai
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Rochmawati di
penelitian Mursyida (2012) di RSU Puskesmas Mattirobulu Kabupaten
Muhammadiyah Palembang, Pinrang (2011) yang mengatakan
menyebutkan bahwa angka kejadian bahwa Hasil uji statistik Chi Square
Hiperemesis Gravidarum adalah Test, diperoleh nilai p = 0,012 nilai p
sebanyak 69,8%. Dimana banyak lebih kecil dari 0,05 dengan demikian
faktor yang bisa menyebabkan dapat dibuktikan secara statistik
terjadinya hiperemesis gravidarum adanya hubungan umur dengan
antara lain faktor predisposisi kejadian kejadian hiperemesis
psikologis, masuknya vili khorialis gravidarum pada ibu hamil.
dalam siklus maternal, dan faktor Menurut Wiknjosastro (2009)
adaptasi hormonal. Hamil pada usia muda merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya
2. Usia ibu Hiperemesis Gravidarum. Dalam
Berdasarkan hasil penelitian diatas kurun reproduksi sehat dikenal
diperoleh hasil dari 39 ibu hamil pada bahwa usia aman untuk kehamilan
usia < 20 tahun dan > 35 tahun dan persalinan adalah 20-30 tahun.
sebesar 43,6% yang mengalami Kematian maternal pada wanita hamil
hiperemesis gravidarum. Hasil uji dan melahirkan pada usia di bawah
statistik chi-square diperoleh p value 20 tahun adalah 2-5 kali lebih tinggi
sebesar 0,012 ≤ p value α 0,05 dari pada kematian maternal yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi pada 20-29 tahun. Kematian
ada hubungan yang bermakna antara maternal meningkat kembali setelah
79
usia 30-35 tahun. Hal ini disebabkan kehamilan, gejala ini terjadi lebih
menurunnya fungsi organ reproduksi berat (Wiknjosastro, 2009). Indeks
wanita pada usia tersebut. kehamilan beresiko adalah ibu
dengan primigravida dan multigravida
3. Paritas lebih dari empat. Pada primigravida
Berdasarkan hasil penelitian diatas diduga ibu belum mampu beradaptasi
hasil uji statistik chi-square diperoleh terhadap perubahan hormon
p value sebesar 0,026 lebih kecil dari estrogen dan khorionik gonadotropin,
p value α 0,05 sehingga dapat sedangkan pada multigravida lebih
disimpulkan bahwa ada hubungan dari empat diduga faktor psikologis
yang bermakna antara paritas atau kasus kehamilan ganda dan
dengan kejadian hiperemesis molla hidatidosa. Dapat disimpulkan
gravidarum. Hasil keeratan bahwa mual muntah lebih banyak
menunjukkan nilai OR= 4,427 (1,301 terjadi pada primigravida karena pada
– 15,067) artinya primipara kondisi ini diduga ibu belum mampu
mempunyai risiko lebih besar 4,427 beradaptasi terhadap perubahan
kali mengalami hiperemesis hormon estrogen dan khorionik
dibandingkan dengan multipara & gonadotropin, sedangkan pada
grandemulti.Hasil penelitian ini sesuai multigravida lebih dari empat diduga
dengan penelitian Rochmawati di faktor psikologis atau kasus
Puskesmas Mattirobulu Kabupaten kehamilan ganda dan molla
Pinrang (2011) Hasil uji statistik Chi hidatidosa karena pada kehamilan
Square Test, diperoleh nilai p = 0,041 beresiko adalah ibu dengan
nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan primigravida dan multigravida lebih
demikian dapat dibuktikan secara dari empat (Saiffudin, 2010).
statistik adanya hubungan paritas
dengan kejadian kejadian 4. Usia Kehamilan
hiperemesis gravidarum pada ibu Berdasarkan hasil penelitian diatas
hamil. hasil uji statistik chi-square diperoleh
Mual muntah terjadi pada 60- 80 % p value sebesar 0,059 lebih kecil dari
primigravida dan 40- 60 % pada p value α 0,05 sehingga dapat
multigravida. Diantara seribu disimpulkan bahwa ada hubungan
80
yang bermakna antara usia mungkin melahirkan bayi dengan
kehamilan dengan kejadian berat lahir rendah. Trimester kedua
hiperemesis gravidarum. Hasil kehamilan didefinisikan sebagai usia
keeratan menunjukkan nilai OR= kehamilan antara 12 hingga 21
4,138 (1,0741 – 15,938) artinya usia minggu. Studi tersebut dilakukan oleh
kehamilan 6-12 minggu mempunyai ilmuwan di Swedia terhadap wanita
risiko lebih besar 4,1387 kali hamil yang dirawat di rumah sakit
mengalami hiperemesis dibandingkan karena hiperemesis gravidarum.
dengan usia kehamilan 13-24 Hiperemesis gravidarum yang parah
minggu. Menurut penelitian yang dapat menyebabkan kekurangan gizi
dilakukan oleh Mursyida (2012) di dan dehidrasi pada wanita hamil dan
RSU Muhammadiyah Palembang, sebelumnya telah dikaitkan dengan
didapatkan nilai p value 0,00 atau < kelahiran prematur. Sebagian besar
0,05, hal tersebut menunjukkan wanita hamil dapat mengalami mual
bahwa terdapat hubungan yang dan muntah di awal kehamilan dan
signifikan antara faktor resiko usia biasanya akan mereda setelah usia
gestasi ibu dengan kejadian kehamilan mencapai 10 sampai 16
hiperemesis gravidarum. minggu (Cunningham, 2009).
Wanita hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum diketahui 5. Pendidikan
memiliki risiko yang lebih tinggi Berdasarkan hasil penelitian diatas
terhadap komplikasi kehamilan. hasil uji statistik chi-square diperoleh
Risiko tersebut juga akan semakin p value sebesar 0,276 lebih besar
meningkat jika hiperemesis dari α 0,05 sehingga dapat
gravidarum tetap bertahan hingga disimpulkan bahwa tidak ada
trimester kedua kehamilan. Sebuah hubungan yang bermakna antara
studi menunjukkan bahwa wanita pendidikan dengan kejadian
yang tetap mengalami hiperemesis hiperemesis gravidarum. Hasil
gravidarum hingga trimester kedua penelitian ini tidak sejalan menurut
kehamilan, 2 kali lebih mungkin Rochmawati (2011), yang
mengembangkan develop mengatakan bahwa ada hubungan
preeclampsia dan 1,4 kali lebih antara pendidikan ibu dengan
81
kejadian hiperemesis gravidarum, hiperemesis gravidarum pada ibu
dengan nilai p value 0,002 (p<0,05). yang tidak bekerja sebesar 4
Pada penelitian ini ibu hamil yang responden (12,5%) dan yang tidak
mengalami hiperemesis gravidarum mengalami hiperemesis gravidarum
proporsi terbanyak pendidikan SMA sebanyak 28 responden (87,5%).
sebanyak 57,4%. Makin tinggi tingkat Hasil uji statistik chi-square diperoleh
pendidikan seseorang, maka makin p value sebesar 0,008 lebih kecil dari
mudah dalam memperoleh menerima α 0,05 sehingga dapat disimpulkan
informasi, sehingga kemampuan ibu bahwa ada hubungan yang bermakna
hamil dalam berpikir lebih rasional. antara pekerjaan dengan kejadian
Ibu yang mempunyai pendidikan hiperemesis gravidarum. Hasil
tinggi akan lebih berpikir rasional keeratan menunjukkan nilai OR=
bahwa jumlah anak yang ideal adalah 5,667 (1,661 – 19,336) yang artinya
2 orang. Kejadian hiperemesis pada pada ibu yang bekerja mempunyai
ibu hamil lebih sering terjadi pada ibu risiko lebih besar 5,667 kali
hamil yang berpendidikan rendah mengalami hiperemesis dibandingkan
(Prawirohardjo, 2009). Secara dengan ibu yang tidak bekerja.
teoritis, ibu hamil yang berpendidikan Hasil penelitian ini sesuai dengan
lebih tinggi cenderung lebih Mursyida (2012) di RSU
memperhatikan kesehatan diri dan Muhammadiyah Palembang,
keluarganya (Saifuddin, 2010). menyebutkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pekerjaan
6. Pekerjaan dengan kejadian hiperemesis
Berdasarkan hasil penelitian diatas gravidarum, dengan nilai p value
diperoleh bahwa di antara 38 0.009 (p< α 0,05). sejalan juga
responden yang mengalami dengan hasil penelitian Ridwan
hiperemesis gravidarum pada ibu (2008) yang mengatakan hasil uji
yang bekerja sebanyak 17 responden statistik Chi Square Test, diperoleh
(44,7%) dan yang tidak mengalami nilai p = 0,002. nilai p lebih kecil dari
hiperemesis gravidarum sebanyak 21 0,05 dengan demikian dapat
responden (55,3%). Sedangkan dari dibuktikan secara statistik adanya
32 responden yang mengalami hubungan faktor pekerjaan dengan
82
kejadian kejadian hiperemesis gravidarum berusia < 20 tahun dan
gravidarum pada ibu hamil di > 35 tahun sebesar 55,7%.
Puskesmas Mattirobulu Kabupaten Menurut paritas sebagian besar
Pinrang. dengan paritas primipara sebesar
Hiperemesis gravidarum sangat 62,9%. Berdasarkan usia
besar mempengaruhi pekerjaan kehamilan sebagian besar dengan
pada wanita hamil yang bekerja di umur kehamilan 6-12 minggu
luar rumah sehingga kehilangan sebesar 61,4%. Sebagian besar
waktu dalam bekerja. Besar responden berpendidikan rendah
kemungkinan bahwa wanita yang sebesar 58,6%. Menurut status
takut kehilangan pekerjaan diduga pekerjaan sebagian besar ibu
dapat menjadi faktor kejadian hamil yang bekerja sebesar 71,4%.
Hiperemesis gravidarum (Manuaba, 3. Ada hubungan antara umur ibu
2008). Penyebab utama terjadinya dengan p value ≤ α 0,05, paritas
hiperemesis gravidarum seperti dengan p value ≤ α 0,05, usia
cemas dengan kehamilan dan kehamilan dengan p value ≤ α 0,05
persalinan, rumah tangga yang retak, dan pekerjaan dengan p value ≤ α
kehilangan pekerjaan sehingga dapat 0,05 dengan kejadian hiperemesis
menyebabkan konflik mental yang gravidarum.
dapat memperberat mual dan muntah 4. Tidak ada hubungan antara
sebagai ekspresi tidak sabar sebagai pendidikan dengan kejadian
keengganan menjadi hamil atau hiperemesis gravidarum p value ≤
pelarian kesukaran hidup α 0,05.
(Prawirohardjo, 2009).
83
SARAN
Untuk mencegah kejadian hiperemesis gravidarum maka perlu peningkatan
kualitas pelayanan ANC dengan mengenali sedini mungkin komplikasi-komplikasi
pada kehamilan dan upaya menanganinya dan seorang bidan harus dapat menilai
dan mengetahui penyulit-peyulit yang dapat terjadi pada kehamilan serta
memberikan tindakan yang efektif dan efisien.
84
DAFTAR PUSTAKA
85
PENGARUH TEKNIK REBOZO SHAKE APPLE TREE TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN PADA IBU
BERSALIN KALA I DI PMB Bd. A DI CIBEDUG TAHUN 2021
ABSTRAK
Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak
nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang
telah rusak atau yang berpotensi untuk rusak, nyeri sering dilukiskan dengan
suatu yang berbahaya (Noksius, Protofatik) atau yang tidak berbahaya (Non
noksius). Adapun Nyeri pada persalinan merupakan manifestasi dari adanya
kontraksi (pemendekan) otot rahim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menetahui pengaruh teknik rebozo terhadap penurunan intensitas ibu bersalin
kala I. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental atau percobaan yaitu
menggunakan pendekatan non equivalent control group. Populasi pada penelitian
ini adalah seluruh ibu bersalin yang kebetulan ada dan bersedia dijadikan
responden berjumlah 20 orang. Penelitian ini menggunakan Non Probability
Sampling dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Hasil uji
statistik wilcoxon. Hasil uji statistik pvalue= 0,003 dimana pvalue <0,05 berarti Ha
diterima dan H0 ditolak. ). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Teknik Rebozo Shake Apple Tree terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan
kala I di PMB Bd A Cibedug Bogor 2021. Diharapkan bidan dapat memberikan
asuhan kebidanan komplementer serta memberikan informasi dan pengetahuan
untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh rebozo shake apple tree
terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala I.
86
ABSTRACT
Pain is a condition in which a person feels an uncomfortable or unpleasant feeling
caused by tissue damage that has been damaged or has the potential to be
damaged, pain is often described as being dangerous (Noxious, Protophatic) or
harmless (Nonnoxious). The pain in labor is a manifestation of the contraction
(shortening) of the uterine muscles. The purpose of this study was to determine
the effect of the rebozo technique on decreasing the intensity of maternal labor in
the first stage. This type of research was an experimental study or an experiment
using a non-equivalent control group approach. The population in this study were
all maternity mothers who happened to exist and were willing to be respondents,
amounting to 20 people. This research uses Non Probability Sampling with
accidental sampling technique. Wilcoxon statistical test results. The results of the
statistical test p-value = 0.003 where p-value <0.05 means Ha is accepted and H0
is rejected. ). So it can be concluded that there is an effect of the Rebozo Shake
Apple Tree Technique on decreasing the intensity of labor pain in the first stage at
PMB Bd A Cibedug Bogor 2021. It is hoped that midwives can provide
complementary midwifery care and provide information and knowledge for further
research on the effect of rebozo shake apple tree on decreasing the intensity of
labor. first stage labor pain.
87
PENDAHULUAN atau mengevaluasi rasa nyeri yang
Persalinan adalah serangkaian dialaminya.
kejadian yang berakhir dengan Association for the study of pain
pengeluaran bayi yang cukup bulan dalam Nanda, 2006, menyatakan
atau yang hampir cukup bulan, nyeri merupakan pengalaman
disusul dengan pengeluaran plasenta emosional dan sensori yang tidak
dan selaput janin dari tubuh ibu menyenangkan yang muncul dari
melalui jalan lahir atau melalui jalan kerusakan jaringan secara actual
lain, berlangsung dengan bantuan atau potensial atau menunjukkan
atau tanpa bantuan (kekuatan ibu adanya kerusakan. Salah satu teori
sendiri) (Trirestuti Chrisna, 2018). yang paling dapat diterima dan
Tetapi proses ini memberi makna dipercaya terkait adanya nyeri adalah
yang berbeda-beda pada tiap individu Gate Control Theory (Anonim, 2018).
dan menjadikan suatu pengalaman Nyeri yang tidak cepat teratasi
unik. Kondisi ini dikarenakan dapat menyebabkan kematian pada
berbagai faktor salah satunya adalah ibu dan bayi, karena nyeri
adanya nyeri persalinan. Nyeri menyebabkan pernafasan dan denyut
persalinan mulai timbul pada tahap jantung ibu akan meningkat yang
kala I yang berasal dari kontraksi menyebabkan aliran darah dan
uterus dan dilatasi serviks. Dengan oksigen ke plasenta terganggu.
makin bertambahnya baik lama Penanganan dan pengawasan nyeri
maupun frekuensi kontraksi uterus, persalinan terutama pada kala 1 fase
nyeri yang dirasakan akan bertambah aktif sangat penting, karena ini
kuat (Jumhirah, 2018). sebagai titik penentu apakah seorang
Nyeri merupakan kondisi berupa ibu bersalin dapat menjalani
perasaan yang tidak menyenangkan. persalinan normal atau diakhiri
Sifatnya sangat subjektif karena dengan suatu tindakan dikarenakan
perasaan nyeri berbeda pada setiap adanya penyulit yang diakibatkan
orang, dalam hal skala atau nyeri yang sangat hebat (Hermawati,
tingkatannya dan hanya orang 2009).
tersebutlah yang dapat menjelaskan Jumlah persalinan di Wilayah
Puskesmas Kabupaten Bogor pada
88
tahun 2015 sebanyak 20.354, dan kala 1 persalinan. Primi mengalami
dengan risiko tinggi sebanyak 5.743 proses persalinan lebih lama
orang (19,5%). Dari jumlah ibu daripada proses persalinan pada
bersalin dengan risiko tinggi tersebut multipara, sehingga primi mengalami
713 (12,4%) merupakan primipara kelelahan yang lebih lama (Kusnita,
dan umur <20 tahun, 782 (13,6%) ibu Dianti Dkk, 2017).
yang berumur <35 tahun dan 509 Rasa nyeri pada persalinan
(8,9%) ibu yang melahirkan lebih dari disebabkan oleh karena kontraksi
4 kali (grandemulti). Angka ini uterus yang dapat mengakibatkan
menggambarkan masih banyak peningkatan aktivitas system saraf
jumlah ibu bersalin yang berisiko simpatis, apabila hal ini tidak segera
tinggi dan menuntut bidan senantiasa ditangani akan meningkatkan rasa
memberikan asuhan persalinan yang khawatir, tegang, takut dan stress.
berkualitas terutama dalam Kemajuan persalinan dipengaruhi
menangani nyeri persalinan ibu oleh passenger, passage, position,
bersalin yang beresiko terhadap dan psicologic. Persepsi ibu terhadap
peningkatan intensitas nyeri (Ayu, rasa nyeri persalinan dapat
2017). mempengaruhi kondisi psikologis ibu
Menurut Saharwen, Scoloveno, & yang akhirnya berdampak pada
Weingarten, (1999) Intensitas nyeri persalinan lama (Sujiyatini, 2016).
persalinan pada primipara seringkali Ketidaknyamanan diakibatkan
lebih berat daripada nyeri persalinan oleh banyaknya perubahan yang
pada multipara. Hal itu karena terjadi pada fisik dan psikis ibu
multipara mengalami effacement selama hamil maupun bersalin.
(penipisan serviks) bersamaan Perubahan psikologi dapat terjadi
dengan dilatasi serviks, sedangkan pada ibu dalam persalinan Kala I,
pada primipara proses effacement terutama bagi ibu yang pertama kali
biasanya terjadi lebih dahulu melahirkan, perubahan-perubahan
daripada dilatasi serviks. Proses ini tersebut diantaranya Perasaan tidak
menyebabkan intensitas kontraksi enak, Takut dan ragu-ragu akan
yang dirasakan primipara lebih berat persalinan yang akan dihadapi, Ibu
daripada multipara, terutama pada dalam menghadapi persalinan sering
89
memikirkan antara lain apakah berbagai cara saat proses persalinan
persalinan berjalan normal, namun salah satu cara yang paling
Menganggap persalinan sebagai umum untuk menggunakannya
cobaan, Apakah penolong persalinan adalah menggunakan di pinggul sang
dapat sabar dan bijaksana dalam ibu dan menggoyang-gayangkan
menolongnya, Apakah bayinya pinggul sang ibu dengan gerakan
normal atau tidak, Apakah ia sanggup yang teratur. Gerakan ini biasa
merawat bayinya, Ibu merasa cemas disebut dengan “Pelvic Massage”.
(Sumarah et al, 2009). Menurut Selain itu posisi ini juga bisa
Sukarni& Wahyu (2013) menyatakan digunakan untuk mengoptimalkan
bahwa pada kala I tidak jarang ibu posisi bayi. Rebozo membantu
akan mengalami perubahan psikologi memberikan ruang pelvis yang lebih
diantaranya, rasa takut, stress, luas untuk ibu sehingga bayi lebih
ketidaknyamanan, cemas, marah- mudah menuruni panggul dan proses
marah dan lain-lain. persalinan nanti menjadi lebih cepat
Salah satu upaya untuk dan lancar.
menangani pengurangan
ketidaknyamanan pada ibu bersalin METODE PENELITIAN
kala satu dapat dilakukan dengan Jenis penelitian yang
metode farmakologis dan digunakan adalah penelitian
nonfarmakologis. Metode eksperimen atau percobaan yaitu
nonfarmakologis yang dapat desain yang tidak mempunyai
digunakan dalam mengurangi ketidak pembatasan ketat terhadap
nyamanan pada ibu bersalin yaitu rendomisasi, dan pada saat yang
dengan menggunakan asuhan teknik sama dapat mengontrol ancaman-
Rebozo. Rebozo membantu ancaman validitas (Notoatmodjo,
memberikan ruang pelvis yang lebih 2018).
luas untuk ibu sehingga bayi lebih Rancangan ini menggunakan
mudah menuruni panggul dan proses pendekatan non equivalent control
persalinan menjadi lebih cepat group untuk membandingkan hasil
(Jaskara,2020). Teknik penggunaan intervensi dengan satu kelompok
rebozo dapat digunakan dalam kontrol yang serupa, pada rancangan
90
ini pengelompokan anggota sampel Dari 10 orang kelompok
tidak dilakukan secara random atau Perlakuan yang dilakukan Rebozo
acak (Notoatmodjo, 2018). Shake Apple Tree terhadap intensitas
Sampel yang diambil dalam penurunan nyeri persalinan kala I di
penelitian ini adalah total sampel PMB Bd A berdasarkan Pengalaman
yaitu sebanyak 20 responden. Dibagi Nyeri Cibedug Bogor 2021. Kelompok
menjadi 2 kelompok dimana 1 yang tertinggi adalah kelompok nyeri
kelompok adalah kelompok perlakuan sedang sebanyak 6 orang (60)%, dan
atau yang dilakukan tindakan dan 1 yang tidak memiliki riwayat nyeri
kelompok adalah kelompok kontrol sebanyak 2 orang (20)% sama dengan
atau yang tidak dilakukan tindakan. yang mengalami nyeri berat yaitu 2
Adapun kriteria inklusi dalam orang (20)% maka dalam penelitian ini
penelitian ini adalah ibu kala 1 dapat disimpulkan bahwa yang
persalinan dengan persalinan mempunyai pengalaman nyeri sedang
spontan atau normal, Tidak lebih banyak dibandingkan yang ada
mempunyai riwayat perdarahan, pengalaman nyeri ringan dan yang
Plasenta Previa, induksi persalinan tidak ada pengalaman nyeri.
dll, dengan pembukaan yang tidak di
Sedangkan, dari 10 orang
tentukan dan bersedia menjadi
kelompok kontrol, Kelompok yang
responden.
tertinggi adalah kelompok yang tidak
ada pengalaman nyeri 4 orang (40%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan yang mengalami nyeri sedang 4
Tabel
Distribusi frekuensi responden Teknik orang (40%) dan yang paling rendah
Rebozo Shake Apple Tree terhadap adalah nyeri berat sebanyak 2 orang
pengurangan intensitas nyeri
persalinan kala 1 di PMB Bd A (20%). Maka dapat disimpulkan
Cibedug Bogor 2021. bahwa yang tidak ada pengalaman
Pengurangan Perlakua Kontrol
Nyeri n nyeri dan yang mempunyai
F % F % pengalaman nyeri sedang lebih
Tidak Efektif 2 20 9 90
Efektif 8 80 1 10 banyak dibandingkan yang
Jumlah 10 100 10 100 mempunyai pengalaman nyeri berat.
Sumber: Data Primer (2021)
91
Tabel adalah kelompok usia resiko tinggi
Distribusi frekuensi Responden
(<20 dan >35 tahun) sebanyak 4
Teknik Rebozo Shake Apple Tree
terhadap Intensitas nyeri persalinan orang (40%) maka dalam penelitian
kala 1 berdasarkan Usia di PMB Bd A
ini dapat disimpulkan bahwa usia
Cibedug Bogor 2021.
reproduksi (20-35 tahun) lebih
Usia Perlakuan Kontrol
banyak dibandingkan dengan yang
F % F %
<20 dan >35 1 10 4 40 usia (dan >35 tahun).
Tahun
20 – 35 9 90 6 60
Tahun Tabel
Jumlah 10 100 10 100 Distribusi frekuensi responden Teknik
Sumber: Data Primer (2021) Rebozo Shake Apple Tree terhadap
Intensitas nyeri persalinan kala 1
Berdasarkan Tabel diatas berdasarkan Aktivitas Fisik di PMB
Bd A Cibedug Bogor 2021.
bahwa dari 10 orang kelompok Aktivitas Perlakuan Kontrol
perlakuan Teknik Rebozo Shake Fisik F % F %
Ringan 2 20 4 40
Apple Tree terhadap Intensitas nyeri Berat 3 30 5 50
persalinan kala 1 berdasarkan Usia di Sedang 5 50 1 10
Jumlah 10 100 10 100
PMB Bd A Cibedug Bogor 2021
Sumber: Data Primer (2021)
berdasarkan usia. Kelompok yang
tertinggi adalah kelompok usia Berdasarkan Tabel diatas
reproduksi (20-35 tahun) sebanyak 9 bahwa dari 10 orang kelompok
orang (90%) dan yang terendah Perlakuan Teknik Rebozo Shake
adalah kelompok usia resiko tinggi Apple Tree terhadap Intensitas nyeri
(<20 dan >35 tahun) sebanyak 1 persalinan kala 1 berdasarkan
orang (10%) maka dalam penelitian Aktivitas Fisik di PMB Bd A Cibedug
ini dapat disimpulkan bahwa usia Bogor 2021 berdasarkan Aktivitas
reproduksi (20-35 tahun) lebih Fisik sehari-hari seluruh responden
banyak dibandingkan dengan yang menyatakan dengan beban kerja
usia (dan >35 tahun). dari 10 orang ringan sebanyak 2 orang (20%).
kelompok kontrol, Kelompok yang Sedangkan yang menyatakan
tertinggi adalah kelompok usia dengan beban kerja berat sebanyak 3
reproduksi (20-35 tahun) sebanyak 6 orang (30%) dan yang memiliki
92
orang (50%). Maka dalam penelitian kala 1 berdasarkan Pendamping
ini dapat disimpulkan bahwa Aktivitas Persalinan di PMB Bd A Cibedug
Fisik sehari-hari yang paling banyak Bogor 2021 dengan responden 10
adalah aktivitas fisik sedang. Dari 10 orang. 2 orang (20)% diantaranya
orang kelompok kontrol dengan adalah ibu yang tidak didampingi saat
beban kerja ringan sebanyak 4 orang persalinan. Dan 8 orang (80%)
(40%). Sedangkan yang menyatakan didampingi pada saat persalinan.
dengan beban kerja berat sebanyak 5 Maka dapat disimpulkan bahwa
orang (50%) dan yang memiliki persalinan lebih banyak didampingi
Aktivitas fisik sedang sebanyak 1 oleh keluarga sebanyak 8 orang
orang (50%). Maka dalam penelitian (80%) pada kelompok Perlakuan.
ini dapat disimpulkan bahwa Aktivitas Sedangkan dari 10 orang kelompok
Fisik sehari-hari yang paling banyak kontrol 2 orang (20)% diantaranya
yang dilakukan oleh responden yang adalah ibu yang tidak didampingi saat
tidak dilakukan tindakan adalah persalinan. Dan 8 orang (80%)
aktivitas fisik berat sebanyak 5 orang didampingi pada saat persalinan.
(50%). Maka dapat disimpulkan bahwa
persalinan lebih banyak didampingi
Tabel
Distribusi frekuensi responden Teknik oleh keluarga sebanyak 8 orang
Rebozo Shake Apple Tree terhadap (80%) sama dengan kelompok
Intensitas nyeri persalinan kala 1
berdasarkan Pendamping Persalinan perlakuan.
di PMB Bd A Cibedug Bogor 2021.
Tabel
Pendamping Perlakuan Kontrol Distribusi frekuensi responden Teknik
Persalinan F % F % Rebozo Shake Apple Tree terhadap
Tidak 2 20 2 20 pengurangan intensitas nyeri
Didampingi persalinan kala 1 di PMB Bd A
Didampingi 8 80 8 80 Cibedug Bogor 2021.
Jumlah 10 100 10 100 Penguranga Perlakuan Kontrol
Sumber: Data Primer (2021) n Nyeri F % F %
Tidak Efektif 2 20 9 90
Berdasarkan Tabel diatas Efektif 8 80 1 10
Jumlah 10 100 10 100
bahwa dari 10 orang yang dilakukan Sumber: Data Primer (2021)
Teknik Rebozo Shake Apple Tree
Berdasarkan Tabel Distribusi
terhadap Intensitas nyeri persalinan
frekuensi responden kelompok
93
perlakuan yang dilakukan Teknik dapat disimpulkan bahwa lebih
Rebozo Shake Apple Tree terhadap banyak pengaruh teknik rebozo
pengurangan nyeri persalinan kala 1 shake apple tree terhadap intensitas
di PMB Bd A Cibedug Bogor 2021. penurunan nyeri persalinan pada
Dari tabel diatas efektivitas Teknik kelompok perlakuan. Sedangkan,
Rebozo Shake Apple Tree dilakukan pada kelompok kontrol hanya 1 orang
kepada 10 responden. 2 orang (20%) (10%) yang intensitas nyeri nya
yang dilakukan tidak efektif atau tidak berkurang dengan sendirinya. 9
berpengaruh dan 8 orang (80%) ada orang (90%) intensitas nyeri semakin
Pengaruh terhadap pengurangan meningkat.
intensitas nyeri persalinan. Maka
Tabel
Analisis Hubungan Antara Pengaruh Teknik Rebozo Shake Apple Tree Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Std.
P
Variabel N Mean Deviatio Selisih
Value
n
Responden yang dilakukan
Teknik Rebozo Shake Apple
Tree terhadap penurunan 10 5,00 45,00
intensitas nyeri persalinan kala I
-3000 0,003
Responden yang tidak dilakukan
Teknik Rebozo Shake Apple
Tree terhadap penurunan 10 0,00 0,00
intensitas nyeri persalinan kala I
Sumber: Hasil Olah Data Uji Wilcoxon dengan SPSS, 2021
95
DAFTAR PUSTAKA
Andriya. Eni. 2020. Teori Nyeri dan Maita, liva. 2016. PENGARUH DEEP
Klasifikasi nyeri. BACK MASSAGE TERHADAP
PENURUNAN NYERI
Aprilia, Yessie. 2020. Nyeri PERSALINAN.
Persalinan
Munafiah, Dkk. 2020. Manfaat Teknik
Adam, Sukmawati. 2019. Materi Rebozo Terhadap Kemajuan
Teknik Rebozo Persalinan,
Fatah, Raden. 2016. Buku Pedoman Kusnita, Dianti Dkk. 2017. Perbedaan
Beban Kerja. tingkat nyeri persalinan pada ibu
primipara dan ibu multipara pada
ibu kala I persalinan.
96