Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TOPIK KE 2

COMPANY STRENGTHS AND WEAKNESSES

Nama : Drs. Agus Aji Samekto, M.M


NIM 19078000030
Program : S3 Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


TAHUN 2022
STRENGTHS AND WEAKNESSES
PADA PERGURUAN TINGGI MARITIM DI INDONSIA

Pendahuluan
Strengths and Weaknesses, merupakan salah satu alat yang berguna dalam dunia
industri, dimana salah satu fungsinya merupakan alat bantu pembuatan keputusan dalam
pengembangan program-program baru di dunia industri. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk digunakan sebagai alat bantu pembuatan keputusan dalam
pengenalan program-program baru di lembaga pendidikan Kemaritiman. Proses penggunaan
manajemen analisa Strengths and Weaknesses diawali dengan adanya suatu survei internal
mengenai strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) program. Pengujian eksternal
dan internal yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia industri. Lingkungan
eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah usaha. Perubahan dari
masyarakat industri ke masyarakat informasi dan dari ekonomi yang berorientasi manufaktur
ke arah orientasi jasa, telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap permintaan atas
program baru.
Pengelola unit usaha dalam dunia industri wajib berperan sebagai inovator dalam
merancang masa depan unit usaha yang di kelola. Strategi-strategi baru yang inovatif harus
dikembangkan untuk memastikan bahwa unit usaha yang dikelola akan melaksanakan
tanggung jawab guna memenuhi kebutuhan masyarakat mendatang khususnya pada saat ini
dan yang akan datang.
Dalam melakukan analisa eksternal, unit usaha pada dunia industri dapat menggali dan
mengidentifikasikan semua opportunity (peluang) yang berkembang dan menjadi trend pada
saat itu serta treath (ancaman) dari para pesaing. Sedangkan analisa internal lebih
menfokuskan pada identifikasi strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) dari
perusahaan.
Disamping itu dari identifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan kendala tersebut
akan diambil langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk kemajuan dan berkembangnya
unit usaha dalam dunia industri . Hampir semua unit usaha maupun pengamat bisnis dalam
pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Hal tersebut di lakukan oleh semua unit
usaha maupun pengamat bisnis, untuk mengkaji kekuatan dan kelemahannya pada unit usaha
tersebut, sebelum menentukan tujuan dan menggariskan tindakan pencapaian tujuan, yang
merupakan konsekuensi logis yang perlu di tempuh unit usaha agar supaya lancar didalam
operasionalnya.
Proses penggunaan manajemen analisa SWOT menghendaki adanya suatu survei
internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) program, pengujian
internal
yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan dalam
sebuah lembaga pendidikan. Lingkungan internal mempunyai dampak yang sangat berarti
pada sebuah lembaga pendidikan. Selama dekade terakhir abad ke dua puluh, lembaga-
lembaga ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya hidup perorangan
dihadapkan pada perubahan-perubahan baru. Perubahan dari masyarakat industri ke
masyarakat informasi dan dari ekonomi yang berorientasi manufaktur ke arah orientasi jasa,
telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap permintaan atas program baru. Para
administrator atau pengelola perguruan tinggi maritime harus berperan sebagai penggagas
atau inovator dalam merancang masa depan lembaga yang telah di kelola. Strategi-strategi
baru yang inovatif harus dikembangkan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan akan
melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mendatang khususnya
pada abad 21 dan setelahnya. Untuk melakukan hal ini, antara lain dibutuhkan sebuah
pengujian mengenai bukan saja lingkungan lembaga pendidikan itu sendiri tetapi juga
lingkungan eksternalnya [1].

Pembahasan
Lingkungan organisasi pendidikan mengalami perkembangan yang signifikan di setiap
periode waktu. Perkembangan lingkungan inilah yang memberikan tantangan bagi para
pengelola lembaga pendidikan dalam mengubah struktur organisasi. Perubahan lingkungan
pendidikan indonesia yang menonjol ialah :
1) Perubahan ilmu dan teknologi dunia,
2) Perkembangan kehidupan dan cara hidup masyarakat,
3) Penyempurnaan pelaksanaan pendidikan,
4) Peningkatan pendidikan afeksi untuk mengimbangi perkembangan kognisi dan,
5) Pembinaan generasi penerus agar mampu meneruskan pembangunan.

Para pengelola Lembaga pendidikan harus responsif terhadap perubahan-perubahan


tersebut dan berusaha menjawab tantangan-tantangan itu dengan cara mengubah atau
menyesuaikan struktur organisasinya, membentuk struktur baru yang cocok untuk
peningkatan Pendidikan yang lebih tepat dengan tuntutan zaman. Demikian tak terkecuali
bagi Lembaga Pendidikan dalam bidang ilmu kemaritiman yang merupakan lembaga
Pendidikan Maritim yang memiliki tanggung jawab terhadap perubahan dan perkembangan
dunia kemaritiman baik masyarakat maritime maupun teknologi maritim. Karena memiliki
model pendidikan maritime dan cara belajar semi militer selayaknya menjadi lembaga yang
focus di bidang kemaritiman dalam menyongsong Indonesia sebagai poros maritim di dunia
Penentuan arah pengembangan
suatu lembaga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Lingkungan internal adalah suatu kekuatan yang berada di luar lembaga dimana lembaga
tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadapnya sehingga perubahan-perubahan yang
terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja lembaga. Sedangkan lingkungan
eksternal adalah lebih pada analisa intern lembaga dalam rangka menilai atau
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap unit kerja.Ada dua factor yang
membuat analisa lingkungan menjadi suatu analisa penting dalam pengembangan sebuah
lembaga terutama lembaga pendidikan. Yang pertama organisasi atau lembaga tidak berdiri
sendiri tetapi berinteraksi dengan bagian-bagian dari lingkungannya dan lingkungan itu
sendiri selalu berubah setiap saat dan yang kedua pengaruh lingkungan yang sangat rumit dan
komplek dapat mempengaruhi kinerja banyak bagian yang berbeda dari sebuah lembaga.
Dalam melakukan analisa eksternal, perusahaan menggali dan mengidentifikasikan semua
opportunity (peluang) yang berkembang dan menjadi trend pada saat itu serta treath
(ancaman) dari para pesaing. Sedangkan analisa internal lebih menfokuskan pada identifikasi
strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) dari perusahaan. Telaah lingkungan internal
(PLI) adalah mencermati (scanning) kekuatan dan kelemahan di lingkungan internal
organisasi sendiri yang dapat dikelola manajemen meliputi antara lain:
1) Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personelnya;
2) Sistem organisasi dalam mencapai efektifitas organisasi termasuk efektivitas komunikasi
internal;
3) Sumber daya manusia, Sumber daya alam, tenaga terampil dalam tingkat pemberdayaan
sumber daya, termasuk komposisi dan kualitas sumber daya manusianya;
4) Biaya operasional berikut sumber dananya;
5) Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses kinerja/misi organisasi
yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul di lingkungan internal
organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai saat ini.

Telaah Lingkungan Eksternal (PLE) adalah mencermati (scanning) peluang dan


tantangan yang ada di lingkungan eksternal organisasi sendiri (yang tidak dapat dikelola
manajemen) yang meliputi berbagai faktor yang dapat dikelompokkan dalam bidang/aspek.
1) Task Environment, secara langsung berinteraksi dan mempengaruhi organisasi seperti:
Klien, Konsumen, Stakeholder, pesan Pelanggan;
2) Societal Envirnment, pada umumnya terdiri dari beberapa elemen penting seperti
Ekonomi, Teknologi, Sosial Budaya, Politik.
a. Economic Environment, merupakan suatu kerawanan bagi kebanyakan organisasi, dan
analisisnya paling sulit dilakukan, karena menyangkut ekonomi tingkat nasional.
Misalnya, masalah keuangan negara, tingkat inflasi, suku bunga, dan sebagainya.
b. Technological Environment, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dibandingkan
dengan economic environment. Kemajuan teknologi yang dapat sangat pesat pada saat
ini menuntut organisasi untuk selalu mengikuti perubahan teknologi ini agar dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.
c. Social Environment, menjadi yang paling penting dalam kehidupan organisasi karena
menyangkut perilaku sosial dan nilai-nilai budaya (social attitude and values).
Transparasi/keterbukaan merupakan suatu tuntutan baru, terutama terhadap
pemerintahan, sementara kritik masyarakat harus diperhatikan, dan adanya tuntutan
akan peningkatan ”quality of life” yang semakin gencar.
d. Political Environment, merupakan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan bidang kegiatan organisasi, misalnya kebijakan perpajakan moneter, perizinan,
yang mempunyai dampak jangka panjang pada efektivitas organisasi. Hal ini akan
terasa pada organisasi yang bidang kegiatannya telah diatur oleh pemerintah (termasuk
administrasi dan organisasi publik sebagai aparat pemerintah), karena organissasi
organisasi ini akan tergantung pada kehidupan politik pemerintah. Dari analisa
lingkungan internal dan eksternal inilah akan menghasilkan isu-isu strategik dalam
suatu organisasi atau lembaga.

Disamping itu dari identifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan kendala tersebut
akan diambil langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk kemajuan dan berkembangnya
organisasi atau lembaga. Hampir semua lembaga maupun pengamat bisnis dalam
pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Hal tersebut di lakukan oleh semua
lembaga maupun pengamat bisnis, untuk mengkaji kekuatan dan kelemahannya pada lembaga
tersebut, sebelum menentukan tujuan dan menggariskan tindakan pencapaian tujuan, yang
merupakan konsekuensi logis yang perlu di tempuh perusahaan agar supaya lancar didalam
operasionalnya.
Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah lembaga
pendidikan. Selama dekade terkhir abad ke dua puluh, lembaga-lembaga ekonomi,
masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya hidup perorangan dihadapkan pada perubahan-
perubahan baru. Perubahan masyarakat industri ke masyarakat informasi dan dari ekonomi
yang
berorientasi manufaktur ke arah orientasi jasa, telah menimbulkan dampak yang signifikan
terhadap permintaan atas program baru pendidikan kejuruan yang ditawarkan [2].
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opprtunities, and Threats) telah menjadi
salah satu alat yang berguna dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam
pengenalan program- program baru di lembaga pendidikan. Proses penggunaan manajemen
analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang Strengths (kekuatan) dan
Weaknesses (klemahan) program, serta survei eksternal atas Opportunities (ancaman) dan
Thterats (peluang/kesempatan) .Pengujian eksternal dan internal yang struktur adalah sesuatu
yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.
Para pendidik harus berperan sebagai penggagas atau inovator dalam merancang masa
depan lembaga yang mereka kelola. Strategi-strategi baru yang inovatif harus dikembangkan
harus memastika bahwa lembaga pendidikan akan melaksanakan tanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat mendatang khususnya pada abad 21 dan setelahnya. Untuk
melakukan hal ini, antara lain dibutuhkan sebuah pengujian mengenai bukan saja lingkungan
lembaga pendidikan itu sendiri tetapi juga lingkungan eksternalnya [1]. Analisis kekuatan,
kelemahan, kesempatan/peluang, dan ancaman atau SWOT (juga di kenal sebagai analisis
TWOS dalam beberapa buku manajemen), menyediakan sebuah kerangka pemikiran untuk
para administrator pendidikan dalam memfokuskan secara lebih baik pada layanan kebutuhan
dalam masyarakat.
Meskipun sebenarnya analisa ini banyak di tujukan untuk penerapan dalam bisnis, ide
penggunaan perangkat ini dalam bidang pendidikan bukanlah hal yang sama sekali baru.
Sebagai contoh, [3] menyatakan pendekatan ini untuk meningkatkan minat dalam masyarakat
untuk memasuki sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan. Perangkat manajemen yang
sedianya ditujukan untuk bidang industri sering kali bisa diolah untuk diterapkan dalam
bidang pendidikan, karena adanya kemiripan yang fundamental dalam tugas-tugas
administraitf. SWOT adalah teknik yang sudah sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa
digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan
pegawai administrasi (administrator). Sehingga, SWOT di sini tidak mempunyai akhir, artinya
akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan jaman.
Faktor yang menjadi kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang
bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan / strenghth
(distinctive competence) hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi
apabila kekuatan tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan
itu dibutuhkan
atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada instutusi lain juga terdapat
kekuatan yang dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama, maka kekuatan
harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi dibandingkan dengan institusi
yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi
harus dipaksa untuk dikembangkan karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika
dilihat dari lingkungan yang lebih luas. Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah
kelemahan. Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus
dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan
sekitar.

Studi Kasus dan Analisis


Perguruan tinggi Maritim merupakan Perguruan Tingi yang tidak begitu banyak di
Indonesia, namun sebagai negara bahari, Perguruan Tinggi maritim sangat diminati oleh
masyarakat luas. Administrator Perguruan tinggi maritim berupaya untuk menarik
taruna/mahasiswanya ke program perguruan tinggi maritim dengan meningkatkan promosi
dan berusaha untuk memperluas penyebaran informasi melalui media periklanan yang kadang
tidak disertasi dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan lembaganya.
Dalam mempertahankan kualitas lembaganya, Perguruan tinggi maritim telah
melaksanakan serangkaian audit seperti audit internal. Dimana audit internal ini dilakukan
untuk mempertanggung jawabkan dan memantau efektivitas proses pengendalian internal
yang telah ditetapkan oleh manajemen, agar setiap misi, tujuan, dan sasaran bisa terpenuhi
dengan baik. Selanjutnya, potensi dan kemungkinan untuk layanan dan program baru juga
dapat muncul [2].
Namun audit saja tidaklah mencukupi untuk mempertahankan eksistensinya,
perguruan tinggi maritim di Indonesia dapat melaksanakan beberapa cara diantaranya dengan
membuat daftar kelemahan internal yang bermanfaat untuk dapat mengetahui unit mana
sajakah di lembaganya yang dapat melemahkan dan menguatkan untuk perkembangan
perguruan tingginya. Kelemahan yang melekat di mayoritas perguraun tinggi maritim adalah
lemahnya tenaga pendidik yang melaksanakan kegiatan darma ke dua dan ke tiga. Dimana
banyak sekali yang dapat di publikasikan ke masyarakat luas mengenai peran perguruan
tinggi maritim di indonesia dan banyaknya alat edukasi yang bermanfaat bagi perkembangan
bahari yang ada di Indonesia, namun semuanya tidak terpublikan dengan baik ke masyarakat.
Minimnya tenaga pendidik yang memiliki latar belakang keilmuan yang sesuai dengan bidang
kemaritiman. Hal ini diapat dari hasil audit dinas perhubungan laut yang selalu mengaudit
Perguruan tinggi
maritim yang ada di Indonesia di setiap tahunnya. Sumber daya manusia yang dimiliki
mayoritas memiliki jenjang pendidikan sebagai seorang pelaut, namun sebagian besar belum
memenuhi untuk memiliki jenjang studi sebagai seorang pendidik. Namun dengan seiring
perkembangan waktu, mayoritas pendidik yang notabene berpendidikan pelaut (vokasi),
memiliki kemauan keras untuk menempuh pendidikan secara akademik [3].
Kekuatan potensial perguruan Tinggi maritim adalah fasilitas laboratorium dan
bengkel permesinan kapal dibuat dengan standar Internasional. Selain itu, semua perguruan
tinggi maritim tergabung dalam Organisasi Maritim Internasional (IMO) [4], yaitu sebuah
badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang merupakan pusat keunggulan utama untuk
pendidikan maritim, penelitian, dan pengembangan, reputasi yang kuat dalam memberikan
pelatihan yang diperlukan untuk mendapatkan keahlian di bidanag maritim, dan keragaman di
antara para taruna/mahasiswa yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia.
Penilaian kekuatan dan kelemahan juga difasilitasi melalui survei, kelompok fokus,
wawancara dengan siswa SMA/SMK dalam mendalami jalur minat yang diinginkan untuk
meneruskan jenjang pendidikannya saat ini dan masa lalu, dan sumber pengetahuan lainnya.
Begitu kelemahan dan kekuatan menjadi, juga wawancara difokuskan untuk para
taruna/mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan maritim di lembaganya, dan yang
terakhir adalah wawancara dengan para alumni perguruan tinggi maritim yang akan
memberikan gambaran serapan alumni di perusahaan-perusahaan baik yang di dalam negri
maupun di luar negri. Dengan banyaknya kebutuhan sumber daya maritim untuk kebutuhan
perusahaan Nasional maupun Internasional, akan membuat Perguruan Tinggi maritim terus
berkembang untuk meningkatkan kualitasnya baik kualitas standar Nasional maupun
Internasional. Selain itu, para taruna di era sekarang ini, tidak hanya diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan saja, namun juga menciptakan lapangan usaha. Hal ini
dibuktikan dengan mayoritas pengusaha kapal, di dominasi oleh orang2 yang memiliki latar
belakang keilmuan di bidang maritim (sumber data : tracer study Perguruan Tinggi Maritim
di Indonesia).
Berikut ini hasil survey Internal mengenai kelemahan dan kekuatan Perguruan Tinggi
Maritim.
WEAKNESSES (Kelemahan) STRENGTHS (Kekuatan)
1 Membutuhkan biaya yang besar dalam Fasilitas dan prasarana pembelajaran bertaraf
pengadaan fasilitas dan prasarana Internasional
pembelajaran sehingga biaya
pembelajaran agak tinggi
2 Dengan tergabungnya lembaga Tergabung dalam Organisasi Maritim
kemaritiman di Organisasi Maritim Internasional (IMO)
Internasional (IMO), maka segala
peraturan harus sesuai dengan
prosedur dan peraturan dari IMO,
dimana hal ini kadang tidak semuanya
selaras dengan peraturan dan birokrasi
yang ada di Kemendikbud
3 Pendidik mayoritas pelaut yang Pendidik mayoritas telah bersertifikasi
notabene menempuh pendidikan sebagai seorang pelaut dan telah memiliki
sebagai pelaut dan mayoritas belum pengalama yang sangat memadai di dunia
memiliki sertifikasi dosen maupun kemaritiman
jabatan fungsional akademik yang di
syaratkan sebagai pendidik di tingkat
perguruan tinggi
4 Banyak alat pembelajaran yang Para pendidik menciptakan alat pembelajaran
diciptakan, namun tidak banyak yang untuk para peserta didiknya yang di adopsi
di publikasikan ke masyarakat luas dari kegiatan yang mayoritas dilaksanakan di
maupun di sahkan kepemilikannya dunia kemaritiman, misalnya saja alat
dalam bentuk Paten, Paten sederhana Navigasi laut, menjangka peta, ship’s stability
maupun merk dagang dan lain sebagainya
5 Dengan penyebaran alumni yang Mayoritas alumni perguruan Tinggi Maritim
tersebar di belahan dunia, membuat tersebar di seluruh dunia
rekam jejak para alumni tidak
teridentifikasi dengan baik
6 Mayoritas peserta didik berjenis Dibutuhkan sumber daya berjenis kelamin
kelamin laki-laki laki-laki di perusahaan pelayaran baik
perusahaan Nasional maupun Internasional
Sumber : Survey Internal, 2022

Kesimpulan
Menurut [5] Analisis SWOT dapat menjadi alat yang sangat baik dan cepat untuk
mengeksplorasi kemungkinan memulai program baru di perguruan Tinggi vokasi. SWOT juga
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan di dalam departemen dan komite atau bahkan
oleh individu. Analisis SWOT melihat kemungkinan masa depan bagi institusi melalui
pendekatan yang sistematis, introspeksi baik secara intenal maupun eksternal, mdalam
enemukan berbagai keadaan baik positif maupun negatif. Kesemuanya Ini merupakan cara
yang
relatif sederhana untuk berkomunikasi menyalurkan ide, kebijakan, dan perhatian kepada
masyarakat umum maupun institusi. Perguruan tinggi dapat menggunakan SWOT untuk
memperluas visi, misi lembaga mereka dengan cepat, apapun tindakan yang diputuskan,
pengambilan keputusan harus mengandung kekuatan dan kelemahan baik dari dalam maupun
luar institusi.
Perguruan tinggi maritim di Indonesia tidak begitu banyak, namun jumlah yang tidak
begitu banyak tersebut bukan berarti perguruan tinggi maritim dapat dipandang sebelah mata.
Untuk terus mengikuti perkembangan yang ada, banyak faktor yang telah di lakukan untuk
dapat berkembang lebih baik lagi dalam mengelola Perguruan tingginya. Faktor yang menjadi
kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam lembaga yang bisa digunakan untuk
menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan / strenghth (distinctive competence) hanya
akan menjadi competitive advantage bagi suatu lembaga apabila kekuatan tersebut
terkait dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua
kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang
tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.
Penilaian kekuatan dan kelemahan difasilitasi melalui survei, kelompok fokus,
wawancara dan sumber pengetahuan lainnya. Dengan banyaknya kebutuhan sumber daya
maritim untuk kebutuhan perusahaan Nasional maupun Internasional, akan membuat
Perguruan Tinggi maritim terus berkembang untuk meningkatkan kualitasnya baik kualitas
standar Nasional maupun Internasional. Selain itu, para taruna/mahasiswa di era sekarang ini,
tidak hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan saja, namun juga menciptakan
lapangan usaha.

Daftar Pustaka
[1] D. J. Brodhead, “Practical environmental solutions to solvent coating processes,” J.
Coat. Fabr., vol. 21, pp. 112–122, 1991, doi: 10.1177/152808379102100205.
[2] R. L. Lynch, “Journal of Vocational and Technical Education,” no. 1, pp. 1–9, 2014.
[3] T. L. Adepoju and O. A. Famade, “The application of strengths, weaknesses,
opportunities and threats (SWOT) analysis for managing vocational and technical
education (VTE) programmes for improved efficiency in Nigeria,” Educ. Res. Rev.,
vol. 5, no. 7, pp. 354–361, 2010.
[4] L. Kristiyanti, Mariana. Rahmasari, “Diskriminasi Gender di Dunia Pelayaran,” Poros.
Kemaritiman 2021, vol. 270–278, pp. 107–15, 2021.
[5] R. Balamuralikrishna and J. C. Dugger, “SWOT Analysis: A Management Tool for
Initiating New Programs in Vocational Schools,” J. Career Tech. Educ., vol. 12, no. 1,
1995, doi: 10.21061/jcte.v12i1.498.

Anda mungkin juga menyukai