Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi sosial, politik dan ekonomi Indonesia telah berkembang sangat

cepat dan telah memunculkan paradigma-paradigma baru diberbagai bidang

yang sangat berbeda dengan paradigma lama. Dalam kondisi yang demikian,

sikap dan cara kerja Direktorat Jendral Pajak pun harus mengalami perubahan-

perubahan selaras dengan perubahan kondisi lingkungan dan tuntutan

masyarakat. Tanpa perubahan sikap, moral dan peningkatan kualitas kerja dan

kinerja, maka Direktorat Jendral Pajak tidak akan dapat memenuhi harapan

berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

Citra Direktorat Jendral Pajak akan terus menurun apabila masih tetap

mempertahankan sikap dan kinerja “gaya lama” sedangkan kondisi lingkungan

baik sosial, politik dan ekonomi telah mengalami perubahan yang mendasar.

Tuntutan akan akuntabilitas instansi pemerintah semakin meningkat sejalan

dengan dampak krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Untuk

memenuhi tuntutan ini maka pertama-tama diperlukan kesatuan pandangan

bagi seluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak mengenai cita-cita dan arah

kemana Organisasi Direktorat Jendral Pajak mengenai cita-cita dan arah

kemana Organisasi Direktorat Jendral Pajak harus menuju. Oleh karena itu

1
2

pernyataan visi yang ideal dan dapat diterima oleh semua pihak sangat

diperlukan untuk membangkitkan komitmen dan kesatuan gerak bagi seluruh

jajaran.

Pada dasarnya, Direktorat Jendral Pajak mencita-citakan untuk

mendapatkan pengakuan yaitu pengakuan dari instansi pemerintah lainnya,

pengakuan dari dunia internasional dan pengakuan dari masyarakat atas

eksistensi, kerja, kinerja dan citra yang membanggakan. Citra yang

membanggakan. Cita-cita ini semua dituangkan ke dalam pernyataan visi

Direktorat Jendral Pajak, yang ingin direalisasikan dengan komitment dan

tindakan nyata oleh segenap jajaran Direktorat Jendral Pajak secara terpadu.

Misi utama Direktorat Jendral Pajak adalah Misi Fiskal yaitu menghimpun

penerimaan pajak berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu

menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara

efektif dan efesiaen. Kesatuan pandang atas pernyataan Misi Fiskal ini sangat

penting karena di dalammnya terkandung amanat rakyat yang menghendaki

agar Indonesia mampu mandiri dan tidak tergantung pada bantuan luar negeri.

Namun demikian, disamping misi fiskal, pajak juga merupakan salah satu

instrument untuk pembangunan dan pemulihan ekonomi. Oleh karena itu

Direktorat Jendral Pajak juga memiliki Misi Ekonomi yang pada dasarnya

adalah mendukung kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi.

Sebagai salah satu instansi pemerintah pusat, Direktorat Jendral Pajak juga

memiliki misi politik yaitu memdukung proses demokratisasi bangsa melalui


3

proses otonomi daerah sebagaimana diatur dengan Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999, pada akhirnya, misi Direktorat Jendral Pajak yang tidak kalah

pentingnya karena memiliki peranan yang sangat vital dalam mendukung

suksesnya misi-misi yang lain adalah misi kelembagaan. Misi ini bersifat

internal namun sangat menentukan kemampuan Direktorat Jendral Pajak untuk

beradaptasi dan mengantisiapasi perubahan-perubahan lingkungan baik

domestik maupun internasional. Dengan perkataan lain, misi ini sangat

menentukan kemampuan Direktorat Jendral Pajak untuk survive dan maju

berkembang menuju pencapaian visinya.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, perubahan kondisi lingkungan dan

perubahan-perubahan paradigma menuntut perubahan sikap, moral, kerja dan

kinerja segenap jajaran Direktorat Jendral Pajak. Pelaksanaan misi untuk

menuju tercapainya visi Direktorat Jendral Pajak harus dilandasi dengan sikap

pandang baru sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dalam rangka perubahan

sikap ini perlu adanya persamaan nilai-nilai yang harus dianut dan dihayati

oleh seluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak yaitu yang disebut nilai-nilai

acuan. Dengan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai acuan ini diharapkan

akan terbentuk sikap pandang perilaku baik secara individual aparat maupun

secara kelompok/unit organisasi sesuai dengan yang diharapkan yaitu yang

mendukung pelaksanaan misi untuk mencapai visi Direktorat Jendral Pajak.

Sebagai bagian dari Departemen Keuangan, maka nilai acuan yang berlaku

di Direktorat Jendral Pajak adalah sama dengan nilai-nilai acuan Departemen


4

Keuangan. Sehingga dengan demikian diharapkan akan dapat diperoleh

persamaan sikap pandang dan sikap perilaku antara Direktorat Jendral Pajak

dengan unit induknya yaitu Departemen Keuangan.

Pada akhirnya, segala daya dan upaya untuk melaksanakan misi Direktorat

Jendral Pajak dalam rangka untuk merealisasikan visinya tidak akan

memperoleh hasil yang optimal apabila tidak ditentukan strategi beserta

program-program kerjanya yang terencana secara baik. Strategi dan program

kerja merupakan langkah-langkah konkret dan strategis dalam rangka

pelaksanaan misi secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk setiap misi

perlu ditetapkan strategi dan program kerjanya yang akan menjadi acuan

kegiatan dan sekaligus menjadi tolak ukur keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan misi Direktorat Jendral Pajak dalam setiap periode yang telah

ditetapkan.

Adapun kondisi lingkungan kantor Direktorat Jendral Pajak secara umum

terutama pada Kantor Direktorat Jendral Pajak Muara Teweh adalah sebagai

berikut:

1. Perubahan/perkembangan sosial dan ekonomi yang sangat cepat dengan

tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi.

2. Adanya tuntutan dan pengawasan dari lembaga-lembaga internasional atas

kinerja pemerintah.

3. Masyarakat yang semakin demokratis dan kritis terhadap kinerja

pemerintah.
5

4. Semakin terbuka dan semakin rentannya Indonesia terhadap pengaruh

globalisasi.

5. Perekonomian Indonesia yang masih belum pulih.

6. Perubahan sistem penyediaan dana APBN sehubungan dengan Undang-

undang nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Independensi Bank

Indonesia).

7. Pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah

dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah.

8. Pengetahuan dan kesadaran perpajakan masyarakat masih rendah.

9. Tuntutan masyarakat untuk kemandirian pembiayaan pemerintah/Negara.

10.Perkembangan teknologi umum dan teknologi informasi yang sangat

pesat. 11.Kondisi keamanan di beberapa daerah yang masih rawan.

Adapun misi dan tantangan Kantor Direktorat Jendral Pajak ke depan

adalah sebagai berikut:

Jangka pendek 1 (satu) tahun ke depan:

1. Meningkatkan citra Direktorat Jendral Pajak dengan meningkatkan moral

dan integritas aparat perpajakan dan mengubah sikap dari sikap penguasa

menjadi sikap abdi masyarakat yang menghayati hak Wajib Pajak serta

berkeinginan memberikan pelayaan yang terbaik kepada masyarakat, jujur,

bersih dan berwibawa.


6

2. Mengamankan rencana penerimaan tahun 2004 yang hanya berjangka 9

bulan tanpa adanya bulan-bulan yang penerimaannya “peak”.

3. Meningkatkan kemampuan Direktorat Jendral Pajak dalam penguasaan dan

penggalian potensi pajak.

4. Menyempurnakan landasan sistem informasi perpajakan yang modern

dan “integrated”, dengan jaringan yang luas, akurat dan efektif

menunjang kinerja Direktorat Jendral Pajak.

5. Menyempurnakan undang-undang perpajakan untuk menyesuaikan

dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan perubahan sosial,

politik, ekonomi serta untuk lebih memberikan kepastian hukum.

6. Menyempurnakan organisasi Direktorat Jendral Pajak yang mampu

mengakomodasi tuntutan akuntabilitas Direktorat Jendral Pajak dan

sekaligus meningkatkan pelayanan kepada semua pihak yang berkaitan

dengan Direktorat Jendral Pajak.

Jangka panjang 5 (lima) tahun ke depan:

1. Merealisasikan sistem “self assessment” yang mantap.

2. Meningkatkan tax ratio, tax coverange ratio dan compliance ratio yang

cukup tinggi sejajar dengan rata-rata negara Asean.

3. Menciptakan sistem manajemen perpajakan yang modern dan akurat

didukung dengan sistem informasi yang handal berbasis teknologi

informasi terkini.
7

4. Mampu berperan utama dalam mendukung terealisasinya kemandirian

pembiayaan Negara pada tahun 2004.

5. Membentuk tenaga-tenaga profesional yang bermoral tinggi dan mampu

melaksanakan tugas yang semakin kompleks.

6. Modernisasi sarana dan prasarana penunjang dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi yang tepat dan terkini untuk menyetarakan

kualitas fisik dan kinerja Direktorat Pajak dengan institusi atau lembaga

swasta maupun pemerintah yang bersifat internasional.

7. Menyatakan sistem pelayanan wajib pajak dengan orientasi kepuasan

pelanggan dengan sasaran peningkatan pemahaman wajib pajak atas segala

hak dan kewajibannya serta menyediakan kemudahan dalam memenuhi

kewajiban dan menuntut hak-hak perpajakan.

Visi Direktorat Pajak adalah suatu gambaran menantang tentang masa

depan Ditjen Pajak yang sungguh-sungguh diinginkan untuk ditransformasikan

menjadi realitas melalui komitmen dan tindakan oleh segenap jajaran Ditjen

Pajak. Dalam pernyataan visi Ditjen Pajak terkandung tiga ciri-ciri utama yang

ingin dituju yaitu:

1. Menjadi model pelayanan masyarakat yang merefleksikan cita-cita untuk

menjadi contoh pelayanan masyarakat bagi unit-unit instansi pemerintah

lainnya.
8

2. Berkelas dunia (world class) yang merefleksikan cita-cita untuk mencapai

tingkatan standar dunia atau standar internasional baik untuk kualitas

aparatnya maupun kualitas kinerja dan hasil-hasilnya.

3. Dipercaya dan dibanggakan masyarakat yang merefleksikan cita-cita untuk

mendapakan pengakuan dari masyarakat bahwa eksistensi dan kinerjanya

memang benar-benar berkualitas tinggi dan akurat, maupun memenuhi

harapan masyarakat serta memiliki citra yang baik dan bersih.

Sejalan dengan visi dan misi Direktorat Jendral Pajak dan sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, pentingnya kesolidan sebuah

organisasi akan menjadi factor utama dalam pencapaian tujuan organisasi.

Adapun organisasi dan tata kerja Kantor Pelayanan Pajak Muara Teweh yang

menjadi lokasi observasi penulis adalah seperti pada bagian lampiran yaitu

bagan organisasi Kantor Pelayanan Pajak Muara Teweh. Melihat dari struktur

organisasi seperti demikian, sangat dimungkinkan bahwa bentuk organisasi

tersebut akan tidak efektif apabila orang-orang di dalam organisasi tidak

memiliki keterampilan teknis yang cukup memadai. Pimpinan mungkin

berpendapat bahwa sikap, perilaku dan struktur telah sesuai namun organisasi

tidak dapat berjalan dengan baik karena pegawai utama sama sekali tidak

memiliki kemampuan teknis.


9

Kondisi seperti ini tentu memberikan pertanyaan yang mendasar untuk

perlunya pengkajian lebih khusus mendasari pemikiran bahwa potensinya

cukup besar tetapi organisasi belum dapat berjalan secara optimal.

Keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuannya tidak dapat

dilepaskan kaitannya dengan faktor manusia yang merupakan kunci utama

tercapainya sasaran organisasi. Manusia dimaksud di sini adalah sumber daya

manusia yang berkualitas memiliki pengetahuan dan keterampilan, jujur

bertanggung jawab serta memiliki sikap mental yang baik.

Tuntutan konsistensi terhadap sikap karyawan Kantor Pelayanan Pajak

Muara Teweh diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan dan sasaran

organisasi tidak mungkin dapat dicapai bilamana faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap tingkat kinerja karyawan tidak diterapkan pada

organisasi tersebut.

Kinerja karyawan sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap

pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan sekerja dan atasan,

mengikuti aturan dan kebijaksanaan organisasi, memenuhi standar kinerja dan

hal serupa lainnya. Ini berarti penilaian seorang karyawan terhadap betapa puas

atau tidak puasnya dia akan pekerjaannya merupakan penjumlahan dari

sejumlah unsur pekerjaan yang terpisahkan satu sama lain.

Dalam bukunya Stephen P. Robbins 1998, dikemukakan bahwa

variabel-variabel yang mendorong tingkat kinerja karyawan yang berkaitan

dengan pekerjaan adalah; kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang
10

pantas, kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung dan

kesesuaian kepribadian pekerjaan. Namun dijelaskan pula bahwa konsep

kinerja karyawan secara inheren (tertanam) begitu luas. Melihat pandangan

yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins bahwa konsep kinerja karyawan

itu sangat relatif dan begitu luas, mana penulis pada penelitian ini hanya akan

melakukan pengujian terhadap variabel-variabel yang berkaitan dengan kinerja

karyawan yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins dan peneliti lain.

Variabel-variabel dimaksud adalah :

1. Kerja yang secara mental menantang, hal ini diukur sebab sering ada

kecenderungan para karyawan lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

sifatnya menantang yang memberi mereka.

2. Gaji dan insentif; karyawan lebih merasa terpuaskan bilamana mereka

disamping mendapatkan gaji pegawai negerinya, mereka juga mendapatkan

insentif lin seperti honor proyek, tambahan uang pakasi, uang jalan maupun

tambahan insentif lain.

3. Kesempatan untuk promosi, karyawan sebelum menduduki jabatan tertentu,

baik jabaan struktural maupun jabatan lainnya biasanya didahului oleh

pendidikan penjengan ataupun pendidikan atau pelatihan-pelatihan lainnya.

Hal ini yang kadang-kadang menjadi persyaratan, namun sering menjadi

masalah pula kalau ternyata jabatan itu harus segera diisi, sementara

karyawan yang memenuhi persyaratan tadi tidak tersedia,


11

4. Kondisi kerja: karyawan lebih senang bekerja dengan lingkungan kerja

yang nyaman, bersih dan tidak berbahaya atau merepotkan, dekat dengan

rumah, fasilitas sarana dan prasarana kantor memadai dan relatif modern.

5. Kesesuaian kepribadian pekerjaan; karyawan lebih suka akan pekerjaannya

yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat yang dimiliki serta

sesuai dengan keahlian dan pengalamannya selama mereka bekerja.

Kenyataan menunjukkan bahwa produktivitas dan prestasi kerja karyawan

kadang-kadang belum dicurahkan sepenuhnya sesuai kecakapan dan

kemampuan yang dimilikinya.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor baik yang

bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor-faktor yang menjadi

penyebab adalah kurangnya kepuasan berupa pemberian gaji yang tidak

seimbang, kurang penghargaan atas prestasi yang dicapai, kondisi kerja yang

kurang baik, lingkungan kerja yang kurang kondusif, sarana dan prasarana

kerja yang tidak memadai, kurangnya kesempatan mengikuti pendidikan,

kurangnya kesempatan untuk promosi serta minimnya pemberian insentif.

Berdasarkan kondisi itulah, maka kinerja karyawan perlu mendapat

perhatian yang sungguh-sungguh dari pimpinan organisasi, karena dapat

mempengaruhi produktivitas, prestasi dan pencapaian tujuan organisasi,

sehingga dengan kepuasan yang tinggi cenderung mendorong peningkatan

produktivitas kerja pegawai ke arah yang lebih baik.


12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rincian penjelasannya, maka

dapat ditarik permasalahan pokok pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh variabel pekerjaan yang secara mental

menantang terhadap kinerja karyawan.

2. Apakah terdapat pengaruh variabel gaji dan insentif terhadap kinerja

karyawan.

3. Apakah terdapat pengaruh variabel kesempatan untuk promosi terhadap

kinerja karyawan.

4. Apakah terdapat pengaruh variable kondisi kerja terhadap kinerja karyawan

5. Apakah terdapat pengaruh variable kesesuaian kepribadian pekerjaan

tehadap kinerja karyawan karyawan.

6. Apakah terdapat pengaruh variabel pekerjaan yang secara mental

menantang, gaji/insentif, kesempatan untuk promosi, kondisi kerja,

kesesuaian kepribadian pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja karyawan

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Mengkaji apakah terdapat pengaruh pekerjaan yang secara mental

menantang terhadap kinerja karyawan Kantor Pelayanan Pajak Muara

Teweh.

2. Mengkaji apakah terdapat pengaruh variabel gaji dan insentif terhadap

kinerja karyawan.

3. Mengkaji apakah terdapat pengaruh variabel kesempatan untuk promosi


13
terhadap kinerja karyawan.

4. Mengkaji apakah terdapat pengaruh variable kondisi kerja terhadap kinerja


karyawan

5. Mengkaji apakah terdapat pengaruh variable kesesuaian kepribadian

pekerjaan tehadap kinerja karyawan karyawan.

6. Mengkaji apakah terdapat pengaruh variabel pekerjaan yang secara mental

menantang, gaji/insentif, kesempatan untuk promosi, kondisi kerja,

kesesuaian kepribadian pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja karyawan

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan instansi Kantor Pelayanan

Pajak Muara Teweh di dalam menentukan kebijakan yang akan berdampak

terhadap kinerja karyawan.

2. Sebagai bahan masukan bagi penentu kebijakan dalam pengembangan

Manajemen Sumberdaya Manusia bahwa faktor kinerja karyawan turut

menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi.


14

Anda mungkin juga menyukai