Anda di halaman 1dari 27

Manajemen Proyek

1. Metoda-metoda Penjadwalan Proyek:


Critical Path Method (CPM)
Program/Project Evaluation and Review Technique (PERT)
Precedence Diagram Method (PDM)
2. Pengendalian Proyek

Bram Andryanto, S.T., M.T., IPM.


| bramandr@gmail.com | bramandr@yahoo.com |
2
 Penggambaran grafis (model) dari suatu proyek yang memuat
informasi mengenai kegiatan-kegiatan proyek, seperti (waktu/ jadwal
pelaksanaan kegiatan, ketergantungan kegiatan, dll.)
 Jika dipandang dari segi penyusunan jadwal, dapat dikatakan bahwa
metoda ini merupakan suatu langkah penyempurnaan dari Gantt Chart
 Beberapa teknik perencanaan yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah :
 Critical Path Method(CPM)
 Program Evaluation and Review Technique (PERT)
 Precedence Diagram Method (PDM)
 Untuk menggambarkan keterkaitan antar kegiatan proyek, dikenal 2
macam jaringan :
 Activity on Arrow (CPM, PERT)
 Activity on Node (PDM)
 Dapat digunakan dalam perencanaan dan pengendalian jalannya
suatu proyek

3
 Contoh Pemodelan Proyek menggunakan Activity on Arrow (AoA) Network Diagram
5 C 7 7
A
5
1 5 5 2 3 7 13
F
5 7 3 10
0
16 H 18 18
0 0 E 5 16 16 2 6 18
0 4 16
4
B G
11 5
3 3
3 D 11
2 7 7 4
7
4 11
11

 Contoh Pemodelan Proyek menggunakan Activity on Node (AoN) Network Diagram


2SF6

D
1SS4 B (4)
(2) 5SS4 F
4SS5
(6)
A 2FS2 E
(1) 2FF3 (5)
1FS3
C
(3)
3SF4 4
Simbol dan Notasi (pada Network AOA) :
 Event (peristiwa, kejadian) dilambangkan dengan lingkaran dan
biasa dinotasikan dengan angka yang dituliskan dalam lingkaran
tersebut, contoh :
Event ke-1 dituliskan sebagai 1
 Activity (aktivitas, kegiatan) dilambangkan dengan anak panah dan
biasa dinotasikan dengan huruf besar yang dituliskan di atas garis
tersebut, contoh :
A
Aktivitas A dapat dituliskan sebagai
Dummy, merupakan aktivitas fiktif C
A
yang perlu digambarkan untuk
dummy
menunjukkan ketergantungan B
D
kegiatan, contoh :
Aktivitas C dapat dimulai setelah A dan B selesai, sedangkan
aktivitas D dapat dimulai setelah B selesai (tidak tergantung pada A)
5
Aturan dasar logika Jaringan Kerja :
 Dalam menyusun suatu jaringan kerja, ada beberapa aturan dasar yang
perlu diperhatikan :
◦ Sebelum suatu aktivitas boleh dimulai, semua aktivitas yang mendahuluinya
harus sudah berakhir.
◦ Tanda panah hanya menyatakan hubungan ketergantungan, panjang dan
kemiringannya tidak mengandung pengertian apapun.
◦ Nomor event tidak boleh sama, penomoran biasanya dimulai dari kiri ke
kanan.
◦ Di antara dua event tidak boleh terdapat dua aktivitas atau lebih secara
langsung, harus dibuat sebuah aktivitas dummy.
◦ Suatu jaringan kerja hanya boleh memiliki sebuah initial event dan sebuah
terminal event.
A 2
D
3
Contoh Sebuah Network : 1
5
B 3 E F 5
4
7 4 3
C
12 6
A B
- Aktivitas A mendahului aktivitas B.
2 - Aktivitas A merupakan predecessor aktivitas B.
- Aktivitas B merupakan successor aktivitas A.
- Aktivitas A mendahului aktivitas B, C, dan D.
B
- Aktivitas A merupakan predecessor aktivitas B, C, dan D.
A C
2 - Aktivitas B, C, dan D merupakan successor aktivitas A.
D

- Aktivitas A, B, dan C mendahului aktivitas D.


A
- Aktivitas A, B, dan C merupakan predecessor aktivitas D.
B D
4 - Aktivitas D merupakan successor aktivitas A, B, dan C.
C

- Diagram jaringan kerja yang SALAH, karena dalam dua


A
1 2 event terdapat dua aktivitas secara langsung.
B

salah

- Diagram jaringan kerja yang BENAR, aktivitas B tidak


A
1 3 secara langsung terjadi antara event 1 dan event 3, tetapi
B melalui event 2 terlebih dahulu.
dummy - Aktivitas antara event 1 dan event 2 merupakan aktivitas
2
semu (dummy) dan dilambangkan dengan garis terputus-
benar
putus.

7
1. Critical Path Method (CPM)
 Pada tahun 1957 sebuah proyek pabrik kimia milik du Pont Company dibangun
dengan rencana anggaran sebesar $10.000.000, rencana ini kemudian
diperbaiki, dan hasilnya diperoleh penghematan biaya 10% menjadi
$9.000.000. Metode yang digunakan untuk memperbaiki rencana tersebut
kemudian dikenal dengan nama Critical Path Method (Metoda Lintasan Kritis).
 CPM kini biasa digunakan untuk menjadwalkan proyek yang sudah sering
dilakukan sehingga durasi aktivitas (pekerjaan) sudah dapat dipastikan.
Biasanya berupa proyek-proyek Engineering Konstruksi.
No. Akt. Nama Akt. Durasi Akt. Pendahulu
1 A 5 -
2 B 4 -
3 C 8 -
4 D 3 A
5 E 7 A
6 F 5 C
7 G 4 C
8 H 3 B, D
9 I 9 F, H
10 J 11 F, H
11 K 8 E, I
12 L 10 G, J
8
Notasi yang digunakan :

TE : Earliest Event Occurence Time (saat paling cepat terjadinya event)


TL : Latest Event Occurence Time (saat paling lambat terjadinya event)
ES : Earliest Activity Start Time (Earliest Start). Saat paling cepat dimulainya aktivitas
EF : Earliest Activity Finish Time (Earliest Finish). Saat paling cepat selesainya
aktivitas.
LS : Latest Activity Start Time (Latest Start). Saat paling lambat dimulainya aktivitas.
LF : Latest Activity Finish Time (Latest Finish). Saat paling lambat selesainya
aktivitas.
S : Total Slack/Total Float
SF : Free Slack/Free Float
A : Kode aktivitas
t : Duration (time) = waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas.

9
 Saat paling cepat terjadinya initial event adalah hari ke 0 sehingga
TE0= 0 (kecuali untuk proyek yang berhubungan dengan proyek
lain/sebelumnya)
 Jika initial event terjadi pada hari ke 0 (TEi = 0 ; i = 0),
maka ESij = TEi = 0
EFij = ESij + tij
 Pada event yang menggabungkan beberapa aktivitas ( Merge Event),
berlaku TE = Max{EFi j, EFi j, EFi j}
j 1 2 3
EFi1j

TEj
EFi2j
j
TLj
EFi3j

Karena suatu event hanya terjadi jika aktivitas-aktivitas yang


mendahuluinya telah selesai, maka saat paling cepat terjadinya event
tersebut sama dengan nilai terbesar dari saat yang paling cepat
selesainya aktivitas-aktivitas yang berakhir pada event.
10
 Pada terminal event berlaku TLj = TEj
 Pada saat paling lambat dimulainya suatu aktivitas sama dengan saat
paling lambat selesainya aktivitas tersebut dikurangi dengan durasinya.
LSij = LFij - tij

LFij = TLj

 Pada event yang menyebarkan aktivitas (Burst Event) yang menjadi


pangkal beberapa aktivitas berlaku :
TLi = Min{LSij1, LSij2, LSij3}
LSij1

TEi
LSij2
i
TLi
LSij3

Setiap aktivitas hanya dapat dimulai bila event yang mendahuluinya telah
terjadi, maka saat paling lambat terjadinya suatu event sama dengan nilai
terkecil dari saat paling lambat dimulainya aktivitas-aktivitas yang berpangkal
pada event tersebut.
11
 Free Float/Free Slack (Kelonggaran Bebas, SF)
Kelonggaran waktu yang dapat dimanfaatkan untuk mengundurkan pelaksanaan aktivitas
proyek tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya aktivitas yang mengikutinya.
Dapat dinyatakan sebagai selisih antara TEj (saat paling cepat terjadinya event di akhir
suatu aktivitas) dan EFij (saat paling cepat selesainya aktivitas tersebut) : SFij=TEj-EFij
dan karena EFij=TEi+Tij maka :
SFij=TEj-TEi -tij

 Total Float/Total Slack (Kelonggaran Total, S)


Kelonggaran waktu yang dapat dimanfaatkan untuk mengundurkan pelaksanaan aktivitas
proyek tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Dapat dinyatakan sebagai selisih antara LSij (saat paling lambat dimulainya suatu
aktivitas) dan ESij (saat paling cepat dimulainya suatu aktivitas), atau selisih antara LFij
(saat paling lambat selesainya suatu aktivitas) dan EFij (saat paling cepat selesainya
suatu aktivitas) : Sij=LSij-ESij, dan karena ESij=TEi (dari perhitungan maju) dan LSij=TLj-
tij (dari perhitungan mundur), maka :
Sij=TLj - tij-TEi
Sij=LFij-EFij, dan karena EFij=TEi+tij (dari perhitungan maju) dan LFij=TLj (dari
perhitungan mundur), maka :
Sij=TLj -TEi - tij
12
 Lintasan Kritis dibentuk oleh beberapa Aktivitas Kritis,
yaitu aktivitas yang tidak mempunyai kelonggaran,
sehingga pelaksanaannya harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh.
 Lintasan (path) kritis karena bila kegiatan yang
terdapat pada lintasan ini berubah waktu penyelesainnya,
maka penyelesaian proyek secara keseluruhan akan
berubah (panjang lintasan kritis menunjukkan waktu
penyelesaian proyek secara keseluruhan).
 Perhitungan parameter waktu untuk lintasan kritis :
◦ Perhitungan waktu paling cepat
◦ Perhitungan waktu paling lambat

13
2. Program Evaluation and Review Technique (PERT)
 Pada tahun yang sama, Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy)
merencanakan sebuah proyek Polaris, yaitu proyek pembuatan peluru kendali
yang dapat ditembakkan dari kapal selam ke darat atau ke udara. Berdasarkan
rencana semula proyek ini akan selesai dalam 5 tahun, mamun kemudian
rencana tersebut berhasil diperbaiki menjadi hanya 3 tahun. Metoda yang
digunakan kini dikenal dengan PERT.
 PERT biasa digunakan untuk menjadwalkan proyek yang belum pernah
dilakukan sehingga durasi aktivitas (pekerjaan) sangat probabilistik. Biasanya
berupa proyek-proyek penelitian dan pengembangan (R&D)
Estimasi Durasi:
No. Akt. Nama Akt. Optimistic Most Likely Pesimistik Pendahulu
Time (o) Time (m) Time (p)
1 A 3 5 7 -
o + 4m + p
t=
2 B 4 4 5 -
3 C 5 8 10 -
4
5
D
E
2
5
3
7
4
9
A
A
6
6 F 4 5 6 C
7
8
G
H
3
3
4
3
8
3
C
B, D
Tingkat Ketidakpastian:

p−o
9 I 9 9 12 F, H 2

σ =
10 J 10 11 12 F, H


2
11 K 6 8 11 E, I
12
bramandr@gmail.com
L 8 10 12 G, J
 6  14
Program Evaluation and Review Technique (PERT)
Target Penyelesaian Proyek
 Pada penyelenggaraan proyek sering dijumpai sejumlah tonggak kemajuan
(milestone) dengan masing-masing target jadwal atau tanggal penyelesaian yang
telah ditentukan.
 Pemilik atau pimpinan proyek perlu melakukan suatu analisis untuk mengetahui
chance/peluang/kepastian tercapainya target yang diinginkan.
 Peluang selesainya proyek dapat dihitung dari Tabel Normal, P(Z), dengan :

D −T
Z = D = Target waktu penyelesaian yang
S diinginkan
T = Waktu penyelesaian yang
diperkirakan (berdasarkan jadwal)
S = Deviasi standar proyek (akar kuadrat
dari jumlah varians aktivitas-aktivitas
pada suatu lintasan kritis).

bramandr@gmail.com 15
3. Precendence Diagram Method (PDM)
 Salah satu prinsip dalam pembuatan network AOA (CPM dan PERT)
adalah bahwa suatu kegiatan dapat dimulai setelah kegiatan
pendahulunya selesai dikerjakan, maka pada proyek yang rangkaian
kegiatannya tumpang tindih (overlapping) dan berulang-ulang akan
dibutuhkan dummy yang banyak sekali, sehingga tidak praktis.
 PDM memungkinkan penggambaran kegiatan yang tumpang tindih
bahkan jika diperlukan splitting dalam mengerjakan suatu kegiatan.
Menggali Tanah (6)
Memasang Pipa (9)
Menimbun Pipa (7)

Aktivitas 1 Aktivitas 2 Aktivitas 3


1SS+4 2SS+6
0 6 4 13 10 17
Menggali Memasang Menimbun
6 9 7
Tanah Pipa Pipa
0 6 4 13 10 17

16
 Constraint
PDM memungkinkan kegiatan-kegiatan proyek tidak mengikuti aturan dasar
network planning yaitu bahwa ‘suatu kegiatan hanya dapat dimulai jika
kegiatan yang mendahuluinya sudah selesai dikerjakan’.
Network yang digunakan bertipe AON (Activity on Node) yang
memungkinkan penggambaran hubungan kegiatan (constraint) sebagai
berikut :
Finish to Start (FS)
Suatu kegiatan dapat dimulai n satuan waktu setelah kegiatan pendahulunya selesai.
Finish to Finish (FF)
Suatu kegiatan harus selesai n satuan waktu setelah kegiatan pendahulunya selesai.
Start to Start (SS)
Suatu kegiatan dapat dimulai n satuan waktu setelah kegiatan pendahulunya dimulai.
Start to Finish (SF)
Suatu kegiatan harus selesai n satuan waktu setelah kegiatan pendahulunya dimulai.

Catatan: n adalah Lead Time atau Lag Time

17
 Contoh Penerapan Constraint
Finish to Start (FS) A
B
menunggu mengeringnya semen selama n hari, menunggu keluarnya ijin.

A
Finish to Finish (FF) B
bahan menara sebaiknya tiba n hari setelah pengecoran pondasi selesai.

A
Start to Start (SS) B
pemasangan pipa dapat dimulai n hari setelah penggalian dimulai.
A
Start to Finish (SF) B

suatu pekerjaan (B) harus selesai n hari setelah pekerjaan pendahulunya (A) dimulai.
Jangka waktu (n) disebut :
 Lead time, jika berada di depan aktivitas pendahulu (SS dan SF)
 Lag time, jika berada di belakang aktivitas pendahulu (FS dan FF)

18
 Perhitungan Waktu dan Kelonggaran
 Perhitungan Waktu Paling Cepat (Perhitungan Maju) :
ESj = Max { ESi+SSij ; EFi+FSij ; ESi+SFij-tj ; EFi+FFij-tj }
EFj = ESj + tj
Catatan : j menyatakan kegiatan yang sedang ditinjau
 Perhitungan Waktu Paling Lambat (Perhitungan Mundur) :
LFi = Min { LFj-FFij ; LSi-FSij ; LSj-SSij+ti ; LFj-SFij+ti }
LSi = LFi - ti
Catatan : i menyatakan kegiatan yang sedang ditinjau
 Perhitungan Kelonggaran (Float)
Fi = LFi - EFi
 Penghentian Sementara Kegiatan (Splitting)
Dalam PDM dapat dijumpai suatu kegiatan yang dihentikan untuk sementara
dan kemudian dilanjutkan lagi, hal ini disebut splitting atau interupsi dan
biasanya tejadi akibat dari kegiatan tersebut memiliki beberapa konstrain.

19
 Contoh Penerapan PDM pada Proyek

20
21
Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concept)
 Analisis varians menunjukkan perbedaan hasil kerja pada waktu
pelaporan dibandingkan dengan anggaran atau jadwalnya.
 Kelemahan metode ini: analisis terhadap varians biaya dan jadwal
masing-masing dilakukan secara terpisah
 Walaupun suatu kegiatan tertentu pada saat pelaporan dinyatakan
memiliki kemajuan yang melampaui jadwal yang direncanakan, tetapi
belum tentu kegiatan tersebut sesuai dengan anggaran yang
dialokasikan untuknya.
 Bila kegiatan dikerjakan tidak efisien  biaya per unit melebihi
anggaran  kegiatan dapat terhenti, meskipun pada mulanya
kemajuan lebih cepat dari jadwal.

22
Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concept)
 Konsep nilai hasil dapat menjawab pertanyaan :
 Dapatkan proyek diselesaikan dengan dana sisa yang ada?
 Berapa besar perkiraan biaya untuk menyelesaikan proyek?
 Berapa besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek, bila kondisi masih
seperti pada saat pelaporan.
 Konsep nilai hasil adalah konsep menghitung besarnya biaya yang
menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan
atau dilaksanakan (budgeted cost of works performed, BCWP)
 Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan yang diselesaikan, maka berarti
konsep ini mengukur besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan,
pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang
disediakan untuk pekerjaan tersebut
23
Metoda pengendalian proyek yang lengkap mengintegrasikan aspek
biaya dan jadwal, tidak dinilai sendiri-sendiri.
Agar lebih nyata pertimbangan aspek jadwal juga dinyatakan dalam
biaya.

ACWP: Actual Cost of Work Performed


BCWS: Budgeted Cost of Work Scheduled
BCWP: Budgeted Cost of Work Performed

24
Indikator
 BCWS (Budgeted Cost of Work Scheduled)

o Anggaran untuk suatu paket pekerjaan, disusun dan dikaitkan dengan jadwal
pelaksanaan
o Perpaduan antara biaya, jadwal, dan lingkup kerja di mana pada setiap elemen
pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yang dapat menjadi tolok ukur
dalam pelaksanaan pekerjaan
 ACWP (Actual Cost of Work Performed)

Jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang telah diselesaikan/dilaksanakan


 BCWP (Budgeted Cost of Work Performed)

Nilai hasil dari sudut pandang nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap
anggaran yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Nilai Hasil = Nilai pekerjaan yang selesai = % pekerjaan x anggaran

25
Variance
Variance menunjukkan besarnya penyimpangan yang terjadi pada suatu titik
waktu/saat pelaporan (lihat gambar).
Variance Jadwal (Schedule Variance) = BCWP - BCWS
Variance Biaya (Cost Variance) = BCWP - ACWP

Varians Jadwal Varians Biaya Keterangan


Positif Positif Pekerjaan lebih cepat & hemat biaya
Positif Nol Pekerjaan lebih cepat & tepat biaya
Positif Negatif Pekerjaan lebih cepat & boros biaya
Nol Positif Pekerjaan tepat jadwal & hemat biaya
Nol Nol Pekerjaan tepat jadwal & tepat biaya
Nol Negatif Pekerjaan tepat jadwal & boros biaya
Negatif Positif Pekerjaan lebih lambat & hemat biaya
Negatif Nol Pekerjaan lebih lambat & tepat biaya
Negatif Negatif Pekerjaan lebih lambat & boros biaya
26
Indeks Produktivitas atau Kinerja
Kinerja suatu proyek dapat diukur dengan dua indeks :
 Indeks Kinerja Jadwal (Schedule Performance Index)
SPI = BCWP/BCWS
◦ SPI > 1 berarti proyek diprediksi akan selesai lebih cepat
◦ SPI < 1 berarti proyek diprediksi akan selesai lebih lambat
 Indeks Kinerja Biaya (Cost Performance Index)
CPI = BCWP/ACWP
◦ CPI > 1 berarti proyek diprediksi akan selesai dengan biaya yang lebih kecil
◦ CPI < 1 berarti proyek diprediksi akan selesai dengan biaya yang lebih besar

27

Anda mungkin juga menyukai