Anda di halaman 1dari 2

Cinta, Qurban, dan Tauhid.

Oleh Dedi Haeruzi

Bayangkan, usia Nabi Ibrahim sudah hampir satu abad dan belum mendapatkan keturunan, istrinya
Sarah tidak kalah sedihnya karena belum bisa memberikan generasi penerus untuk sang Nabi.

Saat Ibrahim mendapatkan anak (dari istri keduanya; Hajar) yang lama dinantikannya tersebut, Allah
mengujinya dengan memerintahkannya membawa dan meninggalkan sang bayi beserta ibunya di
lembah (Mekkah) gersang tanpa kehidupan. Kalaulah bukan karena tauhid, mana ada manusia yang
tega menelantarkan buah hati yang lama dinantikannya di suatu tempat yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan.

Lama dinanti, saat sudah hadir malah dipisahkan... Itulah ujian pertama untuk cinta dan tauhidnya.

Ibrohim pulang ke Kan’an, 13 tahun sudah tidak pernah lagi melihat anak semata wayangnya Ismail
dan istrinya Hajar. Kini saatnya menjenguk mereka, dengan penuh keyakinan mereka pasti sehat-
sehat saja. Berangkatlah ia...

Di suatu lembah (Arafah) bertemu lah Nabi Ibrahim dengan anaknya Ismail dan Hajar istri
tercintanya. Senang bukan main, dan senangnya bertambah lagi saat menyaksikan sang anak hidup
dalam ketaatan dan ajaran tauhid, ibunya pasti mengajarinya. Mereka bergegas menuju Mekkah,
tapi karena sudah malam akhirnya mereka menginap di perjalanan, malam itu Nabi Ibrahim
bermimpi, menyembelih putra Ismail, ia rahasiakan mimpinya itu.

Malam-malam berikutnya ia bermimpi lagi, mimpi yang sama. Nabi Ibrahim akhirnya
menyampaikannya kepada Ismail dan Hajar. Luar biasa! Hajar dan remaja 13 tahun Ismail 100% siap
dan mempersilakan untuk dieksekusi. Ini lah ujian kedua, ujian atas cinta dan tauhid keluarga
istimewa ini.

Setan tidak mau semudah itu, saat mereka sudah sepakat akan melaksanakan perintah Allah dan
mengorbankan Ismail nanti di tempat sembelihan, di tempat yang mendekat ke Mekkah
(Muzdalifah) Setan menggoda Ibrohim membisikkan rasionalitas yang sangat masuk akal untuk tidak
mengurbankan anak kesayangannya Ismail, bukannya tergoda, Ibrohim bahkan melempari setan
tersebut dan tegas akan tetap melaksanakan penyembelihan.
Setan kemudian menggoda Hajar mempengaruhi agar tidak tunduk kepada suaminya, menggodanya
dengan alasan-alasan yang sangat masuk akal. Dan biasanya istri bisa meluluhkan hati suami, tapi
tauhid Hajar menolaknya dan melempari sang setan seperti yang dilakukan oleh sang suami.

Kini setan merayu dan menggoda Ismail, bahwa dia bisa saja memelas dan menolak perintah. Bahwa
biasanya orang tua akan luluh dan tidak tega atas rengekan anak. Tapi Ismail bukan anak
sembarangan, dia sangat yakin dan 100% percaya atas ajaran yang diajarkan orangtuanya, dia pun
melempari setan percis seperti yang dilakukan orang tuanya.

Dan akhirnya mereka lulus dari ujian cinta dan tauhid, penyembelihan pun dilakukan. Kemudian
Allah memberi tahu supaya mereka menyembelih domba, bukan Ismail.

Setelah kejadian tersebut, Sarah yang sudah berusia 90 tahun hamil dan melahirkan Ishak. Hamil dan
hamil lagi, dan pada akhirnya nabi Ibrahim memiliki keturunan yang banyak...

Semoga yang sedang melaksanakan ibadah haji benar-benar melempari setan (jumroh) dan
menghilangkan semua godaan-godaannya....

Semoga kita bisa menurunkan tauhid ke semua anggota keluarga kita...

Lempar setanmu! Astaghfirullah hampir kena kopi...

Daar El-Qolam, 4 Dzulhijjah, 3 Juli 2022, 13:37

Anda mungkin juga menyukai