Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien bayi Ny. S berumur 0 hari dengan BBL 3500 gram, PBL 50 cm,
LK 31 cm, dan LD 29 cm, berjenis kelamin laki-laki, saat lahir langsung
menangis, APGAR Score 8/9, dan bergerak aktif. Berdasarkan pemeriksaan
pasien lahir cukup bulan dengan berat normal yaitu 3500 gram, langsung
menangis dengan APGAR score 8 pada menit ke-1 dan APGAR score pada
menit ke-5.
Bayi masuk rawat neonatus isolasi setelah lahir dengan diagnosis bayi
dengan ibu riwayat HBsAg (+). Menurut teori, ibu dengan HBsAg (+)
merupakan salah satu faktor resiko penularan virus dari ibu kepada bayi.
Penularan dari ibu yang terinfeksi ke bayinya berlangsung terutama pada saat
kelahiran. Bayi yang baru lahir memiliki kemungkinan 10% hingga 90%
terinfeksi pada saat kelahiran jika ibunya menderita infeksi hepatitis B kronis.
Probabilitas penularan meningkat secara substansial jika ibu positif untuk
HBsAg dan HBeAg, yang menunjukkan replikasi virus aktif.
Secara teoritis, ada tiga rute yang memungkinkan untuk penularan HBV
dari ibu yang terinfeksi ke bayinya:
 transmisi transplasental dari HBV dalam Rahim
 penularan natal selama persalinan
 penularan pascanatal selama perawatan atau melalui ASI
Penularan dalam rahim relatif jarang, terhitung kurang dari 2% dari semua
infeksi yang ditularkan dari ibu ke bayi. Sebaliknya, penularan terjadi selama
proses kelahiran, ketika kontak dengan darah selalu terjadi.
Pada riwayat melahirkan ibu pasien dengan riwayat kehamilan G3 P2 A0
datang ke RSUD Palembang BARI karena merasa mulas-mulas (ada kontraksi
terus menerus). Ibu pasien mengalami KPSW ± 5 jam sebelum melahirkan
secara normal. Menurut WHO (2006), Tidak ada bukti jelas bahwa teknik
kelahiran alternatif, seperti operasi caesar, akan mencegah atau mengurangi
risiko penularan. dalam pedoman kebidanan saat ini, kepositifan HBsAg ibu
tidak memengaruhi cara persalinan yang direncanakan terlepas dari status
HBeAg atau tingkat viremianya8. cara persalinan tidak mempengaruhi tingkat
penularan HBV asalkan semua bayi menerima vaksin HBIG dan HBV pada
jadwal yang disarankan.8
Kebocoran transplasental darah ibu HBeAg-positif, yang disebabkan oleh
kontraksi uterus selama kehamilan dan gangguan hambatan plasenta (seperti
terancam persalinan prematur atau aborsi spontan), adalah salah satu rute yang
paling mungkin menyebabkan infeksi HBV intrauterine
Setelah pasien dilahirkan dilakukan pemeriksaan HBsAg pra-vaksinasi
dan didapatkan hasil HBsAg (+). Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
tersebut kemungkinan dapat terjadi penularan HBV-transplasenta maupun saat
melahirkan. Infeksi plasenta pada janin dengan infeksi HBV intrauterin dapat
menjadi rute penularan HBV dari ibu ke janin atau infeksi sekunder ke janin
melalui rute lain.
Saat berada di ruang neonatus pasien kemudian diberikan injeksi vaksin
hepatitis (B0) 0,5ml IM (<12 jam) di paha kanan dan injeksi Hepatitis B
Imunoglobulin Hbs 0,5 ml di paha kiri. Penatalaksanaan yang dilakukan sudah
tepat karena menurut WHO, 2006 Tindakan segera setelah bayi lahir (dalam
waktu kurang dari 12 jam) adalah pemberian dosis pertama vaksin hepatitis B
sesegera mungkin setelah lahir (dalam 24 jam) bersamaan dengan pemberian
HBIg (hepatitis B imunoglobulin) dapat diberikan secara intramuskular
kepada bayi yang lahir dari ibu yang diketahui positif HBsAg.
Pada tanggal 15 maret 2019, dari inspeksi didapatkan bayi terlihat kuning,
dengan hasil pemeriksaan laboratorium bilirubin total adalah 11,0 mg/dL,
Pasien diagnosis dengan ikterus neonatorum dan hiperbilirubinemia. Pasien
kemudian diberikan terapi berupa fototerapi punggung. Menurut teori ikterus
neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjungasi yang
berlebih. Hiperbillirubinemia ditegakan ketika kadar bilirubin plasma lebih
darah 5-7 mg/dL. Pada penatalaksanaanya bayi dengan ikterus adalah
fototerapi atau transfusi darah bila ada indikasi. Fototerapi dihentikan bila
kadar bilirubin tidak meningkat lagi dan secara klinis bayi tidak terlihat
kuning.
Pada tanggal 16 maret 2019 kuning pada pasien berkurang dilakukan
HBsAg (ELISA): (-), dan Anti HBs (ELISA): (-). Menurut teori Vaksin
hepatitis B efektif dalam mencegah infeksi setelah seseorang terpapar virus
(dengan cara apa pun), jika diberikan segera setelah terpapar dan HBIG
(hepatitis B imunoglobulin) dapat diberikan secara intramuskular kepada bayi
yang lahir dari ibu yang diketahui positif menderita HBsAg sebagai
perlindungan tambahan, dalam beberapa penelitian HBIG menunjukkan
terdapat perlindungan tambahan yang terbatas, melebihi dan di atas yang
disediakan oleh vaksin hepatitis B.
Tanggal 17 maret 2019 pasien dipulangkan dengan diagnosa bayi sehat,
dalam pemeriksaanya bayi sudah tidak tampak kuning dengan hasil HBsAg
(-). Pemulangan bayi sudah berdasarkan indikasi yang tepat karena keadaan
umum bayi stabil, kuning pada bayi berkurang dan hasil HBsAg negatif

Anda mungkin juga menyukai