Anda di halaman 1dari 87

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Rancangan
Campuran,
Spesifikasi dan
Pengendalian
Kualitas
Perkerasan Beton
SELASA, 8 MARET 2021
09.00 – 10.30 WIB
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Outline Paparan
• Pendahuluan
• Hal Umum dalam Pekerjaan
Beton
• NSPK (Norma, Standar,
Pedoman dan Kriteria) dalam
pelaksanaan pekerjaan beton
• Korelasi Hasil Pengujian dengan
Pelaksanaan Pembetonan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pendahuluan
(Introduction)
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BETON
CONCRETE
Semen Portland Pasir/Agregat halus

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air Batu Pecah/Agregat kasar
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ADUKAN
MORTAR
Semen Portland Pasir/Agregat halus

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ACIAN
PASTA SEMEN
Semen Portland

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

“Musuh” beton

8
Teknologi Beton Lanjut
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

• Beton Massa (Mass Concrete)


• Beton Memadat Sendiri (Self Compacted Concrete)
• Beton Cepat Dibuka (Fastrack Concrete)
• Beton Semprot (Shotcrete)
• Beton Ringan (Lightweight Concrete)
• Beton Serat (Fiber Reinforced Concrete)
• Beton Kedap Air (Watertight Concrete)
• Beton Tahan Api (Fire Resitance Concrete)
• Beton Berat (Heavy Concrete)
• Beton Tanpa Semen (Geopolymer Concrete)
9
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Spesifikasi Perkerasan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

10
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tujuan mix design


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Faktor-faktor yang mempengaruhi mix design


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Faktor-faktor yang mempengaruhi mix design


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Faktor-faktor yang mempengaruhi mix design


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Faktor-faktor yang mempengaruhi mix design


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Faktor-faktor yang mempengaruhi mix design


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Faktor-faktor yang mempengaruhi mix design


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tata Cara Pemilihan Campuran untuk Beton Normal, Beton Berat dan
Beton Massa

SNI 7656:2012
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Garis Besar Proses


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lakukan koreksi
proporsi campuran
Tetapkan proporsi berdasarkan kondisi
campuran hasil agregat saat
Untuk hasil yang perhitungan. pelaksanaan.
lebih teliti dapat
Hitung berat dilakukan
agregat halus = perhitungan volume
Tentukan perkiraan berat beton basah – absolut. Volume
berat beton segar berat (air + semen absolut adalah
Tentukan volume +kasar). berat bahan dibagi
agregat kasar dengan kepadatan
Hitung jumlah berdasarkan ukuran absolut. Kepadatan
semen yang butir maksimum absolut = berat jenis
Tentukan faktor air- diperlukan = jumlah agregat dan x kepadatan air.
semen (FAS) air : FAS. modulus kehalusan
Tentukan jumlah air agregat.
yang dibutuhkan
Tetapkan nilai berdasarkan nilai
slump, nilai ukuran slump dan ukuran
Hitung kuat tekan butir maksimum butir maksimum
perlu/kuat tekan agregat. agregat
target, fcr = fc’ + k.S
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Hubungan antara rasio air-semen (w/c) atau


rasio air-bahan bersifat semen {w/(c+p)} dan kekuatan beton

sangat dibutuhkan adanya hubungan antara kekuatan dengan w/c atau w/(c+p) dari bahan-
bahan yang sebenarnya akan dipakai.
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Metoda proporsi beton – Absolute volume


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Komposisi Umum Beton


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tipikal Komposisi per m3


186,0; 8%
beton Fs 4,5 MPa

460,0; 20%
1028,0; 44%

Air (kg)
OPC (kg)
640,0; 28% Pasir (Kg)
Tailings (kg) Pasir (Kg)
Batu Pecah (kg)

Kuat Beton
Kuat Lentur Lenturdengan
BetonTailing Kuat Tekan Beton
5,0 4,8
Kuat Tekan (MPa)

4,5
4,1
4,0

3,5
7 28
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Hal Umum
dalam Pekerjaan Beton
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
SISTEM PRODUKSI BETON SEGAR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pengadukan dengan tangan

Pengadukan cara manual dengan


mesin pengaduk

Pengadukan dengan peralatan


batching plant
KRITERIA MUTU TEKNIS BETON DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
WORKABILITY KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Slump =...?
Dengan peralatan
yang tersedia,
adukan beton segar
harus memiliki
X
kelecakan (nilai
Slump =...? slump) yang bisa
dikerjakan tanpa
terjadi segregasi

Slump =...?
KEKUATAN BETON DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pengujian mutu kekuatan


tekan beton (destructive)

Kubus beton 15x15x15 cm Silinder beton f 15 - 30 cm

Pengujian mutu kekuatan lentur Pengujian mutu kekuatan beton


(non destructive)
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
DURABILITY KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

AWAL AKHIR

Umur rencana pelayanan


Mutu kekuatan Mutu kekuatan Mutu kekuatan
=....? =....? =....?

Faktor-faktor yang berpengaruh:


-Kondisi lingkungan dan iklim
-Faktor air-semen
-Kadar semen
-Zat-zat tertentu dalam beton
-Permeabilitas beton
-Perawatan beton
Struktur Spesifikasi Teknik DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Jalan dan Jembatan


Umum
Persyaratan
(standar rujukan, toleransi, bahan, persyaratan kerja/alat)

Pelaksanaan
Pengendalian Mutu
(penerimaan bahan, jaminan mutu, perbaikan, pemeliharaan)

Pengukuran dan Pembayaran


(Pengukuran dan dasar pembayaran)
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KORELASI PARAMETER KEKUATAN BETON KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kuat Tekan Silinder


100
Penggunaan korversi yang keliru dalam evaluasi kekuatan 90
80

Kuat Tekan ( N/mm² )


Grafik Perkembangan Kekuatan Beton Relatif 70
1 Hari
berdasarkan variasi semen Portland 60
50
120% 7 Hari
Persentase perkembangan (%)

40
100%
30
80% 20
28 Hari
60% 10
40% 0
20% OPC PPC PCC
0% Kuat Lentur 150x150x600
PBI-71 PBI-71
PCC A PCC B PCC D PCC E OPC C OPC D PPC C PPC D
Tipe I Tipe III 9
3 hari 58% 69% 45% 73% 59% 60% 63% 50% 40% 55% 8

Kuat Lentur ( N/mm² )


7 hari 67% 76% 78% 74% 75% 74% 69% 78% 65% 75% 7
28 hari 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 6
5 1 Hari

Contoh kasus : 4 7 Hari


14/0.4=35 3
fc’ (28 hari) = 30 MPa -> fcr (28 hari) = 35 MPa 28 Hari
23/0.65=35.3
2
kuat tekan rata-rata (3 hari) = 14 MPa (atau 24?) 1
kuat tekan rata-rata (7 hari) = 23 MPa (atau 27?) 0
14/0.69=20.2 OPC PPC PCC
23/0.76=30.3
Kondisi Agregat sebagai bahan pengisi beton DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Proporsi bahan campuran → Basis kondisi agregat


Kondisi Agregat sebagai bahan pengisi beton
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Koreksi takaran volume

-Ukuran takaran volume


dibuat untuk kondisi agregat
kering
-Bila dalam pelaksanaan
agregat halus tidak kering
(mengandung kadar air),
maka agregat halus harus
ditambah ... % sesuai dengan
kadar air permukaan
(moisture content)
Kondisi Agregat sebagai bahan pengisi DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

beton
Luas permukaan
Koreksi penakaran berat
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Contoh :
Jika dengan kondisi agregat Jika proporsi campuran beton/m3 hasil perhitungan dengan
SSD diperoleh proporsi, kondisi agregat ssd ;
B1 = berat semen/m3 Semen = 385 kg
B2 = berat air/m3 Agregat halus = 634,68 kg f.a.s = 0.47
B3 = berat agregat halus/m3, SSD Agregat kasar = 1137,42 kg
B4 = berat agregat kasar/m3, SSD Air = 181 liter
Cm = kadar air agregat halus (%)
Ca = resapan agregat halus (%) Koreksi proporsi campuran berdasarkan kondisi agregat saat
Dm = kadar air agregat kasar (%) pelaksanaan :
Da = resapan agregat kasar (%) Jika resapan agregat halus = 2%, resapan agregat kasar =
3,4%, kadar air agregat halus = 6%, dan kadar air agregat
Proporsi campuran yang disesuaikan kasar = 2%, maka :
adalah : Semen, tetap = 385 kg
Semen, tetap = B1 Agregat halus = 634,68 + 0,06(634,68) = 672,76 kg
Air = B2 – (Cm – Ca) x B3/100 – (Dm – Da) x B4/100 Agregat kasar = 1137,42 + 0,02(1137,42) = 1160,17 kg
Agregat halus = B3 + (Cm – Ca) x B3/100 Air = 181–(0,06 – 0,02)634,68 – (0,02 –
Agregat kasar = B4 + (Dm – Da) x B4/100 0,034)1137,42 = 171,54 liter - 9,46 liter
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Water to Cement Ratio


/ Faktor Air Semen
(w.c.r atau f.a.s)
40

37

0,47 0,49
35
Water to Cement Ratio / Faktor Air Semen DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(w.c.r atau f.a.s)

f.a.s 0,4

f.a.s 0,6
Pemadatan DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Perawatan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Perawatan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Bahan yang digunakan harus sudah kering


dalam waktu 4 jam (sesuai final setting time)
-Bahan harus melekat tapi tidak bersenyawa
dengan beton, tidak beracun, tidak selip,
bebas dari lubang-lubang halus dan tidak
membahayakan beton
Agar diperoleh hasil yang lebih baik,
disarankan juga untuk melakukan
pembasahan dengan air di atas selaput
membran yang sudah kering.
X
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria)


dalam Pekerjaan Beton
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Spesifikasi Bina Marga KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

41
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Standar yang digunakan dalam pekerjaan beton

• SNI 7974:2013 Spesifikasi


air pencampur yang
digunakan dalam produksi
beton semen hidraulis
(ASTM C1602-06, IDT)

42
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Standar yang digunakan dalam pekerjaan beton

• SNI 7064:2014 Semen portland komposit (PCC)


• SNI 0302:2014 Semen portland pozolan (PPC)
• SNI 2049:2015 Semen portland (OPC) Tipe I s/d V
• SNI 8363:2017 Semen portland slag (SPS)

• SNI 6385:2016 Spesifikasi semen slag untuk


digunakan dalam beton dan mortar
• SNI 2460:2014 Spesifikasi abu terbang batubara
dan pozolan alam mentah atau yang telah
dikalsinasi untuk digunakan dalam beton (ASTM
C618-08a, IDT)

43
Produsen semen di Indonesia DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

* Informasi web diakses Maret 2020,


Pengaturan penggunaan Semen dalam DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

spesifikasi bina marga

Beton dan Beton Kinerja Tinggi Perkerasan Beton Semen Stabilisasi Tanah

Mortar Semen

DAN PERUMAHAN RAKYAT


Penggunaan Jenis Semen DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

JENIS SEMEN REKOMENDASI PENGGUNAAN


Semen Portland Jenis I Penggunaan Umum, Kekuatan Awal Tinggi, Kekuatan Lentur Tinggi, Penggunaan Bersama Supplementary Cementing Materials
Semen Portland Jenis II Struktur di sekitar Air dan Tanah berkandungan Sulfat sedang (Gedung, Jembatan, Dermaga, Irigasi)
OPC

Semen Portland Jenis III Beton Fast Track, Shotcrete (Jalan Beton, Gedung)
Semen Portland Jenis IV Struktur dengan Pembetonan Massa (Gedung, Jembatan, Dermaga, Bendung)
Semen Portland Jenis V Struktur di sekitar Air dan Tanah berkandungan Sulfat Tinggi (Gedung, Jembatan, Dermaga, Bendung, Irigasi)
Semen Portland Komposit Penggunaan Umum (Rumah Tinggal, Gedung, Komponen Pracetak Non Struktural)
NON OPC

Semen Portland Pozolan Struktur dengan Ketahanan eksposure rendah sampai sedang (Gedung, Jembatan, Dermaga)
Semen Portland Slag Struktur dengan Ketahanan eksposure sedang sampai tinggi (Gedung, Jembatan, Dermaga, Bendung, Irigasi)
Semen Slag (GGBFS) Bahan Tambah Mineral (SCM) untuk Meningkatkan ketahanan eksposure OPC (Gedung, Jembatan, Dermaga, Bendung, Irigasi)
SCM

Abu Terbang (Fly Ash) Bahan Tambah Mineral (SCM) untuk Meningkatkan ketahanan eksposure OPC (Gedung, Jembatan, Dermaga, Bendung, Irigasi)
Semen Portland Putih Produksi komponen rumah, sambungan keramik berwarna (Rumah Tinggal, Gedung)
INDUSTRI

Semen Pemboran Kegiatan eksplorasi migas


Semen Mansonry Semen untuk pasangan
Sumber : Pusjatan, 2014
Potensi Penggunaan Semen Portland DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

OPC dan Non OPC


Bored pile/SCC
(OPC+SCM)

Stabilisasi tanah
(PCC/PPC/OPC)

Mass Concrete (OPC+SCM)


Concrete Pavement
(OPC/PPC)
Standar yang digunakan dalam DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

pekerjaan beton

• SNI 03-2495-1991 Bahan tambahan


untuk beton, Spesifikasi
• SE No. 22/SE/M/2015 Penggunaan
Bahan Tambah Kimia Dalam Beton
48
Standar yang digunakan dalam DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

pekerjaan beton

• SNI 8321:2016 Spesifikasi agregat


beton (ASTM C33/C33M - 13, IDT)

• SNI ASTM C136:2012 Metode uji untuk analisis


saringan agregat halus dan agregat kasar
• SNI 2417:2008 Cara uji keausan agregat dengan
mesin abrasi Los Angeles
• SNI 2816 - 2014 Metode uji bahan organik dalam
agregat halus untuk beton (ASTM C40/C40M-11,
IDT)
• SNI ASTM C117:2012 Metode uji bahan yang
lebih halus dari saringan 75 mm (No. 200) dalam
agregat mineral dengan pencucian
49
Standar yang digunakan dalam DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

pekerjaan beton

• SE NO. 07/SE/M/2016 Pedoman Tata Cara


Penentuan Campuran Beton dengan Semen
OPC, PPC dan PCC
• SNI 7656-2012 Tata Cara Pemilihan
Proporsi untuk Beton Normal, Beton Berat
dan Beton Massa
• SNI 03-6468-2000 Tata cara perencanaan
campuran beton berkekuatan tinggi dengan
semen portland dan abu terbang
• SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan
dan pengecoran beton
50
Standar yang digunakan dalam DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

pekerjaan beton

• SNI 4433:2016 Spesifikasi Beton


Segar Siap Pakai

• SNI 2458:2008 Tata cara pengambilan contoh uji


beton segar
• SNI 1972:2008 Cara Uji Slump Beton
• SNI 8309:2016 Metode uji passing ability beton
memadat sendiri dengan J-Ring
• SNI ASTM C403/C403M:2012 Metode uji waktu
pengikatan campuran beton dengan ketahanan
penetrasi
• SNI 2493:2011 Tata cara pembuatan dan
perawatan benda uji beton di laboratorium
51
Standar yang digunakan dalam DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

pekerjaan beton

• SNI ASTM C309:2012 Spesifikasi kompon


cair pembentuk membran untuk perawatan
beton
• SNI 4817:2008 Spesifikasi lembaran bahan
penutup untuk perawatan beton
52
Standar yang digunakan dalam DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

pekerjaan beton

• SNI 6880:2016 Spesifikasi beton


struktural
• Spesifikasi Pelaksanaan Jalan dan
Jembatan tahun 2018
• SNI 1974:2011 Cara uji kuat tekan beton dengan
benda uji silinder yang dicetak
• SNI 4431:2011 Cara uji kuat lentur beton normal
dengan dua titik pembebanan
• SNI 2492:2008 Metode pengambilan dan
pengujian inti beton hasil pemboran dan balok
beton hasil pemotongan (ASTM C42/C42M-13,
IDT)
• SNI 03-4169-1996 Metode pengujian modulus
elastisitas statis dan rasio poison beton dengan
kompresometer
53
Standar yang digunakan dalam DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

pekerjaan beton

• SNI 6880:2016 Spesifikasi beton


struktural
• Spesifikasi Pelaksanaan Jalan dan
Jembatan tahun 2018
• SNI ASTM C805:2012 Metode uji angka pantul
beton keras (ASTM C 805-02, IDT)
• SNI ASTM C597:2012 Metode uji kecepatan
rambat gelombang melalui beton (ASTM C 597 -
02, IDT)
• SNI ASTM C803:2012 Metode uji ketahanan
beton keras terhadap penetrasi (ASTM
C803/C803 M-03, IDT)
• SNI 03-6444-2000 Pengujian Potensial Setengah
Sel Baja Tulangan di dalam Beton

54
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Korelas i Hasil Pengujian


Dengan Pelaksanaan Pembetonan
Pengujian Analisis Saringan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Analisis saringan agregat


Persentase Persentase Persentase
Kumulatif Kumulatif Kumulatif

ialah penentuan persentase


Ukuran Saringan y ang lewat y ang lewat y ang lewat
saringan saringan saringan
(Minimum) (Maksimum) (Eksisting)

berat butiran agregat yang mm


0,075
inci
No.200 0 0 2,78

lolos dari satu set saringan, 0,15


0,30
No.100
No.50
0
8
10
30
8,32
31,97

kemudian angka-angka 0,60


1,20
No.30
No.16
35
55
59
90
54,46
70,25
persentase tersebut 2,40 No.8 75 100 84,99

digambarkan pada grafik


4,80 No.4 90 100 100,00
9,60 3/8" 100 100 100,00

pembagian butir.
19,00 3/4" 100 100 100,00
Modulus Kehalusan 2,5

Fine Aggregate Gradation Curve


120
Minimum
Maksimum
100 2.4 4.8 9.6 19
Eksisting 1.2 4.8
2.4
80
0.6

% passing sieve
2.4
1.2
60 0.6
1.2
0.3
40
0.6
0.3
20 0.15
0.15 0.3
00
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak penulangan, 0 0.15
Sieve Size

tebal selimut beton dan kemudahan pelaksanaan


56
Pengujian Analisis Saringan
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Common
Mistakes

Kesalahan atau pengabaian terhadap gradasi agregat dalam pekerjaan beton dapat
menyebabkan kekuatan beton dan durabilitas tidak tercapai akibat campuran yang sulit untuk
dikerjakan, serta struktur yang keropos akibat bagian bagian tertentu yang tidak terisi oleh
campuran beton segar

57
Pengujian Abrasi Agregat Kasar
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Prinsip uji abrasi Los Angeles


adalah menghasilkan aksi
abrasif dengan
menggunakan bola baja
standar yang bila dicampur
dengan agregat dan diputar
dalam drum untuk jumlah
putaran tertentu akan
menyebabkan tumbukan
pada agregat.

Digunakan sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton


secara mekanis
58
Pengujian Abrasi Agregat Kasar
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Common
Mistakes
Penggunaan agregat
dengan nilai abrasi tinggi
pada struktur beton dapat
menyebabkan kekuatan
beton yang rendah, karena
pada saat menerima
beban, retak terjadi melalui
penampang agregat.

Meningkatkan kadar
semen untuk menaikkan
kekuatan beton dapat
menyebabkan beton lebih
rentan terhadap retak susut
akibat panas hidrasi yang
berlebihan.
59
Pengujian bahan yang lolos saringan 200 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Prinsip pengujian bahan


yang lebih halus dari 75 mm
dalam agregat adalah
untuk mengetahui berapa
banyak bahan yang halus
seperti clay yang terdapat
di dalam agregat, sebelum
dan setelah pencucian
dengan air bersih.
Jumlah material yang halus
dalam agregat harus
dibatasi, karena semakin
banyak material yang
halus dalam agregat akan
menaikkan kebutuhan air
pencampur dalam
produksi beton.

60
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Pengujian bahan yang lolos saringan 200 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Common
Mistakes

Kebutuhan air dalam beton, selain untuk merancang kekuatan (nilai f.a.s) juga untuk
kebutuhan kemudahan pelaksanaan (nilai workability) yang harus mencapai optimal
Kelebihan penggunaan air dalam pencampuran beton dapat menyebabkan menurunnya
kekuatan beton, dan terbentuknya lapisan air di permukaan beton segar (bleeding) yang
dapat menyebabkan lapisan yang lemah pada permukaan beton

61
Pengujian gumpalan lempung dan DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

partikel yang mudah pecah


Gumpalan lembung (Clay lumps)
dan partikel yang mudah pecah
(friable pasticles) adalah material
yang terdapat dalam agregat
alam serta hasil pemecahan
mekanis yang dapat
mengganggu ikatan antara pasta
semen dengan agregat yang
berdampak pada menurunnya
kekuatan beton yang dihasilkan.
Salah satu kriteria kebersihan
agregat adalah batasan
terhadap jumlah gumpalan
lempung dan partikel yang
mudah pecah.

62
Pengujian gumpalan lempung dan DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

partikel yang mudah pecah


Common
Mistakes
Pop-outs atau terlepasnya butiran
agregat dari beton yang telah
mengeras adalah salah satu
bentuk kerusakan pada beton
akibat lemahnya ikatan antara
pasta dengan agregat.
Berlebihannya gumpalan
lempung serta partikel yang
mudah pecah di dalam beton
akan menyebabkan rendahnya
kekuatan beton, serta kerusakan
dini pada permukaan beton,
terutama bagian yang
mengalami gesekan, seperti
permukaan lantai jembatan.

63
Pengujian Berat Jenis dan DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Penyerapan Air Agregat

Berat jenis agregat adalah


perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan berat air (kg)sebagai
acuan pada volume yang setara.

Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air


pada saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air
minimum dalam pencampuran

66
Pengujian Berat Jenis dan DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Penyerapan Air Agregat


Common
Mistakes

Untuk mengetahui proporsi agregat yang harus digunakan dalam


beton dalam mencapai campuran yang optimal, data berat jenis
(specific gravity) dari agregat yang digunakan menjadi parameter
utama.
Pada kondisi lapangan, agregat hanya mungkin berada dalam
kondisi kering udara atau basah, sedangkan dalam rancangan
campuran, agregat dalam kondisi jenuh kering permukaan.
Hal tersebut menyebabkan, dalam setiap pencampuran perlu
dilakukan koreksi terhadap kadar air agregat, dibandingkan
dengan nilai penyerapan airnya.
Kesalahan atau pengabaian terhadap parameter berat jenis dan
penyerapan air , sama dengan menghasilkan komposisi campuran
beton yang tidak dirancang
67
Retak Susut Permukaan (Plastic DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Shrinkage)

• Retakan-retakan tersebut tidak Common


lebih dari beberapa milimeter
dalamnya dan disebabkan oleh Mistakes
susut lapis permukaan.
• Bentuk keretakan jenis ini tidak
beraturan, sering kali berbentuk
segi enam, dan jaraknya sekitar
60 dan 75 mm, biasanya disebut
juga map cracking.
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Agregat

Lepas/Loose Padat/Rodded Berat isi agregat adalah


perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan volumenya, pada
volume tertentu (liter) sebagai acuan

Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan


bahan penyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran
untuk penakaran secara volumetrik utk beton di bawah 20 MPa

69
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Agregat
Common
Mistakes

Penakaran bahan penyusun beton secara volumetrik


membutuhkan data-data berat isi dari setiap komponen
penyusunnya.
Penakaran bahan penyusun beton secara volumetrik tanpa
merujuk pada data hasil uji berat isi, akan menyebabkan
komposisi campuran yang tidak terukur, sehingga akan
menyulitkan pelaksanaan dan pengendalian kekuatan serta
keseragamannya
70
Pengujian Kepipihan DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Agregat Kasar
Jenis-jenis agregat yang
dianggap tidak cocok
untuk campuran beton
adalah agregat yang
pipih, memanjang atau
kombinasi keduanya,
terutama untuk beton yang
dirancang dengan
kekuatan yang tinggi.
Kondisi pipih dan panjang
pada agregat disebabkan
karena proses pemecahan
agregat yang kurang baik.
71
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Pengujian Kepipihan Agregat Kasar KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Common
Mistakes

Agregat yang pipih cenderung akan menempatkan dirinya


sejajar dalam satu bidang, sehingga dapat menyebabkan
masalah dengan kekuatan dan keawetan beton, akibat
kepadatan yang dihasilkan kurang baik.

72
Pengujian Kotoran Organik Agregat DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Halus
Pengujian dilakukan dengan
membandingkan warna air
rendaman pasir dengan warna
standar pada pelat pembanding
Kotoran organik dalam pasir
umumnya terdiri dari bahan
dalam bentuk karbon atau
bentuk pembusukan tanaman
dan sisa-sisa hewan.
Pada umumnya, pengujian
perbandingan kekuatan mortar
Agregat halus/pasir yang bersih ditunjukkan dengan warna air dengan pasir yang bersih dan
rendaman yang semakin bening atau cerah, sedangkan agregat pasir yang diragukan digunakan
halus/pasir yang kotor ditunjukkan dengan warna air rendaman sebagai pengukur efek
yang semakin gelap atau pekat
berbahaya dari pengotor.
73
Pengujian Kotoran Organik Agregat DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Halus
Common
Mistakes

Selain kemungkinan mengandung mineral reaktif,


agregat halus dengan kotoran organik yang
tinggi, berpotensi besar mengganggu reaksi
hidrasi dan ikatan antara semen dengan
agregat, serta mengurangi kekuatan dan
kerapatan beton pada usia diatas 28 hari

74
Pengujian Slump Beton Segar DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Dengan peralatan
yang tersedia,
Slump =...? adukan beton segar
harus memiliki
kelecakan (nilai
slump) yang bisa
dikerjakan tanpa
terjadi segregasi SNI 1972:2008
Slump =...?

Pengujian kemudahan pengerjaan (workability) dibutuhkan untuk menjamin bahwa beton yang
dibuat memiliki keseragaman komposisi dari batch ke batch dan akan mencapai kepadatan
optimum pada saat dilaksanakan.
Nilai slump akan berhubungan langsung dengan metode kerja dari struktur yang akan dibuat

75
Pengujian Slump Beton Segar
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Common
Mistakes

Seringkali nilai slump dihubungkan terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Namun sebenarnya nilai slump
tidak memiliki hubungan langsung dengan kekuatan yang ditargetkan.
Sebagai contoh, beton 40 MPa boleh jadi harus memiliki nilai Slump 180 mm, sedangkan beton 30 MPa harus
memiliki nilai slump 60 mm.

Penolakan akibat nilai slump yang tidak sesuai juga jarang dilakukan akibat missleading terhadap pernyataan
diatas.

Padahal akibat pengabaian terhadap nilai slump, dapat menghasilkan mulai dari hal yang kecil seperti beton
yang keropos/kurang padat, kegagalan konstruksi hingga kegagalan struktur.
76
Pengujian Waktu Pengikatan Beton DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pengecoran, Penggergajian /
SNI ASTM C403/C403M:2012 Pengadukan Pemadatan dan Perawatan Pembukaan Pembebanan
Penyelesaian cetakan

Fase

Penggergajian Akhir waktu


konvensional penggergajian

Pengikatan akhir
Penggergajian awal

Panas

Pengikatan awal

77
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Retak Akibat Susut
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Common • Retak akibat susut pada beton


biasanya terjadi pada permukaan yang
Mistakes terbuka dari bagian lantai dan pelat
(atau bagian-bagian lain dengan
permukaan yang lebar) dimana akan
terjadi kehilangan banyak kadar air
yang disebabkan oleh kelembaban
yang rendah, angin, dan/atau
temperatur yang tinggi.
• Susut plastis biasanya terjadi sebelum
akhir penyelesaian pekerjaan sebelum
dilakukannya perawatan (curing).
Grooving kurang dalam
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

• Grooving yang kurang dalam umumnya


Common terjadi karena proses pembuatannya
Mistakes yang dilakukan terlambat, setelah
beton memasuki waktu pengikatan
awal, sehingga beton telah mulai
mengeras.
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(= 100% + Margin)
(Minimum 100% + Margin)
Kekuatan Hasil Mix Design Kekuatan Perlu Kekuatan Perlu/Targeted mean strength
(fcr)

Kekuatan Karakteristik /Specified


Kekuatan Beton (N/mm2)

strength
(fc’)
Margin

Kekuatan Karakteristik/
Kekuatan yang disyaratkan
(= 100%) Margin

Kekuatan Hasil Trial Mix


(Minimum 90% Kuat tekan perlu)

Kekuatan Beton (N/mm2)

3 7 28
Umur (hari)
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pengajuan kesiapan kerja

Seksi 5.3

Seksi 7.1

83
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Cuaca yang diijinkan untuk bekerja KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

• Tingkat penguapan
harus selalu di
bawah 1 kg/m2/jam

84
Penggunaan Beton Siap Pakai DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(Readymix Concrete)

85
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Pengambilan contoh Uji KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

• Berbasis Lot : Umur pengujian :


• Hingga 50 m3 → Acuan gelincir Sepasang untuk 7 hari
• Hingga 30 m3 → Acuan tetap Sepasang untuk 28 hari

86
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Pembukaan Terhadap Lalu lintas KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

• Perkerasan boleh dibuka untuk lalu lintas jika


kekuatan sudah mencapai minimal 90% dari
kekuatan lentur yang disyaratkan.
• 90% x 4,5 MPa = 4,05 MPa.

87
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Pengukuran Tebal Perkerasan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

88
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Toleransi KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

89
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai