Anda di halaman 1dari 61

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS


Memberikan gambaran tentang permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh Kabupaten Merauke dalam berbagai urusan pemerintahan
serta isu-isu strategis yang menjadi basis pengembangan perencanaaan
daerah dalam jangka menengah.

4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH

Dalam mengimplementasikan perencanaan pembangunan daerah, biasanya


timbul permasalahan karena adanya “gapexpectation” antara kinerja pembangunan
yang dicapai saat ini dengan pembangunan yang direncanakan (RTRW, RPJM atau
RPJP). Adanya gap ini juga terjadi karena adanya perbedaan antara target
pembangunan yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil daerah saat
dokumen rencana sedang disusun. Permasalahan pembangunan daerah ini harus di
identifikasi sehingga dapat dicari solusinya, dalam rangka menyelenggarakan
pembangunan yang berkelanjutan.

Permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan


(potensi daerah) yang belum dimanfaatkan secara optimal, kelemahan yang belum
dapat diatasi, peluang yang belum dapat dimanfaatkan serta ancaman dari luar
daerah yang tidak diantisipasi. Dalam rangka penyusunan RPJMD Kabupaten
Merauke Tahun 2016 - 2021 iniperlu diidentifikasi terlebih dulu permasalahan
pembangunan daerah agar rencana pembangunan yang disusun dapat
meminimalkan atau menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat. Dengan
teridentifikasinya permasalahan pembangunan daerah diharapkan teridentifikasi
pula berbagai factor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja
pembangunan daerah dimasa lalu, terutama yang berkaitan dengan wewenang dan
tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Hal. IV - 1
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Selanjutnya berbagai permasalahan yang masih menjadi hambatan dalam


pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang kewenangan di Kabupaten
Merauke dapat diidentifikasi pada sub bagian berikut ini;

4.1.1. Urusan Wajib Pelayanan Dasar


4.1.1.1. Urusan Bidang Pendidikan;
o Masih terdapat pendidik buta huruf yang pada tahun 2014 mencapai sejumlah
4620 orang penduduk atau sebesar 3,2 persen dari jumlah penduduk;
o Masih rendahnya rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Merauke yang
pada tahun 2014 mencapai sebesar 8,23 tahun atau hanya rata-rata pada
tingkatan SMP;
o Belum optimalnya Penuntasan wajib belajar 9 tahun dan mengembangkan
wajib belajar 12 tahun terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah;
o Belum optimalnya angka partisipasi pendidikan di berbagai jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 2015, Angka partisipasi Murni
SD baru mencapai sebesar 90,51 persen, kemudian APM SMP mencapai
sebesar 57,25 persen dan APM SMA mencapai sebesar 42,98;
o Belum memadainya serta meratanya ketersediaan fasilitas dan sarana
prasarana penunjang kualitas penyelenggaraan pendidikan dasar serta
menengah terutama di wilayah distrik dan kampung Kabupaten Merauke;
o Belum memadainya jumlah ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia
tenaga pengajar untuk pendidikan dasar, menengah dan pendidikan khusus,
yang ditandai dengan Masih banyaknya guru yang belum berijazah
S1/D4
o Masih rendahnya jumlah sekolah pada setiap jenjang pendidikan yang
terakreditasi A;
o Belum berkembangnya program bidang pendidikan kejuruan yang terkait
dengan keunggulan potensi daerah, khususnya di bidang pertanian;
o Belum optimalnya penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis moral, budi
pekerti dan budaya lokal.
Hal. IV - 2
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

4.1.1.2. Urusan Bidang Kesehatan;


o Sistem Jaminan Pembiayaan Kesehatan belum menyeluruh bagi seluruh
masyarakat;
o Masih cukup rendahnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditandai dengan
cukup rendahnya angka Indeks Kesehatan Masyarakat dan rendahnya rata-
rata angka harapan hidup;
o Masih rendahnya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan kesehatan pada
masyarakat terutama di wilayah distrik dan kampung;
o Belum memadainya ketersediaan fasilitas dasar kesehatan terutama di
wilayah kampung dan distrik di Kabupaten Merauke;
o Belum memadainya Ketersediaan dan kapasitas SDM tenaga medis dan para
medis di wilayah kampung dan distrik di Kabupaten Merauke;
o Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menerapkan
prilaku hidup sehat;
o Cukup tingginya ancaman penyakit menular yang berkembang;
o Masih tingginya angka kesakitan pada masyarakat;
o Belum memadainya pelayanan kesehatan ibu dan anak;
o Belum memadainya upaya kesehatan lingkungan;

4.1.1.3. Urusan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;


o Kondisi geografis wilayah telah mengakibatkan cukup tingginya indeks
kemahalan konstruksi Kabupaten Merauke yang berakibat pada tingginya
biaya pembangunan infrastruktur fisik daerah ;
o Kondisi struktur tanah yang cenderung labil/gerak mempercepat
berkurangnya umur pakai jalan;
o Belum memadainya kuantitas dan kualitas jalan di wilayah Kabupaten
Merauke terutama ke daerah-daerah yang memiliki potensi ekonomi strategis
di bidang pertanian dan perkebunan serta jalan-jalan ke wilayah pedalaman
dan perbatasan;

Hal. IV - 3
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

o Belum memadainya kondisi sanitasi dan prasarana pengairan lainnya telah


mengakibatkan rendahnya produktifitas lingkungan;
o Belum memadainya keberadaan sistem drainase wilayah perkotaan Merauke;
o Belum memadainya ketersediaan embung, waduk dan saluran irigasi untuk
mendukung pengembangan sektor pertanian tanaman pangan;
o Belum optimalnya pelaksanaan penataan ruang wilayah;
o Belum memadainya pemahaman dan kepatuhan pelaku pembangunan daerah
terhadapTata ruang wilayah Kabupaten Merauke;
o Masih tingginya Alih Fungsi Lahan yang tidak melibatkan otoritas
pembangunan daerah Kabupaten Merauke;
o Masih seringnya kejadian pelanggaran pemanfaatan lahan yang tidak sesuai
dengan ketentuan peruntukan lahan.
o Belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing sektor dalam
Badan Koordinas Penataan Ruang Daerah sehingga proses pelaksanaan
penataan ruang masih kurang efektif;

4.1.1.4. Urusan Bidang Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman;


o Masih terdapatnya daerah-daerah permukiman kumuh yang belum tertata
dengan baik di wilayah Kabupaten Merauke;
o Masih banyaknya jumlah penduduk yang tinggal di rumah-rumah sederhana
yang kurang layak;
o Pembangunan kawasan permukiman masih kurang memperhatikan aspek
tata ruang dan kaidah lingkungan hidup.

4.1.1.5. Urusan Bidang Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Pelindungan


Masyarakat;
o Masih rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilu;
o Masih adanya potensi dan gangguan Kerukunan hidup berbangsa dan
bernegara;
o Belum memadainya kesadaran bela negara pada masyarakat;
Hal. IV - 4
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

o Adanya potensi bencana yang mengancam ketentraman hidup masyarakat;


o Adanya ancaman budaya dari luar yang menggerogoti ketentraman dan
kenyamanan masyarakat;
o Belum memadainya dukungan dan partisipasi dari berbagai kelompok dan
kalangan masyarakat dalam menggalang ketentraman dan ketertiban umum
serta perlindungan masyarakat.;
o Belum memadainya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia aparatur
dalam menghadapi berbagai ancaman bencana alam dan bencana sosial;
o Belum memadainya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung dalam
menghadapi berbagai ancaman bencana alam dan bencana sosial;
o Belum optimalnya penyiapan Mitigasi Bencana bagi daerah-daerah yang
memiliki kerawanan bencana;
o Belum memadainya kapasitas sumber daya manusia di bidang mitigasi
bencana.

4.1.1.6. Urusan Bidang Sosial


o Masih cukup tingginya jumlah penduduk yang berada dalam kondisi
Kemiskinan dan kemelaratan;
o Masih cukup tingginya ketimpangan ekonomi antar wilayah di Merauke;
o Masih kurangnya jumlah tenaga yang terdidik/terlatih dalam menangani
masalah kesejahteraan sosial;
o Belum optimalnya pemberian bantuan dan pemberdayaan pada masyarakat
adat terpencil dan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial);
o Belum optimalnya kelembagaan dan partisipasi penanganan masalah
kesejahteraan sosial.

4.1.2. Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar


4.1.2.1. Urusan Bidang Tenaga Kerja;
o Masih cukup tingginya tingkat Pengangguran di wilayah Kabupaten Merauke,
BPS mencatat pada tahun 2014 jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten
Hal. IV - 5
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Merauke mencapai sebesar 6.613 orang atau sebesar 6 persen dari jumlah
angkatan kerja;
o Relatif belum terintegrasinya perkembangan sektor ekonomi daerah
terhadap penyerapan tenaga kerja lokal;
o Belum optimalnya penyelenggaraan pelatihan keterampilan tenaga kerja di
Balai Latihan Kerja;
o Belum memadainya kemampuan dan keterampilan tenaga kerja terutama
penduduk asli Kabupaten Merauke;
o Belum optimalnya fasilitasi hubungan industrial perussahaan dan tenaga
kerja;

4.1.2.2. Urusan Bidang Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindungan Anak;


o Masih adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kabupaten
Merauke;
o Belum terlaksananya Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan
berbagai bidang pembangunan daerah di Kabupaten Merauke;
o Masih minimnya SDM sebagai aparatur yang menangani bidang
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
o Rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama dibidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik;
o Masih Kurangnya peranan organisasi perempuan dan lembaga terhadap
perlindungan Perempuan dan Anak.
o Masih terjadinya kasus diskriminasi, eksploitasi serta perdagangan
perempuan dan Anak.

4.1.2.3. Urusan Bidang Pangan;


o Belum optimalnya upaya penganekaragaman pangan;
o Belum optimalnya pemanfaatan teknologi tepat guna dalam bidang pertanian
dan sektor ekonomi masyarakat;

Hal. IV - 6
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

o Belum memadainya ketersediaan tenaga penyuluh pertanian dalam


meningkatkan ketahanan pangan.

4.1.2.4. Urusan Bidang Pertanahan;


o Cukup tingginya Konflik kepentingan pertanahan;
o Kurang adanya kepastian hukum kepemilikan tanah;
o Belum berkembangnya satu pola kemitraan yang saling menguntungkan
diantara pemilik tanah lokal dengan investor dalam pengembangan sektor
usaha tertentu.

4.1.2.5. Urusan Bidang Lingkungan Hidup;


o Terjadinya ancaman Erosi, Abrasi, reklamasi pantai, pengelolaan pesisir,
penurunan Muka Tanah;
o Adanya Kegiatan ekonomi yang menggunakan bahan kimia yang tidak ramah
lingkungan
o Adanya ancaman Perubahan Iklim;
o Mulai tingginya Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan;
o Belum optimalnya Pengelolaan sampah.
o Rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat maupun aparatur
terhadap peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan hidup
sehingga berdampak pada kurangnya penegakan aturan dibidang lingkungan
hidup;
o Belum adanya bentuk kontribusi pada Perubahan Iklim
o Tantangan implementasi pembangunan berkelanjutan melalui ekonomi hijau
o Tantangan dalam pengelolaan hutan dan lahan secara lestari
o Belum terpetakannya hak kelola masyarakat adat
o Ancaman kebakaran hutan dan lahan

Hal. IV - 7
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

4.1.2.6. Urusan Bidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil;


o Cukup tingginya migrasi penduduk luar daerah/pendatang ke
KabupatenMerauke seiring dengan perkembangan ekonomi wilayah ;
o Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya dokumen kependudukan relatif
masih kurang;
o Belum tertatanya Administrasi Kependudukan secara baik;
o Belum tertatanya data-data kependudukan secara baik dan benar;

4.1.2.7. Urusan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;


o Belum optimalnya kapasitas dan kelembagaan pemerintahan distrik dan
kampung;
o Belum memadainya kapasitas SDM Pemerintahan distrik dan kampung;
o Belum memadainya Partisipasi berbagai golongan Masyarakat dalam
pembangunan daerah;
o Belum optimalnya kapasitas sumber daya manusia di bidang pemberdayaan
masyarakat;
o Belum berkembangnya suatu program stimulasi untuk pemberdayaan potensi
yang dimiliki oleh masyarakat;
o Belum optimalnya pemanfataan teknologi tepat guna dalam mendukung
perekonomian masyarakat kampung;

4.1.2.8. Urusan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana;


o Masih cukup angka kelahiran yang tidak ditangani oleh tenaga kesehatan yang
terlatih;
o Terbatasnya tenaga fungsional Penyuluh KB/PLKB
o Belum optimalnya pelayanan keluarga berencana dan kesejahteraan keluarga;
o Belum optimalnya sosialisasi Kesehatan Reproduksi.

Hal. IV - 8
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

4.1.2.9. Urusan Bidang Perhubungan;


o Belum memadainya moda transportasi untuk mengakses wilayah distrik dan
kampung di wilayah Kabupaten Merauke;
o Belum memadainya sistem layanan bandara;
o Belum memadainya keberadaan dan kualitas pelabuhan dan dermaga;
o Belum memadainya sarana dan prasarana lalu lintas darat terutama rambu-
rambu jalan;
o Belum memadainya kapasitas sumber daya manusia aparatur di bidang
manajemen transportasi;
o Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan tertib lalu lintas.

4.1.2.10. Urusan Bidang Komunikasi dan Informatika;


o Belum memadainya cakupan dan akses pelayanan informasi dan komunikasi
bagi masyarakat, terutama yang tinggal di kampung kampung;
o Belum memadainya sarana dan prasarana infrastruktur komunikasi dan
informatika;
o Belum optimalnya penggunaan teknologi informasi untuk mendukung
peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat;
o Belum optimalnya daya guna website Pemerintah Daerah Kabupaten
Merauke;

4.1.2.11. Urusan Bidang Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah


o Rendahnya daya saing UMKM dan Koperasi, karena kualitas SDM yang rendah
dalam pengelolaan manajemen, kelembagaan, pemasaran, dan penguasaan
teknologi informasi
o Belum tumbuhnya inisiatif berusaha dalam bidang perdagangan pada
penduduk lokal Merauke;
o Belum optimalnya upaya pembinaan koperasi dan UMKM di Kabupaten
Merauke;

Hal. IV - 9
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

o Terbatasnya akses UMKM dan Koperasi terhadap sumber daya produktif yang
meliputi tiga aspek penting, yaitu modal kerja, informasi dan pasar;
o Masih belum berkembangnya usaha-usaha kecil yang memanfaatkan potensi
unggulan daerah.

4.1.2.12. Urusan Bidang Penanaman Modal


o Belum optimalnya upaya promosi investasi pada investor domestik maupun
asing;
o Belum memadainya Infrastruktur daerah sehingga belum menarik minat
investasi;
o Belum adanya Insentif dan Disinsentif Investasi.
o Masih lemahnya Daya Saing Daerah;

4.1.2.13. Urusan Kepemudaan dan Olahraga


o Belum memadainya prestasi dan budaya olahraga di kalangan pemuda
Kabupaten Merauke;
o Belum tergarapnya Potensi dan partisipasi pemuda dalam percepatan
pembangunan Kabupaten Merauke;
o Adanya kecenderungan budaya luar yang mempengaruhi moral para pemuda
di Kabupaten Merauke.

4.1.2.14. Urusan Bidang Statistik


o Belum optimalnya ketersediaan data data statistik pembangunan daerah
Kabupaten Merauke;
o Kurangnya kordinasi berbagai pihak dalam penyediaan data statistik
pembangunan daerah
o Belum memadainya sarana dan prasarana dalam penyediaan data statistik
daerah;
o Belum memadainya kapasitas sumber daya manusia pendataan dan statistik
daerah.
Hal. IV - 10
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

4.1.2.15. Urusan Bidang Kebudayaan


o Belum optimalnya penggalian potensi seni dan budaya Kabupaten Merauke
untuk mendukung promosi sektor pariwisata daerah;
o Adat istiadat dan kesenian daerah yang sangat unik walaupun sudah dikenal
oleh dunia luar, tetapi masih belum adanya wadah pembinaan dan promosi
secara terorganisir dan terpadu bagi pengembangan kebudayaan;
o Kurangnya pembinaan kepada generasi muda tentang etika dan berdasarkan
budaya daerah dalam pembentukan kepribadian dan etika dalam kehidupan
sosal;
o Belum dioptimalkannya peranan kepala suku dan dewan adat sebagai mitra
pemerintah dalam pembangunan sebagai akibat kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah; dan
o Kurangnya pengakuan terhadap peran lembaga adat dan hak ulayat.

4.1.2.16. Urusan Bidang Perpustakaan


o Belum tersedianya fasilitas perpustakaan umum bagi masyarakat, baik di
pusat kabupaten maupun di distrik distrik serta kampung;
o Belum tumbuhnya minat dan budaya baca siswa dan masyarakat Merauke
pada umumnya ;

4.1.2.17. Urusan Bidang Kearsipan.


o Kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam mendokumentasikan
berbagai kekayaan arsip daerah;
o Belum terselenggaranya digitalisasi arsip daerah;
o Belum tertatanya arsip daerah.

4.1.3. Urusan Pilihan


4.1.3.1. Urusan Bidang Kelautan Dan Perikanan;
o Belum optimalnya pengelolaan dan pemasaran Produk Hasil Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Merauke;
Hal. IV - 11
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

o Belum berkembangnya industri pengolahan perikanan di Kabupaten


Merauke;
o Belum memadainya sarana dan prasarana perikanan tangkap dan budidaya;
o Belum optimalnya pembinaan dan bantuan pemberdayaan untuk
pengembangan perikanan tangkap dan budidaya;

4.1.3.2. Urusan Bidang Pariwisata;


o Masih rendahnya jumlah kunjungan wisatawan ke Merauke;
o Belum optimalnya Pengembangan objek daya tarik wisata ;
o Belum memadainya upaya dan efektivitas promosi pariwisata daerah;
o Masih kurangnya event kebudayaan Merauke yang mampu menarik minat
wisatawan untuk berkunjung ke Merauke;
o Belum memadainya kapasitas sumber daya manusia di bidang pariwisata;
o Belum memadainya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pariwisata;

4.1.3.3. Urusan Bidang Pertanian;


o Belum optimalnya ketersediaan infrastruktur sistem irigasi pertanian;
o Masih kurangnya akses permodalan petani untuk peningkatan produktivitas
usaha pertanian;
o Belum optimalnya Nilai Tukar Petani;
o Kurang memadainya sarana dan prasarana produksi pertanian;
o Belum memadainya ketersediaan sumber daya manusia penyuluh untuk
mendukung produktivitas usaha pertanian;
o Belum optimalnya usaha peternakan masyarakat;

4.1.3.4. Urusan Bidang Perkebunan


o Belum optimalnya pengembangan sentra produksi perkebunan di Merauke;
o Masih kurangnya akses permodalan petani untuk peningkatan produktivitas
usaha perkebunan;

Hal. IV - 12
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

o Belum memadainya ketersediaan sumber daya manusia penyuluh untuk


mendukung produktivitas usaha pertanian;
o Masih kurang minat investor untuk berinvestasi di bidang perkebunan di
wilayah Kabupaten Merauke;

4.1.3.5. Urusan Bidang Kehutanan;


o Masih belum optimalnya upaya Konservasi lahan dan pelestarian sumber
daya kehutanan;
o Belum optimalnya Pemanfaatan lahan untuk budidaya
o Belum optimalnya kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan;

4.1.3.6. Urusan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;


o Masih rendahnya pemenuhan listrik masyarakat di wilayah Kabupaten
Merauke, yang ditandai dengan rendahnya tingkat elektrifikasi ;
o Peggunaan energi listrik menggunakan energi baru dan terbarukan masih
rendah, padahal peluang penggunaannya bervariasi mulai dari tenaga surya,
mikro hidro maupun angin.
o Masih rendahnya pemahaman dan kepatuhan terhadap peraturan dan
perundang-undangan di sektor energy dan sumber daya mineral;

4.1.3.7. Urusan Bidang Perdagangan;


o Belum tumbuhnya minat untuk berdagang pada kalangan penduduk lokal;
o Belum optimalnya pembinaan dan pemberdayaan bagi pedagang;
o Belum memadainya sarana dan prasarana perdagangan seperti pasar
tradisional, tempat penjualan ikan, dan sebagainya.

4.1.3.8. Urusan Bidang Perindustrian


o Lemahnya akses permodalan usaha industri kecil dan menengah;
o Masih banyak potensi hasil-hasil pertanian, perkebunandan perikanan
kelautan yang belum diolah secara maksimal;
Hal. IV - 13
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

o Lemahnya kualitas SDM dalam pengolahan produk dan peningkatan


kualitas/mutu

4.1.4. Urusan Pemerintahan Penunjang


4.1.4.1. Urusan Bidang Pemerintahan Umum
o Belum optimalnya jangkauan dan kualitas Pelayanan publik;
o Belum optimalnya pembinaan pemerintahan distrik dan kampung di
Kabupaten Merauke;
o Belum tersusunnya organisasi pemerintahan daerah yang miskin struktur
tapi kaya fungsi;
o Belum optimalnya kordinasi dan jalinan komunikasi antar organisasi
pemerintah daerah;
o Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan di tingkat distrik dan
kampung;
o Kurang memadainya upaya transparansi pemerintahan;
o Belum optimalnya pelaksanaan fungsi legislasi yang mendorong terciptanya
tatanan pemerintahan yang baik di Kabupaten Merauke.

4.1.4.2. Urusan Bidang Aparatur dan Kepegawaian


o Belum memadainya kapasitas sumber daya manusia aparatur dalam
menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan;
o Masih rendahnya Profesionalisme Birokrasi;
o Belum optimalnya penempatan pejabatan berbasis kompetensi;
o Belum berkembangnya sistem reward dan punishment dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Merauke;

4.1.4.3. Urusan Bidang Keuangan Daerah


o Belum optimalnya pelaporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
daerah yang ditandai dengan Opini BPK yang masih Wajar Dengan
Pengecualian (WDP)
Hal. IV - 14
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

o Masih rendahnya kemandirian keuangan daerah yang ditandai dengan belum


Optimalnya kontribusi PAD terhadap pembiayaan pembangunan daerah;
o Belum optimalnya pengelolaan Asset Daerah;
o Belum terbangunnya unit usaha BUMD dalam pengelolaan potensi unggulan
daerah.

4.1.4.4. Urusan Bidang Perencanaan Pembangunan Daerah


o Belum terciptanya satu sistem perencanaan pembangunan daerah yang
komprehensif dan integratif antar wilayah serta sektor perekonomian daerah;
o Masih lemahnya kordinasi antar pelaku pembangunan daerah, baik pada
tataran horizontal dengan SKPD-SKPD, maupun pada tataran horizontal
dengan pemerintah Pusat, Provinsi, Distrik dan Kampung-kampung;
o Belum tertatanya seluruh dokumen perencanaan pembangunan daerah, baik
antar sektoral maupun perwilayahan pembangunan;
o Belum memadainya ketersediaan data-data pembangunan daerah Kabupaten
Merauke;
o Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan daerah;

4.2. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang diperhatikan atau dikedepankan
dalam perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun mengingat dampaknya yang
signifikan bagi masyarakat di masa depan. Isu strategis, apabila tidak diantisipasi,
akan menimbulkan kerugian yang lebih besar. Demikian pula sebaliknya, jika tidak
dimanfatkan akan dapat menghilangkan peluang untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.

Suatu isu strategis dirumuskan melalui identifikasi berbagai permasalahan


pembangunan daerah yang bersifat strategis dan diperkirakan dapat mempengaruhi

Hal. IV - 15
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

agenda pembangunan dalam 5 (lima) tahun kedepan; gambaran umum kondisi


daerah; isu internasional; isu nasional dan isu regional.

4.2.1. Isu Strategis Internasional


4.2.1.1. Sustainable Development Goals (SDGs)

Seiring dengan berakhirnya MDGs, yaitu 2015, diskusi mengenai kerangka


kerja pembangunan internasional pasca 2015 dimulai. Pada pertemuan Rio +20
Summit, 192 anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memulai proses
perancangan tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs (sustainable development
goals) yang berorientasi pada aksi, ringkas dan mudah dikomunikasikan, jumlah
terbatas, aspiratif, bersifat global secara alamiah dan dapat diterapkan pada semua
negara dengan memperhatikan perbedaan kenyataan, kapasitas dan tingkat
pembangunan sebuah negara dan menghargai kebijakan dan prioritas nasional.

Setelah lebih dari satu tahun perundingan konsultatif yang inklusif dan
intensif, Kelompok Kerja Terbuka Majelis Umum untuk Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) mengajukan 17 tujuan spesifik dengan 169 target yang saling
berkaitan. Negara- negara Anggota PBB telah menyepakati bahwa agenda yang
disusun oleh Kelompok Kerja Terbuka akan menjadi basis utama untuk proses antar-
pemerintah pasca-2015.

1. Menghapus kemiskinan dalam segala bentuknya di manapun;

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi,


dan memajukan pertanian berkelanjutan

3. Memastikan hidup yang sehat dan memajukan kesejahteraan bagi semua


orang di semua usia

4. Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan adil serta


mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua

5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan


anak perempuan
Hal. IV - 16
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi bagi yang


berkelanjutan bagi semua

7. Memastikan akses ke energi yang terjangkau, dapat diandalkan,


berkelanjutan dan modern bagi semua

8. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan inklusif,


kesempatan kerja yang penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak
bagi semua

9. Membangun infrastruktur yang tangguh, menggalakkan industrialisasi


yang berkelanjutan dan inklusif dan mengembangkan inovasi

10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara Negara-negara

11. Membuat kota dan permukiman manusia menjadi inklusif, aman, tangguh
dan berkelanjutan

12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang keberlanjutan

13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan


dampak-dampaknya

14. Menghemat dan menjaga kesinambungan dalam menggunakan samudera,


laut dan sumber daya untuk pembangunan yang berkelanjutan

15. Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan


ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi
desertifikasi, dan menghentikan degradasi tanah cadangan serta
menghentikan hilangnya keanekaragaman hayat

16. Mendorong kehidupan masyarakat yang damai dan inklusif untuk


pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi
semua, dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di
semua tingkatan

17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global


untuk pembangunan berkelanjutan.

Hal. IV - 17
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

4.2.1.2. ASEAN Economic Coommunity (AEC)

Komunitas ekonomi asean (AEC) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi
regional pada 2015. Adapun berikut karakteristik kunci dari perwujudan Komunitas
Ekonomi ASEAN 2015:

a) Pasar tunggal dan produksi dasar,

b) Sebuah ekonomi yang sangat kompetitif

c) Sebuah wilayah ekonomi yang adil pengembangan, dan

d) Sebuah wilayah sepenuhnya terintegrasi ke dalam perekonomian global.

Bidang kerjasama AEC meliputi pengembangan sumber daya manusia dan


kapasitas; pengakuan kualifikasi profesional; konsultasi mengenai kebijakan
makroekonomi dan keuangan; langkah-langkah pembiayaan dalam perdagangan;
peningkatan infrastruktur dan konektivitas komunikasi; perkembangan elektronik
transaksi melalui e-ASEAN; mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk
mempromosikan sumber di daerah; dan meningkatkan keterlibatan sektor swasta
untuk bangunan AEC. Singkatnya, AEC akan mengubah ASEAN ke wilayah dengan
pergerakan bebas dari barang, Jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan lebih bebas
aliran modal.

Pemberlakuan AEC akan mengakibatkan Barang, jasa, dan tenaga kerja


semakin mudah untuk lalu lalang di negara anggota ASEAN. Bagi Indonesia,
kesepakatan itu bisa menjadi pedang bermata dua. Jika diolah dan dikelola dengan
baik, produk dan tenaga kerja Indonesia berpotensi merajai pasar Asia Tenggara.
Sebaliknya, jika tak siap berkompetisi, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi
negara anggota ASEAN lain.

Demikian juga bagi Kabupaten Merauke, Asean economy community ini


menjadi sebuah prospek baru untuk Kabupaten Merauke membuka arus investasi
seiring dengan keterbukaan Kabupaten Merauke yang ramah terhadap investor.
Penguatan pasar lokal dan regional menjadi perhatian utama guna mempersiapkan

Hal. IV - 18
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

pasar bebas yang berimplikasi pada eksistensi pengusaha lokal untuk dapat berdaya
saing dengan pengusaha asing.

4.2.2. Isu atau Kebijakan Nasional

Selain memerhatikan isu skala internasional dan regional, hal-hal lain yang
menjadi pertimbangan adalah isu strategis nasional yang dalam hal ini telah
dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Dalam Perpres tersebut
dinyatakan bahwa “Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju
Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas.
Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA”, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan


memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola


pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan


desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan


penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional


sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor


strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

Hal. IV - 19
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Nawa Cita tersebut merupakan rangkuman program-program yang tertuang


dalam Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden yang dijabarkan dalam strategi
pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015-2019, terdiri dari empat bagian
utama yakni: (1) norma pembangunan; (2) tiga dimensi pembangunan; (3) kondisi
yang diperlukan agar pembangunan dapat berlangsung; serta (4) program-program
quick wins.

4.2.3. Isu Pembangunan Daerah (Regional/Provinsi)

Sesuai dengan RPJMD Provinsi Papua tahun 2013-2018, isu strategis


pembangunan tingkat regional Provinsi Papua meliputi;

1. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua sebagai yang


terendah di Indonesia
2. Masih rendahnya akses masyarakat asli Papua pada pendidikan dasar dan
menengah termasuk non-formal akibat rendahnya ketersediaan layanan
pendidikan untuk masyarakat di daerah terpencil, pendekatan yang tidak
sesuai dengan kondisi geografis dan pola permukiman serta budaya
masyarakat setempat
3. Belum tersedianya sistem jaminan pemenuhan biaya pendidikan gratis
(operasional dan personal) dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah
khususnya bagi Orang Papua Asli sesuai mandat UU Otsus, menyebabkan
tingginya biaya pendidikan yang harus ditanggung masyarakat.
4. Masih rendahnya akses masyarakat asli papua pada pemenuhan kesehatan
dasar akibat rendahnya ketersediaan sarana kesehatan, rendahnya distribusi
tenaga kesehatan dan non kesehatan, ketersediaan obat-obatan secara merata,
serta tingginya biaya kesehatan akibat belum meratanya distribusi jaminan
kesehatan masyarakat
5. Masih tingginya angka kematian ibu, kematian bayi baru lahir dan balita, angka
balita kurang Gizi, serta penyakit endemis malaria dan menular berbahaya

Hal. IV - 20
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

6. Masih rendahnya ketersediaan perumahan yang layak huni dan terjangkau


dengan sanitasi lingkungan dan air bersih yang bermutu dan ketersediaan
listrik yang merata
7. Ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat perkotaan dan pedesaan
karena pemberdayaan ekonomi yang belum sepenuhnya bertumpu pada
kekuatan ekonomi kerakyatan dalam memastikan adanya mata pencaharian
(livelihood) yang menyebabkan rendahnya nilai tambah dan produktivitas di
wilayah pedesaan,
8. Masih rendahnya angka kemandirian fiskal akibat belum optimalnya
pemanfaatan sumber pendapatan asli daerah dari produk unggulan daerah non
migas diantaranya pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
pariwisata serta sumber pendapatan un-conventional lainnya diantaranya
skema kompensasi penuruan emisi gas rumah kaca
9. Belanja pemerintah cederung tidak efisien sehingga menciptakan kesenjangan
sosial dan politik ekonomi yang menempatkan masyarakat pada posisi absolute
konsumtif
10. Dis-harmony hubungan pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
akibat miss-management dalam penetapan orientasi dan strategi
pembangunan sehingga meninggalkan peran kabupaten/kota sebagai jenjang
pemerintahan dengan kewenangan tersendiri
11. Terabaikannya peran masyarakat Adat termasuk perempuan Papua yang
secera keterwilan oleh MRP (Majelis Rakyat Papua) selaku mitra utama
pemerintah sehingga proses pengembangan kebijakan dan pelaksanaan
pembangunan banyak yang bertentangan dengan prinsip dasar dan hak dasar
masyarakat adat.
12. Tidak Konsistennya penyelenggaraan pembangunan Papua karena belum
tersedia masterplan pembangunan (RPJP) sebagai kesepakatan warga menuju
peradaban baru yang dicita-citakan bersama
13. Pembangunan infrastruktur strategis yang tidak berkesinambungan sehingga
koneksitas antar daerah masih terhambat

Hal. IV - 21
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

14. Masih adanya tuntutan dari kelompok masyarakat Papua untuk memisahkan
diri dari NKRI karena tidak terlaksananya rekonsiliasi akibat perbedaan
pemahaman sejarah bangsa dan ketidak puasan pada kebijakan publik yang
belum menjawab permasalahan mendasar pembangunan
15. Pengendalian dan pengurangan aksi korupsi, kolusi dan nepotisme belum
berjalan dengan baik
16. Tidak jelasnya mind set dan culture-set birokrasi pemerintah daerah yang
berdampak pada rendahnya produktivitas dan kualitas pelayanan publik dalam
pencapaian prioritas pembangunan
17. Penataan dan pemanfaatan ruang bagi pembangunan tidak terlaksana dengan
baik karena kurangnya koordinasi antar Provinsi dan Kabupaten / Kota
maupun stakeholder lainnya.
18. Distribusi pembiayaan pembangunan era otonomi khusus yang belum
proporsional antara provinsi dengan kabupaten/kota dalam penyediaan
layanan yang lebih kontekstual
19. Belum optimalnya pengembangan potensi olahraga prestasi dan perlindungan
nyata atas kekayaan intelektual serta kebudayaan luhur asli Papua termasuk
penilaian atas sumberdaya hayati dan plasma nutfah asli Papua berdasarkan
penelitian dan pengembangan secara berkelanjutan dan memastikan
penguatan akar budaya Papua dalam menghadapi gempuran modernisasi
20. Rendahnya kepercayaan investor karena belum adanya upaya konstruktif
dalam penegakan hukum, pengembangan sistem informasi pembangunan
daerah yang mendukung pertumbuhan investasi daerah yang berorientasi pada
pendapatan asli daerah secara berkelanjutan.

4.2.4. Isu Strategis Kabupaten Merauke


4.2.4.1. Pembangunan Ekonomi Berbasis Rendah Emisi

Kabupaten Merauke memiliki peran strategis dalam menyukseskan target


penurunan rendah emisi nasional mengingat luasnya wilayah pengembangan

Hal. IV - 22
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

ekonomi kawasan ini serta intensifnya perkembangan kawasan pemukiman dan area
transmigrasi yang terpusat di Distrik Semangga, Distrik Tanah Miring, Distrik Kurik,
Distrik Jagebob, Distrik Muting, Distrik Elikobel. Secara relative konsentrasi
perkembangan fisik Kabupaten berada di kawasan pusat kota Utara dan Timur,
sekarang ini mulai bergeser kearah Barat. Hingga saat ini proporsi peruntukan
penggunaan lahan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Merauke
dengan Luas Lahan 4,6 juta Ha menunjukkan jenis peruntukan penggunaan lahan
untuk kawasan lindung 52,5%, kawasan budidaya 47,5%.

Secara global disadari bahwa penurunan emisi dalam penanganan perubahan


iklim merupakan bagian tak terpisahkan dari tantanganpembangunan nasional dan
daerah. Perencanaan atas berbagai aspek perubahan iklim seharusnya dijalankan
bersamaan dengan perencanaan pembangunan ekonomi nasional dan daerah,
sehingga perencanaan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim harus
terintegrasi dengan perencanaan pembangunan nasional dan daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, kedepan Pemerintah Kabupaten Merauke


mengadopsi satu pendekatan pembangunan berbasis rendah emisi, dengan beberapa
aksi sebagai berikut;

Hal. IV - 23
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Tabel 4.1 Rencana Aksi Pembangunan Rendah Emisi

Sumber : Laporan Kajian Rencana Aksi Pembangunan Rendah Emisi Dan Ekonomi Hijau Untuk Sektor Berbasis
Lahan Di Kabupaten Merauke. Disusun olehPokja Teknis Inisiatif Pembangunan Rendah Emisi Kabupaten
Merauke Provinsi Papua SK. Bupati Merauke No. 411/2014.

Keenam langkah menuju pembangunan rendah emisi di Merauke disusun


dengan tujuan untuk mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca Merauke di masa
yang akan datang dengan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi Merauke. Jika
keenam langkah ini dapat diadopsi secara keseluruhan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Merauke, maka diperkirakan tingkat emisi diKabupaten Merauke dapat
diturunkan hingga 20,1% terhadap kondisi tanpa adanya upaya pembangunan
rendah emisi (baseline). Figur 5 memperlihatkan salah satu hasil simulasi penerapan
keenam langkah yang telah disusun. Tingkat emisi yang mampu diturunkan oleh
keenam langkah tersebut diperkirakan mencapai 92,6 Mton Co2eq /thn. Jumlah ini

Hal. IV - 24
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

akan merupakan kontribusi yang cukup signifikan dari Merauke terhadap


upayanasional dalam penurunan emisi gas rumah kaca.

4.2.4.2. Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional Merauke

Peningkatan ketersedian pangan, baik padi maupun pangan lainnya, melalui


penguatan kapasitas produksi dalam negeri merupakan salah satu strategi utama
pembangunan nasional (RPJMN 2015-2019). Upaya peningkatan pangan tersebut
salah satunya akan dilaksanakan dengan penyediaan lahan padi secara bertahap
seluas 1 juta hektar di luar Pulau Jawa.

Kabupaten Merauke merupakan kawasan strategis sebagai sentra produksi


pangan ansional. Luas wilayah di Kabpuaten Merauke juga sangat terkait dengan luas
lahan untuk pengembangan agro yang secara langsung juga akan menjadi bidang
usaha utama bagi masyarakat dan memberi warna bagi dinamika pereknomian
daerah. Kontribusi sektor agro dalam struktur PDRB Kabupaten Merauke fluktuatif
dan dalam beberapa tahun tahun terakhir berkisar pada angka 35-45 persen. Share
PDRB sektor agro masih merupakan yang terbesar dibanding dengan sektor ekonomi
yang lainnya.

Salah satu potensi sumberdaya yang sangat penting untuk pengembangan


sektor agro di Kabupaten Merauke adalah potensi hutan yang dapat dikonversi (HP)
dengan cakupan luas 1.301.000 ha. Konversi yang tepat dengan tetap
memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainability) dan kelestarian lingkungan
(environmental friendly) atas kawasan tersebut aklan sangat potensial untuk
pengembangan berbagai komoditas agro seperti tenaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, dan perikanan.

Dengan kepemilikan potensi luas wilayah geografis ini mestinya juga menjadi
potensi yang besar bagi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi daerah di
Kabupaten Merauke. Luasnya wilayah Kabupaten Merauke telah dimanfaatkan
dengan baik untuk pengembangan sektor pertanian. Hal tersebut ditunjukkan dari
besarnya luas panen dan hasil produksi pertanian di Kabupaten Merauke yang bukan

Hal. IV - 25
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

hanya menjadi sektor unggulan untuk Kabupaten Merauke, sektor pertanian yang
berkembang pesat ini juga menjadi penopang pertanian atau lumbung pangan di
Provinsi Papua dimana Kabupaten Merauke merupakan penghasil padi terbesar di
seluruh wilayah Propinsi Papua. Pada tahun 2010 luasan tanaman padi di wilayah
Kabupaten Merauke baru mencapai 19.408 Ha, namun pada tahun 2015 telah
mencapai 39.568 ha.

Kabupaten Merauke menjadi “lumbung padi” di Provinsi Papua, karena


menjadi basis pertama yang menyumbangkan beras di Papua yang selanjutnya
disusul kabupaten dan kota lain seperti Kota Jayapura, Kabupaten Nabire, Kabupaten
Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, dan Kabupaten Mimika. Produksi padi di
Kabupaten Merake mengalami peningkatan yang cukup signifikan, pada tahun 2010
total produksi pasi sebesar 75.333 ton atau 79 persen dari seluruh hasil panen padi
di Provinsi Papua. Pada tahun 2015, produksi padi eksisting di Kabupaten Merauke
telah mencapai 205.451 ton dengan basis produksi utama di 4 (empat) distrik yaitu:
Tanah Miring, Kurik, Semangga dan Malind.

Problem umum yang masih dihadapi dalam pengembangan komoditas pangan


terutama padi adalah pengusahaan masih pada kawasan distrik tertentu, belum
menyebar ke berbagai distrik. Selain itu rerata produktivitas padi juga masih
dibawah 5 ton/ha (kecuali produktivitas di Distrik Kurik dan Tanah Miring).

Komoditas pangan lain yang potensial yang cukup potensial di Kabupaten


Merauke adalah jangung dengan luas panen 311 ha, ubi kayu dengan luas panen 333
ha, dan ubi jalar dengan luas panen 403 ha pada tahun 2015.

Produksi hortikultura yang dominan di wilayah Kabupaten Merauke pada


tahun 2015 adalah cabai dengan total produksi 667 ton dan disusul dengan
komoditas kacang panjang. Sedangkan produksi buah-buahan yang dominan
(eksisting) adalah pisang dengan total produksi sebesar 12.790 ton pada tahun 2015.

Komoditas perkebunan juga cukup prospektof dikembangkan di wiayah


Kabupaten Merauke, produksi perkebunan yang dominan (eksisting): adalah kelapa

Hal. IV - 26
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

dengan total produksi 547 ton yang dikembangkan dari kebun seluas 6.651 ha. Total
lahan perkebunan di Kabupaten Merauke sebesar 28.453 ha.

Sub-sektor peternakan juga sangat prospektif untuk dikembangkan.


Peternakan yang cukup dominan (eksisting) pada tahun 2015 adalah sapi dengan
populasi sebanyak 31.799 ekor, disusul kambing dengan populasi 6.518 ekor dan
unggas dengan populasi sebanyak 1.390.309 ekor.

Selain pemerataan kawasan produksi dan produktivitas, problem yang masih


menjadi kendala dalam optimalisasi produksi sektor agro adalah penggunaan input.
Salah satu penilaian kualitas hasil produksi pertanian adalah pemilihan jenis input
yang dipilih. Pertanian dengan banyak input organik merupakan indikator kualitas
hasil pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Menurut Data Dinas pertanian
Merauke, diantara rumah tangga usahatani di Kabupaten Merauke, sebanyak 85,94%
hanya menggunakan pupuk anorganik. Hanya terdapat 0,77% petani yang murni
menggunakan pupuk organik dan sebanyak 10,98% petani yang menggunakan
pupuk anorganik dan organik. Dengan demikian, tingkat kualitas produksi pertanian
di Kabupaten Merauke masih tergolong rendah.

Pembangunan ekonomi pada sektor pertanian dapat dikembangkan lebih


maju dengan meningkatkan daya dukung pembangunan yang terkait, seperti sarana
produksi, alat dan infrastruktur pertanian, perwilayahan komoditas, stabilisasi harga
dan yang juga penting untuk lebih dikembangkan adalah sumber daya manusia
pertanian dan kelembagaan pertanian.

Salah satu aspek penting dalam mendukung sector agro adalah SDM. Aspek
pendukung SDM yang sangat penting dalam pembangunan pertanian adalah
tersedianya petugas penyuluh pertanian yang memadai baik dalam jumlah maupun
kualitasnya.

Jumlah penyuluh pertanian di Kabupaten Merauke adalah 98 orang


sedangkan jumlah desa 168 buah. Rasio jumlah penyuluh pertanian dan jumlah desa
di Kabupaten Merauke adalah 1:1,71, sehingga masih diperlukan tambahan 50
penyuluh untuk menuju kondisi rasio yang ideal dimana untuk satu desa terdapat

Hal. IV - 27
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

satu penyuluh. Dengan demikian untuk pengembangan SDM Pertanian, khusunya


padi, jumlah penyuluh pertanian masih perlu ditambah untuk dapat meningkatkan
motivasi serta kompetensi petani dalam budidaya padi. Rekrutmen tenaga penyuluh
dan tenaga pendamping lapangan perlu dilakukan. Peningkatan kompetensi
penyuluh yang telah ada juga perlu ditingkatkan melalui studi lanjut, diklat, kursus,
workshop, dan lain-lain.

Jumlah organisasi pertanian adalah 2 buah. Pertanian akan lebih maju jika
para petani tergabung dalam organisasi sehingga mampu memberikan solusi berupa
pemikiran bersama terhadap suatu masalah, disamping itu dengan berorganisasi
para petani akan lebih mudah dalam mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebuah
kelompok tani dapat beranggotakan sebanyak 30-50 orang petani. Jumlah KK petani
di Kabupaten Merauke adalah 18.029 KK, sehingga paling tidak terdapat 360
kelompok tani di Kabupaten Merauke. Kelompok-kelompok tani yang telah
terbentuk selanjutnya perlu ditingkatkan kompetensinya melalui sekolah lapang,
kursus tani, penyuluhan dan pendampingan.

Pengembangan sumber daya manusia pertanian ditunjang dengan


keberadaan fasilitas pendidikan untuk pertanian yang memadai. Terdapat 34 unit
SMA/SMK di seluruh Kabupaten Merauke. Apabila terdapat banyak lembaga
kejuruan seperti SMK di bidang pertanian/agro maupun politeknik pertanian/agro
maka akan tersedia lebih banyak tenaga terampil profesional untuk lebih
mendukung terselenggaranya pembangunan pertanian di Kabupaten Merauke.

Pada Laporan Dinas Perindustrian, Migrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten


Merauke (2011, diolah), pada awal tahun 2011 pencari kerja disektor pertanian
kurang lebih hanya 5,80% dari total pencari kerja di Kabupaten Merauke. Sementara
itu disisi lain, kesempatan kerja di sektor pertanian relatif rendah bahkan sangat
sedikit. Pengembangan sektor pertanian dan SDM pertanian secara sinergi akan
memberikan insentif positif. SDM tersebut tidak hanya pencari kerja, namun juga
para pelaku di sektor pertanian, baik individu maupun kelompok.

Hal. IV - 28
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Petani/rumah tangga tani, berjumlah lebih dari 18.000, sebagai pelaku


langsung pada produksi pertanian, menyatu dan mengembangkan diri melalui
kelompok tani dan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN). Jumlah kelompok tani di
Kabupaten Merauke adalah 422 kelompok tani yang tergabung dalam 90 gabungan
kelompok tani. Lima besar Jumlah kelompok tani terbesar ada di distrik Tanah
Miring dengan 118 kelompok tani, kemudian diikuti oleh distrik Malind, Kurik,
Semangga dan Jagebob dengan masing- masing berjumlah 69, 60, 59 dan 36
kelompok tani. Secara berurutan, kelompok-kelompok tani tersebut tergabung dalam
10, 5, 9, 8 dan 12 gabungan kelompok tani. Kelompok tani (poktan) dan gabungan
kelompok tani (gapoktan) mempunyai hubungan positif dengan keragaan produksi
hasil pertanian di masing-masing distrik, sebagai contoh adalah Distrik Merauke
sebagai penghasil kooditas pisang terbesar di Kabupaten Merauke.

Empat distrik tidak memiliki baik poktan maupun gapoktan, yaitu: Waan,
Tabonji, Kaptel dan Ngguti. Merujuk pada Merauke Dalam Angka, keempat distrik
tersebut tidak ada produksi hasil pertanian, baik tanaman pangan dan hortikultura
serta perkebunan. Komoditas rambutan diproduksi sebagian di Distrik Kaptel.
Sehingga poktan maupun gapoktan belum diperlukan.
Daya dukung kinerja sektor pertanian juga dibarengi dengan peran petugas
lapangan pertanian, baik penyuluh, mantri tani atau petugas yang lain. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menambah kemampuan petani/poktan/gapoktan dalam
pengembangan fungsi serta kegunaan bagi petani itu sendiri dan rumah tangga tani.
Secara umum, terdapat 3 kelompok petugas pertanian lapangan, yaitu (1)
penyuluh pertanian, (2) pengamat hama dan penyakit (PHP), dan (3) mantri tani.
Untuk kelompok penyuluh pertanian terdiri dari petugas berstatus PNS, THL-TB dan
Swakarsa dan petugas PHP terbagi atas PNS dan THL-TB. Merujuk pada Tabel 2.4,
jumlah seluruh petugas pertanian lapangan adalah 190 orang yang terinci dalam 170
orang tenaga penyuluh, 10 orang tenaga PHP dan 10 orang mantri tani. Apabila
jumlah petugas dibagi dengan jumlah poktan di Kabupaten Merauke, setiap petugas
membawahi 2–3 poktan dan 1-2 gapoktan. Hal tersebut mencukupi untuk
penanganan di lapangan. Namun, mengingat kondisi geografis Kabupaten Merauke,

Hal. IV - 29
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

mobilitas petugas tidak bisa terbagi rata di semua distrik, sehingga penambahan
petugas pertanian lapangan perlu ditambah.
Pemenuhan infrastruktur yang layak dan memadai di bidang pertanian juga
menjadi penentu keberhasilan dalam pengembangan sektor pertanian.
Pengembangan SDM pertanian saja tidak cukup tanpa dukungan infrastruktur yang
cukup. Melihat dari ketersediaan lahan pertanian di Kabupaten Merauke,
peningkatan infrastruktur sangat diperlukan.
Lahan basah di Kabupaten Merauke sudah lebih dari 65% dipergunakan
untuk produksi komoditas pertanian. Sedangkan lebih dari 65% juga dari
ketersediaan lahan kering belum digunakan untuk produksi komoditas pertanian.
Distrik-distrik seperti Tanah Miring, Semangga, Merauke, Kurik, Malind, Jogebob
sudah memaksimalkan lahan basahnya rata-rata lebih dari 60%. Distrik lainnya
belum mengoptimalkan penggunaan lahan basah tersebut. Kondisi tersebut
menunjukkan potensi yang belum tergarap secara maksimal dalam rangka
pembangunan ekonomi di Kabupaten Merauke. Pada lahan kering terjadi hal serupa
bahwa optimalisasi lahan belum dilakukan, sebagai contoh adalah distrik Jogebob,
Sota, Muting dan Elikobel. Permasalahan tersebut dapat dikarenakan infrastruktur
yang belum mencukupi, seperti irigasi, akses jalan/transportasi, sarana produksi,
alat pertanian ataupun investasi yang cukup mahal.

Keberadaan infrastruktur pertanian seperti bendungan atau dam akan


mendukung sarana pengairan untuk tanaman padi. Tidak ditemui data adanya
bendungan/dam di Kabupaten Merauke. Budidaya padi sangat memerlukan irigasi
yang mencukupi terutama pada musim kemarau. Pembangunan bendungan
diharapkan mampu mendukung irigasi padi di musim kemarau. Namun kekurangan
infrastruktur pengairan ini masih dapat diatasi apabila di sekitar lahan pertanian
masih terdapat sumber air berupa sungai atau rawa. Dataran rendah lahan kering
berpeluang untuk dicetak menjadi areal persawahan jika di dalamnya terdapat
sungai atau rawa yang dijadikan sebagai sumber air irigasi. Petani dapat
mengusahakan sumber air buatan dengan membangun sumur pompa di lahan

Hal. IV - 30
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

pertanian. Hanya saja pengairan menggunakan sumur pompa menjadi mahal karena
diperlukan pembelian bahan bakar untuk mengoperasikannya.

Irigasi merupakan salah satu infrastruktur yang termasuk dalam kebijakan


dalam pembiayaan infrastruktur dan investasi melalui APBN. Dengan demikian
keberadaan bendungan, saluran irigasi berikut bangunan pintu-pintu air perlu terus
dibangun agar mampu memenuhi kebutuhan air untuk pertanian.

Infrastruktur pendukung pertanian yang lain adalah adanya jalan usahatani.


Jalan usahatani mampu memperlancar proses pengangkutan sarana produksi seperti
bibit, pupuk, pestisida, disamping itu juga akan memperlancar pengangkutan hasil
pertanian. Tujuan dari pengelolaan jaringan jalan di Depkimpraswil selama ini
adalah memelihara jalan minimal dalam kondisi fisik yang sedang, tidak macet, lebar
cukup, dan jumlah panjang jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas dan
aspek mobilitas).
Hasil analisis SPM (StandarPelayanan Minimum Jalan) ruas jalan yang dicapai
di Kabupaten Merauke ditinjau dari aspek lebar jalan menunjukkan bahwa sebanyak
26,4% dari total panjang ruas jalan masih memiliki lebar di bawah syarat SPM.
Kondisi ini perlu mendapat perhatian khusus karena pembangunan jalan merupakan
sarana pendukung transportasi untuk pendistribusian serta pemasaran hasil
pertanian. Pengelolaan jaringan jalan diharapkan tidak hanya difokuskan untuk
pembangunan jalan di wilayah perkotaan saja. Jalan-jalan menuju lokasi pertanian
juga perlu mendapat perhatian.

Sarana pasar merupakan pendukung untuk pemasaran hasil-hasil pertanian.


Sebanyak 7 distrik di Kabupaten Merauke memiliki pasar, sedangkan sebanyak 13
distrik lain tidak memiliki sarana pasar. Hal tersebut merupakan salah satu
hambatan untuk kelancaran pemasaran hasil pertanian. Mengingat wilayak
Kabupaten Merauke yang cukup luas, dalam setiap kecamatan paling tidak dapat
dibangun lebih dari satu sarana pasar agar memudahkan petani dan konsumen
untuk mengaksesnya.

Hal. IV - 31
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Diantara pembangunan infrastruktur yang tersedia, pembangunan gudang


perlu terus dikembangkan untuk menampung dan menyimpan produksi pertanian.
Pembangunan gudang beras PNS hingga tahun 2010 hanya terdapat di Distrik Okaba,
Muting, Jagebob dan Kurik. Pembangunan gudang serupa juga perlu dikembangkan
di distrik lain yang belum memilikinya. Salah satu cara peningkatan ketersediaan
benih dapat didukung dengan pembangunan lantai jemur yang memadai. Benih yang
dapat diproduksi dalam jumlah yang besar dapat didistribusikan ke berbagai distrik
agar mendorong produktivitas padi.
Keberhasilan pembangunan sektor agro juga ditentukan oleh kelembagaan
pertanian. Poktan dan gapoktan merupakan wujud kelembagaan petani yang
dibentuk antar petani untuk keperluan transfer teknologi dan adopsi kebijakan dan
pembangunan secara umum.
Beberapa institusi di sektor pertanian, seperti BPP, Posluh, Kantor Pengendali
dapat bekerja beriringan dengan poktan dan gapoktan. BPP di Kabupaten Merauke
belum tersebar merata. Terdapat 7 kantor BPP yang tersebar di distrik Merauke,
Semangga, Jagebob, Kurik, Ulilin, Okaba dan Kimaam. Posluh juga tersebar tidak
merata dan hanya berjumlah 7 juga. Penyebarannya ada di 7 distrik, yaitu:
Naukenjeray, Semangga, Tanah Miring, Kurik, Malind, Okaba dan Kimaam. Kantor
pengendali terdapat pada Distrik Naukenjeray dan Kurik.
Distrik yang ditempat oleh kantor-kantor tersebut memiliki potensi dukungan
yang lebih dekat dalam membantu petani/poktan/gapoktan. Distrik Semangga,
Merauke dan Tanah Miring sebagai contoh dalam hal ini, memiliki hubungan positif
antara capaian dalam produksi pertanian dan kedekatan dengan kelembagaan
pertanian.
Guna mendukung perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Merauke,
pengembangan dukungan kelembagaan yang lebih besar diperlukan untuk
mendukung capaian di sektor pertanian. SKPD atau instansi terkait seyogyanya
menambah kapasitas dukungan kelembagaan secara fisik untuk mendukung kinerja
petani/poktan/gapoktan. Sebagai contoh adalah: penambahan Posluh di beberapa

Hal. IV - 32
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

distrik lainnya. Pertimbangan geografis dijadikan fokus utama karena faktor akses
dan keterjangkauan bagi petani dan oleh lembaga/personel lembaga.

Dukungan Sarana dan Alat Produksi Pertanian juga akan menanjadi pentu
keberhaislan sektor agro di Kabupaten Merauke. Alat produksi pertanian (alsintan)
memberikan dukungan penuh pada produk pertanian. Status kepemilikan atau
penggunaan juga memberikan pengaruh terhadap kinerja capaian produksi
komoditas pertanian. Penggunaan alsintan membuat pekerjaan petani di lapangan
lebih efisien dalam hal waktu, penggunaan tenaga kerja, cakupan wilayah yang luas
serta membantu ketepatan dan efisiensi penggunaan faktor produksi lainnya. Efek
berganda juga bisa muncul dari penekanan penggunaan alsintan. Sebagai contoh:
belum tentu semua petani bisa mengoperasikan traktor. Pihak yang mendapatkan
kesempatan untuk adalah operator traktor dan secara umum memberikan tambahan
upah dan terlayani petani dalam pengolahan tanah pertaniannya. Di Kabupaten
Merauke masih terdapat ketidakseimbangan penyebaran alsintan yang dapat
memberikan efek negatif pada produski pertanian.

Kebutuhan traktor sudah dapat dipenuhi namun hand traktor masih


membutuhkan lebih banyak, terutama kebutuhan tertinggi berada di Distrik Malind.
Kebutuhan tambahan threser juga terdapat di Distrik Malind. Untuk peralatan
pompa Distrik Tanah Miring memerlukan tambahan. Selanjutnya, alat yang
digunakan untuk mengurangi organisme pengganggu tanaman dan penyebaran
pupuk cair, yaitu hand sprayer masih cukup signifikan kekurangannya. Secara umum,
kebutuhan alsintan yang masih negatif yaitu pada peralatan pompa air sebanyak 39
unit dan hand sprayer sebanyak 9069 unit. Apabila kelembagan pertanian bisa
berajalan seiring dengan SDM pertanian, distrbusi penggunaan alsintan dapat
dimaksimalkan dengan perputaran peminjaman yang jelas dan dapat mengurangi
beban biaya pengadaan serta komunikasi antar petani/poktan/ gapoktan dan
lemebaga terkait selalu terawasi dan berlanjut.

Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dalam hal perluasan luas


tanaman, terutama tanaman pangan, menunjukkan perlunya pengembangan sektor

Hal. IV - 33
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

pertanian lebih baik lagi, terutama dalam adopsi teknologi dan pengawasan oleh
SDM pertanian, baik petani, poktan, gapoktan, penyuluh dan instansi/SKPD terkait.
Melihat dari sisi pertumbuhan luas tanam dan luas panen yang tersedia, komoditas
padi, ubi jalar dan kacang hijau menunjukkan keberhasilan produksi yang baik. Hal
tersebut berarti bahwa perluasan areal tanam membawa dampak positif pada
produksi melalui keragaan luas panen yang tidak berbeda secara nyata terhadap luas
tanam. Sedangkan untuk komoditas jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai
menunjukkan perbedaan rerata pertumbuhan luas tanam dan luas panen yang cukup
nyata. Tanpa mempertimbangkan besaran hasil produksi yang dicapai, efek positif
perluasan lahan belum terlihat nyata pada 4 komoditas terakhir.

Perwilayahan yang memiliki dampak positif nyata antara perluasan lahan dan
produksi memerlukan kemudahan dalam pelaksanaannya dan secara teknis memiliki
kesesuaian secara agroklimat. Sebagai contoh adalah kemudahan dalam sewa lahan,
akses jalan, akses pasar, ketersediaan input, ketersediaan tenaga kerja, petugas
pendamping dan adopsi teknologi yang tepat dalam pemilihan varietas maupun
aplikasi input produksi lainnya. Jaminan harga juga harus diberikan pemerintah
melalui mekanisme pasar bahkan intervensi langsung dalam sarana produksi
maupun hasil. Distribusi petani/poktan/gapoktan di Kabupaten Merauke juga layak
untuk mendapatkan perhatian. Artinya, dalam pengembangan peluasan lahan harus
dibarengi dengan dukungan petani yang memiliki kemauan tinggi untuk
meningkatkan produksi hasil komoditas pertanian (terutama tanaman pangan).

Sisi finansial juga perlu dipertimbangkan dengan melaksanakan perluasan


lahan yang bertujuan untuk peningkatan produksi. Dalam hal ini kemampuan
pemerintah memiliki keterbatasan, sehingga kesempatan untuk melakukan
kemitraan atau kerjasama dengan pihak swasta sangat dimungkinkan untuk
dilaksanakan yang harus diiringi dengan pengawasan pemerintah agar petani
sebagai pelaku utama dalam produksi mendapatkan keuntungan dari kerjasama
tersebut.

Hal. IV - 34
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Kabupaten Merauke telah ditetapkan sebagai kawasan sentra produksi


pangan nasional yang mencakup berbagai produk agro (tanaman pangan,
perkebunan, peternakan). Hal ini didasarkan pada fakta ketersedianlahan yang
melimpah untuk kegiatan pertanian, tercatat pada tahun 2013 produksi padi
mencapai 177 ribu ton. Namun demikian, potensi lahan sawah yang sangat luas
tersebut, belum dimanfaatkansecara optimal.

Rencana pengembangan sawah sejuta hektar di luar Pulau Jawa khususnya di


Kabupaten Merauke telah tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan baik oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dan kabupaten. Kebijakan-kebijakan
yang teruang dalam dokumen dokumen perencanaan tersebut dapat menjadi pijakan
dalam menentukan arah pengembangan KSPPN Merauke kedepan.

Lampiran III tentang Buku III: Agenda Pembangunan Wilayah, Perpres


RPJMN, Bab2 : Arah Pengembangan Wilayah Papua, khususnya di Bagian Potensi
dan Wilayah, disebutkan:

“Pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate)


dialokasikan seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10 Klaster Sentra Produksi
Pertanian (KSPP). Empat Klaster Sentra Produksi Pertanian yang
dikembangkan yaitu: Greater Merauke, Kali Kumb, Yeinan, dan Bian di
Kabupaten Merauke. Untuk jangka menengah (kurun waktu 2015 – 2019)
diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman
pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta perikanan darat di
Klaster Okaba, Ilwayab, Tubang, dan Tabonji. Sedangkan untuk jangka panjang
(kurun waktu 2020 – 2030) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra
produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan
perkebunan”.

Seiring dengan kebijakan nasional tersebut, Pemerintah Kabupaten Merauke


juga telah mulai melaksanakan berbagai upaya untuk segera mewujudkan Kawasan
Sentra Produksi Pangan Nasional (KSPPN) di Kabupaten Merauke. Hal ini juga telah
dituangkankedalam dokumen Master plan Kawasan Sentra Produksi Pangan

Hal. IV - 35
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Nasional di Kabupaten Merauke. Kutipan sasaran strategis, strategi, rencana aksi dan
program pendukung regulasi dan infrastruktur selanjutnya diuraikan pada bagian
berikut ini;

Tabel 4.2 Sasaran Strategis, Strategi dan Rencana Aksi KSPPN Merauke
Sasaran Strategis Strategi Rencana Aksi
Tersedianya lahan Pentahapan 1. Pemetaan status lahan ulayat.
sawah pengembangan 2. Pemetaan klaster per 10 ha.
tekno seluas 1,2 juta lahan 1,2 juta hektar 3. Penetapan lokasi berdasarkan
hektar berdasarkan kesiapan tahapan pengembangan.
di Kabupaten Merauke lahan, 4. Pemetaan lahan berdasarkan
infrastruktur, kesesuaian komoditi.
ketersediaan
investasi, SDM, dan
rantai
pasok sarana produksi
dan
pemasaran hasil
produksi.
Terlaksananya tata Memperkuat regulasi 1. Mengintegrasikan rencana
kelola dan pengembangan KSPPN Merauke
kawasan sentra pangan kelembagaan ke dalam dokumen
berbasis menejemen pengelola agar perencanaan jangka pendek,
agribisnis modern yang tercipta lingkungan menengah dan panjang
mengedepankan usaha Kabupaten Merauke.
keberlanjutan bisnis, yang kondusif 2. Menerbitkan peraturan daerah
ekologis dan sosial. pendukung.
3. Pembentukan badan pengelola
kawasan yang diberi mandat
untuk mengatur tata kelola
kawasan sentra pangan yang
meliputi:
a. menetapkan lokasi
pengembangan sawah
tekno;
b. menyusun pedoman
kerjasama sama antara
pengusaha dengan petani
atau/dan pemilik tanah;
c. menyusun rencana
kebutuhan infrastruktur
dan anggaran;
d. Sosialisasi rencana
pengembangan KSPPN
Hal. IV - 36
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Sasaran Strategis Strategi Rencana Aksi


Merauke kepada
pemangku kepentingan
Meningkatnya kualitas Pemberian insentif 1. Pembentukan Kawasan
produk pangan yang fiskal dan non fiskal Ekonomi Khusus Merauke
berdaya saing bagi pelaku usaha sebagai kawasan lokasi industri
internasional. yang beroperasi di bernilai tambah tinggi.
lingkungan Kawasan 2. Penerbitan peraturan daerah
Ekonomi Khusus mengenai insentif fiskal dan
Merauke non-fiskal.
3. Fasilitasi kebutuhan
infrastruktur dasar dan
penunjang untuk akses dari dan
ke KEK.
Meningkatnya Mendorong 1. Penerapan skema intiplasma.
kesejahteraan petani transformasi sosial 2. Revitalisasi koperasi dan
dan pemilik lahan menuju sistem kelompok tani.
dengan cara pertanian modern 3. Pelatihan ketrampilan budidaya
menerapkan budidaya berwawasan pertanian modern.
pertanian modern yang lingkungan 4. Pembukaan kesempatan kerja
efisien dan memenuhi di sawah tekno bagi petani
skala ekonomi. lokal.
5. Penerapan mekanisasi
pertanian yang tepat guna.
6. Penerapan usaha bersama
berdasarkan luas lahan yang
memenuhi skala ekonomi (6
hektar).
Tumbuhnya kegiatan Mengembangkan 1. Mendorong dan memfasilitasi
produktif di sektor pusatpusat tumbuhnya wirausaha lokal
agribisnis, industri dan pendidikan dan dibidang agrobisnis.
jasa pelatihan melalui 2. Mengembangkan pusat
terkait yang pada inkubator dan in-job pelatihan dan ketrampilan
gilirannya training, serta agribisnis.
mendorong percepatan mengupayakan kredit 3. Mendorong dan memfasilitasi
pembangunan ekonomi modal perusahaan agrobisnis melalui
dan usaha yang relatif skema CSR untuk menyediakan
sosial masyarakat. mudah pusat pelatihan dan
dan murah. ketrampilan agrobisnis.
4. Membuka sekolah kejuruan dan
politeknik di bidang yang
diperlukan.
5. Memfasilitasi skema kredit
lunak bagi wirausaha baru di
bidang agribisnis.

Hal. IV - 37
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Rencana aksi selanjutnya dijabarkan dengan menyusun program yang dapat


dilakukan guna mempercepat pengembangan KSPPN Merauke yaitu berupa regulasi
dan percepatan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur. Tabel berikut
menyajikan indikasi program, kegiatan dan indikator keluaran pendukung
pengembangan regulasi dan infrastruktur KSPPN Merauke.

Tabel 4.3 Program Pendukung Pengembangan Regulasi KSPPN Merauke


No Program Kegiatan Keluaran
1 Mekanisme Kerja Menyusun Mekanisme Peraturan Otoritas Kawasan
Otoritas Kawasan dan Tata Kerja Otoritas Pertanian Merauke tentang
Pertanian Merauke Kawasan Mekanisme dan Tata Kerja
Pertanian Merauke Otoritas Kawasan Pertanian
Merauke
2 Pemantapan Penetapan jangka waktu a. Keputusan Otoritas
Tahapan pelaksanaan tentang Penetapan
Pengembangan pengembangan dan Tahapan
KSPP Merauke pemetaan lokasi Pengembangan KSPPN
Tahapan Merauke
pengembangan b. Keputusan Otoritas
tentang Luasan
Wilayah
Pengembangan KSPPN
Merauke
3 Pengusulan Menyusun dokumen Penetapan Kawasan Ekonomi
Kawasan Ekonomi pengusulan Kawasan Khusus Salor dengan
Khusus Salor pada Ekonomi Khusus Salor Peraturan Pemerintah
Zona Industri
Pertanian
4 Penyiapan Menyiapkan aturan Peraturan Daerah Kabupaten
Pelayanan Investasi pelayanan perizinan Merauke
terpadu satu atap

Tabel 4.4 Program Pendukung Pengembangan Infrastruktur KSPPN Merauke


No Program Lokasi Tahun Mulai
1 Peningkatan Jalan Strategis Merauke-Sota Erambu- 2016
Bupul-Muting
Okaba-Buraka-Wanam
Kaliki-Nakias-Wanam
Wanam-Nguti-Animha
Merauke-Salor-
Hal. IV - 38
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

No Program Lokasi Tahun Mulai


Wapeko-
Baat-Bian
Salor-Kumbe-Bian
2 Pembangunan Jalan Ekonomi Lokasi persawahan 2016
Distrik
Animha, Distrik Kurik,
Distrik Malind, Distrik
Tanah Miring, Distrik
Semangga, dan Distrik
Jagebob.
Jalan menuju Salor,
Pelabuhan Kumbe,
Kelapa
Lima, Merauke, dan
Bian.
3 Pembangunan Pengairan Distrik Animha, Distrik 2016
a. Bendungan Terkendali Kurik, Distrik Malind,
b. Long Storage Distrik Tanah Miring,
c. Saluran Irigasi Primer Distrik Semangga, dan
d. Saluran Irigasi Sekunder Distrik Jagebob.
e. Rehabilitasi Saluran Irigasi
f. Pembangungan Drainase
g. Membuat Sodetan Sungai
Digul
a. h. Penyediaan Air Minum
4. Pembangunan Jembatan Sungai Bian 2016
Penyeberangan Sungai Buraka
Sungai Okaba
Sungai Kumbe
5 Pembangunan Perumahan & Distrik Kurik, Distrik 2016
Perkantoran Animha, Distrik Malind,
a. Perumahan Tipe 36 & 45 Distrik Tanah Miring,
b. Rumah Susun Distrik Semangga, dan
c. Gedung Perkantoran Otoritas Distrik Jagebob
d. Pergudangan Beras dan Logistik
e. Gedung Perbengkelan
6 Pembangunan Pelabuhanatan Dermaga Sungai Kumbe 2016
Dermaga Sungai Bian
Dermaga Wanam
Peningkatan fasilitas
Pelabuhan Merauke
Peningkatan fasilitas
Pelabuhan Kelapa Lima
7 Pengembangan kedaulatan pangan Pengembangan 2016
Hal. IV - 39
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

No Program Lokasi Tahun Mulai


a. Penyiapan lahan dan sistem persawahan modern
produksi land clearing, serta dengan mekanisasi di
pencetakan sawah. Distrik Kurik dan di
b. Penyiapan akses sarana kampung-kampung di
produksi: benih, pupuk, lokasi pengembangan
pestisida. KSPPN Tahap 1 Distrik
c. Penyiapan akses alat Animha, Distrik Malind,
pertanian modern: traktor, Distrik Tanah Miring,
boom sprayer, rice sidder, Distrik Semangga,
weeder, harvester. Distrik Jagebob
d. Penyiapan akses sarana
pengeringan dan rice mill
unit berkapasitas 30
ton/jam.
e. Penyiapan sarana
pergudangan beras dan
penyimpanan gabah dalam
silo untuk 6 bulan.
f. Penyiapan sarana
pendidikan dan balai latihan
kerja pertanian modern.
a. g. Penyiapan lahan untuk
pengembangan balai benih.
8 Peningkatan sumber daya listrik Distrik Kurik, Distrik 2016
a. Penambahan power plant. Animha, Distrik Malind,
b. Penambahan jaringan
distribusi listrik.
Peningkatan sambungan telepon Distrik Kurik, Distrik 2016
dan internet Animha, Distrik Malind,
a. Perluasan jaringan Distrik Tanah Miring,
telepon/BTS Distrik Semangga, dan
b. Peningkatan fasilitas Distrik Jagebob.
jaringan internet.
Selanjutnya peta panduan pencapaian dalam mengupayakan pencapaian
sasaran strategis secara bertahap dalam jangka pendek (2 tahun), jangka menengah
(5 tahun) dan jangka panjang (20 tahun) seperti ditampilkan dalam Gambar berikut
ini.

Hal. IV - 40
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Gambar 4.1 Peta Panduan KSPPN Merauke

Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara

Optimalisasi peran strategis kawasan perbatasan antarnegara memerlukan


upaya dan keberpihakan yang besar dari pemerintah, mengingat kawasan
perbatasan antarnegara memiliki permasalahan yang kompleks dan
multidimensional. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kawasan perbatasan
antarnegara merupakan kawasan yang rentan terhadap infiltrasi ideologi, ekonomi,
maupun sosial budaya dari negara lain. Di sisi lain, kawasan perbatasan antarnegara
masih dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang sangat mendasar seperti
rendahnya kesejahteraan masyarakat, rendahnya kualitas SDM, serta minimnya
infrastruktur terutama perhubungan. Ketertinggalan dengan negara tetangga secara
sosial maupun ekonomi dikhawatirkan dapat berkembang menjadi kerawanan yang
Hal. IV - 41
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

bersifat politis secara jangka panjang. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah


percepatan pembangunan di kawasan perbatasan antarnegara untuk mengejar
ketertinggalan dari negara-negara tetangga.
Salah satu upaya untuk mewujudkan kawasan perbatasan antar negara sebagai
“halaman depan” Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah dengan melakukan
pembangunan yang seimbang antara pendekatan keamanan (security approach) dan
pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) secara terpadu. Namun demikian,
pengelolaan kawasan perbatasan antarnegara dengan menggunakan kedua
pendekatan tersebut hingga saat ini belum dapat dilakukan secara optimal. Hal ini
disebabkan pengelolaan kawasan perbatasan antarnegara masih dilakukan secara
parsial dan belum melibatkan seluruh sektor terkait. Atas landasan itulah diperlukan
suatu Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) yang dapat dijadikan sebagai
landasan pengelolaan kawasan Perbatasan Antarnegara yang bersifat integral dan
disepakati secara nasional.
Pembangunan wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional. Nilai-nilai strategis tersebut adalah :
1. Daerah perbatasan mempunyai pengaruh penting bagi kedaulatan negara.
2. Daerah perbatasan merupakan faktor pendorong bagi peningkatan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
3. Daerah perbatasan mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi
dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah lainnya yang berbatasan
dengan wilayah maupun antar negara.
4. Daerah perbatasan mempunyai pengaruh terhadap kondisi pertahanan dan
keamanan, baik skala regional maupun nasional

Wilayah Kabupaten Merauke merupakan kawasan yang berbatasan langsung


dengan kawasan negara tetangga Papua Nugini (PNG). Pengembangan kasawan
perbatasan seperti wilayah Kabupaten Merauke akan memiliki peluang yang sangat
strategis sebagai kawasan terdepan yang akan berinteraksi secara langsung dengan
masyarakat di PNG. Keberhasilan pembangunan ekonomi dan sumberdaya dapat

Hal. IV - 42
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

mendorong dan memberi kemanfaatan bagi masyarakat di wilayah Kabupaten


Merauke dan dapat menjadi penghubung (hub) dengan masyarakat di wilayah PNG.

Selama ini pendekatan perencanaan pengembangan kawasan perbatasan di


wilayah RI-PNG lebih banyak ditekankan pada pendekatan keamanan (security
approach). Dan seiring dengan perkembangan kajian‐kajian tentang kawasan
perbatasan bahwa, kawasan perbatasan darat dan laut antar negara merupakan
kawasan yang masih rentan terhadap infiltrasi ideologi, politik, ekonomi, maupu
sosial budaya dari negara lain. Di sisi lain, kawasan perbatasan antar negara masih
dihadapkan pada permasalahan‐ permasalahan yang sangat mendasar seperti
rendahnya kesejahteraan masyarakat, rendahnya kualitas sumberdaya manusia,
serta minimnya infrastruktur di sektor perhubungan dan sarana kebutuhan dasar
masyarakat. Ketertinggalan pembangunan kawasan perbatasan baik darat maupun
laut dengan negara tetangga secara sosial maupun ekonomi dikhawatirkan dapat
berkembang menjadi kerawanan yang bersifat politis untuk jangka panjang.
Oleh sebab itulah saat ini untuk kawasan perbatasan khususnya Kabupaten
Merauke telah mendapat prioritas pembangunan. Hal ini disebutkan dalam beberapa
arahan pembangunan. Terutama dalam sektor perekonomian. yakni pada tahun
2009 telah dikeluarkan arahan pembangunan ekonomi Indonesia melalui KEK
(Kawasan Ekonomi Khusus). Kawasan ekonomi khusus ini terdiri dari beberapa
koridor pengembangan perekonomian potensial. Dan salahsatu koridor tersebut
adalah kabupaten Merauke sebagai potensi daerah unggulannya. Pada tahun 2010
terdapat kajian perekonomian yang memunculkan Kabupaten Merauke menjadi
MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate). Kebijakan ini yang saat ini
potensial untuk dilaksanakan dengan dukungan oleh potensi serta infrastruktur yang
memadai. Agar potensi dalam merauke dapat terkelola dengan masuknya investasi
yang semakin besar.

Mendasarkan Dokumen Berdasarkan dokumen Kajian Potensi Ekonomi


Kabupaten Merauke (PSEKP, 2011) dan Studi Identifikasi Potensi Kawasan
Perbatasan Darat di Kabupaten Merauke (BNPP, 2013), meskipun Kawasan
perbatasan Kabupaten Merauke dipandang memiliki posisi strategis namun fakta di
Hal. IV - 43
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

lapangan mengidentifikasi bahwa masyarakat Kabupaten Merauke masih


menghadapi berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek, ekonomi, politik-
keamanan, sosial-budaya, sumberdaya alam. Semua aspek tersebut merupakan isu
startegis yang harus mendapat prioritas dalam berbagai program pembangunan di
Kabupaten Merauke. Permasalahan tersebut antara lain mencakup hal-hal sebagai
berikut:

1. Penduduk di wilayah perbatasan RI-PNG pada umumnya saat ini berada dalam
kondisi kemiskinan atau mereka secara ekonomis berada jauh dibawah standar
rata-rata penduduk secara nasional maupun provinsi.
3. Secara umum mata pencarian mereka adalah Petani dan buruh tani yang
berjumlah jutaan termasuk dalam kategori kemiskinan.
4. Masih rendahnya fasilitas/sarana dasar sosial dan ekonomi sangat terbatas
dasar seperti jalan, pasar dan lain. Hal terlihat dari hasil pertanian di wilayah
perbatasan tidak dapat dijual karena belum ada jalan dan infrastruktur lainnya
untuk mengangkut hasil tani ke kota.
5. Belum adanya investasi untuk mengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam
daerah perbatasan termasuk potensi pertaniannya, tapi sebagaian rakyatnya
masih hidup miskin dan sampai saat ini masih harus mengimpor bahan pangan
dalam jumlah besar dari luar Papua.
6. Kualitas sumberdaya manusianya masih rendah, daerahnya masih tertinggal,
terisolir bahkan sangat kumuh, dan penyebaran penduduknya tidak merata.
7. Daerah perbatasan rawan terhadap bencana alam, mudah berkembangnya
wabah penyakit, sering terjadi konflik antar suku, bahkan dirasakan sangat
rawan akan terjadi disintegrasi bangsa.
Secara umum berbagai persoalan dihadapi oleh Pemerintah Daerah
khususnya yang berada atau memiliki wilayah di perbatasan. Persoalan terasebut
merupakan persoalan yang cukup kompleks, untuk itu perlu diterapkan beberapa
strategi yang mengarah kepada tumbuhnya kawasan-kawasan perbatasan menjadi
kawasan cepat tumbuh. Beberapa strategi yang dapat dipromosikan sebagaimana
direkomendasikan BNPP (2013) adalah sebagai berikut:

Hal. IV - 44
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

1) Mengoptimalkan tugas dan fungsi hankam dan kamtib perbatasan di masing-


masing PLB dan PPLB;
2) Meningkatkan kesadaran dan ketertiban masyarakat melalui pola pendekatan
keagamaan dan adat;
3) Membangun infrastruktur bagi kebutuhan CIQS dan sarana penunjang
kebutuhan dasar masyarakat di perbatasan;
4) Membangun berbagai sarana infrastruktur dan aksesibilitas transportasi
menuju kawasan perbatasan;
5) Menetapkan dan menegaskan pengakuan dan pengaturan atas hak-hak ulayat
masyarakat adat;
6) Membangun sarana pos kamtib terpadu di areal pintu lintas batas tradisional
dan PLB resmi;
7) Meningkatkan infrastruktur sarana ekonomi dan kemampuan usaha
masyarakat secara optimal;
8) Menetapkan fungsi-fungsi keruangan wilayah di kawasan perbatasan secara
terpadu;
9) Mengembangkan pola pemanfaatan SDA secara tepat dan pola rehabilitasi
lahan yang berkelanjutan;
10) Membangun sarana pendidikan serta menyelenggarakan pelatihan untuk
menciptakan tenaga kerja terampil;
11) Membangun sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dan meningkatkan
mutu gizi masyarakat perbatasan;
12) Menegakkan supremasi hukum dengan jujur dan adil, dan meningkatkan
profesionalitas aparatur pemerintah;
13) Membentuk batalyon infanteri dan sarana pendukungnya baik fisik maupun
personilnya;

Kawasan perbatasan darat di Kabupaten Merauke menurut Rencana Tata


Ruang Wilayah Merauke dominan merupakan kawasan lindung. Beberapa kawasan
perbatasan diantaranya berada di distrik Sota yang merupakan Kawasan Taman
Nasional Wasur, sedangkan untuk Distrik Elikobel merupakan cagar alam resapan air

Hal. IV - 45
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

untuk melindungi kawasan dibawahnya. Oleh sebab itu pengembangan ruang untuk
kawasan perbatasan dapat dilakukan dengan mengikuti kelas sebagai berikut:
pengembangan kawasan sektor primer dapat dilaksanakan dengan skala besar dan
hanya berada di kawasan distrik elikobel tanpa mengurangi fungsi kawasan resapan
air. Sedangkan untuk pengembangan sektor primer dengan skala besar di Distrik
Sota tidak memungkinkan dikarenakan terkendala adanya wilayah Taman Nasional
Wasur.
Pengembangan sektor sekunder atau tersier dapat dilakukan di ruang
kawasan Sota akan tetapi dengan skala kecil. Berbeda dengan ruang kawasan
Elikobel yang dapat pula dijadikan sebagai kawasan pengembangan sektor sekunder
dan juga tersier. Pengembangan sektor sekunder dapat dilaksanakan untuk aktivitas
pengelolaan hasil pertanian. Hal ini dimaksudkan agar fungsi kawasan resapan air
tidak terganggu.
Pola ruang yang diusulkan dalam pengembangan kawasan perbatasan darat
kabupaten Merauke ini dilatarbelakangi oleh tingkah laku spasial (Spacial Behaviour)
masyarakat. Tingkah laku tersebut dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka di sektor ekonomi. Pola spasial ini terbentuk menghubungkan antar wilayah
kabupaten, yaitu pusat Kabupaten Merauke di Distrik Merauke dengan Pusat
Kabupaten Boevendigul di Distrik Asiki. Jalur penghubung wilayah tersebut melewati
jalan Nasional Trans Papua yang sejajar dengan garis batas negara. Jalur ini melalui
kawasan-kawasan yang merupakan wilayah perbatasan darat. Oleh sebab itu sangat
potensial untuk dikembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru.

Gambar 4.2 Jalur Aktivitas Perekonomian Kawasan Perbatasan Kabupaten Merauke

Papua New Ginie

Merauke Sota Elikobel Ulilin Kab. Bovendigoel

Hal. IV - 46
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Keterangan:
Jalur Perekonomian Long Distance

Jalur Perekonomian Short Distance

Jalur yang dilalui oleh aktivitas potensial perekonomian tersebut dapat


diproyeksikan menjadi titik-titik pertumbuhan baru berbagai sektor. Beberapa
aktivitas perekonomian antar distrik ini dapat dikategorikan menjadi 2 macam.
Kategori pertama adalah jalur Merauke – Elikobel. Dengan titik transit yaitu Sota,
yang difungsikan sebagai pusat perdagangan atau transaksi barang. Masyarakat
elikobel yang membawa hasil komuditas pertanian dan perkebunan yang kemudian
dijual kepada masyarakat Merauke yang datang ke Sota. Begitu pula sebaliknya,
masyarakat merauke yang menjual barang kebutuhan sehari-hari melalui titik ini.
Dan dititik ini merupakan titik tengah untuk memangkas biaya produksi untuk
transportasi barang.

Gambar 4.3 alur perdagangan Merauke – Elikobel

Merauke Sota Elikobel

Penyedia Barang Sekunder Titik Perdagangan Penyedia Barang Primer

Kategori kedua yaitu jalur perekonomian Merauke – Bovendigoel. Jalur ini


akan melewati 4 titik perbatasan, yaitu Sota, Elikobel, dan juga Ulilin. Oleh sebab itu
arahan kawasan Elikobel menjadi pusat perkembangan baru yang berada di titik
tengah dari jalur tersebut. Sektor yang diharapkan untuk berkembang adalah sektor
perdagangan dan jasa. Diantaranya kebutuhan pokok, bahan bakar kendaraan, rest

Hal. IV - 47
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

area dan jasa penginapan. Selain itu juga melihat potensi lahan yang ada, maka
kawasan ini dapat pula dijadikan salah satu sentral perkebunan di kabupaten
Merauke.

Gambar 4.4 alur perekonomian Merauke – Boven Digoel

Merauke
Pusat Perekonomian Sota Elikobel Ulilin Kab. Bovendigoel
Titik Perdagangan Jasa penginapan Produksi Komuditi Pusat Perekonomian
Primer

Pertimbangan arahan pola ruang tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai


analisis potensi kawasan beserta kebijakan yang ada. Salah satu kebijakan
pemerintah daerah kabupaten Merauke yang berhubungan dengan pemanfaatan
ruang tersebut adalah rencana tata ruang wilayah (RTRW). Dengan adanya
pengembangan kawasan perbatasan darat menjadi pusat pertumbuhan baru, akan
menjadi solusi tersendiri bagi pertahanan dan keamanan wilayah NKRI yang dimulai
dari garda terdepan negara ini.
Infrastruktur jalan yang menghubungkan antar negara masih minim
keberadaannya. Penghubung satu-satunya antara wilayah perbatasan di Kabupaten
Merauke dengan wilayah di negara PNG hanyalah jalan setapak dan tidak beraspal,
dengan lebar jalan hanya 1-2 meter saja. Sepanjang jalur transpapua ini, jalur
penghubung kedua negara yang memiliki kualitas bagus hanya berada di daerah
Jayapura semata. Sedangkan untuk kawasan Kabupaten Merauke, diantaranya
terdapat di Disktrik Sota, elikobel dan Ulilin hanya moda transportasi ojek dan juga
pejalan kaki yang memanfaatkan jalur ini.
Pelayanan yang difungsikan untuk memaksimalkan pembangunan jalan trans
papua tersebut adalah moda transportasi warga. Moda transportasi yang disediakan
oleh pemerintah untuk menghubungkan antar wilayah perbatasan hanyalah Bis
Damri yang menghubungkan antara distrik Sota dengan Merauke. Sedangkan distrik
lain dihubungkan dengan mobil highland yang dioperasikan oleh swasta dengan
biaya operasional sangat tinggi.
Kondisi lain tentang energi dan sumberdaya air. Jarak tempuh antar distrik
yang cenderung jauh mengakibatkan ketersiadaan energy baik BBM maupun listrik
Hal. IV - 48
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

masih cenderung minim. Terutama soal listrik dikawasan perbatasan ini dapat pula
dilakukan pemandirian energi wilayah. Misalnya dengan menciptakan berbagai desa
mandiri energi di setiap unit permukiman. Hal dimaksudkan agar tidak mengganggu
aktivitas perekonomian. Hal ini sudah terdapat dalam rancangan kebijakan
pemerintah daerah yang tertuang dalam RTRW yakni mengarahkan kawasan
Merauke, Elikobel, Muting, Sota, dll. Menjadi kawasan dengan pembangkit listrik
tenaga diesel (PLTD). Munculnya PLTD ini diharapkan dapat memanfaatkan potensi
alam lokal yang dapat dijadikan bahan bakunya. Yakni dengan membuat bioenergi
dengan menggunakan bioetanol. Sekiranya masih banyak lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan bioenergy di kawasan perbatasan ini.
Sumberdaya air yang berada di beberapa kawasan perbatasan ini masih
tergolong terpenuhi. Seperti yang terdapat di Bubul, distrik Elikobel. Masyarakat di
kawasan tersebut menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih. Hal ini
disebabkan kawasan tersebut memiliki potensi lahan yang tergolong subur dengan
aliran aquifer tanah yang dangkal. Begitu halnya dengan kawasan lain yang berada di
Sota maupun di Merauke. Hanya saja di kawasan Merauke untuk sumur masih
banyak yang terkontaminasi dengan air laut. Oleh sebab itu, PDAM kabupaten
merauke menggunakan potensi air tawar di rawa biru.

Gambar 4.5 Peta Supply Hasil Pertanian Kab. Merauke terhadap Kota Besar di
Indonesia

Hal. IV - 49
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

(Diadaptasi dari BNPP, 2013)

Struktur ruang yang dapat mendukung adanya potensi perekonomian lokal


dapat diintegrasikan terhadap pola pergerakan spasial dalam skala nasional.
Pergerakan spasial perekonomian yang muncul di kawasan Indonesia timur ini akan
dijadikan sebagai titik acuan dalam pengembangan ekonomi lokal kab. Merauke
skala nasional. Ruang yang dimunculkan digunakan sebagai aktivitas supply barang-
barang hasil produksi pertanian yang menjadi nproduk unggulan kawasan,
diantaranya beras. Adanya program MIFEE di wilayah Merauke ini dapat mendukung
pembukaan lahan untuk tanaman padi. Diharapkan akan terjadi lumbung padi di
wilayah ini.
Supply beras yang dihasilkan dalam skala besar dari kabupaten Merauke akan
di kirimkan menuju kota-kota besar yang selama ini telah ada jalur transportasinya.
Diantaranya untuk jalur laut menuju kota Surabaya dan juga Kota Makasar yang juga
melewati kota-kota lain di wilayah Indonesia timur. Selain itu keberadaan
pembangunan Trans papua yang dalam proses pembangunan untuk

Hal. IV - 50
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

menghubungkan papua sebelah selatan dengan papua utara akan membuka jalur
darat dalam supply hasil pertanian dari merauke menuju Kota Jayapura. Keberadaan
lahan yang cukup luas di Kabupaten Merauke, dengan didukung sarana dan
prasarana transportasi yang memadai akan dapat mengatasi krisis pangan yang
selama ini melanda Negara Indonesia. Supply beras dengan skala besar akan menjadi
salah satu potensi nasional dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar
negeri.
Kabupaten Merauke berbatasan dengan Negara tetangga yaitu Australia
bagian utara dan juga Papua New Guinie. Kedekatan dari wilayah ini dapat
dimaksimalkan dengan adanya jalur perekonomian transnasional. Berdasarkan
informasi dari salah satu tokoh perbatasan di Merauke menyebutkan bahwa
kebutuhan pangan di Negara Papua New Guinie selama ini dipenuhi oleh supply dari
Australia bagian utara yakni Kota Darwin. Komuditi pangan tersebut banyak pula
yang menggunakan beras sebagai bahan pokok kehidupan sehari-hari. Keterdapatan
fakta dilapangan ini, menjadikan potensi Kabupaten Merauke yang juga
direncanakan menjadi lumbung padi Nasional dapat pula melakukan aktivitas
perekonomian yaitu eksport beras menuju ke Negara tetangga. Akan tetapi
keberadaan sistem otoritarian Australia kepada Papua New Guinie menjadikan
Supply kebutuhan pokok di PNG hanya terdapat produk dari Australia. Melihat hal
tersebut maka dapat pula dimunculkan sistem segitiga pengembangan ekonomi
antara Merauke – Darwin – Port Moresby (ibu kota PNG).

Hal. IV - 51
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Gambar 4.6 Pengembangan Ekonomi Perbatasan Transnasional

(Diadaptasi dari BNPP, 2013)

Kabupaten Merauke menjadi pemasok barang mentah berupa beras.


Kemudian sistem masuk ke Negara PNG yang harus produk Australia, menjadikan
pelabelan dari beras tersebut dilakukan oleh Australia yang kemudian di kirim ke
Port Moresby. Berbeda pula antara kab. Merauke dengan kota terdekat di PNG yakni
Daru. Perencanaan awal dilakukan dengan hubungan antara kedua kota ini untuk
saling memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kota daru memiliki potensi sumberdaya
alam yang cukup tinggi, misalnya daging, hasil hutan, dll. yang kemudian dapat
menjalin hubungan dengan merauke yang dimaksudkan untuk memmenuhi barang-
barang pokok sehari-hari. Semisal Beras dala skala kecil, rokok, sabun, gula, kopi, dll.
Rencana pengembangan kawasan perbatasan di bagian timur dari Indonesai
yang bersifat transnasional ini diperlukan berbagai elemen dalam mensukseskannya.
Prioritas utama yakni adanya kesepakatan antar Negara untuk membuka koridor
perekonomian baru ini. Jalur diplomasi yang harus ditempuh dalam mencari
kesepakatan tersebut. kemudian pengembangan potensi ekonomi lokal di Kabupaten

Hal. IV - 52
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Merauke untuk komuditas unggulan yakni Padi harus secara konsisten


dikembangkan.

Pembangunan Semua Kampung (BANGSAKU)


Salah satu isu strategis yang perlu menjadi perhatian dan pertimbangan
penting bagi semua stakeholders yang terlibat dalam pembangunan daerah di
Kabupaten Merauke adalah isu pemerataan pembangunan dan peningkatan akses
sumberdaya.
Pada beberapa dekade terakhir, utamanya di daerah perkotaan dan pinggiran
kota Kabupaten Merauke, program dan kegiatan pembangunan relatif berkembang
pesat termasuk dalam pembangunan dan penyediaan infrastruktur yang dapat
memfasilitasi percepatan aktivitas ekonomi dan peningkatan mobilitas
orang/masyarakat. Selain itu, di daerah-daerah pengembangan pemukiman baru
yang utamanya merupakan kawasan pemukiman transmigrasi juga mengalami
pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas yang relatif baik.
Isu strategis yang perlu direspon dengan serius adalah bagaimana mewujudkan
pemerataan pembangunan dan peningkatan aksesibilitas sumberdaya pembangunan
pada seluruh lapisan masyarakat. Pada daerah-daerah yang relatif jauh dari
perkotaan dan jauh dari pemukiman baru, kondisi kampung relatif kurang
berkembang. Pembangunan infrastruktur ekonomi dan aksesibitas sumberdaya juga
relatif masih terkendala. Aksesibilitas ekonomi terutama berfokus pada peningkatan
aksesibilitas permodalan kerja/permodalan usaha bagi seluruh warga masyarakat di
kampung.
Berdasarkan Dokumen Grand Desain Ekonomi/GDE (2012) yang merupakan
ouput kajian hasil kerjasama Bappeda Kabupaten Merauke dan Pusat Studi Ekonomi
dan Kebijakan Publik (PSEKP UGM), Kabupaten Merauke adalah daerah yang relatif
kaya dengan keanekaragaman sumber daya, termasuk keragaman
sosial-budaya/kultur dan potensi sumber daya alam. Sebagai bagian integrasi
perekonomian, sosial dan politik, maka proses dan keberhasilan pembangunan

Hal. IV - 53
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di tingkat daerah akan terkait dengan


tingkat regional dan nasional, dan demikian sebaliknya.
Keragaman, walaupun merupakan tantangan, namun menjadi bagian dari
modal dalam mendorong proses dan membangun pilar-pilar kemajuan yang semakin
saling mengisi (komplementatif) dan saling memperkuat yang memberikan sinergi.
Keragaman pun disadari merupakan anugerah. Keragaman adalah bagian dari
perbaikan paradigma dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan
titik tolak proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah dengan
meningkatkan kapasitas inovatifnya yang pada gilirannya akan dapat menambah
kemampuan bersaing dan kemampuan berkolaborasi sesuai dengan potensi terbaik
daerah (RPJP Kabupaten Merauke 2005-2025).
Secara administrasi kewilayahan, Kabupaten Merauke dibagi menjadi 20
distrik, Kedua puluh distrik tersebut adalah Tabonji, Waan, Ilwayab, Okaba, Tubang,
Ngguti, Kaptel, Kurik, Animha, Malind, Merauke, Naukenjerai, Semangga, Tanah
Miring, Jagebob, Sota, Muting, Elikobel, Ulilin. Distrik Kimaam merupakan daerah
terluas yaitu 14.357 km² atau 31,85 % dari luas Kabupaten Merauke. Sedangkan
distrik Jagebob merupakan Distrik terkecil yaitu hanya 367 km² atau 0,81 % dari
luas Kabupaten Merauke.
Penghidupan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat di Kabupaten Merauke
juga cukup bervariasi yang tercermin dari distribusi penduduk dan lokasi gografis
dimana penduduk tersebut berdomisili dan beraktivitas. Sebagian Besar Penduduk
Kabupaten Merauke berada di Distrik Merauke (44,78%). Hal ini dapat dimaklumi
mengingat Distrik Merauke merupakan ibukota kabupaten sehingga secara otomatis
memiliki fasilitas dan infrastruktur dalam berbagai aspek kehidupan yang sudah
cukup lengkap. Selain Distrik Merauke, Distrik Tanah Miring, Kurik dan Semangga
juga merupakan distrik yang banyak penduduknya, dikarenakan distrik-distrik ini
merupakan distrik transmigran. Dilihat dari kepadatan penduduknya, kepadatan
penduduk kabupaten Merauke bisa dikatakan masih sedikit, kepadatan penduduk
Kabupaten Merauke sekitar 4,34 jiwa per km² yang artinya setiap satu kilometer
persegi wilayah dihuni oleh 4 jiwa. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kepadatan

Hal. IV - 54
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

penduduk di wilayah Provinsi Papua bahkan di Indonesia tidak seimbang. Kondisi


tersebut memerlukan upaya pemerataan.
Aktivitas ekonomi berbasis pada komposisi penduduk di setiap distrik di
Kabupaten Merauke juga memiliki kaitan dengan komposisi dan kondisi sumber
daya kampung/desa di setiap distrik yang ada. Kampung menurut Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa/Kampung adalah “satuan wilayah
yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk
didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah distrik, serta berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Berdasarkan data dasar dari BPS Kabupaten Merauke, ditunjukkan bahwa
jumlah kampung di setiap distrik sangat bervariasi. Meskipun jumlah kampung
cukup bervariasi di setiap distrik, namun nampaknya intensitas dan keragaman
aktivitas ekonomi lebih dicerminkan oleh jumlah dan sebaran penduduk dan kepala
keluarga di setiap distrik. Ada variasi yang cukup besar antar distrik dalam hal
jumlah penduduk dan kepala keluarga yang memiliki konsekuensi pada besarnya
variasi jumlah penduduk per kampung maupun jumlah kelauarga per kampung.
Variasi jumlah kepala keluarga per kampung sangat besar, ada beberapa
ditsrik yang jumlah kepala keluarga per kampungnya kurang dari 100 unit yaitu
Kiimam, Tubang, Ngguti, Animha, Naukenjerai, dan Elikobel. Distrik yang jumlah
jumlah kepala keluarga per kampungnya antara 200-400 unit adalah: Ilwayab, Kurik,
Malind, semangga dan Tanah Miring. Sedangkan Distrik Merauke sebagai ibukota
Kabupaten merupakan distrik yang memiliki jumlah kepala kaluarga per kampung
sangat tinggi dibanding distrik lainnya dengan rerata jumlah kepala keluarga sebesar
2.003 unit untuk setiap kampung.
Selain jumlah kepala keluarga, hal atau parameter yang perlu diperhatian
dalam penyusunan strategi pengembangan ekonomi adalah jumlah penduduk per
kampung. Hasil analisis menunjukkan rerata jumlah penduduk per kampung di
setiap distrik di Kabupaten Merauke juga sangat bervarisi.

Hal. IV - 55
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Beberapa distrik memiliki jumlah penduduk kurang dari 500 jiwa per
kampung yaitu distrik: Tubang, Ngguti, Kaptel, Animha, Naukenjerai, Jagebob,
Muting, Elikobel, dan Ulilin. Sedangkan distrik dengan rerata jumlah penduduk per
kampung yang jumlahnya lebih dari 1.000 jiwa adalah: Ilwayab, Kurik, Malind,
Semangga, tanah Miring. Sedangkan kampung-kampung yang berada di Distrik
Merauke sebagai pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan memiliki jumlah
penduduk yang sangat tinggi dibandingkan dengan kampung di distrik yang lain
dimana rerata jumlah penduduk per kampung sebesar 8.763 jiwa.
Kawasan baik distrik atau kampung dengan jumlah kepala keluarga atau
penduduk yang besar nampaknya cenderung memiliki aktivitas ekonomi yang lebih
intensif dan beragam (ada diversifikasi mata pencaharian/pekerjaan dan aktivitas
ekonomi). Jumlah penduduk yang banyak dan bervariasi juga memungkinkan
diversifikasi profesi dan juga variasi kebutuhan barang dan jasa ekonomi sehingga
menuntut dan membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya variasi produksi
berbagai jenis barang primer, sekunder maupun jasa atau barang tersier.
Besar kecilnya jumlah kampung per distrik serta kepadatan penduduk per
kampung menjadi hal yang krusial untuk diperhatikan dalam merancang jenis
aktivitas ekonomi yang akan dikembangkan. Kawasan dengan jumlah penduduk
yang banyak memunginkan untuk dikembangkan aktivitas ekonomi dengan variasi
pola produksi yang relatif beragam karena dukungan ketersediaan tenaga kerja
sebagai pelaku produksi yang cukup.
Selain program pembangunan ekonomi yang beragam dengan menyesuaikan
pada komposisi kampung dan kepadatan penduduk di distrik dan kampung, hal ini
juga terkait dengan pola penganggaran atau alokasi pembiayaan bagi program-
program pembangunan kampung.
Mestinya jumlah alokasi anggaran antar kampung bisa bervariasi dengan
mendasarkan pada potensi dengan beberapa indikator yaitu jumlah kampung, rerata
kepandatan penduduk per distrik dan kampung, kepadatan penduduk dan jumlah
kepala keluarga per kampung. Dimana suatu kawasan yang semakin banyak jumlah
kampungnya dan semakin besar rerata jumlah penduduk per distrik dan jumlah

Hal. IV - 56
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

penduduk per kampung bisa mendapat alokasi anggaran permbangunan yang lebih
besar secara proporsional dibandingkan dengan distrik lain yang kondisinya
sebaliknya.
Selain menggunakan pendekatan komposisi penduduk dan kampong,
indikator strategis yang lain yang sangat penting sehingga perlu dipertimbangkan
dalam menentukan jenis dan variasi program pembangunan ekonomi adalah
komposisi atau rasio penduduk lokal dan non-lokal (penduduk asli Papua dan non-
Papua).
Akomodasi terhadap kepentinga dan akses penduduk lokal perlu mendapat
perhatian dimana implementasinya jika suatu kawasan memiliki proporsi penduduk
lokal yang lebih besar maka dapat diimplementasikan program-program
pembangunan ekonomi yang cukup beragam dan alokasi anggaran pembangunan
yang lebih besar.
Berdasar dokumen GDE (2012) diketahui distrik-distrik yang memiliki
proporsi penduduk asli cukup dominan dengan kategori lebih dari 50 persen adalah:
Kimaam, Tobonji, Waan, Ilwayab, Okaba, Tubang, Ngguti, Kaptel, Malind, Jagebob,
Sota, dan Muting.
Mendasarkan pada hasil analisis dalam dokumen GDE (2012), secara umum
dapat diperoleh dua kategori dasar pola proporsi penduduk asli Papua dikaitkan
dengan basis ekonomi penduduknya yaitu (1) kawasan/wilayah yang memiliki
proporsi penduduk asli Papua besar (lebih dari 50%) yang cenderung memiliki
karateristik basis ekonomi pada sektor primer dengan cara meramu (ekstensifikasi)
seperti perikanan tangkap, kehutanan, dan (2) kawasan/wilayah yang memiliki
proporsi penduduk asli Papua Kecil (kurang dari 50%) aau jumlah penduduk
pendatang yang lebih banyak/dominan yang cenderung memiliki karateristik basis
ekonomi pada sektor primer dan sekunder dengan cara budidaya intensif
(intensifikasi) dan pengolahan produk seperti pertanian pangan, hortikultura,
palawija, dll.
Sebagai respon atas isu strategis pemerataan pembangunan dan peningkatan
aksesbilitas sumberdaya pembangunan di Kabupaten Merauke, potensi sumberdaya

Hal. IV - 57
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

serta dan pola umum penghidupan masyarakat pada suatu komunitas (livelihood),
salah satu yang upaya yang dipilih oleh Pemerintah Kabupaten Merauke adalah
dengan mengusung kredo “Pembangunan Semua Kampung (BANGSAKU)”.
Pembangunan kampung merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional dan daerah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan secara
berkelanjutan dengan berlandaskan pada potensi sumberdaya yang ada dan
kemampuan kampung. Kredo ini merupakan spirit untuk melepaskan masyarakat
kampung di Kabupaten Merauke dari kungkungan kemiskinan dan sebagai upaya
untuk memberdayakan dan memandirikan masyarakat kampung.
Program BANGSAKU didesain sebagai program pendampingan masyarakat
kampung dengan pola kegiatan penyediaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
kepada Kepala Keluarga (KK) secara langsung sebagai modal usaha untuk
menggerakan akivitas perekonomian warga masyarakat. Besarnya dana BLM
dirancang berdasar jumlah KK yang ada di tiap kampung ataupun distrik.
Program BANGSAKU secara eksplisit harus di wujudkan dalam bentuk program
dan kegiatan yang bertujuan untuk penguatan modal usaha dan pendamping
wirausaha bagi kepala keluarga khusus kepala keluarga yang hidupnya
bertani,berkebun dan nelayan atau kegiatan ekonomi local lainnya agar dapat terjadi
percepatan dalam peningkatan kegiatan ekonomi keluarga melalui bidang
pertanian,perkebunan,kehutanan,perikanan, peternakan dan pemberdayaan
perempuan dalam bentuk usaha mikro kecil skala rumah tangga guna mewujudkan
misi kedua,keempat dan kelima dari RPJMD Bupati Merauke terpilih. Selanjutnya
untuk suksesi program dan kegiatan BANGSAKU, maka pemerintah Kabupaten
Merauke melakukan pola pendampingan dengan penguatan Forum komunikasi
Pimpinan Distrik (FORKOMPINDA Tingkat distrik) agar program BANGSAKU dapat
berjalan mengikuti mekanisme ekonomidari hulu ke hilir dalam bentuk pemasaran
hasil –hasil usaha.
Dalam pelaksanaannya program ini mengacu pada pencapaian tujuan
pembangunan nasional yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang

Hal. IV - 58
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

mandiri, maju dan sejahtera serta berkeadilan. Pembangunan masyarakat kampung


adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di kampung yang meliputi
seluruh aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara terpadu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampung berdasar kemampuan dan
potensi sumber daya alam. Pembangunan masyarakat kampung harus mampu
meningkatkan kualitas hidup ketrampilan dan prakarsa masyarakat. Pembangunan
kampung mempuyai makna membangun masyarakat kampung yang mengutamakan
pada aspek kebutuhan masyarakat sesuai dengan kultur dan kemampuannya
sehingga pendidikan pembangunan kampung harus bersifat bottom –up yang di
perkuat dengan pendekatan partisipatif yang mengikut sertakan unsur lembaga adat
dan unsur agama yang ada di kabupaten merauke.
Salah satu unsur terpenting adalah pemberdayaan dimana merupakan salah
satu dari 3 (tiga) pemerintah yaitu : pelayanan (service), pembangunan
(development) dan pemberdayaan (empowering), pemberdayaan masyarakat
kampung merupakan usaha untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang tidak mampuselanjutnya pemberdayaan masyarakat juga sebagai
upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat baik secara
kelompok maupun individudalam upaya meningkatkan kualitas hidup kemandirian
dan kesejahteraan, pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar
dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak yang memberikan
kesempatan dan menjamin kelanjutan berbagai hasil yang akan di capai.
Kebijakan Bupati Merauke periode 2016-2021 dalam hal program
penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan maasyarakat yang sejalan
dengan penjelasan dan Undang – Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua adalah program BANGSAKU (Pembangunan Semua
Kampung) program ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat.
Program ini mewajibkan bagi semua kampung yang ada di kabupaten
khususnya masyarakat perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan
pemberdayaan perempuan dalam bentuk usaha mikro kecil skala rumah tangga di
Kabupaten Merauke.

Hal. IV - 59
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Program ini mewajibkan bagi semua kampung yang ada di kabupaten Merauke
untuk menyediakan Bantuan Langsung kepada masyarakat (BLM) khusus kepada
Kepala Keluarga (KK) yang memiliki potensi usaha (sebagai modal usaha) melalui
pengalokasian dana BANGSAKU pada stuktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kampung (APBK) yang bersumber dari kode rekening Alokasi Dana Kampung (ADK)
yang wajib dialokasikan oleh setiap kampung yang ditetapkan melalui Musyawarah
Kampung (Muskam) dan supervisi yang dilakukan oleh kepala Distrik dan
jajarannya.
Maksud dari program BANGSAKU adalah memberikan pendampingan bagi
masyarakat kampung melalui berbagai fasilitasi berdasar sumberdaya yang tersedia
dalam masyarakat misalnya pada bidang pertanian, kehutanan, perkebunan,
perikanan dan pemberdayaan perempuan melalui usaha miko dan kecil dalam skala
rumah tangga. Pendampingan dilakukan mulai dari merencanakan usaha sampai
dengan pemasaran hasil-hasil usaha di bawah kendali kampung dan distrik.
Sedangkan tujuan program BANGSAKU secara umum mencakup 3 hal yaitu: (1)
meningkatkan peran serta masyarakat terutama KK dan perempuan dalam
peningkatan ekonomi keluarga, (2) melembagakan pengelolaan pembangunan
partisipatif dengan mendayagunakan potensi sumberdaya lokal dan kearifan lokal
dan (3) mengembangkan kemampuan wiraswasta pada masyarakat kampung agak
menjadi petani pengusaha atau aktor usaha sektor lain yang mandiri.
Untuk penjamin efektivitas dan efsisensi implementasi BANGSAKU, ada 3
prinsip utama yang menjadi pegangan yaitu: (1) pemberdayaan partisipatif, (2)
transparansi dan akuntabilitas, (3) berkelanjutan (sustainable). Masyarakat didorong
untuk mengambil peran yang sebesar-besarnya dalam program dengan
memanfaatakan potensi dan sumberdaya lokal yang dimiliki. Untuk menjamin
transparansi dan akuntabilitas, sosialisasi sangat penting dan masyarakat memiliki
akses informasi tentang alokasi dana berdasar tahapan kegiatan. Program dirancang
untuk dapat berjalan secara kontinu dengan memenfaatkan sumberdaya lokal yang
tersedia sehingga sustainabilitas/keberlanjutan dapat dicapai.

Hal. IV - 60
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021

Secara operasional, alokasi dana program BANGSAKU di Kabupaten Merauke


stuktur dana di alokasikan dana untuk program BANGSAKU bersumber dari 70 %
jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang salah satunya digunakan untuk
mendanai pemberdayaan masyarakat desa atau kampung sehingga wajib bagi
seluruh desa yang ada di merauke untuk menghitung besaran dan komposisi dan
anggaran belanja kampung baik untuk belanja penyelenggaraan pemerintahan desa,
belanja pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan
khususnya untuk belanja pemberdayaan desa didalamnya ada program BANGSAKU.
Sebagai upaya untuk mengawal implementasi program, pada berbagai level
(kabupaten, distrik dan kampung) telah dibangun organisasi pelaksana yang terdiri
tim pengendali/tim pelaksana kegiatan dan tim pendamping.
Pendampingan program BANGSAKU dilakukan mulai dari (1) tahapan
perencanaan bentuk usaha ekonomi produktif yang akan dilakukan, (2) penyusunan
rencangan pendanaan model usaha, (3) pengajuan proposal model usaha, (4)
pencairan dana modal usaha, (5) pelaksanaan usaha hingga (6) pertanggungjawaban
dana modal usaha. Rancangan usaha dituangkan dalam bentuk Rencana Usaha Mikro
Kecil Skala Rumah Tangga (RUMKSRT).

Skenario dan target yang dibangun dengan adanya Progran BANGSAKU adalah
pemerataan akses bagi semua warga masyarakat di seluruh kampung terhadap
sumber daya pembiayaan untuk mewujudkan usaha ekonomi produktif oleh setiap
keluarga.

Hal. IV - 61

Anda mungkin juga menyukai