Hal. IV - 1
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 3
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Merauke mencapai sebesar 6.613 orang atau sebesar 6 persen dari jumlah
angkatan kerja;
o Relatif belum terintegrasinya perkembangan sektor ekonomi daerah
terhadap penyerapan tenaga kerja lokal;
o Belum optimalnya penyelenggaraan pelatihan keterampilan tenaga kerja di
Balai Latihan Kerja;
o Belum memadainya kemampuan dan keterampilan tenaga kerja terutama
penduduk asli Kabupaten Merauke;
o Belum optimalnya fasilitasi hubungan industrial perussahaan dan tenaga
kerja;
Hal. IV - 6
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 7
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 8
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 9
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
o Terbatasnya akses UMKM dan Koperasi terhadap sumber daya produktif yang
meliputi tiga aspek penting, yaitu modal kerja, informasi dan pasar;
o Masih belum berkembangnya usaha-usaha kecil yang memanfaatkan potensi
unggulan daerah.
Hal. IV - 12
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang diperhatikan atau dikedepankan
dalam perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun mengingat dampaknya yang
signifikan bagi masyarakat di masa depan. Isu strategis, apabila tidak diantisipasi,
akan menimbulkan kerugian yang lebih besar. Demikian pula sebaliknya, jika tidak
dimanfatkan akan dapat menghilangkan peluang untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Hal. IV - 15
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Setelah lebih dari satu tahun perundingan konsultatif yang inklusif dan
intensif, Kelompok Kerja Terbuka Majelis Umum untuk Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) mengajukan 17 tujuan spesifik dengan 169 target yang saling
berkaitan. Negara- negara Anggota PBB telah menyepakati bahwa agenda yang
disusun oleh Kelompok Kerja Terbuka akan menjadi basis utama untuk proses antar-
pemerintah pasca-2015.
11. Membuat kota dan permukiman manusia menjadi inklusif, aman, tangguh
dan berkelanjutan
Hal. IV - 17
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Komunitas ekonomi asean (AEC) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi
regional pada 2015. Adapun berikut karakteristik kunci dari perwujudan Komunitas
Ekonomi ASEAN 2015:
Hal. IV - 18
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
pasar bebas yang berimplikasi pada eksistensi pengusaha lokal untuk dapat berdaya
saing dengan pengusaha asing.
Selain memerhatikan isu skala internasional dan regional, hal-hal lain yang
menjadi pertimbangan adalah isu strategis nasional yang dalam hal ini telah
dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Dalam Perpres tersebut
dinyatakan bahwa “Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju
Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas.
Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA”, yaitu:
Hal. IV - 19
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 20
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 21
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
14. Masih adanya tuntutan dari kelompok masyarakat Papua untuk memisahkan
diri dari NKRI karena tidak terlaksananya rekonsiliasi akibat perbedaan
pemahaman sejarah bangsa dan ketidak puasan pada kebijakan publik yang
belum menjawab permasalahan mendasar pembangunan
15. Pengendalian dan pengurangan aksi korupsi, kolusi dan nepotisme belum
berjalan dengan baik
16. Tidak jelasnya mind set dan culture-set birokrasi pemerintah daerah yang
berdampak pada rendahnya produktivitas dan kualitas pelayanan publik dalam
pencapaian prioritas pembangunan
17. Penataan dan pemanfaatan ruang bagi pembangunan tidak terlaksana dengan
baik karena kurangnya koordinasi antar Provinsi dan Kabupaten / Kota
maupun stakeholder lainnya.
18. Distribusi pembiayaan pembangunan era otonomi khusus yang belum
proporsional antara provinsi dengan kabupaten/kota dalam penyediaan
layanan yang lebih kontekstual
19. Belum optimalnya pengembangan potensi olahraga prestasi dan perlindungan
nyata atas kekayaan intelektual serta kebudayaan luhur asli Papua termasuk
penilaian atas sumberdaya hayati dan plasma nutfah asli Papua berdasarkan
penelitian dan pengembangan secara berkelanjutan dan memastikan
penguatan akar budaya Papua dalam menghadapi gempuran modernisasi
20. Rendahnya kepercayaan investor karena belum adanya upaya konstruktif
dalam penegakan hukum, pengembangan sistem informasi pembangunan
daerah yang mendukung pertumbuhan investasi daerah yang berorientasi pada
pendapatan asli daerah secara berkelanjutan.
Hal. IV - 22
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
ekonomi kawasan ini serta intensifnya perkembangan kawasan pemukiman dan area
transmigrasi yang terpusat di Distrik Semangga, Distrik Tanah Miring, Distrik Kurik,
Distrik Jagebob, Distrik Muting, Distrik Elikobel. Secara relative konsentrasi
perkembangan fisik Kabupaten berada di kawasan pusat kota Utara dan Timur,
sekarang ini mulai bergeser kearah Barat. Hingga saat ini proporsi peruntukan
penggunaan lahan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Merauke
dengan Luas Lahan 4,6 juta Ha menunjukkan jenis peruntukan penggunaan lahan
untuk kawasan lindung 52,5%, kawasan budidaya 47,5%.
Hal. IV - 23
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Sumber : Laporan Kajian Rencana Aksi Pembangunan Rendah Emisi Dan Ekonomi Hijau Untuk Sektor Berbasis
Lahan Di Kabupaten Merauke. Disusun olehPokja Teknis Inisiatif Pembangunan Rendah Emisi Kabupaten
Merauke Provinsi Papua SK. Bupati Merauke No. 411/2014.
Hal. IV - 24
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Dengan kepemilikan potensi luas wilayah geografis ini mestinya juga menjadi
potensi yang besar bagi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi daerah di
Kabupaten Merauke. Luasnya wilayah Kabupaten Merauke telah dimanfaatkan
dengan baik untuk pengembangan sektor pertanian. Hal tersebut ditunjukkan dari
besarnya luas panen dan hasil produksi pertanian di Kabupaten Merauke yang bukan
Hal. IV - 25
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
hanya menjadi sektor unggulan untuk Kabupaten Merauke, sektor pertanian yang
berkembang pesat ini juga menjadi penopang pertanian atau lumbung pangan di
Provinsi Papua dimana Kabupaten Merauke merupakan penghasil padi terbesar di
seluruh wilayah Propinsi Papua. Pada tahun 2010 luasan tanaman padi di wilayah
Kabupaten Merauke baru mencapai 19.408 Ha, namun pada tahun 2015 telah
mencapai 39.568 ha.
Hal. IV - 26
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
dengan total produksi 547 ton yang dikembangkan dari kebun seluas 6.651 ha. Total
lahan perkebunan di Kabupaten Merauke sebesar 28.453 ha.
Salah satu aspek penting dalam mendukung sector agro adalah SDM. Aspek
pendukung SDM yang sangat penting dalam pembangunan pertanian adalah
tersedianya petugas penyuluh pertanian yang memadai baik dalam jumlah maupun
kualitasnya.
Hal. IV - 27
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Jumlah organisasi pertanian adalah 2 buah. Pertanian akan lebih maju jika
para petani tergabung dalam organisasi sehingga mampu memberikan solusi berupa
pemikiran bersama terhadap suatu masalah, disamping itu dengan berorganisasi
para petani akan lebih mudah dalam mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebuah
kelompok tani dapat beranggotakan sebanyak 30-50 orang petani. Jumlah KK petani
di Kabupaten Merauke adalah 18.029 KK, sehingga paling tidak terdapat 360
kelompok tani di Kabupaten Merauke. Kelompok-kelompok tani yang telah
terbentuk selanjutnya perlu ditingkatkan kompetensinya melalui sekolah lapang,
kursus tani, penyuluhan dan pendampingan.
Hal. IV - 28
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Empat distrik tidak memiliki baik poktan maupun gapoktan, yaitu: Waan,
Tabonji, Kaptel dan Ngguti. Merujuk pada Merauke Dalam Angka, keempat distrik
tersebut tidak ada produksi hasil pertanian, baik tanaman pangan dan hortikultura
serta perkebunan. Komoditas rambutan diproduksi sebagian di Distrik Kaptel.
Sehingga poktan maupun gapoktan belum diperlukan.
Daya dukung kinerja sektor pertanian juga dibarengi dengan peran petugas
lapangan pertanian, baik penyuluh, mantri tani atau petugas yang lain. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menambah kemampuan petani/poktan/gapoktan dalam
pengembangan fungsi serta kegunaan bagi petani itu sendiri dan rumah tangga tani.
Secara umum, terdapat 3 kelompok petugas pertanian lapangan, yaitu (1)
penyuluh pertanian, (2) pengamat hama dan penyakit (PHP), dan (3) mantri tani.
Untuk kelompok penyuluh pertanian terdiri dari petugas berstatus PNS, THL-TB dan
Swakarsa dan petugas PHP terbagi atas PNS dan THL-TB. Merujuk pada Tabel 2.4,
jumlah seluruh petugas pertanian lapangan adalah 190 orang yang terinci dalam 170
orang tenaga penyuluh, 10 orang tenaga PHP dan 10 orang mantri tani. Apabila
jumlah petugas dibagi dengan jumlah poktan di Kabupaten Merauke, setiap petugas
membawahi 2–3 poktan dan 1-2 gapoktan. Hal tersebut mencukupi untuk
penanganan di lapangan. Namun, mengingat kondisi geografis Kabupaten Merauke,
Hal. IV - 29
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
mobilitas petugas tidak bisa terbagi rata di semua distrik, sehingga penambahan
petugas pertanian lapangan perlu ditambah.
Pemenuhan infrastruktur yang layak dan memadai di bidang pertanian juga
menjadi penentu keberhasilan dalam pengembangan sektor pertanian.
Pengembangan SDM pertanian saja tidak cukup tanpa dukungan infrastruktur yang
cukup. Melihat dari ketersediaan lahan pertanian di Kabupaten Merauke,
peningkatan infrastruktur sangat diperlukan.
Lahan basah di Kabupaten Merauke sudah lebih dari 65% dipergunakan
untuk produksi komoditas pertanian. Sedangkan lebih dari 65% juga dari
ketersediaan lahan kering belum digunakan untuk produksi komoditas pertanian.
Distrik-distrik seperti Tanah Miring, Semangga, Merauke, Kurik, Malind, Jogebob
sudah memaksimalkan lahan basahnya rata-rata lebih dari 60%. Distrik lainnya
belum mengoptimalkan penggunaan lahan basah tersebut. Kondisi tersebut
menunjukkan potensi yang belum tergarap secara maksimal dalam rangka
pembangunan ekonomi di Kabupaten Merauke. Pada lahan kering terjadi hal serupa
bahwa optimalisasi lahan belum dilakukan, sebagai contoh adalah distrik Jogebob,
Sota, Muting dan Elikobel. Permasalahan tersebut dapat dikarenakan infrastruktur
yang belum mencukupi, seperti irigasi, akses jalan/transportasi, sarana produksi,
alat pertanian ataupun investasi yang cukup mahal.
Hal. IV - 30
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
pertanian. Hanya saja pengairan menggunakan sumur pompa menjadi mahal karena
diperlukan pembelian bahan bakar untuk mengoperasikannya.
Hal. IV - 31
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 32
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
distrik lainnya. Pertimbangan geografis dijadikan fokus utama karena faktor akses
dan keterjangkauan bagi petani dan oleh lembaga/personel lembaga.
Dukungan Sarana dan Alat Produksi Pertanian juga akan menanjadi pentu
keberhaislan sektor agro di Kabupaten Merauke. Alat produksi pertanian (alsintan)
memberikan dukungan penuh pada produk pertanian. Status kepemilikan atau
penggunaan juga memberikan pengaruh terhadap kinerja capaian produksi
komoditas pertanian. Penggunaan alsintan membuat pekerjaan petani di lapangan
lebih efisien dalam hal waktu, penggunaan tenaga kerja, cakupan wilayah yang luas
serta membantu ketepatan dan efisiensi penggunaan faktor produksi lainnya. Efek
berganda juga bisa muncul dari penekanan penggunaan alsintan. Sebagai contoh:
belum tentu semua petani bisa mengoperasikan traktor. Pihak yang mendapatkan
kesempatan untuk adalah operator traktor dan secara umum memberikan tambahan
upah dan terlayani petani dalam pengolahan tanah pertaniannya. Di Kabupaten
Merauke masih terdapat ketidakseimbangan penyebaran alsintan yang dapat
memberikan efek negatif pada produski pertanian.
Hal. IV - 33
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
pertanian lebih baik lagi, terutama dalam adopsi teknologi dan pengawasan oleh
SDM pertanian, baik petani, poktan, gapoktan, penyuluh dan instansi/SKPD terkait.
Melihat dari sisi pertumbuhan luas tanam dan luas panen yang tersedia, komoditas
padi, ubi jalar dan kacang hijau menunjukkan keberhasilan produksi yang baik. Hal
tersebut berarti bahwa perluasan areal tanam membawa dampak positif pada
produksi melalui keragaan luas panen yang tidak berbeda secara nyata terhadap luas
tanam. Sedangkan untuk komoditas jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai
menunjukkan perbedaan rerata pertumbuhan luas tanam dan luas panen yang cukup
nyata. Tanpa mempertimbangkan besaran hasil produksi yang dicapai, efek positif
perluasan lahan belum terlihat nyata pada 4 komoditas terakhir.
Perwilayahan yang memiliki dampak positif nyata antara perluasan lahan dan
produksi memerlukan kemudahan dalam pelaksanaannya dan secara teknis memiliki
kesesuaian secara agroklimat. Sebagai contoh adalah kemudahan dalam sewa lahan,
akses jalan, akses pasar, ketersediaan input, ketersediaan tenaga kerja, petugas
pendamping dan adopsi teknologi yang tepat dalam pemilihan varietas maupun
aplikasi input produksi lainnya. Jaminan harga juga harus diberikan pemerintah
melalui mekanisme pasar bahkan intervensi langsung dalam sarana produksi
maupun hasil. Distribusi petani/poktan/gapoktan di Kabupaten Merauke juga layak
untuk mendapatkan perhatian. Artinya, dalam pengembangan peluasan lahan harus
dibarengi dengan dukungan petani yang memiliki kemauan tinggi untuk
meningkatkan produksi hasil komoditas pertanian (terutama tanaman pangan).
Hal. IV - 34
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 35
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Nasional di Kabupaten Merauke. Kutipan sasaran strategis, strategi, rencana aksi dan
program pendukung regulasi dan infrastruktur selanjutnya diuraikan pada bagian
berikut ini;
Tabel 4.2 Sasaran Strategis, Strategi dan Rencana Aksi KSPPN Merauke
Sasaran Strategis Strategi Rencana Aksi
Tersedianya lahan Pentahapan 1. Pemetaan status lahan ulayat.
sawah pengembangan 2. Pemetaan klaster per 10 ha.
tekno seluas 1,2 juta lahan 1,2 juta hektar 3. Penetapan lokasi berdasarkan
hektar berdasarkan kesiapan tahapan pengembangan.
di Kabupaten Merauke lahan, 4. Pemetaan lahan berdasarkan
infrastruktur, kesesuaian komoditi.
ketersediaan
investasi, SDM, dan
rantai
pasok sarana produksi
dan
pemasaran hasil
produksi.
Terlaksananya tata Memperkuat regulasi 1. Mengintegrasikan rencana
kelola dan pengembangan KSPPN Merauke
kawasan sentra pangan kelembagaan ke dalam dokumen
berbasis menejemen pengelola agar perencanaan jangka pendek,
agribisnis modern yang tercipta lingkungan menengah dan panjang
mengedepankan usaha Kabupaten Merauke.
keberlanjutan bisnis, yang kondusif 2. Menerbitkan peraturan daerah
ekologis dan sosial. pendukung.
3. Pembentukan badan pengelola
kawasan yang diberi mandat
untuk mengatur tata kelola
kawasan sentra pangan yang
meliputi:
a. menetapkan lokasi
pengembangan sawah
tekno;
b. menyusun pedoman
kerjasama sama antara
pengusaha dengan petani
atau/dan pemilik tanah;
c. menyusun rencana
kebutuhan infrastruktur
dan anggaran;
d. Sosialisasi rencana
pengembangan KSPPN
Hal. IV - 36
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 37
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 40
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 42
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
1. Penduduk di wilayah perbatasan RI-PNG pada umumnya saat ini berada dalam
kondisi kemiskinan atau mereka secara ekonomis berada jauh dibawah standar
rata-rata penduduk secara nasional maupun provinsi.
3. Secara umum mata pencarian mereka adalah Petani dan buruh tani yang
berjumlah jutaan termasuk dalam kategori kemiskinan.
4. Masih rendahnya fasilitas/sarana dasar sosial dan ekonomi sangat terbatas
dasar seperti jalan, pasar dan lain. Hal terlihat dari hasil pertanian di wilayah
perbatasan tidak dapat dijual karena belum ada jalan dan infrastruktur lainnya
untuk mengangkut hasil tani ke kota.
5. Belum adanya investasi untuk mengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam
daerah perbatasan termasuk potensi pertaniannya, tapi sebagaian rakyatnya
masih hidup miskin dan sampai saat ini masih harus mengimpor bahan pangan
dalam jumlah besar dari luar Papua.
6. Kualitas sumberdaya manusianya masih rendah, daerahnya masih tertinggal,
terisolir bahkan sangat kumuh, dan penyebaran penduduknya tidak merata.
7. Daerah perbatasan rawan terhadap bencana alam, mudah berkembangnya
wabah penyakit, sering terjadi konflik antar suku, bahkan dirasakan sangat
rawan akan terjadi disintegrasi bangsa.
Secara umum berbagai persoalan dihadapi oleh Pemerintah Daerah
khususnya yang berada atau memiliki wilayah di perbatasan. Persoalan terasebut
merupakan persoalan yang cukup kompleks, untuk itu perlu diterapkan beberapa
strategi yang mengarah kepada tumbuhnya kawasan-kawasan perbatasan menjadi
kawasan cepat tumbuh. Beberapa strategi yang dapat dipromosikan sebagaimana
direkomendasikan BNPP (2013) adalah sebagai berikut:
Hal. IV - 44
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 45
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
untuk melindungi kawasan dibawahnya. Oleh sebab itu pengembangan ruang untuk
kawasan perbatasan dapat dilakukan dengan mengikuti kelas sebagai berikut:
pengembangan kawasan sektor primer dapat dilaksanakan dengan skala besar dan
hanya berada di kawasan distrik elikobel tanpa mengurangi fungsi kawasan resapan
air. Sedangkan untuk pengembangan sektor primer dengan skala besar di Distrik
Sota tidak memungkinkan dikarenakan terkendala adanya wilayah Taman Nasional
Wasur.
Pengembangan sektor sekunder atau tersier dapat dilakukan di ruang
kawasan Sota akan tetapi dengan skala kecil. Berbeda dengan ruang kawasan
Elikobel yang dapat pula dijadikan sebagai kawasan pengembangan sektor sekunder
dan juga tersier. Pengembangan sektor sekunder dapat dilaksanakan untuk aktivitas
pengelolaan hasil pertanian. Hal ini dimaksudkan agar fungsi kawasan resapan air
tidak terganggu.
Pola ruang yang diusulkan dalam pengembangan kawasan perbatasan darat
kabupaten Merauke ini dilatarbelakangi oleh tingkah laku spasial (Spacial Behaviour)
masyarakat. Tingkah laku tersebut dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka di sektor ekonomi. Pola spasial ini terbentuk menghubungkan antar wilayah
kabupaten, yaitu pusat Kabupaten Merauke di Distrik Merauke dengan Pusat
Kabupaten Boevendigul di Distrik Asiki. Jalur penghubung wilayah tersebut melewati
jalan Nasional Trans Papua yang sejajar dengan garis batas negara. Jalur ini melalui
kawasan-kawasan yang merupakan wilayah perbatasan darat. Oleh sebab itu sangat
potensial untuk dikembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru.
Hal. IV - 46
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Keterangan:
Jalur Perekonomian Long Distance
Hal. IV - 47
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
area dan jasa penginapan. Selain itu juga melihat potensi lahan yang ada, maka
kawasan ini dapat pula dijadikan salah satu sentral perkebunan di kabupaten
Merauke.
Merauke
Pusat Perekonomian Sota Elikobel Ulilin Kab. Bovendigoel
Titik Perdagangan Jasa penginapan Produksi Komuditi Pusat Perekonomian
Primer
masih cenderung minim. Terutama soal listrik dikawasan perbatasan ini dapat pula
dilakukan pemandirian energi wilayah. Misalnya dengan menciptakan berbagai desa
mandiri energi di setiap unit permukiman. Hal dimaksudkan agar tidak mengganggu
aktivitas perekonomian. Hal ini sudah terdapat dalam rancangan kebijakan
pemerintah daerah yang tertuang dalam RTRW yakni mengarahkan kawasan
Merauke, Elikobel, Muting, Sota, dll. Menjadi kawasan dengan pembangkit listrik
tenaga diesel (PLTD). Munculnya PLTD ini diharapkan dapat memanfaatkan potensi
alam lokal yang dapat dijadikan bahan bakunya. Yakni dengan membuat bioenergi
dengan menggunakan bioetanol. Sekiranya masih banyak lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan bioenergy di kawasan perbatasan ini.
Sumberdaya air yang berada di beberapa kawasan perbatasan ini masih
tergolong terpenuhi. Seperti yang terdapat di Bubul, distrik Elikobel. Masyarakat di
kawasan tersebut menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih. Hal ini
disebabkan kawasan tersebut memiliki potensi lahan yang tergolong subur dengan
aliran aquifer tanah yang dangkal. Begitu halnya dengan kawasan lain yang berada di
Sota maupun di Merauke. Hanya saja di kawasan Merauke untuk sumur masih
banyak yang terkontaminasi dengan air laut. Oleh sebab itu, PDAM kabupaten
merauke menggunakan potensi air tawar di rawa biru.
Gambar 4.5 Peta Supply Hasil Pertanian Kab. Merauke terhadap Kota Besar di
Indonesia
Hal. IV - 49
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 50
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
menghubungkan papua sebelah selatan dengan papua utara akan membuka jalur
darat dalam supply hasil pertanian dari merauke menuju Kota Jayapura. Keberadaan
lahan yang cukup luas di Kabupaten Merauke, dengan didukung sarana dan
prasarana transportasi yang memadai akan dapat mengatasi krisis pangan yang
selama ini melanda Negara Indonesia. Supply beras dengan skala besar akan menjadi
salah satu potensi nasional dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar
negeri.
Kabupaten Merauke berbatasan dengan Negara tetangga yaitu Australia
bagian utara dan juga Papua New Guinie. Kedekatan dari wilayah ini dapat
dimaksimalkan dengan adanya jalur perekonomian transnasional. Berdasarkan
informasi dari salah satu tokoh perbatasan di Merauke menyebutkan bahwa
kebutuhan pangan di Negara Papua New Guinie selama ini dipenuhi oleh supply dari
Australia bagian utara yakni Kota Darwin. Komuditi pangan tersebut banyak pula
yang menggunakan beras sebagai bahan pokok kehidupan sehari-hari. Keterdapatan
fakta dilapangan ini, menjadikan potensi Kabupaten Merauke yang juga
direncanakan menjadi lumbung padi Nasional dapat pula melakukan aktivitas
perekonomian yaitu eksport beras menuju ke Negara tetangga. Akan tetapi
keberadaan sistem otoritarian Australia kepada Papua New Guinie menjadikan
Supply kebutuhan pokok di PNG hanya terdapat produk dari Australia. Melihat hal
tersebut maka dapat pula dimunculkan sistem segitiga pengembangan ekonomi
antara Merauke – Darwin – Port Moresby (ibu kota PNG).
Hal. IV - 51
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 52
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 53
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 54
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 55
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Beberapa distrik memiliki jumlah penduduk kurang dari 500 jiwa per
kampung yaitu distrik: Tubang, Ngguti, Kaptel, Animha, Naukenjerai, Jagebob,
Muting, Elikobel, dan Ulilin. Sedangkan distrik dengan rerata jumlah penduduk per
kampung yang jumlahnya lebih dari 1.000 jiwa adalah: Ilwayab, Kurik, Malind,
Semangga, tanah Miring. Sedangkan kampung-kampung yang berada di Distrik
Merauke sebagai pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan memiliki jumlah
penduduk yang sangat tinggi dibandingkan dengan kampung di distrik yang lain
dimana rerata jumlah penduduk per kampung sebesar 8.763 jiwa.
Kawasan baik distrik atau kampung dengan jumlah kepala keluarga atau
penduduk yang besar nampaknya cenderung memiliki aktivitas ekonomi yang lebih
intensif dan beragam (ada diversifikasi mata pencaharian/pekerjaan dan aktivitas
ekonomi). Jumlah penduduk yang banyak dan bervariasi juga memungkinkan
diversifikasi profesi dan juga variasi kebutuhan barang dan jasa ekonomi sehingga
menuntut dan membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya variasi produksi
berbagai jenis barang primer, sekunder maupun jasa atau barang tersier.
Besar kecilnya jumlah kampung per distrik serta kepadatan penduduk per
kampung menjadi hal yang krusial untuk diperhatikan dalam merancang jenis
aktivitas ekonomi yang akan dikembangkan. Kawasan dengan jumlah penduduk
yang banyak memunginkan untuk dikembangkan aktivitas ekonomi dengan variasi
pola produksi yang relatif beragam karena dukungan ketersediaan tenaga kerja
sebagai pelaku produksi yang cukup.
Selain program pembangunan ekonomi yang beragam dengan menyesuaikan
pada komposisi kampung dan kepadatan penduduk di distrik dan kampung, hal ini
juga terkait dengan pola penganggaran atau alokasi pembiayaan bagi program-
program pembangunan kampung.
Mestinya jumlah alokasi anggaran antar kampung bisa bervariasi dengan
mendasarkan pada potensi dengan beberapa indikator yaitu jumlah kampung, rerata
kepandatan penduduk per distrik dan kampung, kepadatan penduduk dan jumlah
kepala keluarga per kampung. Dimana suatu kawasan yang semakin banyak jumlah
kampungnya dan semakin besar rerata jumlah penduduk per distrik dan jumlah
Hal. IV - 56
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
penduduk per kampung bisa mendapat alokasi anggaran permbangunan yang lebih
besar secara proporsional dibandingkan dengan distrik lain yang kondisinya
sebaliknya.
Selain menggunakan pendekatan komposisi penduduk dan kampong,
indikator strategis yang lain yang sangat penting sehingga perlu dipertimbangkan
dalam menentukan jenis dan variasi program pembangunan ekonomi adalah
komposisi atau rasio penduduk lokal dan non-lokal (penduduk asli Papua dan non-
Papua).
Akomodasi terhadap kepentinga dan akses penduduk lokal perlu mendapat
perhatian dimana implementasinya jika suatu kawasan memiliki proporsi penduduk
lokal yang lebih besar maka dapat diimplementasikan program-program
pembangunan ekonomi yang cukup beragam dan alokasi anggaran pembangunan
yang lebih besar.
Berdasar dokumen GDE (2012) diketahui distrik-distrik yang memiliki
proporsi penduduk asli cukup dominan dengan kategori lebih dari 50 persen adalah:
Kimaam, Tobonji, Waan, Ilwayab, Okaba, Tubang, Ngguti, Kaptel, Malind, Jagebob,
Sota, dan Muting.
Mendasarkan pada hasil analisis dalam dokumen GDE (2012), secara umum
dapat diperoleh dua kategori dasar pola proporsi penduduk asli Papua dikaitkan
dengan basis ekonomi penduduknya yaitu (1) kawasan/wilayah yang memiliki
proporsi penduduk asli Papua besar (lebih dari 50%) yang cenderung memiliki
karateristik basis ekonomi pada sektor primer dengan cara meramu (ekstensifikasi)
seperti perikanan tangkap, kehutanan, dan (2) kawasan/wilayah yang memiliki
proporsi penduduk asli Papua Kecil (kurang dari 50%) aau jumlah penduduk
pendatang yang lebih banyak/dominan yang cenderung memiliki karateristik basis
ekonomi pada sektor primer dan sekunder dengan cara budidaya intensif
(intensifikasi) dan pengolahan produk seperti pertanian pangan, hortikultura,
palawija, dll.
Sebagai respon atas isu strategis pemerataan pembangunan dan peningkatan
aksesbilitas sumberdaya pembangunan di Kabupaten Merauke, potensi sumberdaya
Hal. IV - 57
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
serta dan pola umum penghidupan masyarakat pada suatu komunitas (livelihood),
salah satu yang upaya yang dipilih oleh Pemerintah Kabupaten Merauke adalah
dengan mengusung kredo “Pembangunan Semua Kampung (BANGSAKU)”.
Pembangunan kampung merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional dan daerah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan secara
berkelanjutan dengan berlandaskan pada potensi sumberdaya yang ada dan
kemampuan kampung. Kredo ini merupakan spirit untuk melepaskan masyarakat
kampung di Kabupaten Merauke dari kungkungan kemiskinan dan sebagai upaya
untuk memberdayakan dan memandirikan masyarakat kampung.
Program BANGSAKU didesain sebagai program pendampingan masyarakat
kampung dengan pola kegiatan penyediaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
kepada Kepala Keluarga (KK) secara langsung sebagai modal usaha untuk
menggerakan akivitas perekonomian warga masyarakat. Besarnya dana BLM
dirancang berdasar jumlah KK yang ada di tiap kampung ataupun distrik.
Program BANGSAKU secara eksplisit harus di wujudkan dalam bentuk program
dan kegiatan yang bertujuan untuk penguatan modal usaha dan pendamping
wirausaha bagi kepala keluarga khusus kepala keluarga yang hidupnya
bertani,berkebun dan nelayan atau kegiatan ekonomi local lainnya agar dapat terjadi
percepatan dalam peningkatan kegiatan ekonomi keluarga melalui bidang
pertanian,perkebunan,kehutanan,perikanan, peternakan dan pemberdayaan
perempuan dalam bentuk usaha mikro kecil skala rumah tangga guna mewujudkan
misi kedua,keempat dan kelima dari RPJMD Bupati Merauke terpilih. Selanjutnya
untuk suksesi program dan kegiatan BANGSAKU, maka pemerintah Kabupaten
Merauke melakukan pola pendampingan dengan penguatan Forum komunikasi
Pimpinan Distrik (FORKOMPINDA Tingkat distrik) agar program BANGSAKU dapat
berjalan mengikuti mekanisme ekonomidari hulu ke hilir dalam bentuk pemasaran
hasil –hasil usaha.
Dalam pelaksanaannya program ini mengacu pada pencapaian tujuan
pembangunan nasional yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang
Hal. IV - 58
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Hal. IV - 59
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Program ini mewajibkan bagi semua kampung yang ada di kabupaten Merauke
untuk menyediakan Bantuan Langsung kepada masyarakat (BLM) khusus kepada
Kepala Keluarga (KK) yang memiliki potensi usaha (sebagai modal usaha) melalui
pengalokasian dana BANGSAKU pada stuktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kampung (APBK) yang bersumber dari kode rekening Alokasi Dana Kampung (ADK)
yang wajib dialokasikan oleh setiap kampung yang ditetapkan melalui Musyawarah
Kampung (Muskam) dan supervisi yang dilakukan oleh kepala Distrik dan
jajarannya.
Maksud dari program BANGSAKU adalah memberikan pendampingan bagi
masyarakat kampung melalui berbagai fasilitasi berdasar sumberdaya yang tersedia
dalam masyarakat misalnya pada bidang pertanian, kehutanan, perkebunan,
perikanan dan pemberdayaan perempuan melalui usaha miko dan kecil dalam skala
rumah tangga. Pendampingan dilakukan mulai dari merencanakan usaha sampai
dengan pemasaran hasil-hasil usaha di bawah kendali kampung dan distrik.
Sedangkan tujuan program BANGSAKU secara umum mencakup 3 hal yaitu: (1)
meningkatkan peran serta masyarakat terutama KK dan perempuan dalam
peningkatan ekonomi keluarga, (2) melembagakan pengelolaan pembangunan
partisipatif dengan mendayagunakan potensi sumberdaya lokal dan kearifan lokal
dan (3) mengembangkan kemampuan wiraswasta pada masyarakat kampung agak
menjadi petani pengusaha atau aktor usaha sektor lain yang mandiri.
Untuk penjamin efektivitas dan efsisensi implementasi BANGSAKU, ada 3
prinsip utama yang menjadi pegangan yaitu: (1) pemberdayaan partisipatif, (2)
transparansi dan akuntabilitas, (3) berkelanjutan (sustainable). Masyarakat didorong
untuk mengambil peran yang sebesar-besarnya dalam program dengan
memanfaatakan potensi dan sumberdaya lokal yang dimiliki. Untuk menjamin
transparansi dan akuntabilitas, sosialisasi sangat penting dan masyarakat memiliki
akses informasi tentang alokasi dana berdasar tahapan kegiatan. Program dirancang
untuk dapat berjalan secara kontinu dengan memenfaatkan sumberdaya lokal yang
tersedia sehingga sustainabilitas/keberlanjutan dapat dicapai.
Hal. IV - 60
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2016 – 2021
Skenario dan target yang dibangun dengan adanya Progran BANGSAKU adalah
pemerataan akses bagi semua warga masyarakat di seluruh kampung terhadap
sumber daya pembiayaan untuk mewujudkan usaha ekonomi produktif oleh setiap
keluarga.
Hal. IV - 61