Anda di halaman 1dari 13

MODUL 1 PEDAGOGI

Nama : MARTUA PAKPAHAN S.Pd


NIM : 229022495279
LPTK : UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul 1 KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar, Rasional, dan Landasan
Ilmu Pendidikan
2. Karakteristik Peserta Didik
3. Teori Belajar dan Implikasinya dalam
Pembelajaran
4. Kurikulum Pendidikan di Indonesia

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Daftar peta KB.1 Konsep Dasar, Rasional, dan Landasan
konsep (istilah Ilmu Pendidikan
dan definisi) di
a. Konsep Dasar dan Rasional Ilmu Pendidikan
modul ini Manusia memiliki banyak definisi salah
satunya dijelaskan oleh Notonagoro yang
mendefinisikan manusia sebagai makhluk
monopluralis sekaligus monodualis (Dwi
Siswoyo, 2007: 46-47). Sebagai makhluk
monopluralis berarti manusia itu mempunyai
banyak unsur kodrat (plural) yaitu jiwa dan
raga, namun merupakan satu kesatuan (mono).
Di sisi lain, manusia juga sebagai makhluk
monodualis yaitu makhluk yang terdiri dari dua
sifat yaitu sebagai makhluk pribadi dan sosial
(dualis), tetapi juga merupakan kesatuan yang
utuh (mono).
Driyarkara (1969:7) mejelaskan bahwa manusia
merupakan makhluk yang berhadapan dan
menghadapi dirinya sendiri, bisa bersatu dan
bisa mengambil jarak dengan dirinya sendiri.
Manusia merupakan makhluk yang dapat
merubah dirinya melalui suatu keadaan dan
dapat pula merubah keadaan melalui perannya.
Oleh karena itu, manusia memiliki kemampuan
memberikan aksi dan reaksi terhadap situasi
atau alam kondrat yang dihadapinya.
Pada prinsipnya untuk mempertahankan
eksistensinya manusia selalu terlibat dengan
fenomena pendidikan baik disadari ataupun
tidak, bahkan Syarifudin dan Kurniasih (2014:
3) memberikan definisi pendidikan adalah
hidup itu sendiri. Hal tersebut memiliki makna
bahwa manusia yang hidup pasti akan
memperoleh segala pengalaman (belajar) dari
berbagai lingkungan yang berlangsung
sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi
perkembangannya. Lebih lanjut Dwi Siswoyo
dkk (2007: 37) menjelaskan bahwa pendidikan
itu terselenggara dalam rangka untuk
mengembangkan segenap potensi kemanusiaan
ke arah yang positif sehingga manusia menjadi
makhluk yang berbudaya. Di sisi lain, manusia
memiliki tanggung jawab untuk membina
masyarakat, memelihara alam lingkungan,
membina kerukunan hidup bersama, dan
memelihara martabat kemanusiaannya (human
dignity).

b. Landasan Pendidikan

landasan merupakan suatu dasar pijakan atau


fondasi tempat berdirinya sesuatu. Berdasarkan
sifatnya, landasan dibedakan menjadi dua
jenis yaitu landasan yang bersifat material dan
konseptual (Robandi,

2005: 1). Landasan material lebih bersifat fisik


atau berwujud seperti sarana

prasarana, peserta didik, dan lingkungan,


sedangkan landasan konseptual lebih

bersifat asumsi atau teori-teori, contohnya


adalah UUD 1945 dan teori pendidikan

1. Landasan filosofis pendidikan adalah


pandangan-pandangan yang bersumber dari
filsafat pendidikan mengenai hakikat manusia,
hakikat ilmu, nilai serta perilaku yang dinilai
baik dan dijalankan setiap lembaga pendidikan.
Esensialisme merupakan mahzab filsafat
pendidikan yang menerapkan prinsip
idealisme dan realisme secara eklektis
Perenialisme sama dengan
esensialisme namun lebih menekankan pada
keabadian atau ketetapan atau kenikmatan
yaitu hal-hal yang ada sepanjang masa.
Progresivisme yaitu perubahan
untuk maju.
Rekonstruksionalisme adalah suatu
kelanjutan yang logis dari cara berpikir progesif
dalam pendidikan
Behaviorisme filsafat yaitu realisme
dan positivisme
Tujuan pendikan bangsa indonesia
pembentukan manusian indonesia yang
ideal dan seutuhnya yang diwarnai oleh sila-
sila pancasila.
• Ontologi diartikan sebagai suatu cabang
filsafat atau ilmu yang mempelajari suatu
yang ada atau berwujud berdasarkan logika
sehigga dapat diterima oleh akal manusia
yang bersifat rasional dapat difikirkan dan
sudah terbukti keabsahaanya.
• Aksiologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang tujuan ilmu pengetahuan
atau hakikat dan manfaat yang sebenarnya
dari pengetahuan.
• Epistemologi merupakan bagian dari
filsafat yang membicarakan tentang asal
muasal, sumber, metode, struktur dan validitas
atau kebenaran pengetahuan.
• Pengetahuan faktual meliputi elemen-
elemen dasar yang harus diketahui siswa ketika
akan mempelajari disiplin ilmu atau
menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu
tersebut
• Pengetahuan konseptual mencakup
pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan
hubungan antar dua atau lebih kategori atau
klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks
dan tertata.
• Pengetahuan prosedural meliputi bagaimana
melakukan sesuatu, mempraktikkan metode-metode
penelitian, dan kriteriakriteria untuk
menggunakan ketrampilan, algoritma, teknik dan
metode Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan, yang
pemanfaatannya untuk kepentingan individu atau
manusia baik disadari ataupun tidak, yang diperoleh
melalui langkah-langkah ilmiah tertentu serta
mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsipprinsip,
metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk
memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam
pendidikan
• Karakteristik peserta didik dapat diartikan
keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan
yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari
pembawaan dan lingkungan, sehingga
menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-
cita atau tujuannya
• Emosi didefinisikan sebagai
tergugahnya perasaan yang disertai dengan
perubahan- perubahan dalam tubuh, misalnya
otot menegang, dan jantung berdebar.
2. Landasan Yuridis
Aspek-aspek hukum yang mendasari dan melandasi
penyelenggaraan pendidikan Pasal 31 UUD 1945 tentang
Pendidikan Nasional

(1)Ayat 1 Menyatakan bahwa tiap-tiap warga


negara berhak mendapatkan pendidikan.

(2)Ayat 2 Menyatakan bahwa setiap warga


negara wajib mengikuti

Pendidikan dasar dan pemerintah wajib


membiayainya.

(3) Ayat 3 Menyatakan bahwa pemerintah


mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang.

(4) Ayat 4 menyatakan bahwa negara


memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan
APBD untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.

(5) Ayat 5 menyatakan bahwa pemerintah


memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia

3. Landasan Emperis

a) Landasan Psikologis

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala


kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan, yang
pemanfaatannya untuk kepentingan individu
atau manusia baik disadari ataupun tidak, yang
diperoleh melalui langkah-langkah ilmiah
tertentu serta mempelajari penerapan dasar-
dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik, dan
pendekatan psikologis untuk memahami dan
memecahkan masalah-masalah dalam
pendidikan
Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis bersumber pada norma


kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu
bangsa sehingga tercipta nilai-nilai sosial yang
dalam perkembangannya menjadi norma-norma
sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat
dan harus dipatuhi oleh masing-masing
anggota masyarakat landasan sejarah atau
historis Pendidikan Nasional Indonesia
merupakan pandangan ke masa lalu atau
pandangan retrospektif.

Landasan Religi

Landasan religi adalah asumsi-asumsi yang


bersumber dari religi atau agama yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan
atau studi pendidikan

Penerapan Landasan Ilmu Pendidikan dalam


Praktik Pendidikan

1) Landasan Filosofis

Landasan filosofis pendidikan telah melahirkan


berbagai aliran pendidikan yang muncul
sebagai implikasi dari aliran-aliran yang
terdapat dalam filsafat.

Landasan Yuridis

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan


kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdasakan kehidupan
bangsa Pengetahuan konseptual meliputi
skema, model mental, atau teori yang implisit
atau eksplisit dalam beragam model psikologi
kognitif.
KB.2 KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

a. Pengertian Karakteristik Peserta Didik


Ardhana dalam Asri Budiningsih (2017: 11)
karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel
dalam desain pembelajaran yang biasanya
didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang
dimiliki oleh peserta didik termasuk aspek-aspek lain
yang ada pada diri mereka seperti kemampuan
umum, ekspektasi terhadap pembelajaran dan ciri-
ciri jasmani serta emosional siswa yang memberikan
dampak terhadap keefektifan belajar.

b. Ragam Karakteristik Peserta Didik


Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural,
status sosial, minat, perkembangan kognitif,
kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan
emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan
spiritual, dan perkembangan motorik.

1. Etnik Terdiri dari berbagai jenis suku

2.Kultural peserta didik sebagai anggota suatu


masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah barang
tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang
ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti
kesenian,kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat
istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal
dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya
yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas
yang multikultural.

3. Status Sosial Manusia diciptakan Tuhan dengan


diberi rizki seperti berupa pekerjaan, kesehatan,
kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbeda-
beda

4. Minat Minat dapat diartikan suatu rasa lebih suka,


rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas.

5. Perkembangan Kognitif Tahap-tahap perkembangan


intelektual peserta didik menurut Piaget dalam Masganti
(2012: 83) secara lengkap dapat disajikan sebagai berikut:
0,0 - 2,0 tahun: Tahap Sensorimotorik
2,0 – 7,0 tahun: Tahap Preoperasional
7,0 – 11,0 tahun: Tahap Operasional kongkret
11,0 – 15,0 tahun: Tahap Operasional formal

6. Kemampuan/pengetahuan awal Kemampuan awal


atau entry behavior menurut Ali (1984: 54) merupakan
keadaan pengetahuan dan keterampilan yang harus
dimiliki terlebih dahulu oleh peserta didik sebelum
mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru.

7. Gaya belajar Gaya belajar menurut Masganti (2012:


49) didefinisikan sebagai cara yang cenderung dipilih
seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan
memproses informasi tersebut.

8. Motivasi Motivasi telah banyak didefinisikan oleh


para ahli, diantaranya oleh Wlodkowski (dalam Suciati,
1994:41) yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan
ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.

9. Perkembangan emosi Emosi telah banyak


didefinisikan oleh para ahli, diantaranya Kartono dalam
Sugihartono (2013: 20) mendefinisikan emosi sebagai
tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-
perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, dan
jantung berdebar. Dengan emosi peserta didik dapat
merasakan senang/gembira, aman, semangat, bahkan
sebaliknya peserta didik merasakan sedih, takut, dan
sejenisnya.

10. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial menurut


Hurlock, (1998: 250) adalah kemampuan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana anak
tersebut memahami keadaan lingkungan dan
mempengaruhinya dalam berperilaku baik kepada dirinya
sendiri maupun kepada orang lain

11.Perkembangan Moral dan Spiritual Moralitas dalam


diri peserta didik dapat tingkat yang paling rendah menuju
ke tingkatan yang lebih tinggi seiring dengan
kedewasaannya. Kohlberg (dalam Suyanto, 2006: 135),
Sunardi dan Imam Sujadi (2016: 7-8) perkembangan moral
anak/peserta didik dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu 1)
preconventional, 2) Conventional, 3) postconventional.

12. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik


menurut Hurlock diartikan perkembangan gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan
otot yang terkordinasi. Perkembangan motorik merupakan
proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara
bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu
meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan
tidak terampil, kearah penguasaan keterampilan motorik
yang kompleks dan terorganisir dengan baik

KB 3 TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN

a. Teori belajar Behavioristik dan implikasinya


dalam pembelajaran

1) Pandangan Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik dikenal juga dengan


teori belajar perilaku, karena analisis yang
dilakukan pada perilaku yang tampak, dapat
diukur, dilukiskan dan diramalkan. Belajar
merupakan perubahan perilaku manusia yang
disebabkan karena pengaruh lingkungannya.

Behaviorisme, pertama kali didefinisikan dengan


jelas oleh Watson seorang ahli bidang psikologi
yang fokus pada peran pengalaman dalam
mengatur perilaku (Robert, 2014), dalam kajian ini
akan dibahas beberapa tokoh behavioristik.

a) Edward Lee Thorndike (1871-1949)

Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah


Teori belajar Thorndike disebut sebagai aliran
Koneksionisme (Connectionism).proses interaksi
antara stimulus (S) dan respon (R)

Thorndike juga mengemukakan beberapa hukum


tentang belajar (Gredler & Margaret, 2009).
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

2. Hukum latihan (Law of Excercise)

3. Hukum akibat (Law of Effect)

b) Jhon Broades Watson (1878-1958)


Watson dikenal sebagai pendiri aliran Behaviorisme di
Amerika Serikat berkat karyanya yang begitu dikenal
“Psychology as the behaviorist view it” (Ertmer &
Newby, 1993).
Teori yang dikembangkan oleh Watson ialah
Conditioning. Teori conditioning berkesimpulan
bahwa perilaku individu dapat dikondisikan
Beberapa pandangan Watson yang dihasilkan
dari serangkaian eksperimennya dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Belajar adalah hasil dari adanya Stimulus dan
Respon (S – R).

Stimulus merupakan objek di lingkungan,


termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh.
Sedangkan respon adalah apapun yang dilakukan
sebagai jawaban dari stimulus, respon mulai dari
tingkat sederhana hingga tingkat yang tinggi.
2. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga
unsur lingkungan sangat penting. Hal ini
dikarenakan Watson tidak mempercayai unsur
keturunan (herediter) sebagai penentu perilaku.
3. Kebiasaan atau habits merupakan dasar
perilaku yang ditentukan oleh 2 hukum utama
yaitu kebaruan (recency) dan frequency.
4. Pandangannya tentang ingatan atau memory,
menurutnya apa yang diingat dan dilupakan
ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan atau
dilakukan dan factor yang menentukan adalah
kebutuhan.

c) Edwin Ray Guthrie (1886-1959)


Edwin Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses
belajar. Namun Guthrie mengemukakan bahwa stimulus
tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan
biologis semata. Dijelaskannya bahwa hubungan antara
stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara,
oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara
stimulus dan respon bersifat lebih tetap.

d) Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)


Teori Skinner dikenal dengan “operant conditioning”,
dengan enam konsepnya, yaitu: penguatan positif dan
negatif, shapping, pendekatan suksetif, extinction, chaianing
of respon, dan jadwal penguatan.

2) Impliaksi Teori Behavioristik dalam Kegiatan


Pembelajaran

Implikasi teori behavioristik dalam kegiatan


pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti;
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik peserta didik, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar atau peserta
didik. Peserta didik diharapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan
Thorndike (Schunk, 2012) kemudian merumuskan
peran yang harus dilakukan guru dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1. Membentuk kebiasaan peserta didik. Jangan
berharap kebiasaan itu akan terbentuk dengan
sendirinya.
2. Berhati-hati jangan sampai membentuk
kebiasaan yang nantinya harus diubah, karena
mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah
hal yang sangat sulit.
3. Jangan membentuk kebiasaan dengan cara
yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu
akan digunakan.
4. Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai
dengan bagaimana kebiasaan itu akan digunakan.

b. Teori belajar Kognitif dan implikasinya dalam


pembelajaran

1) Pandangan Teori Belajar Kognitif


Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajarnya. Berikut akan diuraikan lebih rinci
beberapa pandangan dari tokoh-tokoh tersebut:
a) Jean Piaget (1896-1980)

Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan

Sensorimotor 0-2 tahun  Berdasarkan tindakan


Properasional 2-7/8 tahun  Penggunaan simbol/bahasa tanda

Operasional 7/8-11/12 tahun  Pakai aturan jelas/logis


konkrit
Operasional 11/12-18 tahun  Hipotesis
formal  Abstrak
 Deduktif dan induktif

b) Jerome Bruner (1915-2016) Jerome Bruner adalah


seorang pengikut setia teori kognitif. Bruner mengembangkan
toerinya yang disebut free discovery learning. Teori ini
menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep,
toeri, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang
yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi
sumbernya. Peserta didik dibimbig secara induktif untuk
mengetahui kebenaran umum. . Menurut Bruner
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap
yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu;
enactive, iconic, dan symbolic (Lestari, 2014).

c) David Ausubel (1918-2008)


Menurut Ausubel, peserta didik akan belajar
dengan baik jika isi pelajaran (instructional
content) sebelumnya didefinisikan dan kemudian
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada
peserta didik (advance orginizer). Dengan
demikian, mempengaruhi pengaturan kemajuan
belajar peserta didik. Advance orginizer adalah
konsep atau informasi umum yang mewadahi
semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada
peserta didik.

2) Implikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan


Pembelajaran
c. Teori belajar Konstruktivistik dan
implikasinya dalam pembelajaran

1) Pengertian Belajar Menurut Pandangan


Konstruktivistik

a) Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-


1934).
Teori belajar ko-kontruktinvistik atau yang sering
disebut sebagai teori belajar sosiokultur
merupakan teori belajar yang titik tekan
utamanya adalah pada bagaimana seseorang
belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu
zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal
Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan
Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam
perkembangannya membutuhkan orang lain untuk
memahami sesuatu dan memecahkan masalah
yang dihadapinya.

2) Implikasi Teori Belajar konstruktivistik


dalam Pembelajaran
d. Teori belajar Humanistik dan implikasinya
dalam pembelajaran

1) Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar


Humanistik

a) Pandangan David A. Kolb terhadap Belajar


b) Pandangan Peter Honey dan Alan Mumford
terhadap Belajar
c) Pandangan Jurgen Hubermas terhadap
Belajar
1) Technical learning (belajar teknis)

2) Practical elarning (belajar praktis)

3) Emancpatory learning (belajar emansipatori)


d) Pandangan Benjamin Samuel Bloom (1913-
1999) dan David Krathwohl (1921-2016) terhadap
Belajar.
1. Kawasan kognitif

2. Kawasan afektif

3. Kawasan psikomotor
2) Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam
Kegiatan Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 4
KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA

a. Konsep Dasar Kurikulum

1) Kurikulum sebagai daftar mata pelajaran


2) Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa
3)Kurikulum sebagai rencana atau program belajar

b. Pembaharuan kurikulum di Indonesia

c. Peran, Fungsi, dan Komponen Kurikulum

Sebagai salah satu komponen penting dalam


sistem pendidikan, paling tidak kurikulum
memiliki tiga peran (Wina Sanjaya;2008) yaitu
peran konservatif, peran kreatif dan peran kritis
evaluatif. Mari kita cermati uraian terkait masing-
masing peran tersebut :

1) Peran Konservatif 2) Peran Kreatif 3) Peran Kritis


dan evaluatif

Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut


Mcneil (2006) isi kurikulum memiliki empat fungsi,
yaitu 1) fungsi pendidikan umum (common and
general education), 2) suplementasi
(suplementation), 3) eksplorasi dan 4) keahlian.

1) Fungsi pendidikan umum 2) Suplementasi 3)


Eksplorasi 4) Keahlian

1. Tujuan 2. Isi atau content 3. Aktivitas


belajar 4. Evaluasi

d. Hakikat Pengembangan Kurikulum

a. Kurikulum ideal dan kurikulum aktual


b. Kurikulum tersembunyi

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi


implementasi kurikulum

f. Strategi penerapan kurikulum dan


tantangannya di masa depan

a. Kesiapan guru menerima perubahan

b. Keterbukaan pola berpikir

2 Daftar materi 1. Perkembangan Moral dan Spiritual


yang sulit 2. Hakikat Pengembangan Kurikulum
dipahami di
modul ini
3 Daftar materi 1. Teori disiplin daya/disiplin mental
yang sering (faculty theory).
mengalami 2. Gaya Belajar
3. Implikasi Teori Belajar konstruktivistik
miskonsepsi
dalam Pembelajaran
4. Teori Belajar Humanistik
5. Kurikulum tersembunyi

Anda mungkin juga menyukai