Anda di halaman 1dari 37

USULAN PENELITIAN

STRATEGI KOMUNITAS RUMAH BELAJAR KAMBODJA


SEBAGAI RUANG PENDIDIKAN ALTERNATIF BAGI ANAK
MARJINAL DI KOTA DENPASAR
(STUDI KASUS TPS MONANG-MANING)

Usulan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyusun skripsi S1 Antropologi

Disusun Oleh:
FARAH RIZA FADHILLAH
1801571035

PROGRAM STUDI

ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU

BUDAYA UNIVERSITAS

UDAYANA DENPASAR

2022

i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................................................7
1.3.1 Tujuan Penelitian.............................................................................................7
1.3.1.1 Tujuan Umum...........................................................................................7
1.3.1.2 Tujuan Khusus..........................................................................................7
1.3.2 Manfaat Penelitian............................................................................................8
1.3.2.1 Manfaat Teoretis.......................................................................................8
1.3.2.2 Manfaat Praktis.........................................................................................8
1.4 Tinjauan Pustaka, Konsep, dan Kerangka Teori.....................................................8
1.4.1 Tinjauan Pustaka..............................................................................................8
1.4.2 Konsep............................................................................................................13
1.4.2.1 Strategi....................................................................................................13
1.4.2.2 Komunitas Rumah Belajar Kambodja....................................................14
1.4.2.3 Ruang Pendidikan Alternatif..................................................................15
1.4.2.4 Anak Marjinal.........................................................................................16
1.4.3 Kerangka Teori...............................................................................................17
1.4.3.1 Teori Tindakan Sosial.............................................................................17
1.4.3.2 Teori Pembelajaran Konstruktif.............................................................19
1.5 Model Penelitian...................................................................................................20
1.6 Metode Penelitian.................................................................................................21
1.6.1 Lokasi Penelitian............................................................................................22
1.6.2 Jenis dan Sumber Data...................................................................................23
1.6.3 Teknik Penentuan Informan...........................................................................23
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................25
1.6.4.1 Teknik Observasi....................................................................................25
1.6.4.2 Teknik Wawancara.................................................................................25
1.6.4.3 Studi Dokumen.......................................................................................26
1.6.5 Analisis Data..................................................................................................27
1.7 Prosedur Penelitian...............................................................................................27
1.7.1 Tahap Penjajakan............................................................................................27
1.7.2 Tahap Penyusunan Proposal...........................................................................28
1.7.3 Tahap Bimbingan Proposal............................................................................28
1.7.4 Ujian dan Revisi Proposal..............................................................................28
1.7.5 Tahap Penelitian Skripsi.................................................................................29
1.7.6 Tahap Penyusunan Skripsi.............................................................................29
1.7.7 Tahap Bimbingan Skripsi...............................................................................29
1.7.8 Ujian dan Revisi Skripsi.................................................................................29
1.7.9 Tahap Cetak Skripsi.......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan merupakan hasil dari sebuah untaian proses adaptasi manusia

menghadapi alam lingkungannya yang semakin dinamis. Pada tataran masyarakat

perkotaan yang semakin kompleks, kebutuhan manusia berikut interaksinya terhadap

alam tidak lagi hanya berdasarkan pada makan dan minum saja, melainkan juga

kebutuhan-kebutuhan lain yang sifatnya abstrak namun justru fundamen, salah

satunya yakni pendidikan. Suatu sistem budaya selalu memiliki sistem pendidikan

mereka sendiri sebagai pintu gerbang utama bagi generasi umat manusia untuk

mewariskan seperangkat pengetahuan budayanya kepada generasi yang berikutnya.

Dalam perspektif kajian ilmu antropologi, pendidikan erat kaitannya dengan salah

satu dari 7 unsur kebudayaan (cultural universal), yakni sistem pengetahuan.

Menurut Koentjaraningrat (2009: 291-293), sistem pengetahuan merupakan

seperangkat unsur yang berkaitan dengan hal-hal yang harus diketahui manusia dalam

menjalankan sistem kebudayaannya. Sebuah sistem budaya selalu memiliki perspektif

masing-masing dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam mengeksplorasi

lingkungan alamnya sendiri. Perspektif tersebut, mengalami proses evolusi dan difusi

sebagai konsekuensi umat manusia yang belum selesai mengeksplorasi lingkungan

alam tempat tinggalnya yang semakin dinamis. Sehingga, sebuah perspektif

kemudian menjelma secara berangsur-angsur menjadi sebuah pengetahuan yang di

kemudian hari dijadikan sebagai pedoman bagi anggota suatu sistem budaya itu

sendiri.

1
2

Pada era globalisasi seperti sekarang, kebutuhan materiil manusia semakin

kompleks akibat interaksi antar kebudayaan yang semakin hari semakin dinamis.

Dinamika kebudayaan yang terjadi, erat kaitannya dengan proses adaptasi manusia

terhadap alam lingkungannya. Hukum alam yang berlaku pada proses adaptasi

tersebut yakni, semakin manusia mampu beradaptasi, semakin mampu manusia

mengikuti perkembangan zaman. Semakin manusia tidak mampu beradaptai, semakin

manusia mengalami keterlambatan dan kemunduran. Di tahap selanjutnya, adanya

perbedaan manusia modern dalam proses adaptasinya, membuat suatu permasalahan

baru pada lingkungan masyarakat perkotaan, yakni kesenjangan sosial.

Banyaknya kebutuhan-kebutuhan masyarakat modern yang harus diakses

dengan modal yang tidak sedikit, membuat banyak orang-orang dengan ekonomi

lemah di perkotaan harus tersingkir dari kemajuan zaman. Sebagian dari mereka

merasa bahwa kembali ke kampung halaman mereka di pedesaan merupakan langkah

adaptasi mereka dari kancah persaingan di lingkup perkotaan yang semakin tidak

dapat dijangkau oleh ekonomi mereka masing-masing. Sebagian lagi, tetap berusaha

bertahan di lingkungan perkotaan dengan mengais sisa-sisa gemerlapnya lingkungan

perkotaan yang dapat mereka olah kembali menjadi rezeki untuk memenuhi

kebutuhan, seperti dengan menjadi pemulung, pengemis, pengamen, tenaga serabutan

dan masyarakat marjinal lainnya atau bahkan justru berprofesi sebagai seorang

kriminal.

Menurut Wachidah dan Wulandari (2014: 87-98), perkembangan masyarakat

modern menuntut adanya sebuah lembaga pendidikan untuk melakukan beberapa

tugas pendidikan yang disebut sebagai sekolah, walaupun bukan berarti orang

tua dan
3

masyarakat melepaskan tanggung jawabnya untuk hal itu. Sekolah dianggap sebagai

tempat yang efektif untuk menaiki tangga masyarakat. Bagi masyarakat, sekolah

cukup baik untuk menyistematiskan banyak wawasan dan pengetahuan dari dunia

modern melalui seperangkat kurikulumnya untuk diajarkan kepada anak-anak

mereka. Kesenjangan sosial yang ada, tidak hanya berpengaruh terhadap kebutuhan

perut semata, melainkan juga terhadap pendidikan bagi anak-anak mereka. Tidak

sedikit kelompok masyarakat marjinal di perkotaan yang tidak dapat melanjutkan

pendidikan di bangku sekolah akibat besarnya biaya yang perlu dikeluarkan demi

meraih sistem pengetahuan yang terbaik. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tinggi

rendahnya pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap kesenjangan sosial-ekonomi

masyarakat modern.

Dalam Syahid (2015: 155-168), dijelaskan bahwa pendidikan merupakan aset

bagi kemajuan budaya dan bangsa, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Seluruh

warga negara Indonesia wajib mengikuti jenjang pendidikan mulai dari pendidikan

anak usia dini, sekolah dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi.

Kewajiban memelihara jenjang pendidikan tersebut, sebagaimana disyaratkan oleh

Pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945. Pasal 31 (1) menyatakan bahwa semua warga

negara berhak atas pendidikan. Selain itu, Pasal 31 (2) menyatakan bahwa semua

warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan negara menanggung biayanya.

Ketentuan ini diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Tahun 2003. Dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan sistematis untuk menciptakan lingkungan dan proses belajar yang memungkinkan
4

peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk belajar tentang agama.

Kekuatan mental, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, kepribadian luhur, dan

kemampuan yang dibutuhkan diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan bangsa. Bentuk

hukum adalah upaya masyarakat dalam pendidikan demokrasi, dibarengi dengan

upaya sadar dan bebas untuk menentukan arah masa depan. Masyarakat dengan hak

atas kebebasan mengarahkan masa depannya masing-masing adalah bagian dari

pemahaman demokrasi, terlepas dari apakah mereka merupakan bagian dari

masyarakat transisi perkotaan atau tidak.

Sebagai sebuah kota besar yang berstatus sebagai ibukota Provinsi Bali, Kota

Denpasar tentu memiliki banyak problematika internalnya terkait permasalahan

kesenjangan sosial-ekonomi. Ramainya hiruk pikuk Kota Denpasar sebagai pusat

pemerintahan sekaligus pusat perekonomian di Provinsi Bali, tentu menghadirkan

banyak masyarakat melakukan urbanisasi besar-besaran dari wilayah pedesaan

menuju pusat kota dengan harapan memperbaiki taraf ekonomi dan penghidupan

mereka yang semakin mudah diakses di lingkungan kota. Namun, kesiap-siagaan

individu dalam beradaptasi di kota Denpasar, tentu menghadirkan mana pihak yang

mampu bersaing dan pihak yang kalah bersaing.

Tercatat, bahwa di tahun 2015 tingkat kemiskinan di Provinsi Bali telah

meroket sebanyak 4,47% pada bulan Maret, yang kemudian naik menjadi 5,25% pada

bulan September 2015. Hal itu disebabkan oleh jumlah pengangguran yang melonjak

dari 1,37 persen pada Maret 2015 menjadi 1,99 persen pada September 2015. Alasan

lainnya adalah penurunan jumlah sektor ekonomi di bidang pertanian dan industri.
5

Faktanya, bidang ini adalah yang paling mudah untuk tumbuh (Tempo. 2015. Angka

Kemiskinan di Bali Naik Meski 41 Persen Turis Berkunjung.

https://nasional.tempo.co/read/735094/angka-kemiskinan-di-bali-naik-meski-41-

persen-turis-berkunjung/full&view=ok diakses pada 06 Mei 2022).

Sejatinya, Provinsi Bali memiliki sekolah dengan jenjang pendidikan

menengah atas (SMA/sederajat) yang khusus diperuntukkan kelompok masyarakat

ekonomi lemah, yakni SMA dan SMK Negeri Bali Mandara. Sekolah yang

didirikan pada tahun 2009-an ini merupakan sekolah berasrama yang bergengsi di

Provinsi Bali. Sekolah yang dikelola langsung oleh Pemprov Bali ini tidak hanya

tersebar di Kota Denpasar saja, melainkan juga seluruh Provinsi Bali, seperti

Kabupaten Badung, dan Kabupaten Buleleng. Namun, seiring dinamika zaman dan

kebijakan gubernur Provinsi Bali yang juga semakin dinamis, membuat SMA dan

SMK Negeri Bali Mandara menjelma menjadi pilihan yang sulit bagi kelompok

masyarakat ekonomi lemah di Provinsi Bali untuk melanjutkan pendidikannya di

jenjang sekolah menengah atas/kejuruan. Seperti diantaranya pemberlakuan sistem

zonasi yang membuat SMA dan SMK Negeri Bali Mandara berstatus selayaknya

sekolah negeri biasa, pengurangan kuota beasiswa bagi masyarakat dengan

kategori miskin, hingga isu-isu bahwa keberadaan SMA dan SMK Negeri Bali

Mandara tidak akan dilanjutkan lagi (Tatkala.co. 2022. Dilema SMA Bali Mandara

| Ketika Marhaen Lupakan Kaum Marjinal. https://tatkala.co/2022/03/17/dilema-

sma-bali-mandara-ketika-marhaen-lupakan-kaum-marjinal/ diakses pada 06 Mei

2022).
6

Pendidikan erat kaitannya dengan perubahan perkembangan dan perilaku para

generasi muda. Karena, semakin tinggi individu dalam mengenyam pendidikannya,

semakin individu tersebut dapat bersaing dalam lingkungannya yang dinamis. Selain

itu, pendidikan juga merupakan pengetahuan, sikap, keyakinan dan aspek lain dari

kemampuan serta perilaku para generasi muda. Para orang tua, tentu sangat berharap

agar anak-anaknya dapat meraih pendidikan setinggi mungkin dengan tujuan agar

memperbaiki cetak biru (blueprint) nasib sosial-ekonomi yang telah diwariskan oleh

keluarganya.

Hal inilah yang melatarbelakangi hadirnya Komunitas Rumah Belajar

Kambodja di Banjar Monang-maning, Desa Tegal Kertha, Kota Denpasar. Dimulai

dari ide seorang Mahasiswi Udayana di tingkat akhir yang saat itu pulang ke

kampung halamannya di Jawa karena Pandemi Covid-19. Kepeduliannya akan anak-

anak di sekitar kampung halamannya yang terletak di kaki Gunung Medono, Jepara

membuat keterbatasan sinyal dn kondisi para orang tua mereka belum melek

Teknologi membuat Kak Eva berinisiatif untuk memberikan Edukasi dibidang

Pendidikan kepada para anak dari mayoritas pekerjaan orang tua mereka yakni Petani.

Dikarenakan Beliau sudah di tingkat akhir, maka dengan terpaksa ia harus kembali ke

Denpasar. Dikarenakan ia sempat berjunjung ke TPU Monang-Maning maka terbesit

niat untuk ikut membangun ruang belajar untuk mereka para anak-anak kaum

Marjinal disana dengan rentang umur di antara 3 sampai 14 tahun. Kehadiran ruang

belajar yang dinamakan Rumah Kambodja ini membuat banyak para relawan yakni

para mahasiswa dengan bekal pengetahuan dan wawasan yang telah mereka dapat di

bangku perkuliahan ingin ikut membantu memberikan Edukasi untuk peningkatan

Literasi dan Numerasi para siswa di Rumah Kambodja. Adanya moral support dari
7
para Relawan yang memberikan semangat kepada para siswa bahwa walaupun

mereka anak dari seorang pemulung atau petani, tetapi mereka juga dapat sukses dan

layak untuk mendapatkan hak di bidang Pendidikan yang sama dengan yang lainnya.

Kehadiran Rumah Kambodja ini sangat di setujui oleh para orang tua para siswa. Para

siswa sendiri sangat senang belajar di Rumah Kambodja. komunitas tersebut dimulai

dengan sekelompok mahasiswa di Kota Denpasar yang memiliki kecenderungan

focus di bidang pengabdian masyarakat.


8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apa latar belakang hadirnya Komunitas Rumah Belajar Kambodja

sebagai ruang pendidikan alternatif bagi anak marjinal di Kota Denpasar?

2. Bagaimana strategi dan peran Komunitas Rumah Belajar Kambodja

sebagai ruang pendidikan alternatif bagi anak marjinal di Kota Denpasar?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.1.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi

Komunitas Rumah Belajar Kambodja sebagai ruang pendidikan alternatif bagi anak

marjinal di Kota Denpasar.

1.3.1.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui latar belakang hadirnya Komunitas Rumah Belajar

Kambodja sebagai ruang pendidikan alternatif bagi anak marjinal di

Kota Denpasar.

b. Untuk mengetahui strategi dan peran Komunitas Rumah Belajar

Kambodja sebagai ruang pendidikan alternatif bagi anak marjinal di

Kota Denpasar.
9

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.2.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi pengembangan ilmu antropologi.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

studi dalam kajian kependidikan alternatif bagi anak-anak kaum marjinal di

Indonesia, khususnya di Kota Denpasar.

1.4 Tinjauan Pustaka, Konsep, dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pertama yakni sebuah jurnal berjudul "Kemiskinan di

Provinsi Bali (Studi Komparatif Kabupaten/Kota di Provinsi Bali)” yang ditulis oleh

Ni Made Wahyu Wijantari dan I Komang Gde Bendesa (2016: 13-25). Pada jurnal

ini, dijelaskan bahwa studi komparasi kemiskinan antar Kabupaten/Kota di Provinsi

Bali menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal itu dikarenakan metode pengambilan

sampel maupun standar kemiskinan yang diambil dalam penelitian. Selain itu,

disebutkan pula bahwa kemiskinan dibedakan menjadi dua bentuk, yakni kemiskinan

alamiah dan kemiskinan structural.


10

Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang ditimbulkan oleh keterbatasan

sumber daya alam, penggunaan teknologi tingkat rendah dalam kehidupan sehari-

hari, dan bencana alam. Hal itu sebagaimana yang terjadi di Kab. Buleleng, Kab.

Bangli, dan Kab. Karangasem yang menyandarkan perekonomian utamanya pada

sector pertanian yang diaplikasikan melalui teknologi tingkat rendah yang sekaligus

mengalami permainan fluktuasi harga pasar komiditi pertanian, ditambah dengan

lokasi ketiga kabupaten tersebut yang berbatasan langsung dengan Gunung Agung

selaku gunung berapi aktif yang sering erupsi di Pulau Bali. Selanjutnya, kemiskinan

structural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh lemahnya kemampuan finansial

dan kekuatan sosial orang miskin terhadap orang kaya. Hal ini terjadi pada Kab.

Badung dan Kota Denpasar yang rentang kesenjangan sosialnya relatif cukup

terlampau jauh sehingga menimbulkan berbagai permasalahan sosial di perkotaan,

salah satunya yakni merebaknya masyarakat marjinal.

Persamaan penelitian penulis dengan tulisan ini yakni fokus kajian terhadap

kemiskinan dan marjinalisasi masyarakat yang terjadi di Provinsi Bali serta berbagai

dampaknya secara umum. Sementara perbedaaannya, tulisan ini lebih cenderung

menyajikan data-data pemetaan kemiskinan di seluruh Kabupaten/Kota di seluruh

Provinsi Bali sebagai sebuah data statistik. Sedangkan, peneliti akan fokus terhadap

proses pemberdayaan masyarakat marjinal di Kota Denpasar dalam bidang

pendidikan yang dilakukan oleh Komunitas Rumah Belajar Kambodja. Manfaat

tulisan ini terhadap penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui

latar belakang
11

kemiskinan dan marjinalisasi masyarakat di Kota Denpasar serta berbagai dampak

turunan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, penulis mengambil tinjauan pustaka dari jurnal berjudul “Strategi

Komunitas Save Street Child Surabaya dalam Pendidikan Karakter Religius dan

Toleransi Pada Anak Jalanan di Surabaya” yang ditulis oleh Ririn Setiyowati dan

Harmanto (2022: 443-458). Pada jurnal ini, dijelaskan bahwa Komunitas Save Street

Child Surabaya (SSCS) menerapkan tahapan strategi pendidikan konstruktif oleh Lev

Vygotsky. Dalam strateginya, komunitas SSCS memperkenalkan pendidikan karakter

terhadap anak jalanan di Surabaya yang tentunya tidak tersentuh pendidikan formal

sama sekali. Selanjutnya, komunitas SSCS menjalankan strategi pendidikannya

melalui tiga tahap, yakni Actual Development, Potencial Development, dan Zone of

Proximal Development.

Pada tahap Actual Development, komunitas SSCS melakukan bimbingan

terhadap anak-anak jalanan untuk dapat menyelesaikan masalah mereka secara

mandiri tanpa menerima petunjuk dari orang dewasa. Pada tahap ini, komunitas

SSCS melaksanakan penjaringan terhadap kemampuan anak jalanan terkait hal-hal

apa saja yang dapat mereka lakukan terkait pendidikan karakter yang akan diajarkan.

Kemudian, pada tahap Potencial Development, komunitas SSCS melakukan

pengembangan terhadap anak-anak jalanan terkait potensi-potensi apa saja yang dapat

dilakukan oleh para anak jalanan. Terakhir, pada tahap Zone of Proximal

Development, anak-anak jalanan mulai dibiarkan melakukan aktivitas dan

menyelesaikan masalah
12

mereka secara mandiri, yang tentu masih perlu diawasi oleh komunitas SSCS sendiri,

para orang tua mereka, atau orang dewasa lainnya.

Persamaan penelitian ini terhadap penelitian yang penulis lakukan terletak

pada proses dan strategi komunitas belajar terhadap anak-anak marjinal dalam metode

pengajarannya. Perbedaan tulisan ini terhadap penelitian yang penulis lakukan yakni

tulisan ini lebih spesifik membahas tentang bagaimana strategi komunitas belajar

menjalankan pendidikan karakter di Kota Surabaya. Sementara, penulis meletakkan

fokus penelitian terhadap strategi dan peranan Komunitas Rumah Belajar Kambodja

di Kota Denpasar dalam mendidik anak marjinal secara umum. Selain itu, perbedaan

lapangan penelitian antara Kota Surabaya dengan Kota Denpasar juga memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap penelitian yang akan dilakukan. Manfaat tulisan

ini terhadap penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai referensi dalam

mengetahui strategi yang dilakukan oleh komunitas belajar dalam menyediakan ruang

pendidikan alternatif bagi anak marjinal.

Tinjauan Pustaka terakhir diambil dari skripsi program studi S1 Kesejahteraan

Sosial Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul “Pemberdayaan Anak

Marginal Berbasis Komunitas (Studi di Komunitas Belajar Aqil Kota Malang)” yang

ditulis oleh Lilis Oktaviani (2020). Dalam penelitian ini, dijelaskan bahwa Komunitas

Belajar Aqil melakukan beberapa tahapan dalam penjaringan anak-anak marjinal

dalam program pengabdian mereka. Tahapan-tahapan tersebut yakni: 1. Tahap

identifikasi fenomena secara umum, 2. Tahap validasi secara mikro, 3. Tahap


13

Assesment, 4. Tahap rancangan program, 5. Tahap persiapan pelaksanaan program, 6.

Tahap implementasi program, dan terakhir 7. Tahap evaluasi.

Komunitas Belajar Aqil kemudian menjaring anak-anak marjinal melalui

berbagai program yang mereka minati sebagai tahap pengenalan terhadap anak-anak

marjinal tersebut agar mau turut serta untuk belajar. Beberapa diantaranya yakni

Science Social Fair and Festival, Lokakarya Ragam Tema, Festival Permainan

Tradisional, dan Program Gelar Baca. Pada mulanya, Komunitas Belajar Aqil

menyusun program-program tersebut guna menarik minat anak-anak marjinal.

Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pula mahasiswa dan para relawan lainnya

di Kota Malang yang turut serta dalam kegiatan tersebut.

Dalam tahap selanjutnya, para mahasiswa dan relawan lainnya kemudian

mulai bergabung dengan Komunitas Belajar Aqil secara resmi, dengan mengikuti

berbagai program pengabdian yang telah disusun. Dalam skripsi ini, penulis

menemukan beberapa kesamaan, yakni latar belakang hadirnya komunitas

belajar berikut strateginya dalam mewadahi anak-anak marjinal. Namun, dalam

penelitian ini, penulis menitikberatkan penelitian terhadap strategi dan peranan

sebuah komunitas belajar bagi anak marjinal. Selain itu, perbedaan lapangan

penelitian antara Kota Surabaya dengan Kota Denpasar juga memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap penelitian yang akan dilakukan. Manfaat penelitian ini terhadap

penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai gambaran awal untuk

mendeskripsikan strategi Komunitas Rumah Belajar Kambodja sebagai ruang

pendidikan alternatif bagi anak marjinal di Kota Denpasar.


14

Beberapa jurnal dan skripsi di atas menjadi referensi penulis dalam

mendeskripsikan strategi Komunitas Rumah Belajar Kambodja sebagai ruang

pendidikan alternatif bagi anak marjinal di Kota Denpasar. Referensi-referensi di atas

cukup membantu dalam menelusuri pemetaan kemiskinan yang terjadi di Provinsi

Bali, maupun berbagai program pengabdian masyarakat yang dijalankan secara

swadaya oleh komunitas-komunitas belajar. Meski dalam substansinya memiliki

banyak kesamaan, namun beberapa tokoh di atas belum ada yang mengkaji lebih jauh

terkait strategi Komunitas Rumah Belajar Kambodja sebagai ruang pendidikan

alternatif bagi anak marjinal di Kota Denpasar.

1.4.2 Konsep

1.4.2.1 Strategi

Dalam KBBI, kata ‘Strategi’ berarti: 1 ilmu dan seni menggunakan semua

sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam

perang dan damai; 2 ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh

dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan: 3 rencana yang cermat mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; 4 tempat yang baik menurut siasat perang;

(KBBI Daring. 2021. Strategi. https://kbbi.web.id/strategi diakses pada 08 Mei 2022).

Dalam perspektif dunia pendidikan, kata strategi berarti taktik perencanaan mengenai

rangkaian aktivitas yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

(Sanjaya, 2006: 126). Pada penelitian ini, penulis hendak meneliti tentang strategi

yang dirancang oleh Komunitas Rumah Belajar Kambodja dalam peranannya

untuk
15

mewadahi anak-anak marjinal yang memiliki keterbatasan terhadap akses pendidikan

di Kota Denpasar.

1.4.2.2 Komunitas Rumah Belajar Kambodja

Dalam KBBI, kata ‘Komunitas’ berarti kelompok organisme (orang dan

sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat;

paguyuban (KBBI Daring. 2021. Komunitas. https://kbbi.web.id/komunitas diakses

pada 08 Mei 2022). Kemudian, kata ‘Rumah’ memiliki arti 1 bangunan untuk tempat

tinggal; 2 bangunan pada umumnya (seperti gedung) (KBBI Daring. 2021. Rumah.

https://kbbi.web.id/rumah diakses pada 08 Mei 2022). Dan selanjutnya, kata ‘Belajar’

berarti 1 berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; 2 berlatih; 3 berubah tingkah

laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI Daring. 2021. Belajar.

https://kbbi.web.id/belajar diakses pada 08 Mei 2022).

Menurut Gultom dan Jatiningsih (2019: 16-30), dijelaskan bahwa komunitas

rumah belajar adalah salah satu ruang media pembelajaran alternative yang bertujuan

untuk mewadahi anak-anak tidak mampu dalam mengenyam pendidikannya pada

sekolah-sekolah formal. Komunitas rumah belajar merupakan sebbuah komunitas

yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat setempat, tanpa mengharapkan

imbalan apapun baik dari peserta didik maupun dari para stakeholder terkait---

walaupun tidak serta merta menutup diri terhadap bantuan yang ada demi operasional

program komunitas. Dalam hal ini, komunitas rumah belajar lebih mengedepankan

pengabdian masyarakat sebagai dasar pendiriannya. Pada UU No. 20 tahun 2003

tentang Sistem
16

Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pendidikan nonformal adalah sistem

pendidikan yang diadakan untuk masyarakat umum yang berfungsi sebagai tempat

pembelajaran alternatif, dan/atau tambahan. Adanya pendidikan nonformal

dimaksudkan untuk mendukung seluruh pendidikan generasi muda yang tidak mampu

mengejar pendidikan formalnya di sekolah-sekolah umum.

Komunitas Rumah Belajar Kamboja pada mulanya dimaksudkan sebagai

wadah pemenuhan diri sekelompok mahasiswa di Kota Denpasar dalam bidang

pengabdian masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, Komunitas Rumah

Belajar Kamboja secara bertahap memberi manfaat bagi anak-anak kurang mampu

yang tidak memiliki akses pendidikan berkualitas di jantung Kota Denpasar yang

gemerlap.

1.4.2.3 Ruang Pendidikan Alternatif

Berdasarkan pengertian yang didapat dari KBBI, kata ‘Ruang’ berarti: 1 Sela-

sela antara dua (deret) tiang atau sela-sela antara empat tiang (di bawah kolong

rumah); 3 Rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang; 3 Rongga yang tidak

berbatas, tempat segala yang ada; 4 Petak dalam buah (durian, petai); pangsa (KBBI

Daring. 2021. Ruang. https://kbbi.web.id/ruang diakses pada 14 Mei 2022).

Kemudian, kata ‘Pendidikan’ berasal dari kata dasar ‘Didik’. Kata ‘Pendidikan’

sendiri berarti proses perubahan sikap dan perilaku individu atau kelompok individu

dalam rangka mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan dan pelatihan.

Proses, metode, praktik pendidikan (KBBI Daring. 2021. Didik.

https://kbbi.web.id/didik diakses pada

14 Mei 2022). Selanjutnya, kata ‘Alternatif’ berarti pilihan dari dua atau lebih
17

kemungkinan (KBBI Daring. 2021. Alternatif. https://kbbi.web.id/alternatif diakses

pada 14 Mei 2022).

Menurut Sofwan dan Kuntoro (2014: 50-62), dijelaskan bahwa pendidikan

alternative merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap

banyaknya kelemahan sistem pendidikan formal yang hadir atau bahkan

diselenggarakan oleh pemerintah. Kelemahan-kelemahan tersebut biasanya berupa

sistem pembelajaran yang kurang mengakomodir peserta didik, komersialisasi

pendidikan, hhingga kesenjangan pendidikan antara peserta didik yang kaya dan yang

miskin. Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut, masyarakat mulai melakukan

pengembangan pendidikan ke arah yang lebih baik, yakni dengan mendirikan

berbagai ruang-ruang pendidikan alternative dengan tujuan untuk lebih menjangkau

kebutuhan pendidikan masyarakat bagi kalangan yang tidak mampu.

1.4.2.4 Anak Marjinal

Berdasarkan pengertian oleh KBBI, kata ‘Anak’ berarti: 1 keturunan yang

kedua; 2 manusia yang masih kecil; 3 binatang yang masih kecil; 4 pohon kecil yang

tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuh-tumbuhan yang besar; 5 orang yang berasal

dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah, dan sebagainya); 6 orang yang termasuk

dalam suatu golongan pekerjaan (keluarga dan sebagainya); 7 bagian yang kecil (pada

suatu benda); 8 yang lebih kecil daripada yang lain (KBBI Daring. 2021. Anak.

https://kbbi.web.id/anak diakses pada 14 Mei 2022). Sedangkan, kata ‘Marjinal’


berarti

1 berhubungan dengan batas (tepi); tidak terlalu menguntungkan; 2 berada di pinggir.


18

(KBBI Daring. 2021. Marginal. https://kbbi.web.id/marginal diakses pada 14 Mei

2022).

Husna (2018: 32-54) menjelaskan bahwa anak marjinal adalah anak-anak dari

kalangan masyarakat marjinal yang lahir dari dampak kesenjangan ekonomi yang

terjadi pada suatu masyarakat. Dalam kehidupannya, anak marjinal terpaksa untuk

bekerja mengais kehidupan dari gemerlapnya suatu kota demi menyambung hidup

untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Pendapatan finansial orang tua tidak cukup

untuk menghidupi anak dan keluarganya, baik dari segi pendidikan, kesehatan

maupun kebutuhan lainnya. Hal ini berbeda dengan kehidupan anak-anak yang hidup

di lingkungan ekonomi kelas menengah ke atas. Sejatinya, mereka sendiri merupakan

anak-anak yang seharusnya bersekolah, bermain dengan teman, dan belajar di rumah.

Bukan bekerja dan hidup di jalanan.

1.4.3 Kerangka Teori

1.4.3.1 Teori Tindakan Sosial

Pada sistem sosial masyarakat perkotaan, tentu masyarakat menginginkan

lingkungan tempat tinggalnya yang nyaman untuk mempermudah aktivitas mereka.

Selanjutnya, masyarakat mulai melakukan tindakan-tindakan sosial (social action)

yang dianggapnya dapat mengentaskan berbagai permasalahan yang ada di

lingkungan tempat tinggalnya, mulai melakukan kegiatan-kegiatan pengabdian

terhadap masyarakat yang dianggap lemah (marjinal), hingga melakukan tindakan

main hakim sendiri (vigilante) terhadap berbagai kasus kriminalitas yang sering

terjadi.
19

Max Weber (dalam Poloma, 2004: 169) menjelaskan bahwa dasar dari disiplin

ilmu sosiologi dan antropologi sosial adalah studi interpretatif tentang tindakan sosial

untuk mencari pengertian tentang tujuan dan makna setiap peristiwa. Bagi Weber,

mempelajari tindakan sosial berarti mencari pemahaman subjektif atau motivasi yang

mempengaruhi tindakan sosial itu sendiri. Adapun, 5 ciri pokok tindakan sosial

menurut Weber (dalam Saragih, 2021: 11-12), yakni:

1. Tindakan manusia dengan makna yang subjektif bagi si actor yang mana

tindakan itu merupakan tindakan nyata;

2. Tindakan nyata tetapi bersifat batin dan tetap bermakna subjektif;

3. Tindakan yang berpengaruh positif, tindakan yang sengaja diulang, dan

tindakan dengan persetujuan secara diam-diam;

4. Tindakan yang diarahkan pada satu atau beberapa individu;

5. Tindakan yang memperhatikan tindakan orang lain, dan tepat terarah pada

orang lain tersebut.

Selanjutnya, Weber (dalam Muhlis dan Norkholis, 2016: 242-258) kemudian

mengklasifikasi tindakan-tindakan sosial berdasarkan motif pelakunya, yakni:

1. Tindakan Tradisional, yakni tindakan yang mengakar secara kultural;

2. Tindakan Afektif, yakni tindakan yang berdasarkan pada kondisi

emosional pelaku;

3. Tindakan Rasional-Instrumental, yakni tindakan untuk meraih tujuan

tertentu; dan
20

4. Tindakan Rasional-Nilai, yakni tindakan yang dilakukan berdasarkan

nilai-nilai moral yang diyakini oleh pelaku.

1.4.3.1 Teori Pembelajaran Konstruktif

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia

karena melalui pendidikan manusia mampu menumbuhkan dan mengembangkan

potensi yang ada di dalam dirinya sendiri. Lev Vygotsky (dalam Muhibbin dan

Hidayatullah, 2020: 113-129) menjelaskan bahwa pengetahuan bukanlah sekumpulan

fakta atau konsep yang dapat langsung diingat. Vygotsky lebih menekankan pada

unsur kultural-histori individu dalam perkembangan pembelajarannya sendiri.

Individu dapat merekonstruksi dan menginterpretasi sendiri alam lingkungan

sekitarnya berdasarkan pengalaman-pengalaman nyata yang pernah ia bangun yang

tentunya berdasarkan kacamata budayanya masing-masing. Selanjutnya, Vygotsky

(dalam Dewi dan Fauziati, 2021: 163-174) kemudian mengajukan konsepsi dasar

terkait pembelajaran peserta didik di dalam kelas, yakni:

a). Zone of Proximal Development, yakni pengelompokan level potensi

perkembangan tiap peserta didik;

b). Scaffolding, yakni penyesuaian kualitas dan kuantitas tenaga pengajar

terhadap peserta didik;

c). Bahasa dan pemikiran, yakni tentang bagaimana menyampaikan dan

mengkomunikasikan gagasan besar yang terdapat pada tenaga pengajar

terhadap gagasan-gagasan potensial yang dimiliki oleh peserta didik.


21

1.5 Model Penelitian

Kota Denpasar

Ibukota Provinsi Destinasi Pariwisata


Bali Internasional

Kesenjangan
Sosial

Anak Marjinal Golongan Terpelajar


(Mahasiswa/i)

Komunitas Rumah
Belajar Kambodja

Latar Belakang hadirnya Strategi dan Peranannya


Komunitas Rumah Belajar sebagai wadah bagi Anak
Kambodja Marjinal

Temuan
22

Keterangan :

: Hubungan mempengaruhi

: Hubungan saling mempengaruhi

Berdasarkan kerangka penelitian yang dibuat di atas, diketahui alur pemikiran

dalam penelitian ini berangkat dari Kota Denpasar selaku kota besar sebagai Ibukota

Provinsi Bali sekaligus Destinasi Pariwisata Internasional. Oleh karena dinamika

sosio-ekonomi yang terjadi, kedua hal tersebut kemudian menimbulkan kesenjangan

sosial antara yang kaya dan yang miskin. Kesenjangan sosial yang ada, kemudian

membentuk dua golongan utama dalam bidang pendidikan, yakni anak marjinal dan

golongan terpelajar yang dalam penelitian ini direpresentasikan oleh mahasiswa/i.

Selanjutnya, berdasarkan bekal pengetahuan yang dimiliki oleh para golongan

terpelajar tersebut, dan kebutuhan mendesak anak marjinal dalam meraih pendidikan

yang layak, maka dibangunlah Komunitas Rumah Belajar Kambodja. Kemudian,

dalam dinamika penelitian di lapangan, penulis akan memfokuskan diri pada latar

belakang, dan strategi serta peranan Komunitas Rumah Belajar Kambodja sebagai

ruang pendidikan alternatif bagi anak marjinal di Kota Denpasar.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian etnografi dengan pendekatan kualitatif

yang menekankan pada interpretasi deskriptif. Deskriptif yang dimaksud adalah


23

gambaran tentang latar belakang hadirnya Komunitas Rumah Belajar Kambodja,

serta strategi dan peranannya sebagai ruang pendidikan alternatif bagi anak marjinal

di Kota Denpasar yang dijelaskan dari sudut pandang masyarakat secara umum (from

the native’s point of view).

1.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

Monang-maning, Kota Denpasar yang merupakan lokasi dari Komunitas Rumah

Belajar Kambodja sendiri. Penulis memilih lokasi ini karena adanya keunikan

dinamika perkembangan Komunitas Rumah Belajar Kambodja sebagai ruang

pendidikan alternatif bagi anak-anak kaum marjinal yang ada di Kota Denpasar, dari

awal mula terbangunnya Komunitas Rumah Belajar Kambodja hingga bagaimana

mampu tetap bertahan hingga sekarang. Adapun, tujuan didirikannya Komunitas

Rumah Belajar Kambodja yakni menjadi wadah Edukasi di bidang Literasi dan

Numerasi bagi seperangkat infrastruktur pendidikan yang tidak mampu diakses oleh

kaum anak-anak kaum marjinal seperti para anak pemulung dan penghuni bangunan

kumuh di TPS Monang-maning Kota Denpasar.


24

1.6.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan juga didukung dengan

data kuantitatif agar data yang diperoleh dapat menjadi lebih objektif (Iqbal, 2002:

64). Sedangkan sumber data penulis dapat berasal dari sumber data primer atau

sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan

informan di lapangan. Penulis akan melakukan observasi partisipasi aktif untuk

mengetahui secara langsung terkait kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Komunitas

Rumah Belajar Kambodja. Sedangkan sumber data sekunder akan penulis peroleh

melalui wawancara dengan informan sekunder yaitu informan yang tidak

berhubungan langsung dengan subjek penelitian, seperti para tetangga sekitar atau

para orang tua murid. Serta, penulis juga akan menggali data sekunder

penelitian melalui studi dokumen terkait Komunitas Rumah Belajar Kambodja

yang ada di sosial media.

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive, yaitu teknik

penentuan sumber data mana yang harus diperhatikan terlebih dahulu, bukan berarti

pengambilan sumber data atau informasi secara acak. Ini berarti penulis akan

mengidentifikasi informan berdasarkan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah

penelitian. Informan yang dipilih dianggap memiliki pengetahuan yang lebih

mengenai
25

masalah penelitian ini. Menurut tingkat pengetahuan tentang objek penelitian,

identifikasi informan dapat dibedakan menjadi: 1). Informan pangkal, 2). Informan

kunci, dan 3). Informan biasa.

Atas dasar itulah, informan kunci dalam penelitian ini adalah pengelola

Komunitas Rumah Belajar Kambodja. Pengelola Komunitas Rumah Belajar

Kambodja memiliki kapabilitas yang cukup baik dalam memahami para anak-anak

kaum marjinal di lokasi penelitian, strategi dan peranan yang diambil sebagai ruang

pendidikan alternatif, serta bagaimana asal mula kehadiran Komunitas Rumah Belajar

Kambodja tersebut sejak awal berdiri hingga sekarang. Setelah itu, selanjutnya beliau

menyarankan informan lain yang memiliki kapasitas sesuai dengan pembahasan yang

akan penulis teliti, diantaranya yakni para murid Komunitas Rumah Belajar

Kambodja, para orang tua murid, para tetangga/warga sekitar, tokoh-tokoh

masyarakat sekitar, serta pihak-pihak lainnya yang dapat dijadikan sebagai informan.

Selain itu, informan pangkal dalam penelitian yang penulis lakukan adalah perangkat

Banjar Monang- maning, Desa Tegal Kertha, Kota Denpasar, dengan tujuan untuk

mengetahui gambaran umum lokasi penelitian. Selain itu, pengelola TPS Monang-

maning juga akan penulis tunjuk sebagai informan pangkal untuk untuk mengetahui

lebih jauh tentang sejarah keberadaan Komunitas Rumah Belajar Kamboja yang

menggunakan situs mereka sebagai tempat belajar.


26

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

1.6.4.1 Teknik Observasi

Observasi adalah metode mengamati dan merekam fenomena di lapangan

secara sistematis. Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan fase penjajakan

pada awal tahun 2022 melalui kunjungan rutin dan diskusi dengan para pengelola

Komunitas Rumah Belajar Kambodja dan para murid, sehingga akar permasalahan

dinamika kehidupan sehari-hari adaptasi mereka secara umum diketahui penulis, serta

bagaimana strategi mereka mengatasinya dan menjaga eksistensinya. Menurut

Hasanah (2016: 21-46), terdapat empat macam teknik observasi partisipatif, yakni:

partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif, dan partisipasi lengkap. Teknik

yang akan penulis gunakan untuk mempelajari permasalahan yang dihadapi adalah

dengan menggunakan teknik observasi partisipasi aktif, dengan cara berpartisipasi

langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Rumah Belajar Kambodja

secara intensif, hingga penulis memperoleh data empiris.

1.6.4.2 Teknik Wawancara

Koentjaraningrat (1977:162) menjelaskan bahwa teknik wawancara adalah

teknik pembuktian informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya melalui

percakapan lisan dengan informan tentang pengalamannya. Teknik wawancara yang

digunakan dalam metode penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in-depth


27

interview), yaitu proses wawancara dilakukan dengan metode tanya jawab sambil

mendengarkan informan menjelaskan lebih lanjut terkait dengan masalah penelitian.

Wawancara terkait kegiatan sehari-hari dan dinamika keseharian dilakukan

sesuai dengan tingkat partisipasi aktif yang penulis lakukan pada masa rutin

berkunjung dan berdiskusi dengan para pengelola dan para murid Komunitas Rumah

Belajar Kambodja dalam tahap penjajakan. Wawancara kemudian akan penulis

lanjutkan dengan pertanyaan tentang apa latar belakang hadirnya Komunitas Rumah

Belajar Kambodja dan bagaimana strategi serta peranan mereka sebagai ruang

pendidikan alternatif bagi anak marjinal di Kota Denpasar. Perbedaan pendapat

mengenai latar belakang kehadiran mereka dan tindakan yang mereka ambil sebagai

strategi serta peran dalam mewadahi para anak marjinal juga turut menjadi faktor

penentu penting untuk ditanyakan tentang bagaimana dinamika mereka berjalan.

Selain itu, penulis juga akan mewawancarai informan sekunder untuk mengumpulkan

data pendukung.

1.6.4.3 Studi Dokumen

Penulis akan menggunakan studi dokumen sebagai data pelengkap untuk

mendukung penelitian ini dalam menyikapi dinamika yang terjadi di kalangan

Komunitas Rumah Belajar Kambodja. Tinjauan pustaka yang penulis peroleh dalam

penelitian ini terutama bersumber dari akun media sosial instagram milik Komunitas

Rumah Belajar Kambodja. Selanjutnya penulis membandingkan data yang akan


28

penulis angkat dari bahan-bahan studi dokumen dengan data yang sebenarnya terjadi

di lapangan.

1.6.5 Analisis Data

Setelah melakukan observasi partisipatif dan wawancara mendalam, langkah

selanjutnya adalah analisis deskriptif terhadap data yang diperoleh untuk melihat

apakah data yang diperoleh dapat menjawab masalah penelitian atau sebaliknya.

Pengolahan data dilakukan setelah semua informasi terkumpul sebagai bagian dari

proses penelitian. Langkah selanjutnya dalam pengolahan data meliputi: penyajian

data (data display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.

1.7 Prosedur Penelitian

1.7.1 Tahap Penjajakan

Penulis akan melakukan tahap penjajakan untuk meninjau lokasi penelitian

dan mengkonfirmasi kredibilitas data serta hipotesis yang akan diteliti. Penulis secara

aktif mengunjungi Komunitas Rumah Belajar Kambodja dan melakukan beberapa

studi untuk menyusun proposal penelitian yang akan penulis susun. Periode yang

dialokasikan adalah dari Minggu II April hingga Minggu IV April 2022.


29

1.7.2 Tahap Penyusunan Proposal

Setelah tahap penjajakan selesai, penulis mulai membuat proposal penelitian

dengan menggunakan literatur dan data asli yang penulis terima dari lapangan.

Dengan begitu, penulis dapat menyempurnakan analisis dan mengembangkan konsep

melalui teori-teori dari berbagai ahli. Waktu proses penyusunan proposal sekitar 1

bulan. Setelah data terkumpul, penulis melanjutkan ke tahap bimbingan proposal.

Periode yang dialokasikan adalah satu bulan, yakni dari Minggu I Mei 2022 sampai

dengan Minggu IV Mei 2022.

1.7.3 Tahap Bimbingan Proposal

Setelah proposal berhasil disusun secara lebih cermat bersama para dosen

pembimping, penulis mengajukan proposal penelitian kepada Pembimbing Akademik

(AP) dan Koordinator Program Studi (Koorprodi) Antropologi untuk kemudian

memulai ujian proposal. Periode yang dialokasikan adalah satu bulan, yakni dari

Minggu I Juni 2022 sampai dengan Minggu IV Juni 2022.

1.7.4 Ujian dan Revisi Proposal

Setelah proposal disetujui oleh Dosen Pembimbing 1 dan 2, proposal

penelitian kemudian akan diuji melalui serangkaian proses ujian proposal oleh tim

penguji dan Koordinator Program Studi (Koorprodi) Antropologi. Setelah proposal

diuji, terdapat beberapa perubahan untuk melengkapi proposal sekaligus

mempermudah proses
30

selanjutnya, yaitu tahap penelitian skripsi. Periode yang dialokasikan adalah 3

Minggu, yakni dari Minggu I Juli 2022 sampai dengan Minggu III Juli 2022.

1.7.5 Tahap Penelitian Skripsi

Setelah proposal penelitian selesai diujikan, penulis melanjutkan ke proses

selanjutnya, yaitu tahap penelitian skripsi. Periode yang dialokasikan adalah 9

Minggu, yakni dari Minggu IV Juli 2022 hingga Minggu IV September 2022.

1.7.6 Tahap Penyusunan Skripsi

Saat melakukan penelitian skripsi di lapangan, penulis juga sembari mulai

mengerjakan penyusunan skripsi. Periode yang dialokasikan adalah 8 Minggu, yakni

dari Minggu I Agustus 2022 hingga Minggu IV September 2022.

1.7.7 Tahap Bimbingan Skripsi

Ketika skripsi telah berhasil disusun, penulis melanjutkan pembinaan skripsi

kepada dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2. Periode yang dialokasikan

adalah 9 Minggu, yakni dari Minggu II Agustus 2022 hingga Minggu IV Oktober

2022.

1.7.8 Ujian dan Revisi Skripsi

Setelah skripsi telah disetujui oleh Dosen Pembimbing 1 dan 2, skripsi

tersebut kemudian diperiksa melalui serangkaian proses ujian skripsi oleh tim

penguji dan
31

Koordinator Program Studi (Koorprodi) Antropologi. Setelah skripsi diterima, ada

beberapa perubahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta menciptakan kondisi yang

memudahkan untuk proses selanjutnya, yaitu tahap pencetakan skripsi. Periode yang

dialokasikan adalah 3 Minggu, yakni dari Minggu III Oktober hingga Minggu I

November 2022.

1.7.9 Tahap Cetak Skripsi

Setelah skripsi selesai diujikan dan diselesaikan, penulis langsung

melanjutkan ke proses selanjutnya, yaitu mencetak skripsi. Periode waktu yang

diberikan adalah 2 minggu, yakni dari Minggu II hingga Minggu III November 2022.

Untuk lebih menjelaskan proses penelitian skripsi ini secara lebih lanjut, dapat

melihat matriks kegiatan di bawah ini.


32

MATRIKS KEGIATAN

NO TAHAP 2022
KEGIATAN APR. MEI JUN. JUL. AGU. SEP. OKT. NOV.

1. Penjajakan x x x

2. Penyusunan x x xx
Proposal

3. Bimbingan x x xx
Proposal
4. Ujian dan x xx
Revisi
Proposal
5. Penelitian x x x x x x x x x

6. Penyusunan x x x x x x x x
Skripsi
7. Bimbingan x x x x x x x x x
Skripsi
8. Ujian dan x x x
Revisi
Skripsi
9. Cetak x x
Skripsi
33

DAFTAR PUSTAKA

DOKUMEN/LAPORAN PENELITIAN
Oktaviani, Lilis. 2020. PEMBERDAYAAN ANAK MARGINAL BERBASIS
KOMUNITAS (Studi di Komunitas Belajar Aqil Kota Malang). Malang:
Skripsi Program Sarjana (S1) Kesejahteraan Sosial Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
Saragih, Fanny Aulita Putri. 2021. TINDAKAN SOSIAL KOMUNITAS PEDULI
ANAK DALAM PENANGANAN ANAK JALANAN (Studi Deskriptif di
Komunitas Peduli Anak Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun Kota
Medan). Medan: Skripsi Program Sarjana (S1) Sosiologi Universitas
Sumatera Utara, Medan.
BUKU
Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-pokok Metodologi dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Poloma, Margareth M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
JURNAL
Dewi, Listiana dan Fauziati, Endang. 2021. "Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
dalam Pandangan Teori Konstruktivisme Vygotsky". Jurnal Papeda: Jurnal
Publikasi Pendidikan Dasar. Vol. 3 No. 2 Hal: 163-174.
Gultom, Delina dan Jatiningsih, Oksiana. 2019. "Strategi Komunitas Save Street
Child Sidoarjo dalam Pendidikan Anak Jalanan". Kajian Moral dan
Kewarganegaraan. Vol. 7 No. 1 Hal: 16-30.
Hasanah, Hasyim. 2016. "Teknik-teknik Observasi”. Jurnal At-Taqaddum. Vol. 8 No.
1: 21-46.
Husna, Fathayatul. 2018. "Inovasi Pendidikan pada Kaum Marjinal”. Jurnal Sosiologi
Universitas Syah Kuala. Vol. 12 No. 1: 32-54.
Muhibbin dan Hidayatullah, M. Arif. 2020. “Implementasi Teori Belajar
Konstruktivisme Vygotsky pada Mata Pelajaran PAI di SMA Sains Qur'an
Yogyakarta”. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 5 No. 1: 113-129.
34

Muhlis, Alis dan Norkholis. 2016. “ANALISIS TINDAKAN SOSIAL MAX


WEBER DALAM TRADISI PEMBACAAN KITAB MUKHTASHAR AL-
BUKHARI
(Studi Living Hadis)”. Jurnal Living Hadis. Vol. 1 No. 2: 242-258.
Setyowati, Ririn dan Harmanto. 2022. "Strategi Komunitas Save Street Child
Surabaya dalam Pendidikan Karakter Religius dan Toleransi Pada Anak
Jalanan di Surabaya". Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Vol. 10 No. 2
Hal: 443-458.
Shofwan, Imam dan Kuntoro, Sodiq Aziz. 2014. "Pengelolaan Program Pembelajaran
Pendidikan Alternatif Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah di Salatiga Jawa
Tengah". Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat. Vol. 1 No. 1: 50-
62.
Syahid, Ahmad Habibi. 2015. "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MARGINAL
DI PERKOTAAN. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Vol. 1 No. 2
Hal: 155-168.
Wachidah, Kemil dan Wulandari, Fitria Eka. 2014. "MITOS KESEMPATAN SAMA
DAN REPRODUKSI KESENJANGAN SOSIAL: Gambaran Nyata
Kesenjangan Sosial dalam Pendidikan terhadap Anak-anak Petani Tambak
Pinggiran Sidoarjo." Society: Jurnal Ilmu Pendidikan IPS Ekonomi. Vol. 5
No. 1: 87-98.
Wijantari, Ni Made Wahyu dan Bendesa, I Komang Gde. 2016. "Kemiskinan di
Provinsi Bali (Studi Komparatif Kabupaten/Kota di Provinsi Bali)”. Jurnal
Buletin Studi Ekonomi. Vol. 21 No. 1 Hal: 13-25.
WEBSITE/INTERNET
KBBI Daring. 2021. Alternatif. Diakses pada 14 Mei 2022.
https://kbbi.web.id/alternatif.
. 2021. Anak. Diakses pada 14 Mei 2022. https://kbbi.web.id/anak.
. 2021. Belajar. Diakses pada 08 Mei 2022. https://kbbi.web.id/belajar.
. 2021. Didik. Diakses pada 14 Mei 2022. https://kbbi.web.id/didik.
. 2021. Komunitas. Diakses pada 08 Mei 2022.
https://kbbi.web.id/komunitas.
. 2021. Ruang. Diakses pada 14 Mei 2022. https://kbbi.web.id/ruang.
. 2021. Rumah. Diakses pada 08 Mei 2022. https://kbbi.web.id/rumah.
. 2021. Strategi. Diakses pada 08 Mei 2022.
https://kbbi.web.id/strategi.
35

Tatkala.co. 2022. Dilema SMA Bali Mandara | Ketika Marhaen Lupakan Kaum
Marjinal. Diakses pada 06 Mei 2022. https://tatkala.co/2022/03/17/dilema-
sma-bali-mandara-ketika-marhaen-lupakan-kaum-marjinal/.
Tempo. 2015. Angka Kemiskinan di Bali Naik Meski 41 Persen Turis Berkunjung.
Diakses pada 06 Mei 2022. https://nasional.tempo.co/read/735094/angka-
kemiskinan-di-bali-naik-meski-41-persen-turis-berkunjung/full&view=ok.

Anda mungkin juga menyukai