Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN TRIASE

BAB I DEFINISI

Triase berasal dari bahasa Perancis yaitu trier dan bahasa Inggris yaitu triage , diturukan

dalam bahasa Indonesia yaitu triase yang berarti sortir. Kini istilah tersebut lazim digunakan

untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara

yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling

efisien terhadap orang yang memerlukan perawatan di UGD.

Triase adalah suatu sistem seleksi penderita sesuai dengan kegawatdaruratannya sehingga

menjamin penderita untuk mendapatkan prioritas pelayanan Gawat Darurat secara cepat dan

akurat.

Penderita yang masuk dalam sistem triase, segera diserahkan keruang periksa sesuai dengan

sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan yang dibutuhkan. Dokter dan perawat

mempunyai batasan waktu (respon time ) untuk mengkaji keadaan dan memberikan

intervensi secepatnya yaitu dalam waktu 10 menit.

World Health Organization (WHO) mencanangkan triple eliminasi (3E)

untuk mengeliminasi penularan penyakit infeksi dari ibu ke anak. Penyakit yang menjadi fokus

eliminasi antara lain, HIV, sifilis, dan hepatitis B.

Dalam mencegah dan mengendalikan Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired

Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) di Tanah Air. Kemenkes menurunkan kebijakan pada

tahun 2017, dalam upaya pencegahan dari ibu ke anak adalah Eliminasi penularan HIV, Sifilis,

dan Hepatitis B yang dikenal dengan Triple Eliminasi yang diatur dalam Permenkes No. 52

Tahun 2017.
Penularan Penyakit dari Ibu ke Anak (PPIA) atau mother-to-child disease adalah suatu

hal yang harus diperhatikan dalam ruang lingkup kesehatan ibu dan anak selama masa

kehamilan, persalinan, dan nifas. Penularan penyakit tersebut dapat dicegah dengan

pemeriksaan awal pada ibu hamil.  Prevalensi infeksi HIV, sifilis, dan hepatitis B pada ibu

hamil berturut-turut 0,3%, 1,7%, dan 2,5%. Sementara itu, risiko penularan dari ibu ke anak

untuk HIV adalah 20–45%, untuk sifilis adalah 69–80%, dan untuk hepatitis B adalah lebih

dari 90%. Eliminasi yang dicanangkan oleh WHO tersebut disebut sebagai 3E (Triple

Eliminasi).

Kebijakan 3E di Indonesia diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017 tentang

Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak.

Tujuan dari 3E adalah untuk memutuskan rantai penuluran yang berguna untuk mencapai

target 3 Zero’s yaitu zero new infection (penurunan jumlah kasus baru), zero death (penurunan

angka kematian), zero stigma and discrimination (penurunan tingkat diskriminasi). Upaya

eliminasi penularan HIV, sifilis, dan hepatitis B dilakukan secara bersama-sama karena

memiliki pola penularan yang relatif sama, yaitu melalui hubungan seksual, pertukaran atau

kontaminasi darah dan secara vertikal dari ibu ke anak.

Triple eliminasi dilakukan dengan 5 strategi program, yaitu:

1. Meningkatkan akses dan kualitas layanan bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi/anak

sesuai standar.

2. Meningkatkan peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam penatalaksanaan yang diperlukan

untuk Eliminasi Penularan.

3. Meningkatkan penyediaan sumber daya di bidang kesehatan.

4. Meningkatkan jejaring kerja dan kemitraan, serta kerja sama lintas program dan lintas

sektor.

5. Meningkatkan peran serta masyarakat.


BAB II RUANG LINGKUP

Menurut Brooker (2008) , dalam prinsip triase diberlakukan sistem prioritas. Prioritas adalah

penentuan atau penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang

mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :

- Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.

- Dapat meninggal dalam hitungan jam.

- Trauma ringan.

- Sudah meninggal .

Berdasarkan Oman (2008) pengambilan keputusan triase didasarkan pada keluhan utama,

riwayat medis dan data objektif yang mencakup keadaan umum serta hasil pengkajian fisik

yang berfokus.
Jenis – jenis label dalam triase:

1. Label Merah : Pasien yang memerlukan resusitasi dan stabilisasi.

Contoh:

- Gangguan jantung yang mengancam.

- Gangguan pernafasan.

- Syock oleh berbagai causa.

- Trauma kepala dengan pupil anisokor.

- Perdarahan eksternal massif.

- Luka bakar > 50 % atau luka bakar didaerah thorak.

- Tension pneumothoraks.

2. Label Kuning : Pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat
ditunda sementara.

Contoh:

- Pasien dengan resiko syock ( pasien dengan gangguan jantung , trauma

abdomen berat).

- Fraktur multiple.

- Fraktur femur / pelvis.

- Luka bakar derajat II dan III.

- Gangguan kesadaran / trauma kepala.

- Pasien dengan status yang tidak jelas.


3. Label Hijau : Pasien yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian

pengobatan dapat ditunda.

Contoh :

- Fraktur minor.

- Luka minor dan luka bakar minor.

- Medical / non bedah.

4. Label Hitam : Pasien yang telah meninggal dunia.


Prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan triase:

1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu.

Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang

mengancam kehidupan adalah hal yang terpenting dalam unit gawat darurat.

2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat.

Intinya ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses

anamnesa.

3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.

Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila

terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.

4. Melakukan intervensi berdasarkan keakuratan dan kondisi pasien.

Tanggung jawab utama dalam pelaksanaan triase adalah mengkaji secara akurat

seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut

termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas terhadap suatu tempat

yang dapat diterima untuk suatu pengobatan.

5. Tercapainya kepuasan pasien.

Petugas kesehatan yang melakukan triase seharusnya memenuhi semua yang ada

diatas saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien dan menghindari

keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan

pada seseorang yang sakit dalam keadaan kritis serta memberikan dukungan

emosional kepada pasien dan keluarganya.

BAB III TATALAKSANA


1. Proses triase dimulai ketika pasien masuk pintu IGD. Petugas IGD menanyakan

riwayat penyakit dan melakukan pengkajian singkat ( tidak boleh lebih dari 5 menit )

untuk menentukan sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan yang diberikan.

2. Pasien ditempatkan sesuai dengan label :

a. Label Merah :

- Dokter dan perawat melakukan resusitasi sesuai dengan keadaan pasien.

- Monitor tanda-tanda vital ( tensi, suhu, nadi, pernafasan )

- Cito pemeriksaan laboratorium, dan radiologi ( bila dibutuhkan).


- Permintaan darah ke PMI ( bila dibutuhkan).

- Setelah diberikan pertolongan darurat dan kondisi pasien

memungkinkan untuk ditransfer , pasien dapat dipindahkan.

b. Label Kuning :

- Dokter dan perawat melakukan pertolongan medic sementara sesuai

dengan kondisi pasien.

- Setelah pertolongan pertama dilakukan, dokter melakukan pemeriksann fisik

dan perawat melakukan tindakan keperawatan.

- Setelah diberikan pertolongan darurat dan kondidi pasien memungkinkan

ditransfer , pasien dapat dipindahkan.

c. Label Hijau.

- Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan perawat melakukan

tindakan keperawatan sesuai dengan keadaan pasien.

- Pasien diberi penjelasan mengenai keadaan penyakitnya.

- Pasien diberi resep obat dan penjelasan mengenai rawat jalan.

- Apabila diperlukan dokter dapat mengadakan pemeriksaan lanjutan .

d. Label Hitam :

- Pasien yang meninggal di IGD selanjutnya diteruskan ke kamar jenazah.

3. Apabila pasie perlu dirujuk ke Rumah Sakit lain dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.

BAB IV DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai