Anda di halaman 1dari 17

“nomor hape di bawah jangan di telfon ya”

Table of Contents

Wacana dan perkenalan..............................................................................................................................3


Aturan Main................................................................................................................................................3
Hardware & software..................................................................................................................................4
LIMP set-up.................................................................................................................................................7
Measurement Setup....................................................................................................................................8
Kalibrasi LIMP..............................................................................................................................................9
Burn-in driver | Pendahuluan....................................................................................................................11
Burn-in driver | Persiapan ampli dan signal generator..............................................................................11
23 april 2017

Wacana dan perkenalan.

Teman-teman grup PBS, barangkali ada yang tertarik untuk belajar mengukur Thiele-Small Parameter
sebuah driver.

Secara garis besar proses yang saya tawarkan untuk kita coba bersama adalah:

- Burn-in driver (yang akan dicoba adalah woofer)

- pengukuran TSP dengan added-mass method.

Pengukuran TSP ini juga relatif tidak banyak membutuhkan biaya dan peralatan yang rumit, seperti mic
ukur (measurement microphone).

Namun untuk itu, saya merasa perlu menyusun suatu aturan main untuk memudahkan kita semua. Saya
coba susun beberapa poin yang terpikir, sisanya mungkin bisa nanti dilengkapi sambil jalan dan sesuai
perkembangan saja

Aturan Main

 Pertama, ini bukan kelas resmi. Tidak ditarik bayaran. Tidak ada sertifikat. Tidak ada imbalan bagi
yang berhasil. Hanya berbagi dari kita untuk kita, untuk kemajuan bersama. Tapi supaya tertib, saya
mau dibagi dua jenis peserta: peserta aktif dan peserta pasif. Yang serius tertarik dan mau ikut
mencoba mengukur TSP ini menjadi peserta aktif, mohon mendaftar dengan cara mereply thread ini
dan menyatakan kesediaannya. "Kok harus daftar dulu, kan dilakukan sendiri di tempat masing-
masing?" Ya, supaya nanti yang tidak ikut dari awal, tidak tiba-tiba muncul di tengah proses dan
bertanya hal-hal yang sudah dibahas sebelumnya. Dengan cara ini, mudah-mudahan materinya bisa
terus maju dengan lancar. Hanya yang mereply dan menyatakan kesediaannya, yang terdaftar
sebagai peserta aktif dan hanya peserta aktif yang nanti diprioritaskan untuk dibantu dan dijawab.
Selain yang terdaftar, maka otomatis jadi peserta pasif. Peserta pasif boleh saja bertanya namun
tidak akan diprioritaskan untuk dibantu atau dijawab.
 Setiap tahapan, saya akan post thread baru, sehingga pertanyaan yang muncul juga saya harap akan
otomatis tersusun dalam thread yang terkait, memudahkan dalam pengarsipan dan pencarian
kembali di masa depan.
 Setelah beberapa poin, saya mungkin akan meminta peserta aktif untuk menunjukkan hasilnya, bisa
dalam bentuk screenshot layar, foto atau sekedar pertanyaan yang harus dijawab, sekedar untuk
memastikan bahwa peserta sudah melakukan dengan benar. Peserta aktif yang dianggap sudah lulus
tahap tersebut, tetap menjadi peserta aktif tahap berikutnya. Tapi jika peserta aktif tsb tidak
melakukannya, maka statusnya dianggap gugur, dan turun jadi peserta pasif pada tahap selanjutnya.
 Peserta aktif yang sudah lewat satu tahapan, boleh bantu jawab pertanyaan rekan lain kalau ada
pertanyaan yang berkaitan dengan tahap yang sudah dibahas, tapi di thread yang terkait.
 Buku acuan saya adalah:
a. "Loudspeaker Design Cookbook"-V. Dickason (pdf-nya tersedia gratis di google playbooks)
b. "Testing Loudspeaker"-Joseph D'appolito. (saya hanya menemukan di amazon, hardcopy,
cari yang 2nd saja).
 Tidak berarti saya sudah tahu segalanya. Saya hanya tahu yang sering saya lakukan saja, jadi nanti
silakan dikoreksi dan dilengkapi (tapi mohon menyertakan dasar acuannya, boleh dari textbook,
sebutkan bab berapa dan halaman berapa atau link yang terkait).
2. Untuk keperluan ini, saya memohon bantuan juga dari rekan saya, pak Adrian Angka. Kami suka
belajar dan berdiskusi bersama, jadi mudah-mudahan nanti kami bisa saling melengkapi, terutama
karena beliau juga fasih dengan beberapa software pengukuran, sementara saya hanya satu saja.
 Terakhir, mohon semua pertanyaan dan diskusi yang kita lakukan, menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan saling menjaga suasana diskusi yang positif.
3. Sementara baru itu saja yang terpikir oleh saya. Sisanya nanti mungkin lihat perkembangan sambil
jalan saja. Jika kemudian dipandang sudah keluar jalur, silakan admin yang berwenang menegur
atau mengambil tindakan yang dirasa perlu.

25 April 2017

Hardware & software.


1. Software LIMP dari ARTA (www.artalabs.hr).
Secara umum, semua software yang bisa mengukur Z (impedance), pasti bisa mengukur TSP (Thiele-
Small Parameter). Saya pilih LIMP untuk keperluan ini, karena bisa diunduh gratis dan fully-
functioned (berfungsi penuh) dalam demo mode. Boleh pakai software lain seperti REW dan
Speaker-workshop, hanya saya tidak familiar dengan tombol-tombolnya tapi prinsipnya sama saja.
Speaker-workshop bisa dibantu oleh pak Adrian Angka.
2. Komputer.
a. Bisa PC (Personal Computer) atau laptop.
b. Sistem operasi minimal Windows XP.
c. RAM minimal 256mb.
d. Processor clock minimal 600Hz.
e. WDM atau ASIO soundcard driver.
3. Full-duplex soundcard with synchronous clock for AD & DA converter.
4. Timbangan digital.
 Mengacu ke buku "Loudspeaker Design Cookbook" (selanjutnya saya singkat LDC),
karangan Vance Dickason, 5th edition, chapter 8.31 Measuring Impedance, halaman
130. Timbangan digital yang diperlukan harus bisa mengukur dalam gram hingga
ketepatan 0.1 gram. Timbangan digital yang umum untuk dapur biasanya hanya mampu
hingga ketepatan 1 gram, jadi tidak bisa dipakai karena untuk mengukur impedance,
perbedaan 0.1gram ini besar efeknya terhadap hasil pengukuran.
 Timbangan digital ini bisa dibeli online, misalnya di tokopedia, dengan kata kunci
"timbangan emas". Ukurannya kecil, bisa masuk saku sehingga kadang disebut pocket
digital scale. Maksimum beban yang bisa ditimbang biasanya 1000 gram (1 kg) dengan
div=0.1 gram. Ada pula yang punya ketepatan hingga 0.01 gram dengan beban
maksimum tertimbang 200 gram. Harga keduanya tidak terpaut jauh untuk kelas biasa,
di bawah 50 ribu rupiah. Cukup pakai yang punya ketelitian hingga 0.1 gram saja.
5. Digital Multi-Meter (DMM)
Pada dasarnya DMM apapun yang bisa ukur resistansi (ohm), bisa dipakai. Yang analog (pakai jarum)
tidak bisa dipakai karena perlu ukuran yang tepat. Perlu DMM yang cukup akurat untuk mengukur
resistansi (ohm) dengan nilai 100 ohm. Biasanya DMM murah, masih akurat untuk ukuran 1k ohm ke
atas, tapi di bawah itu, kurang.
Prinsip saya, kalau memang akan sering melakukan pengukuran, membeli alat ukur yang baik lebih
bijaksana. Lifetime dan akurasinya akan sangat menolong kita.
6. Blue-Tack.
Blue-Tack ini bisa dibeli di toko Alat Tulis. Biasa digunakan untuk menempelkan brosur atau
pengumuman di papan pengumuman atau di white-board. Bentuknya seperti lembaran karet lunak
yang sudah dibentuk kotak-kotak untuk memudahkan memotong. Warnanya ada yang putih dan
hijau. Merk tidak masalah, yang cukup baik merk Faber-Castell, tapi merk lain silakan. Di toko online
kisaran 20 ribu rupiah.
7. Set-up peralatan.
 Pengukuran impedance (Z) untuk mendapatkan TSP adalah pengukuran yang dilakukan
dengan sinyal kecil. Dan untuk melakukan pengukuran Z ini perlu R-ref (Reference
Resistor/resistor referensi) yang nilainya antara 33R - 100R.
 Secara teoritis, wattage rating (rating watt) yang diperlukan untuk resistor ini adalah
sekitar 0.47 watt. Namun untuk amannya, pakai saja resistor semen yang putih dengan
rating 5 watt atau 10 watt.

Nanti perlu buat sedikit rangkaian. Saya akan post skema dan contoh jadinya di komen di bawah.

Sedikit tips dan saran:

1. Kalau mau langsung pasang kabel, cukup kabel biasa saja yang merah-hitam 0.75sqmm merk
Ewindo misalnya. Sebisanya jangan terlalu panjang karena nanti akan berpengaruh terhadap hasil.
Secukupnya saja, 1 meter-an kira-kira.

2. Kabel yang ke soundcard boleh langsung dipasang konektor RCA.

3. Kabel yang ke driver, boleh dipasang capit buaya, tapi kabel ke capit buaya sebaiknya disolder,
jangan hanya di-clamp / dijepit, karena beresiko terjadi multiple-contact point (titik kontaknya jadi
banyak) sehingga mengakibatkan simpangan pengukuran yang cukup jauh.

4. Saran saya jangan pakai saklar. Berhubung kualitas saklar yang umum di pasaran sekarang, amat
jelek. Dan pengukuran Z ini AMAT peka dengan koneksi. Koneksi yang kurang baik misal akibat
saklar yang kurang kontak akan membuat deviasi pengukuran yang nantinya akan membingungkan.
LAT#01 (hanya untuk peserta aktif):

Foto dan kirim dalam komen dibawah thread ini, alat yang dibuat sesuai poin no.7 dari Post#02c.
Ditunggu hasilnya sekitar 7 hari, sambil saya menyiapkan bahan materi selanjutnya. :)

CATATAN:

Bagi yang tertarik ikut sebagai peserta aktif, ini kesempatan terakhir untuk mendaftar. Langsung saja
post TES#01 seperti yang diminta. Setelah POST#02 ini maka pendaftaran peserta aktif ditutup, hanya
bisa jadi peserta pasif saja.

30 April 2017

LIMP set-up

(gambar tampilan awal layar LIMP)


Sebelum melakukan set-up dan kalibrasi, perlu diketahui bahwa sebenarnya pengukuran Z (impedance)
ini cukup banyak detil tahapannya. Namun saya putuskan kita lakukan se-sederhana dan sepraktis
mungkin. Ada beberapa langkah yang kita skip/lewati. Konsekuensinya adalah penurunan akurasi
pengukuran, namun dari pengalaman saya, cara inipun sudah amat memadai untuk keperluan hobi/DIY
dan hasilnya cukup bisa diandalkan dan dipakai dalam tahapan desain speaker selanjutnya. Pahami
prinsipnya. Untuk mendalami lebih lanjut nanti bisa pelajari sendiri dari manual LIMP.

Mulai tahap ini, saya perlu pakai beberapa screenshot/gambar tangkapan layar untuk memudahkan
penjelasan. Karena kesulitan untuk dipost di status, beberapa screenshot mungkin akan saya masukkan
di komen dari thread/post terkait, jadi nanti mohon periksa komennya.

Instalasi dianggap sudah dilakukan. Jika menggunakan usb-soundcard, akan langsung meng-override
soundcard onboard sehingga bisa langsung lanjut. Gambar terlampir adalah tampilan awal layar LIMP
pada waktu kita buka dan pilih "Continue in Demo Mode". Pada demo mode ini, software tetap
berfungsi penuh, hanya fungsi "Load" dan "Save" saja yang dikunci untuk versi berbayar, namun kita
bahkan masih bisa export hasil pengukurannya untuk keperluan simulasi crossover nanti di tahapan
desain speaker yang terakhir.
Measurement Setup

(gambar window Measurement setup)

1. Klik Setup - Measurement, sehingga muncul window terlampir diatas.


2. Lihat bagian "Measurement config".
Field "Reference channel" itu adalah channel yang dikonek di awal R-reference, digunakan untuk
referensi tegangan sebelum masuk R-ref. Kalau ikut skema jig LIMP kemarin, yang awal R-ref itu
masuk ke R-in soundcard, jadi input di field ini "Right".
Lalu ukur nilai aktual R-reference dengan DMM lalu masukkan di field "Reference Resistor".
3. Box "Frequency range (Hz)" ikuti seperti di foto saja.
4. Box "Stepped sine mode" tidak kita pakai. Untuk pengukuran ini kita pakai FFT mode, cek field yang
ada di bawah FFT mode, FFT size isi 32768 dan untuk averaging, saya biasa pilih Exp(onential)
dengan nilai max 100, penjelasan detail tentang ini bisa dibaca di manual LIMP (measuring
impedance in noisy environment). Asynchronous averaging di-checklist seperti window tsb.
Singkatnya teknik averaging ini, untuk menolong DIY-er yang pada umumnya tidak memiliki ruang
ukur khusus yang memadai baik secara ukuran maupun penataan akustiknya. Pengukuran di ruang
kecil dan tidak tertata akustik sebenarnya membuat pengukuran jadi lebih rumit karena hasil
pengukuran tidak 'bersih'. Software LIMP memberikan fasilitas untuk mempermudah kendala
tersebut dengan melakukan perhitungan rata-rata sehingga membuat hasil ukur lebih 'bersih' dan
lebih mendekati kondisi ideal.

Kalibrasi LIMP

(gambar window Calibrate Input Channel)


Kita tiba pada tahap kalibrasi LIMP. Ini adalah tahap yang AMAT penting dan sifatnya WAJIB untuk
dilakukan. Tidak melakukan langkah ini atau salah melakukannya, akan memberikan hasil pengukuran
yang salah.

Klik Record - Calibrate, atau bisa langsung klik tombol "CAL".

Sebelumnya, silakan dibuka lagi skema jig yang kita buat untuk LIMP ini, bisa dilihat di komen dari
Post#02c.

1. Untuk melakukan kalibrasi, kedua ujung awal yang menuju ke input soundcard, disatukan, untuk
dianalisa perbedaannya, boleh sebelum R-ref atau sesudah R-ref, saya biasanya sesudah R-ref.
2. Setelah disatukan seperti langkah (a) diatas, sekarang lihat kembali window Calibrate Channel Input.
Set volume di PC atau laptop ke posisi maksimum. Untuk pengukuran via soundcard, field "Output
volume (dB)" diisi 0 dB saja. Boleh coba tekan tombol "Generate". Perhatikan indikator "Input Level
Volume", pastikan tidak clip atau masuk area merah. Jika clip, bisa turunkan volume PC atau laptop,
atau field atenuasi volume "Output volume (dB)" diturunkan angkanya, misal jadi -3dB atau -6dB.
3. Setelah poin (b) selesai. Sekarang lihat field "Number of averages" di daerah calibrate. Disarankan
setidaknya 3 kali pengukuran dan diambil rata-ratanya oleh LIMP. Ini juga dimaksudkan untuk
mensiasati kondisi pengukuran yang tidak ideal.

CATATAN PENTING: ruangan dan kondisi lingkungan sebisa mungkin sesunyi mungkin, karena akan
mempengaruhi akurasi pengukuran.
4. Terakhir tinggal tekan tombol "Calibrate". Setelah selesai, maka box "Status" di kanan akan berisi
pesan "Calibrated" dengan setting yang sudah kita tentukan sebelumnya di "Measurement Setup".
Screenshotnya nanti saya post di komen.
5. Setelah box status berisi pesan "Calibrated". Kita siap untuk mulai mengukur. Pindahkan kembali
koneksi yang menuju input soundcard ke posisi semula seperti skema asli.

PENTING:

- jika kita melakukan perubahan di "Measurement Setup", maka proses kalibrasi ini HARUS diulang
kembali.

- Setiap kali kita tutup program LIMP, semua seting dan kalibrasi akan terhapus. Jadi selalu lakukan
tahapan diatas setiap kali memulai LIMP.

LAT#02-Latihan setup-kalibrasi LIMP.

Siapkan woofer untuk bahan latihan kita. Latihan dari Post#03e ini tujuannya adalah untuk mengetahui
pentingnya melakukan proses kalibrasi dengan benar. Untuk itu saya minta lakukan 2 kali pengukuran
impedance terhadap woofer yang sudah disiapkan. (Mohon diingat, ini belum masuk ke pengukuran
impedance yang sebenarnya, baru set-up dan kalibrasi LIMP saja).

1. Buka LIMP. Lakukan setup seperti dijelaskan sebelumnya, tapi TANPA melakukan proses kalibrasi.
Koneksikan jig ke woofer, lalu tekan tombol play (segitiga warna merah) hingga keluar grafik
impedance-nya. Apapun hasilnya, Selamat!! Rayakan dengan secangkir kopi. Kita sudah mulai
mengukur Z (impedance) untuk pertama kalinya. Foto atau screen-capture hasilnya.
2. Sekarang, lakukan proses kalibrasi seperti yang dijelaskan di atas. Lalu ukur lagi. Lihat apa
perbedaannya. Screenshot atau foto lagi hasil pengukurannya.
3. Tolong kedua foto tadi dimerge (dua foto digabung, foto-1 diatas, dan foto-2 dibawah). Kalau di
hape, bisa pakai aplikasi Pixlr misalnya. Setelah dimerge, post sebagai komen dibawah thread
LAT#02 ini. Selamat berlatih!!

Burn-in driver | Pendahuluan

Setelah lewat proses setup dan kalibrasi software. Sekarang kita masuk ke tahap burn-in driver.
Pengukuran TSP masih satu tahap lagi setelah ini.
Mengacu ke buku "Loudspeaker Design Cookbook"-V. Dickason, chapter 8 Loudspeaker Testing, 8.20
Break-in, page 127. "Prior to testing, all cone speakers should be 'broken-in'. The suspension will
undergo most of the loosening up (the resonance frequency can decrease as much as 15%) after five to
ten hours of play..."

Untuk keperluan pengukuran TSP, driver sebelumnya harus sudah "break-in". Suspensi driver (spider
dan surround) akan melemas setelah sekitar 5-10 jam pemakaian.

Untuk keperluan burn-in ini, kita memerlukan satu unit amplifier dan driver (woofer saja untuk
keperluan ini) yang akan diukur TSP nya.

Burn-in driver | Persiapan ampli dan signal generator

Kembali mengacu ke buku "Loudspeaker Design Cookbook"-V.Dickason, chapter 8.20 Break-in. "You can
accomplish break-in with a signal generator set for 25Hz sine wave feeding a power amplifier. Use just
enough power to achieve moderate cone travel, and run this for at least an hour."

Jadi untuk melakukan burn-in driver (woofer) ini kita memerlukan sebuah signal generator yang diset
pada frekuensi 25Hz. Untuk keperluan ini, setau saya banyak tersedia freeware signal generator di web.
Kalau yang biasa saya lakukan, saya rekam frekuensi 25Hz ini menjadi file mp3-128kbps dengan durasi
sekitar 15 detik. Pindahkan ke usb flashdisk, lalu saya play pakai mp3 player, set agar mp3 player
mengulang (repeat) file tersebut.

Catatan untuk amplifier yang digunakan untuk burn-in:

 Pilih yang dayanya cukup besar. Untuk driver woofer rumahan (home-audio) umumnya memiliki
power handling/daya yang sanggup ditangani sekitar 50-100 watt rms, paling tidak amplifiernya
punya daya keluaran minimal 50 watt rms, diatas itu lebih baik.

 Saran saya, pakai saja amplifier class-D yang cukup baik. Saya sendiri pakai class-D TPA3116, daya
2x50watt rms. Kenapa ampli class-D? Pertama, selain hemat listrik, ampli class-D umumnya punya
disipasi panas sangat kecil, seringkali bahkan nyaris tidak panas sama sekali. Saya pernah pakai
amplifier NAD c320bee untuk keperluan ini, dan hanya dalam waktu sekitar 10-15menit saja,
heatsinknya sudah tidak terpegang saking panasnya. GC LM3886 pun sama. Pastikan amplifier
memiliki ventilasi yang cukup kalau memakai amplifier kelas AB atau kelas B, bahkan perlu
ditambah kipas angin jika perlu.

 Set volume ampli sampai konus woofer bergerak cukup jauh, mendekati batas xmax (simpangan
maksimum konus).
(gambar parameter Qms driver yang sudah burned-in dalam dua kali pengukuran berjarak 24 jam)

Untuk woofer yang mau di burn-in, karena ini belum masuk ke pengukuran TSP, woofer bisa diletakkan
saja di lantai.

Biasanya saya tinggalkan woofer burn-in sekitar 2-3 hari non-stop (sekitar 48-72 jam terus menerus, itu
sebab lebih baik gunakan ampli class-D saja, hemat listrik dan tidak panas).

Untuk mengetahui driver (woofer) sudah burn-in atau belum, kita bisa ketahui dari salah satu parameter
TS nya yaitu Qms (Q mechanical system). Jika parameter Qms ini sudah konstan dalam dua kali kali
pengukuran berjarak waktu sekitar satu hari, maka driver tersebut boleh dinyatakan sudah "burned-in"
yaitu suatu kondisi dimana driver sudah mencapai performa optimalnya, parameternya sudah stabil,
tidak berubah lagi. Baru setelah kondisi ini tercapai, kita bisa melangkah ke tahap terakhir yaitu
pengukuran TSP lengkap.

LAT#03-Latihan burn-in speaker.

Sekarang kita mau coba melakukan burn-in driver.

Karena ini belum masuk tahap pengukuran TSP yang sebenarnya, peletakan driver belum terlalu kritis.

Latihan ini kalau dibuat jadwal, kurang-lebih seperti ini:

 Hari pertama: Setelah ampli, signal generator (boleh pakai mp3 player seperti cara saya tadi) dan
driver sudah siap, koneksikan semua, dan jalankan seperti keterangan diatas.
 Hari kedua (atau hari ketiga, setelah minimal 24 jam tercapai): driver dilepas koneksinya dari
amplifier, lalu coba ukur Z driver. (LIMP sudah ter-setup dan terkalibrasi dengan benar). Upayakan
driver sebisa mungkin berada dalam posisi yang sama, tidak bergeser (beda tempat, beda
lingkungan, hasil pengukuran Z akan berbeda juga). Jadi upayakan koneksi yang mudah untuk cabut
pasang ampli dan jig untuk pengukuran tanpa merubah posisi driver. Sebelumnya ukur DCR atau Re
driver menggunakan DMM, catat, lalu ukur Z nya. Tekan Analyze - Loudspeaker Parameter (Added
mass method). Di bagian user input, masukkan nilai Re yang tadi diukur ke field 'Voice Coil
Resistance' (di LIMP versi 1.8 keatas, ada option 'Estimate voice coil resistance Re', kalau ada fasilitas
ini, centang saja, software akan otomatis mengukur Re dari kurva Z dan nilai yang kita input di field
'Voice coil resistance' akan diabaikan). Lalu masukkan diameter membran ke field 'Membrane
diameter'. Cara mengukur diameter konus akan dijelaskan lebih detil nanti di post selanjutnya.
 Lalu tekan 'Calculate TSP'. Maka akan muncul window/jendela baru yang berisi beberapa parameter
TS. Screencapture window tersebut, lalu beri keterangan waktu pengukuran dilakukan.
 Lepas driver dari jig dan pasang kembali ke amplifier, lakukan lagi proses burn-in.
 Hari ketiga: lakukan lagi proses pengukuran Z, lalu analisa TSP seperti hari kedua. Setelah window
TSP keluar, screenshot dan kembali beri keterangan waktu pengukuran diambil. Jika parameter Qms
antara pengukuran ke-1 dan ke-2 ini berada dalam rentang +/- 0.1, dianggap driver sudah burned-in
dan siap untuk pengukuran TSP yang sebenarnya.

- akhir dari Post#04.

Selamat hari sabtu, malam minggu, kawan-kawan. :)

Bagaimana dengan Latihan#03 dari Pengukuran TSP nya, Burn-In Driver. Apakah ada kesulitan?

Sekalipun kalau mengacu ke buku LDC 7th ed., driver sebelum dan sesudah burn-in relatif tidak berbeda
dalam perhitungan box (sealed atau vented), namun tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
driver yang akan dipakai adalah driver yang normal atau tidak. Dan juga nanti di tahap terakhir, yaitu
tahap desain xo (crossover/rangkaian tapis), kita tetao memerlukan data dari driver yang sudah burn-in.

Sejauh ini, sampai teknik burn-in driver, 80% materi pengukuran TSP mungkin sudah selesai dibagikan.
Sisanya, tahap terakhir adalah pengukuran TSP yang sesungguhnya.

Pada kenyataannya nanti kalau sudah biasa melakukan pengukuran TSP, prosesnya mungkin selesai
hanya dalam hitungan menit saja. Tidak sulit sebenarnya.

Seperti layaknya orang membangun rumah, mulai dari pondasi hingga atap. Proses setup dan kalibrasi
adalah pondasinya, pengukurannya sendiri adalah atapnya. Sangat penting membangun diatas pondasi
yang benar. Pengukuran Z, sekalipun nampaknya sangat elektris, namun sama seperti pengukuran
akustik lainnya, sangat dipengaruhi kondisi lingkungan. Software pun sebagai alat bantu, bekerja dalam
kondisi-kondisi tertentu yang harus kita patuhi untuk mendapatkan hasil yang benar. Tanpa mengerti
kondisi-kondisi tersebut, pengukuran akustik tetap akan memberikan hasil, hanya saja hasilnya tidak
benar dan akan berdampak pada proses selanjutnya. Ini salah satu jebakan dalam pengukuran semacam
ini.

Moga-moga apa yang dibagikan boleh jadi sumbangsih yang bermanfaat.

Post#05, masih saya susun, jadi mohon bersabar, sambil mencoba Lat#03 nya, salam audio dan selamat
berakhir pekan, kawan-kawan. Sehat dan sukses selalu untuk kita semua.

Sedikit update mengenai "Burn-in" driver dari buku LDC 7th ed., halaman 195-196. Singkatnya kira-kira
begini. Dalam proses break-in, pada awalnya nampak bahwa ada pergeseran nilai fs (resonance
frequency) sekitar 11%. Namun ternyata kemudian setelah diteliti, ratio atau perbandingan antara fs
dan Qts ( ratio fs/Qts ), relatif tetap, tidak berubah secara signifikan, sehingga dalam perhitungan box
masih bisa diabaikan.
Jika demikian, apakah "break-in" ini masih diperlukan? Jawabannya: Masih. Setidaknya untuk
memastikan bahwa driver yang akan diukur adalah driver yang kondisinya bagus dan tidak cacat. Kalau
ada cacat produksi, maka akan bisa dideteksi selama proses burn-in ini.

Anda mungkin juga menyukai