Anda di halaman 1dari 2

TATAPAN MASA DEPAN

Jika kesabaran adalah modal dasar kehidupan, lalu bagaimana modal ini digunakan?
Mengapa ada banyak manusia penyabar tapi tidak berkontribusi nyata? Atau, terkadang
mereka tahan menghadapi kesulitan tapi tidak memberi perubahan positif yang
signifikan bagi masyarakat sekitar?

Kunci dari semua pertanyaan itu adalah kejelasan visi. Modal dasar kesabaran akan
meledakkan potensi seseorang saat ia menuju sebuah titik yang jelas dalam hidup.
Setiap potongan hidupnya ia fokuskan untuk pencapaian visi tersebut. Penulis buku
pengembangan diri yang fenomenal The Seven Habits, Stephen Covey menyebut poin ini
dengan istilah ‘memulai dari akhir’.

Seperti itulah kehidupan seharusnya bermula. Yaitu dari sebuah pertanyaan mendasar
tentang ‘apa yang saya inginkan dalam hidup di masa depan’. Jawabannya akan
bervasiasi karena ia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut, baik itu
agama, budaya, ataupun latar belakang masa kecil. Mimpi masa kecil Napoleon tentang
penaklukkan Eropa telah membentuk masa depan karirnya di dunia militer. Mimpi masa
kecil Alp Arslan tentang perlawanan terhadap penjajah telah berhasil menggelorakan
kembali semangat perjuangan seantero Timur Tengah dalam Perang Salib pertama.
Begitu pula dengan mimpi masa kecil Al-Fatih tentang pembebasan Konstatinopel.

Visi bisa juga terbentuk melalui perenungan yang panjang dan pergulatan kehidupan.
Che Guevara, ia menciptakan visi revolusi bersama Fidel Castro setelah melakukan
perjalanan bermotor ke berbagai negera di Amerika Selatan dan melihat ketidak-
adilan kekuatan global.

Untuk mendesain sebuah visi, kita perlu melihat tiga unsur: minat pribadi, potensi
terdalam diri, dan peluang lingkungan.

Minat pribadi bisa terbangun dari harapan sewaktu kecil, nasihat orang tua atau
guru, atau bisa juga dari inspirasi tokoh-tokoh besar yang mempengaruhi pikiran
kita. Tamim Ansary, seorang sejarawan India, saat kecil pernah bertemu dengan
Arnold Toynbee sang sejarawan legendaris Inggris. Pertemuan yang tak terlupakan itu
akhirnya menginspirasinya untuk menjadi sejarawan.

Unsur kedua sebuah visi lebih rumit, yaitu potensi terdalam diri. Potensi tidak
ditemukan sekaligus dalam sebuah training atau melalui belasan konsultasi
psikologis. Potensi juga perlu digali melalui tour of duty atau mencoba berbagai
tugas yang bervariasi, sehingga semua kemungkinan potensi bisa mendapat kesempatan
yang sama untuk ditantang kualitasnya. Bisa jadi seseorang yang berminat dalam
bidang programmer komputer tidak pernah tahu bahwa sebetulnya ia punya potensi
besar untuk menjadi pengusaha sukses karena ia tidak pernah mencoba bisnis. Seorang
Ibnu Khaldun yang termasyhur dengan buku Al-Muqaddimah-nya, tampil menjadi pemikir
sosial yang menyejarah setelah gagal menjadi politisi.

Potensi ini perlu ditemukan, karena realita menunjukkan bahwa tidak ada orang yang
bisa menjadi segalanya. Menjadi unggul di sebuah bidang yang spesifik lebih
produktif dibandingkan mencoba menjadi segala hal namun tidak pernah konsisten
berkarya.

Pada dasarnya, minat saja sudah cukup dijadikan visi dan telah banyak contoh orang
sukses di dunia ini yang berhasil meraih impinya tanpa bakat bawaan.

Kedua unsur visi tersebut akan sempurna dengan unsur yang ketiga yaitu peluang
lingkungan, yang dalam bahasa John Naisbitt ‘Megatrends‘ dan dalam bahasa Sa’id
Hawwa ‘mutathallibat al-‘Ashr atau tuntutan zaman‘. Setiap periode membutuhkan
manusia-manusia yang menjawab permasalahan-permasalahan di masa tersebut.
Karenanya, kenalilah apa tantangan-tantangan kehidupan abad 21 di berbagai bidang,
lalu tetapkan visi untuk menjadi bagian dari solusi. Ini akan membuat minat dan
potensi erdalam diri kita mengarah pada sebuah visi yang secara nyata dibutuhkan
manusia.

Anda mungkin juga menyukai