Anda di halaman 1dari 3

Abraham Lincoln

Ada benarnya apa yang dikatakan Alfred, pembantu Bruce Wayne dalam film Batman Bagin, ketika
majikan mudanya itu tengah mengalami keterpurukan, ia bertanya kepada bruce, “mengapa kita jatuh?”
ia kemudian menjawab sendirinya sendiri, “Agar kita belajar untuk bangkit.”

Dialog ini cukup inspiratif, walau hanya terjadi dalam film. Kita dapat meberikan makna positif atas apa
yang kita alami; penderitaan, kegagalan, kekecewaan, dan sebagainya. Artinya, semua pengalaman
tersebut tidaklah sia-sia, tapi merupakan bagian dari pelajaran hidup agar kita bangkit dan menjadi lebih
matang. Bukannya lantas murung, berputus asa, dan menutupi diri.

Seorang tokoh inspirator lainnya yang mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah adalah Abraham
Lincoln, presiden Amerika Serikat yang ke-16. Ia telah berkali-kali jatuh, dan berkali-kali pula bangkit.

Lincoln akan dikenang selamanya karena perjalannya menuju popularitas yang begitu inspirasional.
Perjuangannya menghapuskan perbudakan dari negerinya dan kemampuannya mempersatukan bangsa
yang sedang terpecah adalah beberapa hal hebat yang telah dilakukannya.

Jika ada politisi mengalami nasib seperti Lincoln, khususunya para politisi Indonesia, mungkin ia sudah
banting setir karena tidak sanggup mengalami kegagalan bertubi-tubi.

Beberapa kegagalan Lincoln antara lain:

 Tahun 1831 usahanya bangkrut


 Tahun 1832 ia kalah dalam pemilihan tingkat local
 Tahun 1833 usahanya bangkrut kembali
 Tahun 1835 istrinya meninggal dunia
 Tahun 1836 ia sempat menderita tekanan mental sehingga hamper saja masuk rumah sakit jiwa
 Tahun 1840 ia gagal dalam pemilihan anggota senat Amerika Serikat
 Tahun 1842 ia kalah dalam pemilihan anggota kongres Amerika Serikat
 Tahun 1848 ia kalah lagi untuk menduduki kursi wakil presiden Amerika Serikat
 Tahun 1858 ia kalah lagi disenat Amerika Serikat

Dari rangkaian kegagalan demi kegagalan tersebut, akhirnya Lincoln sukses menjadi presiden Amerika
Serikat pada tahun 1860. Bermacam kegagalan dalam hidupnya tidak membuat Lincoln mengurung diri
dan meninggalkan semua yang telah diperjuangkannya. Ia memang pernah frustasi dan bahkan hampir
gila, tapi ia bisa bangkit sampai akhirnya berhasil meraih cita-cita. Lincoln adalah juara gagal yang
sukses. Orang sukses menjadikan kegagalan sebagai tangga untuk berdiri lebih tinggi lagi, sementara
pecundang menjadikan kegagalan sebagai tembok untuk mengurung diri.
Rahasia untuk bisa terus survive pasca kegagalan adalah dengan bangkit, bangkit, dan bangkit lagi.
Semakin besar motivasi untuk bangkit, tentunya akan semakin keras pula usaha seseorang untuk
melewati kegagalan dalam rangka perjalanannya.

Tidak diragukan lagi, Lincoln memiliki motivasi yang kuat untuk meraih cita-citanya. Ia juga tabah
dalam perjalanannya meraih impiannya karena sadar bahwa apa yang dikejarnya tidak hanya bermanfaat
bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi banyak orang, khususnya mereka yang tertindas dari perbudakan.

Dari Lincoln kita dapat belajar tentang kekuatan motivasi, khususnya yang bersumber dari hati nurani.
Betapa kuatnya dorongan hati dalam mencapai cita-cita sehingga sanggup menanggung berbagai
kesulitan dan penderitaan.

Kita dapat memanfaatkan kekuatan dorongan motivasi dengan memahami apa sesungguhnya yang kita
inginkan serta apa manfaat dan maknanya bagi kahidupan kita dan orang lain. Dengan memahami hal-hal
tersebut, kekuatan motivasi akan bekerja sebagai roda peneggerak bagi kegiatan yang kita lakukan.

Empati adalah salah satu kunci sukses Lincoln bertahan melawan kegagalannya. Atas dasar hajat hidup
orang banyak dan harapan untuk memberikan memperjuangkan kemaslahatan orang banyak, apapun akan
ia terjang dan hadapi. Dalam sebuah pernyataan, ia menyampaikan, “sebagaimana aku tidak ingin
menjadi budak, aku tidak ingin menjadi tuan. Inilah pernyataanku tentang ide demokrasi.”

Jika kita melakukan sesuatu demi sebuah manfaat untuk orang lain, pasti kekuatan yang muncul akan
lebih dahsyat dibandingkan kalau kepentingannya hanya untuk pribadi. Sepertihalnya Lincoln yang mati-
matian berjuang untuk alas an hajat hidup orang banyak dinegaranya, kita pun bisa memiliki jiwa
sepertinya. Terlepas dari agama dan keyakinannya. Sisi kemanusiannya yang menjadi inspirasi kita
bersama.

Mari berhijrah, dari yang mengejar kesuksesan untuk diri-sendiri menjadi meraih kesuksesan untuk orang
lain.

Mari berhijrah, dari yang mengejar kesuksesan untuk diperhatikan menjadi meraih kesuksesan untuk
memerhatikan.

Mari berhijrah, dari yang mengejar kesuksesan untuk memperkaya diri menjadi meraih kesuksesan untuk
memperkaya bangsa.

Mari berhijrah, dari yang mengejar kesuksesan untuk mengejar martabat menjadi meraih kesuksesan
untuk menebar manfaat.

Mari berhijrah, dari yang mengejar kesuksesan untuk mendapat pujian menjadi meraih kesuksesan untuk
bisa berjuang dengan ikhlas dijalan Allah.

Dikutip dari buku “Jangan Pernah Menyerah” karya Aldilla Dharma.

Anda mungkin juga menyukai