FOLLOW
“Jadilah Dirimu Sendiri”, “Kun Anta”, “Be Your Self” sebuah nasihat yang “membumi” dan “mengudara”
kalimat sederhana yang mengandung pesan begitu dalam dan tidak sederhana. Untuk menjadi diri
sendiri setidaknya harus menjawab beberapa pertanyaan mendasar tentang siapa diri kita dan apa yang
menjadi kehendak diri kita?.
Ada sebuah ungkapan menarik “ semua yang ada di bawah matahari dan diatas bumi sudah pernah
dilakukan makhluk didalam bumi baik yang masih hidup atau yang sudah mati” apa yang berjalan dalam
ruang sejarah adalah pengulangan dari yang sebelumnya pun kalau ada yang benar-benar baru
“hanyalah sedikit” nyatanya apa yang disajikan oleh hidup dan kehidupan sebahagian besar berakar dari
pendahulu selebihnya adalah hasil modifikasi saja.
Menjadi diri sendiri bukan lantas tidak dengan melihat orang lain, dibutuhkan figur sebagai keteladanan
atau paling tidak sebagai frame terluar untuk berubah menjadi diri sendiri yang seperti “itu”. dalam
langkah mengenali diri sendiri perlu ekstraksi diri, semua unsur yang ada dalam kedirian seorang
manusia harus diuraikan seperti apa yang menjadi kecenderungan terhadap sesuatu dan yang paling
mendekati bagaimana diri kita atau cerminan kita.
Bakat dan keunikan diri adalah dua hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu, sebagai contohnya
Ronaldo dan Messi memiliki bakat dan minat dalam dunia sepak bila namun mereka memiliki keunikan
diri, yang membedakannya misalkan saja Ronaldo dengan power dan akurasinya sedangkan lionel messi
dengan kelihaiannya gocekannya terhadap si kulit bundar. Contoh lainnya tentang perspektif, Andrea
Hirata dan Eka Kurniawan sama-sama sebagai novelis namun memiliki gaya tulisan yang berbeda. Hal
tersebut menunjukkan bahwa untuk menjadi diri sendiri garis bawahnya terletak pada mengetahui dan
mengasah kekhasan diri.
Setelah mengenali siapa diri dan bagaimana ia, lantas pertanyaan berikutnya adalah apakah sebenarnya
kehendak diri itu?. Pramoedya anata toer, sastrawan besar Indonesia yang dapat dibilang sudah
mencapai puncak estetikanya sebagai pengarang mengatakan dalam film dokumenter mendengan si
bisu bernyanyi “sampai hari ini aku belum bisa menjawab siapa aku ini dan apa yang aku kehendaki?”
menurutnya itu adalah pertanyaan sulit. Kehendak diri bukan sekadar tentang aku ingin ini dan itu
namun lebih kepada bentuk dari perwujudan eksistensi diri itu sendiri. Mungkin itulah yang
menyebabkan ia tidak mudah diterjemahkan.
Ingin berperan sebagai apa? Dimana? Untuk siapa? Atas dasar apa? Kenyataannya bermuara pada dua
kemungkinan tentang kehendak diri dan kehendak orang lain. lalu bagaimana?, Harun Yahya dalam
bukunya semangat dan gairah menjelaskan kehendak tuhan diatas kehendak manusia, manusia yang
memiliki kekuatan tidak terbatas hanyalah mereka yang memiliki landasan keimanan terhadap
Tuhannya. Mereka yang memiliki orientasi pada keridhoan yang maha kuasalah yang terbukti stabil
dalam memelihara diri sendiri.
Akhirnya, menjadi diri sendiri adalah melejitkan eksistensi tentang kedirian manusia. Eksistensi untuk
dirinya sendiri yang bermanfaat untuk orang lain yang diperuntukkan untuk Tuhannya. Urusan mahu
menjadi yang seperti apa itulah “DIRIMU SENDIRI” ...
Video Pilihan
TERPOPULER
Ivan Lanin pun Bingung Apa Perbedaan Mudik dan Pulang Kampung
Ibarat Pendekar Silat, Jokowi Menghadapi Serangan dari Segala Sisi, Sanggupkah?
NILAI TERTINGGI
Tanam Aneka Jenis Pohon dan Tanaman Lainnya di Hari Bumi, Anda Sudah?
Niat Tanpa Ikhtiar Cumalah Mimpi, Visi Tanpa Eksekusi Hanyalah Halusinasi
FEATURE ARTICLE
TERBARU
Filsafat pragmatisme
Meramu Temu
HEADLINE
Ad