0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut memberikan ringkasan biografi singkat dari 3 pemimpin sukses yaitu Tom Tiller dari Polaris, Roberto Goizueta dari Coca-Cola, dan Debra Dunn dari Hewlett-Packard. Ketiganya mengambil pelajaran berharga dari masa lalu dan pengalaman hidup untuk membentuk karakter kepemimpinan mereka, seperti etos kerja, keberanian mengambil risiko, serta memperlakukan semua orang dengan hormat.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan biografi singkat dari 3 pemimpin sukses yaitu Tom Tiller dari Polaris, Roberto Goizueta dari Coca-Cola, dan Debra Dunn dari Hewlett-Packard. Ketiganya mengambil pelajaran berharga dari masa lalu dan pengalaman hidup untuk membentuk karakter kepemimpinan mereka, seperti etos kerja, keberanian mengambil risiko, serta memperlakukan semua orang dengan hormat.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan biografi singkat dari 3 pemimpin sukses yaitu Tom Tiller dari Polaris, Roberto Goizueta dari Coca-Cola, dan Debra Dunn dari Hewlett-Packard. Ketiganya mengambil pelajaran berharga dari masa lalu dan pengalaman hidup untuk membentuk karakter kepemimpinan mereka, seperti etos kerja, keberanian mengambil risiko, serta memperlakukan semua orang dengan hormat.
Bab buku ini bercerita tentang cerita luar biasa beberapa Pemimpin sukses. Bagaimana para pemimpin tersebut menilik balik masa lalunya lalu mengambil saripati nilai-nilai kehidupan yang membentuk para pemimpin tersebut menjadi pemimpin yang betul- betul mendefinisikan seorang Pemimpin.
1. Tom Tiller, CEO Polaris
Tom Tiller merupakan salah satu pemuda paling sukses di Amerika. Pada usia 33 tahun, ia telah menjabat kepala produksi untuk divisi peralatan di General Electric (GE), danm menjadi pegawai termuda saat itu. Lalu, pada usia 34 tahun, ia mengepalai bisnis silicon perusahaan senilai $1 Miliar. Dari situlah, ia kemudian menjadi CEO Polaris. Tom Tiller dibesarkan disebuah kota kecil di utara Vemont yang bernama Essex Junction. Jaraknya sekitar 30 mil dari perbatasan Kanada. Lingkungan kecil tersebutlah yang menanamkan nilai-nilai yang berakar pada Tiller semenjak usianya masih sangat muda. Etos kerjanya dikenal sebagai etos kerja Yankee (orang Amerika). Tiller bercerita bahwa dalam hidup tiap orang pasti ada satu sosok yang sangat berpengaruh besar dalam membentuk pribadi seseorang. Ia mengatakan bahwa sosok itu adalah kakeknya. Kakek Tiller putus sekolah di kelas sembilan, ayahnya meninggal ketika masih sekolah dan dia pun harus menjadi tulang punggung keluarga. Dia menjadi mandiri dari kecil hingga akhirnya kakek Tiller menjadi pengusaha yang sangat sukses. Menjakalnkan beberapa bisnis berbeda yang pengelolaannya sangat efektif dan efisien. Tiller pernah bertanya pada kakeknya sebenarnya apa kuncinya kenapa ia bisa sukses?. Ternyata kakek Tiller merupakan orang yang akan selalu melakukan hal yang ada di alam ide tau konsepnya. Contoh yang menarik misalnya ketika Tiller masih berumur 7 atau 9 tahun, kakek Tiller sengaja memberikan Tiller sebuah mobil Jeep yang ternyata fungsinya agar Tiller mengendari mobil itu dilokasi bisnisnya (sawmill) yang juga secara tidak sadar Tiller telah membantu sawmillnya. Kemudian yang menarik adalah ketika Tiller baru berusia 17 tahun, kakeknya menyuruhnya untuk membuat landasan pacu pesawat. Tiller berkata, “Saya belum pernah membuatnya”, kakeknya lantas menjawab “Saya tahu kau belum pernah membuatnya, tapi cari tahulah bagaimana cara membuatnya”. Kakek Tiller selalu mengatakan lakukanlah, cobalah, jika gagal coba lagi. Konsep itulah yang selalu ditanamkan Tiller. Tiller mengatakan bahwa hal terburuk Anda lakukan dalam hidup adalah mengatakan kepada orang lain bahwa dia tidak akan bisa melakukan suatu hal, atau mengasumsikan bahwa orang lain tidak akan bisa melakukan sesuatu. Kebanyakan orang akan berbicara bahwa kamu tidak bisa melakukannya, kamu memiliki batasan. Tetapi yang perlu diingat bahwa semangat manusia tidak terbatas. Kita bisa melakukan apapun yang kita mau. Nilai-nilai hidup yang bisa dipetik dari kehidupan Tiller salah satunya adalah dengan memperlakukan semua orang sama terlepas dari apa latar belang mereka. Kakek Tiller yang dianggapnya sebagai salah satu orang terpintar bahkan tidak lulus sekolah. Memperlakukan semua orang dengan cara yang sama dengan tingkat martabat, rasa hormat, dan penghargaan yang sama merupakan hal penting dalam hidup. Orang yang bebeda akan memainkan peran yang bebeda dalam satu kelompok, tetapi dalam konteks rasa hormat kita harus menyamakan mereka semua. Selain itu, Etos kerja pun merupakan salah satu hal yang paling krusial, dan juga keberanian pengambilan risiko. Jadi, setiap hal harus kita usahakan semaksimal mungkin dan jangan takut untuk mengambil risiko. Apabila kita membuat kesalahan kecil kemudian gagal, masih ada hari kemudian untuk kita mencoba lagi hingga seluruh pola-pola kegagalan kita ketahui, dan akhirnya membentuk pola kesuksesan
2. Roberto Goizueta dari Coca-Cola
Mendiang Roberto Goizuet,mantan CEO Coca Cola Company, merupakan salah satu CEO terbaik sepanjang sejarah dalam dunia bisnis. Ketika dia memimpin Coke pada tahun 1981, Coke sudah menjadi salah satu perusahaan paling sukses dan dihormati di dunia. Dalam 15 tahun, dia meningkatkan keuntungan perusahaan lebih dari tujuh kali lipat dan meningkakan nilai pasar tiga puluh kali lipat. Filosofi bisnis yang menjadi cerminan kesuksesannya dia pelajari di perkebunan gula keluarganya di Kuba dan keberanian tak terbatas dalam pengambilan risiko yang dia dapat dari Bapak Revolusi Kuba, Fidel Castro. Goizueta adalah pria berwatak lembut yang kelembutannya bisa menipu bila kita pertama kali bertemu dengannya. Saat terpilih menjadi CEO Coke, sikapnya yang tenang dan bersahaja justru terkesan aneh bagi para karyawan sebab Coke merupakan perusahaan yang citranya adalah kegembiraan. Goizueta sendiri pernah mengatakan pada majalah Fortune bahwa “Kami tidak tahu bagaimana menjual barang hanya berdasarkan pada penampilan luar saja, Masa yang kita jual hanya gambar?” Tapi dibalik kebijaksanaannya dan filosofi kesuksesannya, kehidupan yang ia jalani pun sangat bervariasi. Filosofi bisnis Goizueta terbentuk dari bacaan dan diskusi dengan kakeknya. Dari diskusi yang panjang menghasilkan buah pemikiran yang memandu Goizueta dalam memimpin Coca Cola di beberapa decade kemudian. Salah satu hal yang menurut Goizueta dia pelajari dari kakeknya adalah bahwa kita harus fokus pada hal-hal penting, dan tinggalkan urusan yang tidak penting. Sampai hari ini, kata-kata Goizueta yang masih sering dikutip adalah “Saya sangat percaya pada arus kas. Penghasilan adalah konvensi buatan manusia, tetapi uang tunai adalah uang tunai. Semakin besar perusahaan, semakin sedikit pemahaman arus kasnya” Makanya untuk itu harus tetap fokus, dan konsentrasi pada hal penting itu. Pelajaran lain yang diperolah Goizueta dari kakeknya adalah tentang tanggung jawab menjadi pemilik dan menambah nilai bisnis. Secara teknis, kepemilikan saham Goizueta hanya mewakili sebagian kecil dari modal Coca-Cola, tetapi dia memelihara modal itu seolah-olah itu semua miliknya. Secara internal, Goizueta juga memperkenalkan pada tahun 1987 formula yang disebut Economic Value Added yang menghitung pengembalian modal yang diinvestasikan. 'Goizueta mengevaluasi setiap pengeluaran dari sudut pandang bahwa jika sebuah proyek menghasilkan 10% tetapi biaya modalnya adalah 15%, proyek tersebut memiliki potensi penghancuran nilai ekonomi. Ide, datang langsung dari kakeknya. “Anda meminjam uang pada tingkat tertentu dan menginvestasikannya pada tingkat yang lebih tinggi dan mengantongi selisihnya. Goizueta belajar teknik Kimia di Yale University karena menurutnya akan sangat membantu ketika dia telah mengambil alih bisnis keluarga. Tetapi ketika kembali di Kuba, dia gelisah. Terinspirasi oleh kakeknya, Ia pun ingin menguji dirinya sendiri dan ingin agar dunia mengenal dirinya. Hingga Ia akhirnya bergabung dengan Coca Cola sebagai ahli kimia tingkat pemula di Havana. Lalu, tahun 1959 ketika Fidel Castro mengambil alih Kuba, Ia akhirnya betul-betul terpuruk dan hanya menyisakan uang tunai $40, dan 100 lembar saham Coca Cola miliknya yang disimpan di New York. Pengalaman itu memberikan pelajaran penting bagi Goizueta bahwa adalah mungkin bertahan hidup dan sejahtera bahkan setelah kita pernah kehilangan segalanya. Castro mengajarinya secara tidak langsung untuk berani mengambil risiko. Ia mengatakan bahwa kita menciptakan peluang, jika kita ingin dan berani mengambil risiko
3. Debra Dunn dari The Hewlett-Packard Company
Ketika penulis buku ini meminta perusahaan Hewlett-Packard untuk memperkenalkan beberapa pemimpin muda terbaik mereka, Debra Dunn berada di urutan teratas dalam daftar. Pada usia 40 Tahun, Dunn menjadi manajer umum di bagian Test and Measurement produk perusahaan. Dia bertanggung jawab atas produk, termasuk saluran pembuangan video, modem kabel, dan teknologi komunikasi data nirkabel hingga semua produk berteknologi tinggi yang tak biasa. Dunn merupakan salah satu wanita dengan peringkat tertinggi di Silicon Valley dan salah satu eksekutif lini perusahaan paling senior tanpa gelar teknik. Ketika usia 14 tahun, ayah Dunn meninggal dan ibunya yang telah bekerja sepanjang hidupnya, bingung dan kalang kabut untuk menyelesaikan urusan dan masalah yang ditinggalkan ayahnya. Jadi Dunn terpaksa harus mencari uang bagi keluarganya agar bisa bertahan hidup. Disatu sisi itu merupakan hal yang menakutkan bagi Dunn, akan tetapi di sisi lain hal tersebut memberi kepercayaan diri pada Dunn yang berguna disepanjang hidupnya. Dunn mengatakan bahwa kepercayaan diri, optimisme merupakan hal yang sangat penting dan hal fundamental untuk menjadi seorang pemimpin. Sebab, ketika kita berada pada situasi yang tampaknya sangat buruk dan mustahil akan keluar, jika kita percaya diri dan memberikan solusi maka hal tersebut tidak akan tampak begitu mustahil lagi. Tekad dan kepercayaan diri yang dikembangkan Dunn saat remaja menjadikan Dunn meraih banyak pencapaian ketika masih muda. Dia pun berolahraga dan saat lulus Dunn mewakili kelasnya dalam membacakan pidato kelulusan, setelah itu Ia melulusi beasiswa ke Brown University dimana di lingkungan tersebutlah Ia mendapatkan tantangan baru dan mempelajari banyak hal penting yang telah membentuk pemikiran dan cara berpikirnya. Lalu saat Dunn menghabiskan waktu empat tahunnya bekerja di komunitas organisasi non-profit, Ia terus belajar tentang memimpin dan memotivasi orang. Tetapi dia pun mulai mempertanyakan pada diri sendiri mengapa dia ingin mempin? Apa yang membuatnya berada di depan sebagai pemimpin? Mengakui bahwa mungkin ada beberapa rasionalisasi dan khayakan diri yang terlibat pada jawabannya, dia mengatakan bahwa dia akhirnya memutuskan bahwa apa yang benar-benar membuatnya tertarik menjadi memimpin adalah dia ingin mempengaruhi cara orang dalam menghadapi satu sama lain. Setelah keluar dari organisasi non-profit itu, ia kemudian tinggal di Boston dan menghabiskan banyak waktunya untuk belajar seperti banyak pemimpin lainnya. Dia melamar dan diterima di Harvard Bussiness School. Dari Harvad-lah Dunn kemudian dipekerjakan oleh Hewlett-Packard atau yang biasa dikenal dengan nama HP. Di HP dia mulai mengubah nilai-nilai sosialnya dan mempelajari pelajaran ekonomi “alternative” untuk bisa menjadi pemimpin yang efektif di perusahaan Amerika. Misalnya ketika diberi tugas diawal karirnya, dia kemudian mengeluarkan kebijakan agar panel atau badan pengawas dilemahkan agar ruang pengambilan keputusan lebih luas. Berulang kali sepanjang karirnya ia melakukan tindakan yang out of the box untuk memecahkan masalah dan terbukti efektif. Perjuangan Dunn dari keluarga yatim dan kesuksesannya di Brown telah memberikan Dunn pelajaran hidup bahwa seberapa banyakpun tantangan dan masalah akan bisa terselesaikan apabila dihadapi dengan tegas dan berani. Terakhir Dunn pernah berkata bahwa warisan yang ingin dia tinggalkan adalah membantu orang memahami terkadang sangat bagus walaupun dia tidak menyukai kita. Sebab, menjadi berbeda itu tidak masalah, menjadi berbeda terkadang lebih baik.