Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan.

Masa Lalu Sebagai Prolog


Bab buku ini bercerita tentang cerita luar biasa beberapa Pemimpin sukses. Bagaimana
para pemimpin tersebut menilik balik masa lalunya lalu mengambil saripati nilai-nilai
kehidupan yang membentuk para pemimpin tersebut menjadi pemimpin yang betul-
betul mendefinisikan seorang Pemimpin.

1. Tom Tiller, CEO Polaris


Tom Tiller merupakan salah satu pemuda paling sukses di Amerika. Pada usia
33 tahun, ia telah menjabat kepala produksi untuk divisi peralatan di General Electric
(GE), danm menjadi pegawai termuda saat itu. Lalu, pada usia 34 tahun, ia
mengepalai bisnis silicon perusahaan senilai $1 Miliar. Dari situlah, ia kemudian
menjadi CEO Polaris. Tom Tiller dibesarkan disebuah kota kecil di utara Vemont
yang bernama Essex Junction. Jaraknya sekitar 30 mil dari perbatasan Kanada.
Lingkungan kecil tersebutlah yang menanamkan nilai-nilai yang berakar pada Tiller
semenjak usianya masih sangat muda. Etos kerjanya dikenal sebagai etos kerja
Yankee (orang Amerika).
Tiller bercerita bahwa dalam hidup tiap orang pasti ada satu sosok yang
sangat berpengaruh besar dalam membentuk pribadi seseorang. Ia mengatakan
bahwa sosok itu adalah kakeknya. Kakek Tiller putus sekolah di kelas sembilan,
ayahnya meninggal ketika masih sekolah dan dia pun harus menjadi tulang
punggung keluarga. Dia menjadi mandiri dari kecil hingga akhirnya kakek Tiller
menjadi pengusaha yang sangat sukses. Menjakalnkan beberapa bisnis berbeda
yang pengelolaannya sangat efektif dan efisien. Tiller pernah bertanya pada
kakeknya sebenarnya apa kuncinya kenapa ia bisa sukses?. Ternyata kakek Tiller
merupakan orang yang akan selalu melakukan hal yang ada di alam ide tau
konsepnya. Contoh yang menarik misalnya ketika Tiller masih berumur 7 atau 9
tahun, kakek Tiller sengaja memberikan Tiller sebuah mobil Jeep yang ternyata
fungsinya agar Tiller mengendari mobil itu dilokasi bisnisnya (sawmill) yang juga
secara tidak sadar Tiller telah membantu sawmillnya.
Kemudian yang menarik adalah ketika Tiller baru berusia 17 tahun, kakeknya
menyuruhnya untuk membuat landasan pacu pesawat. Tiller berkata, “Saya belum
pernah membuatnya”, kakeknya lantas menjawab “Saya tahu kau belum pernah
membuatnya, tapi cari tahulah bagaimana cara membuatnya”. Kakek Tiller selalu
mengatakan lakukanlah, cobalah, jika gagal coba lagi. Konsep itulah yang selalu
ditanamkan Tiller.
Tiller mengatakan bahwa hal terburuk Anda lakukan dalam hidup adalah
mengatakan kepada orang lain bahwa dia tidak akan bisa melakukan suatu hal, atau
mengasumsikan bahwa orang lain tidak akan bisa melakukan sesuatu. Kebanyakan
orang akan berbicara bahwa kamu tidak bisa melakukannya, kamu memiliki
batasan. Tetapi yang perlu diingat bahwa semangat manusia tidak terbatas. Kita
bisa melakukan apapun yang kita mau.
Nilai-nilai hidup yang bisa dipetik dari kehidupan Tiller salah satunya adalah
dengan memperlakukan semua orang sama terlepas dari apa latar belang mereka.
Kakek Tiller yang dianggapnya sebagai salah satu orang terpintar bahkan tidak lulus
sekolah. Memperlakukan semua orang dengan cara yang sama dengan tingkat
martabat, rasa hormat, dan penghargaan yang sama merupakan hal penting dalam
hidup. Orang yang bebeda akan memainkan peran yang bebeda dalam satu
kelompok, tetapi dalam konteks rasa hormat kita harus menyamakan mereka
semua. Selain itu, Etos kerja pun merupakan salah satu hal yang paling krusial, dan
juga keberanian pengambilan risiko. Jadi, setiap hal harus kita usahakan
semaksimal mungkin dan jangan takut untuk mengambil risiko. Apabila kita
membuat kesalahan kecil kemudian gagal, masih ada hari kemudian untuk kita
mencoba lagi hingga seluruh pola-pola kegagalan kita ketahui, dan akhirnya
membentuk pola kesuksesan

2. Roberto Goizueta dari Coca-Cola


Mendiang Roberto Goizuet,mantan CEO Coca Cola Company, merupakan
salah satu CEO terbaik sepanjang sejarah dalam dunia bisnis. Ketika dia memimpin
Coke pada tahun 1981, Coke sudah menjadi salah satu perusahaan paling sukses
dan dihormati di dunia. Dalam 15 tahun, dia meningkatkan keuntungan perusahaan
lebih dari tujuh kali lipat dan meningkakan nilai pasar tiga puluh kali lipat. Filosofi
bisnis yang menjadi cerminan kesuksesannya dia pelajari di perkebunan gula
keluarganya di Kuba dan keberanian tak terbatas dalam pengambilan risiko yang dia
dapat dari Bapak Revolusi Kuba, Fidel Castro.
Goizueta adalah pria berwatak lembut yang kelembutannya bisa menipu bila
kita pertama kali bertemu dengannya. Saat terpilih menjadi CEO Coke, sikapnya
yang tenang dan bersahaja justru terkesan aneh bagi para karyawan sebab Coke
merupakan perusahaan yang citranya adalah kegembiraan. Goizueta sendiri pernah
mengatakan pada majalah Fortune bahwa “Kami tidak tahu bagaimana menjual
barang hanya berdasarkan pada penampilan luar saja, Masa yang kita jual hanya
gambar?” Tapi dibalik kebijaksanaannya dan filosofi kesuksesannya, kehidupan
yang ia jalani pun sangat bervariasi.
Filosofi bisnis Goizueta terbentuk dari bacaan dan diskusi dengan kakeknya.
Dari diskusi yang panjang menghasilkan buah pemikiran yang memandu Goizueta
dalam memimpin Coca Cola di beberapa decade kemudian. Salah satu hal yang
menurut Goizueta dia pelajari dari kakeknya adalah bahwa kita harus fokus pada
hal-hal penting, dan tinggalkan urusan yang tidak penting. Sampai hari ini, kata-kata
Goizueta yang masih sering dikutip adalah “Saya sangat percaya pada arus kas.
Penghasilan adalah konvensi buatan manusia, tetapi uang tunai adalah uang tunai.
Semakin besar perusahaan, semakin sedikit pemahaman arus kasnya” Makanya
untuk itu harus tetap fokus, dan konsentrasi pada hal penting itu.
Pelajaran lain yang diperolah Goizueta dari kakeknya adalah tentang
tanggung jawab menjadi pemilik dan menambah nilai bisnis. Secara teknis,
kepemilikan saham Goizueta hanya mewakili sebagian kecil dari modal Coca-Cola,
tetapi dia memelihara modal itu seolah-olah itu semua miliknya. Secara internal,
Goizueta juga memperkenalkan pada tahun 1987 formula yang disebut Economic
Value Added yang menghitung pengembalian modal yang diinvestasikan. 'Goizueta
mengevaluasi setiap pengeluaran dari sudut pandang bahwa jika sebuah proyek
menghasilkan 10% tetapi biaya modalnya adalah 15%, proyek tersebut memiliki
potensi penghancuran nilai ekonomi. Ide, datang langsung dari kakeknya. “Anda
meminjam uang pada tingkat tertentu dan menginvestasikannya pada tingkat yang
lebih tinggi dan mengantongi selisihnya.
Goizueta belajar teknik Kimia di Yale University karena menurutnya akan
sangat membantu ketika dia telah mengambil alih bisnis keluarga. Tetapi ketika
kembali di Kuba, dia gelisah. Terinspirasi oleh kakeknya, Ia pun ingin menguji
dirinya sendiri dan ingin agar dunia mengenal dirinya. Hingga Ia akhirnya bergabung
dengan Coca Cola sebagai ahli kimia tingkat pemula di Havana. Lalu, tahun 1959
ketika Fidel Castro mengambil alih Kuba, Ia akhirnya betul-betul terpuruk dan hanya
menyisakan uang tunai $40, dan 100 lembar saham Coca Cola miliknya yang
disimpan di New York. Pengalaman itu memberikan pelajaran penting bagi Goizueta
bahwa adalah mungkin bertahan hidup dan sejahtera bahkan setelah kita pernah
kehilangan segalanya. Castro mengajarinya secara tidak langsung untuk berani
mengambil risiko. Ia mengatakan bahwa kita menciptakan peluang, jika kita ingin
dan berani mengambil risiko

3. Debra Dunn dari The Hewlett-Packard Company


Ketika penulis buku ini meminta perusahaan Hewlett-Packard untuk
memperkenalkan beberapa pemimpin muda terbaik mereka, Debra Dunn berada di
urutan teratas dalam daftar. Pada usia 40 Tahun, Dunn menjadi manajer umum di
bagian Test and Measurement produk perusahaan. Dia bertanggung jawab atas
produk, termasuk saluran pembuangan video, modem kabel, dan teknologi
komunikasi data nirkabel hingga semua produk berteknologi tinggi yang tak biasa.
Dunn merupakan salah satu wanita dengan peringkat tertinggi di Silicon Valley dan
salah satu eksekutif lini perusahaan paling senior tanpa gelar teknik.
Ketika usia 14 tahun, ayah Dunn meninggal dan ibunya yang telah bekerja
sepanjang hidupnya, bingung dan kalang kabut untuk menyelesaikan urusan dan
masalah yang ditinggalkan ayahnya. Jadi Dunn terpaksa harus mencari uang bagi
keluarganya agar bisa bertahan hidup. Disatu sisi itu merupakan hal yang
menakutkan bagi Dunn, akan tetapi di sisi lain hal tersebut memberi kepercayaan
diri pada Dunn yang berguna disepanjang hidupnya. Dunn mengatakan bahwa
kepercayaan diri, optimisme merupakan hal yang sangat penting dan hal
fundamental untuk menjadi seorang pemimpin. Sebab, ketika kita berada pada
situasi yang tampaknya sangat buruk dan mustahil akan keluar, jika kita percaya diri
dan memberikan solusi maka hal tersebut tidak akan tampak begitu mustahil lagi.
Tekad dan kepercayaan diri yang dikembangkan Dunn saat remaja
menjadikan Dunn meraih banyak pencapaian ketika masih muda. Dia pun
berolahraga dan saat lulus Dunn mewakili kelasnya dalam membacakan pidato
kelulusan, setelah itu Ia melulusi beasiswa ke Brown University dimana di
lingkungan tersebutlah Ia mendapatkan tantangan baru dan mempelajari banyak hal
penting yang telah membentuk pemikiran dan cara berpikirnya.
Lalu saat Dunn menghabiskan waktu empat tahunnya bekerja di komunitas
organisasi non-profit, Ia terus belajar tentang memimpin dan memotivasi orang.
Tetapi dia pun mulai mempertanyakan pada diri sendiri mengapa dia ingin mempin?
Apa yang membuatnya berada di depan sebagai pemimpin? Mengakui bahwa
mungkin ada beberapa rasionalisasi dan khayakan diri yang terlibat pada
jawabannya, dia mengatakan bahwa dia akhirnya memutuskan bahwa apa yang
benar-benar membuatnya tertarik menjadi memimpin adalah dia ingin
mempengaruhi cara orang dalam menghadapi satu sama lain.
Setelah keluar dari organisasi non-profit itu, ia kemudian tinggal di Boston dan
menghabiskan banyak waktunya untuk belajar seperti banyak pemimpin lainnya. Dia
melamar dan diterima di Harvard Bussiness School. Dari Harvad-lah Dunn
kemudian dipekerjakan oleh Hewlett-Packard atau yang biasa dikenal dengan nama
HP. Di HP dia mulai mengubah nilai-nilai sosialnya dan mempelajari pelajaran
ekonomi “alternative” untuk bisa menjadi pemimpin yang efektif di perusahaan
Amerika. Misalnya ketika diberi tugas diawal karirnya, dia kemudian mengeluarkan
kebijakan agar panel atau badan pengawas dilemahkan agar ruang pengambilan
keputusan lebih luas. Berulang kali sepanjang karirnya ia melakukan tindakan yang
out of the box untuk memecahkan masalah dan terbukti efektif.
Perjuangan Dunn dari keluarga yatim dan kesuksesannya di Brown telah
memberikan Dunn pelajaran hidup bahwa seberapa banyakpun tantangan dan
masalah akan bisa terselesaikan apabila dihadapi dengan tegas dan berani.
Terakhir Dunn pernah berkata bahwa warisan yang ingin dia tinggalkan adalah
membantu orang memahami terkadang sangat bagus walaupun dia tidak menyukai
kita. Sebab, menjadi berbeda itu tidak masalah, menjadi berbeda terkadang lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai