Anda di halaman 1dari 11

Drone Sebagai Alternatif Solusi Pengiriman Kebutuhan

Logistik Medis Darurat di Area Metropolitan


Drones As An Alternative Solution to Deliver Emergency
Medical Logistics in Metropolitan Areas
Soraya Irene Jofani L.Toruan1 , Yehezkiel Rovenno A.2 , Samuel Yogi R.R.3

1,2,3
Fakultas Teknik Transportasi Logistik ITL Trisakti, Jl. IPN Kebon Nanas Nomor 2 Jakarta

Jurusan Teknik Dirgantara, ITL Trisakti, Jl. IPN Kebon Nanas Nomor 2 Jakarta
1
sorayairene2000@gmail.com, 2kielroveno@gmail.com, 3samuelyogi.student@gmail.com

ABSTRAK
Kebutuhan medis menjadi salah satu kebutuhan konsekuensional pada masa pandemi yang
berkepanjangan ini. Penyebaran COVID-19 semakin meluas sehingga melampui seluruh daerah di
Pulau Jawa. Kebutuhan medis seperti pengiriman kantong darah darurat, vaksin, dan obat obatan medis
darurat lainnya pun meningkat dan dibutuhkan waktu tiba yang singkat untuk menyelamatkan nyawa
pasien. Melihat bahwa kebutuhan logistik medis kedepannya menjadi permasalahan vital, maka dapat
diminimalisir resikonya menggunakan drone sebagai alat antar logistik medis terutama pada area
metropolitan khususnya Jakarta yang memiliki dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 16.704
km2 dan tingkat kemacetan rata-rata sebesar 53% pada tahun 2019. Tujuan penulisan ini adalah
meninjau kembali penelitian yang dilakukan oleh Miguel A. Figliozz beserta timnya dari Portland
State University dimana drone sebagai inovasi teknologi transportasi sehingga dapat menjadi alternatif
dalam pengiriman logistik medis darurat. Metode penulisan yang digunakan adalah kualitatif
secondary data berdasarkan analisa waktu pengiriman, biaya alat, kualitas, lingkungan, dan keamanan.
Sehingga didapatkan hasil bahwa pengiriman logistik medis darurat menggunakan drone dapat
menghemat waktu sebesar tiga kali lipat dibandingkan mobil dan motor, serta membebaskan polusi
udara sebesar 54 %. Menurut Badan Pusat Statistik tentang statistik transportasi darat 2019 di
Indonesia, pertumbuhan kecelakaan darat meningkat sebesar 4,87% pertahunnya. Maka dari itu
pengiriman logistik medis darurat menggunakan drone juga dapat memperkecil angka kecelakaan lalu
lintas jalan. Kontribusi yang diharapkan memberikan pertimbangan efektivitas drone sebagai sebuah
teknologi transportasi yang efektif secara waktu untuk pengiriman logistik medis darurat pada area
metropolitan khususnya Jakarta.
Kata kunci : logistik, medis, darurat, metropolitan, drone
ABSTRACT
Medical needs are one of the consequential needs during this prolonged pandemic. The spread of
COVID-19 is increasingly widespread to all regions on the island of Java. Medical needs such as the
shipment of emergency blood bags, vaccines, emergency drugs, etc., are increasing until it takes a
short time to arrive to save a patient's life. Looking need for medical logistics in the future is a vital
problem, prospect can be lower using drones as a means of medical logistics, especially in metropolitan
areas in Jakarta, with a population density of 16,704 km2 and an average congestion rate of 53% 2019.
The purpose of this paper is to review the research conducted by Miguel A. Figliozz and his team from
Portland State University, where drones are a transportation technology innovation so that they can
be an alternative in the delivery of medical logistics. The method used is qualitative data based on the
secondary analysis of the delivery time, equipment cost, quality, environment, and safety. We get the
result that the delivery of medical logistics drones can save up to three times compared to cars and
motorcycles, also free up air pollution by 54%. According to Central Statistics Agency on 2019 land
transportation statistics in Indonesia, the amplification of land accidents is 4.87% per year. Therefore,
the delivery of emergency logistics with drones can also reduce road traffic accidents number. The
expected contribution through this research is to consider drones as technology solutions for medical
logistics in metropolitan areas in Jakarta.

Keywords: logistics, medical, emergency, metropolitan, drone

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Konsep pesawat tanpa awak sudah ada sejak 1849, ketika Austria menyerang Venesia
menggunakan balon tanpa awak yang berisi bahan peledak. Sekitar 11 kilogram hingga 14 kilogram
beban bahan peledak dibawa oleh balon tanpa awak ini. Begitu pada posisinya, bom-bom ini dijatuhkan
dari balon tanpa awak tersebut dengan tujuan meledakan sasaran di bawahnya. Penerapan pesawat
tanpa awak pertama dengan sayap tetap (fixed wing) mulai dikembangkan menjelang berakhirnya
perang dunia pertama bernama “Hewitt-Sperry Automatic Airplane” dimana kontrol pesawat
menggunakan gyroscope. (P. Liu, 2020)
Konsep pesawat tanpa awak masih dikembangkan untuk kepentingan militer hingga berakhirnya
perang dunia ke-2. Tahun 2010, Parrots memperkenalkan drone yang bisa dikendalikan melalui
smartphone, drone ini memiliki model quad-copter atau berbaling baling empat yang digunakan untuk
fotografi, shooting film, dan dokumentasi. Hingga percobaan pertama kali di tahun 2013 yang
dilakukan oleh Amazon Logistic untuk mengirim barang menggunakan drone di Inggris lalu berlanjut
di tahun 2020 mulai banyak perusahaan ekspedisi seperti DHL, JD.id, dan FedEx menggunakan drone
untuk pengiriman barang menggunakan drone. (P.R, Gilang, A.F, Evi, A.A, Ahmar, 2020:1)
Melalui fakta sejarah tersebut, drone sebagai last mile delivery services telah diakui dan digunakan
kini oleh lebih dari 6 instansi perusahaan ekspedisi besar seperti Alibaba, FedEx, Google, DHL
Express, 7-eleven, Amazon, dan Domino’s Pizza sehingga tentunya drone sangat berguna dalam
pengiriman logistik barang secara efektif dan efisien sehingga perusahaan ekspedisi dapat
menyediakan jasa pelayanan pengiriman barang yang lebih efektif dan terintegrasi dengan baik
sehingga pengguna drone sebagai alternatif pengiriman barang dapat produktif sekitar 3 (tiga) hingga
4 (empat) kali lipat lebih banyak dibandingkan pengguna layanan last mile moda darat menggunakan
mobil, truck, maupun motor. (P.R, Gilang, A.F, Evi, A.A, Ahmar, 2020:5)
Sementara itu, di tengah pandemi ini, kebutuhan akan pengiriman logistik medis darurat meningkat
sehingga memerlukan moda angkutan yang sesuai dan dapat beroperasi dengan cepat dan tanggap
terutama di daerah dengan tingkat lalu lintas yang padat di kota metropolitan terkhusus Jakarta yang
memiliki tingkat kemacetan sebesar 53% dan tercatat sebagai peringkat 10 kota dengan kemacetan
tertinggi di dunia. Selama pandemi, logistik medis darurat telah tercatat kenaikannya sebesar 300%
seperti obat-obatan, vaksin, dan kantung darah menjadi perhatian terkini di era pandemi. (Liputan6,
2021)

Dari latar belakang masalah yang ada di atas, penulis berminat untuk meninjau ulang drone sebagai
inovasi teknologi terkini yang dapat menjadi alternatif pengiriman logistik medis darurat menggunakan
refrensi penelitian yang telah dilakukan Miguel A. Figliozz beserta timnya dari Portland State
University yang berjudul “Drone Deliveries Logistics, Efficiency, Safety and Last Mile Trade-offs”.
Dimana nantinya pada penulisan ini penelitian tersebut akan kita gunakan sebagai refrensi utama pada
pengiriman logistik medis darurat. (F. A, Miguel, T. Chad, P. Polina, 2017:3)
2. Identifikasi Masalah
Beberapa pokok permasalahan yang menjadi perhatian penulis pada paper ini adalah sebagai
berikut:
1) Delivery
Institute for Safe Medication Practices mengembangkan sebuah pedoman perawatan yang tepat
waktu pada administrasi pengobatan yang dijadwalkan. Salah satunya adalah time-critical scheduled
medications dimana jika ada penundaan perawatan pemberian obat lebih dari 30 menit sebelum atau
setelah dosis yang telah dijadwalkan maka dapat menyebabkan bahaya atau mengakibatkan terapi
substan-tial sub-optimal atau efek farmakologi. Merujuk pada hal tersebut waktu pengiriman adalah
hal yang vital dalam pengiriman medis darurat. Pengiriman medis darurat menggunakan motor
maupun mobil akan memakan waktu yang lebih lama pasalnya kita tidak dapat memprediksi kondisi
kepadatan lalu lintas apalagi jika hal tersebut terjadi. Oleh karena itu waktu pengiriman merupakan hal
utama yang menjadi acuan dipertimbangkannya drone untuk pengiriman logistik medis darurat.
Semakin cepat suatu pengiriman maka semakin cepat juga barang sampai serta dapat meminimalisir
terjadinya keterlambatan penanganan seperti pemberian obat atau transufusi darah dan tentunya dapat
menyelamatkan nyawa pasien. Kecepatan pengiriman menggunakan drone tentu akan lebih unggul
dibandingkan mobil dan motor karena drone memiliki rute sendiri di udara sehingga tidak ada kendala
akibat kemacetan. Lama pengiriman menggunakan drone perlu diketahui untuk mengetahui tingkat
keefisienan drone.
Gambar.1. Proses pengiriman menggunakan drone
Bagan di atas merupakan alur pengiriman drone secara singkat. Receiving request adalah ketika
rumah sakit melakukan permintaan kantong darah, kemudian kantong darah akan segera dikemas
dengan aman lalu drone akan segera melakukan dispatching dan mengirimkan kantong darah tersebut
kepada rumah sakit sampai akhirnya drone melakukan landing dan kantong darah pun diterima.
2) Cost
Biaya pengiriman logistik medis darurat menggunakan drone perlu dihitung dengan sangat teliti
baik dari segi perolehannya yang diasumsikan terdiri dari; pengadaan, asuransi, usia pakai, kapasitas,
utilisasi dan segi operasional yang terdiri dari; bahan bakar, consumables, perawatan, manpower,
kapasitas, utilisasi. Permasalahan yang ditemukan adalah tingginya biaya operasional menggunakan
drone.
3) Quality
Permasalahan yang terjadi jika melakukan pengiriman medis darurat dengan waktu yang lama akan
mengurangi kualitas dari produk tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah, kriteria kantong darah yang baik
adalah salah satunya memiliki kondisi fisik yang baik dimana yang dimaksud adalah steril, dilengkapi
sistem tertutup, kemasan tidak rusak, tidak ada perubahan warna antikoagulan, tidak ada kontaminasi
pada permukaan kantong darah maupun pada bagian dalamnya dan tidak lembap. Harus dipastikan
bagaimana kualitas suatu produk terutama obat-obatan, vaksin dan kantong darah tetap baik dan layak
digunakan ketika sampai di tempat tujuan. Untuk menjamin kualitas produk tersebut tetap baik maka
dibutuhkan coolbox yang memiliki suhu stabil. Dengan menggunakan drone diharapkan dapat
meminimalisir guncangan, paparan sinar matahari dan debu yang dapat merusak kualitas dari produk.

4) Environment
Tingginya mobilitas menggunakan motor atau mobil tentu akan meningkatkan emisi yang ada di
area metropolitan khususnya Jakarta. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK), emisi kendaraan bermotor menyumbang 70% polutan di wilayah perkotaan, yang terdiri dari
nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan partikulat (PM). Khusus
wilayah ibu kota, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengungkap, transportasi darat merupakan
faktor utama tingginya polutan, sebesar 75%. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan memberikan
dampak buruk bagi lingkungan hidup dan Kesehatan manusia yang tinggal di wilayah Jakarta. Untuk
mendukung transportasi yang berkelanjutan dengan mengacu pada subjek lingkungan dan iklim,
pengiriman logistik medis darurat menggunakan drone menjadi harapan dapat berkurangnya polusi di
area metropolitan khususnya Jakarta.

5) Safety
Pertumbuhan kecelakaan di darat kian meningkat sebesar 4,87% per tahun hal ini disampaikan oleh
Badan Pusat Statistika Nasional. Maka dari itu pengiriman logistik menggunakan drone dapat
meminimalisir angka kecelakaan tersebut, karena drone memiliki jalur sendiri yang berada di udara
dan mengurangi angka korban jiwa. Selain itu, dengan kecepatan yang lebih unggul drone dapat
menyelamatkan nyawa manusia yang membutuhkan obat-obatan atau vaksin maupun kantung darah
secara cepat tanpa ada kendala macet.
Penelitian ini akan fokus pada aspek delivery dan environment dimana kedua aspek tersebut akan
kita kaji dengan perjalanan secara langsung dari titik A ke titik B untuk secara langsung mengetahui
lama perjalanan dari titik A ke titik B dengan dua moda transportasi yang berbeda yaitu sepeda motor
dan mobil. Sedangkan untuk aspek environment kita akan menggunakan perhitungan berapa banyak
CO2 yang dihasilkan oleh mobil, sepeda motor, dan drone kemudian akan dikomparasikan.

B. STUDI PUSTAKA
Penelitian ini merupakan penelitian yang mengacu pada penelitian sebelumnya sehingga
dibutuhkan perbandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Penelitian ini akan
mempertimbangkan keefektivan penggunaan drone sebagai alternatif solusi pengiriman kebutuhan
logistik medis darurat di Jakarta. Dimana telah banyak penelitian terdahulu yang membahas drone
untuk logistik last mile. Beberapa aspek yang telah digunakan pada penelitian terdahulu akan
digunakan dan dimodifikasi pada penelitian ini.
Beberapa penelitian terdahulu yang diadopsi dan dijadikan perbandingan pada penelitian ini adalah
Miguel A. Figliozzi (2018) dimana penelitian tersebut membahas tentang pengiriman logistik
menggunakan drone dengan aspek keamanan, efisiensi, dan Last Mile. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa layanan pengiriman drone lebih tepat digunakan pada daerah kepadatan yang rendah. Namun
pada penelitian ini yang akan dikaji adalah penggunaan drone pada daerah dengan kepadatan yang
tinggi baik lalu lintas dan penduduk.
Untuk mendukung topik penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh Judy E. Scott (2017) juga
menjadi referensi penggunaan drone pada bidang kesehatan dimana penelitian tersebut melakukan
permodelan untuk menemukan drone yang inovatif dan dapat diaplikasikan pada dunia kesehatan.

C. METODE PENELITIAN
Pengambilan data dan referensi pada penelitian ini sebagian besar adalah dari internet maka dari itu
penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan mengumpulkan berbagai informasi
menggunakan secondary data, sehingga penelitian ini dapat menjelaskan suatu fenomena secara
terperinci namun dengan cara pengumpulan data tidak langsung atau melalui media perantara. Selain
itu, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara
holistic,dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.(Moleong,2005:6).

Selain mengambil data dan referensi melalui internet, penelitian ini juga melakukan beberapa uji
coba sebagai berikut:
1. Uji Coba Secara Langsung
Penelitian ini mengacu pada waktu tempuh yang dibutuhkan oleh mobil dan sepeda motor mulai
dari PMI Kota Jakarta Barat menuju RS Harapan Kita. Waktu uji coba akan dibagi menjadi empat yaitu;
pagi hari, siang hari, sore hari dan malam menuju dini hari. Langkah berikutnya adalah
membandingkan data yang telah didapatkan kemudian dibandingkan dengan data yang ada pada google
maps.
2. Menghitung Flight Level Drone
Setelah data waktu tempuh menggunakan mobil dan sepeda motor ditemukan, pencarian rute
tercepat yang akan ditempuh oleh drone menjadi langkah selanjutnya pada penelitian ini. Pencarian
rute ini menggunakan aplikasi google earth. Untuk mengetahui flight level perlu dihitung terlebih
dahulu jarak yang akan ditempuh drone dari PMI Kota Jakarta Barat menuju RS Harapan Kita. Setelah
diperoleh jaraknya maka diasumsikan ketinggian drone yang akan beroperasi akan perlahan-lahan naik
dan dengan ketinggian tetap akan menuju ke RS Harapan Kita.
3. Menghitung Emisi CO2
Menghitung CO2 yang dihasilkan oleh sepeda motor, mobil dan drone kemudian akan
dikomparasikan dengan tujuan mengetahui tingkat emisi yang dikeluarkan oleh masing-masing sepeda
motor, mobil dan drone. Untuk menghitung berapa CO2 yang dihasilkan drone dengan cara mencari
kkal/kwh sebagai berikut:
𝟖𝟔𝟎
𝑸=
𝒏𝒕𝒉
Setelah nilai Q diperoleh selanjutnya membagi kalori batu bara yang akan digunakan dengan nilai
Q. kemudian akan didapatkan kwh yang dihasilkan oleh 1 kg batu bara. Menurut situs 360 energy,
setiap 1 kg pembakaran yang dihasilkan oleh batu bara akan menghasilkan 2,42 kg CO2. Sedangkan
untuk menghitung CO2 yang dihasilkan oleh mobil dan motor, adalah membagi jarak dengan konsumsi
bahan bakar per liter kemudian hasilnya dikalikan dengan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan oleh
bensin yaitu 2,33 kg/liter.
Penelitian ini menggunakan 3 variabel, yaitu penelitian yang telah dilakukan Miguel A. Figliozz
beserta timnya sebagai variabel kontrol, drone, mobil, dan sepeda motor sebagai variabel bebas dan
Unit of Measurement (Delivery and environment) sendiri sebagai variabel terikat. Dengan adanya
variabel-variabel tersebut, nantinya akan digunakan untuk meneliti lebih lanjut apakah drone dapat
menjadi alternatif solusi yang dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam pengiriman logistik
medis darurat di daerah metropolitan.
Tahapan mengumpulkan informasi terkait penelitian ini adalah, dimulai dari :
1. Variabel Kontrol
Variabel kontrol ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan Miguel A. Figliozz beserta
timnya dari Portland State University yang berjudul “Drone Deliveries Logistics, Efficiency, Safety
and Last Mile Trade-offs”. Dimana penelitian tersebut menjadi variabel kontrol yang mutlak menjadi
acuan utama dalam paper ini.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan adalah masing masing jenis moda transportasi yang dapat
digunakan sebagai moda pengiriman logistik medis darurat di area metropolitan dikarenakan
pemilihan moda akan mempengaruhi tingkat efektivitas masing masing jenis moda sehingga dapat
ditemukan hasil tinjauan ulang drone sebagai solusi alternatif pemilihan moda pengangkut logistik
medis darurat . Dalam kasus penelitian yang diteliti pada paper ini, variabel bebas yang terkait yaitu
drone, mobil, dan sepeda motor.
3. Variabel Terikat
a. Delivery : variabel pada delivery adalah waktu pengiriman yang digunakan untuk mengantar
barang medis darurat mulai dari saat moda transportasi tersebut berangkat hingga sampai pada
tempat tujuan.
b. Environment : variabel pada environment adalah tingkat emisi karbon pada ibu kota Jakarta
dengan satuan indeks kualitas udara. Hal itu dibagi lagi menjadi beberapa kelompok data baik
data emisi yang dikeluarkan oleh mobil dan sepeda motor lalu dibandingkan dengan emisi yang
dikeluarkan drone.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Uji Coba Secara Langsung
Hasil uji coba secara langsung adalah mengetahui dari lama perjalanan yang ditempuh oleh sepeda
motor dan mobil. Data yang dihasilkan terdiri dari data aktual dan data yang ada pada google maps
kemudian kedua data tersebut dibandingkan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan waktu perjalanan menggunakan mobil dan sepeda motor

Waktu
Data
7:30 14:00 18:00 22:00
Mobil 0:18:26 0:21:20 0:28:05 0:12:58
Sepeda motor 0:14:47 0:18:53 0:24:57 0:10:59
Map Mobil 0:18:30 0:24:30 0:22:30 0:16:00
Map Motor 0:16:27 0:19:30 0:21:00 0:16:00
Diff mobil -0,9% -14,8% 21,0% -23,2%
Diff sepeda
-11,1% -3,3% 16,3% -45,1%
motor

Kecepatan pengiriman merupakan hal yang paling penting dari penilitian ini. Berdasarkan tabel 1,
pada pukul 18:00 waktu tempuh mengalami perlambatan sebesar 21% untuk mobil dan 16,3% untuk
sepeda motor.

Gambar.2. Waktu tempuh ke RSd Harapan Kita

0:36:00
0:28:48
0:21:36
0:14:24
0:07:12
0:00:00
0:00 4:48 9:36 14:24 19:12 0:00
Mobil Motor Map Mobil Map Motor
Grafik 1 mengindikasikan bahwa rata-rata perkiraan waktu tempuh oleh google maps berada di
atas waktu tempuh perjalanan secara langsung. Artinya waktu tempuh secara langsung akan lebih
cepat dibandingkan perkiraan waktu oleh google maps. Kecuali pada jam tertentu yakni sore hari
antara jam 17:00 sampai 19:00, perkiraan waktu oleh google maps berada di bawah waktu tempuh
perjalanan secara langsung.
2. Flight Profile

Flight profile untuk drone ditentukan mulai dari mencari rute yang akan dilalui oleh drone mulai
dari PMI Jakarta Barat ke RS Harapan Kita. Rute yang dipilih adalah rute tanpa obstacle atau bebas
rintangan sehingga drone dapat terbang dengan kecepatan konstan dan optimal. Waktu yang ditempuh
drone adalah 00:04:54. Waktu ini diluar waktu yang dibutuhkan drone untuk lepas landas dan mendarat.
Diasumsikan waktu yang dibutuhkan drone untuk lepas landas dan mendarat masing-masing adalah 3
detik.
Gambar.3. Flight profile drone

60

50

40

30

20

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

3. Menghitung CO2

Menurut Department of Environment, Food and Rural Affairs, emisi CO2 yang dihasilkan oleh
bensin adalah 2,33 kg/liter sedangkan Menurut situs 360 energy, setiap 1 kg pembakaran yang
dihasilkan oleh batu bara akan menghasilkan 2,42 kg CO2. 1 kg batu bara dengan termal coal sebesar
4.200 kkal/kg, efisiensi termal sebesar 0,4 sehingga menghasilkan emisi gas CO 2 sebesar 1,23 kg/kWh
nya. Maka:

Tabel 2. Hasil perhitungan emisi CO2

Jenis Kendaraan Kg CO2/jam Kg/km CO2

Mobil 4,84 1,631

Sepeda motor 0,95 0,27748 kg

Drone 1,95 0,1599 kg


4. Spesifikasi Drone Matrice 600 Pro

Tabel.2 Spesifikasi fisik drone matrice 600 pro

Speed 64,3 km/jam

Maximum Load 5,5 kg/6 kg

Max Ascent Speed 5 m/s

Max Descent Speed 3 m/s

1. 6000 mAh LiPo 2S


Battery Capacity 2. 4.500 mAh LiPo 6S

1. 26.1 V
Voltage 2. 22.2 V

Drone DJI Matrice 600 Pro ini menjadi salah satu tipe drone yang penulis dapat sarankan untuk
pengangkutan logistik medis darurat, yang dimana drone ini memiliki kemampuan dalam mengangkut
load (beban) hingga 6 kilogram dengan lama waktu penggunaan seperti gambar berikut :

Gambar.4. Kemampuan terbang drone matrice 600 pro sesuai dengan kapasitas load yang dibawa

Alternatif drone lain yang dapat digunakan untuk pengiriman logistik medis darurat adalah freefly
alta 8 dengan tipe drone quadcopter. Alternatif drone ini memiliki kecepatan 75 km/jam dan
kapasitas maksimal 12 kg.
Gambar.5. Rute drone yang diambil melalui google earth

Navigasi untuk drone hanya diperlukan pada saat lepas landas dan mendarat saja. Hal ini dilakukan
dengan cara pengendalian manual hingga climbing. Pada saat drone sudah berjalan dengan kecepatan
konstan sesuai dengan flight profile pada gambar 3 drone sudah terkendali secara autonomous.

E. Kesimpulan
Melalui hasil penelitian ini, penulis mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Emisi CO2 yang


dihasilkan
Jenis Kendaraan Waktu rata-rata
Kg Km/jam
CO2/jam CO2

Mobil 00:20:13 4,84 1,631

Sepeda motor 00:17:24 0,95 0,27748

Drone 00:05:00 1,95 0,1599

1. Drone sangat ramah lingkungan dikarenakan sumber tenaganya melalui baterai yang dimana
melalui hasil pembahasan kami, drone memiliki efektivitas dalam mengurangi emisi CO 2
sebesar 250 % dibandingkan motor dan 15 kali lipat lebih rendah dalam menghasilkan emisi
CO2 dibandingkan mobil. Data ini didukung kuat juga oleh penelitian yang menjadi salah
satu sumber refrensi kami yang berjudul “Energy use and life cycle greenhouse gas
emissions of drones for commercial package delivery” (Joshuah K. Stolaroff, Constantine
Samaras, Emma. R. O’Neill, Alia Lubers, Alexandra S.Mitchell, & Daniel Ceperley).
2. Alternatif lain daripada drone dengan tipe quad copter adalah drone dengan tipe fixed wing
yang dimana tipe drone ini lebih besar daripada tipe quad copter yang memiliki jenis dan
bentuk seperti pesawat sayap tetap pada umumnya dengan dimensi yang lebih kecil.
Pertimbangan lainnya adalah drone dengan tipe fixed wing, membutuhkan bandara khusus
untuk lepas landas dan mendarat.
3. Penelitian ini masih memiliki batasan masalah seperti pembahasan mengenai variabel cost,
quality, dan safety. Batasan masalah yang lain adalah tempat atau infrastruktur tempat
dispatch drone yang dapat berbentuk seperti drone station dengan radius sebesar 3 hingga 5
kilometer tergantung jenis dan spesifikasi drone yang dipakai.

Pembahasan mengenai biaya dan lalu lintas drone dapat menjadi aspek maupun bahan penelitian
yang menarik yang dapat digunakan maupun diteruskan oleh peneliti lain untuk mengembangkan
konsep “Drone sebagai Alternatif Solusi Pengiriman Kebutuhan Logistik Medis Darurat di Area
Metropolitan” lebih matang kedepannya agar dapat menjadi pertimbangan agar konsep ini suatu saat
dapat terealisasikan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Firdaus, R. Prayoga, Antaranews: Kepadatan penduduk Jakarta 118 kali lipat angka nasional, 2020. Website:
https://www.antaranews.com/berita/1866484/kepadatan-penduduk-jakarta-118-kali-lipat-angka-nasional, diakses 12
September 2021.
[2] M. A. Figliozzi, C. Tucker, P. Polikakhina, PDXScholar by Portland State University: Drone Deliveries Logistics,
Efficiency, Safety and Drone Deliveries Logistics, Efficiency, Safety and Last Mile Trade-offs, Proceedings 7th
International Conference on Information Systems, Logistics and Supply Chain, ILS Conference, 2018, pp. 3-12.
[3] W. D. Putri, Christiyaningsih, Republika: Kirim Barang Pakai Drone Bisa Tekan Emisi Gas Rumah Kaca, 2018.
Website: https://www.republika.co.id/berita/p55hkx359/kirim-barang-pakai-drone-bisa-tekan-emisi-gas-rumah-
kaca, diakses 13 September 2021
[4] Badan Pusat Statistik Nasional, Statistik Transportasi Darat, BPS RI, 2019.
[5] Purnomo, Liu, Pengertian dan Perkembangan Sejarah Drone, 2020. Website: Pengertian dan Sejarah Perkembangan
Drone (liupurnomo.com), diakses 14 September 2021.
[6] Liputan6, Naik Tajam Kebutuhan Oksigen Medis Kini Lebih dari 1.000 Ton per Hari, 2021. Website: Naik Tajam,
Kebutuhan Oksigen Medis Kini Lebih dari 1.000 Ton per Hari - Bisnis Liputan6.com, diakses 14 September 2021.
[7] Institute For Safe Medication Practices: ISMP Acute Care Guidelines for Timely Administration of Scheduled
Medication, tersedia di ismp-hosp-temp-MASTER.qxd, diakses tanggal 15 September 2021.
[8] Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015
Tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah.
Website:http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._91_ttg_Standar_Transfusi_Pelayanan_Dara
h_.pdf, diakses tanggal 20 September 2021.
[9] Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Uji Emisi Kendaraan Sebagai Bentuk Kontribusi
Masyarakat Terhadap Pengendalian Pencemaran Udara. Website:
https://www.menlhk.go.id/site/single_post/4078, diakses pada 25 September 2021.
[10] Laia, Kennial, Arumingtyas, Lusia, Solusi Ramah Mengatasi Polusi Udara, 2021. Website:
https://betahita.id/news/detail/6532/solusi-ramah-mengatasi-polusi-udara.html?v=1631291196, diakses tanggal 1
Oktober 2021.
[11] M. A. Figliozzi, C. Tucker, P. Polikakhina, PDXScholar by Portland State University: Drone Deliveries Logistics,
Efficiency, Safety and Drone Deliveries Logistics, Efficiency, Safety and Last Mile Trade-offs, Proceedings 7th
International Conference on Information Systems, Logistics and Supply Chain, ILS Conference, 2018, pp. 3-12.
[12] J. E. Scott, C. H. Scott, Drone Delivery Models for Healthcare, Proceedings of the 50th Hawaii International
Conference on System Sciences, 2017, pp. 3297-3303.
[13] L. Moleong, Metodologi penelitian, Kualitalif Sosial, 2006.
[14] 360 Energy, how does using energy create carbon emissions?, https://360energy.net/how-does-using-energy-create-
carbon-emissions/, diakses tanggal 16 Oktober 2021.
[15] Dji, Matrice 600 Pro Specs, 2017. Website: https://www.dji.com/id/matrice600-pro/info, diakses pada 11 Oktober
2021.
[16] Freefly, Alta 8 Specifications, 2017. Website: https://freeflysystems.com/alta-8/specs, diakses pada 11 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai