Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-20

Universitas Hasanuddin, Makassar, 4 – 5 November 2017

AEROMOVEL
ALTERNATIF MODA TRANSPORTASI UMUM
PERKOTAAN INDONESIA
Ibnu Fauzi Okkie Putriani
Mahasiswa Magister Teknik Sipil Bidang Mahasiswa Magister Teknik Sipil Bidang
Transportasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Transportasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jln. Babarsari 44, Yogyakarta, 55281 Jln. Babarsari 44, Yogyakarta, 55281
E-mail : Ibnu.fauzi.civil@gmail.com E-mail : okkieandfriends@gmail.com

Abstract
Motorcycles are highly captive as private transport to their respective mode because public transport services
are poor performance safety, comfort, and convenience. Peak-hour traffic congestion is an inherent result.
Evaluation research method is used for the methodologies of aeromovel analysis the alternative modes of
public transportation urban areas in Indonesia. Atmospheric railways or the Aeromovel is a moving train
using air pressure. Aeromovel has been developed in Brazil since 1986 and 1989 in Indonesia. In Porto
Alegre, the routes connect metropolitan train with Salgado Filho International Airport and the first project
implementation as urban line was in Conaas City. Based on the analysis, the aeromovel, designed to be able
to transport up to 10.000 passengers per hour per direction and requires only a Right of Way (ROW) of 90
cm, is better than private transportation and buses from the capacity, average speed, passenger capacity and
frequency per hour.

Keywords: Aeromovel, atmospheric railway, Sustainable transport, urban public transport.

Abstrak
Penggunaan kendaraan pribadi terutama sepeda motor terjadi karena ketiadaan transportasi umum yang
aman, nyaman, dan tepat waktu. Akibatnya, kemacetan lalu lintas tidak dapat dihindari khususnya di jam
sibuk. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitain evaluatif yang mengkaji
Aeromovel untuk alternatif moda transportasi umum perkotaan Indonesia. Kereta gerak udara, atmospheric
railways atau Aeromovel merupakan salah satu jenis kereta yang bergerak menggunakan tekanan udara.
Sampai saat ini Aeromovel telah dikembangkan di Brazil sejak 1986 dan Indonesia 1989. Di Porto Alegre
dengan rute yang menghubungkan metro politan train dengan Salgado Filho International Airport dan
proyek pertama penerapan Aeromovel sebagai urban line berada di Conaas City. Berdasarkan analisis
memperlihatkan Aeromovel lebih unggul dibandingkan dengan kendaraan pribadi dan bus untuk kapasitas,
kecepatan rerata, kapasitas penumpang perjam dan frekuensi. Aeromovel dirancang untuk dapat mengangkut
sampai dengan 10.000 penumpang per jam per arah dan hanya memerlukan Right of way (ROW) sebesar 90
cm.

Kata Kunci: Aeromovel, kereta gerak udara, transportasi berkelanjutan, transportasi umum perkotaan,

PENDAHULUAN
Peranan transportasi merupakan elemen yang sangat penting dalam menunjang aktivitas
perubahan struktur kawasan metropolitan dengan kecenderungan mengarah pada
pembentukan struktur ruang-ruang berpusat, terutama di sepanjang jalan penghubung
pusat-pusat aktivitas metropolitan dan lintas wilayah administratif (Winarso, 2010).
Tuntutan terhadap tingginya mobilitas pada kawasan metropolitan tersebut, tidak
diimbangi dengan pelayanan sistem transportasi yang baik dengan konsep transportasi

2
Ibnu Fauzi, et al.

berkelanjutan, sehingga menimbulkan eksternalitas negatif seperti tidak efisien, tidak


merata dan tidak ramah lingkungan. Fenomena terkait ketidakseimbangan hal tersebut
antara lain kecenderungan membengkaknya jumlah kepemilikan dan perjalanan kendaraan
pribadi yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan infrastruktur jaringan jalan
mengakibatkan kemacetan (congestion), tundaan, pemborosan energi dan biaya, serta
pencemaran udara dan suara (kebisingan). Keberadaan transportasi publik tidak memadai
dan jauh dari kesan efisien karena masih memiliki kapasitas rendah sehingga
mengakibatkan pemborosan biaya dan sumber daya energi yang berlebih. Padahal
keberadaan transportasi publik bersifat massal ini merupakan penting untuk skala kawasan
metropolitan dengan tingginya mobilitas penduduk (Tamin, 2005). Berdasarkan data
Bappenas bekerjasama dengan Asean Development Bank dan Swiss Contact (2006),
pertambahan kendaraan pesat terkait langsung dengan buruknya kondisi sistem
transportasi. Banyak orang terdorong untuk menggunakan kendaraan pribadi terutama
sepeda motor karena ketiadaan transportasi umum yang aman, nyaman, dan tepat waktu.
Akibatnya, kemacetan lalu lintas tidak dapat dihindari khususnya pada jam-jam sibuk.
Penyebaran emisi ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan kecepatan angin untuk gas
dan hingga jarak 250 m untuk partikel padat (Mursid R, et al, Jurnal Kimia Lingkungan,
2007). Aeromovel adalah sebuah inovasi yang handal, efisien dan biaya-efektif dalam
transportasi penumpang yang menggunakan propulsi udara untuk gerakan ringan,
kendaraan volume tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun tertarik melakukan
penelitian mengenai potensi Aeromovel sebagai alternatif moda transportasi umum
perkotaan yang di tinjau dari segi perencanaan transportasi berkelanjutan.

TINJAUAN PUSTAKA
Moda Transportasi
Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari
suatu tempat ketempat lain. Sedangkan Moda Transportasi adalah jenis atau bentuk
(angkutan) yang digunakan untuk memindahkan orang dan atau barang dari tempat asal
ketempat lain (tujuan) (Morlok, 1978). Angkutan umum adalah angkutan penumpang
dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar.
Dalam hal angkutan massal, biaya angkutan menjadi beban tanggung jawab bersama,
sehingga sistem angkutan umum menjadi lebih efisien karena biaya angkutan menjadi
semakin murah. Keberadaan angkutan umum, apalagi yang bersifat massal, berarti
pengurangan jumlah kendaraan yang lalu-lalang di jalan. Hal ini sangat penting artinya
berkaitan dengan pengendalian lalu lintas (Warpani, 2002).
Kereta Gerak Udara
Kereta gerak udara, atmospheric railways atau Aeromovel adalah non-konvensional
Automatic People Mover yang beroperasi menggunakan prinsip pnumatik. Kereta ini yang
memanfaatkan perbedaan tekanan udara sebagai sumber tenaga pendorong. Aeromovel di
Indonesia tepatnya Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta telah didirikan dari tahun 1989
dengan nama Titihan Samirono Kereta SHS 23 Aeromovel Indonesia. Prinsip kerjanya
hampir sama dengan kapal layar, perbedaan pada sirip di bawah kereta yang didorong oleh
terowongan angin di bawahnya. Rel merangkap sebagai terowongan udara. Tekanan udara
dihasilkan oleh turbin udara (semacam kipas angin) yang dipasang statis pada beberapa titk
rel, misalnya di stasiun. Tekanan udara atau vakum parsial (misalnya tekanan relatif
negatif) dapat ditetapkan pada kendaraan dengan pipa bersambung, sementara kendaraan
dipasang piston (semacam katub atau sirip) dipasang dalam pipa. Slot katup elastis

3
Ibnu Fauzi, et al.

berbahan karet menutup kembali diperlukan ketidak bocoran angin memungkinkan


kendaraan terhubung dengan piston. Ilustrasi seperti pada Gambar 2.

Sumber: Sintropher, Aeromovel System, 2015


Gambar 1. Kiri: Aeromovel, TMII, Jakarta. Kanan: Diagram Aliran Udara Aeromovel
Konsep Transportasi Berkelanjutan
Transportasi berkelanjutan (sustainable transportation) merupakan refleksi dari konsep
pembangunan yang berkelanjutan dalam sektor transportasi yang meliputi aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan, berikut selengkapnya pada Tabel 1.

Tabel 1. Aspek Transportasi Berkelanjutan

METODOLOGI
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitain evaluatif. Menurut
Suharsimi Arikunto (2007) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.Alur
tahapan penelitian pada kajian ini disampakan pada Gambar 2.

4
Ibnu Fauzi, et al.

PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA KESIMPULAN


PENELITIAN Data Primer 1. Kondisi transportasi Hasil analisis
Studi Literatur Survei pengamatan lapangan dan eksisting perkotaan dan rekomendasi
persepsi 2. Sustainable
Data Sekunder transportation
1. Dokumen studi dan kondisi 3. Potensi
transportasi pengembangan
2. Data statistik Aeromovel
3. Data Aeromovel

Gambar 2. Diagram Alur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Transportasi Perkotaan Indonesia
Salah satu penyebab utama kemacetan di perkotaan adalah urbanisasi. Sebagai negara
berkembang, Indonesia mengalami peralihan dari negara agraris menjadi negara Industri.
Banyak industri dibangun di perkotaan. Hal ini menjadi salah satu daya tarik untuk tinggal
di perkotaan. Pada Gambar 3. memperlihatkan tingkat pertumbuhan penduduk di perkotaan
2,75% pertahun, jauh lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata
nasional sebesar 1,17%/tahun. Tahun 2025 diperkirakan 68% akan tinggal di Kota Tahun
2045 diperkirakan 82% Penduduk Indonesia akan tinggal di kawasan perkotaan.

Sumber : Bappenas, BPS, UNPF 2008 danAnalisis


Gambar 3. Proyeksi Persentase Penduduk Perkotaan - Perdesaan di Indonesia Tahun 2045
Selanjutnya jika dirinci menurut kondisi jalan berdasarkan data BPS pada Land
Transportation Statistics 2015 menyebutkan bahwa 42,20 % panjang jalan di Indonesia
berada dalam kondisi baik, 23,31 % dalam kondisi sedang, 19,78 persen dalam kondisi
rusak dan 14,71 % dalam kondisi rusak berat (Tabel 2)
Tabel 2. Kondisi Jalan dan Tingkat Kewenangan, Tahun 2015 (km)
Kondisi Tingkat Kewenangan
Jalan Negara Provinsi Kab-Kota Total
Baik 27,652 27,964 165,521 221,137
Sedang 15,156 13,563 93,374 122,093
Rusak 2,600 8,335 92,715 103,650
Rusak Berat 1,609 5,554 69,931 77,094
Jumlah 47,017 55,416 421,541 523,974
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, 2015
Di sisi lain populasi kendaraan bermotor terus bertambah secara signifikan. Meningkatnya
populasi jumlah kendaraan tersebut dapat menjadi indikasi adanya peningkatan

5
Ibnu Fauzi, et al.

kesejahteraan masyarakat yang semakin menuntut keberadaan dan peran sektor angkutan.
Pada periode 2011-2015, terdapat peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup
tinggi yaitu 9,13 % per tahun. Peningkatan jumlah kendaraan terjadi pada semua jenis
kendaraan setiap tahunnya. Kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi
terjadi pada sepeda motor 9,48 % per tahun diikuti kemudian oleh mobil penumpang,
mobil barang dan bis masing-masing 9,0 %, 7,45 % dan 1,80 % per tahun (Tabel 3).
Tabel 3. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2011-2015 di Indonesia (unit)
Pertum
Jenis Kendaraan 2011 2012 2013 2014 2015 buhan
(%)
Mobil Penumpang 9,548,866 10,432,259 11,484,514 12,599,038 13,480,973 9.00
Bis 2,254,406 2,273,821 2,286,309 2,398,846 2,420,917 1.80
Mobil Barang 4,959,738 5,286,061 5,615,494 6,235,136 6,611,028 7.45
Sepeda Motor 68,839,341 76,381,183 84,732,652 92,976,240 98,881,267 9.48
Jumlah 85,602,351 94,373,324 104,118,969 114,209,260 121,394,185 9.13
Sumber : Kepolisian Republik Indonesia
Menurut JICA pada kajian Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration Project
(JUTPI) 2010 menunjukan bahwa adanya perubahan pemilihan moda pada penduduk di
kawasan Jabodetabek (Gambar 5)

Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010
Gambar 5. Pemilihan Moda Penduduk Jabodetabek

Urgensi Sustainable Transportation


Sustainibilitas transportasi sendiri dapat didefiniskan sebagai berikut: “Sustainable
transportation is about meeting helping meet the mobility needs of the present without
compromising the ability of future generations to meet their needs.” (WCED 1987). Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Sub Bab
Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan
beberapa sasaran utamanya adalah:
1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem
transportasi multimoda dan antar moda, melalui Menurunnya waktu tempuh rata-rata
per koridor (jam) untuk koridor utama dari 2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per
100 km pada lintas-lintas utama.
2. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan transportasi.

6
Ibnu Fauzi, et al.

3. Tersedianya infrastruktur yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan


iklim/cuaca ekstrem dengan menurunkan tingkat emisi sesuai dengan Rencana Aksi
Nasional untuk menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) di sektor
transportasi dan energi sebesar 4,95 persen dengan usaha sendiri, atau 9,66 persen
ditambah dengan bantuan asing dari Business as Usual (BAU) hingga tahun 2020.
Berdasarkan data Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) 2010 sektor
transportasi menyumbangkan 23% emisi CO₂ . Dari sektor transportasi 90,7% berasal dari
transportasi darat, 2,4% udara dan 6,9% dari transportasi air. Berikut adalah pertumbuhan
CO₂ Emissions in Road Transport mulai dari sepeda motor, mobil, bis hingga truk dari
tahun 1995 – 2020.

Gambar 6. CO₂ Emissions in Road Transport


Sementara itu berdasarkan analisis carbonfootprint.com dan Land Transport Authority
(LTA) Singapore memperlihatkan emisi CO2 untuk kendaraan pribadi mencapai 1.87 kg/10
km, berikut data lengkapnya pada Tabel 4.
Tabel 4. Carbon Footprint Transport Mode

Kajian Peluang Pengembangan Aeromovel


Kereta gerak udara (Aeromovel) merupakan salah satu jenis kereta yang bergerak
menggunakan tekanan udara. Sampai saat ini Aeromovel telah dikembangkan di Brazil
sejak 1986 dan Indonesia 1989. Di Brazil ada di kota Porto Alegre dan Conaas City, pada
awalnya di kota Porto Alegre Aeromovel pada tahun 1986 dikembangkan oleh Aeromovel
Technology Inc, Brazil di lingkungan Aeromovel Technology Inc sejauh 0,68 mil dan
sempat terhenti baru di tahun 2013 dioperasikan rute baru di kota Porto Alegre dengan rute
yang menghubungkan metro politan train dengan Salgado Filho International Airport
(Gambar 7).

7
Ibnu Fauzi, et al.

Sumber : Aeromovel Brasil S.A. 2017


Gambar 7. Airport Shuttle Porto Alegre Brazil
Conaas City Aeromovel difungsikan sebagai urban line yang merupakan proyek pertama
penerapan Aeromovel sebagai urban line dan saat ini masih dalam tahap konstruksi.

Sumber : Aeromovel Brasil S.A. 2017


Gambar 8. Aeromovel Urban Line Conaas City
Di Indonesia Aeromovel telah mulai beroprasi sejak tahun 1989 di Taman Mini Indonesia
Indah (TMII).

Sumber : Aeromovel Brasil S.A. 2017


Gambar 9. Aeromovel Cricular Private Line Jakarta

8
Ibnu Fauzi, et al.

Aeromovel telah melayani lebih dari tiga juta penumpang selama 2004 – 2013, terdiri dari
rel tunggal menhubungkan 6 stasiun penumpang sepanjang jalur lingkar 3,135 km. tiga
kereta tunggal artikulasi beroperasi secara simultan. Setiap kereta terdiri dari dua
kompartemen. Dua kereta dirancang untuk membawa 104 penumpang duduk dan ketiga
dirancang untuk 48 duduk dan 252 penumpang berdiri. Dan berikut adalah aspek teknis
Aeromovel Indonesia
Tabel 5. Aspek Teknis Aeromovel

Sumber : Konsorium Aeromovel Indonesia 2017

Berdasarkan hasil riset studi penyusunan konsep standar sarana kereta gerak udara
(aeromovel) oleh Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Perhubungan tahun
2013 berikut adalah keunggulan Aeromovel:
1. Aeromovel dirancang untuk dapat mengangkut sampai dengan 10.000 penumpang per
jam per arah
2. Bobot Aeromovel cukup ringan sehingga energi tidak banyak terbuang. Hal ini
dikarenakan kendaraan ini tidak menanggung beban traksi motor dan sistem
pengendalinya atau sumber tenaga penggerak seperti motor diesel sehingga
perawatannya juga akan lebih sederhana dan lebih murah.
3. Bobot kereta yang ringan juga memberikan efek positif pada keausan roda dan
keausan rel relatif sangat minim.
4. Percepatan dan perlambatan yang halus serta efisien sehingga kebisingan dan getaran
dapat diminimalisir. Kecepatan kendaraan bisa mencapai 80 km per jam (50 mph)
untuk sistem transportasi perkotaan.
5. Teknologi sangat sederhana sehingga semua komponen seperti kereta, jalur kereta dan
sistem blower dapat dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri
6. Hanya memerlukan lebar jalan atau ROW sebesar 90 cm.

9
Ibnu Fauzi, et al.

Sumber : Konsorium Aeromovel Indonesia 2017


Gambar 10. Perbandingan Lebar Lahan Aeromovel
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari Aeromovel Indonesia dan Brazil diperoleh
hasil komparasi karakteristik operasional mulai dari kapasitas, kecepatan rerata, kapasitas
penumpang perjam dan frekuensi dari Aeromovel dengan moda transportasi perkotaan
lainnya seperti disampaikan pada Tabel 6. berikut:
Tabel 6. Komparasi Karakteristik Operasional Aeromovel dan Moda Transportasi
Perkotaan Lainnya
Transportation Modes
Category
Auto Bus Aeromovel Light Rail
Vehicle capacity 1-10 pass 10-100 pass > 100 pass > 100 pass
Average speed 10-20 mph < 10 mph > 20 mph > 20 mph
Passenger capacity 3.000 -
< 3.000 pass > 10.000 pass > 10.000 pass
per lane hour 10.000 pass
Frequency < 10 min. 1-5 min >10 min. >10 min.
Sumber : Konsorium Aeromovel Indonesia, Aeromovel Brasil S.A. , diolah
Tabel 6.di atas memperlihatkan Aeromovel lebih unggul dibandingkan dengan kendaraan
pribadi dan bus serta setara dengan kereta listrik untuk kapasitas, kecepatan rerata,
kapasitas penumpang perjam dan frekuensi.

KESIMPULAN
Dengan melihat pertumbuhan penduduk di perkotaan 2,75% pertahun dan pada tahun 2025
diperkirakan 68% akan tinggal di perkotaan serta terdapat peningkatan jumlah kendaraan
bermotor yang cukup tinggi yaitu 9,13 % per tahun di Indonesia sehingga akan
banyak menimbulkan masalah transportasi berupa kemacetan dan polusi udara maka
kedepan perlu adanya sebuah moda transportasi masal yang ramah lingkungan. Kereta
gerak udara, atmospheric railways atau Aeromovel adalah non-konvensional Automatic
People Mover yang beroperasi menggunakan prinsip pnumatik. Kereta ini yang
memanfaatkan perbedaan tekanan udara sebagai sumber tenaga pendorong. Aeromovel
hadir sebagai salah satu alternatif moda transportasi umum perkotaan yang handal dan
ramah lingkungan.
Keunggulan Aeromovel berdasarkan hasil Riset Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kementerian Perhubungan antara lain:

10
Ibnu Fauzi, et al.

1) Aeromovel dirancang untuk dapat mengangkut sampai dengan 10.000 penumpang


per jam per arah.
2) Bobot Aeromovel cukup ringan sehingga energi tidak banyak terbuang. Hal ini
dikarenakan kendaraan ini tidak menanggung beban traksi motor dan sistem
pengendalinya atau sumber tenaga penggerak seperti motor diesel sehingga
perawatannya juga akan lebih sederhana dan lebih murah.
3) Bobot kereta yang ringan juga memberikan efek positif pada keausan roda dan
keausan rel relatif sangat minim.
4) Percepatan dan perlambatan yang halus serta efisien sehingga kebisingan dan
getaran dapat diminimalisir. Kecepatan kendaraan bisa mencapai 80 km per jam
(50 mph) untuk sistem transportasi perkotaan.
5) Teknologi sangat sederhana sehingga semua komponen seperti kereta, jalur kereta
dan sistem blower dapat dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri
6) Hanya memerlukan lebar jalan atau Right of way (ROW) sebesar 90 cm.
Dan berdasarkan analisis data yang diperoleh dari Aeromovel Indonesia dan Brazil
memperlihatkan Aeromovel lebih unggul dibandingkan dengan kendaraan pribadi dan bus
serta setara dengan Kereta listrik untuk kapasitas, kecepatan rerata, kapasitas penumpang
perjam dan frekuensi.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada Bapak Oskar H. W. Coester, pendiri Coester Group, produsen
Aeromovel Brazil SA yang telah memberikan rekomendasi langsung kepada Bapak Ir.
Ontoseno, selaku Presiden Direktur Aeromovel Indonesia. Keterbukaan informasi beserta
kesediaan untuk bertemu dengan Bp Ir. Ontoseno secara langsung dan Bp Lilik Manager
Operasional Titihan Samirono, Aeromovel Indonesia yang beroperasi di Taman Mini
Indonesia Indah, Jakarta dalam menunjukkan sistem operasi Aeromovel.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Transportasi Darat 2015. Badan Pusat Statistik,
Jakarta.
Brotodewo,N., 2010. Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan pada Kawasan
Metropolitan di Indonesia. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21.
Morlok. 1978. Introduction To Transportation Engineering And Planning, US: McGraw-
Hill College.
Mursid, R., 2007. Sebaran Pb dari Emisi Kendaraan Bermotor. Jurnal Kimia Lingkungan.
FMIPA Unair. Vol 9.
Tamin, O.Z., Suyuti, R. dan Isya, M. 2005. Pengembangan Sistem Informasi Arus Lalu
Lintas Sebagai Upaya Pem ecahan Masalah Transportasi di Kota Bandung, Laporan
Akhir, Program Riset ITB 2005, Institut Teknologi Bandung
Warpani, Suwardjoko P, 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB,
Bandung.
Winarso, G., 2010. Delapan Penyebab Kemacetan Jakarta. Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai