Anda di halaman 1dari 13

TANGGUNG JAWAB PT.

MAYASARI BAKTI TERHADAP PIHAK


KETIGA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN
2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Jonathan Mangantar Octaviano Putra*


&
Siti Nurbaiti**

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta, 11450


Email Korespondensi: siraitjonathan59@gmail.com
**Dosen Tetap, Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta, 11450

Semakin meningkatnya jumlah transportasi semakin banyak juga tingkat kecelakaan.


Khususnya pengangkutan di jalan, penyebab kecelakaan tidak hanya disebabkan
karena kesalahan teknis pengangkutan atau bencana alam tetapi dapat pula
disebabkan oleh kelalaian, seperti halnya kasus PT Mayasari Bakti dengan Pihak
ketiga. Bagaimana tanggung jawab PT Mayasari Bakti kepada pihak ketiga dan
bagaimana penyelesaian ganti kerugian oleh PT Mayasari Bakti kepada pihak ketiga
berdasarkan Undang Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan merupakan pokok permasalahan yang diteliti. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptis ,penelitian dengan
menggunakan data sekunder yang didukung oleh data primer. Data yang didapat
dianalisis secara kualitatif dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan logika
deduktif. Hasil penelitian menggambarkan PT Mayasari Bakti tidak bertanggung jawab
sepenuhnya berdasarkan Pasal 194 UULAJ terhadap pihak ketiga dan tidak
memberikan ganti kerugian seperti yang sudah diamanatkan dalam Undang undang
lalu lintas dan angkutan jalan.

Kata Kunci: Hukum Pengangkutan, Tanggung Jawab PT Mayasari Bakti , Pihak Ketiga

1
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pengangkutan adalah hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
bermasyarakat. Jika berbicara mengenai masyarakat tidak luput juga dari
kebutuhan, baik primer maupun sekunder. Dalam usaha masyarakat memenuhi
kebutuhannya sehari-hari tidak luput dari perpindahan manusianya itu sendiri
dari suatu tempat ketempat lain guna melakukan sesuatu untuk pemenuhan
kebutuhannya. Indonesia adalah Negara hebat dengan bentang alam dan bentang
budaya yang begitu luas, dikelilingi ribuan pulau ditengah lautan yang diapit dua
benua besar yaitu Benua Australia dan Benua Asia. Berbicara mengenai luasnya
daratan dan lautan yang kita miliki ini sebagai bangsa Indonesia tentu saja
penjelajahan setiap jengkal wilayah Indonesia harus kita lakukan. Sebagai
penghubung antar wilayah Indonesia yang sangat luas ini. Seiring
berkembangnya zaman Transportasi yang pada zaman dahulu menggunakan
hewan sebagai tenaganya seperti kuda dan kerbau. Dalam perkembangannya
transportasi sudah berkembang, trasnportasi yang dahulunya menggunakan
tenaga hewan telah berkembang pesat menjadi pesawat terbang untuk
pengangkutan udara, kapal laut untuk pengangkutan laut dan bis,mobil atau
kendaraan sejenis untuk pengangkutan darat. Fungsi pengangkutan pada
dasarnya adalah untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat yang
lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Jadi dengan
pengangkutan maka dapat diadakan perpindahan barang-barang dari suatu
tempat yang dirasa barang itu kurang berguna ke tempat di mana barang-barang
tadi dirasakan akan lebih bermanfaat.1
Dari sedikit penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
transportasi adalah perpindahan manusia dari suatu tempat ketempat lain dalam
mencapai tujuannya yang dalam penggerakannya digerakan oleh manusia atau
mesin. Melihat pentingnya peranan pengangkutan ini karena bergantungnya
masyarakat pada fungsinya yaitu sangat membantu untuk sampai pada suatu
tujuan, maka dari itu seluruh perusahaan jasa transportasi bersaing dan
berlomba-lomba dalam hal pemberian jasa transportasi dan pelayanan yang

1
H.Zainal Asikin, Hukum Dagang, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.155.

2
terbaik dalam memuaskan masyarakat sebagai pemakai jasa transportasi
mereka. Transportasi yang terintegrasi sangat baik dapat membantu mobilitas
masyarakat dalam melakaukan aktivitas sehaari-hari.
Dalam hal kesehariannya dalam pelaksanaan jasa pengangkutan tidaklah
berjalan luruss seperti halnya yang dicita-citakan namun adanya beberapa
kejadian yang terduga mauoun tidak terduga yang disebabkan karena
kesengajaan dan kelalaian dari para pihak-pihak yang adalah para pengguna
jalan raya.
Dalam kejadiannya yang terduga maupun tak terduga disebabkan oleh
perbuatan salah satu pihak yang mana oihak tersebut akan bertangging jawab
atas akibat dari peristiwa yang disebabkannya. Kejadian-kejadian yang kerap
terjadi di jalan rayapun tidak luput dari urusan ganti kerugian. Berjibaku
mengenai ganti kerugian pun pasti adanya satu pihak yang merasakan kerugian
yang disebabkan oleh pihak tertentu dan pihak tertentu tersebut wajib untuk
mengganti kerugian pihak tersebut. Dalam hal penggntian kerugian bila kita
turun melihat kedaan lapangan ganti kerugian yang dimaksud adalah berkutat
mengenai materi atau uang. Kewajiban penggantian yang dilakukan oleh pihak
tertentu ini ada yang tertulis diundang-undang maupun tidak. Namun apabila
ganti kerugian yang dimaksud termaktup dalam undang-undang makan
kewajiban tersebut bersifat memaksa. Namun ada juga yang tidak melakukan
penggantian kerugian yaaitu melepaskan diri dari tanggung jawab apabila ada
aspek-aspek yang terpenuhi. Namun sebagai warga Negara Indonesia yang baik,
apa yang menjadi kewajiban haruslah dilaksanakan. Lebih parahnya tidak jarng
fakta di lapangan para pihak yang mengakibatkan kerugian terhadap orang lain
itu dengan segala kelalaiannya tidak melaksanakan tanggung jawabnya atas
kerugian yang sudah dia sebabkan sehingga hilangnya nyawa.
Sehubungan dengan dilakukannya penelitian terhadap kasus tersebut, maka
dikemukakan judul penelitian sebagai berikut: “Tanggung Jawab PT.Mayasari
Bakti Terhadap Pihak Ketiga Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan “

3
2. Pokok Permasalahan
Dalam Penelitian ini penulis berusaha merumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
a. Bagaimana Tanggung Jawab PT. Mayasari Bakti terhadap pihak Ketiga yang
menjadi korban kecelakaan lalu lintas di Jalan berdasarkan Undang-Undang
No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan?;
b. Bagaimana ganti kerugian oleh PT. Mayasari Bakti terhadap Pihak Ketiga
dalam kecelakaan lalu lintas di Ciledug berdasarkan Undang-Undang No 22
Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan?

B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah sebuah sarana atau cara bagaimana mengelola
pemikiran dengan prosedur tertentu untuk kemudian dituangkan ke dalam sebuah
karya ilmiah2.
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Normatif, yaitu penelitian
ini didasarkan pada asas-asas hukum yang ada di peraturan-peraturan yang
berkaitan langsung dengan objek3.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
analisis yaitu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti
mungkin dengan cara menggambarkan mengenai objek yang diteliti berdasarkan
data yang tersedia

3. Jenis Data
Sumber Data adalah tempat dimana penulis memperoleh data terkait sesuai
dengan data yang dicarinya guna menyelesaikan penelitian ini. Berdasarkan
bentuk dan Jenisnya, maka dalam penelitian ini sumber data yang dibutuhkan
penulis adalah :

2
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: UI Press, 1986), h.99.
3
Ibid.

4
Sumber Data ada 2 macam yaitu :
a. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan
dokumentasi, antara lain berasal dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Data yang mencakup dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan,buku harian
dan seterusnya.
b. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan di
lapangan, berupa hasil dari wawancara atau interview. Salah satu metode
pengumpulan data dengan cara komunikasi, yakni melalui kontak antara
peneliti (pewawancara) dengan sumber data (Narasumber

4. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dapat dilakukan dengan studi kepustakaan dan juga
wawancara. Pengumpulan data dengan kepustakaan dapat dilakukan di
beberapa tempat seperti perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti
maupun dengan mengakses data-data atau informasi dari berbagai media internet
yang sudah terpercaya seperti halnya jurnal dan/atau artikel hukum.

5. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif, untuk mendapatkan hasil yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode analisis secara kualitatif, artinya data yang diperoleh
disusun secara sistematis dalam bentuk uraian atau penjelasan untuk
menggambarkan hasil penelitian sehingga mudah dipahami agar dapat
diinformasikan kepada orang lain..

6. Cara Penarikan Kesimpulan


Pengambilan kesimpulan didasarkan pada logika berpikir pola pikir deduktif,
yaitu menarik kesimpulan khusus dari pernyataan-pernyataan yang bersifat
umum. Dengan menggunakan metode ini berarti penulis melakukan analisis
terhadap konsep-konsep tanggung jawab dan ganti kerugian dalam hukum
pengangkutan yang ada dalam buku-buku,literature maupun peraturan

5
Perundang-Undangan yakni dalam Undang-undang yang berkaitan dengan kasus
yaitu Undang-Undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Dari pernyataan yang bersifat umum lalu dipadupadankan dengan hasil
dari keseluruhan data yang telah ditemukan dan diteliti kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus.

C. Analisis Dan Pembahasan


1. Tanggung Jawab PT Mayasari Bakti Terhadap Pihak Ketiga Menurut
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Berdasarkan kasus kecelakaan diciledug , korban yang bernama abduloh dan
ahli waris dari Ahmad Taufik yang dalam kasus ini sebagai pihak ketiga maka
ahli waris dari Ahmad Taufik dapat menuntut Tanggun Jawab dan ganti
kerugian atas hilangnya nyawa Ahmad Taufik kepada PT Mayasari Bakti
dengan dasar hukum Pasal 194 ayat (1) Undang Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan karena PT Mayasari Bakti sebagai perusahaan pengangkutan
yang menyelenggarakan pengangkutan Bus Mayasari Bakti AC73. Setelah
adanya kesalahan dari pihak pengangkut sesuai dalam pasal 194 ayat (1) UULAJ
makan menimbulkan akibat hukum bagi PT Mayasari Bakti untuk bertanggung
jawab dengan memberikan ganti kerugian kepada korban sesuai dengan
kerugian yang nyata nyatanya dialami. Pada Pasal 234 ayat (1) UULAJ ini
sudah terpenuhinya unsur unsur kecelakaan yang disebabkan karena kesalahan
dengan kelalaian dari sopir Angkutan umum Mayasari Bakti yaitu melebihi
batas kecepatan dan lalai dalam memprediksi kondisi jalan di jalan Ciledug yang
banyak lubang dan dalam kondisi hujan deras, maka dalam pasal 234 ayat (1) ini
dapat diambil kesimpulan dan dikaitkan dalam kasus ini bahwa pengemudi
mobil/atau perusahaan angkutan umum yang merupakan Sopir Bus dan awak
dari PT Mayasari Bakti bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh
pihak ketiga yang dalam kasus ini adalah Ahmad Taufik dan Abduloh karena
kelalaian dari si pengemudi.

6
Pada kasus kecelakaan di Ciledug ini PT Mayasari Bakti sebagai pihak
pengangkut bertanggung jawab kepada pihak ketiga Ahmad Taufik sebagai
korban meninggal dunia yang diwakili penututan ganti kerugiannya oleh ahli
warisnya yaitu isteri dari Ahmad Taufik yang mempunyai dua anak yang masih
berusia dibawah 5 tahun, bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh PT
Mayasari bakti dengan santunan kepada pihak ketiga yang menjadi korban
kecelakaan, walaupun tidak sesuai dengan standar operasional perusahaan yang
secara lisan dikatakan oleh PT mayasari Bakti bahwa untuk biaya autopsi
jenazah, pemandian dan sampai pengkafanan dan sewa ambulance sampai ke
tempat kediaman jenazah korban kecelakaan tidak dilakukan oleh PT. mayasari
bakti.
Bapak Abduloh adalah pihak ketiga yang juga merupakan korban selamat
kecelakaan Bus Mayasari Bakti AC73, mengalami sejumlah luka di badannya
terutama di bagaian kepala dan pinggang yang membutuhkan perawatan medis
berupa jahitan di kepala untuk menutup lukanya dan juga beberapa kali ronsen
untuk tulang pinggang dari bapak Abduloh sehingga tidak dapat berjalan dengan
normal. Biaya pengobatan yang dilakukan Bapak Abduloh untuk biaya menjahit
luka di kepalanya dan biaya ronsen untuk bagian pinggangnya dilakukan dengan
dana sendiri serta tidak mendapat tanggung jawab dan ganti kerugian dalam
bentuk apapun untuk mengganti kerugian yang sudah dideritanya. Hal ini
berlawanan dengan Pasal 194 ayat (1) yang mengatakan bahwa karena
kesalahannya maka perusahaan pengangkut bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita oleh pihak ketiga yang menjadi korban. Seharusnya tanggung
jawab yang diberikan PT Mayasari Bakti adalah sama dengan Bapak Ahmad
Taufik, karena kesalahan ada pada pengemudi yang menyebabkan peruasahaan
pengangkutan yang diwakili oleh perangkat perusahaannya bertanggung jawab
atas tindakan dari sopir sebagai awak yang dipekerjakan PT Mayasari Bakti,
seperti yang diamanatkan dalam Undang Undang lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 235 ayat (2) yang dalam pasalnya menyebutkan bahwa perusahaan
pengangkut wajib memberikan bantuan pengobatan kepada korban yang
merupakan pihak ketiga yang mengalami luka luka dan cidera terhadap badan,
yang dalam kasus ini Bapak Abduloh mengalami luka di bagian kepala sehingga

7
memerlukan perawatan medis untuk menjahit lukanya dan kebutuhan untuk
melakukan ronsen pada bagian pinggangnya karena Bapak Abduloh kesulitan
berjalan dan mengalami rasa sakit dan juga PT Mayasari Bakti seharusnya
bertanggung jawab atas kerugian yang nyata nyatanya dialami Bapak Abduloh

2. Bagaimana Ganti Kerugian yang Diberikan Oleh PT Mayasari Bakti


Terhadap Pihak Ketiga Dalam Kecelakaan di Ciledug
Berdasarkan wawancara dengan Bapak B Rahayu di Jalan Raya Bogor,
selaku bagaian kecelakaan PT Mayasari Bakti mengatakan bahwa penyelesaian
mengenai sengketa ganti kerugian ini sudah selesai, dan bagaimana mengenai
bentuk ganti kerugian yangdiberikan oleh pihak Mayasari bakti kepada korban
yaitu ganti kerugian dengan memberikan santunan berupa uang yang diberikan
kepada Ahmad Taufik(36) yang memiliki istri dan dua anak yang berusia
dibawah 5 (lima) tahun ,dengan diberikannya ganti kerugian yang di berikan
kepada keluarga Ahmad Taufik dari PT Mayasari Bakti sejumlah
Rp.15.000.000,- (ima belas juta rupiah) yang mana angka ini didapatkan melalui
musyawarah mufakat dan diselesaikan dengan jalan kekeluargaan.
Pemberian santunan tanggung jawab ganti kerugian ini yang diberikan oleh
PT Mayasari Bakti berasal dari kas perusahaan yang memang oleh seluruh
perangkat perusahaan sudah dipersiapkan untuk biaya kecelakaan seperti hal nya
kasus kecelakaan di Ciledug ini. Jumlah dana yang diberikan oleh PT Mayasari
Bakti kepada keluarga korban ini seperti yang diamanatkan dalam UUAJ yaitu
sebagai bentuk tanggung jawab dan sebagai bentuk ganti kerugian yang
dilakukan oleh PT Mayasari Bakti dana yang diberikan masih dalam bentuk
kesepakatan kekeluargaan saja atau melalui sejumlah angka yang ditetapkan
pengadilan apabila menumpuh jalur ukum untuk melakukan penuntutan di
pengadilan negeri terkait. Dalam kasus ini dana yang diberikan kepada keluarga
korban pihak ketiga yaitu Ahmad Taufik ditentukan berdasarkan musyawarah
saja dari kedua belah pihak, yang berarti nilai ganti kerugian menjadi breakable
limit, dikatakan demikian karena belum daturnya melalui undang-undang terkait
yaitu Undang Undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, dalam undang undang ini menyatakan untuk jumlah besaran ganti

8
kerugian ditetapkan dalam peraturan pemerintah, apabila sudah ditetapkan
melalui peraturan pemerintah seharusnya menjadi Unbreakable limit, tetapi pada
kenyataannya di Negara Indonesia ini untuk perihal besaran dana ganti kerugia
belum diatur kedalam peraturan pemerintah manapun. Belum diaturnya
mengenai batasan jumlah ganti kerugian membuatnya menjadi breakable limit
yang mana dengan kebijakan ini pihak yang diuntungkannya adalah pihak
pengangkut, karena besaran ganti kerugian hanya didasarkn pada musyawarah
saja yang memberatkan korban, perusahaan pengangkut dapat memberikan
besaran ganti kerugian serendah rendahnya dan pihak ketiga yang menjadi
korban hanya dapat menerimanya, apabila menolak maka dilanjutkan ke jalur
hukum, yaitu melalui pengadilan, sedangkan dari hasil wawancara saya dengan
bapak Abduloh, jalan penuntutan dari pengadilan tidak dilakukan karena
membutuhkan waktu yang relative lama dan biaya yang tidak sedikit menurut
Bapak Abduloh. Menurut uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
bentuk ganti kerugian yang diberikan oleh PT Myasari Bakti kepada pihak
ketiga yaitu Ahmad Taufik adalah berupa ganti kerugian sebesar
Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) diluar biaya pemakanan dan biaya
pengkafanan jenazah seperti yang diuraikan sebelumnya yang mana biaya
tersebut berasal dari persediaan kas perusahaan dan ahmad taufik juga mendapat
santunan dari PT Jasa Raharja sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta
rupiah) biaya yang diberikan oleh jasa raharja ini adalah biaya yang diberikan
kepada keluarga korban sekaligus sebagai santunan kepada istri korban dan juga
kedua anaknya yang masih berusia dibawah 5 tahun atas meninggalnya Bapak
Ahmad taufik akibat kecelakaan di Ciledug, sedangkan untuk Bapak Abduloh
tidak mendapatkan biaya ganti kerugian dalam bentuk apapun untuk mengganti
biaya yang dia keluarkan untuk perawatan luka pada bagian kepadalnya yang
perlu jahitan dan ronsen untuk mengetahui kondisi kondisi tulang pinggang
Bapak Abduloh, seharusnya PT Mayasari Bakti juga melakukan kesepakatan
damai kepada pak Abduloh dan melakukan musyawarah untuk memberikan
santunan ganti kerugian yang dialami Bapak Abduloh sebagai bentuk tanggung
jawab dengan ganti kerugian.

9
D. Penutup
1. Kesimpulan
a. Tanggung Jawab PT Mayasari Bakti Terhadap Pihak Ketiga Dalam
Kecelakaan Di Ciledug. Bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh PT
Mayasari Bakti kepada pihak ketiga yang dalam penelitian ini adalah Ahmad
Taufik korban meninggal dunia dan Abduloh yang mengalami luga luka,
menurut Undang Undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, dalam ketentuannya bila tanggung jawab dengan pihak
ketiga menggunakan ketentuan yang diatur dalam pasal 194 ayat (1), dengan
beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, pada pasal ini hanya
mengatur mengenai pihak man ayang bertanggung jawab tetapi tidak
mengatur secara lanjut megenai besaran ganti kerugian yang dilakukan oleh
perusahaan pengangkut sebagai bentuk dari tanggung jawab. Prinsip
tanggung jawab yang diberlakukan dalam kasus ini adalh Based on Fault
dikarenakan pihak yang menjadi korban dan mengalami kerugian tidak
terikat perjanjian secara langsung. Dalam kasus ini PT Mayasari Bakti
bertanggung jawab hanya kepada Ahmad Taufik korban kecelakaan
meninggal dunia tetapi tidak dengan Abduloh korban luka luka kecelakaan
jalan di Ciledug, dengan memberikan santunan yang berasal dari uang kas
perusahaan. Penggunaan uang kas perusahaan karena perusahaan
pengangkut ini tidak mengasuransikan tanggung jawabnya.
b. Bentuk ganti kerugian kepada pihak ketiga yang diberikan oleh PT
Mayasari Bakti, yaitu dengan pemberian ganti kerugian berupa sejumlah
uang atas kerugian materil dan imateril kepada salah satu korban dalam
kasus kecelakaan Bus Mayasari Bakti AC73 jurusan Kampung Rambutan-
Ciledug diselesaikan dengan cara kekeluargaan yaitu musyawarah mufakat
yang bertemu dititik tengah yaitu mengganti kerugian berupa uang kepada
keluarga Ahmad Taufik yang mempunyai anak yang masih balita sebesar
Rp.15.000.000.000,-(lima belas juta Rupiah) dimana uang tersebut yang
digunakan untuk memberikan ganti kerugian kepada korban berasal dari
uang kas perusahaan karena PT Mayasari Bakti tidak mengasuransikan
tanggung jawabnya. Kepada bapak Abduloh korban yang mengalami luka

10
luka disekujur badannya tidak diberikan ganti kerugian atas biaya
pengobatan hal ini bertentangan dengan hasil wawancara dengan perusahaan
pengangkut mengenai standar operasional yang harus dilakukan perusahaan
apabila terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh bus Mayasari Bakti, yang
membuat Abduloh harus menanggung sendiri oleh Bapak Abduloh tanpa ada
bantuan dari pihak lain biaya rumah sakit dan pengobatan.

2. Saran
a. Sebaiknya PT Mayasari Bakti juga bertanggung jawab kepada Abduloh
pihak ketiga yang menjadi korban kecelakaan bus Mayasari Bakti AC73 di
Ciledug, korban yang mengalami kerugian berupa luka luka disekujur
tubuhnya disebabkan oleh lalainya supir Mayasari Bakti seharusnya juga
bertanggung jawab dan memberikan ganti kerugian dalam bentuk apapun
karena menurut Undang undang 22 tahun 2009 Pasal 234 ayat (1) tentang
tanggung jawab perusahaan kepada pihak ketiga, pihak Mayasari Bakti
seharusnya juga datang dan menawarkan ganti kerugian dalam bentuk
apapun secara musyawarah mufakat.
b. Saran diberikan kepada pemerintah yang seharusnya membuat peraturan
lebih lanjut mengenai pasal 192 ayat (5) yang mengatakan bahwa biaya ganti
kerugian diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah, sementara
pemerintah sendiri tidak membuat ketentuan ebih lanjut sebagaimana yang
sudah diamanatkan undang undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, karenaa jelas kebjakan ini sangat memberatkan korban
karena harus menempu jalur pengadilan apabila tidak setuju dengan hasil
ganti kerugian yang diberikan oleh perusahaan pengangkut. Seharusnya
pemerintah membuat ketentuan lebih lanjut agar adanya kesinambungan
antara peraturan peraturan yang menjadi payungf hukum kecelakaan
terhadap pihak ketiga agar peraturan peraturan yang sudah ada dapat berlaku
secara penuh dan lebih efektif diberlakukan.

11
DAFTAR REFERENSI

BUKU

Abdul Kadir Muhamad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 1998.

_______, Hukum Pengangkutan Niaga, Cet III, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013

Andi Hamzah, Kamus Hukum, Jakarta: Balai Aksara, 1998

Arif Wicaksana, et. Al. Hukum Dagang Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti,
2010

Asikin,H Zainal Hukum Dagang, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Elfrida Gultom, Hukum Pengangkutan Darat, Jakarta: Literata Lintas Media, 2009

M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya Paramitha,


2010

Marheinis Abdulhay, Hukum Perdata, Jakarta: Pembinaan UPN, 2006

Muhammad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2004.

Munir Fuady, Perbandingan Hukum Perdata, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009.

Riyanti Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004.

Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan darat, Jalan dan Kereta Api, Jakarta, Universitas
Trisakti, 2009.

Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.

Soemitro, Ronny Hanityo, Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Ghalia


Indonesia, 1988.
Sutio Usman Adji, et al. Hukum Pengangkutan di Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta,
1991.

Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melawan Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2000.

12
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Peraturan Menteri Nomor 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Batas
Kecepatan

13

Anda mungkin juga menyukai