Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Aspek dalam sebuah penelitian yang paling penting adalah tinjauan

pustaka. Penelitian terdahulu mencoba untuk melakukan perbandingan dalam

berbagai situasi yang berbeda namun dimensinya sama. Mengkaji tentang strategi

manajemen isu Humas PT. Sumberdaya Sewatama dalam menangani keluhan

masyarakat lingkungan. Sehingga memberikan sebuah gambaran tentang

penelitian yang dipakai oleh penulis. Komparasi penelitian ini sangat penting

untuk mencari kesamaan serta perbedaan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Romi Atmaja NST (2017) dengan judul “Strategi Manajemen Isu Humas

RSU Dr Pirngadi Medan dalam Menangani Pemberitaan Negatif”. Penelitian

Romi membahas tentang strategi manajemen isu Humas RSU Dr Pirngadi medan

dalam menangani pemberitaan negatif. Objek penelitian Romi yaitu RSU Dr

Pirngadi Medan. Model penelitian yang digunakan Romi yaitu model proses

manajemen isu. Metode Penelitian yang digunakan oleh Romi yaitu metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Persamaan penelitian Romi dengan penelitian ini sama-sama membahas

tentang strategi manajemen isu. Menggunakan metode penelitian kualitatif.

Mengunakan model yang sama yaitu model proses manajemen isu. Perbedaan

penelitian Romi dengan penelitian ini yaitu tujuan penelitian Romi adalah untuk

mengetahui untuk mengetahui langkah-langkah manajemen isu yang dilakukan

7
8

oleh Humas RS Dr Pirngadi Medan dalam menangani pemberitaan negatif terkait

dugaan malpraktik terhadap Ganda Hermanto Serta untuk mengevaluasi strategi

humas RSU Dr Pirngadi dalam mengelola isu pemberitaan negatif terkait dugaan

malpraktik terhadap Ganda Hermanto, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana strategi manajemen isu Humas PT. Sumberdaya

Sewatama dalam manajemen isu dengan masyarakat lingkungan serta untuk

mengetahui apa saja hak-hak yang dituntut masyarakat terhadap PT. Sumberdaya

Sewatama.

Objek penelitian ini yaitu Perusahan Swasta berskala Nasional dalam

menyediakan jasa ketenagalistrikan. Lokasi penelitian Romi berlokasi di Kota

Medan, sedangkan lokasi penelitian ini berada di Kota Lhokseumawe.

Achmad Riski Yulianto (2019) yang berjudul ”Strategi Komunikasi

Manajemen Isu Publik Pemerintah Provinsi Jawa Timur”. Penelitian Achmad

membahas tentang strategi komunikasi manajemen isu publik Pemerintah Provinsi

Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Achmad

menggunakan model manajemen isu. Objek penelitiannya berada di Instansi

Pemerintahan.

Persamaan penelitian Achmad dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan metode penelitian kualitatif. Menguggunakan model manajemen

isu. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini membahas tentang manajemen isu.


9

Perbedaan penelitian Achmad dengan penelitian ini yaitu tujuan penelitian

Achmad untuk mengetahui bagaimana strategi Komunikasi manajemen isu publik

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana strategi manajemen isu Humas PT. Sumberdaya

Sewatama dalam mengatasi keluhan masyarakat lingkungan serta untuk

mengetahui apa saja hak-hak yang dituntut masyarakat terhadap PT. Sumberdaya

Sewatama . Objek penelitian ini yaitu Perusahan Swasta berskala Nasional dalam

menyediakan jasa ketenagalistrikan. Lokasi penelitian Achmad berlokasi di Kota

Surabaya, sedangkan lokasi penelitian ini berada di Kota Lhokseumawe.

Muhammad Yunus (2020) dengan judul ” Strategi Public Relations

Kementrian Agama Republik Indonesia dalam Mengelola Isu Di Media Massa”.

Penelitian Muhammad meneliti tentang strategi public relations Kementrian

Agama Republik Indonesia dalam mengelola isu di Media Massa. Objek

penelitian Muhammad adalah Instansi Pemerintah. Penelitian Muhammad

menggunakan metode penelitian kualitatif.

. Persamaan penelitian Muhammad dengan penelitian ini adalah

sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian Muhammad

dengan penelitian ini membahas tentang strategi humas dalam mengelola isu.

Perbedaan penelitian Muhammad dan penelitian Ini yaitu penelitian Muhammad

meneliti tentang strategi Humas di Instansi Pemeritahan sedangkan penelitian ini

meneliti tentang strategi humas di Instansi Perusahaan.


10

Objek penelitian ini yaitu Perusahaan Swasta berskala Nasional dalam

menyediakan jasa ketenagalistrikan.. Lokasi penelitian Muhammad berlokasi di

Kota Jakarta, sedangkan lokasi penelitian ini berada di Kota Lhokseumawe.

Tabel 2.1
Penelitian Terhadulu
No Nama dan Judul Persamaaan Perbedaan
1 Romi Atmaja Nst - Menggunakan - tujuan penelitian Romi
(2017) yang berjudul metode penelitian adalah untuk mengetahui
“Strategi Manajemen kualitatif. untuk mengetahui langkah-
Isu Humas RSU Dr - Teknik langkah manajemen isu
Pirngadi Medan pengumpulan data yang dilakukan oleh Humas
dalam Menangani yaitu observasi, RS Dr Pirngadi Medan
Pemberitaan wawancara dan dalam menangani
Negatif”. dokumentasi. pemberitaan negatif terkait
- Meneliti strategi dugaan malpraktik terhadap
Humas dalam Ganda Hermanto Serta
memanajemen isu untuk mengevaluasi strategi
sebua h perusahaan humas RSU Dr Pirngadi
swasta. dalam mengelola isu
- Menggunakan pemberitaan negatif terkait
model manajemen dugaan malpraktik terhadap
isu. Ganda Hermanto,
sedangkan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana
strategi manajemen isu
Humas PT. Sumberdaya
Sewatama dalam
manajemen isu dengan
masyarakat lingkungan
serta untuk mengetahui apa
saja hak-hak yang dituntut
masyarakat terhadap PT.
Sumberdaya Sewatama.
- Lokasi penelitian Romi
berlokasi di Kota Medan,
sedangkan lokasi penelitian
ini berada di Kota
11

Lhokseumawe.
- Objek penelitian Romi yaitu
RSU Dr Pirngadi Medan,
sedangkan objek penelitian
ini yaitu Perusahan Swasta
berskala Nasional dalam
menyediakan jasa
ketenagalistrikan.

2 Achmad Riski - Menggunakan - tujuan penelitian Achmad


Yulianto (2019) metode penelitian untuk mengetahui
yang berjudul kualitatif. bagaimana strategi
”Strategi - Teknik Komunikasi manajemen isu
Komunikasi pengumpulan data publik Pemerintah Provinsi
Manajemen Isu yaitu observasi, Jawa Timur. Sedangkan
Publik Pemerintah wawancara dan tujuan dari penelitian ini
Provinsi Jawa dokumentasi. adalah untuk mengetahui
Timur”. - Meneliti tentang bagaimana strategi
manajemen isu manajemen isu Humas PT.
sebuah perusahaan Sumberdaya Sewatama
maupun instansi dalam mengatasi keluhan
pemerintah. masyarakat lingkungan
- Menggunakan serta untuk mengetahui apa
model manajemen saja hak-hak yang dituntut
isu. masyarakat terhadap PT.
Sumberdaya Sewatama .
- Objek penelitian Achmad
berada di Instansi
Pemerintahan, sedangkan
objek penelitian ini yaitu
Perusahan Swasta berskala
Nasional dalam
menyediakan jasa
ketenagalistrikan
- Lokasi penelitian Achmad
berlokasi di Kota Surabaya,
sedangkan penelitian ini
berada di Kota
Lhokseumawe.

3 Muhammad Yunus - Menggunakan - Fokus utama dari


(2020) dengan judul metode penelitian penelitianMuhammad yaitu
” Strategi Public kualitatif. mengelola isu yang ada di
Relations - Membahas tentang media massa.
Kementrian Agama strategi humas - Lokasi penelitian Dio
12

Republik Indonesia dalam mengelola berada di Kota Palembang


dalam Mengelola Isu isu. sedangkan Penelitian ini
Di Media Massa”. - pengumpulan data berada di Kota
yaitu observasi, Lhokseumawe.
wawancara dan
dokumentasi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Model Proses Manajemen Isu

Secara umum, ada lima tahap aktivitas manajemen isu yang bersifat

universal, artinya telah menjadi standar internasional dan menjadi formula bagi

para akademisi. Adapun kelima tahap itu adalah:

1. Public Relations mesti mengenal dahulu isu-isu yang diasumsikan yang

dapat memengaruhi organisasi (Issues Identification). Proses identifikasi

dalam tahap ini dapat menggunakan beberapa cara, antara lain: (a).

Pooling opini, secara berkala Public Relations menyediakan daftar

pertanyaan yang disebarkan kepada publik, bisa ditempel dimajalah

internal, newsletter atau dikirim via pos. (b). Menggelar FGD (Focus

Group Discussion) dengan para pemuka pendapat (opinion leader). (c).

Memonitoring berita-berita media, kegiatan mengkliping atau merekam

pemberitaan media. (d). Penyediaan kotak opini untuk menampung opini

publik internal, publik dapat menulis disecarik kertas untuk

menyampaikan aspirasinya dan terjamin kerahasiannya penulisnya

(anonim). (e). Secara aktif melakukan “manajemen by walking around”,

dengan mengunjungi dan mengobrol dengan kelompok publik untuk


13

menampung aspirasi. (f). Memonitoring dan menjalin relasi melalui dunia

maya melalui berbagai fiturnya seperti blog, facebook, twitter, atau media

sosial lainnya. Ketiganya memungkinkan publik menyampaikan pendapat

dan perasaannya secara terbuka dan bebas.

2. Melakukan evaluasi dan analisis isu-isu yang ditemukan (Issue Analysis).

Tahap ini mencakup upaya menganalisis penyebab isu dan kemungkinan

akibatnya bagi aktivitas organisasi. Tujuan tahap ini adalah mengetahui isu

sebenarnya, penyebabnya, dan dari mana sumbernya. Proses analisis ini

diperkuat dengan riset yang bertujuan mengidentifikasi opini-opini para

pemuka pendapat atau figur-figur yang berpengaruh dimasyarakat tentang

isu yang terjadi.

3. Merumuskan program-program yang bisa dilakukan organisasinya untuk

bisa merespon isu tersebut. Termaksud merumuskan strategistrategi

alternatif terhadap perubahan isu. Merupakan tahap yang melibatkan

pembuatan keputusan-keputusan dasar tentang respons organisasi.

4. Penanganan Isu, pada fase ini sebuah organisasi harus memutuskan

kebijakan yang mendukung perubahan yang diinginkan untuk membuat

program penanganan isu. Pada tahap ini membutuhkan koordinasi sumber

daya untuk menyediakan dukungan yang optimal agar tujuan dan target

tercapai.

5. Evaluasi Hasil, setelah semua tahapan di atas, akhirnya dibutuhkan sebuah

riset untuk mengevaluasi bagaimana implementasi program yang


14

dilakukan. Semakin lama isu berkembang, semakin sedikit pilihan yang

tersedia dan semakin mahal biayanya (Atmaja, 2017:28).

Proses manajemen isu Model Chase and Jones dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.1

Proses Manajemen Isu Oleh Chase and Jones

Identifikasi Isu

Analisi Isu

Pilihan Strategi Perubahan


Isu

Program Penanganan Isu

Evaluasi Akhir

(Sumber :Atmaja, 2017:29)

Adanya tahapan-tahapan dalam manajemen isu, maka diharapkan perusahaan

akan mampu mengelola dan menangani isu dengan baik. Mengelola isu dalam hal
15

ini sama artinya dengan proses manajemen isu. Bagaimana isu mampu diatasi

melalui berbagai tahapan untuk kemudian menjadi sesuatu yang membawa

kebaikan bagi perusahaan. Oleh sebab itu penerapan manajemen isu dalam

perusahaan semakin menguatkan fungsi boundary spanning (perentang batas)

yang dimiliki Public Relations. Dimana Public Relations bertujuan untuk

mengadaptasi perusahaan pada kendala-kendala dan kemungkinan-kemungkinan

yang ditemukan dalam lingkungan yang tak dapat dikendalikan oleh organisasi.

Sebagai mediator antara publik dan perusahaan, Public Relations juga mempunyai

kesempatan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dalam kelompok

manajemen puncak (Atmaja, 2017 : 30).

2.3 Konsep Strategi

2.3.1 Pengertian Strategi

Menurut Salusu ada empat tingkatan-tingkatan strategi. Keseluruhannya

disebut master strategy yaitu (a) Enterprise Strategy, Strategi ini berkaitan dengan

respon masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat.

Masyarakat adalah kelompok yang berada diluar organisasi yang tidak dapat

dikontrol. (b) Corporate Strategy Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi

sehingga sering disebut Grand Strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh

suatu organisasi. (c) Business Strategy Strategi pada tingkat ini menjabarkan

bagaimana,merebut pasaran ditengah masyarakat, bagaimana menempatkan

organisasi di hati para penguasa, para pengusaha, para anggota legislatif, para
16

politisi dan lain sebagainya. (d) Funcstional Strategy Strategi ini merupakan

startegi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain.

Ada dua alasan, mengapa kegiatan komunikasi memerlukan strategi.

Pertama, karena pesan yang kita sampaikan harus diterima dalam arti receive

tetapi ada juga accepted. Kedua, agar kita bisa mendapatkan respon yang

diharapkan. Dalam hal ini, strategi tidak bisa dipisahkan dari proses komunikasi

yang melibatkan komponen-komponen seperti komunikator, pesan, saluran,

komunikan dan efek. Strategi adalah langkah-langkah atau jalan-jalan penunjuk

yang meyakinkan yang, harus ditempuh dalam mencapai tujuan, strategi sifatnya

jangka panjang, sedangkan taktik sifatnya jangka pendek. Strategi dan taktik

adalah cara untuk melaksanakan perencanaan (Kalianda, 2018 : 3).

2.3.2 Tahapan-Tahapan Strategi

1. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi, konseptor harus mempertimbangkan

mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan

kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan

strategi alternatif dan memilih strategi berusaha menemukan masalah-

masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks

kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai

kemungkinankemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan

langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada

tujuan itu.
17

2. Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang diterapkan, maka

langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang diterapkan tersebut.

dalam tahapan pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan

komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.

Hal ini sesuai dengan David bahwa menurutnya dalam pelaksanaan strategi

yang tidak menerapkan komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan

strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi

impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada

alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakan melalui

penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang

dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.

3. Evaluasi Strategi

Tahap akhir dari menyusun strategi adalah evaluasi implementasi

strategi. Evaluasi startegi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai

dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evalusasi

menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh

suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk menentukan sasaran

yang dinyatakan telah tercapai Ada tiga kegiatan mendasar untuk

mengevaluasi strategi, yakni : (a) Meninjau faktor-faktor eksternal dan

internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang akan menjadi

suatu hambatan dalam mencapai tujuan. Begitu pula dengan faktor internal

yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk
18

dapat berakibat buruk bagi hasil yang akan dicapai. (b) Mengukur prestasi

(membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Proses ini dapat

dilakukan dengan menyelidiki penyimpanan dari rencana, mengevaluasi

prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian

sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus mudah

diukur dan mudah dibuktikan. Kriteria yang meramalkan hasil lebih penting

dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. (c) Mengambil

tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

Dalam hal ini tidak harus berarti yang ada ditinggalkan atau merumuskan

strategi baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak

sesuai dengan hasil yang dibayangkan semula atau pencapaian yang

diharapkan (Kalianda, 2018:4-5).

2.4 Humas

2.4.1 Pengertian Humas

Istilah “Hubungan Masyarakat” yang disingkat Humas itu adalah

terjemahan dari istilah Public Relations yang biasa disingkat PR. Secara

terminologis terjemahan tersebut sebenarnya kurang tepat : sama dengan kurang

tepatnya terjemahan istilah public opinion menjadi “pendapat umum”. Akan

tetapi, oleh karena istilah hubungan masyarakat itu telah dikenal luas dan sudah

dipergunakan oleh lembaga-lembaga resmi, maka sukarlah untuk diganti dengan

istilah baru, meskipun lebih tepat. Bahkan lembaga-lembaga pendidikan pun,

yang mengajar pengetahuan public relations menggunakan istilah hubungan

masyarakat.
19

Menurut definisi kamus terbitan Institute Of Public Relation (IPR), humas

adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan

saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Jadi,

humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai

rangkaian kampanye atau program terpadu. Semuanya itu berlangsung secara

berkesinambungan dan teratur.

Karena begitu banyaknya definisi public relations dari berbagai Negara di

seluruh dunia, yang terhimpun dalam organisasi yang bernama “The International

Public Relations Association” (IPRA), bersepakat untuk memutuskan sebuah

definisi dengan harapan dapat diterima dan dipraktek bersama. Definisinya

sebagai berikut:

Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang

berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-organsasi lembaga-

lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati,

dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada

hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum di antara mereka, untuk

megkorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang

dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang

lebih produktif da pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien

(Rumimpunu dkk, 2014).

2.4.2 Tugas, Peran dan Fungsi Humas


20

Frida Kusumastuti menjabarkan tugas-tugas Humas/Public Relations

sebagai berikut: (a). Menginterpretasikan, menganalisa dan membuat evaluasi

kecenderungan perilaku publik untuk kemudian direkomendasikan kepada pihak

manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi. (b). Mempertemukan

kepentingan organisasi dengan kepentingan publik sehingga tercipta saling

pengertian, menghormati dan menyanggupi untuk melaksanakan kebijakan yang

diambil oleh organisasi. (c). Mengevaluasi program-program organisasi

khususnya yang berkaitan dengan publik.

Peran humas Menurut Dozier & Broom dalam Rosady Ruslan, peranan

Humas/Public Relations dapat dibagi menjadi empat kategori, yakni: (a)

Penasehat Ahli (Expert Prescriber), (b) Fasil itator Komunikasi (Communication

Fasilitator), (c) Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process

Fasilitator), (d) Teknisi Komunikasi (Communications Technician).

Berdasarkan fungsinya menurut pakar Humas Internasional, Cutlip &

Centre, and Canfield yang dikutip oleh Rosady Ruslan (2008:19) menyebutkan

ada empat fungsi Humas/Public Relations, yakni: (a) Menunjang aktivitas utama

manajemen dalam mencapai tujuan bersama. (b) Membina hubungan yang

harmonis antara organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran.

(c) Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi

dantanggapan masyarakat terhadap organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya.

(d) Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada

pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama. (e) Menciptakan

komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi,publikasi serta
21

pesan dari organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif

bagi kedua belah pihak (Adhitya, 2018 : 329).

2.5. Isu

2.5.1 Pengertian Isu

Isu adalah berbagai perkembangan, biasanya terjadi di dalam arena publik

yang jika berlanjut ini secara signifikan akan dapat memengaruhi operasional atau

kepentingan jangka panjang dari organisasi. Dapat disebut bahwa isu titik awal

munculnya konflik jika tidak dikelola dengan baik. Menurut The Issue

Management Council, jika terjadi gap atau perbedaan antara harapan publik

dengan kebijakan, operasional, produk atau komitmen organisasi terhadap

publiknya maka disitulah munculnya isu (Atmaja, 2017:17).

Gambar 2.2 Proses Munculnya Isu

Aktivitas Isu Gap Harapan Publik


Organisasi

(Sumber:Atmaja, 2017:17)

Dalam konteks ini, beragam hal dalam kehidupan dapat terkait dengan

aktivitas perusahaan dan tumbuh sensitif menjadi isu yang kemudian berkembang
22

di masyarakat. Isu yang berkembang di masyarakat tentunya bisa dikendalikan

oleh perusahaan, hal itu tergantung bagaimana Public Relations dapat memonitor

lingkungannya. Dengan memonitor lingkungan secara sistematik, Public

Relations tersebut dapat mengobservasi alur opini publik terhadap suatu peristiwa

sosial yang dimungkinkan dapat mempengaruhi operasional perusahaan. Isu

selalu hadir dalam aktivitas organisasi sebagai akibat dari interaksi dengan publik

dan lingkungan sosial tempat perusahaan berada. Sistem sosial tidak pernah sepi

dari pertarungan simbolik, sehingga Public Relations diharapkan proaktif dalam

mengelola isu.

Dari tulisan Harrison dapat dideskripsikan dua aspek jenis isu. Pertama,

aspek dampaknya. Ada dua jenis isu yaitu defensive dan offensive issues.

Defensive issues adalah isu-isu yang membuat cenderung memunculkan ancaman

terhadap organisasi, dan oleh karena itu organisasi harus mempertahanakan diri

agar tidak mengalami kerugian reputasi. Sementara offensive issues adalah isu-isu

yang dapat digunakan untuk meningkatkan reputasi perusasahaan. Kedua, aspek

keluasan isu.

Ada empat jenis isu, yaitu (1) Isu-isu universal, yaitu isu-isu yang

memengaruhi banyak orang secara langsung, bersifat umum dan berpotensi

memengaruhi secara personal. (2) Isu-isu advokasi, yaitu isu-isu yang tidak

memengaruhi sebanyak orang seperti isu universal. Isu ini muncul karena

disebarkan kelompok tertentu yang mengaku representasi kepentingan publik.

(3) Isu-isu selektif, yaitu isu-isu yang hanya memengaruhi kelompok tertentu. (4)

Isu-isu praktis, yaitu isu-isu yang hanya melibatkan atau berkembang di antara
23

para pakar. Isu bisa meliputi masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau

nilai yang tengah berlangsung dalam kehidupan mayarakat.

Walaupun isu dapat berkembang secara tidak terduga dan bisa

menghasilkan hasil yang tak diharapkan, isu dapat diantisipasi. Pada dasarnya,

organisasi mempunyai kesadaran yang tinggi tentang peristiwa-peristiwa yang

berpotensi memengaruhi aktivitasnya. Itu semua tergantung pada kemampuan

Public Relations untuk memonitor lingkungannya. Dengan cara sistematik

memonitor lingkungan, Public Relations dapat mengobservasi alur opini publik

terhadap sebuah peristiwa sosial yang dimungkinkan dapat memengaruhi

operasional organisasi. Secara umum kegiatan memonitor lingkungan ini disebut

“The Early Warning” atau “The Environmental Scanning System”. Aktivitas

tersebut mencakup antara lain tracking opini publik, termaksud mengkliping

pemberitaan media massa dan menggelar diskusi publik. Dengan cara ini,

organisasi diharapkan mempunyai kemampuan memprediksi tentang apa yang

akan terjadi di masa depan.

Munculnya sebuah isu dapat disebabkan oleh:

1. Ketidakpuasan sekelompok masyarakat.

Isu dapat terjadi ketika adanya unsur ketidakpuasan yang dialami

oleh sekelompok masyarakat terhadap sesuatu seperti produk, pelayanan,

harga ataupun macam-macam bentuk lainnya yang diberikan oleh korporat

kepada masyarakat tersebut.

2. Terjadinya peristiwa dramatis.


24

Sebuah isu juga dapat muncul bila terjadi suatu peristiwa dramatis

yang dialami oleh organisasi. Misalnya kebakaran yang melanda pabrik

suatu perusahaan, penipuan yang dialami oleh organisasi tersebut, dan

lain-lain.

3. Perubahan sosial.

Perubahan sosial juga dapat memicu terjadinya sebuah isu. Seperti

misalnya dampak krisis ekonomi yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi perusahaan yang sedikit banyaknya dapat

memperburuk kinerja perusahaan tersebut.

4. Kurang optimalnya kekuatan pemimpin.

Dalam hal ini, isu juga dapat muncul apabila leadership dari

seorang pemimpin perusahaan atau organisasi kurang optimal. Contohnya,

seorang manajer tidak mampu mendorong dan mengawasi setiap aktivitas

kinerja anggotanya yang pada akhirnya akan membawa kerugian pada

perusahaan tersebut.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, terlihatlah bahwa pengertian isu

menjurus pada adanya masalah dalam suatu organisasi yang membutuhkan

penanganan. Cara menangani isu tersebut yang pada akhirnya akan memunculkan

teori dan proses manajemen isu. Contoh-contoh yang menyebabkan perlunya

manajemen isu termasuk prospektif bagi saluran lainnya, perkembangan yang

kompetitif, riset yang dipublikasikan, sebuah perubahan dalam kinerja atau

kegiatan organisasi itu sendiri atau individu maupun yang terkait dengan

organisasi tersebut (Atmaja, 2017 : 17-20).


25

2.5.2 Tahapan Isu

Karena tipisnya perbedaan antara isu dan kritis, sangatlah penting bagi

public relations untuk memahami tahap perkembangan isu diantaranya yaitu:

potential, imminent, current, critical, dan dormant.

a. Tahap Origin (Potential Stage)

Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekspresikan

perhatiaanya pada isu dan memberikan opini. Tahap ini, dimungkinkan

mereka melakukan tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang

dianggap penting. Ini adalah tahap penting yang menentukan apakah isu

dapat dimanajemen dengan baik atau tidak. Public Relations mesti proaktif

untuk memonitor lingkungannya.

b. Tahap Mediation dan Amplification ( imminent state/emerging)

Pada tahap ini, isu berkembang karena isu-isu tersebut sudah

mempunyai dukungan publik yaitu ada kelompok-kelompok yang lain

saling mendukung dan memberikan perhatian pada isu-isu tersebut.

Mengacu Regester dan Larkin dalam buku Public Relations dan Crisis

Management, tahap ini disebut juga tahap “emerging” (perkembangan).

Mediasi bermakna bahwa orang-orang atau kelompok-kelompok yang

mempunyai pandangan yang sama saling bertukar pikiran sehingga

membuat isu mulai meluas.

Pada tahap ini, tekanan-tekanan sudah mulai dirasakan organisasi

untuk menerima isu. Pada tahap ini, organisasi mesti mulai berupaya

mengelola arus informasi dengan menyediakan informasi yang aktual,


26

benar, berbasis data, dan membuka saluran komunikasi dua arah.

Tujuannya agar isu tidak membesar melalui pemberitaan media, mumpung

pada tahap ini pemberitaan media masih bersifat sporadik dan hanya

dilakukan beberapa media saja.

c. Tahap Organization (Current Stage and Critical Stage) Disebut tahap

organisasi, karena pada tahap ini publik sudah mulai mengorganisasikan

diri dan membentuk jaringan-jaringan. Pada tahap current stage ini, isu

akan berkembang menjadi lebih popular karena media massa

memberitakannya hingga berulang kali dengan eskalasi yang tinggi dan

ditambah interaksi di media sosial dan jaringan. Akibatnya, isu menjadi

diskusi publik dan bermunculan beberapa pemimpin opini publik. Mereka

biasanya memberikan komentar-komentar yang mempengaruhi publik

melalui media massa. Terjadi pertarungan wacana kepentingan dari

berbagai kelompok publik sehingga masyarakat luas mulai merasakan

telah terjadi konflik. Pada akhirnya dapat memengaruhi proses kebijakan

publik dari pemerintah, misalnya munculnya regulasi baru. Sementara itu,

critical stage terjadi bila publik terbagi dalam dua kelompok, setuju dan

menentang. Menurut Hainsworth, tahap ini dapat disebut tahap krisis.

d. Tahap Resolution (Dormant Stage)

Pada tahap ini, pada dasarnya organisasi dapat mengatasi isu

dengan baik (setidaknya publik puas karena pertanyaan-pertanyaan seputar

isu dapat dijawab dan pemberitaan media mulai menurun, perhatian

masyarakat juga menurun, salah satu karena berjalannya waktu, ada solusi
27

dari organisasi atau pemerintah) sehingga isu diasumsikan telah berakhir

sampai seseorang memunculkan kembali dengan pemikiran dan persoalan

baru atau muncul isu yang baru yang ternyata mempunyai keterkaitan

dengan isu sebelumnya atau pada waktu peringatansaat isu mulai muncul

pertama kali (Atmaja, 2017: 22-23).

2.5.3 Jenis-Jenis Isu

Isu pada prinsipnya dapat dimunculkan dalam bentuk kalimat Tanya

sebagai sebuah permasalahan retoris. Webster’s Encyclopedic Unabridged

Dictionary of the English Language mendefinisikan isu sebagai sebuah poin

pertanyaan atau masalah dalam pertikaian, seperti kelompok-kelompok yang

berkonflik dalam bidang hukum. Isu pada intinya bisa berupa masalah, perubahan,

peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai. Crabble dan Vibert menyatakan bahwa isu

dapat dikategrorikan ke dalam empat jenis: fakta, definisi atau kategori, nilai dan

kebijakan. Berikut pengertian tiap-tiap jenis isu:

1. Isu fakta, merupakan isu yang tidak perlu dipertentangkan, misal isu

bahwa perusahaan menghadapi kekurangan bahan mentah.

2. Isu definisi atau kategori, ketika melihat kamus seseorang dapat membaca

bahwa sesuatu dapat didefinisikan dalam beragam kategori. Perusahaan

bisa saja dihadapkan pada isu definisi atau kategori seperti “price-

gouging”. Isu ini bisa jadi memiliki lebih dari satu definisi: apa yang

dimaksud dengan price-gouging (masuk ke dalam kategori apa), dan


28

apakah aktivitas perusahaan masuk ke dalam kategori ini? Jenis isuini bisa

jadi lebih baik didiskusikan dalam ruang dewan, dalam diskusi media dan

terkadang dalam pengadilan.

3. Isu nilai, meliputi penilaian apakah sesuatu itu baik atau buruk, etis atau

tidak etis, benar atau salah, dan sebagainya. Misalnya, apakah benar bagi

Perusahaan Nestle untuk memasarkan dan menjual susu bubuk formula di

negara-negara berkembang?

4. Isu kebijakan, meliputi pertikaian atas tindakan yang harus diambil pada

situasi tertentu. Keputusan untuk membangun pembangkit nuklir bisa

melibatkan kelompok lingkungan, komunitas lokal dan publik lainnya

dalam mendebat atau mempertahankan keputusan (Prayudi, 2016: 36-39).

2.6 Manajemen Isu

Menurut Prayudi yang ia tulis di dalam buku manajemen isu dan krisis,

menurutnya manajemen isu merupakan proses proaktif dalam mengelola isu-isu,

tren atau peristiwa potensial, eksternal dan internal, yang memiliki dampak baik

negatif maupun positif terhadap perusahaan dan menjadikan isu sebagai peluang

meningkatkan reputasi perusahaan. Upaya mengelola isu dilakukan dengan cara

memonitor, mengidentifikasi, menganalisis, membuat kebijakan stratejik pada

tingkat manajemen, implementasi kebijakan sebagai tindakan mengantisipasi isu

dan mengevaluasi dampak kebijakan dalam rangka mendukung kontinuitas

aktivitas perusahaan (Prayudi, 2016:44).

Menurut Coates,Jarrat and Heinz (dalam buku Public Relations and Crisis

Management Pendekatan Critical Public Relations Etnografi Kritis dan


29

Kualitatif) menyatakan: “Manajemen isu adalah sebuah aktivitas yang

diorganisasi dalam suatu organisasi untuk mengidentifikasi munculnya

kecenderungankecenderungan situasi ataupun isu-isu yang dimungkinkan

diprediksi memengaruhi suatu aktivitas organisasi dalam beberapa tahun

kedepantermaksud dalam jangka pendek dan membangun strategi organisasi

untuk meresponnya”

Pada masa lalu, banyak sekali organisasi yang terlambat dalam

mengidentifikasi dan merespon isu, bahkan kebanyakan responnya lebih bersifat

reaktif bukan preventif/proaktif. Sementara itu, the Public Affairs Council of

America mendefinisikan manajemen isu sebagai proses dimana organisasi dapat

mengidentifikasi dan mengevaluasi isu-isu sosial dan isu-isu pemerintahan yang

kemungkinan dapat memengaruhi organisasi secara signifikan. Isu-isu tersebut

kemudian dapat dijadikan prioritas bagi organisasi untuk meresponya dengan baik

(Atmaja, 2017 : 20).

2.7 Masyarakat

Definisi Masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

berarti “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu

kebudayaan yg mereka anggap sama” sedangkan menurut Paul B Horton dan C.

Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup

bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,

mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam

kelompok / kumpulan manusia tersebut.


30

Masyarakat (yang diterjemahkan dari istilah society) adalah sekelompok

orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya, dimana

kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam

kelompok tersebut. Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab, musyarakah.

Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-

hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau

komunitas yang interdependen atau individu yang saling bergantung antara yang

satu dengan lainnya. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu

sekelompok individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur

(Akhmaddhian & Fathanudien, 2015:78).


31

2.8 Kerangka Berfikir

Gambar 2.3
Kerangka Berfikir

Isu PT. Sumberdaya Sewatama


dengan Masyarakat lingkungan

Strategi Manajemen Isu Humas


PT. Sumberdaya Sewatama

Proses Manajemen Isu Oleh


Chase and Jones

Identifikasi Isu Analisis Isu Pilihan Strategi


Perubahan Isu

Program Penanganan Isu

Evaluasi Akhir Hasil Program


dalam Penanganan Isu Dengan
Masyarakat lingkungan

Sumber: Interpretasi Peneliti 2022


32

Dari kerangka berfikir tersebut, digambarkan penulis ingin melihat strategi

manajemen isu Humas PT. Sumberdaya Sewatama dengan masyarakat

lingkungan, Lalu meninjau isu tersebut menggunakan model Proses Manajemen

Isu Oleh Chase and Jones. Di dalam proses penanganan is tersebut humas

menggunakan strategi proses manajemen isu dalam menangani isu yang dialami

PT. Sumberdaya Sewatama. Di dalam proses manajemen isu, langkah awal yang

diambil Humas yaitu mengidentifikasi isu, kemudian menganalisis isu, lalu

merancang program untuk mengatasi isu tersebut, kemudian menjalankan

program, dan evaluasi akhir program tersebut di jadikan hasil dari penangan isu

dengan masyarakat lingkungan sehingga isu tersebut teratasi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai