Anda di halaman 1dari 20

Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat

Volume 3, Nomor 4, 2018, 59-78


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/humas

Strategi Mempertahankan Citra Lembaga Melalui


Intelligence Media Management
Rizky Nur Apriliansyah1,Ruhiyat2, Abdul Aziz Ma’arif1
1Jurusan Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
2Manajemen Dakwah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Email : rizkynurapriliansyah4@gmail.com

ABSTRAK
Citra sebuah lembaga menjadi salah satu harta yang bernilai tinggi bagi suatu
lembaga manapun, lembaga yang baik tentu memiliki citra yang baik terutama
lembaga pemerintahan di mata masyarakatnya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dalam mempertahankan citra mereka melalui kebijakan yang dipersiapkan
dengan baik yang didasari data kuat agar kebijakan tersebut tidak keliru,
pengumpulan data dibantu menggunakan Intelligence Media Management.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan peneliti. Adapun pertanyaan tersebut adalah bagaimana penggunaan
Intelligence Media Management dalam membantu proses pengumpulan data,
bagaimana proses penentuan perencanaan pengambilan keputusan, bagaimana
strategi Pemprov Jabar dalam menghadapi berita hoax dan pemberitaan negatif
pada media, bagaimana hasil evaluasi saat ini mengenai penggunaan Intelligence
Media Management dalam mempertahankan citra Pemerintah Provinsi Jawa
Barat. Hasil penelitian menunjukkan setiap hari subbagian pelayanan media
membuat laporan berupa pemberitaan negatif dan positif, hot news, top news
serta media share, yang nantinya laporan akan diberikan kepada Gubernur untuk
membantu dalam menentukan suatu kebijakan, Pemprov Jabar menciptakan
sistem kerja cepat tanggap dalam menghadapi berita hoax dan menimalisir
pemberitaan negatif.
Kata Kunci : Strategi; Citra; Intelligence Media Management; Pemprov Jabar.

ABSTRACT
The image of an institution is one of the highest value assets for any institution, a good
institution certainly has a good image, especially government institutions in the eyes of its
people. Researcher chose this title because interested in seeing the seriousness of the West Java
Province Government in maintaining their image through well prepared policies based on strong
data so that the policy was not wrong, data collection was assisted using Media Intelligence

Diterima: September 2018. Disetujui: Oktober 2018. Dipublikasikan: November 2018 59


Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
Management. Based on the context above, the purpose of this study was to answer the
researcher questions. The question is how to use Intelligence Media Management in helping the
data collection process, how the process of determining decision making planning, how the West
Java Province Government strategy in handling hoax news and negative reporting on the
media, how is the evaluation of the use of Media Intelligence Management in maintaining the
image of the West Java Provincial Government. The results showed that Subbagian Pelayanan
Media made reports in the form of negative and positive news, hot news, top news, and media
shares every day, which later the report would be given to the Governor to assist in determining
policies. , The West Java Province Government created a work system responsive to hoax news
and minimized negative reporting.
Keywords : Strategy, Image, Intelligence Media Management, West Java Province
Government
PENDAHULUAN
Citra sebuah lembaga menjadi salah satu harta yang bernilai tinggi bagi suatu
lembaga manapun, lembaga yang baik tentu yang memiliki citra yang baik
terutama lembaga pemerintahan di mata masyarakatnya. Baik buruknya lembaga
tersebut ditentukan oleh lembaga itu sendiri, jika citra lembaga tersebut sudah
jelek, maka akan sulit untuk mereka mengembangkan program-programnya.
Citra sangat berpengaruh sekali pada lembaga, karena citra merupakan
gambaran dari benak diri seseorang maka lembaga merupakan apa yang dilihat
oleh publik. Baik dan buruknya lembaga merupakan bentukan citra dari lembaga
yang sebenarnya.
Lembaga akan mendapatkan empat hal terpenting yang diberikan
masyarakat yaitu kepercayaan, pengertian, dukungan dan kerjasama kepada
lembaga. Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun berusaha untuk menjaga citra
mereka. Bagaimanapun mereka sebagai lembaga pemerintahan tentu harus dapat
menjaga citra mereka di mata masyarakat.
Salah satu cara Biro Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat
mempertahankan citra mereka selama ini yaitu dengan menjaga pemberitaan
positif mengenai Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada media cetak dan media
online. Selain itu juga mereka berusaha untuk bersikap cepat tanggap dalam
melayani masyarakat dan menanggapi isu yang beredar di masyarakat.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memanfaatkan IMM (Intelligence Media
Management) sebagai web internal mereka untuk memonitoring semua media, baik
itu media cetak, dan media online. IMM ini mempermudah mereka untuk
mencari data mengenai pemberitaan berkaitan dengan Pemprov Jabar, Jawa
Barat, Gubernur, dan Wakil Gubernur di media cetak maupun media online
setiap harinya. Hanya bagian humas saja atau yang mengetahui akun dan
password dari IMM ini yang dapat mengaksesnya.
Intelligence Media Management baru digunakan bagian humas pemerintah

60 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78


Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
Provinsi Jawa Barat pada awal tahun 2017, bersamaan dengan munculnya
Subbagian Pelayanan Media. Bagian Pelayanan Media dan Informasi pada Biro
Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Jawa Barat khususnya Subbagian
Pelayanan Media yang memegang jobdesk ini merasa penggunaan Intelligence
Media Management sangat membantu pekerjaan mereka untuk menganalisis
pemberitaan mengenai Pemprov Jabar
Menganalisis serta menyortir berita positif dan negatif dari media
menjadi pekerjaan setiap harinya, hasil sortir dan analisis ini menjadi bahan
evaluasi bagi pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk program mereka atau
rencana membuat program baru.
Selain menjadi bahan evaluasi juga digunakan untuk antisipasi apabila ada
pemberitaan yang tidak benar (hoax) mengenai Pemprov Jabar agar dapat
langsung di klarifikasi kembali kepada media bahwa berita tersebut tidak benar
melalui statement Gubernur dan Wakil Gubernur atau langsung mengadakan
press conference.
Citra merupakan realitas, oleh karena itu program pengembangan dan
perbaikan citra harus didasarkan pada realitas. Jika citra tidak sesuai dengan
realitas dan kinerja lembaga yang baik maka itu merupakan kesalahan lembaga
dalam berkomunikasi (Purba, 2015)
Realitas yang dimaksud merupakan kinerja suatu lembaga. Realitanya jika
didalam suatu lembaga kinerja itu baik maka akan membentuk citra dari
masyarakat yang memiliki persepsi yang baik, citra tidak sesuai dengan realitas
dan kinerja lembaga baik terlepas dari itu merupakan kesalahan lembaga dalam
berkomunikasi.
Berbicara mengenai kinerja lembaga, sudah banyak prestasi yang di raih
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Paling terbaru yaitu dalam ajang Anugerah
Media Humas (AMH) 2017 yang diadakan oleh Bakohumas Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. AMH merupakan puncak
rangkaian acara Sinergi Aksi Informasi dan Komunikasi public (SAIK) 2017
yang digelar pada 21-24 November 2017 di Kota Palembang.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam ajang tersebut mendapatkan
penghargaan dalam dua kategori, yaitu kategori Siaran Pers/Pemberitaan dan
kategori pameran instansi. Jurnalisme Tabayyun dari pemerintah provinsi Jawa
Barat berhasil menang dalam kategori Siaran Pers/Pemberitaan, Jurnalisme
Tabayyun sendiri yang adalah interpretasi Gubernur Jawa barat Ahmad
Heryawan dari anti hoax.
Peneliti berkesempatan ikut berpartisipasi dalam pengumpulan dan
penyusunan data mengenai Jurnalisme Tabayyun Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, semua data yang digunakan di ambil dari Intelligence Media Management.
Penggunaan IMM dalam proses ini dirasakan sendiri oleh penulis memang
mempermudah pengerjaan pengumpulan data, dibandingkan mengumpulkan

Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 61


Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
data secara manual atau hanya mengandalkan dari hasil kliping saja.
Penelitian dilakukan di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Jalan
Diponegoro Nomor 22, kota Bandung, Jawa Barat. Alasan peneliti memilih
tempat ini karena tertarik dengan kegiatan Pemerintah Pemrpov Jawa Barat
dalam mempertahankan citra mereka terutama dengan penggunaan IMM
(Intelligence Media Management).
Penelitian terdahulu dibutuhkan peneliti sebagai bahan perbandingan dan
analisis mendasar dalam penelitian ini pertama, Penelitian ini dilakukan oleh
Nuraini, dengan judul skripsi Strategi Public Relations Bank Muamalat Indonesia
(BMI) dalam Mempertahankan Citra Perusahaan. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa, citra yang ingin dipertahankan oleh BMI yaitu citra
perusahaan sebagai bank yang islami, modern dan professional. Seiring dengan
persaingan di dunia bank syariah yang kian ketat dan adanya tuntutan zaman,
maka BMI tidak cukup mengedepankan nilai spiritual saja. Kedua, Penelitian ini
dilakukan oleh Agnes Datuela, Strategi Public Relations PT. Telkomsel Branch Manado
dalam Mempertahankan Citra. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa,
strategi utama yang dilakukan PR PT. Telkomsel branch Manado dalam
mempertahankan citra di mata masyarakat ialah dengan mengkoordinasi masalah
yang ada dengan pihak Pusat (Jakarta) dan pihak area (Makassar), karena divisi
coordinate communication (corcom) hanya ada di sana.
Berdasarkan konteks penelitian yang telah dipaparkan, maka peneliti
mengambil fokus penelitian untuk membatasi wilayah penelitian yaitu bagaimana
strategi mempertahankan citra lembaga melalui intelligence media management.
Pertanyaan Penelitian : 1) Bagaimana penggunaan Intelligence Media
Management dalam membantu proses pengumpulan data? 2) Bagaimana proses
penentuan perencanaan pengambilan keputusan dalam mempertahankan citra
Pemprov Jabar?3)Bagaimana strategi Pemprov Jabar dalam menghadapi berita
hoax dan pemberitaan negatif pada media? 4) Bagaimana hasil evaluasi saat ini
mengenai penggunaan Intelligence Media Management dalam mempertahankan
citra Pemerintah Provinsi Jawa Barat?
Peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai strategi bagian
humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mempertahankan citra lembaga
melalui Intelligence Media Management dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan menggunakan paradigma interpretive konstruktivisme dengan
metode penilitian analisis deskriptif. Penelitian kualtatif merupakan penelitian
yang mengembangkan dan mengeksplorasi dan membangun gambaran yang
kompleks dan menyeluruh dengan menganalisis kata-kata untuk memperdalam
hasil penelitian yang naturalistis (Creswell, 1998:15)
Penggunaan Intelligence Media Management sangat membantu bagian
humas Pemprov Jabar terutama subbagian pelayanan media dalam
mempertahankan citra lembaga saat ini.

62 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78


Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
LANDASAN TEORITIS
Peneliti menggunakan konsep Proses Perencanaan Manajemen Public Relations),
proses manajemen public relations sepenuhnya mengacu kepada pendekatan
manajerial. Proses perencanaan ini dapat dilakukan melalui “Empat tahapan atau
langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan
program kerja kehumasan Scott M. Cutlip & Allen H. Center menyatakan
sebagai berikut : 1) Fact Finding : Mendefinisikan permasalahan yang dilakukan
melalui penelitian dengan menganalisa situasi berupa pemahaman, opini, sikap
dan perilaku publik terhadap lembaga, 2) Planning : Berdasarkan pada rumusan
masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk
membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan
dengan kepentingan publik, 3) Communicating : Dalam tahap ini PRO harus
mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga mampu mempengaruhi
sikap publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan
program tersebut. 4) Evaluating : Tahap ini melakukan penilaian terhadap hasil-
hasil pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program,
pengkomunikasian, sampai keberhasilan atau kegagalan yang terjadi dari
program tersebut (Yulianita, 2001: 115)
Fact Findng menjadi langkah awal yang dilakukan dan menjadi sangat
penting bagi suksesnya program humas. Fact finding adalah pencarian fakta, data
atau informasi yang mendukung program humas mengenai situasi, pendapat,
sikap, dan reaksi publik terhadap kegiatan, kebijakan atau produk suatu
perusahaan atau lembaga. Pada tahap ini, Public Relations Officerdapat menganalisis
data dan informasi yang sudah tersedia baik di buku, jurnal, majalah atau
sumber-sumber data dan informasi lainnya. Istilah kerennya adalah desk
research.
Pada tahap ini, seorang praktisi menganalisis data dan informasi yang
tersedia. Berdasarkan informasi dan data yang tersedia kemudian dapat
diperoleh interpretasi-interpretasi. Interpretasi ini amat berguna bagi seorang
praktisi untuk memutuskan atau menentukan langkah-langkah apa yang harus
dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan. Penelitian bisa dilakukan
secara kualitatif & kuantitatif. Dalam tahap ini ditetapkan suatu fakta dan
informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi, yakni What’s
our problem?
Langkah kedua selanjutnya yaitu Planning Decission (Perencanaan
pengambilan keputusan). Memberikan sikap, opini, ide, dan reaksi yang
berkaitan dengan kebijaksanaan. Dilakukan pula penetapan program, kerja
organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak
berkepentingan, Here’s what what we can do?
Apabila telah diperoleh fakta pada tahapan fact finding, maka pada tahapan
selanjutnya Public Relions Officer melakukan penyusunan masalah (problem),
Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 63
Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
Selanjutnya dilakukan pemikiran sebuah konsep pemecahan masalah tersebut,
kemudian dibuat sebuah perencanaan matang mengenai langkah–langkah,
perumusan tujuan, perincian waktu secara teratur dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Pada perencanaan ini dikenal pula istilah perumusan 6 C, yaitu suatu
penilaian terhadap hubungan komunikator dengan komunikan, perumusan itu
adalah : 1) Credibility, yaitu nilai kepercayaan publik terhadap pihak komunikator.
2) Context, yaitu faktor yang menghubungkan isi dari pesan dengan kenyataan
pada lingkungannya. 3) Content, yaitu makna dan arti yang terdapat dalam pesan
yang dapat dipahami oleh komunikan. 4) Clarity, yaitu faktor kesederhanaan dan
kejelasan tidaknya suatu perumusan di dalam pesan yang disampaikan. 5)
Continuity dan Consistency, yaitu faktor ada tidaknya pertentangan atau
perbedaan dalam pesan. 6) Capability, yaitu faktor kemampuan untuk
memberikan penjelasan.
Tahap berikutnya adalah tahap komunikasi atau pelaksanaan kegiatan
komunikasi (Komunikasi antar personal, komunikasi kelompok dan komunikasi
mass media). Agar dalam pelaksanaannya diperoleh hasil yang diharapkan maka
prinsip-prinsip dalam komunikasi perlu diperhatikan.
Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka beberapa hal
perlu diperhatikan yaitu kredibilitas, keterkaitan, isi, kejelasan, keberlanjutan dan
konsistensi, saluran atau media dan kemampuan khalayak. Faktor-faktor tersebut
perlu diperhitungkan secara sungguh-sungguh agar kegiatan yang dilakukan
dapat berhasil sesuai dengan harapan. Here’s what we did and why?
Tahapan ini sangat menentukan satu planning dan programming. Sebab
jika penyampaiannya dilakukan secara berlainan, maka dapat menimbulkan efek
yang berlainan.
Tahap keempat adalah tahap evaluasi, evaluasi merupakan tahapan
penilaian terhadap program dan hasil kerja aktivitas public relations. Pelaksanaan
kegiatan humas harus dievaluasi atau dilakukan perbaikan – perbaikan agar
permasalahan atau hambatan yang ada dapat diatasi dan dipecahkan serta
menciptakan hubungan yang harmonis diantara publik suatu badan / lembaga /
perusahaan. How did we do?
Dalam tahap keempat ini praktisi humas harus mempunyai keterampilan
dalam menelaah hasil-hasil yang diperoleh dengan menggunakan berbagai alat
bantu, misalnya reset mengenai pendapat umum, reset mengenai perilaku,
motivasi, analisis isi dan lain-lain.
Keempat tahapan tersebut. Satu sama lain berkaitan sangat erat. Artinya
guna mendapatkan hasil maksimal, semua tahapan harus senantiasa
dilalui/dilaksanakan dengan baik. Setiap tahap dalam program kerja public
relations itu, sama pentingnya bagi terlaksananya suatu program public relations
yang efektif.

64 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78


Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memanfaatkan IMM (Intelligence Media
Management) sebagai web internal mereka untuk memonitoring semua media,
baik itu media cetak, dan media online. IMM ini mempermudah mereka untuk
mencari data mengenai pemberitaan berkaitan dengan Pemprov Jabar, Jawa
Barat, Gubernur, dan Wakil Gubernur di media cetak maupun media online
setiap harinya. Hanya bagian humas saja atau yang mengetahui akun dan
password dari IMM ini yang dapat mengaksesnya.
Intelligence Media Management baru digunakan bagian humas pemerintah
Provinsi Jawa Barat pada awal tahun 2017, bersamaan dengan munculnya
Subbagian Pelayanan Media. Bagian Pelayanan Media dan Informasi pada Biro
Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Jawa Barat khususnya Subbagian
Pelayanan Media yang memegang jobdesk ini merasa penggunaan Intelligence
Media Management sangat membantu pekerjaan mereka untuk menganalisis
pemberitaan mengenai Pemprov Jabar
Penggunaan Intelligence Media Management dalam Membantu Proses
Pengumpulan Data
Cutlip dan Center mengemukakan sebagai kegiatan komunikasi Public Relations,
proses operasional PR menyatakan ada 4 tahapan yang harus dilakukan sesuai
kebutuhan. Tahapan yang pertama yaitu Fact Finding. Fact finding adalah
pencarian fakta, data atau informasi yang mendukung program humas mengenai
situasi, pendapat, sikap, dan reaksi publik terhadap kegiatan, kebijakan atau
produk suatu perusahaan atau lembaga (Yulianita, 2001: 115 )
Pada tahap ini, Public Relations Officerdapat menganalisis data dan informasi
yang sudah tersedia baik di buku, jurnal, majalah atau sumber-sumber data dan
informasi lainnya. Istilah kerennya adalah desk research. seorang praktisi
menganalisis data dan informasi yang tersedia.
Berdasarkan informasi dan data yang tersedia kemudian dapat diperoleh
interpretasi-interpretasi. Interpretasi ini amat berguna bagi seorang praktisi untuk
memutuskan atau menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk
memecahkan suatu permasalahan. Dalam tahap ini ditetapkan suatu fakta dan
informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan lembaga. Menurut
Menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. fungsi Public Relations
Officer (PRO) ketika menjalankan salah satu tugasnya yaitu menunjang kegiatan
manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. Tahapan manajemen yang
dilakukan oleh Humas merupakan langkah untuk mencapai tujuan dari lembaga
terebut. Sebagai contoh penggunaan Intelligence Media Management dalam
membantu proses pengumpulan data (Ruslan, 2002 : 9).
Salah satu metode yang dapat digunakan dalampengumpulan data yaitu
Media Content Analysis. Metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data bagi
kepentingan lembaga dalam upaya menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan
Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 65
Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
kegiatan lembaga yang telah diliput di media massa (Yulianita, 2001:126)
Seorang praktisi humas memiliki banyak tugas, meskipun bukan Humas
langsungyang mengerjakan akan tetapi tahapan ini merupakan tugas dari humas.
Menurut Menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. fungsi Public
Relations Officer (PRO) ketika menjalankan salah satu tugasnya yaitu menunjang
kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi (Ruslan, 2002 : 9). Humas
Pemprov Jabar khususnya pada Subbagian Pelayanan Media melakukan
pengumpulan data tersebut pada media online dan media cetak dengan
menggunakan Intelligence Media Management. Mereka membutuhkan data berupa
berita-berita yang terdapat pada media tersebut untuk selanjutnya dijadikan
sebuah analisis dan acuan evaluasi untuk program pemerintah. Tahapan
manajemen yang dilakukan oleh Humas merupakan langkah untuk mencapai
tujuan dari lembaga terebut.
Intelligence Media Managementsebagai fasilitas yang digunakan dari proses
pengumpulan data hal ini merupakan upaya dari strategi untuk mempertahankan
citra lembaga. Aktor yang menjadi pelaku Humas maka fokusnya memfasilitasi
atau membantu penyesuaian dan pemeliharaan dalam sistem sosial yang
memberi kebutuhan sosial dan fisik (Herdiana dan Khoirudin, 2016:320). Jadi,
humas merupakan actor pada fasilitas yang digunakan oleh Pemprov Jabar untuk
proses pencarian data. Hal ini dapat membantu serta memelihara berita yang
tersebar di kalangan masyarakat.
Berita yang dicari bukan hanya yang berkaitan dengan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat saja tetapi juga segala hal yang berkaitan dengan Jabar seperti masalah
infrastruktur, sosial, dan sebagainya. Pekerjaan ini mereka lakukan setiap harinya,
bahkan pada saat hari libur sabtu dan minggu atau tanggal merah.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengunduh data awal dari IMM,
terdapat dua data yang tersedia, data media cetak atau media online. Seorang
staff bisa mengunduh data hari ini atau beberapa hari bahkan tahun kebelakang
sejak mereka menggunakan Intelligence Media Management. Data bisa diunduh
dalam bentuk file Microsoft Power Point, Microsoft Word atau Microsoft Excel.

Sumber : Arsip Subbagian Pelayanan Media


Gambar 1. Data pemberitaan media cetak harian dalam bentuk excel

66 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78


Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
Setelah melakukan berita yang didapatkan dengan cara mengunduh pada
Intelligence Media Management selanjutnya mereka akan sortir pemberitaan
sesuai isinya, berita positif dan berita negatif dengan memberi tanda warna biru
untuk berita positif dan warna merah untuk pemberitaan negatif. Hal yang sama
dilakukan saat mensortir pemberitaan pada media online. Ada cara lain untuk
mempergunakan IMM selain dengan mengunduh filenya, mereka bisa
mengerjakan langsung di software Intelligence Media Management, hal ini
tergantung bagaimana cara mereka ingin bekerja.
Walaupun menggunakan software dalam pekerjaan mereka untuk
mensortir pemberitaan, mereka tetap mensortir sendiri karena biasanya apa yang
ditampilkan di IMM tidak selamanya benar dalam hal ini. Contohnya dalam data
yang ditampilkan pada Intelligence Media Management menyatakan bahwa berita
itu adalah berita negatif namun sebenarnya isi dari berita itu adalah berita positif,
ini bisa terjadi dikarenakan software IMM mensortir pemberitaan berdasarkan
judul dari berita tersebut, sedangkan pada realitanya sekarang judul dan isi
pemberitaan banyak yang berbeda.
Selesai mensortir pemberitaan positif dan negatif, hasil dari pensortiran
dipindahakan ke Microsoft Power Point lengkap dengan media mana yang
memberitakan hal tersebut dan pada akhirnya bisa terlihat perharinya media
mana yang lebih sering memberitakan berita positif maupun berita negatif.
Sesuai pengalaman peneliti saat dilapangan, hampir setiap hari ada pemberitaan
negatif walaupun hanya satu pemberitaan.

Sumber : Arsip Subbagian Pelayanan Media


Gambar 2. Pemberitaan positif harian media cetak

Sumber : Arsip Subbagian Pelayanan Media

Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 67


Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
Gambar 3. Pemberitaan negatif harian media cetak
Kontribusi Intelligence Media Management tidak hanya sampai disitu saja,
mereka juga mencari 10 hot news dari media online dan cetak. Saat semua
pemberitaan telah disortir, selanjutnya akan dicari hot news setiap harinya pada
data yang didapatkan tadi.
Untuk memulai kegiatan ini diawali dengan mengunduh kembali data
tersebut namun kali ini dalam bentuk file Microsoft word, berita yang jumlahnya
rata-rata bisa mencapai puluhan setiap harinya di kelompokkan sesuai dengan
topik yang sama dan dipisahkan ke Microsoft excel, saat semuanya sudah di
kelompokkan dan dipindahkan pada microsoft excel maka akan dilihat topik
mana yang paling banyak pemberitaannya, maka itu akan menjadi hot news pada
hari tersebut Menentukan hot news masih dengan hitungan manual, para staff
kembali mensortir pemberitaan sesuai dengan topik yang sama.
Selain mencari hot news, fokus pemberitaan media terhadap Gubernur
dan Wakil Gubernur tetap masuk kedalam jobdesk Subbagian Pelayanan Media.
Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan top news sama dengan langkah
menentukan hot news, hanya topiknya saja yang di ubah, setiap harinya
dibuatkan laporan berapa kali atau ada berapa pemberitaan Gubernur dan Wakil
Gubernur dalam media cetak dan online. Semua hal itu dibuat dalam sebuah
laporan berbentuk file Microsoft Power Point.
Bagian terakhir dalam proses pengumpulan dara pada laporan yaitu media
share yang berisi mengenai statistik untuk menghitung berapa banyak frekuensi
sebuah media memberitakan mengenai Jawa Barat di dalamnya dan
mengelompokkan ada berapa berita positif dan berita negatif yang mereka
beritakan.
Selain pemanfaatan Intelligence Media Management pada Humas
Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang sudah peneliti jelaskan diatas, IMM juga
digunakan oleh Humas untuk kepentingan lain, diantaranya mencari apapun data
pemberitaan dengan topik yang dibutuhkan, melihat topik yang paling ramai
pada pemberitaan nasional tidak hanya mengenai Jawa Barat dan Pemprov Jabar
saja, bisa di lihat dalam bentuk grafik maupun peta Indonesia. Memantau semua
aktifitas media online, media cetak, tv, media sosial (Twitter dan Facebook),
namun saat ini Humas Pemprov Jabar masih terfokus pada media cetak dan
online saja.
Proses Penentuan Perencanaan Pengambilan Keputusan dalam
Mempertahankan Citra Pemprov Jabar
Memberikan sikap, opini, ide, dan reaksi yang berkaitan dengan kebijaksanaan.
Dilakukan pula penetapan program, kerja organisasi yang sejalan dengan
kepentingan atau keinginan-keinginan pihak berkepentingan. Apabila telah
diperoleh fakta pada tahapan fact finding, maka pada tahapan selanjutnya Public

68 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78


Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
Relations Officer melakukan penyusunan masalah (problem). Selanjutnya dilakukan
pemikiran sebuah konsep pemecahan masalah tersebut, kemudian dibuat sebuah
perencanaan matang mengenai langkah–langkah, perumusan tujuan, perincian
waktu secara teratur dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Sebuah
perencanaan yang direncakan dengan baik akan berdampak baik bagi
lembaganya, namun sebaliknya juga bila perencanaan menghasilkan kebijakan
yang salah maka akan berdampak fatal bagi lembaga tersebut, maka dari itu
sebuah perencanaan memang harus benar-benar disusun dengan baik. Seorang
pemimpin diharapkan mengikuti pendapat Terry bahwa, dalam mengambil
keputusan hendaklah memilih yang terbaik dari berbagai altenatif yang tersedia
(Marzuki, 2015:2).
Berdasarkan observasi di lapangan terlihat bahwa Pemerintah Provinsi
Jawa Barat memperhatikan citra lembaga mereka, karena mereka merasa citra
adalah hal yang sangat penting untuk menjalankan pemerintahannya, mereka
sangat menjaga kepercayaan masyarakat kepada Pemprov Jabar.
Eksistensi kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentu harus tinggi setiap
harinya, cara ini dilakukan dengan mempertahankan pemberitaan positif dan
menimalisir pemberitaan negatif pada media. Menciptakan citra yang baik tentu
dimulai dengan membuat suatu kebijakan yang tidak boleh salah langkah, maka
dari itu penting bagi mereka mempersiapkan perencanaan yang matang agar
keputusan yang diambil tidak membuat citra Pemprov berkurang di mata
masyarakat.
Hasil dari fact finding yang sudah dibahas sebelumnya, selanjutnya laporan
data yang sudah dibuat dalam bentuk file Microsoft Power Point oleh Subbagian
Pelayanan Media, laporan tersebut akan diperiksa dulu oleh kepala Subbagian
Pelayanan Media. Saat semuanya sudah dirasa rapih dan sesuai ketentuan,
laporan tersebut akan diserahkan kepada bapak Sekpri Gubernur yang pada
akhirnya akan jatuh ke tangan Gubernur dan Wakil Gubernur untuk selanjutnya
beliau yang memutuskan kebijakan apa yang harus dilakukan.
Terkhusus laporan bulanan dari Subbagian Pelayanan Media akan menjadi
arsip pada Bagian Pelayanan Media dan Informasi. Laporan tersebut akan
membantu menentukan keputusan kebijakan apa yang harus dilakukan, agar
kebijakan menjadi tepat dan efektif sesuai apa yang terjadi dan dibutuhkan.
Kebijakan tertinggi atau keputusan akhir ada di Gubernur.
Laporan yang diterima dari Subbagian Pelayanan Media diantaranya,
pemberitaan positif dan negatif, hot news, top news, media share, dan hasil
analisis dari apa yang terlihat di media. Semua isi dari laporan yang diserahkan
terdapat peran yang penting untuk membantu kerja Gubernur menganalisis dan
mengevaluasi program yang sudah dilaksanakan atau program yang akan datang,
misalkan dari data pemberitaan negatif dan positif, dapat dilihat apa yang sudah
baik dalam pandangan media maupun masyarakat dan hal mana yang perlu

Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 69


Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
diperhatikan secara serius, apakah itu masukan berupa aduan atau protes dari
masyarakat atau bahkan bisa ditemukan pemberitaan hoax yang tidak sesuai
dengan fakta yang ada.
Pemberitaan positif dan negatif memperlihatkan kondisi yang sedang
berjalan dengan baik / kondisi yang sedang genting dan perlu tanggapan cepat
pemerintah, biasanya berupa bencana alam ataupun keluhan-keluhan dari
masyarakat dan program pemerintahan yang tidak berjalan dengan baik. Ini
sangat dibutuhkan untuk menciptakan sifat cepat tanggap Pemprov Jabar dan
membantu membuat perencanaan untuk memperbaiki sesuatu yang dinilai
kurang atau gagal.
Hot news menampilkan topik apa yang sedang hangat di masyarakat dan
Jawa Barat, bila berisi hal yang negatif maka secepatnya Pemerintah Provinsi
Jawa Barat melakukan penangganan agar tidak lagi menjadi ramai di media yang
akan menjadi peringatan bagi Pemprov Jabar untuk citra mereka. Sedangkan jika
sebaliknya berisi mengenai pemberitaan positif, maka mereka akan
mempertahankan bahkan meningkatkan hal tersebut agar bertahan lama menjadi
hot news di pemberitaan media.
Mempertahankan eksistensi pemberitaan Gubernur dan Wakil Gubernur
tentunya menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, terutama pemberitaan positif. Sering
munculnya Gubernur dan Wakil Gubernur akan menciptakan rasa percaya
masyarakat terhadap pemerintahnya, karena mereka akan melihat para
pemimpinnya memang bekerja untuk Jawa Barat.
Media Share berisi mengenai kesimpulan media mana saja yang
memberitakan mengenai Jawa Barat dan Pemprov Jawa Barat, hingga berapa
jumlah pemberiaan positif dan negatif dari media tersebut. Kepentingan politik
ataupun kepentingan lainnya yang tidak baik dapat diantisipasi dengan
memantau media-media yang ada, jika pemberitaan negatif yang selalu muncul
dominan dan tidak sesuai kenyataan yang ada maka secepatnya dapat dilakukan
tindakan, namun jika memang pemberitaan negatif sesuai dengan apa yang ada
sebenarnya, maka kinerja dari Pemprov Jabar itu sendiri yang memang harus
cepat diperbaiki.
Hasil analisis dari proses fact finding tentu membantu dalam penentuan
keputusan yang akan dilakukan, didalamnya berisi mengenai topik yang paling
dominan pada hari itu dan apa saja yang menjadi pemberitaan negatif yang ada
di media mengenai Jawa Barat, baik itu permasalahan sosial, pendidikan,
pembangunan dll.
Sifat cepat tanggap dilakukan untuk mempertahankan citra dengan tidak
membiarkan opini dan pemberitaan negatif beredar di media dan masyarakat
secara lama, misalnya jika hari ini terdapat pemberitaan negatif di media,
besoknya harus sudah berubah menjadi berita positif.

70 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78


Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
Hal ini terlihat dengan keseriusan dari pemerintah Provinsi Jawa Barat
melalui cara mereka memanfaatkan Intelligence Media Management dalam
mengumpulkan data apa yang mereka butuhkan, dan terlihat hasil dari data yang
didapatkan saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam usaha
mempertahankan citra mereka dengan cara mengantisipasi pemberitaan hoax
dan menimalisir pemberitaan negatif pada media.

Sumber : Arsip Subbagian Pelayanan Media


Gambar 4. Laporan analisis pemberitaan harian
Strategi Pemprov Jabar dalam Menghadapi Berita Hoax dan Pemberitaan
Negatif pada Media
Tahap berikutnya dari tahapan operasional PR menurut Cutlip dan Center
adalah tahap komunikasi atau pelaksanaan kegiatan komunikasi (Komunikasi
antar personal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa media). Agar
proses komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka beberapa hal perlu
diperhatikan yaitu kredibilitas, keterkaitan, isi, kejelasan, keberlanjutan dan
konsistensi, saluran atau media dan kemampuan khalayak.
Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan secara sungguh-sungguh agar
kegiatan yang dilakukan dapat berhasil sesuai dengan harapan. Tahapan ini
sangat menentukan satu planning dan programming. Sebab jika penyampaiannya
dilakukan secara berlainan, maka dapat menimbulkan efek yang berlainan.
Strategi merupakan perencanaan yang disusun secara komprehensif demi
mencapai tujuan dari perusahaan sesuai dengan visi dan misiyang telah
ditetapkan (Rangkuti, 2013:183).
Pada hasil yang sudah dibahas sebelumnya diketahui bahwa Pemerintah
Provinsi Jawa Barat saat ini sedang fokus untuk mengatasi berita hoax. Ada
beberapa cara yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka, ini mereka
lakukan sesuai dengan apa yang ditemukan dalam proses fact finding, dan apa
yang sudah menjadi kesepakatan dalam proses perencanaan keputusan, salah satu
cara yang dilakukan adalah menciptapkan sikap cepat tanggap terhadap
pemberitaan media, saat diketahui bahwa terdapat berita hoax maka dengan
cepat pihak Pemprov akan mengklarifikasi hal tersebut tidak benar dan
mengutarakan fakta sesungguhnya melalui press conference.

Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 71


Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
Berbicara mengenai citra maka berbicara juga mengenai realitas sebenarnya
yang ada, jika tidak sesuai dengan realitas dan kinerja lembaga yang baik maka itu
merupakan kesalahan lembaga dalam berkomunikasi. (Purba, 2015). Cara
Pemprov dalam mengatasi berita hoax, sudah banyak prestasi yang di raih
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Paling terbaru yaitu dalam ajang Anugerah
Media Humas (AMH) 2017 yang diadakan oleh Bakohumas Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. AMH merupakan puncak
rangkaian acara Sinergi Aksi Informasi dan Komunikasi public (SAIK) 2017
yang digelar pada 21-24 November 2017 di Kota Palembang. Prestasi-prestasi
yang diraih oleh Pemprov Jabar merupakan wujud yang dapat dirasakan dari apa
yang dilihat, seperti Ruslan (2001:66) menjelaskan bahwa citra yang diraih
merupakan bukti nyata dari suatu yang dapat dinilai, dirasakan. Semua yang
diraih oleh Pemprov merupakan hasil yang baik untuk menjadi lembaga yang
dapat dipercaya dan diandalkan oleh masyarakat.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam ajang tersebut mendapatkan
penghargaan dalam dua kategori, yaitu kategori Siaran Pers/Pemberitaan dan
kategori pameran instansi. Jurnalisme Tabayyun dari pemerintah provinsi Jawa
Barat berhasil menang dalam kategori Siaran Pers/Pemberitaan, Jurnalisme
Tabayyun sendiri yang adalah interpretasi Gubernur Jawa barat Ahmad
Heryawan dari anti hoax.
Pemprov Jawa Barat mempunyai keyakinan bahwa cara efektif melawan
pemberitaan yang tidak benar yaitu dengan menyampaikan segala fakta yang
sebenarnya kepada media dengan segera. Disini pihak komunikator sangat
menghindari untuk kembali menyampaikan hal yang tidak sesuai kenyataan, hal
ini dilakukan agar citra masyarakat terhadap lembaga meningkat atau tidak
berkurang.
Perencanaan ini dikenal istilah perumusan 6 C, yaitu suatu penilaian
terhadap hubungan komunikator dengan komunikan, perumusan itu adalah : 1)
Credibility, yaitu nilai kepercayaan publik terhadap pihak komunikator, 2)
Context, yaitu faktor yang menghubungkan isi dari pesan dengan kenyataan pada
lingkungannya, 3) Content, yaitu makna dan arti yang terdapat dalam pesan yang
dapat dipahami oleh komunikan, 4) Clarity, yaitu faktor kesederhanaan dan
kejelasan tidaknya suatu perumusan di dalam pesan yang disampaikan, 5)
Continuity dan Consistency, yaitu faktor ada tidaknya pertentangan atau
perbedaan dalam pesan, 6) Capability, yaitu faktor kemampuan untuk
memberikan penjelasan (Yulianita, 2001:152-153).
Disini terlihat agar pesan yang disampaikan dapat efektif maka seorang
komunikator haruslah orang yang dapat dipercaya oleh publik dan memiliki
kemampuan untuk memberikan penjelasan, pesan yang disampaikan juga berupa
fakta dan isinya konsisten tidak memutar, bahasa yang digunakan juga adalah
bahasa yang dapat dimengerti dengan mudah oleh masyarakat.

72 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78


Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
Peran komunikator yang baik diambil oleh Gubernur Jawa Barat , bapak
Ahmad Heryawan. Beliau berusaha menyampaikan tujuan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat dalam menghadapi hoax, disetiap kesempatannya beliau selalu
berbicara untuk menawarkan konsep Jurnalisme Tabayyun kepada masyarakat
dalam usaha melawan maraknya berita hoax. Dalam Jurnalisme Tabayyun,
Gubernur menganjurkan setiap masyarakat yang menerima berita, selalu teliti
dalam memperhatikan narasumber.
Selain itu, penerima berita perlu juga teliti memeriksa konten dan bukti,
atau fakta berita dari narasumber. Beliau mengimbau masyarakat, agar tidak
tergesa-gesa untuk menyebarkan berita ketika baru diterimanya, dengan merujuk
prinsip bukan saja 'cover both sides' namun 'cover all side'.
Tidak hanya masyarakat saja, para jurnalispun mendapatkan ajakan dari
Gubernur untuk membangun pers yang sehat. Beliau menuturkan sejumlah pilar
Tabayyun, yaitu 'shidiq', pembela dan penegak kebenaran. Artinya pers harus
berpihak dan membela kebenaran. Kemudian Amanah, artinya terpercaya dan
dapat dipercaya. Seorang jurnalis harus jujur dengan data dan fakta dilapangan,
tidak boleh memanipulasi bahkan membalikkan fakta.
Para jurnalis sendiri mendapatkan perlakuan yang baik dari Pemprov Jabar,
mereka disediakan ruangan yang nyaman dengan AC dan beberapa perangkat
komputer lengkap. Ruangan yang disediakanpun memiliki akses yang mudah dan
berada di gedung utama Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, berdekatan dengan
ruang kerja Gubernur dan Wakil Gubernur serta ruang press conference tempat
biasanya perangkat kerja Pemprov menemui pihak media jika ada yang perlu
disampaikan. Hal ini dilakukan agar terciptanya media relations yang baik.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menciptakan sikap cepat tanggap dalam
menghadapi pemberitaan hoax juga usaha untuk menimalisir pemberitaan-
pemberitaan negatif. Dalam hal menghadapi berita hoax selain melalui pesan dan
ajakan yang disampaikan Gubernur kepada masyarakat dan jurnallis, saat mereka
mendapatkan pemberitaan hoax, saat itu juga langsung diadakan kegiatan press
conference.
Dengan dekatnya ruangan yang disediakan bagi para jurnalis tentu tidak
butuh waktu lama untuk mengumpulkan pihak media agar dapat menyampaikan
sikap Pemprov Jabar kepada masyarakat dengan cepat. Fokus Pemprov Jabar
saat ini tidak hanya pada bagaimana cara mereka menghadapi berita hoax, namun
juga upaya untuk menimalisir pemberitaan negatif. Sebuah berita negatif tentang
suatu lembaga, tentunya tidak baik bagi lembaga tersebut, apalagi jika hal itu
terjadi pada lembaga pemerintahan karena kepercayaan publik sangat penting
untuk dijaga.
Tidak hanya dalam menghadapi berita hoax saja mereka menciptakan kerja
cepat tanggap, tetapi dalam menimalisir pemberitaan negatifpun mereka tidak
ingin membiarkan hal negatif tersebut secara lama. Berbeda cara dengan

Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 73


Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
melawan berita hoax, langkah yang dilakukan Pemprov dalam menimalisir
pemberitaan negatif adalah dengan langsung datang menuju tempat kejadian.
Pengelompokkan pemberitaan negatif bukan hanya memiliki dampak langsung
terhadap kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tapi juga hal-hal yang dapat
menciptakan masalah sosial, infrastruktur dan sebagainya.
Contoh pemberitaan negatif itu adalah keluhan masyarakat pada media
mengenai infrastruktur yang rusak seperti jalanan, biasanya Gubernur langsung
datang untuk meninjau lokasi kejadian. Melihat kondisi apa yang paling
dibutuhkan oleh masyarakat saat itu, mencoba untuk menciptakan perasaan
nyaman dan diperhatikan oleh pemerintah dengan melakukan dialog langsung,
juga mendengarkan apa yang menjadi keluhan masyarakat langsung.
Setelah mengetahui apa saja yang harus dilakukan, secepatnya hal itu
dilaksanakan. Infrastruktur yang rusak tadi segera diperbaki, hasil dialog yang
sudah dilakukan dengan masyarakat segera dicarikan solusi terbaiknya. Semua
sikap cepat tanggap ini dlakukan agar secepatnya pemberitaan hoax dan negatif
dapat berubah menjadi positif setelah dilakukan klarifikasi dan tindakan langsung
ke lapangan. Citra yang sempat terancam akibat pemberitaan hoax dan negatif
akan berubah menjadi baik kembali.
Hasil Evaluasi Saat Ini Mengenai Penggunaan Intelligence Media
Management dalam Mempertahankan Citra Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Tahap keempat adalah tahap evaluasi, evaluasi merupakan tahapan penilaian
terhadap program dan hasil kerja aktivitas public relations. Pelaksanaan kegiatan
humas harus dievaluasi atau dilakukan perbaikan – perbaikan agar permasalahan
atau hambatan yang ada dapat diatasi dan dipecahkan serta menciptakan
hubungan yang harmonis diantara publik suatu badan / lembaga / perusahaan.
Tujuan dilakukan evaluasi adalah mengidentifikasi pencapaian tujuan dari semua
strategi-strategi yang sudah direncanakan. Semua rencana strategi untuk
mempertahankan citra Pemprov Jabar dalam penggunaan Intelligence Media
Management merupakan hal-hal yang harus diperhatikan (Hafiar, 2018:104).
Pengertian citra itu sendiri abstrak, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari
penilaian, baik semacam rasa hormat, dari publik sekelilingnya atau masyarakat
luas terhadap perusahaan dilihat sebagai sebuah badan usaha yang baik,
dipercaya, profesional dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang
baik (Ruslan, 2001:66).
Dalam tahap keempat ini praktisi humas harus mempunyai keterampilan
dalam menelaah hasil-hasil yang diperoleh dengan menggunakan berbagai alat
bantu, misalnya reset mengenai pendapat umum, reset mengenai perilaku,
motivasi, analisis isi dan lain-lain.
Keempat tahapan tersebut. Satu sama lain berkaitan sangat erat. Artinya
guna mendapatkan hasil maksimal, semua tahapan harus senantiasa
74 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78
Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
dilalui/dilaksanakan dengan baik. Setiap tahap dalam program kerja public
relations itu, sama pentingnya bagi terlaksananya suatu program public relations
yang efektif.
Intelligence Media Management bukan milik pribadi Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, mereka bekerjasama dengan Indonesia Indicator dengan membayar delapan
belas juta dalam sebulan untuk menggunakannya dan mendapatkan akun serta
password. Maka dari itu IMM harus dimanfaatkan penggunaannya sebaik
mungkin. Dalam penggunaan Intelligence Media Management untuk
mempertahankan citra lembaga Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentunya
terdapat beberapa hal yang harus di evaluasi agar kegiatan ini akan menjadi lebih
efektif lagi kedepannya.
Salah satu hambatan yang selama ini dirasakan oleh para staff Subbagian
Pelayanan Media yang memang memiliki tugas untuk membuat laporan harian
mengenai media dengan mempergunakan Intelligence Media Management
adalah kurangnya sumber daya manusia yang tersedia untuk melakukan kegiatan
ini. Saat peniliti melakukan penelitian di lapangan, memang hanya ada dua orang
yang bertugas untuk melakukan kegiatan sortir berita ini.
Laporan yang harus dikerjakan setiap harinya dan dikerjakan hanya dengan
dua orang saja tentu menjadi tidak efektif, karena terkadang kedua staff ini
mempunyai pekerjaan tambahan yang lain seperti, ikut kunjungan dinas, ikut
rapat, pelayanan terhadap media cetak langganan, dan beberapa hal lainnya bila
ada event besar dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Perlu adanya tambahan tenaga kerja dalam hal ini menjadi sangat
dibutuhkan, karena sebelumnya tidak ada backup saat staff yang ada sedang
berhalangan, baik itu tugas kerja lain atau sedang sakit. Tidak adanya backup
mengakibatkan sering terjadi penumpukan pekerjaan, contoh laporan harian
sabtu dan minggu atau libur tanggal merah maka pengerjaannya akan di
pindahkan ke hari pertama masuk kerja berikutnya, tidak jarang terjadi pada hari
tersebut staff yang bertugas sedang kunjungan keluar sehingga pekerjaan itu
menjadi kembali tertunda di hari berikutnya. Semakin sering diundur maka akan
semakin menghambat kinerja yang menjadi tujuan awal penggunaannya
Intelligence Media Management untuk bekerja cepat tanggap.
Hambatan lain yang terjadi adalah tidak tertampung semua aspirasi
masyarakat, karena tidak semua kalangan masyarakat dapat mengakses media
untuk menyampaikan gagasan mereka. Bahkan saat mereka mampu saja
terkadang lebih menyimpan dalam diri sehingga tidak terdengar sampai ke pihak
pemerintah, hal ini bisa terjadi karena kurangnya kedekatan anatara pemerintah
dengan masyarakatnya sehingga rasa peduli masyarakat menjadi kecil. Melihat
kondisi seperti ini maka yang harus dilakukan adalah datang langsung
menghampiri masyarakat agar komunikasi berjalan dengan efektif, serta dapat
mendengar aspirasi masyarakat lebih banyak lagi.

Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 75


Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
Selain itu juga tidak termasuknya media sosial dalam jenis media yang
mereka analisis menjadi salah satu penyebab kurangnya aspirasi masyarakat yang
tertampung di media sosial, pada zaman sekarang media sosial seperti,
Instagram, Twitter, Facebook dan sebagainya sedang ramai dipergunakan oleh
masyarakat, terutama anak muda.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Biro Humas dan
Protokol Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dengan judul “Strategi
Mempertahankan Citra Lembaga melalui Intelligence Media Management
(Analisis Deskriptif Kualitatif pada Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat)”,
maka dengan ini penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, mengenai penggunaan Intelligence Media Management
membantu proses pengumpulan data. Humas Pemprov Jabar khususnya pada
Subbagian Pelayanan Media melakukan pengumpulan data pada media online
dan media cetak dengan menggunakan Intelligence Media Management.
Pekerjaan ini mereka lakukan setiap harinya, bahkan pada saat hari libur sabtu
dan minggu atau tanggal merah.
Kedua, mengenai proses penentuan perencanaan pengambilan keputusan
dalam mempertahankan citra pemprov jabar. Setelah mendapatkan data dari
hasil fact finding, selanjutnya laporan data yang sudah dibuat dalam bentuk file
Microsoft Power Point oleh Subbagian Pelayanan Media selanjutnya langsung
diserahkan kepada Sekpri Gubernur yang pada akhirnya akan jatuh ke tangan
Gubernur dan Wakil Gubernur untuk selanjutnya beliau yang memutuskan
kebijakan apa yang harus dilakukan.
Ketiga, mengenai strategi pemprov jabar dalam menghadapi berita hoax
dan pemberitaan negatif pada media. Pemerintah Provinsi Jawa Barat
menciptakan sikap cepat tanggap dalam menghadapi pemberitaan hoax juga
usaha untuk menimalisir pemberitaan-pemberitaan negatif. Dalam hal
menghadapi berita hoax selain melalui pesan dan ajakan yang disampaikan
Gubernur kepada masyarakat dan jurnallis, saat mereka mendapatkan
pemberitaan hoax, saat itu juga langsung diadakan kegiatan press conference.
Berbeda cara dengan melawan berita hoax, langkah yang dilakukan Pemprov
dalam menimalisir pemberitaan negatif adalah dengan langsung datang menuju
tempat kejadian.
Keempat, mengenai hasil evaluasi saat ini mengenai penggunaan
intelligence media management dalam mempertahankan citra pemerintah
provinsi jawa barat. Staff yang ada untuk bertugas mengerjakan laporan hanya
terdapat dua orang saja, dengan laporan yang harus dikerjakan setiap harinya dan
dikerjakan hanya dengan dua orang saja tentu menjadi tidak efektif. Hambatan
lain yang terjadi adalah tidak tertampung semua aspirasi masyarakat, karena tidak

76 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78


Pengelolan Pemeliharaan Citra Melalui Pameran)
semua kalangan masyarakat dapat mengakses media untuk menyampaikan
gagasan mereka. Bahkan saat mereka mampu saja terkadang lebih menyimpan
dalam diri sehingga tidak terdengar sampai ke pihak pemerintah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Biro Humas
dan Protokol Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dengan judul “Strategi
Mempertahankan Citra Lembaga melalui Intelligence Media Management
(Analisis Deskriptif Kualitatif pada Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat)”,
maka dengan ini penulis memberikan saran agar dapat memperhatikan hambatan
selama ini yang dialami oleh Pemprov Jabar diantaranya sebagai berikut:
Pertama, perlu adanya tambahan tenaga kerja dalam hal ini menjadi sangat
dibutuhkan, karena sebelumnya tidak ada backup saat staff yang ada sedang
berhalangan, baik itu tugas kerja lain atau sedang sakit. Tidak adanya backup
mengakibatkan sering terjadi penumpukan pekerjaan, contoh laporan harian
sabtu dan minggu atau libur tanggal merah maka pengerjaannya akan di
pindahkan ke hari pertama masuk kerja berikutnya, tidak jarang terjadi pada hari
tersebut staff yang bertugas sedang kunjungan keluar sehingga pekerjaan itu
menjadi kembali tertunda di hari berikutnya. Semakin sering diundur maka akan
semakin menghambat kinerja yang menjadi tujuan awal penggunaannya
Intelligence Media Management untuk bekerja cepat tanggap.
Kedua, diperlukannya tim khusus untuk mendapatkan aspirasi dari
masyarakat yang tidak semuanya mendapatkan akses kepada media, selain itu
juga dengan seringnya melakukan kunjungan ke daerah-daerah maka akan
mengetahui kondisi daerah tersebut secara langsung. Hal ini dibutuhkan untuk
mengetahui secara pasti apa yang sedang dibutuhkan masyarakat saat ini, solusi
apa yang bisa diambil dan akhirnya semua itu akan menghasilkan sebuah
kebijakan yang tepat untuk Jawa Barat yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Accun Purba, (2015) Vol 2 No.8 Jurnal Ilmu Komunikasi
Creswell, John W. 1998, Qualitative Inquiry and Research Design,
Choosing Among Five Traditions. California: Sage Publication.
Hafiar, H. (2018). Evaluasi Kegiatan Indonesia Congress of Muslim Students
2014 Hizbut Tahrir Indonesia. Ilmu Dakwah: Academic Journal for
Homiletic Studies, 10(1), 97-112.
Marzuki, (2015). Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik
pada SMP. Jurnal Magister Administrasi Pendidikan USK, 3 (3): 58-64.
Rangkuti, Freddy. 2013. Teknik Membelah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara
Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Ruslan, Rosady. 2002. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Edisi
Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78 77


Syifa Qolbiyah, Dang Eif Saiful Amin, Dyah Rahmi Astuti
Yulianita, Neni DR HJ. (2001). Dasar-Dasar Public Relations. Bandung; Multimedia
Fikom Universitas Islam Bandung.
Arsip Subbagian Pelayanan Media tahun 2017
Humas Pemprov Jabar tahun 2018 dari http:/humas.jabarprov.go.id/ (diakses
pada tanggal 3 Maret 2018)

78 Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2018) 59-78

Anda mungkin juga menyukai