Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR 1

MAGANG & KLINIK HUKUM

JUDUL LAPORAN

NAMA : Edward Aprilla Alsim Simanjuntak


NIM: 312019266

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Juni, 2022
LAPORAN AKHIR 1
JUDUL LAPORAN

Disusun oleh:
Edward Aprilla Alsim Simanjuntak
312019266

Salatiga, 26 Juni 2022


Mengetahui,

Sri Harini Dwiyatmi, SH., MH. Putri Nadhira, SH.


(NIP : 19960612 201903 2002)
(Dosen Pembimbing Lapangan) (Fasilitator Lapangan)
Daftar Isi
Judul……………………………………………………………………………..10
Pengesahan……………………………………………………………………..10
Daftar isi…………………………………………………………………………10
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………….10
A. Latar Belakang………………………………………………………..10
B. Tujuan………………………………………………………………….10
C. Manfaat………………………………………………………………..10
BAB 2 Profil Instansi / Lembaga Magang…………………………………….10
A. Sejarah…………………………………………………………………10
B. Ruang Lingkup Pekerjaan Instansi…………………………………10
C. Struktur Organisasi…………………………………………………...10
BAB 3 Kesimpulan……………………………………………………………...10
A. Penutup………………………………………………………………..10
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..10
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional dibentuk
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria
dan Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional sebagai penyempurnaan dari Peraturan Presiden Nomor 17
Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang dan Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, bertujuan untuk
mewujudkan harapan keadilan hak atas tanah dan keadilan dalam pemanfaatan ruang
bagi seluruh masyarakat Indonesia dan dalam rangka menjadikan tanah untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Sebagai institusi yang memiliki otoritas untuk
mewujudkan tujuan tersebut tentunya tidak ada pilihan lain. Mewujudkan tujuan
tersebut adalah suatu keharusan, namun yang tidak kalah penting adalah percepatan
yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut.
Kantor Pertanahan Kota Medan adalah instansi dari Kementerian Agraria dan
Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional ditingkat Kabupaten / Kota, merupakan ujung
tombak Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional dalam
memberikan pelayanan masyarakat yang profesional, terpercaya, maju dan modern
Kantor Pertanahan Kota Medan dalam melaksanakan sebagian tugas Badan
Pertanahan Nasional di tingkat Kabupaten / Kota, menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut :
1. Penyusunan rencana, program, anggaran, dan pelaporan;
2. Pelaksanaan survei dan pemetaan;
3. Pelaksanaan penetapan hak dan pendaftaran tanah;
4. Pelaksanaan penataan dan pemberdayaan;
5. Pelaksanaan pengadaan tanah dan pengembangan pertanahan;
6. Pelaksanaan pengendalian dan penanganan sengketa pertanahan;
7. Pelaksanaan modernisasi pelayanan pertanahan berbasis elektronik;
8. Pelaksanaan reformasi birokrasi dan penanganan pengaduan; dan
9. Pelaksanaa pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi
kantor pertanahan.

B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan ini adalah untuk mendalami berbagai aspek-
aspek yang ada di Badan Pertanahan Nasional Yang ada di Kota Medan, seperti :
1. Untuk mendeskripsikan Kantor Pertanahan Kota Medan
2. Untuk mengetahui peran Kantor Pertanahan Kota Medan
3. Mengetaui prosedur dan proses pelayanan yang ada di Kantor Pertanahan
Kota Medan
4. Memahami setiap struktur yang ada di Kantor Pertanahan Kota Medan
5. Untuk mengetaui ruang lingkup pekerjaan Kantor Pertanahan Kota Medan

C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah :
1. Memahami ruang lingkup pekerjaan Kantor Pertanahan Kota Medan
2. Memberikan pemahaman singkat tentang sejarah Badan Pertanahan
3. Memberikan pemahaman untuk meningkatkan wawasan masyarakat
mengenai prosedur, struktur, proses, dan peran Kantor Pertanahan Kota
Medan
BAB 2
Profil Instansi / Lembaga Magang

A. Sejarah
Pada era 1960 sejak diberlakukan pemakaian Undang – undang Pokok Agraria
(UUPA), Badan Pertanahan Nasional yang di kenal dengan istilah kantor Agraria
mengalami beberapa kali pergantian penguasaan dalam hal ini kelembagaan tentunya
masalah tersebut berpengaruh pada proses pengambilan kebijakan Badan Pertanahan
Nasional di bentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 1988 sebagai peningkatan dari Direktorat Jenderal Agraria Departement Dalam
Negeri, dan merupakan suatu lembaga pemerintahan Non Departement (LPND) yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab lansung kepada presiden.
Pada Periode 2015 sampai saat ini Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia berubah menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang kementerian
Agraria yang berfungsi Tata Ruang dan Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional yang ditetapkan pada Januari 2015. Dalam sejarah
perkembangan sistem regulasi pertanahan di Indonesia Negara telah beberapa kali
merevisi kebijakan pertanahan, berikut sepintas perubahan regulasi pertanahan di
Indonesia dari masa ke masa.

Berikut sejarah singkat pertanahan negara Republik Indonesia :

1. Masa Kemerdekaan 1945-1960


Pasca Proklamasi kemerdekaan, sesuai dengan semangat membentuk negara baru
yang merdeka, Pemerintah Republik Indonesia bertekad membenahi dan
menyempurnakan pengelolaan pertanahan. Melalui Departement Dalam Negeri,
Pemerintahan mempersiapkan landasan hukum pertanahan yang sesuai dengan
Undang-undang Dasar Negara 1945, dan pada 1948, berdasarkan Penetapan Presiden
Nomor 16 Tahun 1948, Pemerintah membentuk Panitia Agraria Yogyakarta. Tiga tahun
kemudian, terbit Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1951, yang membentuk Panitia
Agraria Jakarta, sekaligus membubarkan Panitia Agraria Yogyakarta. Pembentukan
kedua Panitia Agraria itu sebagai upaya mempersiapkan lahirnya penyatuan hukum
pertanahan yang sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia. selanjutnya, lewat
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1955. Pemerintah membentuk Kementerian
Agraria yang berdiri sendiri dan terpisah dari Departement Dalam Negeri. Pada 1956,
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1956 dibentuk Panitia Negara
Urusan Agraria Yogyakarta yang sekaligus membubarkan Panitia Agraria Jakarta.
Tugas Panitia Negara Urusan Agraria ini antara lain adalah mempersiapkan proses
penyusunan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA)

2. Lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) dan Masa Sesudahnya


1960-1965
Titik tolak reformasi hukum pertanahan nasional terjadi pada 24 September 1960. Pada
hari itu, rancangan Undang-undang Pokok Agraria disetujui dan di sahkan menjadi
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960. Dengan berlakunya Undang-undang Pokok
Agraria tersebut, untuk pertama kalinya pengaturan tanah di Indonesia menggunakan
produk hukum nasional yang bersumber dari hukum adat. Dengan ini pula Agrarische
Wet dinyatakan di cabut dan tidak berlaku. Tahun 1960 ini menandai berakhirnya
dualism hukum agraria di Indonesia. pada tahun 1964, melalui Peraturan Menteri
Agraria Nomor 1 Tahun 1965 yang mengurangi tugas Departemen Agraria serta
menambahkan Direktorat Transmigrasi dan Kehutanan ke dalam organisasi. Pada
periode ini, terjadi pengabunggan antara Kantor Inspeksi Agraria- Departement Dalam
Negeri, Direktorat Tata Bumi Departement Pertanian, Kantor Pendaftaran Tanah-
Departement Kehakiman.

3. Order Baru, 1965-1988


Pada 1965, Departement Agraria kembali di sempitkan secara kelembagaan menjadi
Direktorat Jenderal. Hanya saja, cangkupannya di tambah dengan Direktorat bidang
Transmigrasi di bawah Departement Dalam Negeri. Penyempitan ini dilakukan oleh
Pemerintah Order Baru dengan alasan efisiensi dan penyederhanaan organisasi.Pada
masih di tahun yang sama, terjadi perubahan organisasi yang mendasar. Direktorat
Jenderal Agraria tetap menjadi salah satu bagian dari Departemen Dalam Negeri dan
berstatus Direktorat Jenderal, sedangkan permasalahan transmigrasi di tarik ke dalam
Departement Veteran, Transmigrasi dan koperasi. Dan pada 1972, Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 145 Tahun 1969 di cabut dan di ganti dengan Keputusan Menteri
Dalam Negeri 88 Tahun 1972, yang menyebutkan penyatuan instansi Agraria di daerah.
Ditingkat provinsi, dibentuk Kantor Direktorat Agraria Provinsi, sedangkan di tingkat
provinsi, dibentuk Kantor Direktorat Agraria Provinsi, sedangkan di tingkat kabupaten /
kota di bentuk kantor sub Direktorat Agraria Kabupaten / kota madya.

4. Berdirinya Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Masa Sesudahnya, 1988-


1993
Tahun 1988 merupakan tonggak bersejarah karena saat itu terbit Keputusan Presiden
Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional. Sejalan dengan
meningkatnya pembangunan nasional yang menjadi tema sentral proyek ekonomi
politik Order Baru, kebutuhan akan tanah juga makin meningkat. Persoalan yang di
hadapi Direktorat Jenderal Agraria di tingkatkan menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen dengan nama Badan Pertanahan Nasional. Dengan lahirnya Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tersebut, Badan Pertanahan Nasional bertanggung
jawab langsung kepada presiden.

5. Periode 1993-1998
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 1993, tugas Kepala Badan
Pertanahan Nasional kini di rangkap oleh Menteri Negara Agraria. Kedua lembaga
tersebut di pimpin oleh satu orang sebagai Menteri Negara Agraria / Kepala Badan
Pertanahan Nasional. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kantor Menteri Negara Agraria
berkonsenterasi merumuskan kebijakan yang bersifat koordinasi, sedangkan Badan
Pertanahan Nasional lebih berkosentrasi pada hal-hal yang bersifat operasional. Pada
tahun 1994 Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5
Tahun 1994, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Staf Kantor Menteri Negara
Agraria
6. Periode 2000 – 2006
Pada periode ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) beberapa kali mengalami
perubahan struktur organisasi. Keputusan presiden Nomor 95 Tahun 2000 tentang
Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengubah struktur organisasi eselon satu di Badan
Pertanahan Nasional. Namun lebih mendasar adalah Keputusan Presiden Nomor 10
Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di bidang pertanahan. Disusul
kemudian terbit Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang kedudukan,
Tugas, Fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
Non Departemen, dan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
Nasional di Bidang Pertanahan memposisikan Badan Pertanahan Nasional (BPN)
sebagai lembaga yang menangani kebijakan nasional di bidang pertanahan.

7. Periode 2006 – 2013


Pada 13 April 2006 terbit Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional yang menguatkan keseimbangan Badan Pertanahan Nasional,
dimana tugas yang diemban Badan Pertanahan Nasional (BPN) Republik Indonesia
juga menjadi semakin luas. Badan Pertanahan Republik Indonesia bertanggung jawab
kepada presiden, dan melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara
nasional, regional dan sektoral, dengan fungsi :
a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanaha;
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;
d. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;
e. Penyelenggaraan dan Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang
pertanahan;
f. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum.
8. Periode 2013 – 2015
Pada 2 Oktober 2013 terbit Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan
Pertanahan Nasional yang mengatur fungsi Badan Pertanahan Nasional sebagai berikut
a. Penyusunan dan Penetapan kebijakan nasional di bidang pertanahan;
b. Pelaksanaan koordinasi kebijakan, rencana, program, kegiatan dan kerjasama di
bidang pertanahan;
c. Pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Republik Indonesia;
d. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran dan
pemetaan;
e. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah,
pendaftaran tanah dan pemberdayaan masyarakat;
f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan
pengendalian kebijakan pertanaha
B. Ruang Lingkup Pekerjaan Instansi
C. Struktur Organisasi
1. Kepala Kantor
Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang memiliki tanggung jawab
langsung kepada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Tengah.

2. Sub Bagian Tata Usaha


Tugasnya: Memberikan pelayanan administrative kepada seluruh satuan organisasi
Kantor Pertanahan, serta menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program
dan peraturan perundang undangan. Fungsinya:
a. Pengolahan data dan informasi.
b. Penyusunan rencana program, dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja
pemerintah.
c. Pelaksanaan urusan kepegawaian.
d. Pelaksanaan urusan keuangan dan kepegawaian.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan prasarana.
f. Penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program.
g. Koordinasi pelayanan pertanahan.

Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari:


1) Urusan Perencanaan dan Keuangan
Tugasnya: Menyiapkan penyusunan rencana, program, dan anggaran laporan
akuntanbilitas kerja pemerintah serta urusan keuangan dan pelaksanaan
anggaran.
2) Urusan Umum Dan Kepegawaian
Tugasnya: Melakukan urusan kepegawaian dan Pengembangan sumberdaya
manusia pertanahan

3. Sub Bagian Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah


Tugasnya: Menyiapkan abhan dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian,
perpanjangan dan pembaruan hak tanah, pengadaan tanah, perijinan, pendataan dan
penertipan bekas tanah hak; pendaftaran, peralihan, pembebanan hah atas tanah serta
pembinaan pejabat pembuat akte tanah (PPAT).
Fungsinya:
a. Pelaksanaan pengaturan dan penetapan di bidang hak tanah.
b. Penyiapan rekomendasi pelepasan, penaksiran harga tukar menukar, saran dan
pertimabangan serta , melakukan kegiatan perijinan, saran dan pertimbangan
usulan penetapan hak pengolahan.
c. Penyiapan telaahan dan pelaksanaan pemberian rekomendasi perpanjangan
jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak
d. Mengatministrasikan atas tanah yang dikuasai dan atau milik Negara, daerah
bekerjasama dengan pemerintah, termasuk tanah badan hukum pertanahan.
e. Pendataan dan penertiban tanah bekas hak.
f. Pelaksanaan pendaftaran hak dan koputerisasi pelayanan pertanahan.
g. Pelaksanana penegasan dan pengakuan hak.
h. Pelaksanaan, pembebanan hak atas tanah dan pembinaan PPAT.

Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah terdiri dari:


1) Subseksi Penetapan Hak Tanah
Tugasnya: Menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan
mengenai penetapan hak milik, hak guna bangunan dan hak pakai, perpanjang
jangka waktu, pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah; penetapan
dan atau rekomendasi perpanjang jangka waktu pembayaran uang pemasukan
dan pendaftaran hak tanah perorangan.
2) Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah
Tugasnya: Menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan
mengenai penetapan hak milik, hak guna bangunan dan hak pakai, dan hak
pengolahan bagi instansi pemerintahan, badan hukum pemerintahan,
perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak, perijianan, peralihan hak atas
tanah rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah.
3) Subseksi Pendaftaran Hak
Tugasnya: Menyiapkan pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah; pengakuan dan
penegasan konversi hak-hak lain, hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak
pengelola, tanah wakaf, data lainnya, data fisik bidang tanah, data komputerisasi
pelayanan pertanahan serta memelihara daftar buku tanah serta daftar lainnya di
bidang pendaftaran tanah.
4) Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah
Tugasnya: Menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan, pembebanan hak
atas tanah, pembebanan hak tanggungan, dan bimbingan PPAT serta sarana
daftar isian dibidang pendaftaran tanah

4. Seksi Pengaturan dan Penataan Tanah


Tugasnya: Menyiapkan bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform,
konsolidasi tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil perbatasan
dan wilayah tertentu lainnya.
Fungsinya:
a. Penyusunan daerah bekas konflik, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan
tanah, neraca penatagunaan tanah kabupaten / kota.
b. Pemelihara basis data penatagunaan tanah kabupaten / kota.
c. Pengusulan penetapan/penegasan tanah menjadi objek landreform.
d. Penyediaan tanah untuk pembangunan.
e. Pengolahan sumbangan tanah untuk pembangunan.

Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan dokumentasi data landreform. Seksi


Pengaturan dan Penataan tanah terdiri dari:
1) Subbagian Penatagunaan tanah dan kawasan tertentu
Tugasnya: Menyiapkan bahan penyusunan rencana persediaan, peruntukan,
pemeliharaan, dan penggunaan tanah rencana penataan, kawasan,
pelaksaanaan koordinasi, monitoring dan evaluasi pemeliharaan tanah,
perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan
penertiban penimbangan teknis, penangguhan tanah,penerbitan ijin perubahan
penggunaan penetapan penggunaan dan pemanfaatan tanah, penyesuain
penggunaan dan pemanfaatan tanah serta melaksakan pengumpulan dan
pengolahan dan pemeliharaan data tekstual.

2) Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah


Tugasnya: Menyiapkan bahan usul penetapan/penegasan tanah menjadi obyek
landreform, penguasaan tanah obyek landreform, pemberian ijin peralihan atas
tanah dan ijin redistribusi tanah luasan tertentu, usulan penerbitan surat
keputusan restribusi tanah dan pengeluaran tanah dari landreform, monitoring dan
evaluasi restribusi tanah, ganti kerugian, pemanfaatan tanah bersama dan
penertiban administrasi landreform serta fasilitas bantuan keuangan/permodalan,
teknis dan pemasaran,usulan penegasan obyek penataan tanah bersama untuk
peremajaan permukiman kumuh,daerah bencana dan daerah bekas konflikserta
permukiman kembali;penyediaan tanah dan pengelola sumbangan tanah untuk
pembangaunan teknik dan metode, promosi dan sosialisasi, pengorganisasian
dan pembimbingan masyarakat, kerja sama dan fasilitas, pengolahan basis data
dan informasi monitoring dan evaluasi serta koordinasi dan pelaksanaan
konsolidasi tanah.

5. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan


Tugasnya: Menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan,
pengolahan tanah Negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan
masyarakat.
Fungsinya:
a. Penyiapan saran tindak dan langkah-langkah penanganan serta usulan
rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi, program pertanahan dan
sector dalam pengolahan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan kritis.
b. Peningkatan partisipasi masyarakat marjinal, asistensi dan pembentukan
kelompok masyarakat, fasilitas dan peningkatan akses ke sumberproduktif.
c. Pemanfaatan tanah terlantar dan tanaha kritis untuk pembangunan.
d. Pengolahan basis data dan hak atas tanah, tanah Negara, tanah, terlantar, dan
tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat.
e. Penyiapan usulan keputusan pembatalan dan penghentian hubungan hukum
atas tanah terlantar.

Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan terdiri dari:


1) Subseksi Pengendalian Pertanahan
Tugasnya: Menyiapkan pengolahan basis data, melakukan inventarisasi dan
identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah menanganan serta
menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam
rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan,
evaluasi, harmonosasi dan program pertanahan dan sector dalam pengolahan
tanah Negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis.
2) Subseksi pemberdayaan Masyarakat
Tugasnya: Menyiapkan bahan inventarisasi, asistensi, fasilitas dalam rangka
penguatan penguasaan, dan pelaksanaan pembinaan partisipasi masyarakat,
lembaga masyarakat, mitra kerja teknis dalam penolahan pertanahan, serta
melakukan kerjasama pemberdayaan dengan pemerintah kabupaten/kota,
lembaga keuangan dan dunia usaha, serta bimbingan dan pelaksanaan
kerjasama pemberdayaan

6. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara


Tugasnya: Menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan penanganan sengketa, konflik
dan perkara pertanahan.
Fungsinya:
a. Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan.
b. Penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan serta
hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian perkara, pelaksanaan
alternatif, penyelesaian melalui mediasi, fasilitas dan sebagainya usulan dan
rekomendasi pelaksanaan putusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi
pembatalan dan penghentian hubungan hukum antar orang dan badan hukum
dengan tanah.
c. Pengkordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
d. Pelaporan penganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara
pertanahan.

Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara terdiri dari:


1) Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan
Tugasnya: Menyiapkan pengkajian hukum sosial, budaya, ekonomi dan politik
terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan
penghentian hubungan hukum antara orang dan badan hukum dengan tanah,
pelaksanaan alternatif penyelesaian semgketa melalui mediasi, fasilitas,
koordinasi penanganan sengketa dan konflik.
2) Subseksi Perkara Pertanahan
Tugasnya: Menyiapkan penanganan dan penyelesaian perkara, koordinasi
penanganan perkara, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian antar
orang dan badan hukum dengan tanah sebagai pelaksanaan putusan lembaga
peradilan.

7. Seksi Survei Pengukuran dan Pemetaan


Tugasnya: Mengkoordinasikan dan melaksanakan survey, pengukuran dan pemetaan
bidang tanah dan pengukuran batas wilayah, pemetaan tematik dan survey potensi
tanah, pembinaan surveyor berlisensi.
Fungsinya:
a. Pelaksanana kegiatan teknis survey, pengukuran dan pemetaan sebidang tanah.
Pengukuran batas wilayah, dan survey potensi tanah, pembinaan surveyor
berlisensi.
b. Pelaksanaan dan pengukuran batas wilayah/kawasan.
c. Pelasanaan pengukuran, pemetaan dan pembukuan bidang tanah.
d. Pelaksanaan, pengolahan, pemeliharaan, pengembangan peralatan teknik dan
komputerisasi.
e. Pelaksanaan bimbingan teknik, surveyor berlisensi dan pejabat penilaian tanah.

Seksi Survei Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari:


1) Subseksi Pengukuran dan Pemetaan
Tugasnya: Menyiapkan perapatan kerangka dasar orde 4, pemetaan batas bidang
tanah dan pengukuran bidang tanah batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis,
surveyor berlisensi, pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta
pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, dan daftar lainnya
dibidang pengukuran.
2) Subseksi Tematik dan Potensi Tanah
Tugasnya: Menyiapkan survey, pemetaan, pemeliharaan, pengembangan pemetaan
tematik, survey potensi tanah, pemeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan
penbinaan pejabat penilai tanah.

Anda mungkin juga menyukai