Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STUNTING

GIZI

UPTD PUSKESMAS TENAM

TAHUN 2022
A. Latar Belakang
Stunting adalah bentuk gangguan pertumbuhan linear yang terjadi terutama pada anak-
anak. Stunting merupakan salah satu indikator status gizi kronis yang menggambarkan
terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting (pendek) adalah salah satu
bentuk gizi kurang yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur diukur dari keadaan yang
berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat dan pola asuh/pemberian
makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.
Masalah gizi terutama stunting pada balita dapat menghambat perkembangan anak dengan dampak
negative yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan
terhadap penyakit tidak menular, penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan
risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Status gizi anak dan balita harus sangat dijaga dan diperhatikan oleh orang ua, karena
terjadi malnutrisi pada masa ini dapat mengakibatkan keruskan yang sulit untuk pulih kembali.
Sangat mungkin ukuran tubuh pendek adalah salah satu indikator atau petunjuk kekurangan gizi
yang berkepanjangan pada balita. Masalah malnutrisi yang mendapat banyak perhatian akhir-akhir
ini adalah masalah kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau Stunting. Stunting adalah
masalah gizi utama dan makin mengkhawatirkan mengingat terdapatnya hubungan antara stunting
dan terdapatnya penyakit tidak menular di kemudian hari, yang saat ini menjadi mayoritas beban
penyakit di Indonesia.

Stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor
langsung yaitu faktor ibu, faktor genetik, asupan makanan, pemberian ASI Ekslusif, dan penyakit
infeksi. Menurut penelitian Fikawati dkk (2017) nutrisi ibu yang buruk selama kehamilan dan
laktasi, usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua saat kehamilan, postur pendek, menderita
penyakit infeksi, mengalami gangguan kesehatan jiwwa, jarak persalinan yang terlalu dekat antara
kehamilan sebelumnya dan ibu yang menderita hipertensi beresiko mengalami persalinan
premature dan melahirkan bayi BBLR.

Pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan pertama bermanfaat untuk mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Setelah enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang
mencukupi, sedangkan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Menyusui yang
berkelanjutan selama dua tahun memberikan kontribusi signifikan terhadap asupan nutria penting
pada bayi. Stunting juga disebabkan oleh penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan berdampak pada
gangguan masalah gizi. Infeksi klinis menyebabkan lambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
sedangkan anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi memiliki peluang lebih besar untuk
mengalami stunting (Picauly & Toy, 2013).

Selain faktor langsung, stunting juga disebabkan oleh faktor tidak langsung yaitu social
ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan ibu, dan faktor lingkungan. Menurut Nasikah dkk
(2021), Status ekonomi keluarga mempengaruhi pemilihan makanan yang dikonsumsi meliputi
kurang bervariasinya bahan makanan yang digunakan dan jumlah yang tidak memenuhi
kebutuhan. Hal ini menyebabkan konsusmi anak tidak mencukupi terutama pada bahan pangan
sumber protein, vitamin, dan mineral sehingga meningkatkan risiko kurang gizi.

World Health Organization (WHO) menyatakan resolusi target global pada gizi ibu dan
anak sebagai prioritas. Target utamanya bertujuan untuk menurunkan stunting pada anak sebanyak
40% secara global atau 3,9% penurunan pertahun diantara tahun 2012 dan 2025. Menurut WHO
upaya pencegahan pada stunting dapat dimulai sejak remaja. Remaja putrid dapat mulai diberikan
pengetahuan dan pemahaman pentingnya pemenuhan nutrisi saat remaja. Pemenuhan nutrisi saat
remaja dapat mencegah terjadinya gizi yang kurang saat masa kehamilan. Nutrisi yang adekuat
saat kehamilan dapat mencegah terjadinya pertumbuhan yang terhambat pada janin yang
dikandung.

Selain itu, pencegahan stunting juga difokuskan pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) yaitu pada Ibu Hamil,Ibu menyusui,Anak usia 0-23 bulan. Periode 1.000 HPK
merupakan periode yang efektif dalam mencegah terjadinya stunting karena merupakan periode
yang menentukan kualitas kehidupan. Pada 1.000 HPK anak akan mengalami masa “Periode
Emas” dimana pertumbuhan anak akan berlangsung cepat. Oleh karena itu pada periode ini
cakupan gizi harus terpenuhi mulai dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah
bayi dilahirkan. Namun, menurut WHO pencegahan terjadinya stunting tidak hanya dimulai saat
1.000 HPK melainkan dimulai saat remaja dengan memperbaiki gizi saat remaja.
B. Data Stunting diwilayah kerja UPTD Puskesmas Tenam Tahun 2022

Nama
No Nama Umur BB TB Z-Core
Desa
1 Aiswa 22 bln 10 kg 75 cm -3.2 ( Sangat Pendek)
2 Arumi 16 bln 9.8 kg 71 cm -2.6 (Pendek)
3 Girang 8 bln 7.1 kg 64 cm -3.0 (Sangat Pendek)
4 Kaif Sarafaraz 11 bln 8.5 kg 63 cm -4.0 (Sangat Pendek)
5 Omira 11 bln 8 kg 68 cm -2.9 (Pendek)
6 Pradipta 16 bln 8.6 kg 71 cm -3.4 (Sangat Pendek)
7 Zakia 14 bln 9.0 kg 70 cm -2.2 (Pendek)
8 Zelin 13 bln 9.0 kg 66 cm -3.7 (Sangat Pendek)
9 Zino Alfan 8 bln 7 kg 64 cm -3.3 (Sangat Pendek)
10 Abil Shidqi 18 bln 10.4 kg 73 cm -3.2 (Sangat Pendek)
11 Brama Sanjaya 18 bln 8.8 kg 75 cm -2.8 (Pendek)
12 Sridadi M. Wildan Virendra 18 bln 9.7 kg 73 cm -3.3 (Sangat Pendek)
13 M. Alfathar 18 bln 10.2 kg 76 cm -2.3 (Pendek)
14 M. Azril Al- Asria 18 bln 9.2 kg 77 cm -2.0(Pendek)
15 M. Khoirul 20 bln 9 kg 72 cm -4.4 (Sangat Pendek)
16 Serli 22 bln 9 kg 78 cm -2.1 (Pendek)
17 Aji 18 bln 7.2 kg 75 cm -2.7 (Pendek)
18 Hanin 20 bln 10.8 kg 75 cm -2.3 (Pendek)
19 Sabrina 18 bln 9 kg 70 cm -3.8 (Sangat Pendek)
20 Khairunnisa 20 bln 8.8 kg 75 cm -2.7 (Pendek)
21 M. Danis 11 bln 7.9 kg 69 cm -2.7 (Pendek)
22 Risky Pramuja 2 bln 6.8 kg 56 cm -2.6 (Pendek)
23 Nabila 2 bln 5.5 kg 48 cm -4.9 (Sangat Pendek)
24 Shakera Almashyra 4 bln 5 kg 52 cm -4.7 (Sangat Pendek)
25 Anjani 2 bln 5.1 kg 54 cm -2.5 (Pendek)
26 Ahmad Fatih 8 bln 8.2 kg 66 cm -2.1 (Pendek)
27 Rayanza 1 bln 4.5 kg 52 cm -2.2 (Pendek)
28 Farel Al-Faris 11 bln 8 kg 69 cm -2.5 (Pendek)
29 Ahmad Rizky 9 bln 6.5 kg 65 cm -3.2 (Sangat Pendek)
Romadon
30 Nurman 9 bln 8.3 kg 63 cm -4.2 (Sangat pendek)
31 Fazura 5 bln 7.9 kg 60 cm -2.1 (Pendek)
32 Aina 5 bln 7.5 kg 57 cm -3.5 (Sangat Pendek)
33 Dafa 2 bln 6.6 kg 55 cm -2.9 (Pendek)
34 Alrafasa 7 bln 8.9 kg 63 cm -2.9 (Pendek)
35 Quiza 17 bln 10 kg 67 cm -4.3 (Sangat pendek)
36 Kila 6 bln 5.5 kg 61 cm -2.2 (Pendek)
37 Zoya 20 bln 9.8 kg 76 cm -2.3 (Pendek)
38 Aqila F 7 bln 7.5 kg 61 cm -3.1 (Sangat Pendek)
39 M. Arka 16 bln 7.4 kg 75 cm -2.1 (Pendek)
Napal
40 Attar 8 bln 7.6 kg 64 cm -3.1 (Sangat Pendek)
Sisik
41 Arpan 6 bln 7.3 kg 63 cm -2.7 (Pendek)
42 Al-Hakim 22 bln 11 kg 78 cm -2.8 (Pendek)
43 Pelayangan Finka Ibriana Putry 16 bln 8.8 kg 68 cm -4.0 (Sangat pendek
44 Arum Fakhira 16 bln 9.8 kg 68 cm -3.5 (Sangat Pendek)
45 Rayyan Syakib 1 bln 5.5 kg 51 cm -3.3 (Sangat Pendek)
46 Maryam 20 bln 7.4 kg 76 cm -2.4 (Pendek)
47 Rambahan M. Ikram 11 bln 9.6 kg 68 cm -2.9 (Pendek)
48 M. Rafan 12 bln 8.1 kg 70 cm -2.5 (Pendek)
49 Desa Haikal 21 bln 10 kg 76 cm -2.9 (Pendek)
50 Tenam Kaisa 19 bln 8.5 kg 73 cm -3.8 (Sangat Pendek)
Sumber Data : E-PPGBM 2022
C. Faktor Penyebab
Kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses komulaif menurut beberapa
penelitian, yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Proses terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan stunting terjadi
dalam 2 tahun pertama kehidupan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan
stunting pada anak. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung
maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan
adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh,
pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi
faktor lainnya.

a. Faktor langsung
1). Asupan gizi balita

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan


perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita akan
mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang mengalami
kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang
baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan
perkembangannya. Namun apabila intervensinya terlambat balita tidak akan
dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya yang disebut dengan gagal
tumbuh.

2). Penyakit infeksi

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung


stunting, Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi
tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk
keadaan bila terjadi kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan kurang gizi
akan lebih mudah terkena penyakit infeksi. Untuk itu penanganan terhadap
penyakit infeksi yang diderita sedini mungkin akan membantu perbaikan
gizi dengan diiimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan kebutuhan
anak balita. Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan,
Infeksi saluran pernafasan Atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat erat
hubungannya dengan status mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya
imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku sehat. Di wilayah kerja
puskesmas juga ditemukan balita yang stunting juga memiliki penyakit
infeksi.

3). Ekonomi.

Beberapa faktor penyebab masalah gizi adalah kemiskinan.


Kemiskinan dinilai mempunyai peran penting yang bersifat timbale balik
sebagai sumber permasalahan gizi yakni kemiskinan menyebabkan
kekurangan gizi sebaliknya individu yang kurang gizi akan memperlambat
pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses kemiskinan.Hal ini
disebabkan apabila seseorang mebgalami kurang gizi maka secara langsung
akan menyebabkan hilangnya produktifitas kerja karena kekurangan fisik,
menurunnya fungsi kognitif yang mempengaruhi tingkat pendidikan dan
tingkat ekonomi keluarga. Tantangan yang dihadapi adalah mengusahakan
masyarakat, terutama ibu dan anak balita memperoleh bahan pangan yang
cukup dan gizi yang seimbang dan harga yang terjangkau.

b. Faktor tidak langsung

1). Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada kurangnya


pemenuhan asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata asupan
kalori dan protein anak balita di Indonesia masih di bawah Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang dapat mengakibatkan balita perempuan dan
balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing
6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek dari pada standar rujukan WHO 2005
(Bappenas, 2011). Oleh karena itu penanganan masalah gizi ini tidak hanya
melibatkan sektor kesehatan saja namun juga melibatkan lintas sektor
lainnya. Ketersediaan pangan merupakan faktor penyebab kejadian stunting,
ketersediaan pangan di rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga,
pendapatan keluarga yang lebih rendah dan biaya yang digunakan untuk
pengeluaran pangan yang lebih rendah merupakan beberapa ciri rumah
tangga dengan anak pendek.

2). Status gizi ibu saat hamil


Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor
tersebut dapat terjadi sebelum kehamilan maupun selama kehamilan.
Beberapa indikator pengukuran seperti 1) kadar hemoglobin (Hb) yang
menunjukkan gambaran kadar 11 Hb dalam darah untuk menentukan
anemia atau tidak; 2) Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu gambaran
pemenuhan gizi masa lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau tidak; 3)
hasil pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan berat badan
selama hamil yang dibandingkan dengan IMT ibu sebelum hamil.

3). Berat Badan Lahir

Berat badan lahir sangatlah terkait dengan pertumbuhan dan


perkembangan jangka panjang anak balita. Bayi yang lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram, bayi dengan berat badan lahir endah akan mengalami
hambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya serta kemungkinan
terjadi kemunduran fungsi intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena
infeksi dan terjadi hipotermi.

4). ASI Ekslusif

ASI Ekslusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Ekslusif adalah
pemberian Air Susu Ibu tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan
makanan dan minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru
dilahirkan selama 6 bulan. Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah
terpenuhi dengan pemberian ASI saja. Menyusui Ekslusif juga penting
karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna oleh enzim-
enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa pembakaran
makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum sempurna.

5). Sanitasi Lingkungan.

Rendahnya akses terhadapa pelayanan kesehatan termasuk sanitasi


dan air bersih menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
anak. Selain itu angka diare juga lebih tinggi pada anak-anak dari keluarga
yang melakukan buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan
mereka dengan rumah tangga yang mempunyai fasilitas jamban pribadi dan
septic tank. Faktor lingkungan lainnya ang mempengaruhi stunting yaitu
intensitas penggunaan peptisida. Pengaruh peptisida meningkatkan insiden
bayi baru lahir dengan berat badan rendah, premature serta keterlambatan
pertumbuhan di dalam kandungan.

D. Rencana Tindak Lanjut.

1. Penyuluhan tentang perbaikan pola makan, pola asuh, sanitasi dan akses
air bersih oleh Tenaga Kesehatan

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan


dari segi jumlah dan kualitas gizi, seta seringkali tidak beragam. Istilah “Isi
Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh
sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik protein
nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
Stunting juga dipengaruhi oleh aspek perilaku, terutama pada pola asuh
yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya
adalah akses sanitasi dan air bersih mendekatkan anak pada risiko ancaman
penyakit infeksi. Untuk itu perlu membiasakan cuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir, serta tidak buang air sembarangan. Penyuluhan ini
akan bekerja sama dengan program Promosi Kesehatan, KIA, Kesehatan
Lingkungan, kader kesehatan serta bidan desa di wilayah kerja UPTD
puskesmas tenam.

2. Pemanfaatan Dana Stunting yang dikelola oleh apparat desa.


Kegiatan yang telah dilakukan oleh UPTD Puskesmas Tenam dari tahun
2020 smpai tahun 2022 yaitu Kelompok Balita dan Ibu Hamil Makan
Bersama (POKBAMA) yang setiap tahun nya diajukan oleh perangkat desa
untuk pencegahan stunting di desa. Dengan Pemberian makanan selama 10
hari berturut-turut dengan periode triwulan dan dengan menu yang berbeda-
beda. Kegiatan ini juga bekerja sama dengan kader kesehatan, bidan desa
dan perangkat desa.

Anda mungkin juga menyukai