Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Gizi Buruk Tipe Marasmik-Kwashiorkor

Kelompok Tutor 1
Dosen Tutor : dr. William Adi

Dini Yuhelfi G1A111011


Stella Rossa G1A112006
Hadiza Pebrama G1A112009
Khaidarni G1A112011
M. Heru Nanding K G1A112012
Prepti Serra M G1A112014
Abdul Rahman S G1A112016
Siska Meliana G1A112017
Andreas Desmon G1A112020
Rizki Febriani G1A112067

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015
A. Skenario 2

F, anak laki-laki, 22 bulan, BB: 4,8 kg, PB: 60 cm, dibawa ke RS karena tidak mau
makan. Orang tua An.F khawatir karena badan anaknya semakin lama semakin kurus.Selama
ini berat badannya selalu di bawah garis merah berdasarkan KMS. Saat ini anak tampak
lemas, sangat kurus, mata cekung, perut, muka, dan kaki kelihatan semakin membesar,
rambut tipis, mudah rontok dan bibir kering. Menurut ibu, An.F juga sering diare. Saat ini
An.F belum bisa berjalan, baru bias duduk. F adalah anak kelima dari lima bersaudara, ibu F
mengatakan bahwa pertumbuhan An.F lebih lambat dibanding kakaknya. Pendidikan terakhir
orang tua An.F adalah SD, ayah bekerja sebagai buruh dan ibu tidak bekerja. Waktu lahir
berat badan An.F 2 kg dan panjang badan 40 cm, lahir spontan ditolong oleh bidan. Sejak
lahir anak diberi ASI saja Selama 6 bulan setelah itu diberi makanan pendamping ASI
seadanya, tidak diberi susu formula. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak apatis,
konjungtiva palpebra anemis, wajah tampak seperti wajah orang tua. Rambut kemerahan dan
mudah dicabut, perut buncit, otot-otot kaki atrofi, edema tibia (+), crazy pavement dermatosis
(+), baggy pants (+). Diagnosis dari RS adalah anak gizi buruk.Dokter kemudian mencoba
memberi tahu status gizi anak dengan menggunakan standar antropometri penilaian status
gizi anak (WHO-NCHS dan CDC). Apa yang terjadi pada An.F? Bagaimana
penatalaksanaannya?

B. Klarifikasi Istilah
1. KMS : Kartu Menuju Sehat.1
2. Bidan : Seseorang yang telah mengikuti pendidikan bidan.1
3. Apatis : Tidak ada perasaan atau emosi; ketidakacuhan.2
4. Diare : Frekuensi dan konsistensi pengeluaran feses yang abnormal.2
5. Konjungtiva Palpebra Anemis : Kelopak mata bagian bawah terlihat pucat.2
6. Atrofi : Mengecilnya sel, jaringan, organ atau bagian tubuh.2
7. Gizi Buruk : Status kebutuhan gizi yang tak tertutupi.2
8. Crazy Pavement Dermatosis : Gejala bercak-bercak putih atau merah muda
dengan tepi hitam yang ditemukan pada bagian tubuh yang sering ditekan.2
9. Baggy Pants : Otot paha yang mengendur.2
10. Antropometri : Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengukuran besar, berat,
dan proporsi tubuh manusia.2

C. Identifikasi Masalah
1. Apa makna klinis tidak mau makan?
2. Bagaimana BB ideal pada anak usia 22 bulan dan bagaimana status gizi anak F?
3. Apa saja yang menyebabkan anak tidak mau makan?
4. Mengapa An.F tubuhnya semakin lama semakin kurus?
5. Penyakit apa saja yang ditandai dengan BB anak yang semakin lama semakin kurus,
rambut tipis, mudah rontok dan bibir kering?
6. Bagaimana cara membaca grafik KMS dan interpretasinya?
7. Apa makna klinis anak tampak lemas, sangat kurus, mata cekung, muka dan kaki
semakin membesar?
8. Apakah hubungan keluhan An.F dengan diare?
9. Mengapa pada usia An.F sekarang, ia belum bisa berjalan, baru bisa duduk dan
pertumbuhannya lebih lambat disbanding dengan kakaknya?
10. Apa hubungan status social orang tua dengan keluhan An.F?
11. Apakah ada hubungan waktu lahir BB 2 kg, PB 40cm, lahir spontan dengan keluhan
sekarang?
12. Bagaimana interpretasi dan pemeriksaan fisik pada An.F?
13. Apa hubungan An.F yang diberi ASI 6 bulan, setelahnya diberi makanamn pengganti
ASI seadanya, tidak diberi susu dormula dengan keluhan saat ini?
14. Apakah indikasi pemberian susu formula?
15. Bagaimana cara pengukuran status gizi dengan atropometri pada anak menurut WHO-
NCHS dan CDC?
16. Kapan penggunaan pengukuran status gizi dengan antropometri pada anak menurut
WHO-NCHS dan CDC?
17. Bagaimana alur penegakan diagnosis pada An.F?
18. Apa DD penyakit An.F?
19. Apa yang terjadi pada An.F?
20. Apa definisi gizi buruk?
21. Bagaimana epidemiologi gizi buruk?
22. Bagaimana etiologi gizi buruk?
23. Bagaimana klasifikasi gizi buruk?
24. Bagaimana patofisiologi-patogenesis gizi buruk?
25. Apa manifestasi klinis gizi buruk?
26. Bagimana penatalaksanaan gizi buruk?
27. Bagaimana edukasi terhadap penyakit gizi buruk?
28. Bagaimana pencegahan terhadap penyakit gizi buruk?
29. Apa komplikasi penyakit gizi buruk?
30. Bagaimana prognosis penyakit gizi buruk?
D. Analisis Masalah
1. Apa makna klinis tidak mau makan?
Terjadi malnutrisi, akibatnya sel-sel kekurangan nutrisi yang menyebabkan kerusakan
pada mukosa lambung sehingga vili-vili usus berkurang, akhirnya penyerapan nutrisi
pun terganggu selain itu juga akibat terganggunya konduksi yang menghantarkan
impuls ke hypothalamus sebagai rangsangan lapar, akibatnya anak tidak mau makan.3

2. Bagaimana BB ideal pada Anak dan bagaimana status gizi anak F?


Tabel berat badan ideal anak dan tinggi ideal anak untuk usia 0 sampai 5 tahun.4

Berat (dalam gram) Tinggi (dalam cm)


Umur
Standard 80% Standard Standard 80% Standard
Lahir 3.400 2.700 50,5 40,40
1 Bulan 4.300 3.400 55,0 44,00
2 Bulan 5.000 4.000 58,0 46,40
3 Bulan 5.700 4.600 60,0 48,00
4 Bulan 6.300 5.000 60,5 48,40
5 Bulan 6.900 5.500 64,5 51,60
6 Bulan 7.400 5.900 66,0 52,80
7 Bulan 8.000 6.400 67,5 54,00
8 Bulan 8.400 6.700 69,0 55,20
9 Bulan 8.900 7.100 70,5 56,40
10 Bulan 9.300 7.400 72,0 57,60
11 Bulan 9.600 7.700 73,5 58,80
12 Bulan 9.900 7.900 74,5 59,60
1 tahun 3 bulan 10.600 8.500 78,0 62,40
1 tahun 6 bulan 11.300 9.000 81,5 65,20
1 tahun 9 bulan 11.900 9.500 84,5 67,60
2 tahun 0 bulan 12.400 9.900 87,0 69,60
2 tahun 3 bulan 12.900 10.300 89,5 71,60
2 tahun 6 bulan 13.500 10.800 92,0 73,60
2 tahun 9 bulan 14.000 11.200 94,0 75,20
3 tahun 0 bulan 14.500 11.600 96,0 76,80
3 tahun 3 bulan 15.000 12.000 98,0 78,40
3 tahun 6 bulan 15.500 12.400 99,5 79,60
3 tahun 9 bulan 16.000 12.800 101,5 81,20
4 tahun 0 bulan 16.500 13.200 103,5 82,80
4 tahun 3 bulan 17.000 13.600 105,0 84,00
4 tahun 6 bulan 17.400 13.900 107,0 85,60
4 tahun 9 bulan 17.900 14.300 108,0 86,40
5 tahun 0 bulan 18.400 14.700 109,0 87,20

Kesimpulan : Pada An.F, Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) berada di bawah
BB dan TB ideal.

3. Apa saja yang menyebabkan anak tidak mau makan?

Kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis
kesulitan makan dan penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat danlamanya.
Penyebab kesulitan makan mungkin karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan
tertentu, tetapi bisa juga beberapa macam penyakit atau faktor bersama-sama.

Faktor yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan menjadi 3


kelompok yaitu :

1. Faktor Nutrisi
a. Pada bayi berusia 0 1 tahun

Pada bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis berkaitan dengan
keterampilan makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada mulut
dan kelainan neuro motorik. Selain itu dapat juga oleh kekurangan
pembinaan/pendidikan makan antara lain :

1) Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.


2) Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu dini atau
terlambat.
3) Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat.
4) Cara pemberian makan yang kurang tepat.

b. Pada anak balita usia 1 5 tahun

Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin
meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan,
mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut
maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya.

2. Faktor Penyakit / Kelainan Organik

Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari
rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan,sistem syaraf, sistem
hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada
unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan
makan, untuk praktisnya dikelompokkan menjadi :

a. Kelainan/penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut

1) Kelainan bawaan : Labioschisis, labiognatoschizis,labiognatopaltoschizis,


frenulum lidah yang pendek, makroglossi.
2) Penyakit infeksi : stomatitis, ginggivitis, tonsilitis.
3) Penyakit neuromuskuler : paresis/paralisis.

b. Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna.

1) Kelainan bawaan :atresiaoesophagus, achalasia, spasme duodenum,penyakit


Hirschsprung.
2) Penyakit infeksi : akut/kronis.
3) Diare akut, diare kronis, cacingan.

c. Penyakit infeksi pada umumnya


1) Akut : infeksi saluran pernafasan.
2) Kronis : tuberkolosis paru, malaria.

d. Penyakit/kelainan non infeksi

1) Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna


2) Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down.
3) Penyakit neuromuskuler : cerebral palsy.
4) Penyakit keganasan : tumor Willems.
5) Penyakit hematologi : anemia, leukemia.
6) Penyakit metabolik/endokrin : diabetes mellitus.
7) Penyakit kardiovaskuler.

3. Faktor Gangguan / Kelainan Psikologis

a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya

Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau


kekurangan yang menimbulkan ketidak seimbangan.Orang membutuhkan makanan
selanjutnya muncul perasaan lapar karena didalam tubuh ada kekurangan zat makanan
atau sebaliknya seseorang yang di dalam tubuhnya sudah cukup makanan yang baru
atau belumlama dimakan, maka tubuh belum membutuhkan makanan dan tidak
timbul keinginan makan.Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh
anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan
pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak misalnya terlalu asin
atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk
membuka mulut dengan sendok. Halini semua menyebabkan kegiatan makan
merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.

b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan
tidak disukai. Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau memakan
makanan yang mungkin tidak disukai.

c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam, mual atau
muntah dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan.

d. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara
orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosiyang tidak baik. Tidak tertutup
kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang
tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan
sebagainya.5
4. Mengapa An.F tubuhnya semakin lama semakin kurus?
Kurangnya intake makanan menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi bagi tubuh,
sehingga tubuh melakukan kompensasai dengan melakukan proses katabolisme yaitu
Glukoneogenesis (proteolisis, lipolisis, dsb ) sehingga bisa menghasilkan glukosa
untuk energi. Proses ini menyebakan cadangan lemak dan protein di bagian tubuh
seperti di subkutan dan otot menjadi habis, kemudian terjadi atropi otot dimana sel-
sel kekurangan asupan dan mengalami kematian.sehingga anak menjadi kurus.4

5. Penyakit apa saja yang ditandai dengan BB anak yang semakin lama semakin kurus?
a. Gizi buruk
b. masalah pada mulut
c. Hipertiroid
d. Diabetes Melitus
e. Diare
f. HIV
g. TBC 6

6. Bagaimana cara membaca grafik KMS dan interpretasinya?


Cara membaca KMS

Keterangan :
Gizi buruk : pita merah kebawah
Status waspada : pita kuning ke hijau muda
Gizi normal : pita hijau tua
Kelebihan berat badan : pita hijau muda ke kuning

Cara membaca KMS :


a. Isikan bulan lahir anak pada 0 bulan lahir
b. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.
c. Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.
d. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan
e. Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan
f. Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis datar (berat
badan).
g. Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu. Jika bulan sebelumnya anak
ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis
lurus
h. Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak dapat dihubungkan

Menentukan Status Pertumbuhan anak


Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai
garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan
dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status
pertumbuhan adalah seperti tertera sebagai berikut:
Contoh disamping menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan grafik
pertumbuhan anak dalam KMS: Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak.
Contoh:
a. TIDAK NAIK (T); grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya;
kenaikan berat badan < KBM (<800 g)
b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya; kenaikan
berat badan > KBM (>900 g)
c. NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat
badan > KBM (>500 g)
d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan < KBM
(<400 g)
e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; grafik berat badan < KBM (<300
g)7

Interprestasinya:
Berdasarkan skenario umur anak 22 bulan dan berat badan hanya 4,8 kg
berdasarkan grafik berada pada garis dibawah pita merah (pada gambar di bawah ini
ditunjukkan oleh tanda panah) artinya anak mengalami gizi buruk.
7. Apa makna klinis anak tampak lemas, sangat kurus, mata cekung, muka dan kaki
semakin membesar, rambut tipis, mudah rontok dan bibir kering?
Tampak lemas dan kurus:
Disebabkan karena intake makanan berkurang, sehingga terjadi glukoneogenesis,
proteolisis, lipolisis,dan sebagainya yang akan menyebabkan cadangan lemak dan
protein habis sehingga sel-sel kekurangan asupan dan terjadi kematian sel. Kematian
sel inilah yang menyebabkan terjadinya atropi otot sehingga pasien terlihat kurus dan
lemas.8

Mata cekung dan bibir kering:

Disebabkan karena terjadinya diare dan dehidrasi sehingga kekurangan cairan dan
elektrolit. Kurangnya cairan dan elektrolit menyebabkan hilangnya turgor kulit dan
lemak subkutan sehingga mata terlihat cekung dan bibir kering.8
Perut, muka, dan kaki kelihatan semakin membesar:

Kekurangan protein menyebabkan onkotik intravaskuler menurun terjadi ektravasasi


plasma ke interstitial sehingga terjadi udem.8

Rambut tipis dan mudah rontok:

Karena kekurangan vitamin A,C,E,dan protein merupakan nutrisi penting pada


rambut.
Vitamin C akan digunakan untuk reduksi prolin menjadi hidroksiprolin untuk
pembentukan kolagen. Penurunan serum asam amino esensial dan non esensial akan
menurunkan sekresi hidroksiprolin yang digunakan untuk pembentukan kolagen
sehingga rambut menjadi mudah rontok dan mudah dicabut.3

8. Apakah hubungan keluhan An.F dengan diare?


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Scrimshaw,Taylor,dan Gordon (1968) terdapat
hubungan antara diare dan malnutrisi. Pertama,diare dapat menimbulkan malnutrisi
dan sebaliknya malnutrisi juga dapat menimbulkan diare. Infeksi mempengaruhi
status gizi melalui penurunan asupan makanan,penurunan absorbsi di usus,
peningkatan metabolisme, dan mengambil nutrisi yang diperlukan tubuh untuk
sintesis jaringan dan pertumbuhan. Di samping itu, malnutrisi bisa menjadi faktor
predisposisi terjadinya infeksi karena menurunkan imunitas tubuh dan menganggu
fungsi kekebalan tubuh.9

9. Mengapa pada usia An.F sekarang, ia belum bisa berjalan, baru bisa duduk dan
pertumbuhannya lebih lambat dibanding dengan kakaknya?
dengan adanya malnutrisi, intake makanan akan menurun , mamacu tubuh untuk
melakukan glukoneogenesis, proteolisis, lipolisis sehingga cadangan lemak dan
protein berkurang. Cadangan lemak dan protein berkurang tersebut akan
menyebabkan atropi otot sehingga pasien tidak bisa berjalan.10

10. Apa hubungan status social orang tua dengan keluhan An.F?

a. Pola makan (Makanan pendamping ASI seadanya)

Protein dan karbohidrat adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak
semua makanan mengandung protein/ asama amino yang memadai. Bayi yang
masih menyusui umumnya mendapat protein dari ASI yang diberikan ibunya,
namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu,
telur, keju, tahu dan lain-lain ) sangat dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadinya
kwashiorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

b. Faktor sosial budaya (ayah bekerja sebagai buruh)

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial
dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan
tertentu dan sudah berlangsung turun-temurun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya gizi buruk.

c. Faktor ekonomi (Penghasilan seadanya)

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi


kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

d. Faktor pendidikan orangtua (orang tuan An. F hanya tamat SD)

Pendidikan orangtua yang rendah membuat ketidaktahuan orangtua akan


kebutuhan gizi anaknya.3

11. Apakah ada hubungan waktu lahir BB 2 kg, PB 40cm, lahir spontan dengan keluhan
sekarang?
Kemungkinan ada hubungannya, pada saat lahir anak tersebut memiliki berat badan
yang kurang (2kg) dimana berat badan normal saat lahir adalah 2500-4000 gr dan
tinggi badan yang juga kurang (40cm) dimana tinggi badan normal saat lahir yakni
48-52 cm. Hasil tersebut menandakan kebutuhan nutrisi An.F tidak tercukupi dan jika
tidak ditangani maka kekurangan nutrisi tersebut akan berlanjut hingga dewasa maka
terjadilah malnutrisi berkepanjangan menimbulkan keluhan-keluhan demikian.4

12. Bagaimana interpretasi dan pemeriksaan fisik pada An.F?

Interpretasi pemeriksaan fisik didapatkan:

a. Anak apatis : dikarenakan terjadinya malnutrisi dan dehidrasi.


b. Konjungtiva palpebralanemis : terjadi anemia ( defisiensi Fe, asam folat, dan
vitamin)
c. Wajah tampak seperti wajah orang tua : disebakan berkurang atau hilangnya
lemak subkutan.
d. Rambut kemerahan dan mudah dicabut,: berkurangnya vitamin A,C,E dan protein
yang merupakan nutrisi penting bagi rambut.
e. Perut buncit : dapat terjadi pada anak yang mengalami malnutrisi
f. Otot-otot kaki atrofi : berkurangnya protein dan lemak di otot akibat proteolisis
dan lipolisis yang berlebihan.
g. Edema tibia (+) : peningkatan permeabilitas akibat hipoalbuminemia ( kurang
protein)
h. Crazy pavement dermatosis (+) : kulit berupa bercak merahmuda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas karena terjadi defisiensi
protein dalam jumlah yang tinggi dan jangka waktu yang lama. Terjadi pada
malnutrisi kwashiorkor.
i. Baggy pants (+) : otot paha mengendor akibat cadangan lemak berkurang.8

13. Apa hubungan An.F yang diberi ASI 6 bulan, setelahnya diberi makanamn pengganti
ASI seadanya, tidak diberi susu dormula dengan keluhan saat ini?

Pemberian hanya ASI saja, segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa
makanan atau cairan lain termasuk air putih, kecuali obat dan vitamin disebut ASI
eksklusif. Dimana ASI ekslusif berfungsi untuk mencukupi gizi bayi.

Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)


Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang
sering disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pada skenario ini An. F
mendapatkan MP ASI seadanya.

Susu formula umum adalah formula yang disediakan untuk bayi sehat maupun sakit
dengan penyakit non metabolik sebagai pengganti ASI.

Susu formula khusus adalah formula yang disediakan untuk bayi atau anak dengan
penyakit metabolik bawaan atau didapat, seperti maldigesti, malabsorbsi, dan gangguan
enzim maupun hormonal.11

Pada kasus ini dengan BB lahir anak yang awalnya 2 kg dimana kemungkinan bayi
lahir prematur atau bisa juga normal berarti telah terjadi kekurangan nutrisi sejak dalam
kandungan. Pemberian konsumsi gizi pada anak yang hanya sebatas ASI dan MP-ASI
seadanya tidak dapat menggantikan kekurangan kalori pada anak. Seharusnya dengan
berat badan lahir kurang tersebut pemberian ASI tidak hanya sampai usia bayi tersebut 6
bulan namun harus diteruskan hingga gizi anak mencukupi dan frekuensi pemberian ASI
juga harus lebih sering dan diberikan dengan menggunakan pipa sonde karena refleks
menghisap pada bayi ini belum berfungsi dengan baik. Juga memberikan MP-ASI tidak
bisa hanya seadanya, pada anak yang BB lahirnya normal MP-ASI diberikan dengan
frekuensi 2-3 kali dalam sehari maka dari itu untuk An. F harus diberikan lebih sering
bisa sampai 5 kali atau lebih dalam sehari.3

Tidak diberikannya susu formula mungkin juga berhubungan dengan status pekerjaan
orang tua dan keadaan ekonomi keluarga dimana susu formula memang terbilang cukup
mahal. Sehingga pada kasus ini anak yang hanya diberikan ASI selama 6 bulan,
seharusnya sebagai pengganti ASI, susu formula perlu diberikan. Dan juga mengingat BB
lahir An. F yang rendah, maka sebaiknya dari lahir disamping pemberian ASI yang utama,
berikan juga susu formula khusus untuk bayi berat badan lahir rendah, untuk memenuhi
kekurangan nutrisi dan mengejar pertumbuhan agar sesuai dengan pertumbuhan anak lain
yang seusianya.3

Sehingga hubungannya dengan keluhan yang dialami An. F adalah An. F telah
mengalami kekurangan gizi sejak lahir dengan pemberian nutrisi yang tidak mencukupi,
dimana setelah 6 bulan kebutuhan nutrisi bayi akan meningkat. Kebutuhan nutrisi nya
tidak tercukupi hanya dari ASI saja. Sekitar 70% tercukupi dari ASI dan 30% nya dari
makanan pendamping.
14. Apakah indikasi pemberian susu formula?

Panduan pemberian susu formula pada bayi baru lahir

A. Kondisi bayi

1. Kontra indikasi mendapat ASI

2. Pemberian susu formula pada BKB

3. Pemberian susu formula pada BCB

B. Kondisi ibu

1. Indikasi untuk tidak menyusui

2. Indikasi untuk sementara tidak menyusui

3. Pertimbangan pada beberapa kondisi ibu

A.Kondisi bayi

A.1. Kontra indikasi mendapat ASI

Pada beberapa kelainan metabolik / genetik, tubuh tidak mempunyai enzim


tertentu untuk mencerna salah satu komponen dalam susu, baik susu manusia maupun
hewan sehingga bayi tidak boleh menyusu. Bayi tersebut memerlukan formula khusus
yang disesuaikan dengan kebutuhannya dan memerlukan penanganan komprehensif
antara dokter anak, ahli penyakit endokrin, metabolik, dan gizi. Di banyak negara maju,
uji penapisan untuk jenis kelainan metabolik dilakukan segera setelah bayi lahir .

1. Galaktosemia: penyakit ini disebabkan tidak adanya enzim galactose l -phosphate


uridyltransferase yang diperlukan untuk mencerna galaktosa, hasil penguraian laktosa.
Bentuk klasik bisa berakibat fatal, sedangkan bentuk ringan menyebabkan gagal
tumbuh dan membesarnya organ hati dan limpa ( hepato splenomegali). ASI
mengandung laktosa tinggi sehingga bayi harus disapih, diberi susu tanpa laktosa,
selanjutnya penderita harus diet makanan tanpa galaktosa sepanjang hidupnya.
2. Maple syrup urine disease, pada penyakit ini tubuh tidak dapat mencerna jenis protein
leusin, isoleusin dan valine. Bayi tidak boleh mendapat ASI atau susu bayi biasa, dan
memerlukan formula khusus tanpa leusin, isoleusin dan valine.

3. Fenilketonuria, memerlukan formula tanpa fenilalanin. Dengan diagnosis dini,


disamping pemberian susu khusus dianjurkan untuk diberikan berselang-seling
dengan ASI karena kadar fenilalanin ASI rendah dan agar manfaat lainnya tetap
diperoleh asalkan disertai pemantauan ketat kadar fenilalanin dalam darah.

A.2. Pemberian susu formula pada bayi kurang bulan (BKB)

Bayi kurang bulan memerlukan kalori, lemak dan protein lebih banyak dari bayi
cukup bulan agar dapat menyamai pertumbuhannya dalam kandungan. ASI bayi prematur
mengandung kalori, protein dan lemak lebih tinggi dari ASI bayi matur, tetapi
masalahnya adalah ASI prematur berubah menjadi ASI matur setelah 3 -4 minggu. Jadi
untuk BKB kurang dari 34 minggu setelah 3 minggu kebutuhan tidak terpenuhi lagi.

Volume lambung BKB kecil dan motilitas saluran cerna lambat sehingga asupan
ASI tidak optimal. Untuk merangsang produksi ASI, diperlukan isapan yang baik dan
pengosongan payudara. Refleks mengisap bayi prematur kurang / belum ada, akibatnya
produksi ASI sangat tergantung pada kesanggupan ibu memerah.

Beberapa penelitian klasik antara lain oleh Lucas dan Schanler telah membuktikan
manfaat ASI pada bayi prematur, akan mengurangi hari rawat, menurunkan insidensi
enterokolitis nekrotikans (EKN) dan menurunkan kejadian sepsis lanjut, hal hal yang
sangat bermakna untuk perawatan BKB kecil di Indonesia. Sehingga perlu diusahakan
memberi kolostrum (perah) terutama pada perawatan bayi di hari hari pertama.

Untuk mengatasi masalah nutrisi selanjutnya, setelah ASI prematur berubah


menjadi ASI matur dianjurkan penambahan penguat ASI (HMF atau human milk fortifier,
saat ini belum tersedia secara meluas di Indonesia). Penguat ASI adalah suatu produk
komersial berisi karbohidrat, protein dan mineral yang sangat dibutuhkan bayi kurang
bulan. HMF yang proteinnya berasal dari susu sapi, biasanya dicampurkan dalam air
susu ibu bayi sendiri . Bila tidak tersedia penguat ASI, pemberian susu prematur dapat
dibenarkan terutama untuk bayi prematur yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari
32 minggu atau berat lahir kurang dari 1500 gram. Apabila terdapat alergi terhadap susu
sapi sebaiknya susu formula yang diberikan adalah susu formula yang telah dihidrolisis
sempurna. Schanler menemukan pemberian HMF pada ASI donor kurang bermanfaat
mungkin karena prosedur pemanasan yang harus dilalui. Selanjutnya, bila bayi sudah
stabil, susu prematur dapat diberikan dengan Alat Bantu Laktasi (Lact Aid /
Suplementer) untuk melatih bayi belajar mengisap

A.3. Pemberian susu formula pada bayi cukup bulan (BCB)

Masih banyak ibu yang memberi tambahan susu formula pada bayinya yang
cukup bulan dan sehat karena merasa ASInya belum keluar atau kurang. Salah satu
penyebab adalah kurangnya informasi bahwa memberi susu formula terutama pada hari
hari pertama kelahiran mungkin mengganggu produksi ASI, bonding, dan dapat
menghambat suksesnya menyusui dikemudian hari. Bayi yang diberi formula akan
kenyang dan cenderung malas untuk menyusu sehingga pengosongan payudara menjadi
tidak baik. Akibatnya payudara menjadi bengkak sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya
produksi ASI memang betul menjadi kurang. Belum lagi akibat pemberian susu formula,
masalah medis lain yang mungkin timbul adalah perubahan flora usus, terpapar antigen
dan kemungkinan meningkatnya sensitivitas bayi terhadap susu formula (alergi) dan bayi
kurang mendapat perlindungan kekebalan dari kolostrum yang keluar justru di hari hari
pertama kelahiran.

Bagi ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, peraturan rumah bersalin / rumah
sakit serta sikap dan dukungan petugas kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan
mereka menyusui di kemudian hari. Apabila secara rutin diberikan informasi dan motivasi
kepada ibu hamil, diberi kesempatan untuk inisiasi menyusu dini, kemudian didukung
dan dibantu mempraktekkan teknik menyusui yang benar selama ibu dirawat,
kemungkinan ibu akan berhasil menyusui eksklusif sehingga tambahan pengganti ASI
tidak diperlukan .

Pertimbangan memberi tambahan susu formula pada BCB disamping ASI:

a)Bayi yang berisiko hipoglikemia dengan gula darah yang tidak meningkat meskipun
telah disusui dengan baik tanpa jadwal atau diberi tambahan ASI perah. Risiko
hipoglikemi dapat terjadi pada bayi kecil untuk masa kehamilan, pasca stress iskemik
intrapartum, dan bayi dari ibu dengan diabetes mellitus terutama yang tidak terkontrol.
Tata laksana yang dianjurkan adalah:

a. Segera setelah lahir bayi disusui tanpa jadwal, dan jaga kontak kulit dengan ibu agar
tidak hipotermi (untuk mengatasi hipotermi bayi memerlukan banyak energi).

b. Gula darah plasma hanya diukur bila ada risiko atau ada gejala hipoglikemia dan
sebaiknya diukur sebelum minum / umur bayi 4-6 jam.

c. Dibenarkan memberi suplemen ASI perah atau susu formula bila gula darah < 2.6
mmol (40 mg/dl) dan diulang 1 jam setelah minum ASI. mencukupi, penambahan
susu formula dikurangi dan akhirnya dihentikan.

d. Bila gula darah tetap tidak meningkat ikuti tata laksana penanganan hipoglikemi
sesuai panduan rumah sakit.

b) Bayi yang secara klinis menunjukkan gejala dehidrasi (turgor/ tonus kurang, frekuensi
urin < 4x setelah hari ke-2, buang air besar lambat keluar atau masih berupa mekonium
setelah umur bayi > 5 hari).

c) Berat bayi turun 8 10% terutama bila laktogenesis pada ibu lambat.

d) Hiperbilirubinemia pada hari-hari pertama, bila diduga produksi ASI belum banyak
atau bayi belum bisa menyusu efektif. Kuning karena ASI (breastmilk jaundice), bila
bilirubin melebihi 20 25 mg/dL pada bayi sehat. Anjuran untuk membantu diagnosis
dengan menghentikan ASI 1-2 hari sambil sementara diberi susu formula. Bila bilirubin
terbukti menurun, ASI dimulai kembali.

e) Lain-lain: bayi terpisah dari ibu, bayi dengan kelainan kongenital yang sukar menyusu
langsung (sumbing, kelainan genetik). Dapat kita simpulkan, bahwa pada kasus-kasus di
atas suplemen susu formula hanya diberikan sampai masalah teratasi sambil bayi terus
disusui. Setelah itu ibu dan bayinya harus dibantu dan didukung agar bayi tetap mendapat
ASI eksklusif.

B. Kondisi pada ibu

1. Indikasi untuk tidak menyusui


Kondisi kesehatan ibu merupakan kontraindikasi untuk menyusui, namun dengan
beberapa pertimbangan .

a) Ibu HIV positif

Virus HIV juga ditularkan melalui ASI.

Rekomendasi dari WHO (November 2009) untuk ibu HIV positif

a. Tidak menyusui sama sekali bila pengadaan susu formula dapat diterima,
mungkin dilaksanakan, terbeli, berkesinambungan dan aman (AFASS acceptable,
feasible, affordable, sustainable dan safe).

b. Bila ibu dan bayi dapat diberikan obat-obat ARV (Anti Retroviral) dianjurkan
menyusui eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan menyusui
sampai umur bayi 1 tahun bersama dengan tambahan makanan pendamping ASI
yang aman.

c. Bila ibu dan bayi tidak mendapat ARV, rekomendasi WHO tahun 1996 berlaku
yaitu ASI eksklusif yang harus diperah dan dihangatkan sampai usia bayi 6 bulan
dilanjutkan dengan susu formula dan makanan pendamping ASI yang aman.

b) Ibu penderita HTLV (Human T-lymphotropic Virus) tipe 1 dan 2 Virus ini juga
menular melalui ASI. Virus tersebut dihubungkan dengan beberapa keganasan dan
gangguan neurologis setelah bayi dewasa. Bila ibu terbukti positif, dan syarat AFASS
dipenuhi, tidak dianjurkan memberi ASI.

c) Ibu penderita CMV (citomegalovirus) yang melahirkan bayi prematur juga tidak
dapat memberikan ASInya.

2. Indikasi untuk sementara tidak menyusui

Pada ibu perlu dijelaskan bahwa penghentian menyusui hanya sementara dan ibu
dapat melanjutkan menyusui bayinya kembali sesuai dengan perkembangan
kesehatannya. Selain itu, petugas kesehatan harus dapat memberi informasi cara
mempertahankan produksi ASI dan bila perlu rujuklah pada konsultan atau klinik laktasi.
1. Ibu sakit berat sehingga tidak bisa merawat bayinya misalnya psikosis, sepsis, atau
eklamsi

2. Virus herpes simplex type 1 (HSV-1): kontak langsung mulut bayi dengan luka di
dada ibu harus dihindari sampai pengobatannya tuntas

3. Pengobatan ibu: psikoterapi jenis penenang, anti epilepsi

a. Opioid dan kombinasinya mungkin memberi efek samping seperti mengantuk atau
depresi pernafasan sehingga lebih baik dihindari bila ada alternatif yang lebih
aman.

b. Kemoterapi sitotoksik mensyaratkan seorang ibu untuk berhenti menyusui selama


terapi.

c. Bila ibu memerlukan pemeriksaan dengan zat radioaktif maka pemberian ASI
pada bayi dihentikan selama 5 kali masa paruh zat tersebut. Selama ibu tidak
memberikan ASI, ASI tetapdiperah dan dibuang untuk mempertahankan produksi
ASInya.

Pertimbangan memberi susu formula pada beberapa kondisi kesehatan ibu yang lain:

1. Ibu yang merokok, peminum alkohol, pengguna ekstasi, amfetamin dan kokain dapat
dipertimbangkan untuk diberisusu formula, kecuali ibu menghentikan kebiasaannya
selama menyusui.

2. Beberapa situasi lain dimana dibenarkan untuk memberi susu formula :

a. Laktogenesis memang terganggu, misalnya karena ada sisa plasenta (hormon


prolaktin terhambat), sindrom Sheehan (perdarahan pasca melahirkan hebat
dengan komplikasi nekrosis hipothalamus).

b. Insufisiensi kelenjar mammae primer: dicurigai bila payudara tidak membesar tiap
menstruasi / ketika hamil dan produksi ASI memang minimal.

c. Pasca operasi payudara yang merusak kelenjar atau saluran ASI.


d. Rasa sakit yang hebat ketika menyusui yang tidak teratasi oleh intervensi seperti
perbaikan pelekatan, kompres hangat maupun obat.

Kesimpulan

Kecuali pada keadaan khusus, bayi cukup bulan sehat tidak memerlukan tambahan
susu formula asalkan bayi diberi kesempatan untuk segera menyusu dan tidak dipisahkan
dari ibunya.

Bila dianggap perlu, harus diingat bahwa tujuan pemberian tambahan susu formula
adalah memberi nutrisi bayi sementara masalah diatasi.

Proses menyusui dan menyusu antara ibu dan bayi perlu dinilai oleh seseorang yang
memahami manajemen laktasi dan bila perlu berikan intervensi.

Di rumah sakit, sebaiknya ada informed consent bila hendak memberi tambahan susu
formula. Alasan pemberian, jumlah, cara pemberian dan jenis formula harus ditulis
lengkap dan jelas.

Berdasarkan skenario

Anak lahir spontan dengan BBL ketika lahir hanya 2 kg yang artinya berat badannya
kurang dari normal. Kemungkinan anak ketika dalam kandungan kurang mendapatkan
nutrisi yang semestinya sehingga BBL ketika lahir rendah. sehingga diperlukan susu
formula sebagai penambah gizi selain pemberian ASI selama 6 bulan. Sedangkan
berdasarkan skenario anak hanya mendapatkan ASI selama 6 bulan tanpa di berikan susu
formula. Ditambah lagi setelah 6 bulan anak hanya diberi MPASI seadanya sehingga
membuat kondisi gizi anak semakin buruk yang berkepanjangan. 12

15. Bagaimana cara pengukuran status gizi dengan atropometri pada anak menurut WHO-
NCHS dan CDC?

CARA PENGUKURAN STATUS GIZI


PENIMBANGAN BERAT BADAN
1. Letakkan timbangan digital ( Seca Scala) pada permukaan yang rata dan keras.
2. Cek timbangan, periksa apakah timbangan masih berfungsi dengan baik.
3. Pengukur meminta klien membuka jaket,sepatu/alas kaki, atau barang yang
memberatkan.
4. Nyalakan connector dan tunggu sampai angka menunjukkan Nol
5. Persilahkan klien naik ke atas timbangan tepat ditengah tempat pijakan.
6. Baca hasil,lalu catat.
7. Untuk menimbang bayi, setelah hasil timbangan ibu dicatat, kemudian normalkan
timbangan seca sampai angka nol dan keluar tanda/gambar bayi.
8. Berikan bayi pada ibu kemudian baca hasil timbangan.
9. Catat hasil timbangan bayi.
Titik Kritis :
a.Lepaskan sepatu dan benda yang bias memberatkan
b. Posisi badan tegak
c.Catat hasil timbangan dengan menggunakan alat yang ketelitiannya 0.1 kg.
d. Untuk menimbang bb bayi,normalkan kembali setelah ibu di timbang.

PENGUKURAN PANJANG BADAN


1. Siapkan alat pengukuran panjang badan,letakkan alat pada permukaan yang
datar,lalu rangkai alat dengan benar.
2. Tarik papan penggeser sampai menempel rapat ke dinding tempat menempelnya
kepala.
3. Beri alas pada papan tempat anak di baringkan.
4. Lepas semua asesoris yang menempel di rambut agar tidak mengganggu
pengukuran,
5. Tidurkan bayi/ anak pada alat dengan posisi kepala menempel pada dinding papan
atas.
6. Tangan kiri pengukur memegang bagian lutut, tangan kanan memegang telapak
kaki sampai berdiri, lalu geser alat sampai menekan telapak kaki bayi/anak.
7. Asisten memegang bagian kepala anak agar menempel dinding bagian atas alat.
8. Pandangan anak lurus, jika anak rewel minta bantuan kepada orang tua untuk
mengajak bicara, sehingga pandangan lurus, antara mata dengan telinga
membentuk 90 derajat.
9. tekan lutut dan telapak kaki harus lurus, apabila telapak kaki anak tidak tegak,
maka usap telapak kaki hingga kembali lurus.
10. geser alat sampai menekan telapak kaki bayi/anak.
11. baca hasil ukur dalam akurasi 1 m, dan catat
Titik Kritis :
a. Tenangkan bayi/anak.
b. Luruskan seluruh bagian tubuh dan lutut.
c. Posisi telapak kaki harus lurus/berdiri.
d. Catat PB ( cm ) dengan ketelitian 1mm.

PENGUKURAN TINGGI BADAN


1. Siapkan alat pengukur tinggi badan, letakkan pada tempat yang rata.
2. Klien diminta melepaskan sepatu/alas kaki, dan aksesoris pada rambut yang akan
mengganggu pengukuran.
3. Persilahkan klien untuk niak ke papan alas dan menempel membelakangi dinding.
4. Aturlah telapak kaki klien agar menapak sempurna pada papan alas, dan kepala,
bahu, pantat, betis serta tumit harus menempel pada dinding yang rata.
5. Tangan kanan asisten memegang tumit serta tangan kiri menekan bagian perut
( bagi anak-anak ) dan suruh menarik nafas (orang dewasa )
6. Pandangan klien harus tegak lurus.
7. Ukur, dan catat hasil pengukuran dengan ketelitian alat 1 mm.
Titik Kritis :
a. Buka alas kaki dan asesoris di kepala/rambut
b. Berdiri sejajar ( tegak lurus ) dengan dinding pengukur.
c. Perhatikan posisi kepala, pandangan harus lurus ke depan.
d. Dewasa : dengan menarik nafas
Anak-anak : tekan pada bagian perut
e. Catat hasil dengan ketelitian 1 mm.

LINGKAR KEPALA
1. Lingkarkan pita lingkar kepala pada kepala kepala anak
2. cek posisi pita
3. baca hasilnya, dan catat

Titik Kritis :
a.lingkarkan pita lingkar kepala dengan tepat di kening.
b. Cek posisi pita jangan sampai longgar
c.Posisi pita ukur harus tepat pada bagian kepala yang paling menonjol
d. Catat hasilnya dengan ketelitian 1 mm

LINGKAR LENGAN ATAS ( ANAK DAN DEWASA )


1. Tetapkan posisi tengah pada lengan bagian atas.
2. Lengan sebelah kiri di tekuk membentuk sudut 90 derajat
3. Cari tulang bahu paling ujung lalu beri tanda.
4. Ukur dari tulang bahu yang telah diberi tanda sampai siku, kemudian cari posisi
tengahnya, lalu beri tanda.( dilihat dan di ukur dari posisi belakang lengan)
5. Lalu ukur menggunakan pita lila, catat hasilnya.

LINGKAR LENGAN ATAS ( BAYI )


1. Tangan kiri anak harus dalam keadaan rileks atau santai
2. Cari titik tengahnya, dan beri tanda
3. Ukur posisi lengan dengan pita lila menekan jaringan kulit
4. Catat hasilnya dengan ketelitian 1 mm
Titik kritis :
a. Menentukan tulang bahu sampai siku
b. Menentukan titik tengah yang akan diukur
c. Posisi pita tidak boleh menekan atau terlalu longgar pada pengukuran
d. Ketelitian alat 1 mm

KRITERIA MEMENTUKAN STATUS GIZI


Langsung : Tak langsung :

1. Antropometri 1. Survey konsumsi

2. Biokimia 2. Statistic vital

3. Klinis 3. Factor ekologi

4. biofisik

Penggolongan keadaan gizi menurut indeks Antropometri.

Cara WHO-CDC-NCHS
Nilai sekarang / Nilai ideal menurut umur pada kurva CDC- NCHS x 100%
=.%
4,8 : 12,5 x 100% = 38,4% ( An.F mengalami gizi buruk karena kurang dari 60%)
*Untuk nilai ideal menurut umur dapat di lihat pada Kurva CDC-NCHS WHO.

Status gizi Indeks


BB/U TB/U BB/TB
Gizi baik >80% >90% >90%
Gizi sedang 71% - 80% 81% - 90% 81% - 90%
Gizi kurang 61% - 70% 71% - 80% 71% - 80%
Gizi buruk 60% 70% 70%
Catatan : persen dinyatakan terhadap median baku NCHS

Penilaian menurut cara WHO

BB/TB BB/U TB/U Status Gizi


Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang
Normal Normal Normal Baik
Normal Tinggi Tinggi Jangkung, masih baik
Rendah Rendah Tinggi Buruk
Rendah Rendah Normal Buruk, kurang
Rendah Normal Tinggi Kurang
Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas
Tinggi Tinggi Normal Lebih, tidak obesitas
Tinggi Tinggi Rendah Lebih, pernah kurang
4

16. Kapan penggunaan pengukuran status gizi dengan antropometri pada anak menurut
WHO-NCHS dan CDC?
Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan badan (BB) menurut panjang
badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang
digunakan sebagai acuan adalah grafik WHO 2006 untuk anak di bawah 5 tahun dan
grafik CDC 2000 untuk anak di atas 5 tahun. Grafik WHO 2006 digunakan untuk
anak usia 0 5 tahun karena memiliki keunggulan metodologi dibandingkan CDC
2000.Subjek penelitian WHO didapatkan dari 5 benua dan mempunyai lingkungan
yang mendukung untuk pertumbuhan optimal. Untuk usia 5 tahun sampai dengan 18
tahun menggunakan CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2007 tidak
memiliki grafik BB/TB dan data dari WHO 2007 merupakan smoothing dari data
NCHS 1981.13

17. Bagaimana alur penegakan diagnosis pada An.F?17

ANAMNESIS
1 Diet yang lazim sebelum sakit

2 Riwayat pemberian ASI

3 Pangan dan cairan yang disantap beberapa hari sebelum sakit

4 Riwayat pencekungan mata

5 Lama dan frekuensi muntah atau diare; tampilan muntahan dan tinja cair

6 Saat terakhir berkemih

7 Kontak dengan penderita campak dan TBC

8 Riwayat kematian saudara kandung

9 Berat badan Lahir

10 Riwayat perkembangan fisik

11 Riwayat Imunisasi

PEMERIKSAAN FISIK
1 Berat dan (panjang) tinggi badan

2 Edema

3 Pembesaran dan kenyerian hati, jaundice

4 Ketegangan perut, suara usus

5 Pucat yang parah

6 Tanda kolaps sirkulasi: tangan dan kaki dingin, denyut nadi radial lemah,
kesadaran menurun.

7 Suhu tubuh : hipotermia atau demam

8 Rasa haus

9 Mata : lesi kornea menandakan KVA

10 THT : adakah tanda infeksi


11 Kulit : adakah tanda infeksi atau purpura

12 Frekuensi dan jenis pernapasan: tanda pneumonia atau gagal jantung

13 Tampilan tinja.

PEMBERIAN SKOR DAN KKP BERAT


(dikutip dari Food, nutrition, and diet theraphy: a text book of nutritional
care, oleh Marie VK dan LK Mahan, edisi VII, 1984)
Tanda yang ada Tetapan
Edema 3
Dermatosis 2
Edema + Dermatosis 6
Perubahan Rambut 1
Hepatomegali 1
Serum albumin (protein tot)
(9/100cc)
<1,00 (<3,25) 7
1,00-1,49 (3,25-3,99) 6
1,50-1,99 (4,00-4,74) 5
2,00-2,49 (4,75 5,49) 4
2.50-2,99 (5,50-6,24) 3
3.00-3,49 (6,25-6,99) 2
3,50-3,99 (7,00-7,74) 1
>4,00 (>7,75) 0

Skor 0-3 = marasmus


Skor 4-8 = marasmik kwashiorkor
Skor 9-15 = Kwashiokor

18. Apa DD penyakit An.F?

a. Tidak mau makan : Kwasiorkor, diare, gangguan hypothalamus, masalah pada


mulut (sariawan, sakit gigi)

b. Semakin lama semakin kurus dan lemas : hipertiroid, DM, diare kronik, HIV.

c. Mata cekung bibir kering : dehidrasi, gangguan hormone ADH, diare.

d. Perut,muka,kaki : sindrom nefrotik, cushing sindrom, filariasis

e. Rambut tipis dan mudah rontok : kwashiorkor, post kemoterapi.


f. Diare : gastroenteritis , irritable bowell syndrome, HIV, hiperthiroid, disentri,
tifoid.

g. Belum bias berjalan : folio, fraktur, TBC tulang, cerebral palsy.

h. Apatis : hipoglikemi, stress, gangguan elektrolit.

i. Conjungtiva palpebra anemis : anemia, malaria, DBD, hemophilia, thalasemia,


sicle cell anemia.

j. Crazy Pavement Dermatosis : Kwasiorkor.

k. Baggy pant : kwashiorkor. 3

19. Apa yang terjadi pada An.F?

An.F menderita gizi buruk Marasmus-Kwashiorkor

Anamnesis
BB lahir 2 kg Anak F lahir dengan
PB lahir 40 cm Berat Badan Lahir
Proses kelahiran Lahir Spontan Rendah dan lahir secara
spontan
Nutrisi 0-6 bulan ASI eksklusif Malnutrisi
Nutrisi 6-22 bulan MPASI
Pemberian susu formula seadanya
Tidak diberi
susu formula

BB 22 bulan 4,8 kg Pertumbuhan Terhambat


PB 22 bulan 60 cm
Keluhan Sekarang
Tidak mau makan
Lemas
Sangat kurus
(+) Gizi buruk Marasmus-
Mata cekung
Kwashiorkor
Perut, muka, kaki membesar
Rambut tipis mudah rontok
Bibir kering
Diare
Anak belum nisa berjalan
Pemeriksaan fisik
Kesadaran apatis
Konjungtiva palpebra anemis
Wajah tampak seperti orang tua
Rambut kemerahan mudah ( + ) Gizi Buruk Marasmus-
dicabut Kwashiorkor
Perut buncit
Otot kaki atrofi
Edema tibia
CPD
Baggy Pants

20. Apa definisi gizi buruk?


Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat
gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat
gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.8

Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan
protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut
marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.3

21. Bagaimana epidemiologi gizi buruk?


Sering terjadi pada masyarakat yang menderita kelaparan. Menurut data WHO sekitar
49% dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun di
Negara berkembang berkaitan dengan defisiensi energi dan protein sekaligus.3

22. Bagaimana etiologi gizi buruk?

a. Intake makanan yang kurang

ASI tidak cukup , MP-ASI seadanya , kurangnya pengetahuan orangtua tentang


makanan yang mengandung gizi

b. Infeksi

Menyebab gangguan diusus (malnutrisi)

c. Kelainan struktur bawaan

Penyakit jantung, prematur, gangguan metabolik

d. Urbanisasi atau perubahan kebiasaan. 8


23. Bagaimana klasifikasi gizi buruk?
Terdapat tiga tipe gizi buruk:
a. Marasmus : gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
b. Kwashiorkor : gangguan gizi karena kekurangan protein.
c. Marasmik-kwashiorkor: gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat dan
protein.8

24. Bagaimana patofisiologi-patogenesis gizi buruk? 14

25. Apa manifestasi klinis gizi buruk?

1) Terlihat sangat kurus:


a. wajah seperti orang tua
b. tinggal kulit pembungkus tulang
c. iga gambang dan baggy pant
2) Edema
(+) Ringan : edem paling awal di kedua punggung kaki.
(++) Sedang : edem pada bawah kaki, dan tangan.
(+++) Berat : edem semua ekstremitas dan muka
Keluhan lain seperti kurus, lemas, berkurangnya saliva dan air mata, BB <
normal, hipotonus dinding perut berkurang, dan disertai dengan keluhan seperti dirare
dan anemia

Tanda-tanda Kwashiorkor :

1. Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis )

2. Wajah membulat dan sembab

3. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk,
anak berbaring terus menerus.

4. Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.

5. Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).

6. Pembesaran hati

7. Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.

8. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.

9. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam
terkelupas ( crazy pavement dermatosis ).

10. Pandangan mata anak nampak sayu.

Tanda-tanda Marasmus :

a. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

b. Wajah seperti orangtua

c. Cengeng, rewel

d. Perut cekung.

e. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.

f. Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta penyakit
kronik.

g. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.


Tanda-tanda Marasmus-Kwashiorkor :

Tanda-tanda marasmus kwashiorkor merupakan gabungan tanda-tanda dari


marasmus dan kwashiorkor.8

26. Bagimana penatalaksanaan gizi buruk?

Untuk penatalaksaan yang seharusnya dilakukan mulai an.F lahir adalah


memberikan ASI serta MP ASI dengan gizi yang cukup.

Untuk penatalaksaan an.F saat ini yaitu dengan memberikan makanan sebagai
pendamping ASI yang mengandung banyak protein bernilai hayati tinggi, banyak
kalori (untuk mengatasi kondisi kekurangan energi), cukup cairan (atasi dehidrasi),
cukup vitamin dan mineral (terutama atasi keaadaan rambut), masing-masing dalam
bentuk yang mudah dicernakan dan diserap.

Namun pada kondisi an. F ini, toleransinya terhadap makanan masih rendah
sehingga dalam pemberian nutrisinya harus dimulai dari dosis yang kecil terlebih
dahulu, setelha itu dinaikkan secara bertahap.
Untuk protein : 3-4 gr/kgBB/hari
Untuk karbohidrat : 160-175 kalori/kgBB/hari15

Ada 10 lagi tatalaksana pada gizi buruk yakni:13

1 Atasi/cegah hipoglikemia
2 Atasi/cegah hipotermia
3 Atasi/cegah dehidrasi
4 Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5 Obati/cegah infeksi
6 Koreksi defisiensi nutrien mikro
7 Mulai pemberian makanan
8 Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
9 Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10 Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

Berdasarkan WHO tatalaksana anak gizi buruk adalah sebagai berikut:19


Selama proses triase, semua anak dengan gizi buruk akan diidentifikasi sebagai anak dengan
tanda prioritas, artinya mereka memerlukan pemeriksaan dan penanganan segera. Pada saat
penilaian triase, akan ditemukan sebagian kecil anak gizi buruk dengan tanda
kegawatdaruratan.
Anak dengan tanda kegawatdaruratan Jalan Napas, Pernapasan dan Koma atau Kejang
harus mendapat penanganan gawat-darurat yang samadengan yang tanpa gizi buruk.
Anak dengan tanda dehidrasi berat tetapi tidak mengalami syok tidak boleh dilakukan
rehidrasi dengan infus. Hal ini karena diagnosis dehidrasi berat pada anak dengan gizi
buruk sulit dilakukan dan sering terjadi salah diagnosis. Bila diinfus berarti menempatkan
anak ini dalam risiko over-hidrasi dan kematian karena gagal jantung. Dengan demikian,
anak ini harus diberi perawatan rehidrasi secara oral (melalui mulut) dengan larutan
rehidrasi khusus untuk gizi buruk (ReSoMal).
Anak dengan tanda syok dinilai untuk tanda lainnya (letargis atau tidak sadar). Pada gizi
buruk, tanda gawat darurat umum yang biasa terjadi pada anak syok mungkin timbul
walaupun anak tidak mengalami syok.
~ Jika anak letargis atau tidak sadar, jaga agar tetap hangat dan berikan cairan infus dan
glukosa 10% 5 ml/kgBB iv.
~ Jika anak sadar (tidak syok), jaga agar tetap hangat dan berikan glukosa 10% 10
ml/kgBB lewat mulut atau pipa nasogastrik dan lakukan segera penilaian menyeluruh dan
pengobatan lebih lanjut
Catatan: Ketika memberikan cairan infus untuk anak syok, pemberian cairan infus tersebut
berbeda dengan anak yang dalam kondisi gizi baik. Syok yang terjadi karena dehidrasi dan
sepsis mungkin dapat terjadi secara bersamaan dan hal ini sulit untuk dibedakan dengan
tampilan klinis semata. Anak dengan dehidrasi memberikan reaksi yang baik pada pemberian
cairan infus (napas dan denyut nadi lebih lambat, capillary refill lebih cepat). Anak yang
mengalami syok sepsis dan tidak dehidrasi, tidak akan memberikan reaksi. Jumlah cairan
yang diberikan harus melihat reaksi anak. Hindari terjadi over-hidrasi. Pantau denyut nadi
dan pernapasan pada saat infus dimulai dan tiap 510 menit untuk melihat kondisi anak
mengalami perbaikan atau tidak. Ingat bahwa jumlah dan kecepatan aliran cairan infus
berbeda pada gizi buruk.
Semua anak dengan gizi buruk membutuhkan penilaian dan pengobatan segera untuk
mengatasi masalah serius seperti hipoglikemi, hipotermi, infeksi berat, anemia berat dan
kemungkinan besar kebutaan pada mata. Penting juga melakukan pencegahan timbulnya
masalah tersebut bila belum terjadi pada saat anak dibawa ke rumah sakit.

27. Bagaimana edukasi terhadap penyakit gizi buruk?


Pelatihan tenaga kesehata meliputi:
a. Pemantauan pertumbuhan anak seperti menimbang, mengisi dan interpretasi
KMS, mengukur LiLA, konseling dan mengisi SIP),
b. Pendampingan dalam melaksanakan PHBS, konseling pemberian makanan,
kepatuhan melaksanakan atau mengonsumsi paket pemulihan gizi,
c. Peranan kader posyandu dalam penanganan anak gizi buruk secara rawat jalan. 16

28. Bagaimana pencegahan terhadap penyakit gizi buruk?

Usaha-usaha pencegahan memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik


untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
a. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
b. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun
ke atas.
c. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
d. Pemberian imunisasi.
e. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
f. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan
usaha pencegahan jangka panjang.
g. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis
kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.17

29. Apa komplikasi penyakit gizi buruk?

a. Komplikasi utama yang terjadi ketika malnutrisi (kekurangan zat makanan) adalah
mental, terganggunya otak.
b. Infeksi yaitu, diare, pneumonia, sepsis gram negatif, malaria, infeksi saluran
kencing
c. Gagal jantung yang berhubungan dengan anemia
d. Hipotermia
e. Hipoglikemia
f. Hipokalemia
g. Diare akut
h. Dehidrasi
i. Anemia
j. Kekurangan vitamin A
k. Intoleransi Laktosa. 8

30. Bagaimana prognosis penyakit gizi buruk?


Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering
disebabkan oleh karena infeksi.Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan
mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat,
bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan
perubahan yang irreversibel dari sel-sel tubuh akibat under nutrition.3
1. BB: 2 kg
2. PB: 40 cm
3. Lahir Spontan
ditolong oleh
An.F bidan
4. ASI selama 6
Mind Mapping bulan
Riwayat Saat 5. MPASI
Lahir seadanya

1. Anak tidak mau


1. Gizi Buruk Keluhan Utama makan
Tipe 2. Anak semakin
Marasmik- lama semakin
Kwashiorkor kurus.
Differential Diagnose
2. Gizi Buruk 3. Anak tampak
Tipe Marasmik lemas.
3. Gizi Buruk 4. Diare.
Tipe Alur Diagnosis 5. Pertumbuhan
lambat

Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan


ANAMNESIS : Penunjang:
1. BB 4,8 PB 60cm
1. Umur 22bulan Teslaboratorium:
2. Lemas +sangat
2. Makin lama makin kurus kurus
a Hitung glukosa
3. BB selalu dibawah garis 3. Mata cekung darah
KMS
4. Perut,muka,kaki
b Pemeriksaan
4. Rambut mudah rontok membesar
apusan darah:
5. Diare 5. Rambut tipis
untuk menilai
6. Belum bias berjalan,baru 6. Bibir kering
parasit untuk
biasa duduk
7. Apatis indikasi kejadian
7. Anak ke5 dari
8. Konjungtiva infeksi
5bersaudara
palpebra anemis
8. pertumbuhan lebih c Pemeriksaan
9. Wajah seperti
lambat dari saudaranya Hemoglobin
orangtua
yang lain.
10.Rambut d Pemeriksaan kultur
9. Pendidikan ortu SD
merah+mudah
urin
10.Kerja ayah buruh,ibu(-) dicabut

11.Lahir bb 2kg,pb 11.Perut buncit e Pemeriksaan


40cm,spontan oleh albumin dan kadar
12.Otot kaki atrophi
bidan
elektrolit
Diagnosa:
GIZI BURUK TIPE MARASMIK-
KWASHIORKOR

Definisi Edukasi

Epidemiologi Pencegahan

Etiologi Prognosis

Klasifikasi Komplikasi

Manifestasi Klinis Penatalaksanaan

Patofisiologi-
Patogenesis

SINTESIS

MALNUTRISI
Malnutrisi adalah asupan makan yang kurang dari kebutuhan pada seseorang yang
berakibat terjadinya berbagai gangguan biologi dari orang tersebut yang ditandai dengan
penurunan berat badan >10% dari berat badan sebelumnya 3bulan terakhir atau pengukuran
berat badan kurang dari 90% berat badan ideal berdasarkan tinggi badan atau IMT(Indeks
Massa Tubuh) <18,5.3

Klasifikasi gizi buruk :

1. Marasmus

2. Kwashiorkor

3. Marasmus-Kwasiorkor8

A. Marasmus
Marasmus adalah keadaan dimana kurangnya kalori dan protein.Seorang penderita
dikatakan marasmus biasanya berat badan sekitar 60% dari berat badan normal. 3
Patogenesis
Marasmus merupakan penyakit yang terjadi akibat tidak adanya asupan gizi yang
mencukupi sehingga terjadi hipoglikemia. Dalam tubuh, apabila terjadi penurunan kadar gula
darah maka akan dilakukan kompensasi dengan cara glukoneogenesis (pembentukan glukosa
dari bahan non-karbohidrat), sehingga terjadi lipolisis dan proteolisis. Tanpa adanya asupan
makanan, maka kadar protein dan lemak akan habis sehingga terjadi kekurangan kalori
protein10

Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan
lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan
asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan
menahun. Tubuh akan mempertahankan diri dengan sampai memecah protein lagi seteah
kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.10
Marasmus ditandai dengan :
1. BB/U < 60 %
2. Edema tidak terlalu mencolok
3. Penciutan/ pengurusan (wasting) otot generalisata dan tidak adanya lemak subkutis.
4. Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
5. Sering mengalami hambatan pertumbuhan linier
6. Kulit kering, tanpa turgor, tampak longgar dan berkerut karena hilangnya lemak
subkutis
7. Penampakan klasik wajah cekung atau berkeriput yang mirip orang tua, terjadi akibat
hilangnya bantalan lemak temporal dan bukal. Bantalan lemak bukal merupakan
simpanan jaringan lemak yang paling akhir dimobilisasi pada keadaan kelaparan dan
hilangnya bantalan ini mencerminkan durasi dan keparahan malnutrisi.
8. Biasanya dijumpai gambaran metabolok adaptif, misalnya hipotermia, perlambatan
kecepatan denyut nadi adn hipotensi
9. Hipoglikemia karena berpuasa untuk jangka waktu yang lama
10. Cengeng, rewel
11. Sering disertai : penyakit kronik, diare kronik8

B. Kwasiorkor
Kwasiorkor disebabkan oleh insufisiensi asupan protein dan sering berkaitan dengan
defisiensi asupan energi.
Kwasiorkor ditandai oleh :
1. BB/U > 80 %
2. Cenderung muncul saat anak pada fase penyapihan atau pasca penyapihan
3. Terdapat edema yang lunak, pitting (lekukan kulit yang bertahan beberapa menit saat kita
tekan kulit kita), dan tidak nyeri biasanya di kaki dan tungkai bawah tetapi juga dapat
meluas ke wajah dan ekstremitas atas pada kasus yang parah
4. Wajah membulat dan sembab.
5. Pandangan mata sayu.
6. Dermatitis (peradangan kulit) termasuk hiperkeratosis (hipertrofi lapisan bertanduk pada
kulit) , dan dispigmentasi akibat deskuamasi epidermis
7. Rambut tipis, tekstur rambut jadi kering, rapuh, dan lurus, warnanya berubah menjadi
merah atau abu-abu kekuningan (flag sign _ rambut normal berubah menjadi rambut
dispigmentasi sesuai status gizi)
8. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis.
9. tinggi mungkin normal, atau tak bertambah
10. Walaupun terjadi penurunan berat, tetapi kegagalan pertambahan berat secara benar
sering tertutupi oleh edema.
11. Biasanya datang dengan ekstremitas perifer yang dingin dan pucat
12. Ada hepatomegali akibat infiltrasi lemak
13. Abdomen sering menonjol
14. Limfosit T dan respon imun seluler menjadi tumpul sehingga anak lebih rentan terhadap
infeksi akut dan kronik, anemia, diare
15. Terjadi pengecilan otot ( atrofi ), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
16. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
cokelat kehitaman atau terkupas (crazy pavement dermatosis )8

C. Marasmus Kwarsiorkor
Marasmus kwashiokoradalah suatu bentuk malutrisi karbohidrat dan protein,tanda
khusunya merupakan gabungan dari gejala klinis marasmus dan kwashiokor.keadaan ini
dapat terjadi pada malnutrisi kronik saat jaringan subkutis ,massa otot dan simpanan lemak
menghilang.Gambaran utama adalah edema kwasiokor ,dengan atau tanpa lesi kulit dan
kakeksia marasmus.
Gejala yang tampak merupakan campuran dari beberapa gejala klinik khwarsiorkor
dan marasmus, dengan BB/U < 60 % baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak
mencolok.9

Perbedaan marasmus dan kwashiorkor

Tanda Klinis Marasmus Kwashiorkor


Usia Bayi Tahun ke-2 dan ke-3
Gangguan Pertumbuhan Lazim Lazim
Edema Tidak ada Sangat sering
Perubahan Mental Jarang, berat jika terjadi pada Sanagt sering
bayi dan berlangsung lama
Hepatomegali Sering Sangat sering
Perubahan rambut Sering Sangat sering
Dermatosis Jarang Sering
Anemia Sering, berat Sering, ringan
Lemak di bawah kulit Tidak ada Ada, tapi tipis
Penurunan berat badan Parah Parah, tertutup edema
Nafsu Makan Baik Buruk
Infeksi Sering Sangat sering
Diare Tidak lazim Sangat lazim
Penyembuhan luka Baik jika stress tidak lama, Buruk
buruk jika lama
Adaptasi Stres Baik Buruk
Defisiensi vitamin Tidak lazim Lazim
Malabsorbsi Sebagian Luas
Infiltrasi Lemak hati Tidak ada Parah
Toleransi glukosa IV Normal Terganggu
Glukosa Rendah Sangat rendah
Cu, Zn, Na Normal Rendah
Asam amino Normal Tinggi
Kolesterol Normal Rendah
Hormon pertumbuhan Rendah / normal Tinggi
Urea Diatas 65 % Dibawah 50%
Insulin Rendah Rendah
*dikutip dari Management of Severe Malnutrition : a Manual for Physicians and other health
worker

Kesadaran apatis

Penurunan kesadaran pada kasus gizi buruk dapat berupa apatis, somnelen sampai
stupor. Penurunan kesadaran ini dapat disebabkan oleh dampak dari diare itu sendiri. Diare
dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran zat makanan dan juga cairan tubuh yang
berlebih. Keadaan ini membuat pasien gizi buruk mengalami dehidrasi. Jika dehidrasi tidak
ditangani dengan cepat, maka akan timbul dehidrasi yang berat sehingga menyebabkan
renjatan hipovolemik. Gejala dari renjatan hipovolemik ini sendiri adalah takikardia,
hipotensi , penurunan kesadaran (apatis), kulit menjadi kering, mata cekung, ubun-ubun
cekung dan berat badan menjadi turun drastis.4

Konjungtiva Palpebra Anemis

Konjungtiva palpebra anemis merupakan manifestasi klinis terjadinya anemia.


Konjungtiva yang selaput mukosanya paling tipis dapat memperlihatkan keadaan vaskular
dengan baik. Apabila keadaannya anemis maka kemungkinan terjadi anemia. Anemia terjadi
pada kasus ini karena adanya malnutrisi. Zat Gizi terbagi menjadi zat gizi makro
(karbohidrat, lemak, protein) dan mikro (vitamin dan mineral lainnya). Dalam kasus ini
terjadi defisiensi zat mikro yaitu Ferrum (Zat Besi), Vitamun B12, dan Asam Folat yang
merupakan bahan dasar untuk pembentukan, regulasi, serta maintenance heme. Apabila
terjadi defisiensi, maka akan terjadi anemia.4

PENATALAKSANAAN

Panatalaksanaan dilakukan untuk menghindari terjadinya komplikasi, yaitu terutama


Hipotermi, Hipoglikemi, Infeksi, diare dan dehidrasi,yaitu sebagai berikut:

1. Suhu kamar hangat


a. atap tidak bocor, dinding tidak berlubang.
b. tidur tidak dekat jendela.
c. jangan gunakan kipas angin.

2. Tubuh anak dihangati


a. gunakan cara kanguru.
b. gunakan selimut, topi, dan kaus kaki.
c. jangan mandi terlalu lama (< 5 menit).
d. jangan gunakan botol panas.
3. Sering diberi makan (makanan yang benar).
4. Obati infeksi.
5. Dehidrasi diobati dengan pemberian RESOMAL, pada 2 jam pertama diberikan tiap
30 menit dengan dosis 5 ml/ kgBB. Lalu 10 jam berikutnya diberikan dengan dosis 5-
10 ml/ kgBB.
6. Pemberian diet

a. Menyiapkan F 75, F 100


b. Memberikan minuman
c. Merencanakan diet
d. Berapa banyak, berapa kali, bagaimana caranya, siapa yang memberikan
tempel jadwal piket, jenis dan jumlah minuman.
e. Memantau pemberian makanan.
7. Pengobatan
Infeksi, dan jika ada tanda bahaya.Vitamin, mineral, obat kulit, salep mata.

8. Perawatan
Hipoglikemi, hipotermi, diare/dehidrasi, kulit, mata.
9. Dietetik
benar, bertahap, sering, porsi kecil.

10. Pemantauan
Suhu tubuh, tanda hipoglikemi, diet, BB, perilaku sehat, sosial ekonomi.

11. Stimulasi
Rasa aman, senyuman dan mainan sesuai kemampuan anak.

12. Edukasi 8

Ringakasan Tatalaksana :

No Intervensi Stabilisasi Transisi Rehabilitas Follow up


i
D 1-2 D 3-7 Wk 2 Wk 3-6 Wk 7-26
1. Cegah dan
obati
hipogikemia
2. Cegah/obati
hipotermi
3. Cegah/obati
dehidrasi
4. Koreksi
keseimbangan
elektrolit
5. Obati infeksi
6. Koreksi mikro
dan makro Dg Fe +Fe
nutrisi
7. Mulai
pemberian
makanan
8. Meningkatkan
pemberian
makanan
9. Stimulasi
sensorik dan
dukungan
emosional
10. Tindak lanjut
di rumah

Kartu menuju sehat


Pengukuran status gizi dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat)

1. Definisi

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan
untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan
gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian
makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua
balita tenta ng kesehatan anaknya. 7
2. Manfaat KMS (Kartu Menuju Sehat)
Manfaat KMS adalah :
a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
c. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. 7
3. Cara Memantau Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil
penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan
sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik
pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,
mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. 7
a. Balita naik berat badannya bila :
1. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
2. Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 2.1. Indikator KMS bila balita naik berat badannya


b. Balita tidak naik berat badannya bila :
1. Garis pertumbuhannya turun, atau
2. Garis pertumbuhannya mendatar, atau
3. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.

Gambar 2.2. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya

c. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami
gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung
dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 2.3. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah

d. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita
mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke
Puskesmas/ Rumah Sakit.
Gambar 2.4. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil

e. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

Gambar 2.5. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan

f. Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna
atau pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 2.6. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat


a. Pengukuran status gizi dengan NCHS
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference. Direktorat Bina Gizi Masyarakat,Depkes dalam pemantauan status
gizi (PSG) anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health
Organization_National Centre for Health Statistics (WHO-NCHS). Berdasarkan Semi
Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan
WHO-NCHS. 7

Kriteria keberhasilan nutrisi ditentukan oleh status gizi :


Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO NHCS.
Gizi kurang, jika berat badan menurut umur 61% sampai 80% standart WHO
NHCS.
b. Penilaian status gizi standar WHO-NCHS

Status gizi Indeks


BB/U TB/U BB/TB
Gizi baik >80% >90% >90%
Gizi sedang 71% - 80% 81% - 90% 81% - 90%
Gizi kurang 61% - 70% 71% - 80% 71% - 80%
Gizi buruk 60% 70% 70%
Catatan : persen dinyatakan terhadap median baku NCHS
Daftar Pustaka

1. W.A.Newman Dorland.2010.Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31.Buku Kedokteran


EGC:Jakarta

2. Tim pustaka phoenix.2010.Kamus Besar Bahasa Indonesia.PT Media Pustaka


Phoenix:Jakarta

3. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

4. Corry, S. Matondang, dkk. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: PT
Sagung Seto.

5. Sunarjo, Djoko. 2012.Kesulitan Makan pada Anak.


http://rsud.patikab.go.id/download/KESULITAN%20MAKAN%20PADA
%20ANAK.pdf. Diakses pada 1 Januari 2015.

6. W.Sudoyo,Aru.2009. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : InternaPublishing


7. Sedyaningsih, Endang Rahayu. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Tentang Pnggunaan Kartu Menuju Sehat.
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2012/07/PMK-No.-
155-ttg-Penggunaan-Kartu-Menuju-Sehat-KMS-Bagi-Balita.pdf.Diakses pada 1
Januari 2015.

8. Abdoerrachman, M.H., dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI.

9. Brown,K.H.Diarrhea and malnutrition.J.Nutr.2003;133:328s-32s.

10. Price, Sylvia A. And Lorraine M.Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC

11. Suraatmaja S. 1997.Aspek Gizi Air Susu Ibu. Jakarta: EGC.

12. Marnoto, Budining Wirasatari. 2013. Pemberian Susu Formula pada Bayi Baru Lahir.
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-baru-
lahir.html.Diakses pada 1 Januari 2015.

13. IDAI.Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Asuhan Nutrisi


Pediatri.J.Nutr.2011;hlmn 4 5.

14. Pudjiadi, Antonius H., dkk. 2009.IDAI.Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Kedokteran
Anak Indonesia. Edisi I.Jakarta: IDAI.

15. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina KesehatanMasyarakat Direktorat


Bina Gizi Masyarakat. 2008.Pedoman Respon Cepat Penanggulanngan Gizi
Buruk.Jakarta: Departemen Kesehatan.

16. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina KesehatanMasyarakat, Direktorat


Gizi Masyarakat. 2006. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Jakarta:
Departemen Kesehatan.

17. Arisma Dr. Mb., 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
18. Mansjoer, Arif,dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. 2000. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
19. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines
for the Management of Common Illnesses with Limited Resources, 2005

Anda mungkin juga menyukai