1000
Sebelum Sesudah
Tabel 5.1 dibawah ini merupakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas,
didapatkan hasil bahwa nilai Sig. (2-tailed) Pvalue > 0,05 yang berarti Ho diterima
(data normal).
Tabel 5.2 dibawah ini menunjukkan nilai rata-rata waktu proses sebelum
improvement, yaitu 3911,6 detik/part dan nilai rata-rata waktu proses pengelasan
setelah improvement, yaitu 2829,26 detik/part.
Tabel 5.2 Output 1 Uji Paired T-test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Improvement 3911,6000 5 2,83196 1,26649
Hasil uji paired t-test pada tabel 5.2, diperlihatkan ringkasan hasil statistik
deskriptif dari sampel yang diteliti. Nilai standar deviasi pada waktu proses
sebelum improvement sebesar 2,831. Nilai standar deviasi setelah improvement
sebesar 15,122. Terakhir adalah nilai standar error mean sebelum improvement
sebesar 1,266, sedangkan setelah improvement sebesar 6,762. Karena nilai rata-
rata waktu proses setelah improvement lebih kecil sebelum improvement, maka
secara deskriptif terdapat perbedaan rata-rata waktu proses pengelasan antara
sebelum dan sesudah improvement.
Tabel 5.3 dibawah ini menunjukkan hasil dari hubungan atau korelasi dari data
sebelum dan sesudah improvement.
Tabel 5.3 Output 2 Uji Paired T-test
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum & Setelah 5 0,246 0,691
Tabel 5.4 dibawah ini merupakan tabel output terakhir yang menentukkan dasar
sebagai pengambilan keputusan.
Tabel 5.4 Output 3 Uji Paired T-test
Go No Go
Gambar 5.2 Grafik Hasil Produksi Seat Plate Sebelum dan Sesudah
Improvement
Pengujian pada hasil produksi seat plate sebelum dan sesudah improvement
mengalami peningkatan, yaitu tidak adanya produk NG dari 5 buah sampel uji.
Break even point (BEP) adalah salah satu alat utama dari analisis cost volume
profit (cvp). Analisis break even point (BEP) adalah analisis yang digunakan
untuk mengukur tingkat keseimbangan antara biaya, volume dan penjualan agar
perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi. Factor-faktor yang harus
diketahui untuk melakukan analisis BEP adalah modal total yang diperlukan
untuk pembuatan alat, serta harga produk yang dihasilkan.
Biaya proses pemesinan (x) dapar dihitung berdasarkan harga pemakaian mesin
per hari dikali waktu pengerjaan. Harga pemakaian mesin CNC Hartford Pro-
3150 yaitu Rp 425.000,-/hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan departemen
marketing, bahwa harga jual seat plate sebesar Rp 2.450.000,-. Sedangkan, biaya
pembuatan sebesar 80% dari harga jual.
Perhitungan BEP dalam pembuatan welding fixture seat plate dalam satuan unit
produk adalah sebagai berikut :
Diketahui :
FC = Biaya material alat + Biaya pembuatan
= Rp 2.571.000 + Rp 425.000/hari x 3 hari
= Rp 2.571.000 + Rp 1.275.000
= Rp 3.846.000
P = Rp 2.450.000
C = 80% x Rp 2.450.000 = Rp 1.960.000
Menghitung Break Event Point (Unit)
FC
BEP (X) =
P−C
Rp 3.846 .000
BEP (X) =
Rp 2.450 .000−Rp 1.960 .000
BEP (X) = 7,8 ≈ 8 unit