Anda di halaman 1dari 6

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis dan Pembahasan Data


Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan sebelumnya, akan dibuat
analisis untuk mengetahui pengaruh improvement terhadap waktu proses
pengelasan dan hasil produksi seat plate. Analisis ini untuk mendapatkan hasil
terbaik pada proses penyelesaian masalah
5.1.1 Waktu Proses Pengelasan Seat Plate
Gambar 5.1 dibawah ini merupakan grafik perbandingan waktu proses pengelasan
seat plate sebelum dan sesudah improvement berupa rancang bangun welding
fixture.

Grafik Waktu Proses Pengelasan Seat Plate


1400
1209.8
1200

1000

800 739.68 739.68


621.12
600 621.12

400 319.8 300 300 300


203.62 300
200 251.4
75.72 75.72 148.44 148.44 130.68 130.68
0 6.12 58.6 58.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Sebelum Sesudah

Gambar 5.1 Grafik Waktu Proses Pengelasan Sebelum dan Sesudah


Improvement

Pengambilan data dilakukan sebanyak 5 kali pada sebelum dan sesudah


improvement. Pengujian berhasil apabila waktu proses pengelasan setelah
improvement mengalami penurunan. Dari pengujian yang dilakukan, terdapat
perbedaan total waktu pengelasan sebelum dan sesudah improvement sebesar
1380,7 detik. Penurunan waktu proses pengelasan ditunjukkan pada gambar 5.2
dibawah ini :
Data hasil pengujian akan dianalisis secara statistik untuk mendapatkan informasi
guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan. Salah satu metode
analisis statistik adalah analisis metode paired t-test. Data yang ada akan
dianalisis secara statisik dengan menggunakan level kepercayaan sebesar 95% dan
nilai standard error sebesar 5%.

Perumusan hipotesis dilakukan dibawah ini :


Ho merupakan data yang berasal dari populasi berdistribusi normal.
Ha merupakan data yang tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
Ho : μ1 = μ2, rata-rata waktu proses pengelasan seat plate sebelum dan sesudah
improvement tidak memiliki perbedaan signifikan.
Ha : μ1 ≠ μ2, rata-rata waktu proses pengelasan seat plate sebelum dan sesudah
improvement memiliki perbedaan signifikan.

Tabel 5.1 dibawah ini merupakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas,
didapatkan hasil bahwa nilai Sig. (2-tailed) Pvalue > 0,05 yang berarti Ho diterima
(data normal).

Tabel 5.1 Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 5
Normal Parameters a,b
Mean 0,0000000
Std. Deviation 14,65952974
Most Extreme Differences Absolute 0,297
Positive 0,144
Negative -0,297
Test Statistic 0,297
Asymp. Sig. (2-tailed) .172c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Tabel 5.2 dibawah ini menunjukkan nilai rata-rata waktu proses sebelum
improvement, yaitu 3911,6 detik/part dan nilai rata-rata waktu proses pengelasan
setelah improvement, yaitu 2829,26 detik/part.
Tabel 5.2 Output 1 Uji Paired T-test
Paired Samples Statistics
  Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Improvement 3911,6000 5 2,83196 1,26649

Setelah Improvement 2829,2600 5 15,12243 6,76296

Hasil uji paired t-test pada tabel 5.2, diperlihatkan ringkasan hasil statistik
deskriptif dari sampel yang diteliti. Nilai standar deviasi pada waktu proses
sebelum improvement sebesar 2,831. Nilai standar deviasi setelah improvement
sebesar 15,122. Terakhir adalah nilai standar error mean sebelum improvement
sebesar 1,266, sedangkan setelah improvement sebesar 6,762. Karena nilai rata-
rata waktu proses setelah improvement lebih kecil sebelum improvement, maka
secara deskriptif terdapat perbedaan rata-rata waktu proses pengelasan antara
sebelum dan sesudah improvement.

Tabel 5.3 dibawah ini menunjukkan hasil dari hubungan atau korelasi dari data
sebelum dan sesudah improvement.
Tabel 5.3 Output 2 Uji Paired T-test
Paired Samples Correlations
  N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum & Setelah 5 0,246 0,691

Tabel 5.4 dibawah ini merupakan tabel output terakhir yang menentukkan dasar
sebagai pengambilan keputusan.
Tabel 5.4 Output 3 Uji Paired T-test

5.1.2 Hasil Produksi Seat Plate


Gambar 5.1 dibawah ini merupakan grafik perbandingan waktu proses pengelasan
seat plate sebelum dan sesudah improvement berupa rancang bangun welding
fixture.

Grafi Hasil Produksi Seat Plate


9
8
8
7
7
6
5
5
3
2
1
0
November Desember Januari0

Go No Go

Gambar 5.2 Grafik Hasil Produksi Seat Plate Sebelum dan Sesudah
Improvement

Total produksi selama bulan November 2021 – Desember 2021 tanpa


menggunakan welding fixture sebanyak 22 buah. Dari 22 buah tersebut, terdapat 7
buah produk NG. Jadi presentase produk NG selama kurun waktu tersebut adalah
sebagai berikut:
Presentase produk NG :
Produk NG
% Produk NG = x 100 %
Total Produksi
7
% Produk NG = x 100 %
22
% Produk NG = 31,8%

Pengujian pada hasil produksi seat plate sebelum dan sesudah improvement
mengalami peningkatan, yaitu tidak adanya produk NG dari 5 buah sampel uji.

5.2 Analisis Ekonomi


Analisis ekonomi yang dilakukan adalah dengan mencari break event point pada
rancang bangun welding fixture seat plate mesin las Tru Arc Weld 1000 dengan
menggunakan persamaan 2.16 dan 2.17, serta berdasarkan tabel berikut :
Tabel 5.5 Anggaran Biaya Pembuatan Welding Fixture Seat Plate
No Komponen Jumlah Harga/Satuan Total
1 1 Rp 177.000/6m Rp 177.000
Hollow Steel 2 x 30 x 30 x 6000
2 Toggle Clamp Misumi MC01-9 4 Rp 280.000 Rp 1.120.000
No Komponen Jumlah Harga/Satuan Total
3 Dowel Pin Misumi 5 x 26 4 Rp 4.000 Rp 16.000
4 Baut M10 x 25 16 Rp 3.000 Rp 48.000
5 S45C Square 70 x 50 x 10 6 Rp 50.000 Rp 300.000
6 S45C Square 25 x 37 x 36 2 Rp 50.000 Rp 100.000
7 S45C Square 52 x 40 x 54 2 Rp 50.000 Rp 200.000
8 S45C Square 57 x 57 x 12 4 Rp 50.000 Rp 200.000
9 S45C Square 50 x 54 x 54 2 Rp 50.000 Rp 100.000
10 S45C Square 30 x 35 x 12 2 Rp 40.000 Rp 80.000
11 S45C As 12 x 85 2 Rp 35.000 Rp 70.000
12 S45C As 15 x 85 4 Rp 40.000 Rp 160.000
Jumlah Rp 2.571.000

Break even point (BEP) adalah salah satu alat utama dari analisis cost volume
profit (cvp). Analisis break even point (BEP) adalah analisis yang digunakan
untuk mengukur tingkat keseimbangan antara biaya, volume dan penjualan agar
perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi. Factor-faktor yang harus
diketahui untuk melakukan analisis BEP adalah modal total yang diperlukan
untuk pembuatan alat, serta harga produk yang dihasilkan.
Biaya proses pemesinan (x) dapar dihitung berdasarkan harga pemakaian mesin
per hari dikali waktu pengerjaan. Harga pemakaian mesin CNC Hartford Pro-
3150 yaitu Rp 425.000,-/hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan departemen
marketing, bahwa harga jual seat plate sebesar Rp 2.450.000,-. Sedangkan, biaya
pembuatan sebesar 80% dari harga jual.
Perhitungan BEP dalam pembuatan welding fixture seat plate dalam satuan unit
produk adalah sebagai berikut :
Diketahui :
FC = Biaya material alat + Biaya pembuatan
= Rp 2.571.000 + Rp 425.000/hari x 3 hari
= Rp 2.571.000 + Rp 1.275.000
= Rp 3.846.000
P = Rp 2.450.000
C = 80% x Rp 2.450.000 = Rp 1.960.000
Menghitung Break Event Point (Unit)
FC
BEP (X) =
P−C
Rp 3.846 .000
BEP (X) =
Rp 2.450 .000−Rp 1.960 .000
BEP (X) = 7,8 ≈ 8 unit

Menghitung Break Event Point (Unit)


FC
BEP (p x X) = c
1−
p
Rp3.846 .000
BEP (p x X) = Rp 1.960 .000
1−
Rp 2.450 .000
BEP (p x X) = Rp 19.230.000

Anda mungkin juga menyukai