Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN

“VALUE CHAIN”

DOSEN PENGAMPU:

NIKO SILITONGA, DR, S.E, M.M

Risna Apriani Sari : 2011070608


Ai Widayati : 2011070609
Novenda Rahadita : 2011070629

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PERBANAS INSTITUTE
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
2.1 Tinjauan Konseptual .................................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Value Chain ............................................................................................... 4
2.1.2 Strategi Value Chain .................................................................................................... 7
2.1.3 Fungsi Value Chain dalam perusahaan ..................................................................... 8
2.2 Penelitian - penelitian Terdahulu ............................................................................... 9
2.3 Contoh Kasus .............................................................................................................. 11
BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 14
3.2 Rekomendasi Kelompok ............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

1
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merebaknya pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai permasalahan bagi dunia
internasional khususnya aktivitas yang melibatkan interaksi manusia, salah satunya
adalah aktivitas ekonomi, menjadi terbatas dan berpotensi mengganggu rantai nilai
global. Pada dasarnya, rantai nilai atau value chain adalah serangkaian kegiatan bisnis
yang mana pada setiap tahapan atau langkahnya mampu meningkatkan nilai atau
pemanfaatan pada barang atau jasa yang diproduksi. Di Era pandemi covid-19 yang
belum benar-benar berakhir dan keadaan perekonomian negara masih sangat terdampak
dengan adanya pembatasan dalam produksi. Dengan adanya pembatasan produksi
tersebut para produsen maupun perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dan dinamis dalam
meningkatkan nilai ataupun pemanfaatan produk ataupun jasa yang akan diproduksi.
Untuk mengembangkan ekonomi kreatif diperlukan kolaborasi antara berbagai actor
yang berperan dalam industry kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha
dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar (Lemhannas, 2012). Perusahaan
diharapkan mampu membentuk sebuah sistem yang unik dan memiliki keunggulan
dibandingkan dengan pesaing dalam membangun competitive advantage (Heizer et al.,
2017). Dalam mencapai keunggulan bersaing, perusahaan harus mampu menciptakan
strategi agar tetap bisa bertahan dan memiliki daya saing yang lebih unggul dari pesaing.
Strategi bersaing merupakan cara menentukan posisi paling menguntungkan dalam
industri, tempat paling tepat dalam persaingan (Porter, 1985).
Semua keunggulan kompetitif berada dalam rantai nilai dioptimalkan melalui penerapan
supply chain manajemen. Melalui penerapan prinsip operasional supply chain
manajemen yang efektif serta strategic positioning yang tepat pada rantai nilainya agar
memiliki keunggulan kompetitif special untuk bisa bertahan dan bahkan memimpin di
kondisi krisis pandemik ini.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Konseptual


2.1.1 Pengertian Value Chain
Value Chain (Rantai Nilai) adalah model bisnis yang menggambarkan berbagai aktivitas
yang diperlukan untuk menciptakan dan mengubah produk atau layanan. Value Chain
membantu meningkatkan efisiensi bisnis sehingga bisnis dapat memberikan nilai terbaik
dengan biaya seminimal mungkin. Tujuan akhir dari Value Chain adalah untuk
menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dengan meningkatkan produktivitas
dengan menjaga biaya tetap wajar. Michael E. Porter, dari Harvard Business School,
memperkenalkan konsep rantai nilai dalam bukunya, Competitive Advantage: Creating
and Sustaining Superior Performance. Dia menulis: "Keunggulan kompetitif tidak dapat
dipahami dengan melihat perusahaan secara keseluruhan. Ini berasal dari banyak aktivitas
terpisah yang dilakukan perusahaan dalam merancang, memproduksi, memasarkan,
menyerahkan, dan mendukung produknya." Dengan kata lain, penting untuk
memaksimalkan nilai pada setiap titik spesifik dalam proses perusahaan. Karena
persaingan yang terus meningkat untuk harga yang terus bersaing, produk yang luar biasa,
dan loyalitas pelanggan, perusahaan harus terus-menerus memeriksa nilai yang mereka
ciptakan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif mereka.

Value Chain dapat membantu perusahaan untuk membedakan area bisnisnya yang tidak
efisien, kemudian menerapkan strategi yang akan mengoptimalkan prosedurnya untuk
efisiensi dan profitabilitas maksimum. Selain itu, penting bagi bisnis untuk membuat
pelanggan merasa percaya diri dan cukup aman untuk tetap setia. Analisis rantai nilai
juga dapat membantu dalam hal ini. Value Chain Analysis adalah proses di mana sebuah
perusahaan mengidentifikasi kegiatan utama dan bantuan yang menambah nilai produk,
kemudian menganalisisnya untuk mengurangi biaya atau meningkatkan diferensiasi.
Value Chain Analysis merupakan strategi yang digunakan untuk mengalisis kegiatan
internal perusahaan. Dengan kata lain, dengan melihat ke dalam kegiatan internal, analisis
itu mengungkap di mana keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau kekurangannya.
Perusahaan yang bersaing melalui keunggulan diferensiasi akan mencoba untuk
melakukan kegiatan yang lebih baik dari yang akan dilakukan pesaing. Jika bersaing
melalui keunggulan biaya, ia akan mencoba untuk melakukan kegiatan internal dengan
biaya lebih rendah dari pesaing. Ketika sebuah perusahaan mampu memproduksi barang
dengan biaya yang lebih rendah dari harga pasar atau untuk memberikan produk-produk
unggulan, ia memperoleh keuntungan. Untuk perusahaan yang memproduksi barang,
rantai nilai terdiri dari langkah-langkah yang melibatkan membawa produk dari konsepsi
ke distribusi, dan segala sesuatu di antaranya seperti pengadaan bahan baku, fungsi
manufaktur, dan aktivitas pemasaran.

Sebuah perusahaan melakukan analisis rantai nilai dengan mengevaluasi prosedur rinci
yang terlibat dalam setiap langkah bisnisnya. Tujuan dari analisis rantai nilai adalah untuk
meningkatkan efisiensi produksi sehingga perusahaan dapat memberikan nilai
maksimum dengan biaya seminimal mungkin. Value Chain Analysis yang banyak
digunakan oleh perusahaan – perusahaan, yaitu Porter’s Value Chain Model yang
diperkenalkan oleh Michael Porter pada tahun 1985. Berikut adalah gambaran model dari
Porter’s Value Chain :

Porter’s Value Chain berfokus pada sistem, dan bagaimana input diubah menjadi output
yang dibeli oleh konsumen. Menggunakan sudut pandang ini, Porter menggambarkan
rantai kegiatan umum untuk semua bisnis, dan ia membagi mereka ke dalam kegiatan
primer dan dukungan.
1. Primary Activies
Aktivitas utama terdiri dari lima komponen, dan semuanya penting untuk
menambah nilai dan menciptakan keunggulan kompetitif, berhubungan langsung
dengan penciptaan fisik, penjualan, pemeliharaan dan dukungan dari suatu produk
atau jasa. Aktivitas utama itu terdiri dari:
a. Inbound Logistic – semua proses yang terkait dengan menerima, menyimpan,
dan mendistribusikan input internal.
b. Operations – kegiatan transformasi yang mengubah input menjadi output
yang akan dijual kepada pelanggan.
c. Outbond Logistic – kegiatan ini memberikan produk atau layanan kepada
pelanggan.
d. Marketing & Sales – proses yang digunakan untuk membujuk pelanggan
untuk membeli produk yang dijual.
e. Service – kegiatan yang berkaitan dengan mempertahankan nilai dari produk
atau layanan kepada pelanggan setelah membeli produk.
2. Support Activites
Peran kegiatan pendukung adalah untuk mendukung fungsi utama di atas lebih
efisien. Dalam diagram kita, garis putus-putus menunjukkan bahwa setiap
dukungan, atau sekunder, aktivitas dapat berperan dalam setiap kegiatan utama.
Aktivitas pendukung ini umumnya dilambangkan sebagai biaya overhead pada
laporan laba rugi perusahaan. Ketika terdapat peningkatkan efisiensi dari salah satu
empat aktivitas pendukung, itu akan menguntungkan setidaknya satu dari lima
aktivitas utama. Misalnya, pengadaan mendukung operasi dengan kegiatan tertentu,
tetapi juga mendukung pemasaran dan penjualan dengan kegiatan lain.
a. Procurement (Purchasing) – kegiatan organisasi untuk mendapatkan sumber
daya yang dibutuhkan untuk beroperasi.
b. Human Resource Management – seberapa baik sebuah perusahaan merekrut,
melatih, memotivasi, memberi penghargaan, dan mempertahankan para
pekerjanya.
c. Technological Development – kegiatan ini berhubungan dengan pengelolaan
dan pengolahan informasi, serta melindungi basis pengetahuan perusahaan.
d. Infrastructure – sistem dukungan perusahaan, dan fungsi-fungsi yang
memungkinkan untuk mempertahankan operasi sehari-hari seperti akuntansi,
hukum, administrasi, dan manajemen.

Di setiap aktivitas dalam rantai nilai, perusahaan bisa memfokuskan upaya penciptaan
nilai. Pertama, itu bisa dengan menambah nilai. Itu berkontribusi untuk menciptakan
kepuasan pelanggan, membuat mereka loyal atau bersedia membayar harga yang tinggi.
Kedua, perusahaan juga bisa membangun proses atau aktivitas yang efisien dan efektif.
Itu menghemat sumber daya, menurunkan biaya yang terlibat. Keduanya bisa
berkontribusi menciptakan nilai ekonomi bagi perusahaan.

2.1.2 Strategi Value Chain


Suatu perusahaan yang ingin menerapkan value chain harus melakukan strategi terlebih
dahulu. Strategi ini sebagai rangkaian kegiatan yang lebih terkoordinir dan juga lebih
terintegrasi guna mendapatkan keunggulan bersaing.
Strategi yang terdapat di dalam value chain sendiri terdiri dari strategi keunggulan dalam
bersaing, strategi keunggulan biaya, dan strategi diferensiasi. Ketiga jenis strategi value
chain adalah sebagai berikut:
1. Strategi Keunggulan Bersaing
Strategi keunggulan bersaing adalah suatu kemampuan pada perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan ekonomis terhadap laba yang bisa diperoleh oleh
kompetitor di pasar dalam industri yang sama. Keberhasilan suatu perusahaan ini
bisa diukur dengan daya saing strategis dan juga profitabilitas yang tinggi.
Kedua hal tersebut adalah hasil dari kemampuan perusahaan dalam hal
menggunakan dan mengembangkan kompetensinya untuk bersaing dalam pasar
dengan para kompetitornya. Perusahaan yang mempunyai keunggulan kompetitif
ini berarti mampu memahami adanya perubahan struktur di pasar dan memilih
strategi pemasaran yang lebih efektif.
2. Strategi Keunggulan Biaya
Harga jual, biaya, dan biaya lainnya akan menjadi pertimbangan pada setiap
perusahaan yang ingin menjual suatu barang ataupun jasa. Dari segi konsumen,
keunggulan biaya ini bisa dilihat dari sisi harga jual yang lebih murah untuk suatu
barang yang nilainya sama.
Strategi keunggulan biaya ini akan menjadi instrumen yang sangat penting untuk
menjadi juara di dalam persaingan pasar. Biaya akan menjadi hal yang penting
untuk menerapkan strategi selanjutnya, yaitu diferensiasi. Kenapa? Karena
kompetitor harus bisa mempertahankan posisi biaya dengan para kompetitor
lainnya agar mereka bisa tetap unggul.
Rata-rata, setiap perusahaan ingin lebih fokus pada biaya manufaktur dan
mengabaikan dampak biaya pada kegiatan lainnya, seperti pemasaran,
infrastruktur, dan juga layanan.
Cara untuk menyiasatinya adalah perusahaan tersebut harus mampu menawarkan
produk dan juga fungsi yang bisa diterima oleh konsumen namun dengan harga
yang tetap mampu bersaing di level pasar.
3. Strategi Deferensiasi
Arti dari diferensiasi adalah berbeda. Di zaman seperti saat ini, perusahaan yang
hanya mengeluarkan produk yang sama dengan yang lain tentu tidak akan terlihat
menarik. Pun sama halnya dalam strategi bisnis, perusahaan bisa menerapkan
strategi ini secara efektif.

2.1.3 Fungsi Value Chain dalam perusahaan


Tujuan utama dari menerapkan value chain adalah demi meningkatkan keuntungan
perusahaan dan sebisa mungkin mengurangi biaya produksi perusahaan. Selain itu, value
chain juga bisa meningkatkan nilai ataupun pemanfaatan produk ataupun jasa yang akan
diproduksi.
Lebih dari itu, fungsi lain dari value chain adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dan Pengembangan
a. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas dalam sistem produksi sehingga kita
dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan aktivitas yang terdapat dalam
perusahaan
b. Mempermudah perusahaan untuk penelitian dan pengembangan terhadap
produk
c. Mempertahankan loyalitas dengan terus menciptakan nilai yang unggul
d. Perusahaan mendapatkan pemasukan dalam waktu jangka Panjang
2. Desain Produk atau Jasa Hingga Proses
Suatu bisnis yang menerapkan value chain akan lebih terbantu dalam sisi
mendesain produk atau jasa hingga prosesnya agar bisa lebih mudah dijual di pasar.
Karena, membantu merancang produk sehingga produk berkualitas dan proses
pemasarannya lancar
3. Produksi
Membantu perusahaan dalam proses produksi terutama terkait efisiensi biaya dan
jumlah produk.
4. Pemasaran dan Penjualan
a. Memperkenalkan barang atau jasa tersebut sangat penting agar konsumen
mengetahui adanya barang tersebut di pasar dan mengetahui kegunaannya
b. Meningkatkan peluang pasar dan proses penjualan produk.
c. Memfokuskan pada area kunci di mana penciptaan nilai bisa dimaksimalkan.

2.2 Penelitian - penelitian Terdahulu


Kholil, dkk (2021) Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani sebagai produsen madu menjual
produknya ke perusahaan melalui pengepul dengan harga murah, sedangkan keuntungan yang
lebih besar dinikmati oleh pengepul dan perusahaan. Aspek terpenting dalam sistem rantai nilai
saham adalah pengembangan sistem interkonektivitas Rantai Nilai sebagai lembaga link and
match antara produsen madu dengan pasar. Infrastruktur Rantai Nilai mengikuti rantai pasokan
yang digerakkan oleh permintaan di mana titik awalnya terutama berasal dari titik penjualan
berdasarkan preferensi konsumen.

Susanto, dkk (2021) Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kondisi pandemi Covid-19,
perusahaan keluarga dapat menggunakan strategi partnership baik dengan supplier maupun
distributor karena dapat meningkatkan daya saingnya. Kemitraan yang baik terjalin sebagai
hubungan jangka panjang antara perusahaan keluarga dengan supliernya. Hal itu dapat
meningkatkan strategi dan kemampuan operasional perusahaan pemasok dalam berpartisipasi
terhadap perusahaan yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Suharto & Devie,
2013). Dengan melakukan strategi yang bermitra dengan supplier, maka perusahaan keluarga
dapat bekerja secara efektif dengan beberapa supplier yang mau berbagi tanggung jawab untuk
menciptakan dan menyukseskan suatu produk yang diproduksi perusahaan manufaktur.

Mira, Zalila (2021) DAMPAK COVID-19 TERHADAP KINERJA RANTAI NILAI, BIAYA
DAN PENDAPATAN USAHA ROTI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI
KECAMATAN GERUNG
Adanya pandemi Covid-19 berpotensi menimbulkan gangguan pada rantai pasok input,
operasi produksi, rantai distribusi, dan pemasaran output sehingga berdampak negatif
terhadap kinerja sektor ekonomi. Hal ini tidak lain merupakan akibat dari pelaksanaan
protokol pencegahan dan pengendalian penyebaran Covid-19 yang ditetapkan oleh
pemerintah. Sektor ekonomi terdampak pada tahap awal adalah sektor pariwisata dan
sektor jasa transportasi, kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, dan sektor jasa lainnya (Budastra, 2020). Perusahaan roti pada skala rumah
tangga juga mengalami permasalahan yang kompleks, mulai dari penurunan produksi
roti, kenaikan harga bahan baku, distribusi yang terhambat hingga pengurangan tenaga
kerja. Dengan demikian akan berdampak pada penurunan pendapatan yang diperoleh
oleh pengusaha roti. Selisih pendapatan sebelum dan sesudah pandemi pun cukup
signifikan yaitu mencapai hampir 50%. Namun demikian, pengusaha roti tetap
melakukan aktifitas produksi walaupun dalam jumlah yang sedikit. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) menganalisis kinerja rantai nilai usaha roti di Kecamatan Gerung pada
masa Covid-19, (2) menganalisis dampak Covid-19 terhadap jumlah produksi, biaya
produksi dan pendapatan usaha roti di Kecamatan Gerung. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan
masalah yang terjadi pada waktu sekarang dengan cara mengumpulkan kemudian
menyusun dan menginterpretasikan data, menetapkan hubungan dan kebutuhan masing-
masing variabel yang diteliti dan selanjutnya dianalisa dan menarik kesimpulan (Nazir,
2005). Responden dalam penelitian ini adalah pemilik usaha roti pada industri rumah
tangga di kecamatan gerung. Responden pada penelitian ditentukan dengan
menggunakan metode sensus dengan jumlah responden yaitu sebanyak 15 pengusaha roti
yang tersebar di lokasi penelitian. Jenis data dalam penelitian ini meliputi data kualitatif
dan data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kinerja rantai nilai,
biaya-biaya, penerimaan, dan pendapatan. Teknik pengambilan data yaitu dengan
wawancara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kinerja rantai
nilai, analisis biaya dan pendapatan, analisis perbandingan menggunakan uji-t dan
analisis dampak covid-19 terhadap pendapatan menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) analisis kinerja rantai nilai menghasilkan
bahwa usaha roti di Kecamatan Gerung termasuk dalam level buruk mendekati sedang
dengan skala 2,9. Aktivitas utama termasuk dalam level buruk mendekati sedang dengan
skala 2,9 dan aktivitas pendukung termasuk dalam level buruk mendekati sedang dengan
skala 2,7. Adanya Covid-19 memberikan dampak terhadap aktivitas utama dan
pendukung rantai nilai usaha roti diantaranya pada penurunan jumlah pembelian bahan
baku, harga yang meningkat, jam kerja yang semakin sedikit, pengurangan tenaga kerja
sementara waktu, pemasaran/penjualan yang terhambat karena penerapan kebijakan
pemerintah terkait lockdown hingga PSBB. Selain itu terjadi pembatasan kegiatan jual-
beli di pasar-pasar. (2) analisis biaya dan pendapatan diperoleh bahwa adanya Covid-19
menurunkan produksi dan pendapatan usaha roti di Kecamatan Gerung. Sebelum Covid-
19 jumlah produksi yaitu sebanyak 721 biji dengan biaya sebesar Rp 522.093,-/ proses
produksi dan pendapatan sebesar Rp 352.507,-/proses produksi. Sedangkan pada saat
Covid-19 jumlah produksi yaitu sebanyak 448 biji dengan biaya sebesar Rp 353.515,-/
proses produksi dan pendapatan sebesar Rp 174.885,-/proses produksi. (3) analisis
perbandingan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa jumlah produksi, biaya dan
pendapatan sebelum dan saat Covid-19 berbeda nyata (Signifikan) atau dengan kata lain
adanya Covid-19 mempengaruhi jumlah produksi, biaya dan pendapatan usaha roti di
Kecamatan Gerung. (a) Nilai uji-t pada jumlah produksi roti menunjukkan bahwa nilai t-
hit = 2,051 > t-tab = 2,048, (b) Nilai uji-t pada biaya produksi roti menunjukkan bahwa
nilai t-hit = 2,427 > t-tab = 2,048, dan (c) Nilai uji-t pada pendapatan usaha roti di
Kecamatan Gerung menunjukkan bahwa nilai t-hit = 2,181 > t-tab = 2,048.

2.3 Contoh Kasus


Kasus praktik bisnis yang akan diambil adalah PT Indonesa Kendaraan Terminal Tbk
yang berlokasi di Jl. Sindang Laut No.100, RT.6/RW.8, Kali Baru, Kec. Cilincing, Kota
Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14110. Perusahaan ini menjadi salah satu
contoh kasus yang dalam praktiknya terdampak dari pandemi covid-19, maka dari itu,
perusahaan ini akan menjadi bahan diskusi dalam tugas papper ini.

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk ini memiliki berbagai layanan yaitu menawarkan
stevedoring atau layanan bongkar muat kargo di terminal internasional dan domestik.
Layanan Cargodoring dari stockpile dan tempat parkir ke dermaga dan sebaliknya, baik
di terminal domestik maupun internasional. layanan penerimaan dan pemeriksaan
operasional di area Central Inspection Facility untuk kargo yang dikirim dari pabrikan ke
terminal internasional dan domestik. Pemeriksaan fisik dilakukan sebelum kendaraan
dikirim ke area penumpukan. Operasi serah terima kargo dimulai dari saat kargo
memasuki gerbang sampai proses pemeriksaan selesai. Layanan bongkar muat
operasional dan inspeksi untuk kargo impor dari luar negeri di terminal internasional serta
kargo yang dikirim dalam negeri di terminal domestik. Layanan yang diberikan dilakukan
di Fasilitas Inspeksi Pusat. Pemeriksaan fisik unit kargo dilakukan sebelum
pembongkaran atau pengiriman/ekspor ke pulau/negara lain. Operasi serah terima kargo
dimulai sejak kargo memasuki gerbang sampai proses pemeriksaan selesai atau kargo
dikirim untuk ekspor/pengiriman ke negara/pulau lain. Layanan kargo disediakan di
dalam terminal dan didukung oleh sistem yang terintegrasi.

Pandemi virus corona (Covid-19) menghantam kinerja PT Indonesia Kendaraan Terminal


Tbk (IPCC) di tahun lalu. Dampak yang paling terasa bagi perusahaan karena adanya
penanganan pada kargo CBU maupun alat berat.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan IPCC di tahun 2020 hanya Rp
356,53 miliar. Jumlah tersebut turun 31,86% dibandingkan pendapatan pada tahun 2019
yang mencapai Rp 532,22 miliar.
Adapun penurunan pendapatan tersebut dikontribusi oleh turunnya pendapatan dari
segmen pelayanan jasa terminal yang di tahun lalu hanya Rp 333,41 miliar. Lagi-lagi,
jumlah itu di bawah pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp 487,64 miliar.
Pelemahan pendapatan dari segmen tersebut terjadi seiring turunnya aktivitas dari
industri otomotif, terutama pada penanganan kendaraan baik di Terminal Internasional
maupun Terminal Domestik.

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) sudah mempersiapkan sejumlah rencana


bisnis untuk mendongkrak kinerja di tahun ini. Direktur Komersial dan Pengembangan
bisnis IPCC Agus Hendrianto menjelaskan, sampai dengan saat ini IPCC telah melakukan
investasi dengan perluasan lapangan terminal seluas kurang lebih 2 hektare (ha). Selain
itu, dalam waktu dekat ini, IPCC akan melakukan perluasan lapangan sekitar 2 ha yang
berlokasi di dalam terminal internasional. Dia menargetkan, akhir tahun ini lapangan itu
akan mulai di konstruksi. Meningkatnya kegiatan operasional tentunya mendapat
dukungan dari sektor otomotif, baik CBU dan Alat Berat beserta sejumlah komponennya.
Sementara itu, meningkatnya sektor otomotif didukung dari membaiknya kondisi
makroekonomi Indonesia seiring pemulihan ekonomi yang terjadi yang ditandai dari
kembali meningkatnya permintaan akan sejumlah produk otomotif. Selain itu, juga
adanya dukungan dari kebijakan Pemerintah untuk dapat menggairahkan sektor
manufaktur, terutama otomotif. Tidak hanya itu, perbaikan kolektabilitas piutang
Perseroan. Perbaikan ini sudah menjadi concern / perhatian khusus dari Manajemen
sehingga dapat mengurangi eksposur beban Perseroan yang dikarenakan piutang erat
kaitannya dengan jumlah penerimaan kas pada IPCC. Terkait dengan piutang usaha, sejak
tahun 2020 dilakukan metode penagihan piutang yang lebih efektif sehingga menghindari
munculnya piutang yang lebih besar lagi. Manajemen telah menerapkan adanya
pemberian uang pertanggungan (uper) sebelum kapal sandar. Jadi, mereka
(mitra/pelanggan) harus membayar uper terlebih dahulu baru dapat dilayani. Untuk
lainnya, manajemen juga melakukan penjadwalan ulang atas piutang yang eksisting agar
mitra dapat melakukan pembayaran secara angsuran sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati.
Manajemen IPCC juga telah menerapkan metode Cash Management System (CMS)
dimana para pelanggan IPCC akan menempatkan sejumlah dana pada bank yang ditunjuk
sebagai deposit. Para pelanggan diharuskan melakukan deposit terlebih dahulu sebelum
dilakukan pelayanan bongkar muat. Selanjutnya, bank akan melakukan auto debet atas
sejumlah nilai yang sesuai dengan nilai pelayanan yang terbit dalam nota pelayanan.
Selain CMS, ke depannya IPCC juga mempertimbangkan untuk menjalin kerjasama
dengan pihak bank dan pelanggan dalam mengimplementasikan Supply Chain Financing
(SCF). Skema SCF memungkinkan IPCC menerima pembayaran dari perbankan atas
layanan yang diberikan IPCC kepada para pelanggannya dalam jangka waktu yang lebih
singkat setelah nota penagihan diterbitkan. Selanjutnya, pihak pengguna jasa yang akan
melakukan pembayaran kepada perbankan.
BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan jurnal-jurnal penelitian pada kasus dampak covid 19 terhadap kinerja
value chain atau rantai nilai sebelumnya dan berdasarkan teori tentang value chain
dapat disimpulkan bahwa penurunan pendapatan akibat dari melemahnya kinerja
rantai nilai pada suatu perusahaan akibat dari aktivitas utama dan aktivitas pendukung
yang melemah dimana suatu perusahaan perlu memaksimalkan rantai nilai dalam suatu
produk baik dari aktivitas utama maupun aktivitas pendukung, apabila dari salah satu
fungsi suatu rantai nilai tidak bekerja dengan optimal maka berdampak pada hasil
produk dan pendapatan suatu perusahaan. Dengan kata lain, value chain atau rantai
nilai berpengaruh terhadap kegiatan operasional suatu perusahaan. Maka dari itu, suatu
perusahaan dapat menganalisis kinerja perusahaan ketika menerapkan proses rantai
nilai dengan optimal. Dalam contoh kasus praktik bisnis, rantai nilai berpengaruh
terhadap pendapatan perusahaan salah satunya sektor penyediaan layanan dalam
operasi pelabuhan apabila kinerja rantai nilai tidak bekerja dengan optimal
mengakibatkan pendapatan dan laba yang menurun sampai mengakibatkan kerugian.
3.2 Rekomendasi Kelompok
Berdasarkan dari penelitian-penelitian dan contoh kasus kami merekomendasikan
bahwa :
1. Dari sisi perusahaan harus terus berinovasi dan didukung oleh sistem yang
terintegrasi secara otomatis supaya bisa mengoptimalkan kinerja rantai nilai atau
value chain.
2. Dari sisi perusahaan dalam meningkatkan kinerja rantai nilai seharusnya tidak
hanya dengan melakukan investasi saja, melakukan Strategi Deferensiasi juga
dapat menjadi salah satu strategi yang menguntungkan. Memberikan jasa yang
lebih inovatif dan service yang lebih cepat dari yang lain akan membuat pelanggan
merasa nyaman dan puas terhadap jasa yang diberikan
3. Support Activites dalam value chain perlu dioptimalkan guna mendukung support
primary dalam mendukung proses kinerja suatu rantai nilai dalam perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Kholil., Ariani, Nafiah., & Setiawan, Aris Budy.(2021). Model Bisnis Dan Rantai Nilai Madu
Trigona Di Era Covid 19 Studi Kasus Di Lombok Utara Nusa Tenggara Barat. SNITT-
Politeknik Negeri Balikpapan 2021. ISBN : 978-602-51450-3-2.
Mira, Zalila (2021) DAMPAK COVID-19 TERHADAP KINERJA RANTAI NILAI, BIAYA DAN
PENDAPATAN USAHA ROTI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KECAMATAN
GERUNG. S1 thesis, Universitas Mataram.
Nurul, Hanifah. (2019, September). Strategi Rantai Nilai dan Manfaatnya dalam Berbisnis.
Diakses pada 20 Juli 2022, dari https://lifepal.co.id/media/rantai-nilai/
PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (2022). Terminal Handling Receiving & Delivery.
Diakses pada 21 Juli 2022, dari https://indonesiacarterminal.co.id/receiving-delivery
Puspitasari, Ika., & Perwitasari, Anna Suci. (2021, Mei). Terdampak pandemi, pendapatan
Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) turun 31% di 2020. Diakses pada 21 Juli 2022,
dari https://investasi.kontan.co.id/news/terdampak-pandemi-pendapatan-indonesia-
kendaraan-terminal-ipcc-turun-31-di-2020
Suryanto, Venny., & Perwitasari, Anna Suci.(2021, Agustus). Ini loh strategi bisnis Indonesia
Kendaraan Terminal (IPCC). Diakses pada 21 Juli 2022, dari
https://investasi.kontan.co.id/news/ini-loh-strategi-bisnis-indonesia-kendaraan-
terminal-ipcc
Susanto, Hendro., Padmalia, Metta., & Andadari, Roos Kities.(2021, October). Analisis
Dampak Manajemen Rantai Nilai dalam Masa Pandemi Covid pada Kinerja Perusahaan
(Studi pada Perusahaan Keluarga Sektor Manufaktur di Jawa Timur). Business and
Finance Journal, Volume 6, No. 2.
Tardi, Carla. (2022, April). Value Chain. Diakses pada 21 Juli 2022, dari
https://www.investopedia.com/terms/v/valuechain.asp
Tyas, Nimas Arum Suryaning. (2021, Desember). Value Chain Adalah: Definisi, Tujuan dan
Fungsi Penerapannya. Diakses pada 20 Juli 2022, dari https://myskill.id/blog/bidang-
profesi/value-chain-adalah/

Anda mungkin juga menyukai