Anda di halaman 1dari 7

Nama : YOGI PRABOWO

NIM : B.312.4321.004
Kelas : SABTU SIANG
CHAPTER 10
SEGMENTED REPORTING
Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
Merupakan sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai setiap pusat pertanggung-jawaban
menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan pusat per-
tanggungjawaban mereka.

Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memiliki dua


pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka yang rumit dan beragam.
Adapun dua pendekatan tersebut adalah:
1. Pendekatan tersentralisasi
Berbagai keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak dan manajer pada jenjang
yang lebih rendah bertanggung jawab atas pengimplementasian keputusan-keputusan
tersebut.
2. Pendekatan terdesentralisasi
Memperkenankan manajer pada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan
mengimplementasikan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan wilayah
tanggung jawab mereka. Desentralisasi adalah praktik pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah.

Alasan-Alasan Melakukan Desentralisasi


Perusahaan melakukan desentralisasi karena:

1. Kemudahan mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal


Kualitas dari berbagai keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang tersedia,
sejalan dengan pertumbuhan perusahaan dan penambahan operasi dipasar dan area
yang berbeda; manajemen pusat mungkin tidak memahami kondisi lokal, akan tetapi para
manajer tingkat rendah yang berhubungan dengan kondisi operasional langsung (seperti
kekuatan dan sifat persaingan lokal, sifat tenaga kerja lokal, dan seterusnya) memiliki
akses terhadap informasi ini. Akibatnya, mereka sering berada dalam suatu posisi yang
lebih baik untuk membuat keputusan lokal.

2. Memfokuskan manajemen pusat


Dengan mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasional, manajemen pusat
bebas menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis. Keberlangsungan
jangka panjang dan perusahaan lebih penting bagi manajemen pusat daripada
operasional sehari-hari

3. Melatih dan memotivasi para manajer segmen


Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk menggantikan posisi
manajer jenjang lebih tinggi yang keluar untuk mengambil keuntungan dari peluang lain.

4. Meningkatkan daya saing


Pada perusahaan yang tersentralisasi, margin laba secara keseluruhan mampu menutupi
ketidakefisienan yang terjadi di berbagai divisinya. Perusahaan-perusahaan besar
sekarang menemukan bahwa mereka tidak mampu mempertahankan suatu divisi yang
tidak berdaya saing. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kinerja sebuah divisi atau
pabrik adalah memperkenalkannya lebih jauh pada kekuatan-kekuatan pasar.

5. Membuka segmen-segmen ke berbagai kekuatan pasar.

Jenis Utama Pertanggungjawaban


1. Pusat biaya (cost centre)
Manajer bertanggung jawab hanya terhadap biaya.
2. Pusat Pendapatan (Revenue Centre)
Manajer bertanggung jawab hanya terhadap penjualan.
3. Pusat Laba (Profit Centre)
Manajer bertanggung jawab terhadap penjualan dan biaya.
4. Pusat Investasi (Investment Centre)
Manajer bertanggung jawab terhadap penjualan, biaya, dan investasi modal.

Absorption Costing vs Variable Costing


Pusat laba dinilai berdasarkan laporan laba rugi. Metode penghitungan laba terdiri dari:
1. Perhitungan Biaya Variabel
Adalah perhitungan biaya langsung (direct costing), hanya membebankan biaya
manufaktur variabel ke produk; biaya-biaya ini meliputi bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead variabel. Overhead tetap diperlakukan sebagai beban
periode dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. Menurut perhitungan biaya
variabel, overhead tetap dari suatu periode dipandang habis pada akhir periode itu dan
dibebankan secara total terhadap pendapatan periode tersebut.

2. Perhitungan Biaya penuh atau absorpsi


Adalah membebankan semua biaya manufaktur pada produk. Bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, overhead variable dan overhead tetap adalah hal-hal yang
menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead tetap
dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode. menurut metode ini overhead
tetap dibebankan pada produk melalui penggunaan tarif overhead tetap yang ditetapkan
terlebih dahulu dan tidak dibebankan sampai produk terjual.

Ilustrasi klasifikasi biaya-biaya sebagai biaya produk atau periode menurut perhitungan variabel
dan absorpsi adalah seperti pada table berikut ini:
Jenis Biaya Absorption Costing Variable Costing
1. Bahan baku langsung
1. Bahan baku langsung
2. Tenaga Kerja Langsung.
Biaya Produk 2. Tenaga Kerja Langsung
3. Overhead Variabel
3. Overhead Variabel
4. Overhead tetap
1. Overhead tetap
1. Beban penjualan
Biaya Periode 2. Beban penjualan
2. Beban Administrasi
3. Beban Administrasi

Hubungan antara Produksi, Penjualan dan Laba


No Jika Maka
1 Produksi > Penjualan Laba bersih absorpsi > Laba bersih variabel
2 Produksi < Penjualan Laba bersih absorpsi > Laba bersih variabel
3 Produksi = Penjualan Laba bersih absorpsi = Laba bersih variabel

Mengevaluasi Manajer Pusat Laba


Secara umum, jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja manajerial, maka
manajer berhak mengharapan berlakunya hal-hal berikut ini:
1. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan meningkat.
2. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun.
3. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan tetap tidak berubah.

Laporan Laba Rugi Segmen dengan Menggunakan Biaya Variabel


Perhitungan biaya variabel berguna dalam menyiapkan laporan laba rugi segmen karena
perhitungan ini menyediakan informasi penting mengenai beban variabel dan tetap.

Segmen adalah sub unit dari suatu perusahaan yang cukup penting dalam pembuatan laporan
kinerja.

Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah beban tetap yang secara langsung dapat
ditelusuri ke suatu segmen lini.
Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh dua atau lebih segmen secara
bersamaan.

Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROI


Cara menghitung ROI adalah sebagai berikut:
1. Pengembalian atas Investasi
Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah dengan
menghitung pengembalian atas investasi (return on investment-ROI), yaitu laba yang
diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi
suatu pusat investasi. ROI dapat didefinisikan sebagai berikut:
ROI= Laba Operasi/Aktiva operasi rata-rata
Laba operasi (operating income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva
operasi adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi termasuk
kas, piutang, persediaan, tanah, gedung dan peralatan. Aktiva operasi rata-rata dihitung
sebagai berikut:
Aktiva Operasi Rata-Rata = (Nilai Buku Bersih Awal + Nilai Buku Bersih Akhir) / 2

2. Margin dan Perputaran


Penjualan Aktiva Operasi Rata-Rata
ROI = Margin x Perputaran
= (Laba Operasi/Penjualan) x (Penjualan/Aktiva Operasi Rata-Rata)

- Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan


- Perputaran (turn over) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi
pendapatan penjualan dengan aktiva operasi ratarata.

Keunggulan ROI
Ada tiga hasil positif dari penggunaan ROI:
1. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan
investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.
2. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya.
3. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.

Kelemahan ROI
Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit. Aspek negatif
dari ROI adalah:
1. ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan
profitabilitas keseluruhan perusahaan.
2. ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan
mengorbankan kepentingan jangka panjang.
Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laba Residu
dan Nilai Tambah Ekonomi.
Untuk mengatasi kecenderungan ROI untuk menghalangi investasi yang menguntungkan bagi
perusahaan, tetapi menurunkan ROI divisi, beberapa perusahaan telah menerapkan alternatif
ukuran kinerja seperti laba residu dan Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added –
EVA).
a. Laba Residu
Laba residu (residual income) adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian
dolar minimum yang disyaratkan atas aktiva operasi perusahaan.
Laba residu = Laba Operasi – (Tingkat Pengembalian Minimum X Aktiva Operasi Rata-
Rata)
Keunggulan Laba Residu:
Penggunaan laba residu mendorong para manajer untuk menerima proyek apa pun yang
menghasilkan tingkat di atas minimum.
Kelemahan Laba Residu:
Laba residu adalah ukuran absolut dari profitabilitas. Jadi perbandingan langsung dari
kinerja pada dua pusat investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya
berbeda.

b. Nilai Tambah Ekonomi


Nilai tambah ekonomi adalah laba bersih (laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total
biaya modal tahunan. Pada dasarnya EVA adalah laba residu dengan biaya modal sama
dengan biaya modal aktual dari perusahaan (sebagai ganti dari suatu tingkat
pengembalian minimum yang diinginkan perusahaan karena alasan lainnya). Jika EVA
positif maka perusahaan sedang menciptakan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan
sedang menyiapkan modal. EVA membantu perusahaan untuk menentukan apakah uang
yang didapatkannya lebih besar daripada uang yang digunakan untuk mendapatkan uang
tersebut. Dalam jangka panjang hanya perusahaan-perusahaan yang menghasilkan modal
atau kekayaan yang dapat bertahan. Rumus EVA adalah sebagai berikut:
EVA = Laba Operasi Setelah Pajak - (Persentase Biaya X (Total Modal Aktual Yag Dipakai)

c. Aspek Perilaku EVA


EVA membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari berbagai divisi dengan
menunjukan penekanan semata-mata pada pendapatan operasi tidaklah cukup. Alasan
yang mendasarinya adalah EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya.

Penetapan Harga Transfer


Harga transfer (transfer price) adalah nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi
divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Jadi harga transfer adalah harga yang
dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual pada divisi pembeli diperusahaan yang
sama.

1. Dampak Penetapan Harga Transfer Terhadap Divisi dan Perusahaan Secara Keseluruhan
Ilustrasi dampak penetapan harga transfer terhadap divisi dan
perusahaan secara keseluruhan terlihat dalam tabel berikut ini:
PT XYZ
Divisi X Divisi Z
Membeli komponen dari X
Memproduksi komponen dan dengan harga transfer per unit
mentransfer ke Z dengan harga Rp 30 dan menggunakan
transfer per unit Rp 30 per unit komponen itu untuk
memproduksi produk akhir

Transfer Rp 30 per unit Harga transfer Rp 30 per unit


Pendapatan bagi X Biaya bagi Z
Meningkatkan Laba Bersih Menurunkan Laba Bersih
Meningkatkan ROI Menurunkan ROI
Pendapatan Harga Transfer = Biaya Harga Transfer
Dampak Nol Bagi ABC Inc

2. Kebijakan Penetapan Harga Transfer


Bahwa perusahaan yang terdesentralisasi memungkinkan lebih banyak wewenang
pengambilan keputusan ditingkat manajemen yang kebih rendah. Hal tersebut menjadi
kurang produktif bagi perusahaan yang terdesentralisasi untuk kemudian memutuskan
harga transfer aktual antara dua divisi. Akibatnya, manajemen puncak menetapkan
kebijakan penetapan harga transfer, tetapi divisi boleh memutuskan untuk menyetujui
transfer tersebut atau tidak. Dalam penetapan kebijakan harga transfer, perusahaan agar
menggunakan pendekatan biaya peluang (opportunity cost approach). Harga transfer
yang ditetapkan oleh divisi adalah sebagai berikut:
a. Harga transfer minimum
Adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjual
menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual pada
pihak luar. Hal ini terkadang disebut “batas bawah (floor) dari rentang penawaran.
b. Harga transfer maksimum
Adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi
lebih buruk jika suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang
sama dibeli secara eksternal. hal ini terkadang disebut “batas atas (ceiling) dari
rentang penawaran.
Pendekatan biaya peluang menuntun divisi-divisi dalam menentukan saat yang tepat
untuk melakukan transfer internal. Tepatnya transfer internal dilakukan pada saat biaya
peluang (harga minimum) dari divisi penjual lebih rendah dari biaya peluang (harga
maksimum) dari divisi pembeli. Kebijakan penetapan harga transfer mencakup:
a. Harga Pasar
Jika terdapat pasar luar dengan persaingan sempurna untuk produk yang
ditransfer, maka harga transfer yang paling sesuai adalah harga pasar. Pada situasi
demikian, berbagai tindakan manajer divisi akan mengoptimalkan laba divisi dan
laba perusahaan secara simultan. Lagi pula tidak ada divisi yang memperoleh
manfaat di atas beban divisi lain. Bila demikian, manajemen pusat tidak akan
tertarik untuk melakukan campur tangan.
b. Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena produk yang
akan ditransfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki oleh perusahaan
induk. Dalam hal ini perusahaan bisa menggunakan pendekatan penetapan harga
transfer berdasarkan biaya.
c. Harga transfer yang dinegosiasikan
Manajemen tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan penjual
untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna saat
kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan
untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang
dihemat bisa dibagi diantara dua divisi.

Anda mungkin juga menyukai