Sehubungan dengan adanya pekerjaan “Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI
Haekesak) Kab. Belu” yang ditetapkan antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan
Perencanaan dan Program pada Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II
dengan CV. Duta Graha Consultant, dengan ini kami sampaikan Laporan Ringkasan.
Laporan Ringkasan ini disusun berdasarkan konsep kerja yang akan dilaksanakan oleh
Konsultan setelah melakukan pengujian model Seri-0, Seri-1 dan Seri-2 lengkap
dengan data-data hasil pengujian model.
Demikian laporan ini kami sampaikan untuk dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya. Masukan dan saran untuk perbaikan laporain ini sangat kami
harapkan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................I-1
ii
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
DAFTAR TABEL
Tabel II-2 Analisis Frekuensi Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan Stasiun Hujan
Weluli (mm)................................................................................................................ II-6
iii
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
DAFTAR GAMBAR
Gambar III-1 : Tata Letak Model Pelimpah dan Inatek Bendung Debuklaran (Skala 1 :
33 1/3) II-4
Gambar IV-1 : Lengkung Debit di Udik Pelimpah Model Seri-0, Seri-1 dan Seri-2 II-1
Gambar IV-2 : Elevasi muka air untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s II-3
Gambar IV-3 : Elevasi muka air untuk Debit, Q25th 228,00 m3/s II-3
Gambar IV-4 : Elevasi muka air untuk Debit, Q50th 271,00 m3/s II-4
Gambar IV-5 : Elevasi muka air untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s II-4
Gambar IV-6 : Elevasi muka air untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s II-5
Gambar IV-7 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s II-5
Gambar IV-8 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q25th = 228,00 m3/s II-6
Gambar IV-9 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q50th = 271,00 m3/s II-6
Gambar IV-10 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s II-7
Gambar IV-11 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s II-7
Gambar IV-12 : Elevasi muka air untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s II-9
Gambar IV-13 : Elevasi muka air untuk Debit, Q25th 228,00 m3/s II-9
Gambar IV-14 : Elevasi muka air untuk Debit, Q50th 271,00 m3/s II-10
Gambar IV-15 : Elevasi muka air untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s II-10
Gambar IV-16 : Elevasi muka air untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s II-11
Gambar IV-17 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s II-11
Gambar IV-18 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q25th = 228,00 m3/s II-12
Gambar IV-19 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q50th = 271,00 m3/s II-12
Gambar IV-20 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s II-13
Gambar IV-21 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s II-13
Gambar IV-22 : Elevasi muka air untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s II-15
Gambar IV-23 : Elevasi muka air untuk Debit, Q25th 228,00 m3/s II-15
iv
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-24 : Elevasi muka air untuk Debit, Q50th 271,00 m3/s II-16
Gambar IV-25 : Elevasi muka air untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s II-16
Gambar IV-26 : Elevasi muka air untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s II-17
Gambar IV-27 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s II-17
Gambar IV-28 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q25th = 228,00 m3/s II-18
Gambar IV-29 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q50th = 271,00 m3/s II-18
Gambar IV-30 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s II-19
Gambar IV-31 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s II-19
Gambar V-1 : Lengkung Debit di Udik Pelimpah Model Seri-0, Seri-1 dan Seri-2 II-2
v
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk melengkapi desain bendung yang telah dibuat diperlukan suatu uji perilaku
hidrolis yang melewati bangunan bendung tersebut, sehingga Pemerintah melalui
Kementerian PUPR, Satker Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Kegiatan
Perencanaan dan Program, Tahun Anggaran 2017 mengalokasikan ”Model Test
Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak) Kab. Belu”.
1
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Tujuan
Setelah model fisik selesai dibuat maka tahapan kegiatan selanjutnya adalah
melakukan pengujian dari model tersebut. Pengujian model ini perlu dilakukan
berulang kali hingga diperoleh kondisi aliran yang mantap dan stabil untuk berbagai
debit percobaan yang biasanya disebut tahap kalibrasi dan verifikasi model.
2
BAB II
REVIEW ANALISA HIDROLOGI &
HIDROLIKA (REVIEW DESAIN)
II.1.1 UMUM
ITEM DISKRIPSI
Review Desain Bendung dan Jaringan Irigasi
1. Nama Pekerjaan
D.I. Debuklaran di Kabupaten Belu.
2. Nama Daerah Irigasi D.I. Debuklaran
Desa : Dafala
Kecamatan : Tasifeto Timur
3. Lokasi Kabupaten : Belu
Jarak : + 17 km arah Tenggara Kota Atambua
Ibu Kota Kabupaten Belu atau 30 menit
dengan kendaraan roda 4
4. Jenis Bangunan Utama Bendung Tetap
UTM Zone 51 :
5. Koordinat Bendung
X = +718.773,340 ; Y = +8.985.750,215
6. Tipe Pengembangan Desain Bendung Baru
7. Sumber Air Sungai Mota Merak
8. Luas Areal 450 Ha
Sumber: Analisa Review Desain (2014)
II.1.2 HIDROLOGI
ITEM DISKRIPSI
1. Nama Sungai Mota Merak
2
2. Catchment Area (CA) 44,62 km
3. Panjang Sungai Utama 14,78 km
4. Kemiringan dasar sungai
0,046945.
rata-rata
Stasiun Hujan Weluli , 31 tahun (1978 - 2014)
5. Data Hujan pada CA
Stasiun Hujan Wedomu, 12 tahun (1995 - 2010)
1
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
ITEM DISKRIPSI
6. Curah hujan tahunan Stasiun Hujan Weluli 1700 mm / tahun
rata-rata Stasiun Hujan Wedomu 1920 mm / tahun
7. Data Klimatologi Stasiun Klimatologi Lasiana, 10 tahun (2004 – 2014)
Rata-rata musim hujan : 4 bulan
8. Musim
Rata-rata musim kemarau : 8 bulan
9. Kebutuhan Air di sawah 1,85 l/det/ha
10. Kebutuhan 3 3
Penyadapan 0,83 m /detik dibulatkan 1,00 m /detik
ITEM DISKRIPSI
1. Jenis Bangunan Utama Bendung Tetap
2. Lebar Total Bendung 60,00 m
3. Lebar Mercu 54,00 m
4. Pintu Penguras Bendung 2 x 1,50 m
5. Elevasi Mercu +407,50
6. Elevasi Lantai Muka +405,50
7. Tinggi Mercu 2,00 m
8. Elevasi Muka Air di atas Mercu ( Q100) +409,47
9. Tipe Kolam Olak MDL
3
10. Debit per satuan lebar (q) 5,57 m /detik/m
11. Tinggi Terjun ( Z) 5,12 m
12. Parameter Tak Berdimensi (E) 0,16
13. Kedalamam Peredam Lantai Energi (Ds) 8,00 m
14. Radius Cekungan (R) 7,00 m
15. Elevasi Dasar Cekungan +399,50
16. Tinggi Ambang Hilir 1,00 m
17. Lebar Ambang Hilir 2,00 m
18. Elevasi Ambang Hilir +400,50
3
19. Debit Pintu Pengambilan (Qn) 1,00 m /detik
20. Lebar Pintu Pengambilan 1 x 1,50 m
21. Elevasi Dasar Pintu Pengambilan +407,70
22. Kantong Lumpur
3
23. Debit Pembilasan (1,20 Qn) 1,20 m /detik
2
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Dipilih Stasiun Hujan Weluli untuk analisis hidrologi karena paling dekat dengan lokasi
pekerjaan dengan ketersediaan panjang data 31 tahun (1978 - 2014). Data curah
hujan harian maksimum Stasiun Hujan Weluli dari Tahun 1978 sampai dengan 2014
adalah sebagai berikut.
3
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Distribusi Probabilitas
Kala Ulang
t Log normal 2 Log normal 3 Log
T (Tahun) Normal Gumbel I Pearson III
Parameter Parameter Pearson III
Luas catchment area Sungai Mota Merak rencana bendung berdasarkan studi
sebelumnya diketahui adalah sebesar 44.62 km2. Untuk catchment area kurang dari
100 km2, perhitungan debit banjir rencana digunakan metode Der Weduwen (KP-01)
dan sebagai pembanding digunakan Metode Rasional. Hasil perhitungan banjir
rancangan terpilih ( Der Weduwen) adalah sebagai berikut.
4
BAB I
METODOLOGI PEMBUATAN DAN
PENGUJIAN MODEL FISIK
1
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Namun didalam model, sangat sulit untuk memenuhi fenomena tersebut, sehingga
skala model biasanya dibuat cukup besar agar pengaruh gaya viskositas dan teganan
muka dapat diabaikan dan yang dberpengaruh hanya gaya gravitas. Pengujian model
fisik bendung Debuklaran akan dilakukan yang dilaksanakan dengan model tanpa
distrorsi dengan skala model 1 : 33 1/3. Konfigurasi dari model fisik pelimpah bendung
yang akan diuji dengan menggunakan skala model 1 : 33 1/3 ditunjukkan pada
Gambar III -1 dan Gambar III -2.
Karena gaya gravitasi yang dominan maka penentuan skala model mengikuti hukum
Froude (Fr), dimana nilai kesebangunan ditunjukkan sebagai berikut :
Fr model = Fr Prototipe
g model = g prototip
dimana
2
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
V = Kecepatan Aliran
N = Koefisien Manning
T = Waktu Pengaliran
Q = Debit Pengaliran
3
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar III-1 : Tata Letak Model Pelimpah dan Inatek Bendung Debuklaran (Skala 1 : 33 1/3)
4
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar III-2 : Potongan Memanjang Model Pelimpah dan IPembilas Bendung Debuklaran (Skala 1 : 33 1/3)
0.9006 0.9006
2.3150
5
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
6
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
3 Elevasi bendung
4 Tinggi bendung
4 Lebar bendung
7
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
pengamatan tinggi muka air dibagian hulu tengah dan hilir dalam hubungannya
dengan debit aliran.
Pengamatan distribusi kecepatan dibagian hulu tengah dan hilir
Pengukuran tekananan air statis(positif/negatif) di sepanjang spillway
Pengukuran kapasitas spillway
8
BAB I
PENGUJIAN MODEL SERI-0, SERI-1 DAN SERI-2
Model kondisi desain awal merupakan model yang dibuat berdasarkan gambar desain
awal (original design) dan dimaksudkan untuk mempelajari dan menyelidiki kondisi
desain awal yang telah dipersiapkan oleh konsultan. Rangkaian penyelidikan
menggunakan model Seri 0, Seri-1 dan Seri-2. Pada model ini dilakukan penyelidikan
lengkung debit, arah dan kecepatan aliran, serta profil aliran.
2.5
2
H (m)
1.5
0.5
0
0 100 200 300 400 500 600
Q (m3/s)
1
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-3 : Lengkung Debit di Udik Pelimpah Model Seri-0, Seri-1 dan Seri-2
Gambaran hasil uji model fisik terhadap arah aliran dan kecepatan untuk masing-
masing debit periode ulang tahun di atas.
Berdasarkan hasil penyelidikan arah aliran dan kecepatan secara ringkas dapat
dikemukakan bahwa :
a) Aliran dari udik bendung tidak cukup merata menuju mercu pelimpah hal
ditunjukkan dengan adanya pusaran air disebelah sisi kiri kanan dan tengah, saat
melewati pelimpah ketidak seragaman tersebut tetap terlihat namun pola olakan di
ruang olak relatif merata.
b) Disebelah hilir pintu pembilas terjasi pusaran (vortek) yang cukup besar yang
selalu muncul untuk berbagai harga debit. Adanya pusaran ini menyebabkan pasir
dihilir ruang olak disebelah hilir pintu pembilas menumpuk yang bisa dihilangkan
jika pintu pembilas dibuka.
c) Dari hasil pengamata seri-0, ketidak merataan aliran tersebut terjadi karena bentuk
morfologi sungai yang mengengecil kearah lokasi bendung, yang berakibat aliran
mengarah ke arah kiri, sehingga timbul pusaran dekat kaki pintu pembilas.
d) Pola aliran sebegaimana dijelasakan diatas terjadi mulai dari debit Q-2 s/d Q-1000,
yang berbeda hanyalah dalam kedalaman dan kecepatan aliran. Selain akibat
bentuk sungai yang konvergen, pusaran terjadi akibat kedalaman aliran yang relatif
dangkal dan debt dari hulu yang besar.
2
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
e) Untuk menghilangkan pusaran disebelah hilir pintu bilas, untuk seri-1 disarankan
untuk dibuat dinding yang mencegah terjadinya pusaran dengan memperpanjang
pilar terluas pintu bilas kesebelah hilir sampai ujung ruang olak bucket.
Gambar IV-4 : Elevasi muka air untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s
3
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-5 : Elevasi muka air untuk Debit, Q25th 228,00 m3/s
Gambar IV-6 : Elevasi muka air untuk Debit, Q50th 271,00 m3/s
4
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-7 : Elevasi muka air untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s
Gambar IV-8 : Elevasi muka air untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s
5
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-9 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s
Gambar IV-10 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q25th = 228,00 m3/s
6
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-11 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q50th = 271,00 m3/s
Gambar IV-12 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s
7
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-13 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s
Melihat kondisi hasil pengujian Model Desain Awal atau Seri 0 yang masih belum
sempurna dengan permasalahan utama pada tikungan saluran peluncur yang relatif
tajam, maka perlu dilakukan revisi desain awal. Revisi desain awal Seri-1 dilakukan
dengan memperpanjang pilar dinding pintu bilas sampai lokasi ujung ruang olak
bucket.
Gambaran hasil uji model fisik terhadap arah aliran dan kecepatan untuk masing-
masing debit periode ulang tahun di atas, dapat dilihat dari Gambar IV -14. sampai
dengan Gambar IV -23. Karena tidak ada perubahan diudik bendung, pola aliran Seri-
1 hampir sama dengan Seri-0. Berdasarkan hasil penyelidikan arah aliran dan
kecepatan secara ringkas dapat dikemukakan bahwa :
a) Aliran dari udik bendung tidak cukup merata menuju mercu pelimpah hal
ditunjukkan dengan adanya pusaran air disebelah sisi kiri kanan dan tengah, saat
melewati pelimpah ketidak seragaman tersebut tetap terlihat namun pola olakan di
ruang olak relatif merata.
b) Setelah dinding terluas pintu bilas diperpanjang, pusaran (vortek) yang terjadi jeuh
berkurang dan posisinya bergeser kearah hilir. Pusaran ini yang selalu muncul
8
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
untuk berbagai harga debit. Meskipun telah jauh berkurang adanya pusaran ini
tetap menyebabkan pasir dihilir ruang olak disebelah hilir pintu pembilas
menumpuk, dan tumpukan pasir ini hanya bisa dihilangkan jika pintu pembilas
dibuka.
c) Dari hasil pengamata seri-1, ketidak merataan aliran tersebut terjadi karena bentuk
morfologi sungai yang mengengecil kearah lokasi bendung, yang berakibat aliran
mengarah ke arah kiri, sehingga timbul pusaran dekat kaki pintu pembilas. Selain
akibat bentuk sungai yang konvergen, pusaran terjadi akibat kedalaman aliran
yang relatif dangkal dan debt dari hulu yang besar. Pola aliran sebagaimana
dijelaskan diatas terjadi mulai dari debit Q-2 s/d Q-1000, yang berbeda hanyalah
dalam kedalaman dan kecepatan aliran.
d) Meski telah diperpanjang pusaran dekat pintu bilas masih teta terjadi meskipun
besarnya Untuk menghilangkan pusaran disebelah hilir pintu bilas, untuk seri-2
disarankan untuk dibuat dinding pengarah aliran mencegah terjadinya pusaran
diudik disisi kanan.
Gambar IV-14 : Elevasi muka air untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s
9
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-15 : Elevasi muka air untuk Debit, Q25th 228,00 m3/s
Gambar IV-16 : Elevasi muka air untuk Debit, Q50th 271,00 m3/s
10
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-17 : Elevasi muka air untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s
Gambar IV-18 : Elevasi muka air untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s
11
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-19 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s
Gambar IV-20 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q25th = 228,00 m3/s
12
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-21 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q50th = 271,00 m3/s
Gambar IV-22 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s
13
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-23 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s
Melihat kondisi hasil pengujian Model Desain Awal atau Seri 0 yang masih belum
sempurna dengan permasalahan utama pada tikungan saluran peluncur yang relatif
tajam, maka perlu dilakukan revisi desain awal. Revisi desain awal Seri-1 dilakukan
dengan memperpanjang pilar dinding pintu bilas sampai lokasi ujung ruang olak
bucket.
Gambaran hasil uji model fisik terhadap arah aliran dan kecepatan untuk masing-
masing debit periode ulang tahun di atas, dapat dilihat dari Gambar IV -23 sampai
dengan Gambar IV -33. Karena tidak ada perubahan diudik bendung, pola aliran Seri-
1 hampir sama dengan Seri-0. Berdasarkan hasil penyelidikan arah aliran dan
kecepatan secara ringkas dapat dikemukakan bahwa :
a) Aliran dari udik bendung tidak cukup merata menuju mercu pelimpah hal
ditunjukkan dengan adanya pusaran air disebelah sisi kiri kanan dan tengah, saat
melewati pelimpah ketidak seragaman tersebut tetap terlihat namun pola olakan di
ruang olak relatif merata.
14
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
b) Setelah dinding terluas pintu bilas diperpanjang, pusaran (vortek) yang terjadi jeuh
berkurang dan posisinya bergeser kearah hilir. Pusaran ini yang selalu muncul
untuk berbagai harga debit. Meskipun telah jauh berkurang adanya pusaran ini
tetap menyebabkan pasir dihilir ruang olak disebelah hilir pintu pembilas
menumpuk, dan tumpukan pasir ini hanya bisa dihilangkan jika pintu pembilas
dibuka.
c) Dari hasil pengamata seri-1, ketidak merataan aliran tersebut terjadi karena bentuk
morfologi sungai yang mengengecil kearah lokasi bendung, yang berakibat aliran
mengarah ke arah kiri, sehingga timbul pusaran dekat kaki pintu pembilas. Selain
akibat bentuk sungai yang konvergen, pusaran terjadi akibat kedalaman aliran
yang relatif dangkal dan debt dari hulu yang besar. Pola aliran sebagaimana
dijelaskan diatas terjadi mulai dari debit Q-2 s/d Q-1000, yang berbeda hanyalah
dalam kedalaman dan kecepatan aliran.
d) Meski telah diperpanjang pusaran dekat pintu bilas masih teta terjadi meskipun
besarnya Untuk menghilangkan pusaran disebelah hilir pintu bilas, untuk seri-2
disarankan untuk dibuat dinding pengarah aliran mencegah terjadinya pusaran
diudik disisi kanan.
Gambar IV-24 : Elevasi muka air untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s
15
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-25 : Elevasi muka air untuk Debit, Q25th 228,00 m3/s
Gambar IV-26 : Elevasi muka air untuk Debit, Q50th 271,00 m3/s
16
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-27 : Elevasi muka air untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s
Gambar IV-28 : Elevasi muka air untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s
17
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-29 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q2th = 93,00 m3/s
Gambar IV-30 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q25th = 228,00 m3/s
18
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-31 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q50th = 271,00 m3/s
Gambar IV-32 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q100th = 317,00 m3/s
19
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
Gambar IV-33 : Kondisi Profil Aliran untuk Debit, Q1000th = 506,00 m3/s
20
BAB I
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil uji model fisik yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Model yang dibuat berdasarkan gambar model desain awal (Model Seri 0)
menunjukan kinerja yang kurang baik karena :
- Terjadi pusaran besar di sisi kiri dekat pintu bilas dan pusaran kecil di sisi
kanan pelimpah yang munkin dapat membahayakan tubuh bendungan,
terutama untuk debit besar
- Morrfologi tepi sungai dihulu yang convergen kearah bendung sehingga aliran
terkonsentrasi kekiri kemudian terdorong kekanan.
- Terjadi pusaran disebelah hilir pintu pembials yang mengakibatkan sedimen
mengumput dekat pintu bilas.
- Meski aliran dari pelimpah yang menuju peredam energi tidak merata, peredam
energi type solid bucket masih berfungsi dengan baik.
2. Penyelidikan lengkung debit dilakukan untuk memeriksa kapasitas bangunan
pelimpah, dilakukan dengan pengukuran tinggi muka air pada lokasi bendung di
udik bangunan pelimpah dan di hilir peredam energi. Percobaan ini dimaksudkan
agar dapat mengetahui keadaan tinggi muka air pada berbagai debit keluaran
(outflow) dari pelimpah dan dilakukan dari debit kecil (Q ≈ 10.00 m 3/s) sampai
debit maksimum (Q ≈ 506.00 m3/s).
3. Pengujian arah dan kecepatan aliran menuju pelimpah dilakukan dengan
menggunakan debit keluaran rencana, meliputi:
1
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
4. Untuk mengukur muka air di hulu, point gauge diletakkan pada bagian hulu
pelimpah bendung (UWL). Rating curve disiapkan dengan debit outflow bervariasi
antara Q ~ 10.00 m3/det hingga Qmax = 506.00 m3/det. Rating curve debit hulu
pelimpah (UWL) disajikan pada pada Gambar V -34.Error: Reference source
not found
3
H = 0.6498 x Q0.5645
2.5
2
H (m)
1.5
0.5
0
0 100 200 300 400 500 600
Q (m3/s)
Gambar V-34 : Lengkung Debit di Udik Pelimpah Model Seri-0, Seri-1 dan Seri-2
5. Hasil pengujian pada model seri 1, secara hidraulik menunjukan kinerja yang lebih
baik dari model desain awal walaupun aliran masih terkonsentrasi ketengah dan
masih terjadi pusaran dihilir pintu bilas, namun pada seri 1 aliran dari waduk sudah
cukup merata menuju bukaan pelimpah
6. Hasil pengujian model seri perubahan yaitu Model Seri 2 aliran air masih terpusat
kearah bendung dan terjadi turbulensi di kolam olak bagian kiri dekat pintu bilas
namun secara hidraulik menunjukan kinerja yang lebih baik. Mulai dari Model Seri
1 kondisi aliran air sudah lebih merata di area saluran transisi sehingga terdapat
perbaikan aliran silang pada saluran peluncur.
9.2. REKOMENDASI
2
LAPORAN RINGKASAN Model Test Bendung Sub DI Debuklaran (DI Haekesak)
Kabupaten Belu, Nusa Tengggara Timur
3
1