Anda di halaman 1dari 19

PONDASI DANGKAL

1 Definisi Pondasi Dangkal


1. Perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi  1
2. Daerah penyebaran struktur pondasi pada tanah di bawahnya (lapisan
penyangga / bearing stratum) lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi

Secara fisik umumnya pondasi dangkal berupa pondasi tapak dengan bentuk
empat persegi panjang, bujur sangkar, atau lingkaran (setempat atau menerus).

Sementara pondasi dalam umumnya berupa pondasi tiang dari hasil


pemancangan atau berupa sumuran.

Df

Daerah penyebaran beban

Gambar 1: Pondasi Dangkal

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 1


2 Kriteria Perencanaan
a. Daya dukung sistem pondasi (q ult) > tegangan kontak yang terjadi akibat
beban
b. Penurunan pondasi akibat beban < penurunan yang diijinkan

3 Stabilitas Pondasi
Stabilitas pondasi ditentukan oleh :
1. Daya dukung pondasi, yang dipengaruhi oleh:
a. Macam pondasi: dimensi dan letak pondasi
b. Sifat tanah (indeks dan teknis): berat volume (), kohesi (c), sudut
geser dalam ()
2. Penurunan (settlement):
a. Penurunan segera (immediately settlement); akibat elastisitas tanah
b. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), akibat keluarnya air
pori tanah yang disebabkan oleh adanya pertambahan tegangan
akibat beban pondasi
3. Bentuk terjadinya penurunan dibedakan atas:
a. Penurunan seragam (uniform settlement)
b. Penurunan tidak seragam (differential settlement)

Q Q

St St1 St2

a) b)
Gambar 2: Penurunan Pondasi Dangkal
a) Penurunan seragam
PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 2
b) Penurunan tak seragam

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 3


4 Daya Dukung Pondasi

4.1 Konsep Daya Dukung Pondasi Dangkal


Pondasi segi empat dengan lebar B diberi beban merata sebesar q, yang sedikit
demi sedikit ditambah. Seiring dengan bertambahnya harga q, pondasi akan
mengalami penurunan. Bila perbandingan harga q dan besarnya tiap penurunan
diplot akan didapat kurva:

Gambar 3: Keruntuhan daya dukung pondasi dangkal


c) General shear failure
d) Local shear failure
e) Punching shear failure

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 4


4.2 Jenis Keruntuhan

 Pada lapisan tanah pasir padat atau pada tanah keras akan didapat kurva
4.3a). Jenis Keruntuhan yang terjadi disebut General Shear Failure

 Pada lapisan pasir dengan kepadatan sedang akan didapat kurva 4.3b).
Jenis keruntuhan yang terjadi disebut Local Shear Failure

 Apabila pondasi berada di atas tanah sangat lepas , kurva load-settlement


akan terlihat seperti kurva 4.3c), dan keruntuhan yang terjadi disebut
Punching Shear Failure.

Gambar 4: Mode keruntuhan pondasi pada pasir (Vesic, 1973)

4.3 Analisis Daya Dukung


Untuk menghitung besarnya daya dukung sistem pondasi dangkal, terdapat
beberapa formula, di antaranya menurut: Terzaghi, Meyerhof, Hansen, Vesic, dll.
Perbedaan antara beberapa formula yang ada ini disebabkan oleh adanya

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 5


perbedaan asumsi mekanisme keruntuhan. Perbedaan asumsi mekanisme
keruntuhan ini dijelaskan pada Gambar 5:
Menurut Terzaghi, apabila bagian bawah pondasi mulai akan turun, maka zona
keruntuhan dibagi menjadi 3:
Zona I: Zona yang langsung di bawah pondasi dicegah untuk bergerak lateral
oleh gaya friksi dan adhesi antara tanah dan dasar pondasi, sehingga
Zona I selalu tetap dan dalam keadaan seimbang, serta bekerja
sebagai bagian dari pondasi.
Zona II: Juga disebut zona geser radial, karena zona ini terbentuk dari satu set
gaya-gaya geser radial dengan titik pusat spiral logaritmik pada ujung
dasar fondasi yang membentuk zona geser radial tersebut.
Zona III: Disebut juga zona geser linear. Batas Zona III dengan garis horisontal
membentuk (450-/2). Bidang geser di atas batas horisontal oleh
Terzaghi diabaikan, dan diganti oleh beban q sebesar .Df.

Gambar 5: a) Pondasi dangkal; Terzaghi dan Hansen


mengabaikan geseran sepanjang bidang c-d.
b) Interaksi tanah-pondasi secara umum untuk
perhitungan daya dukung pondasi dangkal; kiri
PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 6
(asumsi Terzaghi & Hanse), kanan (asumsi
Meyerhof)

4.3.1 Daya Dukung Pondasi Dangkal Menurut Terzaghi

Anggapan dan Dasar Teori

Gambar 6: Keruntuhan daya dukung pada sistem pondasi


(kasar & menerus)

a. Menghilangkan tahanan geser tanah di atas bidang horisontal yang melewati


dasar fondasi, dan menggantikannya dengan seolah-olah terdapat beban
sebesar q = . Df
b. Membagi distribusi tegangan di bawah pondasi menjadi 3 bagian
c. Tanah adalah homogen dan isotropik, dan kekuatan gesernya
dipresentasikan menurut persamaan Coulomb, = c + . tan 
d. Dasar pondasi menerus, kasar, dan penyelesaian permasalahan adalah 2
dimensi
e. Zone elastis dibatasi oleh bidang lurus bersudut  =  dengan horisontal,
sedang zona plastis termobilisasi
f. Total tekanan pasif Pp terdiri dari tiga komponen pembentuk, dimana masing-
masing dapat dihitung sendiri-sendiri, kemudian ketiga komponen tersebut
ditambahkan meskipun permukaan kritis masing-masing komponen tidak
sama.

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 7


Formula Daya Dukung

Type Pondasi Kapasitas Daya Dukung SF

 Menerus qult. = c.Nc + q.Nq + 0,5. B..N 3

 Empat Persegi Panjang qult. = 1,3.c.Nc + q.Nq + 0,4. B..N 3

 Lingkaran qult. = 1,3.c.Nc + q.Nq + 0,3. B..N 3

dimana: q = .Df : Effective Overburden Pressure


c = kohesi
B = lebar fondasi
= berat volume tanah
Nc, Nq, dan N = fungsi dari : Faktor daya dukung Terzaghi

Harga Nq, Nc, dan N secara mudah bisa dilihat dari tabel atau nomogram yang
banyak tersedia.
Tabel 1: Faktor daya dukung (Terzaghi)

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 8


Gambar 7: Faktor daya dukung (Terzaghi)
a) General Shear Failure
b) Local Shear Failure
PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 9
Pengaruh Muka Air Tanah

KaKasus I:
q =  (Df - D) + ’.D

’ = sat - w

 pada suku ke-tiga rumus

Terzaghi diganti ’

KaKasus II:
q = .Df

 pada suku ke-tiga rumus


Terzaghi diganti ’

KaKasus III:
q = .Df
 pada suku ke-tiga diganti
rumus Terzaghi
1
 (D'(B-D)), untuk D
B

B
 untuk D >
B

Gambar 8: Pengaruh Muka Air Tanah


Pada Daya Dukung Pondasi

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 10


4.3.2 Daya Dukung Pondasi Dangkal Menurut Meyerhof
Dibandingkan dengan metoda Terzaghi, metoda Meyerhof selain memperhatikan
faktor sifat tanah dan bentuk pondasi, juga memperhatikan faktor kedalaman dan
faktor pembebanan. Selain itu metoda Meyerhof juga memperhatikan arah
pembebanan, yakni beban arah vertikal dan beban berinklinasi.

Rumus Daya Dukung

Type Pembebanan Kapasitas Daya Dukung

 Beban vertical qult. = c.Nc.sc.dc + q.Nq.sq.dq + 0,5. B..N.s.d

 Beban berinklinasi qult. = 1,3.c.Nc.dc.ic + q.Nq.dq.iq + 0,4. B..N.d.i

Dimana: Nc, Nq, N : Faktor daya dukung Meyerhof

Nq = e tan tan2(450-/2)

Nc = (Nq-1) cot

N = (Nq-1) tan (1.4 )

si = faktor bentuk pondasi


di = faktor kedalaman pondasi
ii = faktor inklinasi pembebanan

Tabel 2: Faktor daya dukung (Meyerhof)

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 11


BEARING CAPASCITY FACTORS Nc, Nq and Ny

Nc
Nq
Ny

17

10
Nc
8,
1
4,2

Nq N

ANGLE OF INTERNAL FRICTION 

Gambar 9: Faktor daya dukung (Meyerhof)

Tabel 3: Faktor bentuk, kedalaman, dan inklinasi (Meyerhof)

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 12


4.3.3 Daya Dukung Pondasi Dangkal Berdasarkan Nilai SPT

Secara praktis daya dukung pondasi dangkal juga bisa ditentukan berdasarkan
nilai SPT tanah pendukung pondasi. Terzaghi & Peck (1967), juga Meyerhof
telah menurunkan persamaan daya dukung berdasarkan nilai SPT ini, tetapi
menurut pengalaman hasil yang didapat masih terlalu konservatif, sehingga
Bowles (1982) menganjurkan untuk kenaikan harga 50% dari daya dukung ijin
yang dianjurkan Meyerhof.

Menurut Meyerhof, besarnya daya dukung pondasi dangkal adalah sebagai


berikut:

untuk B  F4

untuk B > F4

dimana: qall = daya dukung ijin untuk penurunan yang diijinkan tidak
melampaui 25 mm, dengan satuan kPa atau ksf

Kd = 1 + 0.33 (Df/B)  1.33 : faktor kedalaman

Df = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi
F = faktor koreksi (faktor keamanan) dengan harga sebagai
berikut:

Tabel 4: Faktor koreksi F


N55 N70
SI Fps SI Fps
F1 0.05 2.5 0.04 2
F2 0.08 4 0.06 3.2
F3 0.3 1 0.3 1.0
F4 1.2 4 1.2 4.0
PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 13
Harga N55 dan N70 adalah harga SPT yang telah dikoreksi
berdasarkan perbandingan energi standard E rb.
Selain itu N adalah nilai SPT rata-rata yang dihitung dari 0.5D f di
atas dasar pondasi sampai 2B di bawah dasar pondasi.

Df
0.5 Df
B

2B Nrata-rata

Gambar 10: Penentuan nilai SPT rata-rata

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 14


Gambar 11: Hubungan antara NSPT dengan qall
Menurut Parry (1977) harga qall untuk tanah berbutir kasar (c = 0) adalah sebagai
berikut:
qult = 30N [kPa] untuk Df  B
dimana N dihitung sebagai N rata-rata dari dasar pondasi sampai 0.75 B
di bawah pondasi.

Parry juga memperkirakan besarnya harga sudut geser dalam sebagai:

dimana q = effective overburden

4.3.4 Daya Dukung Fondasi Dangkal Berdasarkan Data CPT


Schmertmann (1978) mengusulkan hubungan faktor daya dukung Terzaghi
dengan harga tahanan konus qc sebagai berikut:

0.8 Nq  0.8 N  qc

dimana qc adalah harga tahanan konus rata-rata yang dihitung dari B/2 di atas
alas pondasi sampai dengan 1.1 B di bawah dasar pondasi, untuk D/B  1.5.

Untuk tanah berbutir kasar (-soils):

Pondasi lajur qult = 28 – 0.0052 (300-qc)1.5 [kg/cm2 atau ton/ft2]

Pondasi tapak qult = 48 – 0.009 (300-qc)1.5 [kg/cm2 atau ton/ft2]

Untuk tanah berbutir halus (c-soils):

Pondasi lajur qult = 2 + 0.28 qc [kg/cm2 atau ton/ft2]

Pondasi tapak qult = 5 + 0.34 qc [kg/cm2 atau ton/ft2]

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 15


PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 16
PENGARUH BEBAN EKSENTRIS PADA PONDASI

Dalam beberapa kasus, selain beban vertical pondasi juga harus menahan
momen (Gambar).

Gambar 12: Pondasi dengan beban eksentris

Pada kejadian ini tegangan kontak yang terjadi pada dasar pondasi menjadi tidak
seragam. Distribusi tegangan akibat eksentrisitas beban tersebut bisa dituliskan
sebagai berikut:

dimana Q adalah beban vertikal dan M adalah momen.

Selanjutnya untuk menghitung daya dukung sistem pondasi dipergunakan


formula daya dukung Meyerhof (1953), yang umumnya memperhatikan metoda
PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 17
bidang kontak efektif (effective area). Dan langkah penyelesaian perhitungan
daya dukung ditunjukkan seperti urutan berikut:

1. Perhitungan tegangan kontak


Pada Gambar 1b ditunjukkan sistem pembebanan yang ekivalen dengan
Gambar 1a. Jarak eksentrisitas e adalah:

Dengan menstubtitusikan persamaan eksentrisitas di atas ke persamaan


tegangan kontak didapat:

dan

Perhatikan persamaan qmin di atas; jika harga e sama dengan B/6, maka
harga qmin akan menjadi 0. Bahkan bila e > B/6, maka harga q min akan
menjadi negatif. Ini berarti akan terjadi tegangan kontak yang berupa
tegangan tarik. Karena tanah tidak bisa menerima tegangan tarik, maka pada
dasar sebagian bidang kontak (dasar pondasi) akan terjadi celah antara
dasar pondasi dengan permukaan tanah. Dan distribusi tegangan pada alas
pondasi akan terlihat seperti Gambar 1a. Sementara harga q max bisa ditulis
sebagai berikut:

2. Perhitungan lebar dan panjang efektif

B’ = lebar efektif = B – 2e
L’ = panjang efektif = L

Sebaliknya, jika eksentrisitas berada pada arah memanjang, maka panjang


efektif L’ = L – 2e dan lebar efektif B” = B.

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 18


3. Perhitungan daya dukung (qu) dengan cara Terzaghi atau Meyerhof

Apabila daya dukung dihitung berdasarkan teori Meyerhof, perlu diperhatikan:


 Faktor bentuk dan faktor inklinasi dihitung berdasarkan lebar dan
panjang efektif
 Faktor kedalaman dihitung berdasarkan lebar dan panjang total

4. Daya dukung total

Qult = qult x B’ x L’

5. Faktor keamanan:

FS = Qult / Q

Seperti telah dibahas di atas, bahwa adanya eksentrisitas bisa menyebabkan


berkurangnya daya dukung. Untuk itu salah satu cara untuk lebih mengefisienkan
struktur perlu adanya modifikasi penampang fondasi seperti ditunjukkan pada
gambar di bawah.

B/2 B/2

PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 19

Anda mungkin juga menyukai