Secara fisik umumnya pondasi dangkal berupa pondasi tapak dengan bentuk
empat persegi panjang, bujur sangkar, atau lingkaran (setempat atau menerus).
Df
3 Stabilitas Pondasi
Stabilitas pondasi ditentukan oleh :
1. Daya dukung pondasi, yang dipengaruhi oleh:
a. Macam pondasi: dimensi dan letak pondasi
b. Sifat tanah (indeks dan teknis): berat volume (), kohesi (c), sudut
geser dalam ()
2. Penurunan (settlement):
a. Penurunan segera (immediately settlement); akibat elastisitas tanah
b. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), akibat keluarnya air
pori tanah yang disebabkan oleh adanya pertambahan tegangan
akibat beban pondasi
3. Bentuk terjadinya penurunan dibedakan atas:
a. Penurunan seragam (uniform settlement)
b. Penurunan tidak seragam (differential settlement)
Q Q
St St1 St2
a) b)
Gambar 2: Penurunan Pondasi Dangkal
a) Penurunan seragam
PRINSIP UMUM PERENCANAAN PONDASI – Abdul Hadi 2
b) Penurunan tak seragam
Pada lapisan tanah pasir padat atau pada tanah keras akan didapat kurva
4.3a). Jenis Keruntuhan yang terjadi disebut General Shear Failure
Pada lapisan pasir dengan kepadatan sedang akan didapat kurva 4.3b).
Jenis keruntuhan yang terjadi disebut Local Shear Failure
Harga Nq, Nc, dan N secara mudah bisa dilihat dari tabel atau nomogram yang
banyak tersedia.
Tabel 1: Faktor daya dukung (Terzaghi)
KaKasus I:
q = (Df - D) + ’.D
’ = sat - w
Terzaghi diganti ’
KaKasus II:
q = .Df
KaKasus III:
q = .Df
pada suku ke-tiga diganti
rumus Terzaghi
1
(D'(B-D)), untuk D
B
B
untuk D >
B
Nq = e tan tan2(450-/2)
Nc = (Nq-1) cot
Nc
Nq
Ny
17
10
Nc
8,
1
4,2
Nq N
Secara praktis daya dukung pondasi dangkal juga bisa ditentukan berdasarkan
nilai SPT tanah pendukung pondasi. Terzaghi & Peck (1967), juga Meyerhof
telah menurunkan persamaan daya dukung berdasarkan nilai SPT ini, tetapi
menurut pengalaman hasil yang didapat masih terlalu konservatif, sehingga
Bowles (1982) menganjurkan untuk kenaikan harga 50% dari daya dukung ijin
yang dianjurkan Meyerhof.
untuk B F4
untuk B > F4
dimana: qall = daya dukung ijin untuk penurunan yang diijinkan tidak
melampaui 25 mm, dengan satuan kPa atau ksf
Df = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi
F = faktor koreksi (faktor keamanan) dengan harga sebagai
berikut:
Df
0.5 Df
B
2B Nrata-rata
0.8 Nq 0.8 N qc
dimana qc adalah harga tahanan konus rata-rata yang dihitung dari B/2 di atas
alas pondasi sampai dengan 1.1 B di bawah dasar pondasi, untuk D/B 1.5.
Dalam beberapa kasus, selain beban vertical pondasi juga harus menahan
momen (Gambar).
Pada kejadian ini tegangan kontak yang terjadi pada dasar pondasi menjadi tidak
seragam. Distribusi tegangan akibat eksentrisitas beban tersebut bisa dituliskan
sebagai berikut:
dan
Perhatikan persamaan qmin di atas; jika harga e sama dengan B/6, maka
harga qmin akan menjadi 0. Bahkan bila e > B/6, maka harga q min akan
menjadi negatif. Ini berarti akan terjadi tegangan kontak yang berupa
tegangan tarik. Karena tanah tidak bisa menerima tegangan tarik, maka pada
dasar sebagian bidang kontak (dasar pondasi) akan terjadi celah antara
dasar pondasi dengan permukaan tanah. Dan distribusi tegangan pada alas
pondasi akan terlihat seperti Gambar 1a. Sementara harga q max bisa ditulis
sebagai berikut:
B’ = lebar efektif = B – 2e
L’ = panjang efektif = L
Qult = qult x B’ x L’
5. Faktor keamanan:
FS = Qult / Q
B/2 B/2