Anda di halaman 1dari 30

Geologi Teknik 11 –

Daya Dukung Tanah


.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
SUB-JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN MINERAL KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan
beban konstruksi. Daya dukung tanah dianalisis agar pondasi tidak
mengalami keruntuhan geser (shear failure) dan penurunan berlebih.
Daya dukung tanah tersebut ditentukan oleh jenis dan karakter tanah.
Kemampuan tanah untuk menahan tekanan atau
beban bangunan pada tanah dengan aman tanpa
menimbulkan keruntuhan geser dan penurunan
berlebihan.
Daya Dukung
- Pedoman Analisis Daya Dukung Tanah PUPR -
Daya Dukung Allowable Bearing Capacity adalah kemampuan
daya dukung batas qu dibagi dengan sebuah
Diizinkan (qa) faktor keamanan (FK) yang memadai

- Pedoman Analisis Daya Dukung Tanah PUPR -

Ultimate Bearing Capacity adalah kemampuan


daya dukung rata-rata (beban per satuan luas),
yang diperlukan untuk menimbulkan keruntuhan
Daya Dukung pada tanah atau peretakan (rupture) pada massa
batuan pendukung.
Batas (qu)
- Pedoman Analisis Daya Dukung Tanah PUPR -
Daya Dukung Diizinkan (qa)

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐷𝑢𝑘𝑢𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 (𝑞𝑢𝑙𝑡)


Tegangan Tanah yang diizinkan qa =
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 (𝑆𝐹)
Fase-fase dan
Pola Keruntuhan
Untuk mempelajari perilaku tanah pada saat permulaan sampai
mencapai keruntuhan dilakukan tinjauan terhadap pondasi kaku
pada kedalaman dasar pondasi yang tidak lebih dari lebar
pondasinya dengan penambahan beban secara berangsur-angsur.

Fase- Fase
Keruntuhan
Pondasi
Awal pembebanan tanah dibawah pondasi turun, terjadi deformasi
lateral dan vertikal ke bawah. Penurunan yang terjdi sebanding
Fase I dengan besarnya beban tanah dalam kondisi keseimbangan elastis.
Masa tanah di bawah pondasi mengalami komresi sehingga kuat
geser tanah naik, sehingga daya dukung bertambah.

Fase- Fase
Keruntuhan
Pondasi
Pada penambahan beban selanjutnya, penurunan tanah terbentuk
tepat di dasar pondasi dan deformasi plastis tanah menjadi
Fase II dominan. Gerakan tanah pada kedududkan plastis dimulai dari tepi
pondasi, dengan bertambah beban zona plastis berkembang,kuat
geser tanah berkembang.
Gerakan tanah ke arah lateral semakin nyata, sehingga terjadi
retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi pondasi.
Fase- Fase
Keruntuhan
Pondasi
Fase ini dikarekteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin
bertambah sejalan dengan penambahan beban yang diikuti oleh
Fase III gerakan tanah kearah luar sehingga permukaan tanah
menggembung, sehingga tanah mengalami keruntuhan disebut
bidang gesr radial dan linier.

Fase- Fase
Keruntuhan
Pondasi
Pola Keruntuhan
General Shear Failure

Local Shear Failure

Punching Shear Failure

model vesic (1963)


Pola Keruntuhan
General Shear Failure

Local Shear Failure

Punching Shear Failure


General Shear Failure

Soil Failure
Lines

passive
rigid
radial
radial
shear
shear
log spiral
General Shear Failure
• Keruntuhan yang terjadi pada tanah yang tidak mudah mampat,
yang mempuntai kekuatan geser tertentu atau dalam keadaan
terendam.
• Suatu baji tanah terbentuk tepat pada dasar pondasi (zona A)
yang menekan ke bawah hingga aliran tanah sacara plastis pada
zona B. Gerakan ke arah luar ditahan oleh tahanan pasif dibag C.
• Saat tahanan pasif terlampaui, terjadi pengembungan
dipermukaan. Keruntuhan secara mendadak yang diikuti oleh
penggulingan pondasi.
Local Shear Failure

minor surface
heave only

Medium
denses or
firm soils
Punching Shear Failure
• Penggembungan permukaan tanah tidak terjadi, akibat
pembebanan pondasi bergerak kebawah arah vertikal dengan
cepat dan menekan tanah kesamping sehingga terjadi
pemampatan tanah dekat pondasi. Penurunan bertambah secara
linier dengan penambahan beban.
Punching Shear Failure

No surface
heave

Loose or soft
soils
Local Shear Failure
• Pola keruntuhan terjadi pada tanah yang mudah mampat atau tanah
yang lunak. Bidang gelincir tidak mencapai permukaan tanah tetapi
berhenti di suatu tempat. Pondasi tenggelam akibat bertambahnya
beban pada kedalaman yang relatif dalam sehingga tanah yang
didekatnya mampat.
• Terdapat sedikit penggembungan tanah, tetapi tidak terjadi
penggulingan pondasi. Dari grafik terlihat bahwa dengan pertambahan
bebanakan bertambah pula penurunannya sehingga beban maksimum
mungkin tidak dicapai.
Perhitungan
Daya Dukung
Tanah
Perhitungan Daya Dukung Tanah
q = c N + Df  N + 0,5  B N
ult c q

Terzaghi (1943)
Perhitungan Daya Dukung Tanah
q = c N + Df  N + 0,5  B N
ult c q

qult = daya dukung ultimit/ batas


c = kohesi
q = Df x 
(bobot satuan isi tanah x kedalaman)
Df = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi
 = berat volume tanah
Nc,Nq,N = faktor daya dukung tanah
Terzaghi (1943)
Perhitungan Daya Dukung Tanah
Nilai dan Grafik Faktor
Daya Dukung Tanah Terzaghi

Terzaghi (1943)
Perhitungan Daya Dukung Tanah

Terzaghi (1943)
Perhitungan Daya Dukung Tanah - MAT
sangat dalam dibanding lebar pondasi (z > B)
q = c N + Df b N + 0,5 b B N
ult c q

qult = daya dukung ultimit/ batas


c = kohesi
Df = kedalaman pondasi
dw = kedalaman MAT dari permukaan
B = lebar pondasi
b = berat volume tanah basah
 = berat vol. tanah efektif ( - air)
r = berat volume tanah rata-rata
Nc,Nq,N = faktor daya dukung tanah
Terzaghi (1943)
Perhitungan Daya Dukung Tanah - MAT
terletak diatas
q = c N + [’(Df - dw) +  dw] N + 0,5 ’ B N
ult c q

qult = daya dukung ultimit/ batas


c = kohesi
Df = kedalaman pondasi
dw = kedalaman MAT dari permukaan
B = lebar pondasi
b = berat volume tanah basah
 = berat vol. tanah efektif ( - air)
r = berat volume tanah rata-rata
Nc,Nq,N = faktor daya dukung tanah
Terzaghi (1943)
Perhitungan Daya Dukung Tanah - MAT
didasar pondasi (dw = 0)
q = c N + Df ’ N + 0,5 ’ B N
ult c q

qult = daya dukung ultimit/ batas


c = kohesi
Df = kedalaman pondasi
dw = kedalaman MAT dari permukaan
B = lebar pondasi
b = berat volume tanah basah
 = berat vol. tanah efektif ( - air)
r = berat volume tanah rata-rata
Nc,Nq,N = faktor daya dukung tanah
Terzaghi (1943)
Perhitungan Daya Dukung Tanah - MAT
kedalaman z bawah dasar pondasi (z < B)
q = c N + Df b N + 0,5 r B N
ult c q

qult = daya dukung ultimit/ batas


c = kohesi
Df = kedalaman pondasi
dw = kedalaman MAT dari permukaan
B = lebar pondasi
b = berat volume tanah basah
 = berat vol. tanah efektif ( - air)
r = berat volume tanah rata-rata
Nc,Nq,N = faktor daya dukung tanah
Terzaghi (1943)
ABSENSI
(GL3136)
- Nama
- NIM
- Kelas
- Pertemuan
- Bukti Kehadiran
(Screenshot Kehadiran)

https://tinyurl.com/absensiGL31
36genap

Rabu,20/04/2022
Thank you

Anda mungkin juga menyukai