Anda di halaman 1dari 49

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/308874935

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN BRAND IMAGE ECO-


TOURISM PULAU LOMBOK

Research Proposal · June 2016


DOI: 10.13140/RG.2.2.33256.26883

CITATIONS READS

2 7,886

3 authors, including:

Yugih Setyanto Septia Winduwati


Tarumanagara University Tarumanagara University
69 PUBLICATIONS   54 CITATIONS    37 PUBLICATIONS   23 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Upaya Branding yang Dilakukan Humas pada Perguruan Tinggi Swasta View project

K-Pop fans' behavior on gay pairing idols View project

All content following this page was uploaded by Yugih Setyanto on 04 October 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN PENELITIAN YANG DIAJUKAN

KE LEMBAGA PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN BRAND IMAGE


ECO-TOURISM PULAU LOMBOK

Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos, M.Si


Yugih Setyanto, S.Sos,M.Si
Septia Winduwati, S.Sos, M.Si

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
JUNI 2016
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Strategi Public Relations dalam Membangun


Brand Image Eco-tourism Pulau Lombok

2. Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos, M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 10915001
d. Jabatan Struktural : -
e. Jabatan Fungsional : -
f. Fakultas/Jurusan : FIKom
g. Telepon/Faks. : 021 569 60586
h. Email : lusias@fikom.untar.ac.id
i. Alamat Rumah : Jl.Tanjung Gedong Raya No.8b, RT002/
RW09, Kelurahan Tomang, Grogol,
Jakarta Barat

3. Anggota Penelitian : 1) Yugih Setyanto, S.Sos, M.Si


2) Septia Winduwati, S.Sos, M.Si

4. Rencana Belanja : Rp. 15.000.000


Total UNTAR/LPPI

Jakarta, 29 Juni 2016


Mengetahui,
Pembantu Dekan
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Komunikasi Ketua Peneliti

Dr. Riris Loisa, M.Si Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos,M.Si


10915001

Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Jap Tji Beng, PhD.


NIP: 100381047

ii
RINGKASAN DAN SUMMARY

Lombok merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik terutama dari segi
eco-tourism. Eco-tourism sangat sesuai dengan visi kepariwisataan berkelanjutan
di Lombok yaitu “Lombok menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya,
yangberdaya saing dan berkelanjutan”.Eco-tourism adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke daerah alami dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Tidak seperti
pariwisata yang biasanya, eco-tourism sangat mempertimbangkan keberlanjutan
lingkungan. Tidak hanya keberlanjutan lingkungan, eco-tourism juga
mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Penelitian ini fokus untuk mengetahui
strategi public relations pada eco-tourism di Pulau Lombok dan untuk mengetahui
bagaimana strategi tersebut memberikan kontribusi dalam membangun brand
image eco-tourism Pulau Lombok. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
dengan teknik deskriptif.

Kata Kunci: Eco-tourism, Brand Image, Lombok

iii
PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga tim peneliti dapat melaksanakan penelitian di Lombok dan
menyelesaikan penulisan laporan akhir penelitian ini. Kegiatan penelitian ini
merupakan salah satu perwujudan dari salah satu tri darma perguruan tinggi
khususnya di Universitas Tarumanagara.
Kegiatan penelitian ini juga dibantu dan didukung oleh banyak pihak.
Oleh sebab itu, tim ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang ikut terlibat dan telah membantu tim, yaitu:
1. Kementerian Pariwisata Pusat dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi NTB yang telah bersedia untuk menjadi narasumber ahli
dalam penelitian ini.
2. Pelaku industri eco-tourism Lombok yang telah bersedia menjadi
informan mengenai pariwisata yang ada di Lombok.
3. Fakultas Ilmu Komunikasi UNTAR yang telah memberikan dukungan
kepada tim peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik
dan lancar.
4. LPPI UNTAR yang menyediakan dana sehingga penelitian ini dapat
terwujud dan terlaksana.

Tim peneliti mengharapkan bahwa laporan ini dapat menambah wawasan


pihak lain. Di akhir kata tim mengucapkan sekian dan terima kasih.

Jakarta, 29 Juni 2016

Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos., M.Si


Ketua Peneliti

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN DAN SUMMARY iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Komunikasi Public Relations 6
B. Brand Image 10
C. Konsep Eco-tourism 14
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 17
B. Manfaat Penelitian 17
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian 18
B. Sifat Penelitian 19
C. Strategi Pemilihan Informan 20
D. Metode Pengumpulan Data 21
E. Teknik Analisis Data 22
F. Keabsahan Data Penelitian 22
G. Keterbatasan Penelitian 23
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Pembangunan Pariwisata NTB 25
B. Menciptakan Ecotourism Sebagai Brand Image 31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 36
B. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Air Terjun Benang Kelambu di Geopark Kaki Gunung Rinjani 28

Gambar 5.2 Poster Promosi Geopark Rinjani dan Air Terjun di Bandara 29

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Transkrip Wawancara Narasumber 42

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pariwisata kini merupakan sebuah industri besar yang juga digunakan
untuk mengenalkan negara ke dunia internasional. Industri pariwisata juga
menjadi salah satu sumber devisa negara yang cukup besar, seperti di negara
Thailand, Filipina, Singapura, Korea Selatan, atau di teritori Hawaii, Galapagos,
Kepulauan Karibia, dan sebagainya. Pariwisata pun telah menjadi salah satu
industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam dua puluh tahun
terakhir.UNWTO mencatat rekor jumlah wisatawan internasional (wisatawan
yang bepergian ke luar negeri) pada tahun 2012mencapai 1 milyar orang dengan
pendapatan ekspor internasional sebesar 1,3 triliun US$. Jumlah ini meningkat
menjadi1,08 milyar pada tahun 2013, dan lebih dari 6 milyar wisatawan
melakukan perjalanan di dalam negeri mereka masing-masing.Jumlah wisatawan
internasional diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4 milyar pada tahun 2020,
dan menjadi1,8 milyar pada tahun 2030 (Saufi, dkk. dalam RIPPARDA Lombok,
2015).
Perkembangan teknologi membuat dunia seakan tanpa jarak sehingga
mobilitas masyarakat semakin mudah. Dampaknya adalah makin berkembangnya
bisnis pariwisata sebagai primadona pemasukan devisa. Namun hal lain yang
patut menjadi catatan bahwa pariwisata dapat memberi positioning sebuah negara
(atau loksai wisata) secara global. Sebagai contoh bagaimana Malaysia
menyatakan dirinya sebagai “The heart of Asia” sebagai tagline dari promosi
pariwisatanya yang seakan ingin menempatkan negara tersebut sebagai pusat dari
Asia. Cara seperti ini sah-sah saja dalam persaingan. Itu pulalah yang seharusnya
dilakukan destinasi wisata yang ada di Indonesia. Peran public relations dalam
mempromosikan sebuah destinasi wisata merupakan salah satu cara mewujudkan
hal tersebut. Bukan saja Indonesia sebagai sebuah negara yang menjadi tujuan

1
wisata terkemuka namun juga bagaimana tujuan-tujuan wisata menarik di
Indonesia juga harus dapat mempromosikan “dirinya” kepada masyarakat.
Banyak negara, termasuk Indonesia menjadikan pariwisata ini sebagai
sektor andalan dalam membangun perekonomian negara. Indonesia sebagai salah
satu negara kepulauan terbesar di dunia memiliki daya tarik tersendiri untuk
menjadi destinasi wisata dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara
dengan luas wilayah terbesar, jumlah penduduk terbanyak dan sumber daya alam
terkaya. Terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, Indonesia memiliki laut dan
hamparan pantai yang indah tempat wisatawan melakukan aktivitas wisata bahari
seperti diving, snorkeling dan surfing. Ditunjang dengan iklim tropis, Indonesia
mendapat sinar matahari sepanjang tahun karena berada pada lintasan garis
khatulistiwa,sehingga aktivitas kepariwisataan tidak dipengaruhi oleh pergantian
musim. Selain itu, Indonesia terdiri atas lebih dari 500 suku (etnis), dengan bahasa
dan budaya yang beraneka ragam. Keragaman suku dan budaya tersebut
menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia karena memiliki atraksi
wisata budaya dan kuliner yang sangat unik dan beragam.
Salah satu keunggulan yang dimiliki Indonesia untuk pariwisata adalah
sumber daya alamnya yang indah. Keberagaman ekosistem alam menyediakan
obyek yang menarik bagi wisatawan. Oleh karenanya pariwisara berbasis alam
(nature) menjadi andalan dalam industri pariwisata Indonesia. Sayangnya,
meskipun dapat diperbaharui, sumber daya bersifat terbatas. Jika pemanfaatan
melebihi daya dukung, sumber daya tersebut tidak dapat pulih dan akhirnya
rusak.Sumber daya memiliki sifat terbatas sedangkan manusia sebagai pemanfaat
memiliki keinginan yang tidak terbatas.Adanya keterbatasan sumberdaya serta
permintaan pariwisata yang semakin tinggi akhirnya membuahkan konsep wisata
baru berwawasan lingkungan, yaitu eco-tourism (ekowisata).
Eco-tourism pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi
The Ecotourism Society. Menurut The Ecotourism Society, eco-tourism adalah
suatu bentuk perjalanan wisata ke daerah alami dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Lebih lanjut, Wood (1999) mendeskripsikan eco-tourism sebagai bentuk baru dari

2
perjalanan yang bertanggung-jawab ke daerah alami dan berpetualang, serta dapat
menciptakan industri pariwisata. Yulianda (2007) memberikan gambaran lebih
praktis, eco-tourism merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan
konservasi.
Eco-tourism meliputi wisata alam (natural tourism) dan wisata budaya
(cultural tourism). Tidak seperti pariwisata yang biasanya, eco-tourism sangat
mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan. Tidak hanya keberlanjutan
lingkungan, eco-tourism juga mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Artinya,
konsep eco-tourism tidak dapat dilepaskan dari peran saling mempengaruhi antara
eco-tourismitu sendiri dengan manusia disekitarnya.Eco-tourism memiliki
beberapa aspek kunci yang harus selalu diperhatikan demi menjaga
keberlanjutannya, antara lain; jumlah pengunjung yang terbatas atau diatur supaya
sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial budaya masyarakat, nilai
konservasi, nilai edukasi dan wisata, nilai ekonomi, serta nilai partisipasi
masyarakat dan ekonomi.
Tanpa disadari sektor pariwisata termasuk eco-tourism sebenarnya sangat
menguntungkan secara ekonomis. Seperti yang diungkapkan Yoeti (2008) dalam
Yassiranda (2011) bahwa dalam industri pariwisata, terbuka peluang untuk
meningkatkan perolehan devisa negara. Hal ini terbukti dari perkembangan
jumlah pemasukan perjalanan wisata nusantara sejak tahun 2009 hingga 2013
meningkat 39,13 triliun (Pusdatin Kemenparekraf dan BPS). Peningkatan jumlah
wisatawan tersebut, bukan berarti sektor pariwisata sudah cukup kokoh untuk
dijadikan sumber devisa negara yang strategis. Eco-tourism biasanya terletak
didaerah yang jauh dari daerah urban atau pusat kota sehingga diperlukan suatu
strategi komunikasi berupa promosi maupun strategi public relations kepada
khalayak untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Pulau Lombok bersama dengan Bali telah ditetapkan sebagai pintu
gerbang pariwisata Nasional dalam MP3EI Koridor V (MasterplanPercepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Lombok sendiri merupakan salah
satu destinasi wisata yang menarik terutama dari segi eco-tourism. Eco-tourism
sendiri sangat sesuai dengan visi kepariwisataan berkelanjutan di Lombok yaitu

3
“Lombok menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya, yang berdaya saing
dan berkelanjutan”.
Guna mewujudkan visi tersebut disusunlah tujuan yang didasarkan pada
empat pilarutama kepariwisataan seperti yang digariskan dalam Perda No. 7 tahun
2013 mengenai Rencana Induk PembangunanKepariwisataan Daerah Nusa
Tenggara Barat (RIPPARDA NTB) 2013 – 2028 meliputi destinasi, promosi,
industri, dankelembagaan. Tujuan masing-masing pilar yakni:

1. Membangun destinasi pariwisata yang didukung penuh oleh masyarakat


lokal, unik, bersih, berkarakteristik lokal, danberorientasi lingkungan;
aman dan nyaman.
2. Membangun promosi yang dapat meningkatkan kualitas kunjungan,
membangun citra pariwisata Lombok yang dapat diterima oleh masyarakat
lokal, menciptakan rasa bangga bagi pemangku kepentingan pariwisata.
3. Mengembangkan Kelembagaan & SDM yang profesional dan berdaya
saing, didukung oleh pengusaha pariwisata secaraberkelanjutan, mampu
berkoordinasi dan bekerja sama antara sesama pemangku kepentingan
pariwisata Lombok.
4. Mendorong terciptanya industri yang menghasilkan produk/jasa yang
kreatif dan inovatif, berorientasi pada prinsipkepariwisataan berkelanjutan,
serta, mendorong munculnya pengusaha pariwisata lokal.

Setelah melihat tujuan yang didasarkan pada empat pilarutama


kepariwisataan di Lombok, maka memang diperlukan suatu strategi komunikasi
berupa promosi maupun strategi public relations kepada khalayak untuk menarik
minat wisatawan untuk berkunjung. Melalui penelitian ini, akan dilihat bagaimana
strategi public relations yang digunakan memberikan kontribusi dalam
membangun brand image eco-tourism di Pulau Lombok.

4
B. Rumusan Masalah:
Setelah melihat latar belakang permasalahan, maka diperoleh pertanyaan
penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi public relations pada eco-tourism di Pulau


Lombok?
2. Bagaimana strategi tersebut memberi kontribusi dalam membangun
brand image eco-tourism Pulau Lombok?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Komunikasi Public Relations

Startegi dapat bermanfaat melalui kegiatan taktiknya yang mampu


membangun dan menciptakan kekuatan melalui kontinuitas serta konsistensi.
Selain itu arah strategi yang jelas dan kesepakatan bersama akan menyebabkan
perencanaan taktis menjadi lebih mudah dan cepat. Strategi pada hakekatnya
adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan hanya untuk menunjukkan arah, taktik operasional yang harus
mampu menunjukkan arah yang tepat.(Effendy,2000:32).
Strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi
ini harus mampu dilakukan secara praktis (diterapkan dalam praktek) sesuai
petunjuk operasionalnya, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) dapat
berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.
Peran dan fungsi public relations dapat diwujudkan dalam program
kegiatan kehumasan yang telah dirancang sebelumnya dengan strategi yangtepat
agar program dapat berjalan dengan baik. Berpikir strategis meliputi tindakan
memperkirakan atau membangun tujuan masa depan yang diinginkan,
menentukan kekuatan-kekuatan yang akan membantu atau yang akan
menghalangi tercapainya tujuan, serta merumuskan rencana untuk mencapai
keadaan yang di adakan (Morissan, 2008: 152). Seperti yang diungkapkan oleh
Stephen Robbins (1990), mendefinisikan strategi sebagai:

“The determination of the basic long-term goals


and objectives of an enterprise, and the adoption of
course of action and the allocation of resources
necessary for carrying out thisgoals.”(Penentuan

6
tujuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan
arah tindakan serta mendapatkan sumber- sumber
yang diperlukan untuk mencapaitujuan.)
Strategi public relations adalah manajemen hubungan antara organisasi
dan khalayak atau stakeholder yang bervariasi dengan skala prioritas yang
berbeda dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi makro dan mikro, serta studi
manajemen lingkungan telah menambah penekanan pada ranah public relations
dalam dimensi organisasi yang lebih dari sekedar memperoleh keuntungan dan
untuk memasukkan tanggung jawab sosial sebagai salah satu ukuran kesuksesan
korporat. Kegiatan public relations berperan penting bagi kebijakan organisasi
berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas bisnis
perusahaan. Faktor-faktor ini termasuk stratifikasi sosial, kesejahteraan sosial,
serta proses-proses politik, hukum, dan peraturan yang berhubungan dengan
operasi perusahaan. Semua faktor ini perlu dipahami karena dapat mempengaruhi
reputasi organisasi dan penerimaan publik (Oliver, 2007: 13).
Public relations merupakan bagian dari fungsi stratejik dalam organisasi
dan untuk menentukan strategi, diperlukan perencanaan dalam penyusunan
program Public relations (Cutlip, Center, & Broom, 2006: 309). Ada empat
alasan penting yang dikemukakan oleh Jefkins (1998) mengapa perencanaan itu
diperlukan,yaitu:
1. Untuk menentukan target operasi PR – di mana hasilnya dapatdiukur.
2. Untuk memperkirakan jam kerja dan biaya-biaya lain yangberkaitan.
3. Untuk menentukan prioritas yang akan mengontrol jumlah serta
pengaturan waktu operasi-operasi yang berbeda dalam suatuprogram.
4. Memutuskan tingkat kemampuan melaksanakan tujuan yang telah
dideklarasikan menurut ketersediaan sumber daya manusia, alat-alat
fisik seperti mesin atau kendaraan, dan anggaran yangsesuai.
Perencanaan strategis dalam public relations melibatkan pengambilan
keputusan tentang tujuan dan sasaran program, pengenalan publik utama,
penetapan kebijakan atau aturan untuk menjadi pedoman pemilihan strategi, dan
penentuan strategi. Harus ada hubungan yang dekat antara keseluruhan tujuan

7
program, sasaran untuk ditetapkan bagi setiap publik, dan strategi untuk dipilih.
Kuncinya adalah bahwa strategi dipilih untuk mewujudkan hasiltertentu.
Praktisi PR bekerja sama dengan manajer-manajer lain untuk mengembangkan
rencana program strategis. (Cutlip, 2005: 295).
Proses perencanaan strategis public relations terdiri dari empat langkah,
yaitu (Cutlip, 2005: 268):
1. Mendefinisikan masalah
Langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan pemantauan
pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku mereka yang peduli dan
terpengaruh oleh tindakan dan kebijakan organisasi. Intinya
merupakan fungsi kecerdasan organisasi. Langkah ini memberi
landasan bagi semua langkah proses pemecahan masalah lainnya
dengan menentukan, “Apa yang sedang terjadi saat ini?”
Dalam proses analisis situasi, perlu analisis rinci atas faktor
internal dan eksternal dalam situasi masalah memberi praktisi
informasi yang dibutuhkan untuk menilai kekuatan (strength, S) dan
kelemahan (weakness, W) organisasi, dan untuk mengidentifikasi
peluang (opportunity, O), dan ancaman (threat, T) dalam lingkungan
eksternal. (Cutlip, 2005: 276).
2. Membuat rencana dan program
Informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan
untuk membuat keputusan tentang publik program, tujuan, tindakan,
serta strategi, taktik, dan tujuan komunikasi. Untuk itu penemuan dari
langkah pertama harus dijadikan sebagai faktor kebijakan dan program
organisasi. Langkah kedua dari proses ini menjawab, “Berdasarkan
situasi yang telah kita pelajari, apa yang sebaiknya kita ubah, lakukan
dankatakan?”
Pembuatan rencana dan program adalah membuat keputusan-
keputusan strategis dasar atas apa yang akan dilakukan dengan urutan
apa dalam menanggapi atau mengantisipasi masalah atau peluang.
(Cutlip, 2005: 291). Kebanyakan organisasi beroperasi berdasarkan

8
manajemen oleh sasaran (management by objectives atau MBO) atau
dengan istilah lain manajemen menurut tujuan dan hasil (management
by objectives and results atau MOR). Sederhananya,
MBOsecarasistematis mengaplikasikan teknik-teknik manajemen
yang efektif untuk menjalankan organisasi. MBO menetapkan hasil
(konsekuensi, akibat, dampak) yang akan dicapai, sehingga dengan
demikian menetapkan kriteria untuk memilih strategi, memantau
kinerja dan kemajuan, serta mengevaluasi keefektifan program. MBO
kini beroperasi dengan dua tingkat hasil, yaitu tujuan dan sasaran.
Tujuan (goal) adalah pernyataan ringkas yang menyebutkan
keseluruhan hasil dari suatu program. Sasaran (objective) adalah hasil
pengetahuan spesifik, opini tertentu, dan perilaku spesifik yang hendak
dicapai untuk masing-masing publik sasaran yang telah didefinisikan
dengan jelas. (Cutlip, 2005: 297).
3. Bertindak dan berkomunikasi
Langkah ketiga mencakup pelaksanaan program tindakan dan
komunikasi yang dirancang untuk mencapai tujuan spesifik bagi setiap
publik demi mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini
adalah, “Siapa yang harus melakukan dan mengatakannya, serta kapan,
di mana, dan bagaimana?”
Dalam melaksanakan tindakan, kegiatan public relations harus
mencakup tujuh C komunikasi public realtions, yaitu credibility
(kredibilitas), context (konteks), content (isi), clarity (kejelasan),
continuity dan consistency (kesinambungan dan kekonsistenan),
channels (saluran), dan capability of the Audience (kesanggupan
khalayak). Komunikasi dan tindakan bukan merupakan tujuan,
melainkan cara mencapai tujuan. Tujuan public relations adalah hasil
yang diuraikan dalam sasaran program. (Cutlip, 2005: 336).
4. Mengevaluasi program
Langkah terakhir dari proses ini mencakup penilaian persiapan,
pelaksanaan, dan hasil program. Saat program sedang dilaksanakan,

9
dibuat penyesuaian berdasarkan evaluasi umpan balik tentang
bagaimana program berjalan atau tidak berjalan. Program diteruskan
atau dihentikan setelah mempelajari, “Bagaimana kita sekarang, atau
dulu?”
Evaluasi merupakan proses yang terus-menerus dan penting
dilaksanakan. Dalam analisis terakhir, evaluasi program melibatkan
banyak pengetahuan di luar teknik riset ilmiah. Prinsip dalam praktik
adalah mengumpulkam bukti terbaik yang tersedia untuk mengelola
dan mengevaluasi program public relations.

B. Brand Image

Pengertian dari brand imageadalah:“animpression created by brand


messages and experiences and assimilated into a perception or impression of
the brand “ (Duncan, 2004: 82). Yang artinya suatu kesan yang diciptakan
oleh pesan brand dan pengalaman yang diasimilasi ke sebuah persepsi atau
kesan dari brand itu sendiri. Image suatu produkdikelola oleh sebuah
perusahaan tidak terlepas dari peran dari pelanggan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Image yang bagus dapat memperkokoh brand suatu
perusahaan begitu pula image yang buruk akan berakibat fatal bagi
kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.
Brand image merepresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek
dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.
Kotler & Fox mendefinisikan citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran,
kesan-kesan dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
suatu obyek. Citra terhadap merk berhubungan dengan sikap yang berupa
dengan keyakinan dan referensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan
citra yang positif terhadap suatu merek, lebih menungkinkan untuk melakukan
pembelian. Manfaat dari citra merek (brand image) yang positif, perusahaan
bisa mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra yang positif
yang telah terbentuk dari produk lama (Sutisna,2003: 83).

10
Keller & Houston berpendapat bahwa brand image adalah pengertian
dan pemahaman pelanggan terhadap merek atau brand suatu produk
(Prisgunanto,2006: 10). Menurut Aaker definisi brand image adalah (1991:
109):

“A brand image is a set of associations,


usually organized in some meaningful way.
Brand image refers to the schematic memory
of brands which contains the target market’s
interpretation of the product attributes,
benefit, usage situations, users and
manufacturer or marketer characteristics.”

Berdasarkan definisi tersebut, brand image ada dalam ingatan


seseorang dan diinterpretasikan dalam atribut produk, manfaat, situasi
penggunaan, karakteristik pengguna serta produsen atau pemasarnya. Secara
implisit di dalamnya pun terkandung sisi emosional konsumen yang perlu
diarahkan oleh pemasar menuju sekumpulan asosiasi tertentu yang
diinginkannya.
Brand image menurut Dr. Paul Temporal dan Rod Davies
(brandingAsia.com) adalah kumpulan persepsi konsumen mengenai brand
tersebut atau bagaimana konsumen melihat brand tersebut. Persepsi
didefinisikan sebagai proses dengan mana individu memilih, mengorganisir,
dan mengartikan rangsangan (stimulus) ke dalam suatu makna atau arti dalam
gambaran nyata (Schiffman dan Kanuk, 2000:158). Ketika konsumen
dihadapkan kepada suatu stimulus (brand, produk, atribut produk, dsb) maka
ia akan memberikan respon yang bergantung pada persepsinya. Karena itu,
konsumen yang berbeda akan merespon suatu stimulus yang sama bergantung
pada persepsinya masing-masing. Konsumen bereaksi dan beraksi atas dasar
persepsinya. Jadi pembuatan keputusan pembelian didasarkan pada persepsi
dan bukan pada fakta-fakta aktual. Oleh karena itu, pembentukkan persepsi
konsumen melalui brand image menjadi sangat penting. Image mengandung
sekumpulan persepsi atau konsep publik akan sebuah institusi, individu atau

11
obyek. Perusahaan yang sukses berpendapat bahwa image lebih penting
dalam menjual produk dari pada fitur produk itu sendiri. Brand image
membantu pemasar dalam mengakumulasikan sekumpulan konsumen yang
loyal dari suatu brand tertentu agar tetap melakukan pembelian ulang.
Sedangkan pengertian dalam (Rangkuti,2002: 244) Brand Image atau
brand personality adalah sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk
dan melekat di benak konsumen. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa citra merek (brand image) merupakan sekumpulan
asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu.
Brand image yang efektif akan mencerminkan tiga hal (Rangkuti, 2002:
312) yaitu: 1) Membangun karakter produk dan memberikan value
proposition. 2) Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda
dari pesaing. 3) Memberikan kekuatan emosional lebih dari kekuatan rasional.
Ketika brand image mampu membangun karakter produk dan
memberikan value proposition, kemudian menyampaikan karakter produk
kepada konsumennya secara unik, berarti brand tersebut telah memberi
kekuatan emosional lebih dari kekuatan rasional yang dimiliki oleh produk
tersebut. Hal ini akan membuat konsumen mengasosiasikan serangkaian hal
yang positif dalam pikirannya ketika mereka memikirkan brand tertentu.

1) Brand Image dalam Ranah Public Relations

Brand Image sering diidentikkan dengan dunia marketing. Namun


kenyataannya brand image juga menjadi sebuh konsep yang mengaitkan
dengan public relations. Public relations memberikan kontribusi pada
pembentukan image dari sebuah brand. Untuk itu perlu dijelaskan terlebih
dahulu peran public relations dalam branding.
Menurut Levine (2003.15) dikatakan bahwa:

“Public relations can help create a brand,


established it, promote it, develop it, and keep it
healthy, all without being detected by general

12
public. It is central of branding as any other, and
its importance is immasurable.”

Dijelaskannya, public relations dapat membantu dalam menciptakan


sebuah brand, mempertahannya, mempromosikannya, mengembangkannya,
dan menjaganya tetap baik, dan kesemuanya tanpa disadari oleh khalayak
secara umum. Ditambahkannya keterkaitan antara public relations dan
branding yaitu:

“The concept of branding and public relations


are closely intertwined. The job of public
relations is to encourage the public to have
positive thought about particular company,
product, service or individual. Branding is the
idea that particular set of atributes will
encourages the public to have positive thought
about particular company, service, or individual.
It’s subtle distinction but essential one.”
(Lenvine, 2003:16)

Public relations harus mampu menciptakan pemikiran yang positif


dalam benak khalayak terkait perusahaan, produk, pelayanan atau individu.
Dalam kaitan dengan penelitian ini yang ingin dihasilkan melalui kegiatan
public relations adalah terbentuknya opini positif mengenai ecotourism
sebagai daya tarik indutri pariwisata di NTB khususnya Pulau Lombok.
Kemudian disampaikan Houtman dikutip Davis (2007:134) lima syarat
bagaimana membangun brand melalui public relations:
1. Know what the product and campaign that surround it, stand for
2. Target those buyers who have passion for your product
3. Understand how the industry to which your product belongs has
evolved
4. Integrate the timeless qualities that have helped make the brand
5. Reduce cross-considerations by targeting an exclusive market and
audience.

13
Lima aturan di atas menggambarkan bagaimana public relations membangun
brand mengenai sebuah produk yang bila dikaitkan dengan penelitian adalah
brand image dari ecotourism.

C. Konsep Eco-tourism

Eco-tourism merupakan salah satu aspek yang sangat terkait dengan


lingkungan, perkembanganya diharapkan mampu melestarikan sumberdaya alam
dan lingkungan (Sukma : 2009). Berbagai kajian sudah banyak dilakukan terkait
dengan eco-tourism yang sekaligus memberikan pandangan-pandangan yang
sangat penting terhadap kelestarian lingkungan. Dalam kajian-kajian mengenai
eco-tourism tersebut banyak disimpulkan bahwa eco-tourism dalam
pengembanganya sangat terkait denganpelestarian lingkungan dan budaya yang
berada pada suatu daerah. Kemudian, Zamrano, dkk (2010:63) menjelaskan
bahwa eco-tourism merupakan kegiatan pariwisata yang bertangung jawab secara
lingkungan alam, memberikan kontribusi yang positif terhadap konservasi
lingkungan, dan memperhatikan kesejateraan masyarakat lokal.
Yoeti (1997: 39) menyatakan bahwa ada empat unsur yang dianggap
sangat penting dalam eco-tourism yaitu unsur proaktif, kepedulian terhadap
pelestarian lingkungan hidup, keterlibatan penduduk lokal, dan unsur pendidikan.
Wood dalam Pitana (2005:49) menyebutkan bahwa eco-tourism harus
mengandung komponen yaitu : Memberikan kontribusi terhadap pelestarian
biodiversitas, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, mengandung muatan
interpretasi, pembelajaran dan pengalaman, adanya pelaku yang bertanggung
jawab dari wisatawan dan industri pariwisata, lebih banyak ditunjukan kepada
kelompok-kelompok kecil, dan umumnya pada usaha skala kecil, menuntut
adanya pemanfaatan yang serendah-rendahnya pada sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui dan menekankan pada adanya partisipasi masyarakat lokal, termasuk
pemilikan dan pengelolaan, khususnya bagi masyarakat pedesaan.
Kannan (2012) menjelaskan bahwa eco-tourism merupakan pariwisata
yang berbasis pada ekologi yang sangat terkait dengan sumber daya alam, sumber

14
budaya, dan infrastruktur alam untuk melestarikan lingkungan. Di samping itu
juga, Wardhana (2004: 11) menyebutkan bahwa ada beberapa komponen yang
sangat terkait dengan keberlangsungan ekologi lingkungan yaitu komponen
manusia (penduduk), komponen daya dukung alam, komponen ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan komponen organisasi.
Arida (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip
pengembagan eco-tourism yang didasarkan kepada TIES (The InternationalEco-
tourism Standards) seperti : Memiliki kepedulian, komitmen dan tanggung jawab
terhadap konservasi alam dan budaya untuk tercapainya keseimbangan
pemanfaatan lahan, penggunaan teknologi ramah lingkungan, melestarikan
keanekaragaman hayati dan cagar budaya dan memperhatikan keberadaan
endemis. Memberikan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan
untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaan kepada alam seperti
menyediakan pramuwisata yang profesional dan berlisensi, menyediakan fasilitas
pendukung informasi yang memadai terkait dengan daya tarik eco-tourism,
melibatkan lembaga desa setempat.
Memberikan kontribusi secara berkelanjutan kepada masyarakat setempat
dan memberdayakan masyarakat setempat seperti memprioritaskan pemanfaatan
tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlianya, memprioritaskan pemanfaatan
produk lokal untuk operasional kegiatan eco-tourism. Memiliki kepekaan dan
menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi masyarakat setempat yaitu
pembangunan dan operasional harus disesuaikan dengan tata krama, norma
setempat dan kearifan lokal, keberadaan dan kegiatan eco-tourism tidak
mengganggu aktivitas masyarakat. Menaati perundang-undangan yang berlaku,
menaati undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Pengembagan harus didasarkan atas musyawarah dan dengan persetujuan
masyarakat setempat seperti pembangunan perlu mendapatkan persetujuan
masyarakat dan lembaga desa setempat, menjalin komunikasi dan koordinasi
dengan masyarakat dan lembaga setempat dalam pengembangan eco-tourism.
Memiliki sikap konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen yaitu
menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada wistawan,

15
menyediakan media untuk memperoleh umpak balik dari konsumen. Melakukan
pemasaran dan promosi dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan
wisatawan seperti melakukan pemasaran dengan materi yang akurat, jelas dan
berkualitas, melakukan pemasaran dengan jujur dan sesuai dengan
kenyataan.Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang dengan konsep Tri Hita
Karana yaitu memperhatikan keselarasaran antara manusia dengan Tuhan,
memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia,
memperhatikan keselarasan antara manusia dengan lingkungan.

16
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Dari pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi public relations pada eco-


tourism di Pulau Lombok.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi tersebut memberi kontribusi
dalam membangun brand image eco-tourism Pulau Lombok.

B. Manfaat Penelitian
Berikut adalah manfaat penelitian:
1. Praktis
 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan analisis strategi komunikasi khususnya dalam public
relations.
 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak lain
yang terkait, seperti institusi pariwisata yang juga menjalankan strategi
komunikasi tertentu untuk promosi pariwisatanya.
2. Akademis
 Penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman dalam ilmu
public relations khususnya mengenai strategi komunikasi dalam public
relations.
 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pihak lain
yang terkait, seperti institusi pendidikan dan mahasiswa yang akan
melakukan penelitian dengan tema serupa.

17
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif karena peneliti melakukan penelitian langsung secara intensif, terinci
dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu serta
dengan pengamatan obyek (kegiatan atau peristiwa) yang diteliti secara
mendalam (Abdurahman,2003: 51).
Melalui penelitian kualitatif, maka data yang akan dihasilkan adalah data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan (Moleong, 2006: 23). Bogdan dan
Taylor (1975: 5) dalam Lexy J. Moleong (2004: 3) mendefinisikan pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis ataulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan.
Penelitian kualitatif menekankan pada kriteria kredibilitas sebagai
pengganti validitas dan dependabilitas mengantikan kriteria reliabilitas.
Kredibilitas penelitian kualitatif meliputi dapat dilakukannya transfer
(transferability), ketergantungan (Dependability), dan kemampuan untuk dapat
dikonfirmasi (confirmability) (Kasali 2008 : 145). Hasil wawancara dengan
narasumber dan observasi di lapangan harus dapat di check kembali oleh peneliti
lain dalam penelitiannya.
Dependabilitas dalam penelitian kualitatif, dilakukan dengan audit trail
dan decision trail yaitu: catatan berisi dokumen yang rinci mengenai data,
keputusan, dan metode yang telah dibuat selama penelitian berlangsung. Sehingga
memungkinkan peneliti lain mengikuti proses yang sama; memudahkan pembaca
untuk memahami keputusan yang dibuat peneliti; memberi atau mengilhami cara

18
menentukan dan mengindikasikan kualitas riset; dan menyajikan cara
mengevaluasi keseluruhan penelitian (Kasali 2008 :140).
Menurut para ahli ada beberapa tujuan dari penelitian kualitatif, antara
lain: bagaimana mempelajari perilaku manusia dan menafsirkan realitas sosial
yang ada (Bryman,1988); dan untuk menginterpretasikan fenomena dari makna
yang ada sehingga memperoleh pemahaman, yang selanjutnya adanya aksi, dan
juga dapat menjelaskan situasi atau kondisi sehari-hari (Miles and Huberman,
1994).
Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif membantu peneliti untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana strategi public relations pada eco-
tourism di Pulau Lombok. Juga untuk mengetahui bagaimana strategi tersebut
memberikan kontribusi dalam membangun brand image eco-tourism Pulau
Lombok dengan menguraikan ucapan, uraian, data, tulisan dan data-data
deskriptif lainnya sesuai dengan yang dipaparkan Bogdan dan Taylor mengenai
pendekatan kualitatif (Sudikin, 2002: 2).

B. Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Consuelo G.
Servilla.1993:71). Penelitian deskriptif mencoba membahas “How” dan “Who”,
pola tentang gejala secara rinci dan pada sejumlah informasi data-data yang
dikumpulkan bukan berupa penyajian angka-angka melainkan kata-kata dan
gambar.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual
secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada, mengidentifikasi masalah
atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat
perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam
menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

19
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi sistematis,
faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu
(Rachmat R, 2009: 87). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
menggambarkan secermat mungkin suatu fenomena. Penelitian deskriptif
hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi (Hidayat, 2004).
Penelitian yang bersifat deskriptif merupakan suatu cara untuk melakukan
pengamatan di mana indikator-indikator mengenai variabel merupakan jawaban-
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan secara lisan maupun
tulisan (Walizer, 1993: 255).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini mencoba mendeskripsikan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai strategi public relations pada eco-tourism
di Pulau Lombok terutama untuk membangun brand image-nya. Hal ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan melalui jawaban-jawaban pertanyaan yang
diajukan kepada informan.

C. Strategi Pemilihan Informan

Pemilihan informan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan


penelitian yang ingin dicapai. Untuk pemilihan informan dilakukan dengan
strategi purposeful sampling dengan tipe criterion sampling dengan menetapkan
kriteria tertentu yang sesuai dengan topik dan kasus penelitian. Sampling purposif
yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. (Ruslan, 2004: 156) Metode purposif tidak mementingkan ukuran
jumlah informan yang representatif (populasi) untuk diwawancarai karena
penelitian kualitatif tidak bisa digeneralisasikan. Pemilihan informan dengan
metode purposif berarti mencari informan yang dapat memberikan informasi
sebanyak-banyaknya pada hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian kualitatif, yaitu informative richness
(Patton, 2001: 230).

20
Mengenai pemilihan subjek, fokus penelitian kualitatif cenderung
dilakukan dengan jumlah yang sedikit (Banister dkk, 1994 dalam E. Kristi
Poerwandari, 2005: 92). Menurut Sarantakos, 1993 (dalam E. Kristi
Poerwandari,2005: 95)prosedur penentuan subjek dan/ atau sumber data dalam
penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik sebagai berikut:
1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada
kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.
2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik
dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan
pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
3. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa
acak, melainkan pada kecocokan konteks.
Agar sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka
yang menjadi subjek penelitian ditentukan berdasarkan karakteristik sebagai
berikut:
1. Subjek ditentukan dari jabatannya.
2. Subjek terlibat dalam pelaksanaan strategi public relations dalam
membangun brand image eco-tourism Pulau Lombok.
3. Subjek memiliki pengetahuan yang memadai mengenai strategi
komunikasi public relations dalam membangun brand image eco-
tourism Pulau Lombok.
4. Memiliki kesediaan untuk diteliti dan menceritakan pengalamannya
selama pelaksanaan strategi komunikasi tersebut.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


wawancara mendalam (In-depth Interview) sebagai pengumpulan data primernya.
Wawancara mendalam merupakan suatu cara pengumpulan data atau informasi
dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapat data yang
lengkap dan mendalam. Wawancara ini dapat dilakukan dengan frekuensi tinggi

21
secara intensif (Rachmat R, 2009: 100). Peneliti bertujuan menggali pandangan
atau pendapat narasumber mengenai topik tertentu dengan menggunakan
interview guide yang semi-terstruktur dengan topik pertanyaan yang berhubungan
dengan rumusan masalah.
Untuk data sekunder bersumber dari berbagai catatan-catatan yang
berguna untuk melengkapi data penelitian. Metode pengumpulan data sekunder
dilakukan dengan studi pustaka melalui data yang didapatkan dari sumber
literatur kepustakaan berupa buku-buku, surat kabar, artikel/tulisan pada media
massa dan internet, foto, dokumen organisasi, website organisasi, serta hasil
penelitian yang menjadi referensi dan yang berhubungan dengan strategi public
relations.

E. Teknik Analisis Data

Sumber untuk menganalisis data adalah transkrip rekaman hasil


wawancara mendalam (in depth interview) dengan para informan. Analisis bukti
(data) yang telah didapat terdiri atas pengujian, pengkategorian, ataupun
pengkombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal suatu
penelitian (Yin, 2008: 133). Data yang didapat pada saat pengumpulan data di
lapangan maupun setelah data terkumpul yang diolah agar lebih sistematis.
Peneliti mengorganisasikan data mentah dalam kategori konseptual untuk
selanjutnya dianalisis. Proses tersebut merupakan bagian integral dari analisis data
dan dipandu berdasarkan pertanyaan-pertanyaan baru (Neuman, 1997: 421).
Melalui analisis ini peneliti dapat menjawab pertanyaan mengenai strategi Public
Relations yang digunakan dan bagaimana strategi tersebut memberikan kontribusi
dalam membangun brand image Lombok.

F. Keabsahan Data Penelitian

Dalam teknik keabsahan data penelitian dibagi menjadi empat kriteria,


yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Kriteria teknik

22
keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah derajat kepercayaan
(credibility).
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan
sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota.
Dalam hal ini kriteria derajat kepercayaan (credibility) diperiksa dengan
melakukan triangulasi, yaitu cek silang data dan interpretasi melalui penggunaan
beberapa sumber data dan/atau teknik pengumpulan. (Moleong, 2007: 330).
Model triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi data, yaitu
menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara,
hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang
dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Melalui teknik ini, data yang
telah diperoleh diperiksa dengan menggunakan hal lain yang berada di luar data
tersebut untuk menjadi pembanding. Teknik triangulasi sumber data mengunakan
data-data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi. Teknik ini
dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh dari informan penelitian melalui
kroscek dengan data lain yang berasal dari tulisan atau artikel yang telah
dipublikasikan di media.

G. Keterbatasan Penelitian

Seperti penelitian-penelitian yang lain, pada penelitian ini pun mempunyai


keterbatasan yang terkadang tidak bisa dihindari, sehingga menyebabkan proses
pengumpulan data yang dilakukan tidak maksimal. Hal tersebut di antaranya
dipengaruhi oleh adanya kesulitan menemui narasumber yang berada jauh di luar
kota. Kemudian adanya keterbatasan waktu dalam pelaksanaan turun lapangan
(wawancara mendalam), sehingga mempercepat proses analisa penelitian yang
merupakan interpretasi subjektif peneliti dan tafsiran-tafsiran yang ada sifatnya
terbatas. Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, subyektivitas peneliti
akan terlibat pada proses penelitian. Untuk menjaga kualitas penelitian, maka

23
digunakanlah kriteria kualitas data dan keabsahan data sehingga dapat
meminimalisir segala keterbatasan yang peneliti miliki dan hadapi.

24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Pembangunan Pariwisata NTB


Untuk mengetahui program kebijakan pembangunan pariwisata di NTB
perlu melihat dulu Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
(Ripparda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah diatur pewilayahan Destinasi
Pariwisata Daerah (DPD) menjadi Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Lombok
dan Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Sumbawa. Destinasi Pariwisata Daerah
(DPD) Lombok terdiri dari 4 (empat) Kawasan Startegi Pariwisata Daerah
(KSPD) dan Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Sumbawa terdiri dari 7 (tujuh)
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD).
Berdasarkan informasi yang dimuat dalam situs resmi Dinas Budaya dan
Pariwisata provinsi NTB (http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/sosialisasi-
ripparda-ntb/), Kawasan Startegis Pariwisata Daerah (KSPD) pada Destinasi
Pariwisata Daerah (DPD) Lombok, terdiri atas :
 MATARAM METRO dsk, meliputi Kota Mataram; Islamic Center; Loang
Baloq; Taman Mayura; Sekarbela; Taman Narmada; Suranadi; dan
Lingsar. Kawasan ini secara administratif berada pada wilayah Kota
Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, dan diperuntukkan sebagai
kawasan wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner, wisata belanja dan
wisata MICE.
 SENGGIGI-TIGA GILI dsk, meliputi Batu Layar; Batu Bolong; Senggigi;
Tiga Gili; Sendang Gile; Senaru; dan Dusun Tradisional Segenter.
Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Lombok Barat dan
Kabupaten Lombok Utara, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata
pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari, wisata budaya,
wisata religi dan wisata kuliner.
 KUTA MANDALIKA dsk, meliputi Gili Gede; Gili Nanggu; Bangko-
Bangko; Selong Belanak; Sade; Kuta; dan Gili Indah. Kawasan ini berada
pada wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Barat, dan

25
Kabupaten Lombok Timur, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata
pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari dan wisata
budaya.
 RASIMAS-SEMBALUN dsk, meliputi Benang Stokel; Gili Sulat;
Sembalun; Gunung Rinjani; dan Otak Kokoq. Kawasan ini berada pada
wilayah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur, dan
diperuntukkan sebagai kawasan wisata agro, wisata pegunungan dan
wisata kuliner.
Kawasan Startegis Pariwisata Daerah (KSPD) pada Destinasi Pariwisata
Daerah (DPD) Sumbawa, terdiri atas :
 ALASUTAN dsk, meliputi Agrotamasa; Pulau Bedil, Pulau Keramat;
Pulau Temudong dan Pulau Bungin. Kawasan ini berada pada wilayah
Kabupaten Sumbawa, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata agro,
wisata budaya dan wisata kuliner.
 POTOTANO-MALUK dsk, meliputi Pototano dan Maluk. Kawasan ini
berada pada wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, dan diperuntukkan
sebagai kawasan wisata pantai, wisata olah raga berbasis bahari, wisata
budaya dan wisata kuliner.
 BATU HIJAU-DODORINTI dsk, meliputi Batu Hijau dan Dodorinti.
Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa
Barat, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pegunungan, wisata
tambang, wisata budaya dan wisata kuliner.
 SAMOTA (Teluk Saleh-Moyo-Tambora) dsk, meliputi Aibari; Moyo;
Batu Bulan; Tambora; dan Teluk Saleh. Kawasan ini berada pada wilayah
Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima, dan
diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata bawah laut, wisata
olah raga berbasis bahari, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata
pegunungan.
 HU’U dsk, meliputi Lakey Hu’u. Kawasan ini berada pada wilayah
Kabupaten Dompu, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai,

26
wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari, wisata budaya dan
wisata kuliner.
 TELUK BIMA dsk, meliputi Lawata; Amahami; dan Kota Bima. Kawasan
ini berada pada wilayah Kabupaten Bima dan Kota Bima, dan
diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata olah raga berbasis
bahari, wisata budaya dan wisata kuliner.
 WAWORADA-SAPE dsk, meliputi Waworada, Sape dan Wane. Kawasan
ini berada pada wilayah Kabupaten Bima, dan diperuntukkan sebagai
kawasan wisata pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari
dan wisata kuliner.
Bila mengamati Rippida NTB di atas, hampir semua destinasi wisata yang
menjadi rencana pembangunan kepariwisataan mengarah pada ecotourism, yakni
seperti penjelasan Yulianda (2007), ecotourism meliputi wisata alam (natural
tourism) dan wisata budaya (cultural tourism). Tidak seperti pariwisata yang
biasanya, eco-tourism sangat mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan juga
mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Artinya, konsep ecotourism tidak dapat
dilepaskan dari peran saling mempengaruhi antara eco-tourism itu sendiri dengan
manusia disekitarnya.
Hal ini juga menunjukkan bahwa memang ecotourism adalah benar
merupakan andalan dari pariwisata di NTB dan diperkuat dengan penyataan Utria
Salim selaku Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB.

”kami gunung, pantai sama ya, sempet awalnya kami jual dan di sini kami
punya Gunung Rinjani namanya, di Pulau Sumbawa ada gunung
Tambora (?). Kami ada teridiri dari 3 etnis di pulau Lombok ini. Ada
etnis Sasak yang mendiami pulau Lombok. Pulau Lombok ini ada 5
kabupaten kota, 1 kota ada 4 kabupaten: Lombok Timur, Lombok Tengah,
Lombok Barat, Lombok Utara dan Kota Mataram. Ini termasuk Kota
Mataram. Kalo di Sumbawa ada kota Bima, kabupaten Bima. Dongku,
Sumbawa dan Sumbawa Barat. Itu ya, jadi disana ada etnis, di Pulau
Sumbawa ada 2 Etnis, etnis Bojo yang mendiami Bima, Bima-Dongku.
Klo etnis Sumbawa adanya di Pulau Sumbawa.” (Utria Salim, Kabid
Pemasaran Dinas Pariwisata NTB).

27
Salah satu lokasi yang menjadi penelitian kami adalah Rinjani geopark di
Kabupaten Lombok Barat. Di lokasi tersebut terdapat lima air terjun yang berada
di kawasan hutan lindung di Kaki Gunung Rinjani. Wisatawan datang ke objek
wisata ini untuk melihat keindahan air terjun alami yang terbentuk akibat patahan
permukaan Bumi. Selain itu, pengunjung tertarik untuk datang untuk melakukan
treking ke puncak Gunung Rinjani.

Gambar 5.1 Air Terjun Benang Kelambu di Geopark Kaki Gunung Rinjani

Lokasi wisata ini merupakan salah satu andalan wisata NTB. Bukti awal
yang memperkuat adalah saat tiba di Bandara Praya Lombok para penumpang
sudah diperlihatkan poster-poster berisi tulisan dan gambar yang mempromosikan
Rinjani Geopark serta flora dan fauna yang menjadi khas NTB. Di lokasi wisata
dan tempat-tempat strategis juga selalu menampilkan poster-poster yang sama.

28
Gambar 5.2 Poster Promosi Geopark Rinjani dan Air Terjun di Bandara

Hal ini dinyatakan pula oleh Kepala Promosi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata NTB Utria Salim yang mengakui bahwa andalan utama pariwisata di
NTB adalah berbasis alam dan budaya. Alam menjadi daya tarik dalam
mempromosikan objek-objek wisata. Menurutnya wisatawan lebih menyukai
keindahan alam yang ada di Propinsi NTB seperti Pantai Senggigi, Pantai Kuta,
dan gili-gili yang ada di sekitar Pulau Lombok. Menurut Utria, NTB, khususnya

29
di pulau Lombok, para wisatawan menyukai berwisata di Lombok karena lalu
lintasnya yang lancar dengan sarana jalan raya yang mendukung, dan khususnya
karena pemandangan alam alaminya yang paling indah.

“Lombok gak macet. Jalannya paling bagus, panoramanya paling indah,


paling indah, mau waterfall banyak dan tidak terlalu jauh. Klo Bali
mungkin crowded dan banyak wisata buatan disana. Kalo disini alam
betul-betul alam makannya waktu diciptakan Lombok ini Tuhan lagi
senang. Kita ini punya ada 3 fast boat, bisa sewa fast boat itu untuk siapa
namanya, water blast itu bisa keliling Gili Air, Gili Minu, Gili
Trawangan. Kalo mau yang redup, yang tidak terlalu bising Gili Minu.
Kalo mau yang rame, liat kehidupannya Trawangan. Disitu disebut Gili
Three, Gili Trawangan,” (Utria Salim, Kabid Pemasaran Dinas
Pariwisata NTB)

Pariwisata juga menjadi sektor prioritas pembangunan di NTB setelah


pertanian. Program ini menjadi perhatian utama karena memberi dampak
ekonomi bagi provinsi. Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin dikutip
kompas.com menyatakan bahwa ada beberapa alasan pariwisata menunjukkan
peningkatan sebagai potensi ekonomi unggulan, di antaranya daya tarik obyek
wisata NTB yang sangat beragam, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata
kuliner dan lain sebagainya.1
M Amin mengatakan di tahun 2015 ini pemerintah pusat melalui
Kementerian Pariwisata telah menetapkan NTB sebagai daerah pengembangan
wisata syariah atau wisata halal selain Provinsi Sumatera Barat dan Aceh. "Ini
tentu semakin membuka peluang pengembangan pariwisata NTB karena tampil
dengan brand yang lebih kompetitif," ucapnya.
Dari pengamatan yang kami lakukan bahwa memang sektor ecotourism
mendominasi destinasi wisata di NTB. Hal ini sesuai pernyataan yang
disampaikan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi dikutip okezone.com
bahwa secara konsep, ecotourism diyakini akan banyak menguntungkan NTB.

1
(http://travel.kompas.com/read/2015/12/11/182500627/Tren.Pariwisata.NTB.Ter
us.Meningkat)

30
Model pariwisatanya ramah lingkungan. Ada basis budaya setempat yang
diangkat sebagai penguat objek destinasinya. Model pariwisata ini menjadi ideal
karena berfungsi ganda. Selain itu, sebagai konservasi, observasi, serta sarana
pendidikan. (http://news.okezone.com/read/2016/03/26/65/1346140/kampus-as-
siap-bantu-kembangkan-ecotourism-ntb). Pernyataan gubernur menjadi penanda
arah kebijakan industri pariwisata NTB.
Jumlah wisatawan yang datang ke NTB untuk tahun 2015 totalnya
2.210.527 wisatawan yang terdiri dari wisatawan mancanegara berjumlah
1.061.292 dan wisatawan nusantara 1.149.235
(http://www.disbudpar.ntbprov.go.id). Jumlah ini terus bertambah setiap
tahunnya. Keunggulan Pulau Lombok di NTB sebagai tujuan wisata makin nyata
setelah dianugerahi beragam penghargaan tingkat dunia seperti dapatkan World's
Best Halal Honeymoon Destination dan World's Best Halal Tourism Destination
pada World Halal Travel Summit and Exhibition 2015 di Abu Dhabi, 19-21
Oktober 2015.

B. Menciptakan Ecotourism Sebagai Brand Image

Arah kebijakan pariwisata NTB yang mengedepankan ecotourism


kemudian perlu didukung melalui upaya nyata dengan membuat beberapa
kegiatan. Untuk mendukung upaya tersebut perlu diciptakan brand image akan
keindahan alam di NTB. Menurut Kabag Pemasaran Utria Salim upaya yang
dilakukan untuk memperkenalkan ecotourism adalah dengan kegiatan:

1. Publikasi media

Pemanfaatan media sebagai sarana publikasi dan promosi kegiatan serta


destinasi wisata yang dapat menarik wisatawan. Sebagai contoh saat
memperingati 200 tahun dahsyatnya Gunung Tambora meletus melalui
event “Tambora Menyapa Dunia”. Event ini bekerja sama dengan
Harian Kompas untuk mempublikasikannya kepada masyarakat. Tentu
kerja sama dengan media ini sebagai upaya yang dapat memperluas

31
pengenalan masyarakat kepada NTB dimana Gunung Tambora berada
serta event-event yang diadakan oleh Dinas Pariwisata NTB. Hal tersebut
dinyatakan oleh Kepada Bidang Pemasaran, Utria Salim demikian:

“Kita bekerjasama dengan, apa namanya, media2 baik nasional.


Ya, jadi memakai Trans TV kadang memakai tentang Lombok,
kadang mereka My Trip My Adventure (acara televisi0, ini mereka
lagi buat, udah selesai itu, the Lost Paradise. Itu My Trip My
Adventure, itu juga ada dukungan kami bersama media, kami juga
ada kerjasama dengan media online, media online ini kan yang
biasa lebih cepet ya, juga blogger. iya, kami akomodir mereka jadi
supaya cepet nyampe ke masyarakat jadi kerjasama dengan
mereka.” (Utria Salim, Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB)

Dalam kajian public relation kegiatan ini adalah bentuk media relations
yang berujung pada publikasi positif. Media relations mempunyai
manfaat dalam penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan
mampu memberikan pencerahan bagi publik (Nova, 2009, h.211). Dalam
hal ini apa yang dilakukan Disbudpar NTB adalah sebuah fungsi public
relations dalam memanfaatkan hubungan yang baik dengan media untuk
dapat mempublikasikan kegiatan “Tambora Menyapa Dunia” agar dikenal
masyarakat. Namun yang paling penting dari publikasi kegiatan ini adalah
makin dikenalnya Gunung Tambora sebagai salah satu lokasi ecotourism
yang bukan saja karena keindahan alamnya, namun juga peristiwa alam
yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanik gunung tersebut. Publikasi ini
sekaligus dapat memperkuat citra Gunung Tambora sebagai salah satu
destinasi wisata di NTB.

2. Menyelenggarakan kegiatan rutin

Guna mempromosikan destinasi wisata di NTB agar menarik wisatawan


untuk datang adalah dengan menyelenggarakan kegiatan tahunan. Pemda
NTB didukung pemerintah pusat dalam rangka program “Wonderful
Indonesia” menyelenggarakan beberapa kegiatan pariwisata yang berbasis
pada alam seperti “Tambora Menyapa Dunia” dalam rangka memperingati
200 tahun letusan dahsyat Gunung Tambora, Marathon “Rinjani Ultra 100

32
2016”, perayaan Festival Bau Nyale di Pantai Kuta Lombok, Putri Mutiara
NTB, dll. Semua kegiatan pariwisata ini diselenggarakan ini dapat
memperkuat brand image NTB sebagai destinasi ecotourism.

“klo internasional MRU. Mount Ultra Rinjani, itu lari yang


35negara di gunung Rinjani dan itu pass nya jam 12 malam kami
biasa surfing, international surfing di Lake. Didukung dinas
pariwisata yang surfing itu tetep, ada kalo dukungan kementrian.
Kita ada bulan budaya Lombok Sumbawa, itu walaupun nasional
biasanya yang dating seluruh propinsi yang ada di Indonesia dan
itu satu bulan penuh kita dari permainan rakyat, pesta kuliner,
pesta kesenian, pentas seninya, parade budaya nusantara ada itu
selama 1 bulan. murni program pariwisata yang didukung dengan
APBD, dan itu ada kegiatan festival Qasidahnya, mulai yang religi
sampe yang permainan rakyat yang main Hadang, Patok Lele, main
Gasing . kita ada setahun sekali tetap ada selama satu bulan
misalnya ini di kampung ini, pindah pindah pindah di seluruh pulau
Lombok. Ada yang di Sumbawa juga ada. Kemarin kita pas
Tambora, pra Tambora kan ada event di handle Kompas.”(Utria
Salim)

Melaksanakan sebuah event dalam kaitannya dengan kegiatan public


relations diulas oleh Firsan Nova (2009) mengutip Ruslan bahwa event
merupakan bagian dari strategi public relations atau yang lebih dikenal
dengan bauran public relations. Event disampaikannya sebagai upaya
memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri
kepada publik, dan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi opini publik.
Masih menurut Ruslan dikutip Firsan Nova bahwa jenis events adalah
calender event yaitu yang bersifat rutin, special event contohnya seperti
launcing produk, peresmian pabrik, dll dan moment event yaitu acara yang
bersifat momentum contohnya pesta emas. Dari penjelasan di atas dapat
diartikan bahwa kegiatan (event) rutin yang diselenggarakan Pemda NTB
adalah sebuah strategi public relation dengan tujuan memperkuat opini
bahwa NTB sangat dekat dengan ecotourism.

33
3. Direct Promotion

Pemda NTB merasa perlu melakukan promosi pariwisata langsung ke


sasaran. Sasaran yang dituju adalah calon wisatawan agar tertarik untuk
berkunjung ke NTB. Untuk itu Pemda sudah memilih kota-kota besar di
Indonesia yang menjadi sasaran dari promosi langsung. Kota tersebut
adalah Jakarta, Surabaya, Makassar, Bandung, Batam dan Balikpapan. Di
kota-kota tersebut dilakukan pertemuan dengan para pengusaha di industri
pariwisata diantaranya agen perjalanan dll. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan Utria Salim sebagai berikut:

“Makassar? kemarin ada direct promotion dan itu dari Sekda


sana. Ini kami mau contoh kegiatannya pariwisata NTB katanya
bahwa pemerintahnya melakukan direct promotion, dalam
bungkusan direct promotion itu ada kegiatan table talk (?/07:09).
Kita ajak apa namanya, PRI INCA. iya otomatis, itu kan yang dari
travelnya Asita, cepet juga kan. Disitu ada kami kegiatan Table
Top, pertemuan antara seller dan buyer. Kami kemarin ada seller
kami adalah 30 tapi buyernya banyak kami kemarin ada 70. Biasa
itu terjadi transaksi. Kalo buyernya itu kalo kita kan NTB, klo kita
kesana kan kita seller. Mereka buyer, mereka membeli jadi biasa
kita kerjasama dengan Hasita setempat ke daerah mana yang
dituju. Tahun ini kami punya 5 tujuan direct promo sell itu
Balikpapan, Surabaya. Surabaya itu pangsa pasar kami juga,
Makassar, Balikpapan, Makassar, Batam besok. Jakarta ada. Klo
biasa kemarin tahun kemarin, kami di Bandung, 2015 di Bandung.
Itu juga sukses besar itu dan itu apa namanya, banyak lah
walikotanya malah katanya akan melaksanakan direct promotion
kesini tahun 2016 ntar.” (Utria Salim)

Menurut Levine (2003) public relations can create a brand, establish it,
promote it, develop it, and keep it healthy, all without detected by general
public. Salah satu yang dapat diciptakan oleh public relations adalah brand
yang kemudian brand tersebut dipromosikan. Tentu jika mengacu pada
pendapat Levine upaya direct promotion adalah usaha menciptakan brand
pariwisata di Lombok yang berbasis pada alam.
Di samping tiga kegiatan tersebut, menurut Utria Salim dilakukan juga
upaya yang dapat memberi kekuatan dan daya tarik NTB sebagai destinasi

34
ecotourism seperti memanfaatkan media sosial misalnya dengan
menggalang para blogger yang mengulas tentang traveling dengan
mengakomodir mereka untuk dapat memberikan testimoni mengenai
keindahan alam di Lombok dan Sumbawa.

35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, berikut Tim peneliti


menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah


(Ripparda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, destinasi pariwisata daerah di
NTB terdiri atas empat kawasan strategi pariwisata daerah di Lombok dan
7 kawasan strategi pariwisata daerah di Sumbawa yang kesemuanya
mengarah pada Ecotourism. Karena kontribusinya yang besar terhadap
penerimaan daerah, pariwisata menjadi sektor prioritas pembangunan di
NTB setelah pertanian.
2. Andalan utama pariwisata di NTB adalah berbasis alam dan budaya.
Alam menjadi daya tarik dalam mempromosikan objek-objek wisata.
Wisatawan lebih menyukai keindahan alam yang ada di Propinsi NTB
seperti Pantai Senggigi, Pantai Kuta, dan Gili-Gili yang ada di sekitar
Pulau Lombok. Wisata alam dan budaya tersebut digambarkan melalui
branding logo “Pesona Lombok” yang menggunakan simbol gunung
Tambora, ombak laut Senggigi dan kijang (sebagai penghuni hutan sekitar
lereng Rinjani).
3. Pemerintah daerah NTB melalui Dinas Pariwisata dan Budaya provinsi
NTB melakukan sosialisasi branding wisata ecotourism melalui beberapa
strategi dan kegiatan yang berfokus pada promosi keindahan alam dan
budaya di NTB. Kegiatan yang dilakukan antara lain: publikasi media,
penyelenggaraan kegiatan (event-event) rutin dan direct promotion.
4. Publikasi media dilakukan dengan cara menjalin kerja sama dengan
media-media lokal, dan media-media luar negeri sebagai sarana publikasi
event dan program-program yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Budaya

36
NTB. Selain itu, publikasi dan sosialisasi juga dilakukan dengan membuat
materi-materi promosi di tempat-tempat umum seperti bandara.
5. Event-event atau kegiatan pariwisata yang dilakukan berkaitan dengan
Ecotourism di NTB dilakukan tahunan dengan mendapat dukungan dari
pemerintah pusat melalui rangkaian program “Wonderful Indonesia”.
Perayaan festival-festival budaya dan ajang perlombaan marathon yang
melintasi lereng Rinjani diselenggarakan untuk memperkuat brand image
NTB sebagai destinasi ecotourism.
6. Promosi wisata langsung atau direct promotion dilakukan dengan
mengadakan pertemuan dengan para pengusaha di industri pariwisata
untuk menarik minat wisatawan potensial untuk berwisata ke NTB. Selain
itu, pemerintah daerah NTB melalui Dinas Pariwisata dan Budaya NTB
juga memanfaatkan media sosial dan para pelancong seperti travel blogger
untuk memberikan testimoni dan ulasan mengenai wisata alam dan budaya
di NTB.

B. Saran

Melalui penelitian ini, Tim peneliti menyarankan beberapa hal sebagai


berikut:

1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB yang menaungi


pariwisata di Lombok harus semakin aktif dalam menggunakan media
baru sebagai sarana melakukan promosi pariwisatanya, karena jangkauan
media baru yang sangat luas. Namun begitu, kerjasama dengan media-
media konvensional juga tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan guna
menyebarkan informasi yang luas mengenai pariwisata yang ada di NTB
khususnya eco-tourism di Lombok sendiri.

2. Selanjutnya juga perlu semakin menggencarkan promosi tidak hanya di


dalam negeri saja namun juga ke luar negeri misalnya dengan cara bekerja
sama dengan kedutaan-kedutaan asing yang ada di Indonesia dan aktif

37
melakukan promosi selain lewat media juga dengan melakukan direct
promotion ke lembaga-lembaga tersebut.

3. Hal lain, perlu dikembangkan pula eco-cultural tourism sehingga tidak


hanya wisata alam saja yang menjadi fokus namun juga ditambah dengan
wisata alam dan budaya, agar wisatawan baik dalam maupun luar negeri
dapat lebih mengenal juga budaya yang ada di Lombok atau secara
keseluruhan di Nusa Tenggara Barat.

4. Terakhir, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB juga perlu


melibatkan atau bekerja sama dengan para pelaku industri eco-tourism dan
komunitas masyarakat lokal untuk memajukan pariwisata daerahnya. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kegiatan-kegiatan seperti
sosialisasi, penyuluhan, atau dengan memberikan bantuan dana. Hal ini
perlu dilakukan dengan tujuan membangun eco-tourism yang berbasis
pada masyarakat.

38
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A. (1991). Managing Brand Equity. New York: Free Press.

Arida, Nyoman Kusuma. (2009). Meretas Jalan Ekowisata Bali Proses


Pengembangan, Partisipasi Lokal dan Tantangan Ekowisata di Tiga Desa
Kuno Bali. Denpasar: Udayana University Press.

Cutlip, Scott M., Center, Allen H., & Broom, Glen M. (2006). Effective Public
Relations. UK: Pearson Prentice Hall.

Effendy, Onong Uchjana. (2000). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Hennink, Monnique, Inge Hutter, ajay Bailey. (2011). Qualitative Research


Methods. London: Sage.

Jefkins, Frank & Yadin, Daniel. (1998). Public Relations. UK: Prentice Hall.

Miles, Matthew B &A. Michael Huberman. (1994). Qualitative Data Analysis: An


Expanded Sourcebook. London : Sage.

Morissan, M.A. (2008). Manajemen Public Relations. Jakarta: Kencana.

Oliver, Sandra. (2007). Public Relations Strategy, Second Edition. London:


Kogan Page.

Patton, Michael Quinn. (2002). Qualitative Research & Evaluation Methods.


London: Sage.

Pitana, IG & Gayatri, PG. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit


ANDI.

39
Prisgunanto, Ilham. (2006). Komunikasi Pemasaran: Strategi dan Taktik. Bogor:
Ghalia Indonesia.

Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku


manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia.

Rangkuti, Freddy (2002). Measuring Customer Satisfaction Teknik Mengukur dan


Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Robbins, Stephen P. (1990). Organization Theory: Structure, Design, and


Applications. US: Prentice Hall.

Saufi, A., Teguh, F., Ristanto, H., Basuki, P., Oehms, O., Vitriani, D., Creutz, S.,
& Nuzullay, B.H. (2015). Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Pulau
Lombok 2015-2019. Mataram: Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. (2000). Consumer Behavior, 5th Edition.
New Jersey: Prentice Hall Inc.

Sutisna. (2003). Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Wardhana, W.A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan, Cetakan keempat.


Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Wood, Megan Epler. (1999). Ecotourism: Principles, Practices and Policies for
Sustainability. US: U N Environmental Programme.

40
Yassiranda AB. (2011). Strategi Komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata
Berbasis Masyarakat. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Yoeti, Oka A. (1997). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.


Jakarta: Pradnya Paramita.

Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan


Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

41

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai