net/publication/308874935
CITATIONS READS
2 7,886
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Upaya Branding yang Dilakukan Humas pada Perguruan Tinggi Swasta View project
All content following this page was uploaded by Yugih Setyanto on 04 October 2016.
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2. Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos, M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 10915001
d. Jabatan Struktural : -
e. Jabatan Fungsional : -
f. Fakultas/Jurusan : FIKom
g. Telepon/Faks. : 021 569 60586
h. Email : lusias@fikom.untar.ac.id
i. Alamat Rumah : Jl.Tanjung Gedong Raya No.8b, RT002/
RW09, Kelurahan Tomang, Grogol,
Jakarta Barat
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah
ii
RINGKASAN DAN SUMMARY
Lombok merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik terutama dari segi
eco-tourism. Eco-tourism sangat sesuai dengan visi kepariwisataan berkelanjutan
di Lombok yaitu “Lombok menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya,
yangberdaya saing dan berkelanjutan”.Eco-tourism adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke daerah alami dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Tidak seperti
pariwisata yang biasanya, eco-tourism sangat mempertimbangkan keberlanjutan
lingkungan. Tidak hanya keberlanjutan lingkungan, eco-tourism juga
mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Penelitian ini fokus untuk mengetahui
strategi public relations pada eco-tourism di Pulau Lombok dan untuk mengetahui
bagaimana strategi tersebut memberikan kontribusi dalam membangun brand
image eco-tourism Pulau Lombok. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
dengan teknik deskriptif.
iii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga tim peneliti dapat melaksanakan penelitian di Lombok dan
menyelesaikan penulisan laporan akhir penelitian ini. Kegiatan penelitian ini
merupakan salah satu perwujudan dari salah satu tri darma perguruan tinggi
khususnya di Universitas Tarumanagara.
Kegiatan penelitian ini juga dibantu dan didukung oleh banyak pihak.
Oleh sebab itu, tim ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang ikut terlibat dan telah membantu tim, yaitu:
1. Kementerian Pariwisata Pusat dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi NTB yang telah bersedia untuk menjadi narasumber ahli
dalam penelitian ini.
2. Pelaku industri eco-tourism Lombok yang telah bersedia menjadi
informan mengenai pariwisata yang ada di Lombok.
3. Fakultas Ilmu Komunikasi UNTAR yang telah memberikan dukungan
kepada tim peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik
dan lancar.
4. LPPI UNTAR yang menyediakan dana sehingga penelitian ini dapat
terwujud dan terlaksana.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN DAN SUMMARY iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Komunikasi Public Relations 6
B. Brand Image 10
C. Konsep Eco-tourism 14
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 17
B. Manfaat Penelitian 17
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian 18
B. Sifat Penelitian 19
C. Strategi Pemilihan Informan 20
D. Metode Pengumpulan Data 21
E. Teknik Analisis Data 22
F. Keabsahan Data Penelitian 22
G. Keterbatasan Penelitian 23
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Pembangunan Pariwisata NTB 25
B. Menciptakan Ecotourism Sebagai Brand Image 31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 36
B. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Air Terjun Benang Kelambu di Geopark Kaki Gunung Rinjani 28
Gambar 5.2 Poster Promosi Geopark Rinjani dan Air Terjun di Bandara 29
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata kini merupakan sebuah industri besar yang juga digunakan
untuk mengenalkan negara ke dunia internasional. Industri pariwisata juga
menjadi salah satu sumber devisa negara yang cukup besar, seperti di negara
Thailand, Filipina, Singapura, Korea Selatan, atau di teritori Hawaii, Galapagos,
Kepulauan Karibia, dan sebagainya. Pariwisata pun telah menjadi salah satu
industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam dua puluh tahun
terakhir.UNWTO mencatat rekor jumlah wisatawan internasional (wisatawan
yang bepergian ke luar negeri) pada tahun 2012mencapai 1 milyar orang dengan
pendapatan ekspor internasional sebesar 1,3 triliun US$. Jumlah ini meningkat
menjadi1,08 milyar pada tahun 2013, dan lebih dari 6 milyar wisatawan
melakukan perjalanan di dalam negeri mereka masing-masing.Jumlah wisatawan
internasional diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4 milyar pada tahun 2020,
dan menjadi1,8 milyar pada tahun 2030 (Saufi, dkk. dalam RIPPARDA Lombok,
2015).
Perkembangan teknologi membuat dunia seakan tanpa jarak sehingga
mobilitas masyarakat semakin mudah. Dampaknya adalah makin berkembangnya
bisnis pariwisata sebagai primadona pemasukan devisa. Namun hal lain yang
patut menjadi catatan bahwa pariwisata dapat memberi positioning sebuah negara
(atau loksai wisata) secara global. Sebagai contoh bagaimana Malaysia
menyatakan dirinya sebagai “The heart of Asia” sebagai tagline dari promosi
pariwisatanya yang seakan ingin menempatkan negara tersebut sebagai pusat dari
Asia. Cara seperti ini sah-sah saja dalam persaingan. Itu pulalah yang seharusnya
dilakukan destinasi wisata yang ada di Indonesia. Peran public relations dalam
mempromosikan sebuah destinasi wisata merupakan salah satu cara mewujudkan
hal tersebut. Bukan saja Indonesia sebagai sebuah negara yang menjadi tujuan
1
wisata terkemuka namun juga bagaimana tujuan-tujuan wisata menarik di
Indonesia juga harus dapat mempromosikan “dirinya” kepada masyarakat.
Banyak negara, termasuk Indonesia menjadikan pariwisata ini sebagai
sektor andalan dalam membangun perekonomian negara. Indonesia sebagai salah
satu negara kepulauan terbesar di dunia memiliki daya tarik tersendiri untuk
menjadi destinasi wisata dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara
dengan luas wilayah terbesar, jumlah penduduk terbanyak dan sumber daya alam
terkaya. Terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, Indonesia memiliki laut dan
hamparan pantai yang indah tempat wisatawan melakukan aktivitas wisata bahari
seperti diving, snorkeling dan surfing. Ditunjang dengan iklim tropis, Indonesia
mendapat sinar matahari sepanjang tahun karena berada pada lintasan garis
khatulistiwa,sehingga aktivitas kepariwisataan tidak dipengaruhi oleh pergantian
musim. Selain itu, Indonesia terdiri atas lebih dari 500 suku (etnis), dengan bahasa
dan budaya yang beraneka ragam. Keragaman suku dan budaya tersebut
menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia karena memiliki atraksi
wisata budaya dan kuliner yang sangat unik dan beragam.
Salah satu keunggulan yang dimiliki Indonesia untuk pariwisata adalah
sumber daya alamnya yang indah. Keberagaman ekosistem alam menyediakan
obyek yang menarik bagi wisatawan. Oleh karenanya pariwisara berbasis alam
(nature) menjadi andalan dalam industri pariwisata Indonesia. Sayangnya,
meskipun dapat diperbaharui, sumber daya bersifat terbatas. Jika pemanfaatan
melebihi daya dukung, sumber daya tersebut tidak dapat pulih dan akhirnya
rusak.Sumber daya memiliki sifat terbatas sedangkan manusia sebagai pemanfaat
memiliki keinginan yang tidak terbatas.Adanya keterbatasan sumberdaya serta
permintaan pariwisata yang semakin tinggi akhirnya membuahkan konsep wisata
baru berwawasan lingkungan, yaitu eco-tourism (ekowisata).
Eco-tourism pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi
The Ecotourism Society. Menurut The Ecotourism Society, eco-tourism adalah
suatu bentuk perjalanan wisata ke daerah alami dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Lebih lanjut, Wood (1999) mendeskripsikan eco-tourism sebagai bentuk baru dari
2
perjalanan yang bertanggung-jawab ke daerah alami dan berpetualang, serta dapat
menciptakan industri pariwisata. Yulianda (2007) memberikan gambaran lebih
praktis, eco-tourism merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan
konservasi.
Eco-tourism meliputi wisata alam (natural tourism) dan wisata budaya
(cultural tourism). Tidak seperti pariwisata yang biasanya, eco-tourism sangat
mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan. Tidak hanya keberlanjutan
lingkungan, eco-tourism juga mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Artinya,
konsep eco-tourism tidak dapat dilepaskan dari peran saling mempengaruhi antara
eco-tourismitu sendiri dengan manusia disekitarnya.Eco-tourism memiliki
beberapa aspek kunci yang harus selalu diperhatikan demi menjaga
keberlanjutannya, antara lain; jumlah pengunjung yang terbatas atau diatur supaya
sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial budaya masyarakat, nilai
konservasi, nilai edukasi dan wisata, nilai ekonomi, serta nilai partisipasi
masyarakat dan ekonomi.
Tanpa disadari sektor pariwisata termasuk eco-tourism sebenarnya sangat
menguntungkan secara ekonomis. Seperti yang diungkapkan Yoeti (2008) dalam
Yassiranda (2011) bahwa dalam industri pariwisata, terbuka peluang untuk
meningkatkan perolehan devisa negara. Hal ini terbukti dari perkembangan
jumlah pemasukan perjalanan wisata nusantara sejak tahun 2009 hingga 2013
meningkat 39,13 triliun (Pusdatin Kemenparekraf dan BPS). Peningkatan jumlah
wisatawan tersebut, bukan berarti sektor pariwisata sudah cukup kokoh untuk
dijadikan sumber devisa negara yang strategis. Eco-tourism biasanya terletak
didaerah yang jauh dari daerah urban atau pusat kota sehingga diperlukan suatu
strategi komunikasi berupa promosi maupun strategi public relations kepada
khalayak untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Pulau Lombok bersama dengan Bali telah ditetapkan sebagai pintu
gerbang pariwisata Nasional dalam MP3EI Koridor V (MasterplanPercepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Lombok sendiri merupakan salah
satu destinasi wisata yang menarik terutama dari segi eco-tourism. Eco-tourism
sendiri sangat sesuai dengan visi kepariwisataan berkelanjutan di Lombok yaitu
3
“Lombok menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya, yang berdaya saing
dan berkelanjutan”.
Guna mewujudkan visi tersebut disusunlah tujuan yang didasarkan pada
empat pilarutama kepariwisataan seperti yang digariskan dalam Perda No. 7 tahun
2013 mengenai Rencana Induk PembangunanKepariwisataan Daerah Nusa
Tenggara Barat (RIPPARDA NTB) 2013 – 2028 meliputi destinasi, promosi,
industri, dankelembagaan. Tujuan masing-masing pilar yakni:
4
B. Rumusan Masalah:
Setelah melihat latar belakang permasalahan, maka diperoleh pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
tujuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan
arah tindakan serta mendapatkan sumber- sumber
yang diperlukan untuk mencapaitujuan.)
Strategi public relations adalah manajemen hubungan antara organisasi
dan khalayak atau stakeholder yang bervariasi dengan skala prioritas yang
berbeda dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi makro dan mikro, serta studi
manajemen lingkungan telah menambah penekanan pada ranah public relations
dalam dimensi organisasi yang lebih dari sekedar memperoleh keuntungan dan
untuk memasukkan tanggung jawab sosial sebagai salah satu ukuran kesuksesan
korporat. Kegiatan public relations berperan penting bagi kebijakan organisasi
berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas bisnis
perusahaan. Faktor-faktor ini termasuk stratifikasi sosial, kesejahteraan sosial,
serta proses-proses politik, hukum, dan peraturan yang berhubungan dengan
operasi perusahaan. Semua faktor ini perlu dipahami karena dapat mempengaruhi
reputasi organisasi dan penerimaan publik (Oliver, 2007: 13).
Public relations merupakan bagian dari fungsi stratejik dalam organisasi
dan untuk menentukan strategi, diperlukan perencanaan dalam penyusunan
program Public relations (Cutlip, Center, & Broom, 2006: 309). Ada empat
alasan penting yang dikemukakan oleh Jefkins (1998) mengapa perencanaan itu
diperlukan,yaitu:
1. Untuk menentukan target operasi PR – di mana hasilnya dapatdiukur.
2. Untuk memperkirakan jam kerja dan biaya-biaya lain yangberkaitan.
3. Untuk menentukan prioritas yang akan mengontrol jumlah serta
pengaturan waktu operasi-operasi yang berbeda dalam suatuprogram.
4. Memutuskan tingkat kemampuan melaksanakan tujuan yang telah
dideklarasikan menurut ketersediaan sumber daya manusia, alat-alat
fisik seperti mesin atau kendaraan, dan anggaran yangsesuai.
Perencanaan strategis dalam public relations melibatkan pengambilan
keputusan tentang tujuan dan sasaran program, pengenalan publik utama,
penetapan kebijakan atau aturan untuk menjadi pedoman pemilihan strategi, dan
penentuan strategi. Harus ada hubungan yang dekat antara keseluruhan tujuan
7
program, sasaran untuk ditetapkan bagi setiap publik, dan strategi untuk dipilih.
Kuncinya adalah bahwa strategi dipilih untuk mewujudkan hasiltertentu.
Praktisi PR bekerja sama dengan manajer-manajer lain untuk mengembangkan
rencana program strategis. (Cutlip, 2005: 295).
Proses perencanaan strategis public relations terdiri dari empat langkah,
yaitu (Cutlip, 2005: 268):
1. Mendefinisikan masalah
Langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan pemantauan
pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku mereka yang peduli dan
terpengaruh oleh tindakan dan kebijakan organisasi. Intinya
merupakan fungsi kecerdasan organisasi. Langkah ini memberi
landasan bagi semua langkah proses pemecahan masalah lainnya
dengan menentukan, “Apa yang sedang terjadi saat ini?”
Dalam proses analisis situasi, perlu analisis rinci atas faktor
internal dan eksternal dalam situasi masalah memberi praktisi
informasi yang dibutuhkan untuk menilai kekuatan (strength, S) dan
kelemahan (weakness, W) organisasi, dan untuk mengidentifikasi
peluang (opportunity, O), dan ancaman (threat, T) dalam lingkungan
eksternal. (Cutlip, 2005: 276).
2. Membuat rencana dan program
Informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan
untuk membuat keputusan tentang publik program, tujuan, tindakan,
serta strategi, taktik, dan tujuan komunikasi. Untuk itu penemuan dari
langkah pertama harus dijadikan sebagai faktor kebijakan dan program
organisasi. Langkah kedua dari proses ini menjawab, “Berdasarkan
situasi yang telah kita pelajari, apa yang sebaiknya kita ubah, lakukan
dankatakan?”
Pembuatan rencana dan program adalah membuat keputusan-
keputusan strategis dasar atas apa yang akan dilakukan dengan urutan
apa dalam menanggapi atau mengantisipasi masalah atau peluang.
(Cutlip, 2005: 291). Kebanyakan organisasi beroperasi berdasarkan
8
manajemen oleh sasaran (management by objectives atau MBO) atau
dengan istilah lain manajemen menurut tujuan dan hasil (management
by objectives and results atau MOR). Sederhananya,
MBOsecarasistematis mengaplikasikan teknik-teknik manajemen
yang efektif untuk menjalankan organisasi. MBO menetapkan hasil
(konsekuensi, akibat, dampak) yang akan dicapai, sehingga dengan
demikian menetapkan kriteria untuk memilih strategi, memantau
kinerja dan kemajuan, serta mengevaluasi keefektifan program. MBO
kini beroperasi dengan dua tingkat hasil, yaitu tujuan dan sasaran.
Tujuan (goal) adalah pernyataan ringkas yang menyebutkan
keseluruhan hasil dari suatu program. Sasaran (objective) adalah hasil
pengetahuan spesifik, opini tertentu, dan perilaku spesifik yang hendak
dicapai untuk masing-masing publik sasaran yang telah didefinisikan
dengan jelas. (Cutlip, 2005: 297).
3. Bertindak dan berkomunikasi
Langkah ketiga mencakup pelaksanaan program tindakan dan
komunikasi yang dirancang untuk mencapai tujuan spesifik bagi setiap
publik demi mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini
adalah, “Siapa yang harus melakukan dan mengatakannya, serta kapan,
di mana, dan bagaimana?”
Dalam melaksanakan tindakan, kegiatan public relations harus
mencakup tujuh C komunikasi public realtions, yaitu credibility
(kredibilitas), context (konteks), content (isi), clarity (kejelasan),
continuity dan consistency (kesinambungan dan kekonsistenan),
channels (saluran), dan capability of the Audience (kesanggupan
khalayak). Komunikasi dan tindakan bukan merupakan tujuan,
melainkan cara mencapai tujuan. Tujuan public relations adalah hasil
yang diuraikan dalam sasaran program. (Cutlip, 2005: 336).
4. Mengevaluasi program
Langkah terakhir dari proses ini mencakup penilaian persiapan,
pelaksanaan, dan hasil program. Saat program sedang dilaksanakan,
9
dibuat penyesuaian berdasarkan evaluasi umpan balik tentang
bagaimana program berjalan atau tidak berjalan. Program diteruskan
atau dihentikan setelah mempelajari, “Bagaimana kita sekarang, atau
dulu?”
Evaluasi merupakan proses yang terus-menerus dan penting
dilaksanakan. Dalam analisis terakhir, evaluasi program melibatkan
banyak pengetahuan di luar teknik riset ilmiah. Prinsip dalam praktik
adalah mengumpulkam bukti terbaik yang tersedia untuk mengelola
dan mengevaluasi program public relations.
B. Brand Image
10
Keller & Houston berpendapat bahwa brand image adalah pengertian
dan pemahaman pelanggan terhadap merek atau brand suatu produk
(Prisgunanto,2006: 10). Menurut Aaker definisi brand image adalah (1991:
109):
11
obyek. Perusahaan yang sukses berpendapat bahwa image lebih penting
dalam menjual produk dari pada fitur produk itu sendiri. Brand image
membantu pemasar dalam mengakumulasikan sekumpulan konsumen yang
loyal dari suatu brand tertentu agar tetap melakukan pembelian ulang.
Sedangkan pengertian dalam (Rangkuti,2002: 244) Brand Image atau
brand personality adalah sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk
dan melekat di benak konsumen. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa citra merek (brand image) merupakan sekumpulan
asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu.
Brand image yang efektif akan mencerminkan tiga hal (Rangkuti, 2002:
312) yaitu: 1) Membangun karakter produk dan memberikan value
proposition. 2) Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda
dari pesaing. 3) Memberikan kekuatan emosional lebih dari kekuatan rasional.
Ketika brand image mampu membangun karakter produk dan
memberikan value proposition, kemudian menyampaikan karakter produk
kepada konsumennya secara unik, berarti brand tersebut telah memberi
kekuatan emosional lebih dari kekuatan rasional yang dimiliki oleh produk
tersebut. Hal ini akan membuat konsumen mengasosiasikan serangkaian hal
yang positif dalam pikirannya ketika mereka memikirkan brand tertentu.
12
public. It is central of branding as any other, and
its importance is immasurable.”
13
Lima aturan di atas menggambarkan bagaimana public relations membangun
brand mengenai sebuah produk yang bila dikaitkan dengan penelitian adalah
brand image dari ecotourism.
C. Konsep Eco-tourism
14
budaya, dan infrastruktur alam untuk melestarikan lingkungan. Di samping itu
juga, Wardhana (2004: 11) menyebutkan bahwa ada beberapa komponen yang
sangat terkait dengan keberlangsungan ekologi lingkungan yaitu komponen
manusia (penduduk), komponen daya dukung alam, komponen ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan komponen organisasi.
Arida (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip
pengembagan eco-tourism yang didasarkan kepada TIES (The InternationalEco-
tourism Standards) seperti : Memiliki kepedulian, komitmen dan tanggung jawab
terhadap konservasi alam dan budaya untuk tercapainya keseimbangan
pemanfaatan lahan, penggunaan teknologi ramah lingkungan, melestarikan
keanekaragaman hayati dan cagar budaya dan memperhatikan keberadaan
endemis. Memberikan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan
untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaan kepada alam seperti
menyediakan pramuwisata yang profesional dan berlisensi, menyediakan fasilitas
pendukung informasi yang memadai terkait dengan daya tarik eco-tourism,
melibatkan lembaga desa setempat.
Memberikan kontribusi secara berkelanjutan kepada masyarakat setempat
dan memberdayakan masyarakat setempat seperti memprioritaskan pemanfaatan
tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlianya, memprioritaskan pemanfaatan
produk lokal untuk operasional kegiatan eco-tourism. Memiliki kepekaan dan
menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi masyarakat setempat yaitu
pembangunan dan operasional harus disesuaikan dengan tata krama, norma
setempat dan kearifan lokal, keberadaan dan kegiatan eco-tourism tidak
mengganggu aktivitas masyarakat. Menaati perundang-undangan yang berlaku,
menaati undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Pengembagan harus didasarkan atas musyawarah dan dengan persetujuan
masyarakat setempat seperti pembangunan perlu mendapatkan persetujuan
masyarakat dan lembaga desa setempat, menjalin komunikasi dan koordinasi
dengan masyarakat dan lembaga setempat dalam pengembangan eco-tourism.
Memiliki sikap konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen yaitu
menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada wistawan,
15
menyediakan media untuk memperoleh umpak balik dari konsumen. Melakukan
pemasaran dan promosi dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan
wisatawan seperti melakukan pemasaran dengan materi yang akurat, jelas dan
berkualitas, melakukan pemasaran dengan jujur dan sesuai dengan
kenyataan.Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang dengan konsep Tri Hita
Karana yaitu memperhatikan keselarasaran antara manusia dengan Tuhan,
memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia,
memperhatikan keselarasan antara manusia dengan lingkungan.
16
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Dari pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
B. Manfaat Penelitian
Berikut adalah manfaat penelitian:
1. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan analisis strategi komunikasi khususnya dalam public
relations.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak lain
yang terkait, seperti institusi pariwisata yang juga menjalankan strategi
komunikasi tertentu untuk promosi pariwisatanya.
2. Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman dalam ilmu
public relations khususnya mengenai strategi komunikasi dalam public
relations.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pihak lain
yang terkait, seperti institusi pendidikan dan mahasiswa yang akan
melakukan penelitian dengan tema serupa.
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
18
menentukan dan mengindikasikan kualitas riset; dan menyajikan cara
mengevaluasi keseluruhan penelitian (Kasali 2008 :140).
Menurut para ahli ada beberapa tujuan dari penelitian kualitatif, antara
lain: bagaimana mempelajari perilaku manusia dan menafsirkan realitas sosial
yang ada (Bryman,1988); dan untuk menginterpretasikan fenomena dari makna
yang ada sehingga memperoleh pemahaman, yang selanjutnya adanya aksi, dan
juga dapat menjelaskan situasi atau kondisi sehari-hari (Miles and Huberman,
1994).
Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif membantu peneliti untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana strategi public relations pada eco-
tourism di Pulau Lombok. Juga untuk mengetahui bagaimana strategi tersebut
memberikan kontribusi dalam membangun brand image eco-tourism Pulau
Lombok dengan menguraikan ucapan, uraian, data, tulisan dan data-data
deskriptif lainnya sesuai dengan yang dipaparkan Bogdan dan Taylor mengenai
pendekatan kualitatif (Sudikin, 2002: 2).
B. Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Consuelo G.
Servilla.1993:71). Penelitian deskriptif mencoba membahas “How” dan “Who”,
pola tentang gejala secara rinci dan pada sejumlah informasi data-data yang
dikumpulkan bukan berupa penyajian angka-angka melainkan kata-kata dan
gambar.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual
secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada, mengidentifikasi masalah
atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat
perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam
menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
19
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi sistematis,
faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu
(Rachmat R, 2009: 87). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
menggambarkan secermat mungkin suatu fenomena. Penelitian deskriptif
hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi (Hidayat, 2004).
Penelitian yang bersifat deskriptif merupakan suatu cara untuk melakukan
pengamatan di mana indikator-indikator mengenai variabel merupakan jawaban-
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan secara lisan maupun
tulisan (Walizer, 1993: 255).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini mencoba mendeskripsikan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai strategi public relations pada eco-tourism
di Pulau Lombok terutama untuk membangun brand image-nya. Hal ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan melalui jawaban-jawaban pertanyaan yang
diajukan kepada informan.
20
Mengenai pemilihan subjek, fokus penelitian kualitatif cenderung
dilakukan dengan jumlah yang sedikit (Banister dkk, 1994 dalam E. Kristi
Poerwandari, 2005: 92). Menurut Sarantakos, 1993 (dalam E. Kristi
Poerwandari,2005: 95)prosedur penentuan subjek dan/ atau sumber data dalam
penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik sebagai berikut:
1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada
kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.
2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik
dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan
pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
3. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa
acak, melainkan pada kecocokan konteks.
Agar sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka
yang menjadi subjek penelitian ditentukan berdasarkan karakteristik sebagai
berikut:
1. Subjek ditentukan dari jabatannya.
2. Subjek terlibat dalam pelaksanaan strategi public relations dalam
membangun brand image eco-tourism Pulau Lombok.
3. Subjek memiliki pengetahuan yang memadai mengenai strategi
komunikasi public relations dalam membangun brand image eco-
tourism Pulau Lombok.
4. Memiliki kesediaan untuk diteliti dan menceritakan pengalamannya
selama pelaksanaan strategi komunikasi tersebut.
21
secara intensif (Rachmat R, 2009: 100). Peneliti bertujuan menggali pandangan
atau pendapat narasumber mengenai topik tertentu dengan menggunakan
interview guide yang semi-terstruktur dengan topik pertanyaan yang berhubungan
dengan rumusan masalah.
Untuk data sekunder bersumber dari berbagai catatan-catatan yang
berguna untuk melengkapi data penelitian. Metode pengumpulan data sekunder
dilakukan dengan studi pustaka melalui data yang didapatkan dari sumber
literatur kepustakaan berupa buku-buku, surat kabar, artikel/tulisan pada media
massa dan internet, foto, dokumen organisasi, website organisasi, serta hasil
penelitian yang menjadi referensi dan yang berhubungan dengan strategi public
relations.
22
keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah derajat kepercayaan
(credibility).
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan
sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota.
Dalam hal ini kriteria derajat kepercayaan (credibility) diperiksa dengan
melakukan triangulasi, yaitu cek silang data dan interpretasi melalui penggunaan
beberapa sumber data dan/atau teknik pengumpulan. (Moleong, 2007: 330).
Model triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi data, yaitu
menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara,
hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang
dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Melalui teknik ini, data yang
telah diperoleh diperiksa dengan menggunakan hal lain yang berada di luar data
tersebut untuk menjadi pembanding. Teknik triangulasi sumber data mengunakan
data-data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi. Teknik ini
dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh dari informan penelitian melalui
kroscek dengan data lain yang berasal dari tulisan atau artikel yang telah
dipublikasikan di media.
G. Keterbatasan Penelitian
23
digunakanlah kriteria kualitas data dan keabsahan data sehingga dapat
meminimalisir segala keterbatasan yang peneliti miliki dan hadapi.
24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
Kabupaten Lombok Timur, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata
pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari dan wisata
budaya.
RASIMAS-SEMBALUN dsk, meliputi Benang Stokel; Gili Sulat;
Sembalun; Gunung Rinjani; dan Otak Kokoq. Kawasan ini berada pada
wilayah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur, dan
diperuntukkan sebagai kawasan wisata agro, wisata pegunungan dan
wisata kuliner.
Kawasan Startegis Pariwisata Daerah (KSPD) pada Destinasi Pariwisata
Daerah (DPD) Sumbawa, terdiri atas :
ALASUTAN dsk, meliputi Agrotamasa; Pulau Bedil, Pulau Keramat;
Pulau Temudong dan Pulau Bungin. Kawasan ini berada pada wilayah
Kabupaten Sumbawa, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata agro,
wisata budaya dan wisata kuliner.
POTOTANO-MALUK dsk, meliputi Pototano dan Maluk. Kawasan ini
berada pada wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, dan diperuntukkan
sebagai kawasan wisata pantai, wisata olah raga berbasis bahari, wisata
budaya dan wisata kuliner.
BATU HIJAU-DODORINTI dsk, meliputi Batu Hijau dan Dodorinti.
Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa
Barat, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pegunungan, wisata
tambang, wisata budaya dan wisata kuliner.
SAMOTA (Teluk Saleh-Moyo-Tambora) dsk, meliputi Aibari; Moyo;
Batu Bulan; Tambora; dan Teluk Saleh. Kawasan ini berada pada wilayah
Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima, dan
diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata bawah laut, wisata
olah raga berbasis bahari, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata
pegunungan.
HU’U dsk, meliputi Lakey Hu’u. Kawasan ini berada pada wilayah
Kabupaten Dompu, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai,
26
wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari, wisata budaya dan
wisata kuliner.
TELUK BIMA dsk, meliputi Lawata; Amahami; dan Kota Bima. Kawasan
ini berada pada wilayah Kabupaten Bima dan Kota Bima, dan
diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata olah raga berbasis
bahari, wisata budaya dan wisata kuliner.
WAWORADA-SAPE dsk, meliputi Waworada, Sape dan Wane. Kawasan
ini berada pada wilayah Kabupaten Bima, dan diperuntukkan sebagai
kawasan wisata pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari
dan wisata kuliner.
Bila mengamati Rippida NTB di atas, hampir semua destinasi wisata yang
menjadi rencana pembangunan kepariwisataan mengarah pada ecotourism, yakni
seperti penjelasan Yulianda (2007), ecotourism meliputi wisata alam (natural
tourism) dan wisata budaya (cultural tourism). Tidak seperti pariwisata yang
biasanya, eco-tourism sangat mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan juga
mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Artinya, konsep ecotourism tidak dapat
dilepaskan dari peran saling mempengaruhi antara eco-tourism itu sendiri dengan
manusia disekitarnya.
Hal ini juga menunjukkan bahwa memang ecotourism adalah benar
merupakan andalan dari pariwisata di NTB dan diperkuat dengan penyataan Utria
Salim selaku Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB.
”kami gunung, pantai sama ya, sempet awalnya kami jual dan di sini kami
punya Gunung Rinjani namanya, di Pulau Sumbawa ada gunung
Tambora (?). Kami ada teridiri dari 3 etnis di pulau Lombok ini. Ada
etnis Sasak yang mendiami pulau Lombok. Pulau Lombok ini ada 5
kabupaten kota, 1 kota ada 4 kabupaten: Lombok Timur, Lombok Tengah,
Lombok Barat, Lombok Utara dan Kota Mataram. Ini termasuk Kota
Mataram. Kalo di Sumbawa ada kota Bima, kabupaten Bima. Dongku,
Sumbawa dan Sumbawa Barat. Itu ya, jadi disana ada etnis, di Pulau
Sumbawa ada 2 Etnis, etnis Bojo yang mendiami Bima, Bima-Dongku.
Klo etnis Sumbawa adanya di Pulau Sumbawa.” (Utria Salim, Kabid
Pemasaran Dinas Pariwisata NTB).
27
Salah satu lokasi yang menjadi penelitian kami adalah Rinjani geopark di
Kabupaten Lombok Barat. Di lokasi tersebut terdapat lima air terjun yang berada
di kawasan hutan lindung di Kaki Gunung Rinjani. Wisatawan datang ke objek
wisata ini untuk melihat keindahan air terjun alami yang terbentuk akibat patahan
permukaan Bumi. Selain itu, pengunjung tertarik untuk datang untuk melakukan
treking ke puncak Gunung Rinjani.
Gambar 5.1 Air Terjun Benang Kelambu di Geopark Kaki Gunung Rinjani
Lokasi wisata ini merupakan salah satu andalan wisata NTB. Bukti awal
yang memperkuat adalah saat tiba di Bandara Praya Lombok para penumpang
sudah diperlihatkan poster-poster berisi tulisan dan gambar yang mempromosikan
Rinjani Geopark serta flora dan fauna yang menjadi khas NTB. Di lokasi wisata
dan tempat-tempat strategis juga selalu menampilkan poster-poster yang sama.
28
Gambar 5.2 Poster Promosi Geopark Rinjani dan Air Terjun di Bandara
Hal ini dinyatakan pula oleh Kepala Promosi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata NTB Utria Salim yang mengakui bahwa andalan utama pariwisata di
NTB adalah berbasis alam dan budaya. Alam menjadi daya tarik dalam
mempromosikan objek-objek wisata. Menurutnya wisatawan lebih menyukai
keindahan alam yang ada di Propinsi NTB seperti Pantai Senggigi, Pantai Kuta,
dan gili-gili yang ada di sekitar Pulau Lombok. Menurut Utria, NTB, khususnya
29
di pulau Lombok, para wisatawan menyukai berwisata di Lombok karena lalu
lintasnya yang lancar dengan sarana jalan raya yang mendukung, dan khususnya
karena pemandangan alam alaminya yang paling indah.
1
(http://travel.kompas.com/read/2015/12/11/182500627/Tren.Pariwisata.NTB.Ter
us.Meningkat)
30
Model pariwisatanya ramah lingkungan. Ada basis budaya setempat yang
diangkat sebagai penguat objek destinasinya. Model pariwisata ini menjadi ideal
karena berfungsi ganda. Selain itu, sebagai konservasi, observasi, serta sarana
pendidikan. (http://news.okezone.com/read/2016/03/26/65/1346140/kampus-as-
siap-bantu-kembangkan-ecotourism-ntb). Pernyataan gubernur menjadi penanda
arah kebijakan industri pariwisata NTB.
Jumlah wisatawan yang datang ke NTB untuk tahun 2015 totalnya
2.210.527 wisatawan yang terdiri dari wisatawan mancanegara berjumlah
1.061.292 dan wisatawan nusantara 1.149.235
(http://www.disbudpar.ntbprov.go.id). Jumlah ini terus bertambah setiap
tahunnya. Keunggulan Pulau Lombok di NTB sebagai tujuan wisata makin nyata
setelah dianugerahi beragam penghargaan tingkat dunia seperti dapatkan World's
Best Halal Honeymoon Destination dan World's Best Halal Tourism Destination
pada World Halal Travel Summit and Exhibition 2015 di Abu Dhabi, 19-21
Oktober 2015.
1. Publikasi media
31
pengenalan masyarakat kepada NTB dimana Gunung Tambora berada
serta event-event yang diadakan oleh Dinas Pariwisata NTB. Hal tersebut
dinyatakan oleh Kepada Bidang Pemasaran, Utria Salim demikian:
Dalam kajian public relation kegiatan ini adalah bentuk media relations
yang berujung pada publikasi positif. Media relations mempunyai
manfaat dalam penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan
mampu memberikan pencerahan bagi publik (Nova, 2009, h.211). Dalam
hal ini apa yang dilakukan Disbudpar NTB adalah sebuah fungsi public
relations dalam memanfaatkan hubungan yang baik dengan media untuk
dapat mempublikasikan kegiatan “Tambora Menyapa Dunia” agar dikenal
masyarakat. Namun yang paling penting dari publikasi kegiatan ini adalah
makin dikenalnya Gunung Tambora sebagai salah satu lokasi ecotourism
yang bukan saja karena keindahan alamnya, namun juga peristiwa alam
yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanik gunung tersebut. Publikasi ini
sekaligus dapat memperkuat citra Gunung Tambora sebagai salah satu
destinasi wisata di NTB.
32
2016”, perayaan Festival Bau Nyale di Pantai Kuta Lombok, Putri Mutiara
NTB, dll. Semua kegiatan pariwisata ini diselenggarakan ini dapat
memperkuat brand image NTB sebagai destinasi ecotourism.
33
3. Direct Promotion
Menurut Levine (2003) public relations can create a brand, establish it,
promote it, develop it, and keep it healthy, all without detected by general
public. Salah satu yang dapat diciptakan oleh public relations adalah brand
yang kemudian brand tersebut dipromosikan. Tentu jika mengacu pada
pendapat Levine upaya direct promotion adalah usaha menciptakan brand
pariwisata di Lombok yang berbasis pada alam.
Di samping tiga kegiatan tersebut, menurut Utria Salim dilakukan juga
upaya yang dapat memberi kekuatan dan daya tarik NTB sebagai destinasi
34
ecotourism seperti memanfaatkan media sosial misalnya dengan
menggalang para blogger yang mengulas tentang traveling dengan
mengakomodir mereka untuk dapat memberikan testimoni mengenai
keindahan alam di Lombok dan Sumbawa.
35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
36
NTB. Selain itu, publikasi dan sosialisasi juga dilakukan dengan membuat
materi-materi promosi di tempat-tempat umum seperti bandara.
5. Event-event atau kegiatan pariwisata yang dilakukan berkaitan dengan
Ecotourism di NTB dilakukan tahunan dengan mendapat dukungan dari
pemerintah pusat melalui rangkaian program “Wonderful Indonesia”.
Perayaan festival-festival budaya dan ajang perlombaan marathon yang
melintasi lereng Rinjani diselenggarakan untuk memperkuat brand image
NTB sebagai destinasi ecotourism.
6. Promosi wisata langsung atau direct promotion dilakukan dengan
mengadakan pertemuan dengan para pengusaha di industri pariwisata
untuk menarik minat wisatawan potensial untuk berwisata ke NTB. Selain
itu, pemerintah daerah NTB melalui Dinas Pariwisata dan Budaya NTB
juga memanfaatkan media sosial dan para pelancong seperti travel blogger
untuk memberikan testimoni dan ulasan mengenai wisata alam dan budaya
di NTB.
B. Saran
37
melakukan promosi selain lewat media juga dengan melakukan direct
promotion ke lembaga-lembaga tersebut.
38
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. (1991). Managing Brand Equity. New York: Free Press.
Cutlip, Scott M., Center, Allen H., & Broom, Glen M. (2006). Effective Public
Relations. UK: Pearson Prentice Hall.
Effendy, Onong Uchjana. (2000). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Jefkins, Frank & Yadin, Daniel. (1998). Public Relations. UK: Prentice Hall.
39
Prisgunanto, Ilham. (2006). Komunikasi Pemasaran: Strategi dan Taktik. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Saufi, A., Teguh, F., Ristanto, H., Basuki, P., Oehms, O., Vitriani, D., Creutz, S.,
& Nuzullay, B.H. (2015). Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Pulau
Lombok 2015-2019. Mataram: Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. (2000). Consumer Behavior, 5th Edition.
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Wood, Megan Epler. (1999). Ecotourism: Principles, Practices and Policies for
Sustainability. US: U N Environmental Programme.
40
Yassiranda AB. (2011). Strategi Komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata
Berbasis Masyarakat. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
41