Anda di halaman 1dari 5

 

          Delta Mahakam                        Delta Mahakam terbentuk pada muara Sungai Mahakam yang terletak
di pantai timur Pulau Kalimantan, antara 0°20' LS dan 117°40' LT. Delta ini terbentuk pada tahap akhir
transgresi Holosen selama 5000 sampai dengan 7000 tahun yang lalu. Selama waktu itu delta telah
berkembang maju (progradasi) dan membentuk sistem delta yang melingkupi daerah seluas ± 5000
km²,termasuk 1000 km² delta plain.            Delta Mahakam adalah daerah dimana terdapat beberapa lapangan
minyak besar, yang tersusun oleh rangkaian endapan deltaik Miosen. Allen, (1987) telah melakukan penelitian
atau studi terhadap delta Mahakam modern, karena delta Mahakam modern mempunyai karateristik yang
hampir sama dengan delta Mahakam Miosen sehingga dapat memberikan gambaran pembentukan reservoar
batupasir Miosen di daerah ini.            Dalam pembentukan suatu delta, akan berkembang pola-pola morfologi
yang masing –masing merupakan produk lingkungan pengendapan yang berbeda. Komponen morfologi delta
antara lain delta plain, delta front, dan prodelta. Tiga proses pokok yang mengontrol pembentukan delta yaitu

proses fluvial, tidal dan gelombang air laut. Berdasarkan ketiga parameter ini, delta Mahakam
yang merupakan delta dengan pengaruh proses fluvial
dan tidal yang relatif sama atau seimbang, termasuk
dalam tipefluvial – tide delta.1.2        

 Delta Mahakam Miosen            Delta Mahakam Miosen telah mengalami beberapa fase pengisian sedimen.
Pada kala Oligosen di daerah ini mulai mengendapkan sekuen trangresif berupa marine shale.Pada Miosen
Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen delta sampai fluvial dengan tebal lebih dari 5000 meter
dengan pola pengendapan sekuen regresif. Rangkaian deltaik disusun oleh beberapa siklus delta dengan
ketebalan masing - masing siklus berkisar antara 30 – 80 meter. Siklus ini disusun oleh endapan delta berupa
batubara dan endapan transgresif berupamarine shale, yang ditutupi oleh serpih podelta. Kemudian diatasnya
diendapkan endapan regresif yang terdiri dari batupasir mouth bar dan serpih pasiran, batupasir distributary
channel, splays, serpih organik dan batubara. Puncak siklus ditandai dengan lapisan batubara yang relatif tebal,
ditutupi oleh marine shale atau endapan karbonat yang menunjukkan aktivitas tektonik regional atau peristiwa
kenaikan muka air laut global.            Selama Miosen Tengah sampaai Pliosen terbentuk rangkaian lipatan
berarah timur laut – barat daya sepanjang pantai Kalimantan Timur dan di lepas pantainya. Pembentukan
lipatan ini terjadi bersaman dengan pengendapan sedimmen dari arah barat. Analisa fasies dari batuan inti (core
rock) menunjukkan bahwa delta Mahakam dipengaruhi oleh sistem fluvial dan tidal dengan tidak adanya
pengaruh gelombang air laut. Sifat –sifat umum morfologi dan sedimentologi delta Mahakam Miosen
menunjukkan kesamaan dengan delta Mahakam modern (Alle,1987).            Lumpur deltaik yang kaya akan
bahan organik di delta front dan prodelta serta serpih organik dan batubara di delta plain merupakan batuan
induk bagi pembentukan hidrokarbon yang terperangkap pada antiklin. Reservoar utama di cekungan delta
Mahakam terdapat pada batupasir distributary channel di delta palain danmouth bar di delta front.  1.3  Delta
Mahakam Modern      Delta Mahakam modern terletak di muara Sungai Mahakam, pantai timur Kalimantan.
Delta ini merupakan delta Holosen yang berprogradasi di atas permukaan endapan transgresif Holosen sejak
5000 – 7000 tahun yang lalu, dan telah mencakup daerah hampir seluas 5000 km², dengan tebal sedimen
sekuen regresif delta antara 50 –70 meter (Allen,1987).     Delta Mahakam modern menunjukkan morfologi
berbentuk kipas asimetris, yang terbentuk akibat pengaruh campuran dua sistem, yaitu antar
sistem fluvial dan tidal. Delta Mahakam modern berprogradasi di atas permukan endapan transgresif Holosen,
membentuk pola sedimen regresif yang ukuran butirnya mengkasar keatas (coarsening upward), tersusun atas
pengendapan sedimen prodelta, delta front dan delta plainyang vertikal sebagai progradasi ke arah laut. Batas
luar prodelta berada pada kedalaman 70 meter dan delta front terletak pada kedalaman 0 – 10 meter dari muka
air laut. Alur – alur (channel) pada delta plain membentuk pola percabangan sungai ke laut, menggerus
vegetasi pada delta plain sampai delta front dengan kedalaman sekitar 20 meter.1.4    Delta Mahakam
Kini        Delta Mahakam merupakan sebuah entitas ekosistem yang khas dengan potensi sumber daya alam
yang sangat besar serta tekanan sistem sosial ekonomi yang sangat intensif. Sebagai sebuah komunitas, Delta
Mahakam dengan desa-desa yang ada memiliki cakupan konsentrasi tertentu sebagai area-focus dan masalah
pokok tertentu di area tersebut sebagai problem-focus, yaitu hamparan yang memiliki karakteristik wilayah

dan masalah tertentu.   


Gambar 1.2 Industri Migas di Delta Mahakam        Dalam perkembangannya, Kawasan Delta Mahakam
banyak dimanfaatkan dalam melakukan berbagai aktifitas penunjang kehidupan. Pengembangan wilayah Delta
Mahakam sebagai permukiman, areal industri migas, juga pemanfaatan potensi sumberdaya alam, pemanfaatan
potensi sumber daya mineral, minyak bumi serta kawasan mangrove. Penelitian mengenai potensi endapan
kuarter di dataran delta ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui sifat fisik endapannya dan aplikasinya
dalam berbagai kepentingan.Ekosistem hutan mangrove di Delta Mahakam dikenal sebagai salah satu
ekosistem yang penting dalam satu siklus kehidupan bagi manusia dan lingkungannya. Di Delta Mahakam
diperkirakan terdapat hutan mangrove seluas 150.000 ha dari 950.000 ha luas hutan mangrove yang ada di
Kalimantan Timur. Kawasan hutan mangrove ini menjadi penting karena hamparannya yang cukup luas dan
potensi perikanan serta kandungan minyak buminya. Selain mengemban fungsi ekologis, yaitu sebagai
stabilisator lingkungan, kawasan hutan mangrove ini juga mengemban fungsi sosial ekonomi bagi kehidupan

masyarakat.  Sekarang ini situasi di kawasan Delta


Mahakam semakin memprihatinkan. Terjadinya perusakan lingkungan oleh berbagai macam aktivitas telah
berdampak pada abrasi, erosi dan menurunnya kualitas air, menurunnya produktivitas tambak udang serta
menurunnya potensi alam (migas). Adanya pemahaman bahwa kepentingan ekonomi jauh lebih dominan
daripada kepentingan ekosistem dan belum menyatu dan sejalannya persepsi para pemangku kepentingan atas
kawasan Delta Mahakam disadari juga semakin memperparah permasalahan kawasan Delta Mahakam.
Gambar 1.3 Kerusakan Hutan Mangrove di Delta MahakamSaat ini diketahui bahwa luas hutan mangrove
di Delta Mahakam terus menyusut dan diperkirakan tinggal sekitar 30.000. ha. Itu artinya bahwa 80% dari
kawasan tersebut telah berubah fungsi (Santoso, 2000). Menurut Zuhair (1998) perubahan atau degradasi
mangrove yang terjadi di Delta Mahakam terutama disebabkan oleh pembukaan untuk pembangunan jalan pipa
oleh perusahaan minyak dan untuk pembuatan tambak udang, serta eksploitasi kayu untuk berbagai
kepentingan.Tentu saja perubahan drastis ini telah membawa perubahan-perubahan yang berdampak luas
terhadap masa depan kawasan Delta Mahakam sendiri. Diantaranya terhadap kelangsungan hidup masyarakat
yang selama ini bergantung kepada Delta Mahakam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai
contoh bahwa saat ini telah terjadi penurunan produktivitas dari tambak yang ada serta adanya indikasi kuat
menurunnya hasil perikanan di sekitar Muara Mahakam. Selain itu, bila masyarakat nelayan ingin menangkap
ikan harus menempuh jarak layar yang lebih jauh dari sebelumnya. Dampak lainnya adalah intrusi air laut
makin mendekati kota Samarinda terutama bila musim kemarau dan kondisi air yang makin keruh sehingga
membutuhkan perlakuan yang lebih mahal untuk mendapatkan kualitas air bersih.Kerusakan kawasan
konservasi Delta Mahakam kian memprihatinkan akibat pembukaan lahan tambak yang tak terkendali dan
tidak ramah lingkungan sehingga berimbas pada abrasi pantai dan menurunnya produksi tambak
nelayan.Penurunan produktivitas tambak nelayan itu akibat hilangnya kawasan hutan mangrove yang selama
ini menjadi termpat berkembang biaknya berbagai jenis ikan dan udang serta bertahannya kualitas air. Hingga
kini kerusakan kawasan Delta Mahakam mencapai 95.000 ha atau 87,96 % dari total luas kawasan tersebut
sekitar 152.400 ha.Kerusakan kawasan Delta Mahakam sangat parah sejak 1996, karena terjadi pembukaan
lahan tambak besar-besaran oleh masyarakat seiring dengan meningkatnya harga udang di pasar dunia.
Kegiatan masyarakat itu seakan tidak terbendung sehingga meninggalkan berbagai kerusakaan sangat
memprihatinkan, karena selain hilangnya sebagian besar hutan mangrove juga terjadi abrasi pantai yang
menyebabkan pendangkalan Sungai Mahakam.Guna menyelamatan kawasan Delta Mahakam di daerah itu
memprogramkan penanaman satu juta mangrove. Selain itu juga melarang kegiatan alat berat untuk membuka
atau perluasan lahan tambak di kawasan tersebut serta menyiapkan dana rehabilitasi yang cukup signifikan
yakni pada 2007 mencapai Rp4,45 miliar.Akibat pembukaan tambak yang tidak ramah lingkungan sejak 1996
laju kerusakan Delta Mahakam sangat tinggi yakni mencapai 1,4 juta Km2 setiap tahun. Padahal sebelumnya
laju kerusakan hanya 0,13 Km 2.Dalam rentang kurun waktu 12 tahun terakhir, tambak udang di Delta
Mahakam telah berkembang pesat dan menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat dengan
konsekwensi resiko berupa pengrusakan lebih dari 50.000 hektar hutan bakau dan tegakan nipah. Selain itu,
budidaya udang adalah suatu kegiatan yang sangat menguntungkan, namun sangat merusak bagi lingkungan,
khususnya di wilayah Delta sungai yang rawan, setidaknya seperti yang telah terjadi di berbagai penjuru dunia.
Jika budidaya udang dirancang dengan pendekatan untuk jangka pendek, maka budidaya ini akan menjadi
kegiatan yang paling merusak (lingkungan). Seperti telah banyak diketahui, siklus ledakan dan limpahan
produksi udang secara besar-besaran, biasanya akan mengakibatkan hancurnya produksi itu sendiri.Dampak
yang dirasakan saat ini oleh masyarakat setempat yang juga para pekerja dan atau pemilik tambak udang di
sekitar Delta Mahakam adalah sulitnya memperoleh air bersih, karena pencemaran limbah tambak dan abrasi
dan erosi yang serius dari air laut. Siklus kebutuhan air bersih ini tidak saja mengganggu keberlanjutan
produksi tambak udang namun juga untuk kehidupan masyarakat lokal sehari-hari. Sehingga prediksi kerugian
jangka panjang adalah penurunan produk dan produktivitas (daya saing) dari hasil produksi tambak udang,
tercemarnya lingkungan hidup dan tidak tersedianya secara pasti air bersih bagi kehidupan masyarakat lokal
sehari-hari.          

  Keseimbangan dari sistem ekologi di Delta Mahakam saat ini telah mengakibatkan kerusakan: seperti mutu
air menurun, penyakit berkembang di tambak-tambak udang, tingkat keasinan arus hulu meningkat, kehidupan
organik terganggu, keasaman meningkat. Air segar bakau dan hutan, pelindung utama bagian hulu Delta telah
tercemar. Akibatnya keuntungan budidaya udang menurun, karena limbah dari kegiatan tambak tidak dapat
diserap sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian udang. Hal ini mengurangi manfaat ekonomi
kegiatan tersebut dan mengancam mata pencaharian masyarakat yang hampir mutlak tergantung pada hasil
tambak. Selain itu, pembuangan air kotor dan akses terhadap air bersih dari Delta telah secara nyata turut
menjadi faktor penyebab sejumlah konflik sosial, selain faktor konflik penggunaan tanah, penguasaan hak-hak
atas tanah, pencemaran di Delta , merosotnya produktivitas ekologi dan perebutan pengaruh dan sumberdaya
ekonomi yang mengancam sistem pendukung kehidupan (life support system).Kondisi sosial ekonomi
masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya yang didominasi oleh sekelompok masyarakat turut menjadi faktor
yang memberikan kontribusi atas permasalahan di Delta Mahakam. Budidaya tambak udang di Delta
Mahakam merupakan mata pencaharian utama bagi lebih dari 50.000 jiwa masyarakat lokal di 29 desa, dan
saat ini budidaya tambak udang telah berkembang dari usaha keluarga secara tradisional menuju sebuah
industri budidaya udang semi modern yang melibatkan partisipasi pihak swasta (investor) untuk mobilisasi
permodalan, sumber daya alam, lahan produksi, sumber daya manusia dan tekonologi. Yang sekarang menjadi
problema utama adalah ketidakberdayaan masyarakat setempat dalam meraih akses ekonomi, dibandingkan
dengan juragan tambak (punggawa) dan pengguna sumber daya lainnya. Peran para pemodal lokal (punggawa)
dalam berperan menjadi patron para petambak dalam hal memberikan akses modal, sarana produksi,
ketrampilan, dan akses pasar. Intinya memperpendek mata rantai ekonomi yang menggurita.           
Perkembangan budidaya tambak udang yang semakin maju ditunjang oleh faktor utama yaitu eksploitasi daya
guna dan daya dukung lahan sebagai strategi untuk menambah kapasitas produksi, untuk dapat memenuhi
kekuatan permintaan (Market Supply) dan perluasan pasar (Demand Market) dengan tujuan mengejar
keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun strategi ini tidak diiringi pemahaman atau kurangnya perhatian
terhadap keseimbangan ekologi seperti tidak terkendalinya pembabatan/pembukaan hutan lindung dan
rusaknya mangrove yang berfungsi untuk penanggulangan erosi dan abrasi air laut.

Anda mungkin juga menyukai