Anda di halaman 1dari 14

DIKLAT

PENINGKATAN KOMPETENSI
KEPALA LABORATORIUM IPA

Mata Diklat

Pemberdayaan
Tenaga Teknisi dan
Laboran
Sekolah/Madrasah
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

Pemberdayaan Tenaga Teknisi


dan Laboran Sekolah/Madrasah
Penulis:
Arief Husein Maulani, M. Si

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Laboratorium IPA adalah sarana yang sangat penting dalam proses pembelajaran baik
untuk membuktikan, menguji, atau meneliti konsep-konsep, prinsip, dan hukum IPA.
Laboratorium IPA juga berperan penting dalam membentuk sikap dan keterampilan
ilmiah peserta didik yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan di pembelajaran
IPA. Dalam mendukung aktivitas belajar IPA tersebut, di dalam laboratorium terdapat
alat, bahan, dan sarana prasarana pendidikan yang jumlahnya dan spesifikasinya banyak.
Selain itu, proses belajar IPA yang melibatkan peserta didik untuk aktif menggunakan
berbagai alat dan bahan memerlukan pengelolaan yang baik untuk menjamin
keberlangsungan kegiatan belajar, memelihara sarana rasarana, serta menjaga kesehatan
dan keselamatan kerja. Oleh sebab itu diperlukan keberadaan tenaga laboratorium yang
kompeten untuk menjamin mutu pengelolaan laboratorium yang pada akhirnya tercapai
mutu pendidikan yang diharapkan.
Hand out ini berjudul Pemberdayaan Tenaga laboraotorium yang berisi uraian materi
untuk mengarahkan kegiatan kepala lab dalam rangka menjalankan kompetensi
manajerial nomor 3.3 Membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium
sekolah/madrasah. Kompetensi kompetensi tersebut diatur oleh Permendiknas No. 26
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium. Sub kompetensi kepala laboratorium

2
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

antara lain adalah dapat menguraikan tugas teknisi dan laboran, mengembangkan jadwal
tugas, mengembangkan instrumen supervisi, dan membuat laporan atas hasil supervisi
terhadap kinerja teknisi dan laboran. Seorang guru yang menjabat sebagai kepala
laboratorium selain perlu untuk memahami dan menguasai kompetensi terkait tugasnya,
penting juga untuk memahami kompetensi teknisi dan laboran yang bekerja di bawah
koordinasinya. Kepala laboratorium yang mengetahui rincian kompetensi teknisi dan
laboran dapat melakukan pemberdayaan secara tepat dan optimal sesuai dengan
tuntutan jabatan dan pekerjaan.

2. Tujuan Pembelajaran

a. Kompetensi Dasar

Melaksanakan pemberdayaan tenaga laboratorium IPA

b. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Merumuskan rincian tugas teknisi dan laboran


2. Menentukan jadwal kerja teknisi dan laboran
3. Mensupervisi teknisi dan laboran
4. Membuat laporan secara periodik

3
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

B. URAIAN MATERI

I. Tugas Teknisi dan Laboran

1.1. Tugas Teknisi

Teknisi laboratorium memiliki tuntutan kualifikasi di atas kualifikasi laboran yaitu


pendidikan minimal sarjana. Rincian tugas teknisi di bawah ini diuraikan berdasarkan
kompetensi dan sub kompetensi administratif dan profesional yang tercantum di dalam
Permendiknas No 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium. Berikut ini
adalah rinciannya:
1. Merencanakan dan membuat daftar alat, bahan, suku cadang, dan lain-lain dengan
mengacu pada katalog.
2. Merencanakan kebutuhan alat, bahan, dan perkakas untuk perawatan dan perbaikan
alat laboratorium.
3. Merencanakan dan membuat jadwal perawatan dan perbaikan alat laboratorium.
4. Mengatur tata letak alat, bahan, suku cadang, perkakas untuk perawatan dan
perbaikan
5. Mencatat alat, bahan, dan fasilitas laboratorium dengan memanfaatkan TIK.
6. Mengatur tata letak alat, bahan, dan fasilitas lain di laboratorium.
7. Menyiapkan :
a. Petunjuk penggunaan peralatan laboratorium
b. Paket alat dan bahan yang siap digunakan untuk praktikum
c. Penuntun praktikum
8. Membuat peralatan praktikum sederhana
9. Membuat paket bahan siap pakai untuk praktikum
10. Mengidentifikasi kerusakan alat dan bahan di laboratorium
11. Memperbaiki kerusakan peralatan laboratorium
12. Menerapkan prosedur-prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
13. Menggunakan peralatan K3 jika diperlukan
14. Menangani limbah, bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai prosedur

4
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

15. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan

1.2 Tugas Laboran

Kualifikasi pendidikan untuk menjadi laboran minimal adalah D1 yang relevan dengan
jenis laboratorium. Rincian tugas laboran di bawah ini diuraikan berdasarkan kompetensi
dan sub kompetensi administratif dan profesional yang tercantum di dalam
Permendiknas No 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium. Berikut ini
adalah rinciannya:
1. Mencatat bahan dan penggunaan bahan laboratorium.
2. Melaporkan penggunaan bahan laboratorium.
3. Mencatat kehadiran guru dan peserta didik.
4. Mencatat penggunaan alat, bahan, dan penuntun praktikum.
5. Mencatat kerusakan alat.
6. Melaporkan keseluruhan kegiatan praktikum secara periodik.
7. Menata ruang laboratorium.
8. Menjaga kebersihan ruangan laboratorium.
9. Mengamankan ruang laboratorium.
10. Mengklasifikasi bahan dan peralatan praktikum.
11. Mengidentifikasi kerusakan bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium.
12. Menjaga kebersihan alat laboratorium.
13. Mengamankan bahan dan peralatan laboratorium.
14. Merawat tanaman dan hewan untuk kegiatan praktikum.
15. Menyiapkan bahan dan peralatan sesuai dengan penuntun praktikum.
16. Melayani guru dan peserta didik dalam praktikum.
17. Menyiapkan kelengkapan pendukung praktikum (LKPD, lembar rekam data, dll).
18. Menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja.
19. Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium.
20. Menangani limbah, bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur.
21. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

5
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

II. Membuat Jadwal Kerja Tenaga Lab

Keberadaan sebuah jadwal sangat penting untuk mengelola waktu agar tugas dan pekerjaan
dapat terlaksana dengan baik. Kepala laboratorium perlu untuk membuat jadwal kerja
teknisi dan laboran agar setiap rincian tugas jabatan tersebut dapat dipetakan secara tepat
di hari dan jam kerja yang ditetapkan oleh lembaga tempat bekerja. Dengan memiliki jadwal
kerja teknisi dan laboran, kepala laboratorium dapat melakukan koordinasi dan pengawasan
yang lebih terpola dan terarah sehingga pemberdayaan tenaga laboratorium yang menjadi
dapat terlaksana dengan baik.
Penyusunan jadwal kerja tenaga laboratorium perlu dilakukan dengan mempertimbangkan
konteks yang luas, keadaan yang melingkupi aspek jadwal praktikum guru, jumlah rombel,
kelengkapan sarana dan prasarana, dan sebagainya. Oleh karena itu ketika menyusun jadwal
kerja, kepala laboratorium tidak perlu menyamakan jadwal yang dibuatnya dengan kepala
laboratorium lain. Karena setiap laboratorium sekolah memiliki karakteristik yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Akan tetapi dalam membuat jadwal dapat mengikuti langkah-
langkah yang dapat diaplikasikan untuk menghasilkan jadwal yang baik.

1.1. Langkah Pembuatan Jadwal Kerja


Jadwal kerja tenaga laboratorium dapat disusun dengan mengikuti langkah-langkah di
bawah ini:
1. Analisis rincian tugas dari tenaga lab berdasarkan kompetensi dan sub kompetensi
teknisi dan laboran. Bandingkan uraian tugas di handout ini dengan sub kompetensi
teknisi dan laboran yang terdapat dalam Permendiknas No 26 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Laboratorium. Kepala lab dapat melakukan penyesuaian terhadap
uraian tugas-tugas di handout ini selama memenuhi kompetensi di peraturan.
2. Kelompokkan rincian tugas ke dalam kategori kegiatan rutin dan insidental. Tugas rutin
adalah tugas yang pelaksanaannya dapat diatur pada jadwal yang konsisten kecuali
terkendala oleh tugas insidental. Contoh tugas rutin adalah ‘menjaga kebersihan
laboratorium’. Tugas insidental adalah tugas yang pelaksanaanya tidak bersifat rutin,
dapat dilaksanakan pada waktu/kesempatan tertentu saja. Contoh tugas insidental
misalnya adalah ‘memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan’.

6
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

3. Identifikasi komposisi kegiatan praktikum dan non praktikum di laboratorium sekolah.


Caranya dengan melakukan refleksi atas pengalaman aktivitas praktikum di semester
berjalan. Kegiatan ini bertujuan untuk memprediksi penggunaan laboratorium untuk
masa mendatang. Kepala laboratorium perlu mengetahui komposisi kegiatan harian di
laboratorium sekolahnya yang secara garis besar terdiri dari kegiatan praktikum dan
kegiatan non praktikum sehingga memudahkan kepala lab untuk menyusun jadwal yang
mengakomodir kebiasaan.
4. Buatlah prioritas dari tugas-tugas praktikum dan non praktikum, dan dari tugas rutin.
Tentukan langkah kerja yang harus dilakukan tenaga lab sebagai bagian dari tugas harian
dengan dimulai dari tugas yang paling berdampak pada kelancaran dan keselamatan
kerja, serta kemudahan pelayanan kegiatan praktikum. Sebagai contoh ‘menata ruang
laboratorium’ dapat menjadi prioritas harian tugas laboran. Sebab dengan
melaksanakan tugas tersebut dapat dirasakan dampak yang luas seperti alat dan bahan
rapi tertata sehingga nyaman dilihat dan mudah untuk diakses; perabot dan perkakas
berada di tempat semestinya sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna laboratorium; penataan ruangan yang benar juga berimbas pada terciptanya
keadaan yang mendukung suasana kerja yang aman dan sehat.
5. Tentukan tugas-tugas yang pelaksanaannya harian, mingguan, bulanan, atau
triwulanan. Sebab tidak semua tugas rutin perlu dilakukan setiap hari. Sebagai contoh
adalah tugas ‘mengklasifikasi bahan laboratorium’. Tugas tersebut dapat dilakukan di
awal tahun, awal pengadaan, atau setiap sebulan sekali, jika tidak 2 minggu sekali
(laboratorium padat dengan aktivitas praktikum) untuk menempatkan kembali bahan-
bahan yang sempat tercecer setelah sering dimanfaatkan guru/peserta didik.
6. Setelah menentukan tugas rutin/non rutin, identifikasi tugas-tugas prioritas, identifikasi
tugas harian/non harian, dan komposisi kegiatan praktikum/non praktikum, selanjutnya
adalah menyebarkan semua tugas atau kegiatan rutin di hari kerja (5 atau 6 hari kerja
sesuai aturan di sekolah). Urutkan tugas-tugas di setiap hari berdasarkan urutan
prioritas yang sudah disusun. Tandai kegiatan-kegiatan yang dilakukan per-2 minggu,
bulanan, triwulanan, atau semesteran. Sesuaikan jumlah jam kegiatan praktikum agar
proporsional (sesuai kebiasaan) dengan jam kegiatan non praktikum.

7
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

7. Aplikasikan prinsip fleksibilitas dalam jadwal yang dibuat agar pelaksanaan tugas tenaga
laboratorium dapat dilaksanakan secara dinamis dengan tetap memastikan semua tugas
tercantum dengan lengkap.

1.2. Membuat Jadwal Kerja Menggunakan Excel


Software Microsoft Excel adalah salah satu alat alternatif yang mudah didapatkan dan
mudah dioperasikan untuk membuat jadwal kerja tenaga laboratorium. Cara membuat
tabel jadwal dapat dicari dengan menggunakan kata kunci ‘cara membuat tabel’ atau
‘cara membuat jadwal’ di google. Selai itu terdapat template jadwal yang bisa
dimodifikasi sesuai keperluan. Template jadwal kerja harian dapat diunduh dari link
berikut: https://templates.office.com/id-id/jadwal-kerja-harian-tm02780252.

Gambar 1. Diagram langkah-langkah pengembangan jadwal kerja Teknisi dan Laboran

8
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

III. Supervisi Tenaga Laboratorium

Kepala laboratorium dalam melaksanakan tugasnya memberdayakan teknisi dan laboran


perlu untuk menjalankan supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh kepala laboratorium
merupakan langkah penting yang tidak terpisah setelah merumuskan rincian tugas dan
membuat jadwal kerja teknisi dan laboran. Pada sub bab Supervisi Tenaga Laboratorium
ini, akan dipelajari cara-cara mengembangkan instrumen supervisi tenaga laboratorium
sehingga kepala laboratorium dapat membuat instrumen secara mandiri. Instrumen
supervisi yang telah dikembangkan akan menjadi acuan kepala laboratorium ketika
melakukan praktek supervisi. Dengan demikian supervisi yang dilakukan bisa terarah dan
berjalan optimal untuk memastikan teknisi dan laboran menjalankan tugasnya dengan
baik.

3.1. Pengembangan Instrumen Supervisi Tenaga Laboratorium

Instrumen supervisi tenaga laboratorium dapat dikembangkan melalui langkah-langkah


umum yang diajukan oleh Arikunto (1988). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Merumuskan tujuan penyusunan instrumen supervisi.


2. Membuat kisi-kisi yang memuat perincian variabel dan jenis instrumen yang akan
digunakan.
3. Membuat butir-butir instrumen.
4. Menyunting instrumen.

Deskripsi secara umum dari setiap langkah di atas adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan merumuskan tujuan supervisi perlu untuk dilakukan kepala laboratorium


agar instrumen supervisi yang dibuat dapat disesuaikan dengan tujuan akhir yang
ditentukan. Kepala laboratorium dapat membuat tujuan yang spesifik, misalnya
supervisi hanya mentarget pada area yang terkait dengan K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja). Maka variabel rincian tugas (langkah kedua) yang ditentukan
ketika membuat kisi-kisi harus mendaftar tugas-tugas yang terkait dengan kesehatan
dan keselamatan kerja dan tidak menyertakan tugas-tugas lain yang tidak relevan.

9
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

2. Kisi-kisi yang dibuat harus mengukur atau dapat mengambil data yang diperlukan
untuk mencapai tujuan supervisi. Kepala laboratorium dalam memperkirakan variabel
apa saja yang relevan dan jenis instrumen seperti apa yang akan dikembangkan di
tahap ini. Misalnya dalam ruang lingkup K3, kepala laboratorium dapat
mengobservasi variabel “ketuntasan tugas” tenaga lab dengan membuat ceklis tugas-
tugas terkait K3, dan bisa juga mencari informasi variabel “inisiatif” tenaga lab dengan
memberi jenis instrumen kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang
mengukur inisiatif tenaga lab dalam mengelola K3 di laboratorium.
3. Kepala laboratorium dalam mengembangkan butir-butir instrumen dengan mengacu
pada variabel yang telah ditetapkan, lalu mencari jenis-jenis butir pernyataan atau
pertanyaan dari berbagai sumber yang luas. Kepala laboratorium tidak terikat pada
rincian tugas yang terdapat di hand out ini, tapi juga dapat menggunakan butir-butir
atau rincian tugas/kegiatan yang terdapat di berbagai literatur baik luring maupun
daring.
4. Kepala laboratorium dalam menyunting instrumen supervisi perlu melakukan
penyuntingan terhadap instrumen yang telah dikembangkan. Penyuntingan dilakukan
untuk menemukan dan merevisi kesalahan-kesalahan redaksional, mengatur tata
letak tulisan dan tabel, mengatur aspek keterbacaan instrumen, pengaturan urutan
butir-butir dalam instrumen, mengecek keberadaan dan ketepatan petunjuk
pengisian, identitas, dan sebagainya.

3.2. Praktek Supervisi Tenaga Laboratorium

Kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepala laboratorium terhadap teknisi dan laboran
dapat dilakukan secara rutin maupun insidental dengan menyesuaikan jadwal mengajar
yang dimilikinya. Supervisi bahkan dapat berlangsung kapan saja jika kepala lab memiliki
meja tersendiri di ruangan laboratorium sehingga tidak memerlukan jadwal khusus untuk
kunjungan supervisi. Tapi jika kepala lab lebih sering berada di luar laboratorium, maka
diperlukan jadwal supervisi yang lebih menjamin keterlaksanaan pengawasan yang
konsisten.

10
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

Ada banyak pendekatan supervisi. Di hand out ini disajikan 3 jenis pendekatan supervisi
dapat dilakukan:

1. Direktif.
Pendekatan direktif supervisi tenaga laboratorium adalah pendekatan yang menekankan
pada peran kepala lab yang dominan dalam melakukan bimbingan, pengarahan, dan
monitoring. Pendekatan ini sesuai untuk teknisi dan laboran yang masih baru, karena
meskipun mereka sudah memiliki bekal ilmu dan keterampilan, tapi tetap memerlukan
pengarahan tugas dengan beradaptasi pada suasana kerja/laboratorium yang baru
ditempatinya.
Pendekatan direktif yang dipilih menuntut kepala lab untuk sangat aktif, detil, dan
menunjukkan tanggung jawab penuh (sambil memberi arahan). Kepala lab dituntut untuk
menerapkan standar pada berbagai aspek pekerjaan, tidak jenuh memberikan petunjuk
dan penguatan kepada teknisi dan laboran. Pendekatan ini juga cocok untuk tujuan
membina teknisi dan laboran sehingga kepala lab dapat melakukan pendekatan supervisi
lain yang bersifat informasional, kolaboratif, dan non direktif di masa mendatang.
2. Kolaboratif
Pendekatan ini relevan untuk supervisi terhadap tenaga laboratorium yang mempunyai
pengalaman bekerja sebelumnya sebagai teknisi/laboran. Pendekatan ini juga sesuai
untuk menghadapi tenaga laboratorium yang memiliki pengalaman lebih banyak
dibanding kepala lab. Kepala lab berperan dalam mengarahkan fokus, mengeksplorasi
alternatif-alternatif, mengembangkan sikap kolaboratif dengan teknisi/laboran bahkan
memberikan mereka kesempatan untuk mengambil keputusan.
3. Non direktif
Pada pendekatan non direktif, teknisi/laboran lebih berperan dan berinisiatif dalam
menyelesaikan masalah-masalah di laboratorium. Sifat tersebut juga didorong oleh
kompetensi dan pengalaman mereka dalam mengelola laboratorium sehingga muncul
sifat proaktif untuk berkonsultasi dengan kepala lab. Apabila kepala lab mendapatkan
tenaga laboratorium yang handal dan berpengalaman dan bisa proaktif menangani
berbagai masalah, tanggung jawab supervisi kepala lab tetap perlu dilakukan dengan aktif
melalui upaya refleksi, memotivasi, mengklarifikasi, dan lebih mendengarkan.

11
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

3.3. Laporan Hasil Supervisi

Laporan hasil supervisi yang dibuat oleh kepala lab merupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban dalam menjalankan tugas pemberdayaan tenaga laboratorium yang
berisi informasi berharga terkait pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Sebab
dalam laporan tersebut terdapat data dan informasi aktual mengenai pelaksanaan tugas
oleh teknisi laboratorium dan laboran yang dipantau langsung oleh kepala lab. Laporan
hasil supervisi menjadi bukti otentik bahwa kepala lab menjalankan tanggung jawabnya
dalam memberdayakan, membina, dan mengawasi tugas teknisi dan laboran, serta dapat
diakses secara terbuka oleh siapapun yang memerlukan. Laporan hasil supervisi
merupakan portofolio berharga yang mendokumentasikan pengalaman manajerial kepala
lab yang dapat dijadikan rujukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan yang disusun oleh kepala laboratorium dapat tersusun dari beberapa komponen
minimal yang terdiri atas:
1. Latar Belakang Pelaksanaan Supervisi
2. Tujuan Supervisi
3. Kegiatan Supervisi
4. Hasil dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
Latar belakang dapat diisi oleh kepala lab dengan menuliskan alasan yang
melatarbelakangi kegiatan supervisi. Misalkan kepala lab menemukan kasus kecelakan di
laboratorium yang terjadi berulang kali atau di luar kewajaran, kepala lab dapat
menjadikan kejadian tersebut sebagai latar belakang untuk dilakukannya supervisi pada
aspek K3. Kemudian di bagian tujuan, tuliskan secara spesifik bahwa supervisi bertujuan
untuk melakukan uspervisi terhadap aspek-aspek kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium yang dilaksanakan oleh teknisi atau laboran. Pada bagian Kegiatan Supervisi
kepala lab menguraikan pendekatan, teknik, waktu, jenis dan butir instrumen, dan hal-hal
teknis lain yang terkait dengan pelaksanaan supervisi. Pada bagian Hasil dan Pembahasan
kepala lab menampilkan hasil supervisi dan elaborasi dari hasil supervisi tersebut utuk
untuk dikaitkan dengan tujuan dan latar belakang supervisi.

12
Handout
Peningkatan Kompetensi Kepala Laboratorium IPA

Pada bagian Kesimpulan dan Saran kepala lab menyimpulkan hasil kegiatan supervisi
dengan menyelaraskan dengan tujuan supervisi, apakah tercapai tujuan supervisi
tersebut ataukah belum. Jika belum kepala lab dapat menuliskan di bagian saran agar
melakukan supervisi ulang dengan instrumen yang lebih tepat untuk menggali data yang
benar. Di bagian saran, kepala lab dapat memberikan saran juga kepada berbagai pihak
yang memiliki kepentingan terhadap laboratorium, seperti kepada teknisi atau laboran itu
sendiri, kepada guru dan peserta didik, kepada wakil sekolah bagian sarana dan
prasarana, atau kepada kepala sekolah.

C. PENUTUP
Laboratorium yang berhasil dikelola dengan baik dapat memfasilitasi kegiatan belajar
peserta didik secara optimal sesuai tuntutan kurikulum. Untuk mencapai pengeloaan yang
baik tersebut, kepala lab perlu memberdayaan teknisi dan laboran sehingga pelayanan
laboratorium dapat ditangani secara baik oleh tim tenaga laboratorium yang ada. Hand
out ini ditulis dengan harapan agar kepala lab dapat mendapatkan wawasan untuk
meningkatkan kompetensi terkait pemberdayaan tenaga lab tersebut. Tenaga
laboratorium yang berhasil diberdayakan selain akan memudahkan kepala lab dalam
mengelola laboratorium, tentunya akan berdampak pada meningkatnya profesionalisme
teknisi dan laboran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2004, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta, Rineka Cipta

Rettig, Perry R. Lampe, Scherie. Garcia, Penny. 2000. Supervising Your Faculty with
Differentiated Model. Department Leadership Project. American Council on Education.

13

Anda mungkin juga menyukai