Anda di halaman 1dari 52

0

TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN


ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

Pujangga Gembel
SEBUAH ANTOLOGI PUISI
DONGENG TERCABIK
Icard Nurjantan ©
Cover Paint By: Dedi Kyuk
*ICARD NURJANTAN
POTRET DIRI
Jiwaku meranggas terseok angin putting beliung terenyuh sang biduan hati
Bilik bambu terpesan adneralin terasa sesak
Air pekak tertanam semerbak gaun muda
Otak ambyar tertata
Atap megah ke kerajaan perawan
Rambut lusuh teringat akan panglima perkasa
Jantung berpacu balada pupus
Bait galuh beraksara jawa
Sebutir pekerjaan senja menunggu terjemahan tabiat merah putih—tungku dengan arang hitam
Secarik ijasah sulit meraih buku catatan yang berpacu pada photo hitam putih
Sehelai kemeja pemuas hasrat mundur cepat
Kartu nama dalam ceruk buruk
Tanjung Duren 12/07/04. 12.45
1
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

:TAKEN FOR GRANTED


UNTUK SEBUAH NAMA

keranuman hidup merekah terdesak invansi kelopak mata


janggut meretas kosong dalam persemaian para bidadari
lidah payau berseteru dengan gigi—terikat suara parau
hidung tergagap silau pada sebuah laksamana hati
dahinya yang memasung wanita syahdu dengan syal melingkar membusungkan dada mengernyitkan
ketamakan
bersemi kuda laut megah bersitegang dengan lumba-lumba di palung hati
untuk sebuah nama terselubung diantara sekelumit catatan hari
solitare dan remi tergagap karena menjadi racun santapan
Tubuh Pekat menggeliat dibelai sang idaman hati
Lelaki—ayah menghasilkan suatu yang bermakna
Wanita—ibu-ibu bersalin demi suatu kausalitas naluri
Perjaka dan perawan lesung dalam kepanikan jentera
Untuk sebuah nama sakral diagungkan suatu ekspansi hati
Perek Kudus gamang karena telah diperkosa hak hidupnya
Preman mendesah karena lapar hatinya
Untuk sebuah nama yang abadi kembali kuberteriak hendak menyibakkan suatu kesan bahwa kau adalah

……seorang yang bersih kukuh dalam ransum keindahan dan siapapun kau

.aku malu
Ciputat 3.19 sore/25/04/04
SIMPANGAN PABRIK UBIN

hujan menyematkan kehampaan


air menyibakkan keranuman malam
guntur gemuruh luruh menyematkan keinginan kisruh
pohon-pohon menanggalkan daun-daunnya
angin berhembus ke ubun-ubun
dingin merasuk ke jiwa gamang
tubuh tergerai oleh peluh asin
aspal menorehkan tinta hitam pada kendaraan yang lalu-lalang
simpangan pabrik ubin kutermenung di kelebatan hujan yang pening seiring peluh menetes di tubuh lunglai
ingin kulumat wanita di sebelahku
2
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

ingin kuajak dia bercengkrama dalam hujan yang hening


ingin kutanggalkan hasratnya dalam erangan musim semi
gadis dewasa berperasaan elegan terkesima derai air menetes
Simpangan Pabrik Ubin 22/03/04
3
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

GOA JATI JAJAR

Sepasang merpati datang karena sebutir janji


Terbang merayap mengayuh pundi-pundi udara
Pohon-pohon tegar dalam musim yang pening
Antara cinta dan keinginan jala sutra
Telur bundar kandas sepadan tanah mengering
Mengikat diri sepasang merpati menuai hasrat di muka goa
Raden kamandaka menjadi saksi atas kisah kasih mereka
Semoga dengan daun yang gugur tidak menampar dawai gitar
Kebumen 1999
4
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

KEBUMEN MENANGIS

Toko-toko menggarang merah tersulut ras irasional


Jalan mengusung ribuan penjarah menuai kenikamatan sesat
Pelajar belajar merobek makna dengan tabiatnya yang seperti monyet lapar
Tukang becak berupaya menarik beban terekspolitir kasak-kusuk sang penjarah
Engko Aming-Mas Parto berseteru karena pelanggan harian
Mereka menyulut kobaran api yang selama ini tersekam
ortodoks menyebutnya, maklum karena mereka tidak pernah Manusia asli kesal karena ulah para alien penjajah, begitulah manusia
bersenggama dengan pendidikan, apalagi karena iri dengan emas yang ada di saku
tuhan, dimana tuhan pada saat kejadian itu, apakah saat Padahal esensi dari itu semua adalah mahluk Tuhan, jadi dimana campur tangan
itu tuhan sedang tidur, ataukah tuhan sedang berselingkuh di hotel? tuhan gagap adalah tuhan yang menebar kekalutan, tuhan yang mengoyahkan
.rasio, tuhan yang berkerah mawar, tuhan yang mempunyai bisa ular mematikan
Sementara Tuhan yang asli sedang mencoba ketabahan anak didiknya yang sedang dirundung kekalutan tabiat
Alam transformasi mengoyangkan suatu keyakinan absolut dalam keranda mayat
Kebumen adalah sebuah kota global yang katanya: mengagungkan suatu keberagaman eksistensi baik dia manusia ataupun alien, tetapi khok bisa
.tersulut oleh kabar burung yang tak jelas juntrungannya
Kebumen, Jawa Tengah di salah Kabupaten di Indonesia menangis karena terpanggang, besi, baja, botol-botol dan perkakas jingga dan sang
penjarahpun riang gembira
Kebumen Agustus 1998
5
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

JERUJI MALU
Gersang jiwaku terbalut keinginan sosial
Baki hijau terselubung fakta—terhenyak kekalutan hati
Keindahan terpasung oleh keranda aral
Geram bergemeretak selaksa belati
Pagi datang semesta beranjak menanggalkan mentari usang
Siang benderang kalut mengayuh segala kepeningan awan jingga
Malam gemerlap malu bersindir dalam kemegahan lampu-lampu bohlam warna-warni
Fatamorgana dalam ransum cerai-berai
Metamorfosis dalam dawai kepenatan
Jeruji malu mencerap dalam kasak-kusuk air tawar
Ikan bertamasya ke ruang kehidupan yang kosong
Sudah saatnya menuai kebebasan dalam belenggu kehidupan
Telah tiba untuk mengganyang iblis laknat yang membuat penjara interaksi
Mahluk yang terpasung dalam jeruji malu dialah mahluk berkerah
Hewan yang tertambat dalam penjara interaksi dialah raja laknat
Ciputat 01/07/04
6
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

GOOD BYE BUNDA

Hening senyap berkesan kesedihan menyayat


Sesosok wajah selaksa makna sirna dalam keheningan jingga
Air mata payau menetes dari pipi yang kosong
Ruh berpagut sengit hendak tuk dibawa malaikat
Bunda Begitu cepatnya kau pergi menanggalkan janji-janji yang ada
Bunda begitu indahnya keindahan yang telah kautanam di kalbu yang ringkih ini
Bunda begitu syahdunya engkau merasukkan semua ketajaman budi
Bunda begitu megahnya engkau mengajarkan hujaman esensi kehidupan
Bunda rest in peace—kudoakan kau dapat mengenyam amal yang telah kau tuai
.Bunda terimakasih untuk semuanya
Tanjung Duren 10/06/04
MENGENANG KEPERGIAN BUNDA TERCINTA
7
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

REFLKESI HIJAU DAUN

Secuil asap berhuyung-huyung meleleh dari hidung pekak berserak kerontang ke pelbagai ruangan
Tubuh gontai mengepang ransum kretek
Hari ini tinggal dua batang pemacu inspirasi melek
Mata terancap merecap karena disodomi terlalu kerap
Di sudut ruangan dekat dapur umum rumah sakit, tergolek perjaka yang katanya miskin hasrat
Seraya luruh ke bangku yang terbujur kaku menggeliat basah
Selama ini ontologi yang diagungkan absurd, anomali, dan melangit
Antipati, antigone, anti diskriminasi dan onta-anti berseloroh di menara gading
Horison dalam erata ontologi bergerigi obeng, palu, stetoskop, alat-alat rumah sakit dan perkakas cleaning servis berpacu dalam rutinitas pekerjaan
mumpuni
Kesan-pesan putih wara-wiri dari lantai satu ke lantai enam
Rumah sakit bercat krem tersandung wacana kritis
.Pengobatan gratis—sutris—tiris, tapi laris dan mumpuni
RSPAD, 21/05/04. jam 02.06 pagi

KUBOSAN MENUNGGU DI RUMAH SAKIT BERGELIMANGKAN ESENSI SENYAP


8
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

BAYI-BAYI GURITA JALANAN


Tiris kalbu mengais suatu kesedihan
Bayi-bayi mengais suatu rejeki
Ibunda—ayahanda mereka melepasnya karena terikat suatu substansi kehidupan
Mereka yang hanya bisa merangkak memainkan dawai keindahan sesaat
Terpaksa mereka merejang suatu materi demi suatu kaleng susu, ataupun kemeja sekolah yang longgar
Sebenarnya dimana ayahanda—ibunda mereka, apakah keduanya sedang asyik bercengkrama di rumah kontrakan elegan dengan mengesampingkan
ego yang tertempel di jidat
Ataukah memang mereka yatim-piatu yang tak mengenal kasih sayang kedua orang tua, dan terpaksa menjelma menjadi suatu penyakit di jalanan
Pada saat siang benderang yang dikelilingi oleh kepulan asap kesedihan menyayat, mereka mencoba tuk menerjang kesombongan para supir dan
kondektur
Bayi mengajarkan kepada kakek-nenek renta bagaimana harus bersikap manusiawi
Bayi jalanan dengan suara parau yang terkesan mencari sesuap bubur ayam dengan melanglang buana ke sebuah negeri sumbangan
Sang pengasuh berbusana kerdil dengan copel dan gesper yang mengusung suatu penjara, penjara kebangsatan dan memberikan popok kekalutan
.Torehan keringat, daki kandas, kulit yang busik menjadi kesan bagi bayi gurita tersebut, kakinya yang banyak dapat menerjang bus-bus dan angkot
Rincingan receh untuk mengais survival mereka
.Marka jalan hanya bisa menjadi saksi menangisi kehidupan bayi itu
Samping Walikota Jakbar, 12 Juli 2004
9
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

UNTUK KEKASIHKU
Biru tak lagi sendu—nila tak sebegitu gila
Merah tak lagi parah—hitam tak lagi kelam
Hijau tak lagi silau—jingga tak seteguh belangga
Kuning tak lagi pening—putih tak lagi bersih
Hidup terkais suatu keindahan
Warna-warni menggeliat dibelai suatu keinginan
Hiruplah udara bersih yang menjadi suatu tambatan nasib
Kuatlah setegar batu, lemah—lembut layaknya kupu-kupu, berontaklah sekuat macan. hidup bukan untuk diperkosa hak-haknya, hidup adalah suatu
kausalitas naluri yang bergejolak sesuai dengan apa kata hati nurani
Kemenangan yang diraih adalah suatu kelenturan nurani
Kau wanita tegar, kuat, lembut, bergejolak
Kau wanita dan aku adalah pria,- wanita yang berhasrat putih melewati suatu kehidupan sementara pria yang tersumbat kepekaan hendak dibelai
oleh sang wanita
Meronta dan tetapkan dan hancurkan sang pembuang di persimpangan dalam luka yang tercecer
Menggeliatlah resah dalam kepekaan
Antara dua segi kau dapat mengerti begitu indahnya kasih sayang
Berselimutlah dengan senandung kehidupan
Tersenyumlah, tersenyumlah sayang. Usah kau ragu tentang arti hidup ini
TANJUNG DUREN 03 AGUSTUS 04. JAM 12.31 MALAM
10
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

PEMIRSA YANG BUDIMAN

Aku terhimpit oleh buku hitam milik para juragan

Aku terobsesi oleh gegap gempitanya matahari

Terangsang hasrat biru yang elegan

Kadang – sering terinjak oleh rumput di pagi hari

?Dimanakah letak awan kelam

-,Dimanakah letak anjing kelang

?Dimanakah wajah pucat pasi–lebam

-,Di sinilah bisa kau temukan wajah congkrang–terangsang

Ah, itu adalah ilusi buta–buas

Sinergi dengan asa terjal yang berada di puncak MONAS

Kaleng perlente memuaskan libidonya dengan buih-buih kemasyuran–terkais

Sementara aku hanya menjadi pemirsa yang budiman–BIAS

Semua sampah yang tak ayal menjadi distorsi–logis–empiris

Semua menyajikan topeng-topeng yang mengasyikan

Cicak, daun salam, jangkrik seakan malu dibuatnya

Sementara macan ompong memperdaya kecoak yang borok lagi dekil

?Lantas bagaimana aku yang tak berdaya melihat itu semua

Semua,- termasuk aku adalah pasir di kolam renang,- dikelilingi wanita lajang edan

pagi 23.07.03/2.56
11
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

SUNGAI YANG TERTIKAM

Gemercik air seakan sarat dengan cinta,- katanya

Sebuah kail menopang malam yang kelam

Ikan tersedak oleh umpan-umpan dedaunan

Pagi berbisik dengan riang gemilang

Cacing tertikam oleh perahu terkembang

Sungai yang merah kelam berubah menjadi hitam legam

Konstruksi dan pagar memadukan konsepsi alam

Sabun, deterjen dan oli pekat menjadi sahabat ikan sapu-sapu

Ikan sapu-sapu yang tak pernah luluh lantah dengan pekerjaan

Getek bisu seakan-akan menjadi saksi kehancuran ini

Lumpur menangis karena diperkosa

Udang-udang menjadi lurus–kurus

Batu kali, semen, pasir dan beton seakan menjadi raja yang diktatoris

Seringkali air menjadi pragmatis–oportunis

Hanyalah kotoran manusia yang menjadi makanan,- sahabat ikan

Sawah-sawah ditumbuhi oleh bunga tulip kelabu

Tikus dermawan membawakan lagu kematian

Dan tumbuhan enggan menghasilkan buah kuldi

malam 4.6.03/9.25
12
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

URBAN CRICKET

Sought the blue phenomenon my mind said that’s sufferin’ from the new life

The lice has been cut by the knife

Like the cat takes a shower in a rainy way

The butterflies are hopeless romance

Lion is laugh in the dry season

The urban cricket is cryin’ on their destiny

Cows are deceived by relay on

Horse is looking for grasses in tin ice

And I’ve been just waking up from my traveling around the bed and the pillow

th
15 10.03/3.58 am

I’m confuse a bout the area which is condemned for right of way by the government
13
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

BY THE NAME OF LOVE

’Love …, somethin’ could be goin’ with the win

’Love …, will be never endin

?But what’s art of love

I my self is feelin’ full of love

True love of the beautiful scenery

The name of blue which is playin’ in the red flag

Tis makin’ a judgment of mystery‘

And low blow is like slag

Like Juliet who had been lovin’ Romeo

Like Anthony who had trie’ lookin’ for the soul of Cleopatra

Like Siti who has been still lovin’ Tedjo

’Or, old lady and old man who’d been taking grand for their children in eterna

!What a beautiful love dances

Breath in the greene

Flourish in the wintere

!How a sweat in the cool in the mystifies is

What’s truly beauty of love

Like Adam and Eve who had been life in this apple so ultra

Whey they will have married at the end of deathe

Like Anthony and Cleopatra

The special blue because I’m breakin’ my heart


th
Am. April 12 , 2003 09.20
14
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

LIFE WITHOUT MEANING

- ,The life is something could be demand by the docile of life, passion, sex, and

The life is gathering the deepest at sea–collapse each other’s on the black money

- ,The life for everyone who’s feelin’ happy in the forbidding way of the hell and

The life is so hard if somebody had felt cruelly–authority of black demon in valley

’All the time has been passed a way because we’re offscourin

For everyone who will be livin’ in the beautiful way of the earth

Our way will be always going for nothing at all

Fuck’em of the silly, which is events in tenderly birth at all

We must save the benefit of life in our pocket

We can talk that the money is shit

The universe is a place for livin’ in blackest

Offer the blue song in the new funny hits

?Sometimes I ask my self is the pessimist face–who am I

th th
?Life without meaning which is always bring the 6 and 7 –is that am I

At the “Koplik” I make this poem–reflection of the life

th
Ciputat October 11 , 2002. 10.02 PM
15
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

HOPLESS ROMANCE

O, Thou art, in my dream–nacked in the moonlight

O, Thou art, in my holdin’ touch so tight

O, Thou art, …always in my mind

O, and thou art also in my hand

Alas, Venus, Thou gi’e me the art of life in the trace

Alas, Rose, Thou gi’e me the art of utterance

Alas, Bird, Thou always bring me a beautiful scenery

Tis I doth not even know here, I my self want to embrace closely‘

I my self is always lonesome think over my destina’ione

How a beautiful thou art! Dance in emo’ione

If I my self see Thou, I always fe’l hungry

Sometimes I my self is ma’e angry

Like a bee fee’s dry of honey

It pla’s smoothly at the green valley

Like the flower blossom in the winter

Like a man who makes love painter

I my self who’s lookin’ for–never found an eternal love

And, with Thou I my self marry in survive

’And, whose nobody else which is feelin’ as same as I my self in lovin

’He or she is a hopeless romance which is not always preceisin

At tanjung Duren when I found new bird in my heart

th
AM, May 7 2003 2.30
16
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

vanishing of the faith

I my self found the new art of life–point of look

A reality, which is endless of transience

That the God hath been passed a way from his own palace of Arrasy–shook

Our critique hath been installed yet of willin’ness of renewal difference

Love of freedom as a unit of stranger

’Tis familiar of the faith which hath been vanishin‘

This is all statements; gathering for defender

’In the building of shadow literature hath been made by missundrestandin

The statement for the pangs liberty of the trickery man

If thou art who includin’ in at hand; wilt be loosin’ the rein of the god for good

The God shalt be never loosin’ power, - shalt never be docile by human

Human bein’ must be followin’ the rein of the God

Whatever and whenever their own regard to the religion

THAT IS THE REFLECTION OF MY MIND


TH
AM. October 15 , 2003 2.15
17
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

GOOD LOOKING SCENERY

The scenery life is so lovely as a reality

Tis at glance so great‘

Tis so far so good as opportunity‘

So tight so close like a beat

So blue so sorrow in this land

So crime so treat

The scenery always brings us into the good hand

,Till we forget that we’re defeat

!How a beautiful the scenery is

,Dance in peaceful like the fusty

Bare in the milk away in miss

,Playin’ in Venus with the dust

’For the teenager who loved a flatterin

’The way is made so undrestandin

And the animals that love a woe

And the armies that live a foe

There is not the world for saying in jailing

We can sharing suffocate in the sailing

Sleep in the sun with the necked breast

The consciousness with the amazing touch under the breeze of death match

,The game of life between the poorest and the richest

The most beautiful and the ugliest, which we watch

And the opposite the world view

The good scenery had been create’ by the God

We can say this symbol of mutualism with the explosive blew

And the angels who had been following the rein of God

Or the fairness reality of the point of look like utterance inside the world
18
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

The world had been crowded of the people who are living here heavily

Even though ‘tis forbidden by the god straight forwardly

But the norms and the rain cats and dogs make all that became sin

Tis true that just only the wind knew all a bout reality ‘

The question is, - why we can not sit back with the reality

And the god who really know between the heaven and inferno or reign

Even the prophet had taught that religion was made for people in peace

Philosophers had been teaching that the philosophy is way to understand the life

These questions make the world become more beauty

For the people who always want to go–bring the charity

I ask my self to the literature taught the reality of life, at my rent house

th
.AM. January 26 2003 4.56
19
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

THE DARKNESS PLACE

The earth is place for living

The moon is place for traveling suffocate

The sun is the place for sharing life

The moon and the sun naked in holding edge of boring, friendship with the earth, which is interminable

The blue sky has been bored to revealed beautifully

Humans wiped it out with the rotting

The ground has been old—start to delicate

Because the human offer the ignoring

The water is lazy to froze and boiling

The nature starts to creaking and windy

The animals cry on their destiny

All spices world is eager to quick

The human claps hand with the enigmas

There is no mercy for this place

Only the slaver, which is always ordered following the god

All life is not so vivid because of the trickery of human

Humans who are always being the king in this place

The arrogant king is always penetrating distrainment

They bring all reins the name of the human being and green

Ciputat, 11/12/02. 01.35 Am


20
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

AMBIVALENSI ROMANSA

Dari kehijauan aku datang membawa untaian bunga yang menjuntai ke langit

-,Mahligai senandung kata yang kupersembahkan untukmu

wahai gundik-gundiku yang berpagut sengit ,…

-,Perasaan gundah, hasrat bercumbu

-,Terbujur kaku tak mau lepas dari kepenatan benak ini

Akulah pujangga gembel yang memprovokasi keindahan

Malaikat kematian yang meneriakkan yel-yel atas nama cinta dan kehidupan

wahai wanita-wanita jalangku ,…

Engkau telah terinfeksi, mengidap penyakit borok akut yang berwarna jingga

wahai selir-selirku ,…

Dan akulah seorang raja pandir yang selalu menjejali madu cinta

-,Sementara di dalam surga yang kemarau

bidadari-bidadariku bertelanjangkan mahkota ,…

Dan, aku berkata seraya termanggu dalam kehampaan–elegy silau

wanita-wanitaku yang lajang tahta ,…

?siapakah yang kunikahi bathinnya diantara apitan ambivalensi keindahan itu

-,Dialah wanita yang berdada bidang–bertelanjangkan hasrat yang kemilau

Sisi ruang waktu yang terpaut oleh sais dan roda kehidupan

Disitulah kutambatkan kehidupan selaksa taman sampah

Puisi ini kurilis kembali saat kuberada di KOPLIK seusai aku memikirkan apa arti kehidupan ini

Pagi Waktu Indonesia Ciputa. 27 September 2002 3.45


21
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

TERBUNGKUS DALAM KEABSURDAN

Refleksi kehidupan yang terjalin dalam kepandiran

Semua luluh lantah karena ungkapan

Agama yang menyajikan keindahan,- bercermin melalui kekerasan

Dimanakah asa yang menyajikan sebuah perdamaian

Angkat kesombongan yang sinergi dengan gayung kekuatan absolut

Perang menjajikan sebuah untaian makna dan jalinan aral

Salahkah jika aku mengatakan bahwa itu ulah para politikus seniman

Yang membawakan asa biru untuk para pengemis penghasut

Atas nama agama yang sakral

Peluh yang menetes pada setiap jalinan kekuatan

Sirna saat mereka mengangkat itu lewat agama

Salahkah jika aku mengatakan itu semua adalah kebangsatan

Penyajian para penguasa lalim yang berorasi lewat kelaparan

Einstein menangis dan berpagut dalam kegamangan

Karena semua penguasa menggunakan kebobrokan budinya

Einstein tertipu oleh mahligai janji-janji atas nama keindahan

Jadi, bukan karena agama, negara. Akan tetapi karena oknumnya

AKU MEMIKIRKAN PERANG YANG BERKECAMUK DI IRAK

Malam. Ciputat, 20 April 2003 12.30


22
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

RENUNGAN MALAM

Aku adalah lelaki yang kurus hasrat

Kugantungkan asaku lewat rumput-rumput terjal

Aku juga adalah lelaki yang terbungkus kaleng berkarat

Kukais kehidupan yang binal

Terkadang aku bosan dengan realitas

Fenomena hijau dalam keabsolutan dan bangunan wajah-wajah kehampaan

Norma yang bermain lewat hasrat yang tertindas

Sirna ditelan bumi yang ditampilkan lewat kesombongan

Bintang jalang yang selalu berpenampilan elegan – buas

Matahari kemilau yang tertelungkup dalam kebisuan

Bulan yang sadar dengan perselingkuhan – bias

Aku mengamini itu semua sebagai seuatu refleksi keindahan yang terisolir

Alam yang menyuguhkan kehidupan setara melalui darah yang mengalir

?Refleksi malam dalam aku termanggu di ruang kostku yang sesak dengan kehampaan. Mau kemana arah langkahku

Jum’at Malam 01 May 2003.1.43 Pagi


23
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

ABSURD WORD

Getting touch in blue

Deepen human right by the sharp knife

Keep in mind by the falling leaf

Drunk in sorrow by a poem

.I am who whispering in the sun—laying down my hair

You’re madly in the star walk away in the sea

They way out in red house

Teaching cruelty in peace area

.Am 3.41 ,21/11/03


24
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

SAPI PERAH MERAH

Terjerembab dalam kepenatan

Kidung surya menyerigaikan kegamangan

Bulan memacu hasrat temaram

Bintang berpagut segan

Langit terikat karam

Aku terkulai nelangsa

Asa pekat terkulai pasrah

Kehidupan sendu terasa

Karena kekayaan binal milik mahluk berkerah

Aku, mereka, kamu, dia adalah sapi perah

Semuanya adalah mahluk merah liar

Sementara kucing gedung tersipu gundah

Planet biru luruh bergetar

Detak waktu yang tersiar,- aksioma dilematis

Menggantung mimpi di ufuk mentari

Pedang menyayat sadis

Kegamangan silih berganti

Hidup yang sesat terbitlah sudah

Karena telah tinggal di tempat basah

?Akankah hidup ini terasa cerah

Jawabannya ada di ujung jembatan tol

Lho gimana dengan hotel berbintang lima yang berselingkuh dengan aparat

Hutan yang diperkosa oleh para penjilat

Ubur-ubur yang tergusur lulur – kasur

Kententraman alam dihiasi dengan syukur

Jakarta 19 Juni 2003


25
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

?.…SIAPAKAH GADIS ITU

Keindahan yang datang secara seporadis

Setiap derap syair yang tekantup sadis

Kepulan asap kemenangan terrefleksi sendu

Distorsi temaram yang terobsesi laksana cawan candu

Secuil kertas pelipur lara,- terbahak-bahak bergairah

Kaca jendela kerap berubah menjadi emas darah

Pergunjingan di teras luas – parah

Begundal malam bertemankan secarik pena kusam

Seorang lelaki kelang beraromakan garam – tersingkap keram

Tulisan-tulisan yang menari seiring dengan perputaran malam

Gadis yang terkulai manja bagai langit temaram

Sebuah impian tentang keindahan absolut yang terampas oleh hasrat kelabu

Terngiang-ngiang oleh gadis berparas ayu yang dibungkus busana merah jambu

Lelaki malang saat ini cuma bisa pasrah dengan dentuman waktu yang malas berdetak

?.…Dan siapakah gadis itu

Jakarta 12 Mei 2001


26
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

BALAI PENGOBATAN

Puisi resah tentang hati yang gundah

Mahluk ramah yang terlihat lemah

Aku bukanlah preman juga bukanlah seorang kiayi

Dan aku juga bukanlah spiderman apalagi seorang priyayi

Wajah yang beringsut gusar menengadah nanar

Bagai bintang bersinar yang nampak kekar

Bertaut lebam ,- seraut wajah pendiam

Katanya dokter itu malaikat jibril malah terkesan sebagai pengejewantahan Tuhan yang riil

Menebar krikil di alam yang muskil

Jadi macan usil yang menggerogoti kutu jail

Pasien hanya bisa berharap agar jangan disuntik terlalu kerap

Sementara sang suster cantik lagi tengil mengidamkan daun bertatap

Bangunan pengobatan bagaikan intan berlian

Obat-obat rasanya layar tobat

pagi Waktu Indonesia Fatmawati /10 12 2003 2.35


27
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

?…KARENA KAU

Aku terhimpit oleh kesendirian yang tak berkesudahan

Terpaku oleh gersangnya pelangi

Masduk dan mengamini ketidakpastian

Sebab tak mungkin memamah intan tanpa gerigi

Ke udara, air, tanah liatlah kumengadu

Sebatang rokok, secangkir teh basi menjadi teman saling berbagi

Sementara sang dewi amor pasrah ditandu

Cinta yang tertanduk dua segi

Antara dua pintu yang terkunci

Disitulah kau terbit menepi

Melantunkan lagu syahdu

Menyirami kalbuku yang kering akan riuhnya gemintang

?..… Kuseakan sadar akan antariksa nan suci, karena kau

pagi waktu Indonesia Grogol/2 12 2003 1.48


28
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

AKU BUKANLAH KAU

Aku adalah aku yang ambigu

Kau adalah kau yang bisu

Aku adalah aku yang kaku

Sebab aku bukanlah kau yang syahdu

Aku bergejolak dengan tabir senja

Kau, kalian semua adalah jiwa yang mendesah – lagi riang oleh sepatu kepastian

Aku adalah diriku yang sirna oleh ketamakan kalian

karena kalian adalah binatang jalang ,……

?.… lantas aku bertanya

?..……Siapa aku

Aku adalah insan belang

Tanjung duren, Agustus 30/03 Jam 12.20


29
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

MALAM KELAM

Sinkronisasi malam mengejewantahkan asa yang terbius mpian

Perasaan gundah gulana terbersit oleh coreng morengnya kehidupan

Mengapai langit mengais kelambu

Bias – sirna ditelan kejamnya riam ketertindasan

Fenomena – nomena wanita terrefleksi hasrat menderu

Dunia yang sarat akan birunya rembulan

Hanya sebatas koridor maya dalam labirin

Meraih kemilaunya impian

?Kapan semua itu terjadi

Hanya tigus got dan kecoklah yang tahu

Grogol 10 September 2002


30
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

MANUSIA SARAF

Aku adalah manusia saraf

Aku kadang miskin taraf

Kukeluhkan kehidupan yang marak

Kusiulkan makna-makna tersirat

Bermain dengan plastik yang terlindas

Kau Adalah Venus Berparas

Kau seakan tak pernah lelah untuk berinteraksi dengan wajah duniawi

Aku bersenggama dengan mentari yang bebas

Karena itu aku pantas menyebutmu sang dewi

Apakah dengan warna kita bisa memacu kemilaunya sang amor yang lelah tuk berludah

Simfoni dan elegy tentang mahluk yang berbeda

Orang gila dan sang dewi yang masduk akan gamblangnya sang katak berwarna hitam

Tanjung Duren 28/08/03/ jam 11 lewat di pagi hari


31
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

TEMPAT KACAU

Sebentar lagi hari akan mendung

Aku menjadi seorang pria yang malang

Sebab air sudah lagi tak dapat dibendung

Banyak mahluk yang berkeliaran laksana binatang jalang

Wanita cantik yang terbungkus kerudung

Hanya sebatas air dalam ember

Wanita seronok yang menampilkan udelnya yang sember

Hanya sebatas ilusi dan utopia

-,Korban teknologi, yah disinalah tempatnya

-,Korban perkosaan, yah disini juga sarangnya

-,Korban insect, apalagi, disini juga kandangnya

?Lah aku bertanya, siapa siapa kambing hitamnya

Negara yang morat marit karena syaitan

Syaitan hitam yang senang bersengama dengan bintang porno

Gigolo dan perek merengek karena bengek

Jadi gimana aku,…? Aku adalah mahluk lemah yang Cuma bisa menjadi kenek
32
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

AMORAL

Tiap hari aku selalu berkutat dengan kepanikan

Dan tiap hari juga hasratku terbendung oleh wanita yang kucintai

Wanita yang katanya sih cinta padaku

?Tapi sebenarnya apa makna arti cinta sebenarnya

Karena yang ada hanya cumbuan yang memanas

Pelukan dan senggama yang selalu menjadi bumbu

?Lantas apa sebenarnya itu semua

?Apakah itu adalah sebuah cinta yang sebenarnya

Jawabannya ada di ujung langit

.Dan jibril lah yang tahu itu semua


33
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

ALEGORI BIRU

Pandangan nanar terisak oleh injeksi transformasi budaya

Budaya yang terbalut oleh hasrat tergulung oleh norma

Fakta yang ternyata membenamkan padi yang hendak dituai

Busana yang seakan malu pudar karena dirobek dan diperkosa

Lukisan gunung menggunung telah terekspos oleh media

Saksi bisu seperti aku hanya bisa menikmati lewat layar kaca

Hasrat yang terpendam oleh deru mesin yang bising

Kadang sulit teredam karena pikiranku yang rungsing

Ternyata fatamorgana telah terremotasi oleh eksistensi

Anak muda yang gamang berseteru dengan dominasi durian

Filterisasi hijau mengusung sebuah penjara dalam interaksi

Uban paranoid solid menghantam sulaman asteroid

pada,-Bumi menengadah ke atas dan berhenti tuk berotasi Layar tancap menjual mimpi, mengaiskan kehidupan yang maya

Kupu-kupu bugil menanggalkan kepompong dan sayap-sayapnya yang lemah gemulai

Kucing liar memangkas bulu-bulunya

Tiang penyangga malam bergejolak melewati jantung yang berdetak

Bangunan buku mengajarkan bagaimana harus bersikap seharusnya

Romansa—cinta—dan apalah namanya seolah tertawa

Placenta bayi-bayi buaya terangsang oleh hasrat keruh

Mobilisasi—transparansi—repotnasi dan entah apalah statusnya adalah sebuah signifikasi

Tak ada lagi norma—agama, yang terpenting adalah status dan eksistensi legam

Tak ada lagi pengemis, pengamen, penyamun karena meraka hanya bisa menangis histeris

Tak ada lagi sapi yang membajak sawah, kuda yang mengangkut pedati karena meraka telah renta tuk bekerja

Tak ada lagi—tak ada lagi

Tandjung Duren 23.12/limabelas – Maret - nolempat


34
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

MALAM MERONA

Hitam rona malam terkais oleh gemiricik gerimis yang tak lelah tuk menangis

Alam seakan memuntahkan kemarahan

Sang pujangga kerdil seorang gadis yang katanya kekasihnya

Seorang pujangga yang bermimpi menjadi seorang pangeran yang selalu dirundung oleh buih-buih kenikmatan

Seorang gadis yang memang ratu berkeluh kesah tentang kehidupan yang tertambat kasih sayang

WIB/18/02/04 12.28
35
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

PERSELINGKUHAN MALAM

Saat malam menyerigai

Ngengat yang beranjak tuk dinas malam

Jangkrik pavaroti yang memainkan orkestra

Aku yang berteman sendu terbalut oleh asa yang terjumput oleh kepekaan

Kodok bethloven yang bersuara tenor seakan tak lelah tuk bersenandung

Di dalam kerinduan yang seakan terbujur awan tebal

Kebertemankan malam yang bisu tetapi setia

Kunang-kunang Cleopatra seakan terbahak dan mengisak perselingkuhan

Rokok dan pena usang tak lelah tuk berpijak dari sandaran—tereliminir oleh sebuah inspirasi tentang seorang pujangga gembel yang berpagut kasih

dengan seorang dewi utopia

Dirilis 29 Februari-kosong empat, jam setunggal liwat kalih welas


36
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

KEINDAHAN ABSOLUT

Kebekuan yang bergejolak pada keintiman romansa

Lagu tertikam oleh padang senja

Telah sewindu sang pujangga gembel yang bertemankan kesepian yang mendasar sepi, luluh oleh haru birunya ranting-ranting yang patah

Musim kemarau yang berbungakan salju

Puritanisme yang menyalak pada sisi kubisme

Asa berpeluh oleh saksi-saksi baju hitam

Inti telah pergi dengan asa yang meluap-luap

Monyet yang memadu kasih dengan dinosaurus

Saat ini sang pujangga kembali bergairah pada sekuntum bunga kehidupan

Sewindu sudah menjadi ular ompong yang makanannya darah busuk

Asa yang terkubur oleh ketamakan cinta

Detik inilah timbul sebuah keindahan

Kini sang pujangga yakin kebekuaan telah sirna dari roman kehidupan

Karena saat ini dia yakin bahwa sang khalik memberikan kehidupan yang pasti

Seorang gadis yang bertemankan keindahan telah datang padanya

..?Akankah kasih sayang itu menumbuh kembangkan layar tercabik

.februari-2004 jam 3 lewat seperapat malam-14


37
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

UJUNG-UJUNGNYA BESI

Seonggok besi tua usang menghujam ke langit

Mengernyitkan dahinya, geram dan agak sedikit merah padam

Mentari yang menopangnya lambat laun akan surut

Menyaksikan keindahan biru kusam—karam

Disorentasi, gardan, copel dan asesoris yang menempel padanya terkait belati hitam

Kumisnya yang tak lagi sangar tetapi terkesan tentram

Aku laksana keris tipis—tiris

Karena tak kutemukan tekat bulat—nekat

Ah itu hanyalah ilusi bagi mobil berdasi

Tanpa seonggok besi yang didaur, dilebur dan ditambur takkan mungkin ada itu semua

Oplet, helicak, trem cukup lihai untuk melakukan regenarasi

Sebutir peluh keruh tetap tak membuat badan jadi kisruh

Dan tak lupa becak, sepeda ontel menjadi saksi jaman yang katanya preman

Ban plagiator bibirnya jontor karena sok diktator pada motor orator

Aku bagai pentil yang disentil oleh cewek-cewek centil yang jail

?Yah sudah kalau begitu bagaimana televisi yang bermuka dua, handphone yang tuli dan komputer yang sliwer

Mereka semua kecuali peluru, mesiu, rudal, granat, bom atom ujung-ujungnya besi

Dirilis jam 2.42 siang. 04-03-04


38
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

WANITA

Hawa nafasmu memburu

Aroma tubuhmu menganggu

Kalau saja aku bukan aku yang lugu sudah kulumat jemarimu dalam erangan duniawi

Sayangnya aku bukanlah malaikat—malah terkesan sebagai penjelmaan kutu busuk

Seakan kubernafsu tuk menularkan esensi syahwat

Kalau saja kau bukan kekasihku lebih baik kupergi ke mbah dukun untuk mengadu atau ke laut saja mendingan

Disana kutemukan ubur-ubur, ikan lumba-lumba beserta penghuninya

Kalau saja kau bukan pacarku sudah kutampar kau dengan celoteh berbisa

Sayangnya pagutan dan erangan adalah sulaman dari esensi Adam dan Hawa karena intervensi iblis laknat

Bagaimana caranya bercumbu dengan angin malam itulah yang kutunggu

Picisan mengelayut dalam bosan petang

Ilusi buta di malam hari

ndalu’ 11.42 .05-03-04


39
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

SESOSOK WAJAH TUA

Wajah yang selalu tegar termakan usia yang seolah tak lelah tuk merengek

Tak pernah menuai emas dalam pundi dan saku bajunya yang lusuh

Masih berharap dan berharap agar dia bisa mengayuh kehidupan

Aku hanya bisa mencacinya, menelantarkan dan selalu membuat kalbunya menangis

Apakah itu disebut ayah, bapak atau papa yang selalu tegar diterpa badai

Apakah memang itu jalan terjal yang selalu ditapaki

pernik ketamakannya Karena ayah aku bisa menuai bangku sekolah yang kolot dengan pernik-

pendidikan Dan karena ayah pula aku bisa menghujam esensi kehidupan melalui

ketentraman Aku bersyukur kepada wajah tua renta yang seakan tak lelah tuk memberikan

bagaimana harus bersikap tanpa tahu bagaimana harus bersikap secara Aku yang tak tahu diri ini hanya bisa berceloteh kepada sesosok wajah itu

manusiawi

Aku yang tak tahu terimakasih ini hanya bisa menorehkan tinta hitam dan terus menerus berkasak kusuk

Dasar memang aku tak tahu diri atau tak tahu balas budi

Siang, malam wajah itu selalu mengais intan demi keluargaku

Tapi coba lihat apa yang diperbuat anak-anak laknat termasuk aku hanya bisa memikirkan pribadi

reot Guratan wajah yang terkesan telah memudar dan otot-otot yang beringsut

Tetap saja wajah itu selalu mengembangkan senyumnya

.bukan lewat materi tetapi lewat esensi Terimakasih ayah semoga kau suatu saat dapat menerima ganjaran dariku

sore/07-04-03 18.31

JAKARTA AKU KEMBALI

Merajut senja yang bergelimangkan keinginan

Sang kereta tua yang berodakan malam bergeliat ingin ditemani

Kampung halaman tersiar dari otak yang ingin bereinkarnasi

Menanggalkan semua perih dan sejumput buku hitam putih

Jakarta aku kembali tuk mengais semua asa

Asa yang bosan tuk bergejolak seiring dengan sang pedagang yang menjajakan makanan

Rel-rel seakan menjadi saksi atas ketamakan kau hai wanitaku


40
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

Wanita yang terselubung oleh ketajaman budi sang ayah dan ibu

Kebumen menorehkan tinta hitam yang tentunya tak terlupakan

Dimana kebumen berpijak oleh sol sepatu dan bangku

Menerbitkan laras panjang seusai merajut kehidupan

Jakarta seakan menantiku dan sang sahabatku kutojaya seakan terus mengepul dan masinispun tak mau tuk mundur

Jakarta dan seabrek-abrek kasih seolah menjajikanku

Akan tetapi baru saja ada manusia slaptis yang menorehkan statemen tentang cinta, beranjak tuk menoleh

Akan tetapi dia tidak datang di saat aku kan menebar semua harapan

Selamat tinggal Inti, kasihmu begitu syahdu seolah hasrat kemilau yang menafikkan semuanya

Kutunggu kau di Jakarta

Di Jakarta yang kumuh dan berkeluh kesah

Tepat saat ku berulang tahun 19 Juni1999 saat aku dikereta, aku tak tahu jam berapa tepatnya

KU JEMPUT KAU, INTI

Rindu hijau usang telah tertambat dan menepi

Menyibakkan ke penjuru angin akan datangnya kekasih

Inti kau adalah wanita yang menjadi inspirasi

Anak dara dalam titik kulminasi berotasi dalam pagutan kasih sayang

Dari jakarta yang berkutat lewat kurva dan asosiasinya kudatang tuk menepi

Kebumen seolah tak lelah tuk menunggu kedatanganku

Seolah yel-yel kepastian menantimu

Inti, keluh kesah yang akut dan dimensi yang sepadan menantimu

Segudang jeruji ingin kau buka

kau setia tuk membukakan kalbuku yang karam

inti seandainya saja aku bisa membalikkan tangan lewat kertas nasib tentunya kau akan menggeliat sadar

kebumen di dalam kesaksian jawir, tato dan sekelumit kawan renta seolah menunggu ku tuk berdongeng tentang bagaimana harus berseteru dengan

kasih

inti, tunggu aku


41
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

juli 1999, saat ku naiki sang kereta malam yang seolah menunggu dengan gamang 4
42
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

TOKO BUKU TAMAK


Sore bergemerincing diantara kepekakan manusia yang beralu-lalang
Diantara gedung-gedung yang menjuntai ke arah faktuil tersiar suatu ilmu absolut
Berbagi kemapanan terinspirasi oleh keinginan hati
.Komik, novel, buku-buku, jurnal dan berbagai pernik-pernik informasi baru seolah menggeliat hendak tuk ditelan
Alangkah bodohnya sang algojo yang hanya tahu mengais keindahan lewat kerjanya yang sembrono
Pembaca diusir jika mengidap penyakit bacaan
Patung-patung berdiri tegar dan siapapun anda, terkesima oleh kover indah buku itu apalagi kemolekan tempatnya
Tetapi alangkah bangsatnya sang algojo itu yang hanya tahu mengais keuntungan
Lebih baik menjadi macan perpustakaan daripada menuju tempat itu
Kalau saja algojo berbudi tentu hasilnya akan menggembirakan
Tetapi toko buku tamak bergejolak karena melonjak harganya
Meraih kepintaran itu sulit, butuh ransum kepekaan dan materialisme kemapanan
Profesor, businessman, anak-anak lajang kaya raya akan mudah menjadi cerdas karena terlalu kerap menelan keindahan itu
Sementara aku yang menjadi mahluk gembel akan terusir dari peradaban dan tak akan merecap keindahan buku itu
Memang toko buku elit, yang datang adalah mahluk elit, bukan mahluk sembelit apalagi sulit
,Toko buku tamak adalah diperuntukkan untuk mereka yang berdasi bukan mereka yang berbusana compang-camping
Kalau aku berfikir tenyata memang selalu ada distorsi dan kelas hitam—putih untuk datang ke sana
Pondok Indah 23 Februari 2003
43
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

THINI TELAH PERGI

mentari yang usang telah terpana pada sebuah elegi silau

siang yang temaram terisolir oleh kemarau yang pening

bersandar ke imaji yang tiris oleh kesenangan

merajut mimpi di ufuk yang enggan tuk berpijak

saat isolasi terjadi yang ada hanya sebuah relevansi

saksi bisu yang bernaung pada seorang mahluk yang picik

thini telah meninggalkan sebuah catatan hitam

usah kautangisi beranda yang terpana oleh sang perjaka perkasa

terpaut oleh keintiman dan perselingkuhan

kau…, pergi meninggalkan noda hitam yang berkesudahan

pilihan telah tertambat dan jangan pernah menyesal

sebab antara sebuah keindahan disitulah kau akan menemukan sang pelindung

selamat tinggal sayang, semoga kau bisa mengerti akan arti hidupmu
44
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

KUTU BUKU BUSUK

Lembaran buku yang usang terperangah

Halaman-halaman yang menengadah ke atas

Teori dan substansi bermain dengan para filusuf, sastrawan, novelis, dan para pakar seolah gamblang tersiar

Cover dan bab-bab yang terjerembab seolah lusuh dan hendak tuk berreinkarnasi

Buku dan sekelumit pernik-pernik menerjang kesombongan

Footnotes dan karya penulis menggeliat hendak ditelan oleh otak yang buyar

Kutu-kutu busuk hendak mual karena buku itu telah termakan usia

Sementara stensil yang jahanam seolah terpesona oleh kelihaian para aktris dan aktor

Dan kutu-kutu busuk maling berpaling ke stensil itu dan menggerayangi buku yang malang

Halaman, bab dan ilustrasi itu hanya bisa menjerit karena diperkosa dan disodomi

Sementara sang artis-aktor yang bertelanjangkan etika menggeliat dan terangsang

Sampai akhirnya sang kutu busuk menganyang sang artis dalam buku itu

Artis-aktor seolah sadar dan menjadi salvator bagi kelaliman pornoisme

Sebuah estetika-etika yang hendak ditawarkan dan itu adalah sebuah nilai jual

.pagi seusai bangun, 25 March 2004 11.09


45
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

Totaliter Cinta

Menjumput keindahan bertabur belukar,meraih penyatuan terpasung ketamakan materi

Terbelit kehidupan nan pasti?

Mengapa sulit menyepadankan persepsi? Mengapa ada saja yang hendak melunturkan idealisme cinta kita?ataukah memang inilah

adegan dalam episode hidup yg hrs dilalui

Aku biru ketika harus menyelami alam materialisme karena aku hitam memandang dunia, walaupun terkadang aku sulit memilih

warna hitam terang dan gelap tetapi hitam takkan pernah bisa dirubah oleh warna lain karena sifat dasarnya. Aku tak mau engkau

begitu sayangku—biru karena ambigu, berbeda warna akan terlihat indah

Dunia akan terihat sinkron ketika disambangi warna gelap dan terang walaupun terkadang bertabrakan tapi mereka menampilkan jati

dirinya

Aku ingin menjadi gula dan kau airnya dimana takkan merubah sifat dasarmu. Aku yakin sifat dasarku itu akan timbul kembali—hitam

dimana tiada yang tak bisa ada yang memisahkan kita berdua kecuali Tuhan dan aku mencintaimu totaliter melalui ikatan pernikahan

19Oktober 2008 2:54 pagi


46
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

TOKO BUKU TAMAK

Hari Minggu cerah, hari itu biasanya orang-orang bertamasya bersama kekasih pujaannya bagi mereka yang sedang kasmaran atau bersama

keluarga bersantai ria di rumah—mungkin saja mereka pergi ke tempat hiburan atau melakukan hal lain yang menyenangkan, tidak terkecuali si

.Naufal mahasiwa semester VI sastra Prancis yang nampak bergegas dari kostannya yang kumuh menuju ke suatu tempat kencannya

Di saku kemejanya yang lusuh tergolek uang rincingan yang tidak sempat ia hitung terlebih dahulu. Dia menunggu bus jurusan Ciputat—

Pulogadung di halte sebelah rumah makan padang sambil sesekali memandangi jalan legam yang tak bertrotoar, tak lama kemudian bus itu tiba dan

ia bergegas tuk naik, tak lama kemudian kenek yang biasa melakukan pekerjaan rutinitasnya meminta ongkos dan dengan terpaksa dia merogoh

uang recehan tersebut untuk membayar ongkos angkot tersebut yang nampak lengang dari penumpang. Sambil berfikir panjang diambil rokok di

tasnya yang kumal, dibakarnya dan dihisap dengan napas panjang, tumben pagi tadi dia beli rokok ketengan di warung Mpok Ati, biasanya dia

.ngebon disana, kalau saja dihitung hutangnya di warung Mpok Ati mungkin dia tidak mampu untuk membayarnya

Naufal nampak tenang dan berharap banyak agar nantinya setelah dia sampai di tempat yang dipujanya akan bisa membaca beberapa teori dan kritik

sastra di toko buku, maklumlah dia tak mampu tuk membelinya, membayar uang kost saja sudah sulit apalagi membeli buku original, haruslah dia

pintar-pintar menyematkan keindahan akademis dengan cara seperti ini. Kalaulah belajar dia biasanya menghabiskan waktu berjam-jam di

perpustakaan—karena memang kawan-kawan sekelasnya menyebutnya macan perpustakaan, faktanya dia jarang keluar kost. Kesehariannya

dihabiskan hanya untuk berkencan dengan buku—kalau baru dapat kiriman dari orang tuanya di kampung dia tidak segan-segan tuk mengkopi

buku milik dosennya yang biasanya disambanginya—terkadang dia terpaksa tidak makan dua hari demi untuk memfotokopi buku idolanya, begitu

gilanya ia studi dan keranjingan buku sampai ia lupa menyisihkan untuk uang kost atau bahkan sampai lupa pula tuk berkencan dengan lawan jenis

.karena alasan material

Diantara gedung-gedung yang menjuntai ke arah faktuil tersiar suatu ilmu absolut disitulah tertambat Berbagi kemapanan yang terinspirasi oleh

.keinginan hatinya, komik, novel, buku-buku, jurnal dan berbagai pernik-pernik informasi baru seolah menggeliat hendak tuk ditelan

Tak jauh dari gedung itu, dia turun di halte kemudian dengan garangnya ia melangkah ke mall, sudah jam 3 lewat seperempat dia menoleh ke toko

jam, dia memperhatikan wanita-wanita belia lajang yang mempertontonkan bokong montok nya dan udelnya yang sember dan dandanan yang

menor menandakan suatu kemapanan dari luar. Dia berfikir inilah dunia dan budaya pop yang merajai Jakarta—maklumlah saat ini sedang in

dengan hip style, kalaulah ditilik memang tidaklah seperti wanita di kampungnya yang kuno dan lugu yang biasanya memakai kerudung atau

.kebaya

Kalaulah dihitung-hitung diantara para pengunjung mall tersebut mungkin dialah salah satu manusia asing yang terisolasi di tempat itu, tetapi

dengan berbekal keyakinan akan menemukan keindahan yang bisa direguknya, dia tidak menghiraukan manusia kaleng itu. Sesampainya di dalam,

nampak sekuriti menolehnya dan tampak memperhatikannya maklumlah baru beberapa pengunjung yang sepertinya yang diusir dari tempat itu,
47
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

sambil begumam dalam hati mungkinkah ia diusir dari tempat itu—ia masuk menuju ekskalator yang memang tepat dimuka ada meja sang sekuriti,

memang sudah menjadi alasan keamanan publik—tas pengunjung di periksa satu persatu. Dan dengan napas lega dia dapat melewati rintangan itu.

Mungkin sekuriti melihatnya nyentrik seperti anak band yang nyeleneh dengan rambut gondrong kusut bukan karena digimbal tetapi memang

.jarang sampoan, dilengannya tersempal tas rajut kumal khas Jogja yang memberi kesan kumuh yang tertempel di badannya

Tepatnya di sebuah toko buku tenar dia masuk kemudian menitipkan tasnya dan langsung menuju ke rak buku sastra dan filsafat yang memang

jarang disentuh calon pembeli—disana dapat ia lihat bangunan buku tergolek bangga dan siapapun yang membaca apalagi membelinya akan terkena

mengidap over minded, ia mengamati satu persatu buku sastra dan tampaknya buku yang ia cari memang tidak ada. Dengan muka masam dia

beralih menuju rak berikutnya dan disana juga dia tidak menemukan buku idamannya. “sial benar aku hari ini”. Tanpa sengaja dia berpapasan

dengan seorang wanita yang tidak lain adalah Lia teman sekelasnya. “Pang kamu cari buku apa?”. “Aku cari buku Agulhon, Maurice: “La Seconde

République, 1848-1852“, in: Histoire de la France sama Derrida and Deconstruction”. “Oh nggak mungkin buku itu ada di sini itu khan buku lama,

kalau mau cari buku itu ke toko buku di sebelah gedung ini saja. Dijamin buku-buku yang sejenisnya ada disana, oh ya ngomong-ngomong aku mau

ke Mac Dee perutku udah keroncongan nih, kamu mau ikut?” kata Lia seraya pamitan tuk pergi. “oh ya terimakasih, aku mau langsung aja ke sana”.

.jangankan untuk ke Mc Donald tuk makan siang, untuk ongkos pulang saja sudah pas-pasan, jentera kata yang terkais di kalbunya yang tiris

Dia berjalan ke luar mall, dan langsung menuju ke tempat yang diceritakan oleh Lia. Sesampainya disana dia menitipkan tasnya di tempat penitipan

barang, ketika dia masuk ke dalamnya, “kalaulah aku mapan sudah kutelanjangi buku ini dan kuperkosa isinya” dia bergumam di dalam hati. Dan

beberpa pasang mata tertuju padanya mulai dari pengunjung sampai cashier menggeliat dan membelalakan matanya melihat Naufal yang masuk ke

tempat tersebut. Ketika ia menemukan tempat yang pas untuk melihat-lihat tibalah kini buku-buku yang ia inginkan, walaupun terkesan mahal akan

tetapi yang terpenting adalah dia dapat menelannya mentah-mentah dan yang pasti dia akan mencari tempat yang strategis untuk membacanya.

Tampak dua orang pekerja counter memperhatikannya dari kejauhan. Dan tak lama keduanya menginterogasi Naufal agar pergi dari tempat itu.

Alangkah bodohnya sang algojo yang hanya tahu mengais keindahan lewat kerjanya yang sembrono yang dengan terpaksa mengusir Naufal karena

mengidap penyakit bacaan atau memang dikarenakan Naufal tidak mampu untuk membelinya. Patung-patung berdiri tegar dan siapapun anda,

.terkesima oleh cover indah buku itu apalagi kemolekan tempatnya

Tetapi alangkah bangsatnya sang algojo itu yang hanya tahu mengais keuntungan. Lebih baik menjadi macan perpustakaan daripada menuju tempat

itu, kalau saja algojo berbudi tentu hasilnya akan menggembirakan.Tetapi toko buku tamak bergejolak karena melonjak harganya, Naufal

.bergumam dalam hati

Meraih kepintaran itu sulit, butuh ransum kepekaan dan materialisme kemapanan. Profesor, businessman, anak-anak lajang kaya raya akan mudah

.menjadi cerdas karena terlalu kerap menelan keindahan itu


48
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

Sementara Naufal yang menjadi mahluk gembel akan terusir dari peradaban dan tak akan merecap keindahan buku itu. Memang toko buku elit,

yang datang adalah mahluk elit, bukan mahluk sembelit apalagi sulit. Toko buku tamak adalah diperuntukkan untuk mereka yang berdasi bukan

.mereka yang berbusana compang-camping, Kalau Naufal berfikir tenyata memang selalu ada distorsi dan kelas hitam—putih untuk datang ke sana

CERPEN INI ADALAH SECERCAH KEHIDUPAN PENULIS—SYAIR YANG BERJUDUL TOKO BUKU TAMAK

Pondok Indah 23 Februari 2003


49
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

BAYI-BAYI JALANAN

Siang pekat bergelimangkan kepenatan diantara secercah kendaraan yang berlalu lalang menambah kesan hitam legamnya siang yang terbakar

mentari yang sangar, kondektur yang berkoar menandakan suatu kausalitas dalam kebiasaan yang tak lagi geram, jurusan Bekasi—grogol, Batusari

—Tanah Abang, Senen—Cimone dan jurusan lain yang tak henti-henti berlalu lalang, di jembatan penyebrangan yang terbentang diantara Walikota

.dan sebuah mall

Nampak calon penumpang sedang menunggu bus pujaannya yang nampak renta tuk ditumpangi, di sebelah halte dekat tukang otak-otak, nampak

seorang lelaki kecil yang terlihat sempoyongan berjalan semesta alam seolah hendak menanggalkan etika yang ada di sekelilingnya. Dia seperti itu

bukan karena dia terlalu banyak minum-minuman keras apalagi nyabu, pakao ganjo nak gayo, atau mengganyang bir merek kucing buduk, tetapi

memang kondisi fisik yang membuatnya demikian. Kausalitas nurani, efektifitas dan jentera pekerjaan utama yang biasa digelutinya yakni

mengemis dan siapapun anda akan terkesima—terlihat syahdu bahkan tidak mungkin akan merogoh uang rincingan yang ada di saku tuk diberikan

semua padanya. Sebut saja Udin yang tidak lain dan tidak bukan adalah remaja salewang atau orang sering menyebutnya IQ jongkok, memang

kurang ajar kalau ada orang yang menyebutnya demikian, kalaulah ditilik mungkin yang menyebutnya begitu adalah orang yang super eror atau

mungkin lebih parah dari si Udin karena pada hakikatnya manusia diciptakan sempurna oleh tuhan, biarpun banyak cacat disana-sini tuhan telah

menciptakan manusia sebagai insan tersempurna diantara mahluk yang ada. Kalaulah Udin bisa seperti kita tentunya dia akan berdemonstrasi

dengan anda-anda di gedung MPR untuk menuntut makan gratis, pendidikan gratis atau prostitusi gratis—maaf salah maksudnya eksistensi gratis

seperti artis di mass media yang sering menjadi sorotan publik dengan lika-liku kehidupannya yang glamour atau akan mencibir kembali perkataan

yang telah terlempar dari mulut dermawan anda bahkan tidak mungkin akan mencibir Tuhan karena menciptakannya seperti itu. Sayangnya Udin

bukan seperti kita yang telah tua renta bercengkrama dengan kemasdukan keindahan pekerjaan dan material, dia terpaksa mengais rejeki dengan

menjadi pengemis karena suatu esensi kehidupan yakni bagaimana caranya bisa menghidupi adik-adik, bapak dan ibunya yang telah senja tuk

bekerja. Atau memang hanya Udinlah yang mampu mengais kalbu yang tiris dengan materi. Udin adalah salah satu potret keindahan yang terpedaya

oleh kameramen yang hendak menyuntingnya—menjadi survival aktor laksana Malaikat jibril di pagi hari yang memberikan rejeki bagi manusia

.yang rajin bangun pagi

Tapi tidak demikian bagi parjo, bocah yang meninggalkan bapak–ibunya di kampung tuk berkelana mencari sesuap nasi di sebuah negeri

sumbangan renta karena ulah pamannya bangsat yang dengan sengaja mengusirnya hanya karena tak dapat membantu menghasilkan suatu

keindahan sesat berupa duit laknat, pamanya sebut saja Lik Parto adalah bandar besar narkoba yang ternyata menjadikannya sebagai kurir, begitu

pandirnya pamanya yang telah menjanjikan kepada kedua orangtuanya keindahaan abadi yakni jalur pendidikan yang tamak menggeliat resah. Tapi

apalah daya begitu dia datang dan bertandang ke Jakarta dia malah terlempar menjadi manusia slaptis yang hanya tau mengantar makanan pekat
50
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

yang tak lain dan tak bukan adalah barang haram jadah. Sampai suatu hari ketika dia tanpa sengaja menjatuhkan barang tersebut ke selokan karena

.terserempet motor bebek yang tak punya mata hati

Begitu pulang ke rumah dia langsung didamprat dan diinterogasi kemana juntrungannya barang haram tersebut. Dengan polos dia menjawab bahwa

barang tersebut telah jatuh ke selokan dan hancur lebur karena memang sangatlah keras motor bebek menghempaskan badan kerempengnya. Tanpa

berkata panjang pamannya langsung melayangkan tangannya besarnya ke arah pipi kanan parjo dan mengusir parjo. Terpaksa parjo meninggalkan

rumah pamannya dan menggeliat resah mencari suatu keindahan sesaat sampai dia terlempar menjadi pengamen jalanan dan menjelma menjadi

di saat siang benderang yang dikelilingi oleh kepulan asap kesedihan menyayat, mereka mencoba tuk menerjang penyakit jalanan

.kesombongan para supir dan kondektur

Bayi mengajarkan kepada kakek-nenek renta bagaimana harus bersikap manusiawi. Bayi jalanan dengan suara parau yang terkesan mencari sesuap

bubur ayam dengan melanglang buana ke sebuah negeri sumbangan. Sang pengasuh berbusana kerdil dengan copel dan gesper yang mengusung

suatu penjara, penjara kebangsatan dan memberikan popok kekalutan. Torehan keringat, daki kandas, kulit yang busik menjadi kesan bagi bayi

gurita tersebut, kakinya yang banyak dapat menerjang bus-bus dan angkot.Rincingan receh untuk mengais survival mereka, marka jalan hanya bisa

.menjadi saksi menangisi kehidupan bayi-bayi itu

PENULIS TERINSPIRASI TUK MENULIS CERPEN INI KARENA MEMANG FAKTANYA DEMIKIAN. DAN CERPEN INI

MENJADI JAWABAN ATAS PUISI YANG BERJUDUL BAYI-BAYI GURITA JALANAN

.Dirilis kembali 09 Februari 2005


51
TERIKAT KARAM DALAM LABIRIN
ANTOLOGI PUISI ICARD NURJANTAN

I
card Nurjantan adalah bukan nama sebenarnya. Lahir di Jakarta, 19 Juni 1981. Pernah

ngeleseh selama 3 tahun di Jogja, penikmat dan pengamat seni. Pernah Bergiat di teater

Plonk STIBA Jakarta Internasional, dan tutor sastra pada Forum Lingkar Filsafat dan

Sastra KOPLIK Ciputat, bergiat di berbagai LSM. Pernah menjabat menjadi Ketua Senat

ABA YPKK-STBA Technocrat 2001-02 dan pernah pula menjabat sebagai pimpred

Communicado Press (sebuah wadah penulis muda). Aktif menulis di berbagai surat kabar

terkemuka di Jakarta dan daerah. saat ini mengajar terbang di Universitas Indonusa Esa

Unggul dan LP3I Karang Tengah. Saat ini sedang menulis sebuah kumpulan cerpen

(ujung-ujungnya besi)

Anda mungkin juga menyukai